cara memperlakukan lateks Pengolahan Latek

Karet sintesis untuk kegunaan khusus ini memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh karet sintesi untuk kegunaan umum, yakni than terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi, dan kedap terhadap gas. Beberapa jenis karet untuk kegunaan khusus ini diantaranya IIR Isobutene Isoprene Rubber, NBR Nytril Butadine Rubber, CR Chloroprene Rubber dan EPR Ethylene Propylene Rubber. Setiawan.2005

2.2. Pengolahan Latek

Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi setelah kira-kira 8 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya membentuk gumpalan karet. Penggumpalan dapat dibagi dua yaitu: a. Penggumpalan spontan b. Penggumpalan buatan Budiman.2012

2.2.1. cara memperlakukan lateks

a. pengumpulan lateks dikebun untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil penyadapan dikebun dan kebersihan harus diperhatikan. Pengumpulan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambat berhenti dapat dilakukan pengumpulan kedua. Lateks dari mangkok dituangkan kedalam ember pemupul. Untuk membersihkan lateks dalam mangkok harus menggunakan spatel, jangan sekali- kali menggunakan kain, rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam ember pemumpul sudah terkumpul banyak, lateks dipindahkan kedalam Universitas Sumatera Utara ember pengumpul yang ukurannya lebih besar. Waktu menuangkan lateks dari ember pemupul ke dalam ember pengumpul harus ditumpahkan secara perlahan- lahan untuk menghindari terjadinya prakoagulasi. Setelah selesai pengumpulan lateks, ember-ember pengumpul janganlah ditaruh ditempat yang panas atau kena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu didalam cairan lateks dapat mengakibatkan pemuaian butir-butir karet sehingga akan terjadi prakoagulasi. Dalam keadaan tertentu, pada saat pengumpulan lateks biasa juga menggunakan obat anti koagulasi antikoagulan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya, karena biayanya cukup besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan larutan obat koagulan misalnya asaam semut yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan. Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda Na 2 CO 3 , amoniak NH 3 dan natrium sulfit Na 2 SO 3 . Kebtuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks kebun adalah sebanyak 5-10cc larutan soda 10 atau 5-10cc larutan amoniak 2-2,5 atau 5-10cc larutan natrium sulfit 10. b. penerimaan lateks pengawasan untuk setiap penyadap perlu dilakukan, baik pemeriksaan atas produksi maupun kadar karet dari lateks hasil sadapannya. Untuk maksud tersebut, para penyadap perlu mengumpulkan hasil sadapannya ditempat tertentu Universitas Sumatera Utara yang diterima oleh mandor yang bersangkutan. Dari lateks hasil penyadapan dapat ditentukan: 1. Bobot atau isi lateks Caranya adalah sebagai berikut: penyadap menuangkan lateks dari ember- ember pengumpul kedalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar dengan ukuran lubang 2 mm, maksudnya untuk menahan lump yang terjadi karena prakoagulasi. Dengan demikian hasil penyadapan seorang penyadap dapat diketahui. 2. Kadar Karet Kering KKK Dari lateks hasil penyadapan seorang penyadap diambil contoh lateks sebanyak 50 cc dengan takaran yang diketahui volumenya. Lateks tersebut kemudian dimasukkan dalam mangkok yang bernomor sesuai dengan nomor penyadap. Kemudian dibubuhi 10 cc asam cuka 2 atau asam semut 1. Koagulasi berlangsung dengan cepat. Koagulum diambil, diremas-remas dan kemudian digiling dalam kilang tangan saampai terbentuk lembaran yang tipis. Lembaran dikeringkan dengan menggunakan sehelai kain. Setelah ditimbang akan diketahui berat basahnya. Dengan menggunakan angka factor pengeringan yang berlaku diperkebunan yang bersangkutan, maka kadar karet kering dari lateks akan segera diketahui. c. Pengangkutan lateks setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, lateks dari tangki penerimaanpengumpulan yang berada dilokasi tempat pengumpulan hasil dikebun, kemudian diangkut dengan tangki pengangkut kepabrik. Dalam Universitas Sumatera Utara pengangkutan lateks kepabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi didalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi dalam tangki. d. pengumpulan gumpalan karet mutu rendah selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa: 1. Skrep scrap Skrep adalah bahan bekuan lateks pada irisanalur sadapan. Skep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur sadap saat sebelum penyadapan dilakukan. 2. Lump Tanah Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah disekitar pangkal batang dibawah irisan sadapan. 3. Lump Mangkok Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon tidak diangkat. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Factor dikebun Janis klon, system penyadap, kebersihan pohon 2. Iklim musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stbil. 3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan yang terbuat dari aluminium dan baja tahan karat. 4. Pengangkutan 5. Kualitas air dalam pengolahan 6. Bahan-bahan kimia yang digunakan 7. Komposisi lateks. Kandungan karet kering untuk sheet dank rep adalah ± 93, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab, maka pertumbuhan bakteri dan jamur akan terjadi dan lazimnya disertai dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran. Bintik-bintik ini merusak kualitas dan menyebabkan produk tersebut tidak disukai dalam perdangangan. f. Bahan-bahan kimia dan air sebagai bahan olahan 1. senyawa kimia sebagai bahan antikoagulan Pemekaian bahan antikoagulan harus dibatasi, karena pemakaiannya berarti memakan biaya, perlu penambahan dosis asam dalam proses koagulasi, dan mempengaruhi proses pengeringan. Pemberian antikoagulam kedalam lateks biasanya dilakukan pada musim rontok daun, sesudah berlangsung hujan malam, Universitas Sumatera Utara pengangkutan lateks dalam jarak yang jauh, dan hasil penyadapan kebun-kebun muda. Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah: a. Soda Natrium Karbonat, Na 2 CO 3 Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang CO 2 dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan koagulum. b. Amoniak NH 4 OH Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7 NH 3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5 - 10 cc larutan amoniak 2 - 2,5. c. Natrium Sulfit Na 2 SO 3 Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan. Untuk pemakaian segera dibuat larutan 10 dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5 – 10 cc Natrium Sulfit 10. 2. Bahan senyawa penggumpal koagulan a. Asam Semut disebut juga asam formiat, CHOOH berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran. b. Asam cuka disebut juga asam asetat, CH 3 COOH Berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang, dan mudah diencerkan dalam air. 3. Air pengolahan Universitas Sumatera Utara Dalam pengolahan karet, air berperan sangat penting dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar. Syarat – syarat air untuk pengolahan adalah: a. Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengencer bahan-bahan kimia, air harus jernih dan tidak berwarna, tidak boleh mengandung garam-garam terutama garam kapur, karena akan sangat mempermudah terjadinya prakoagulasi dan menimbulkan bintik-bintik oksidasi. b. Air untuk pengolahan di pabrik persyaratannya tidak terlalu ketat, akan tetapi tidak boleh mengandung kotoran. Air yang bersih dapat diperoleh dari sumbernya atau dari sungai dengan cara disaring dan diendapkan dalam bak-bak, atau dengan penambahan tawas.

2.2.2. Pengolahan Sit