13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Pengertian Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang bagi pembaca
menjadi bahan pertimbangan, pegangan teori yang mungkin ia setujui ataupun yang tidak disetujui, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti.
13
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan- batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan. Kerangka teori adalah merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan kerangka teori itu digunakan sebagai landasan berfikir untuk menganalisa
permasalahan yang dibahas. Teori itu sendiri adalah serangkaian proposisi atau keterangan yang saling
berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atas segala gejala yang ada atau seperangkat proposisi yang berisi konsep
abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antara variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dan fenomena yang digambarkan oleh
variabel dengan lainnya yang menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.
14
13
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80.
14
Maria S.W. Sumardjono, Pedoman pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia Yogyakarta, 1989, Hal 12-13.
Universitas Sumatera Utara
14
Kecerdasan intelektual masyarakat dalam suatu bangsa memang sangat ditentukan oleh seberapa jauh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh
individu-individu dalam suatu negara. Kreatifitas manusia untuk melahirkan karya- karya intelektualitas yang bermutu seperti hasil penelitian, karya sastra dan karya seni
yang bernilai tinggi serta apresiasi budaya yang memiliki kualitas seni yang tinggi tidak lahir begitu saja. Kelahirannya memerlukan energi dan tidak jarang diikuti
dengan pengeluaran biaya-biaya yang besar.
15
Konsep mengenai Hak kekayaan Intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan
tenaga, waktu, dan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmati. Berdasarkan
konsep tersebut, maka mendorong kebutuhan adanya penghargaan atas karya yang telah dihasilkan berupa perlindungan hukum bagi Hak Kekayaan Intelektual. Tujuan
pemberian perlindungan hukum ini untuk mendorong dan menumbuh kembangkan semangat berkarya dan mencipta. Untuk mewujudkan iklim kondusif bagi
peningkatan semangat gairah untuk menghasilkan kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu kebutuhan yaitu perlindungan hukum. Kebutuhan akan
perlindungan hukum ini sebenarnya adalah wajar.
16
15
H.OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2004, Hal 56.
16
Edy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, UU Hak Cipta 1997, dan Perlindungan terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitan, Alumni, Bandung, 1999, Hal 62-
63.
Universitas Sumatera Utara
15
Undang-Undang tentang Desain Industri merupakan hal yang baru, seperti dikemukakan dalam Mukadimah bahwa tujuan rancangan Undang-Undang ini adalah
supaya kita menyesuaikan diri karena sudah ikut dalam persetujuan pembentukan WTO. Persetujuan ini telah dicakup berbagai persetujuan lain, diantaranya tentang
Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual HKI, yang lazim dinamakan dengan TRIPs. Salah satu ketentuan dari TRIPs adalah juga mengenai tentang Desain
Industri. Kemudian keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Paris, yang juga merupakan salah satu hukum positif bagi Indonesia, sehingga diperlukan suatu
peraturan khusus mengenai perlindungan di bidang desain industri. Desain Industri ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada hak-hak desain orang yang
membuat Desain Industri ini. Selain itu, diatur pula bagaimana menjaga pihak yang tidak berhak menyalahgunakan Hak Desain Industri yang bersangkutan.
17
Oleh karena itu, diperlukannya peraturan Perundang-Undangan untuk memberikan perlindungan hukum untuk desain industri. Peraturan Perundang-
Undangan merupakan salah satu sistem hukum. Sistem hukum legal system menurut Lawrence M. Friedman adalah satu kesatuan hukum yang tersusun dari tiga unsur,
yaitu: 1. Struktur Hukum
Struktur hukum adalah pola yang memperlihatkan tentang bagimana hukum itu dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya, yaitu memperlihatkan
17
Sudargo Gautama dan Rizwanto Winata, Hak Atas Kekayaan Intelektual HAKI Peraturan Baru Desain Industri,Bandung, 2004, Hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
16
bagaimana pengadilan, perbuatan hukum, dan lain-lain badan serta proses hukum itu berjalan dan dijalankan. Struktur hukum adalah kelembagaan yang diciptakan oleh
peraturan-peraturan hukum itu dengan berbagai macam fungsinya dalam rangka mendukung bekerjanya sistem hukum tersebut.
18
Unsur struktur dari suatu sistem hukum mencakup berbagai institusi dalam sistem hukum tersebut dengan berbagai fungsinya, dalam rangka bekerjanya sistem
hukum tersebut. Salah satu di antara lembaga itu adalah pengadilan.
19
Struktur hukum menurut Lawrence M. Friedman merupakan suatu mekanisme lintas sektoral dari suatu sistem hukum. Struktur hukum akan melibatkan unsur-unsur
dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lembaga eksekutif yang terkait dengan pengelolaan administrasi Undang-Undang Desain Industri adalah Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di seluruh Indonesia.
20
2. Substansi Hukum Substansi hukum menurut Lawrence M Friedman adalah peraturan-peraturan
yang dipakai oleh para pelaku hukum pada waktu melakukan perbuatan-perbuatan serta hubungan-hubungan hukum, sedangkan komponen struktur merupakan institusi-
institusi yang telah ditetapkan oleh substansi ketentuan hukum untuk melaksanakan,
18
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2005, Hal 151.
19
Abdul Gani
Latar, Teori
Hukum, http:abdulganilatar.blogspot.com201106teori-
hukum.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2012
20
Ansori Sinungan, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan Dalam Praktiknya di Indonesia, PT Alumni, Bandung, 2011, Hal. 283.
Universitas Sumatera Utara
17
menegakkan, mempertahankan,
dan menerapkan
ketentuan-ketentuan hukum
tersebut.
21
Substansi hukum sebagai aspek lainnya dari sistem hukum adalah bagaimana aturan yang sebenarnya, norma, dan pola sikap masyarakat terhadap sistem itu
sendiri. Apabila dihubungkan dengan substansi yang ada dalam Undang-Undang Desain Industri, dalam praktik masih ditemui adanya pasal-pasal yang mengandung
kelemahan-kelemahan dalam implementasinya. Selain itu, kelemahan lainnya dari Implementasi Undang-Undang Desain Industri ini disebabkan masih banyak
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Desain Industri yang belum terselsaikan oleh pemerintah.
3. Budaya Hukum Sedangkan budaya hukum mengacu kepada bagian-bagian dari budaya pada
umumnya yang berupa kebiasaan, pendapat, cara-cara berperilaku dan berpikir yang mendukung atau menghindari hukum. Atau dengan kata lain, budaya hukum
merupakan sikap dan nilai-nilai dari individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan – kepentingan interest yang kemudian
diproses menjadi tuntutan-untutan demands berkaitan dengan hukum. Kepentingan dan tuntutan tersebut merupakan kekuatan sosial yang sangat menentukan berjalan
atau tidaknya sistem hukum. Pendapat Lawrence M. Friedman bahwa peraturan- peraturan hukum bisa tegak tergantung pada budaya hukum dan budaya masyarakat
tergantung pada budaya masyarakat anggota-nggotanya, yang dipengaruhi oleh
21
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit , Hal 151.
Universitas Sumatera Utara
18
tradisi, latar belakang pendidikan, lingkungan budaya, posisi atau kedudukan dan kepentingan ekonomi. Budaya masyarakat disini adalah keseluruhan dari sikap-sikap
warga masyarakat yang bersifat umum dan nilai yang ada dalam masyarakat akan menentukan bagaimana hukum itu berlaku dalam masyarakat dan hukum yang benar-
benar diterima dan diperlukan oleh masyarakat ataupun oleh komunitas tertentu.
22
Menurut Lawrence M. Friedman budaya hukum dibedakan menjadi dua macam. Pertama internal legal culture, yakni kultur hukumnya para lawyer’s dan
judged’s dan external legal culture, yakni kultur hukum masyarakat pada umumnya. Semua kekuatan sosial akan mempengaruhi bekerjanya hukum dalam masyarakat.
Sikap masyarakat, salah satunya tidak melaksanakan produk hukum karena masyarakat mempunyai budaya hukum sendiri. Hukum sebagai sistem nilai dalam
masyarakat kadang dipatuhi kadang tidak dipatuhi. Dalam suatu komunitas hukum kadang-kadang tidak selalu dipatuhi.
23
Hubungan antara hukum dan masyarakat, diungkapkan oleh H.L.A Hart, yang memperkenalkan tipe masyarakat yaitu primary rules of obligation dan secundary
rules of obligation. Dalam tipe mayarakat primary sederhana, kecil tidak dijumpai peraturan yang terperinci dan resmi. Tidak dijumpai
adanya diferensiasi dan spesialisasi
badan-badan penegak
hukum. Karena
komunitasnya kecil
dan berdasarkan kekerabatan. Kontrol sosial bagi masyarakat ini sudah dapat berjalan
22
Ibid. Hal 153-154.
23
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru Utama, Semarang, 2005, Hal 113.
Universitas Sumatera Utara
19
efektif. Oleh karena itu tidak perlu peraturan yang terperinci dan resmi seperti undang-undang.
24
Budaya hukum menempati posisi yang strategis dalam menentukan pilihan perilaku dalam menerima hukum atau justru sebaliknya menolak. Oleh karena itu
suatu peraturan hukum akan diterima menjadi hukum apabila benar-benar diterima dan digunakan untuk masyarakat, dipengaruhi oleh budaya hukum masyarakat yang
bersangkutan. Jadi budaya hukum masyarakat akan mempengaruhi efektifitas hukum dalam masyarakat.
25
Kasus pelanggaran desain industri yang terjadi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sikap dan pandangan masyarakat serta budaya hukum terutama para
pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi berbeda budaya hukumnya. Pelaku ekonomi yang mempunyai sikap dan pandangan yang maju dan mempunyai budaya hukum
kesadaran hukumnya baik, sehingga tidak akan melakukan pelanggaran hukum. Di lain pihak bagi pelaku ekonomi yang budaya hukumnya kurang baik akan melakukan
pelanggaran hukum. Pelanggaran terhadap desain industri selain dipengaruhi oleh pemahaman
yang keliru juga dipengaruhi oleh budaya hukum masyarakat. Masyarakat tidak mempunyai budaya hukum sendiri. Dalam masyarakat hukum yang baru terkadang
tidak diterima atau ditolak. Penolakan atau tidak menerima hukum berarti hukum
24
H.L.A Hart, The Concept of Law, London, London University Press, 1972. Lihat dalam Esmi Warassih, Pranata Hukum Telaah Sosiologis, 2005 , Hal. 86.
25
Ibid. Hal.86.
Universitas Sumatera Utara
20
tidak dilaksanakan, sehingga fungsi hukum tidak efektif, yang pada akhirnya kesadaran hukum masyarakat rendah,sehingga terjadi pelanggaran hukum.
2. Konsepsi