ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL MARSIALOPARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL MARSIALOPARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH SKRIPSI SARJANA OL NAMA : KEZIA ULIMARINA PURBA NIM : 100707010 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH OLEH : NAMA: KEZIA ULIMARINA PURBA NIM : 100707010

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Setia Dermawan Purba, M. Si.

Drs. Fadlin, M.A.

NIP 195608281986011001 NIP 196102201989031003

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomuskologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN 2014 PENGESAHAN

DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal : Hari

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D.

2. Drs. Heristina Dewi, M.Pd.

3. Drs. Setia Dermawan Purba, M. Si

4. Drs. Fadlin, M.A.

5. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si

DISETUJUI OLEH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001

ABSTRAK

Marsialop ari merupakan salah satu nyanyian masyarakat Simalungun yang di ciptakan oleh Taralamsyah Saragih. marsialop ari adalah nyanyian ajakan masyarakat untuk bekerja bergotong royong, bercocok tanam.

Dalam penulisan ini, penulis melakukan pendekatan yang bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Sehingga menghasilkan pernyataan dari informan maupun narasumber. Penulis juga menggunakan teori semiotik untuk menganalisa teks serta menggunakan teori weighted scale dalam menganalisa melodi marsialop ari. Penelitian ini bertujuan untuk membahas makna dari teks dan musikal dari marsialop ari.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti marsialop ari ini dan dituangkan ke dalam skripsi.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan anugrah-Nya yang begitu besar yang telah menolong dan menyertai hidup penulis, serta memberi kekuatan dan pengertian dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Tekstual dan Musikal Marsialop Ari Karya Taralamsyah Saragih”Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang tedapat dalam penulisan atau penyusunan skripsi ini. Dan juga tidak luput dari kebosanan dan jenuh yang penulis rasakan. Namun, dengan adanya dorongan dari orang-orang sekitar penulis maka penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua saya tercinta, ayahanda St. Janesin Purba dan ibunda Rismauli Sihombing. Terimakasih atas cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada saya. Serta motivasi-motivasi yang diberikan dan juga doa yang selalu dipanjatkan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Begitu juga segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat BapakDrs. Setia Dermawan Purba, M. Si. Dosen Pembimbing I penulis yang telah membimbing Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat BapakDrs. Setia Dermawan Purba, M. Si. Dosen Pembimbing I penulis yang telah membimbing

Terima kasih juga kepada Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi FIB USU, yang telah membantu lancarnya administrasi kuliah saya selama ini, serta ilmu yang diberikan. Begitu juga untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan, S.S., sebagai pegawai adminitrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah membantu semua urusan administratif dan pendekatannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu

Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;Bapak Harris Hemdi Purba, Ibu Normasiah Saragih, Ibu Ance Sinaga, Bapak Urich Damanik. Sungguh pengalaman dan kesempatan yang tak terhingga yang penulis dapat untuk mengetahui Simalungun lebih lagi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada abang terkasih Horisman Maranatha Saragih, S.kom yang sudah memberi semangat dan doa kepada penulis. Begitu juga kepada saudara-saudara saya yang juga menyokong, memberi semangat serta materi dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Serta teman-teman seperjuangan: Anna Purba, Deby Gea, Miduk Nadeak, Riska Prisila, Ruth Marbun, Ayu Matondang, Erny Banjarnahor, Yusuf Siregar, Lido Hutagalung, Meilinda Tarigan, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas semangat yang kalian berikan. Semoga kita dapat berhasil semua.

Medan, September 2014

Kezia Ulimarina Purba

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Nada Dalam Marsialop Ari ......................................... Tabel 4.2 Jumlah Interval Marsialop Ari ................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumatera Utara memiliki wilayah yang luas terbagidari beberapa daerah yang dipimpin oleh seorang Gubernur dan terdapat beberapa suku, ras, agama, dan golongan. Diantara semua itu ada beberapa suku yang bertautan dan saling melengkapi menjadi suatu etnik, adapun etnik tersebut terdiri dari Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Melayu, Pesisir, Sibolga, Nias, inilah sub etnik yang ada di Sumatera Utara. Etnik Simalungun banyak memiliki kebudayaan terdiri dari seni vokal, tari-tarian, adat dan kebiasaan yang lainnya yang berbentuk budaya. Simalungun adalah termasuk salah satu yang banyak memiliki kebudayaan, secara administratif Simalungun disebut dalam 1 kabupaten Simalungun provinsi Sumatera Utara.

Dalam kebudayaannya orang Simalungun memiliki sifat perantau (marlajang), Simalungun mempunyai karakter mudah bearadaptasi (pasiatkon diri) kemana pun dia pergi melangkah mencari kehidupan sehingga banyak orang yang menerimanya dengan senang. Kehalusan budi pekerti dan tahu diri membuatnya bertindak dengan berhati-hati, itulah keadaan Simalungun yang sesuai dengan budayanya.

Perkataan Simalungun sudah dipergunakan orang belanda dengan nama Simeloengoen-Landen (tanah simalungun) yang meliputi beberapa kerajaan-kerajaan yakni kerajaan siantar, kerajaan tanah jawa kerajaan panei kerajaan raya, kerajaan Purba, kerajaan Silimakuta, dan kerajaan Dolok Silou. Dimana sebelumnya wilayah itu lebih dikenal dengan nama Batak Timur karena letaknya di sebelah timur Tapanuli akan tetapi suku Batak Timur kemudian berganti nama yaitu Simalungun. Sebelum masuknya belanda cukup banyak wilayah yang berpenduduk Simalungun menaklukan diri (martuan/marpuang) kepenguasaan wilayah lain seperti Padang, Serdang, Deli, Batubara, Asahan dan Karo. Dan mereka membaurkan diri dengan budaya yang ada dan menanggalkan identitas nya sebagai identitasnya Simalungun, namun ada juga yang tetap mempertahankan identitas suku Simalungun nya termasuk dalam sistem pemerintahan huta (kampung) (Tole, 2003:1).

Simalungun memiliki wilayah yang luas dan subur sehingga Simalungun dapat disebut daerah agraris. Mata pencaharian orang Simalungun yang tradisional adalah marjuma yang artinya berladang dengan cara mangimas (menebang hutan belukar) dan mengolahnya untuk ditanami palawija seperti ubi, padi, jagung, dan lain-lain. Proses yang dilakukan untuk membuka ladang dan pengolahannya secara keseluruhan. Di Simalungun peladang disebut dengan parjuma, mereka tinggal di ladang membuat sopou (rumah kecil) seperti rumah panggung sebagai tempat tinggal sementara untuk melindungi mereka dari binatang buas. Proses perladangan begitu panjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga dibentuklah kerja kelompok yang disebut Marsialop Ari untuk semangat dalam bekerja.

Marsialop ari dibudayakan di Simalungun di setiap desa supaya ada semangat untuk bekerja bersama. Karena, Simalungun memiliki spesifik dalam hal kegotong- royongan yang turun-temurun. Istilah marharoan menurut wolfgang claus dari

misigent university marharoan disebut receprock labour bekerja dengan berkelompok mengerjakan pekerjaan yang besar dengan membentuk kelompok beberapa orang dewasa.

Pada awalnya, 1 marsialop ari ini dibentuk oleh karena kebutuhan yaitu secara psikologis jika seseorang bekerja sendiri diladang tentu ada rasa jenuh ataupun malas,

Apalagi ditengah ladang yang sunyi sepi. Manusia adalah makhluk sosial yang suka berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika, bekerja berkelompok seperti marharoan ini tentu menambah gairah semangat dan sukacita dan diiringi dengan nyanyian. Marsialop ari juga sangat membantu misalnya sepetak ladang dikerjakan berkelompok tentu selesai dalam satu hari inilah semangat marharoan yang ada di Simalungun. Nyanyian atau lagu ini tidak termasuk nyanyian folklore karena adanya pencipta dari lagu ini.

Marsialop Ari merupakan lagu nyanyian vokal karya Taralamsyah Saragih yang dikenal masyarakat Simalungun. Lagu ini merupakan ungkapan atau ekspresi dari luapan atau ajakan mereka untuk bekerja, lagu tersebut dinyanyikan pada saat memulai dan selesai bekerja. Marsialop Ari berasal dari bahasa Simalungun. Marsialop Ari berarti sekumpulan masyarakat yang bekerja secara gotong royong

1 Hasil wawancara dengan Ibu Normasiah Saragih, anak dari Taralamsyah Saragih pada tanggal 10 April 2014.

membantu satu sama lain. Disinilah mereka bekerja secara bergiliran, sehingga giliran pergantian hari yang disebut dengan marsialop ari.

Bangsa Indonesia terkenal dengan semangat gotong royong dan hal ini sudah terjadi dari generasi ke generasi. Dengan adanya semangat gotong royong ini maka pekerjaan dianggap lebih ringan dan cepat selesai. Hal ini juga terjadi di masyarakat Simalungun. Oleh karena itu Marsialop Ari sudah dianggap bahagian dari kehidupan ke gotong royongan dalam bekerja sama. Masyarakat Simalungun tidak lepas dari budaya nyanyian atau vokal. Sehingga terciptalah lagu Marsialop Ari yang yang secara khusus diciptakan oleh Taralamsyah Saragih untuk menambah semangat. Syair sebagai berikut:

Eta marsialop ari ulang be ma tading Asah parangon hadang ho ma do sangkulhon Boan ma tajak mu ulang da lupa bajutmu Olobkon ma tongon na marharoan bolonon

Ganupan ningon dong i juma simalungun on

Olobkon ma tongon na marharoan bolonon

Ganupan ningon dong i juma simalungun on

Taralamsyah Saragih adalah salah seorang bangsawan Simalungun yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya, dan sejarah Simalungun, beliau juga seorang yang multi talenta dan mampu memainkan beberapa alat musik, mencipta lagu dan menari. Kepeduliannya dengan Simalungun, sudah jarang kita temukan saat Taralamsyah Saragih adalah salah seorang bangsawan Simalungun yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya, dan sejarah Simalungun, beliau juga seorang yang multi talenta dan mampu memainkan beberapa alat musik, mencipta lagu dan menari. Kepeduliannya dengan Simalungun, sudah jarang kita temukan saat

Menurut Harris Purba 2 lagu Marsialop Ari ini dinyanyikan atau disajikan saat sebelum ke ladang sebagai ajakan untuk ikut bekerja, saat memulai, bekerja, dan

mengakhiri pekerjaan lagu ini dinyanyikan juga. Pada zaman itu, lagu ini diiringi hanya dengan alat musik tiup yaitu suling. Yang membawakan atau menyanyikan lagu ini adalah sekumpulan orang yang hendak bekerja untuk menambah semangat dalam beraktifitas mengerjakan pekerjaannya. Lagu ini termasuk lagu hiburan.

Teks atau syair dari lagu Marsialop Ari, sejak diciptakan masih kekal keberadaannya sampai saat ini. Lagu ini sudah tidak begitu dikenal oleh para pemuda/pemudi sekarang. Karena disebabkan oleh banyaknya musik modern sekarang yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua.

Jenis-jenis nyanyian rakyat Simalungun berdasarkan penggolongan yang di kemukakan Brunvand (dalam Danandjaja 1992 : 145-152) dalam buku PluralitasMusik Etnik oleh Drs. Setia Dermawan Purba, maka dapat dibagi kedalam 9 bagian:

1. Nyanyian menidurkan anak (lullaby), yakni nyanyian yang mempunyai lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan

2 Hasil wawancara dengan Harris Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang pengajar tari pada tanggal 13 April 2014 2 Hasil wawancara dengan Harris Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang pengajar tari pada tanggal 13 April 2014

2. Nyanyian kerja (working song) yakni nyanyian yang mempunyai irama dan kata-kata yang berifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja.

3. Nyanyian permainan (play song) yakni nyanyian yang mempunyai irama gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain.

4. Nyanyian liris sesunguhnya, yakni nyanyian-nyayian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung (coherent).

5. Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni nyanyian-nyanyian rakyat yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita yang ada dalam kitab injil dan kitab suci lainnya, legenda keagamaan atau pelajaran-pelajaran keagamaan.

6. Nyanyian nasehat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasihat untuk kebaikan.

7. Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan. Contoh nyanyian ini di Simalungun adlah tangis-tangis boru laho, taur-taur simbadar,dll.

8. Nyanyian kanak-kanak. Contoh nyanyian ini di Simalungun adalah marsiarangoi, marsap-sap sere, tapi garo-garo.

9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative song), yakni cerita rakyat yang menceritakan suatu kisah. Contoh nyanyian di Simalungun 9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative song), yakni cerita rakyat yang menceritakan suatu kisah. Contoh nyanyian di Simalungun

Dari kesembilan poin-poin diatas, maka nyanyian yang penulis bahas ini ada termasuk ke poin ketiga, karena nyanyian ini termasuk nyanyian bekerja, untuk memangkitkan gairah bekerja. Nyanyian ini juga dapat digolongkan ke dalam fungsi komunikasi sebagaimana dikemukakan Merriam (1964-223) Pluralitas (2004:143- 144) bahwa lagu vocal dalam hal ini nyanyian rakyat, menyampaikan pesan yang terkandung dalam teksnya, juga termasuk ke dalam fungsi yang berkaitan dengan norma-norma social yang dalam teks nyanyian rakyat Simalungun sering memberikan arti agar norma-norma social dapat terpelihara.

Lagu ini diciptakan pada tahun 50-an dan digunakan untuk mengiringi tari Haroan Bolon di tahun 60-an dan juga dipertunjukkan di bioskop riang Jl.Simarito no. 59, Pematang Siantar. Dalam pertunjukkan ini Taralamsyah Saragih yang mengajarkan dan melatih tari dan vokal secara langsung.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun serta menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL DAN

MUSIKAL LAGU MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana struktur melodi Marsialop Ari

b. Apakah makna tekstual dari lagu Marsialop Ari?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui makna lagu Marsialop ari.

3. Untuk mengetahui struktur dari lagu Marsialop Ari. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengertian dan pemahaman mengenai Marsialop Ari dan melihat makna tekstual lagu marsialop Ari sebagai cara untuk menyampaikan rasa atau ungkapan atau ekspresi mereka.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan topik judul penelitian.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (koentjaraningrat 2009:85). Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005), Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Marsialop Ari yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang marsialop ari.

Menurut soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86) pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang harmonis.

Marsialop Ari merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objek kajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari struktur, bentuk, bunyi- Marsialop Ari merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objek kajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari struktur, bentuk, bunyi-

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:1474). Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa (KamusBesar Bahasa Indonesia, 2005).Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), mengemukakan:

Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.

Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konep, defenisi, proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landansan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan.

Untuk menganalisis struktur melodi marsialop ari penulis menggunakan teori weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada-nada, (5) jumlah interval, (6) pola-pola kadensa, (7) formula-formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15).

Untuk mendukung analisis struktur melodi Marsialop Ari, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif. Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Marsialop Ari dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Marsialop Ari.

Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda. Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain.

Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl 1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.

Dalam proses menganalisa struktur teks-teks marsialop ari, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture of The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis.

Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).

Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Marsialop Ari, penulis menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan.

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat 2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).

Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari Taralamsyah Saragih.

1.5.1 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis.

Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti. Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: (1) wawancara

berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak

Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru musik sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok.

Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam

1.5.3 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data- data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi- informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium) dan field work (kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.

Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

1.6 Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah Saragih yang ber alamat di jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari Taralamsyah Saragih yaitu Haris Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Medan. Dan menjadi informan kunci dalam penelitian ini.

BAB II BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH

2.1 Suku Simalungun

Batak Simalungun adalah salah sub Suku Bangsa Batak yang berada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia , yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga-marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun.

Simalungun dalam bahasa Simalungun memiliki kata dasar "lungun" yang memiliki makna "sunyi". Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya "Si Balungu" dari legenda hantu yang menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Batak Timur karena bertempat di sebelah timur mereka.

2.1.1 Asal-usul suku Simalungun

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia. Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang :

1. Gelombang pertama (Simalungun Proto ), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.

2. Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.

Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran danau Toba dan Samosir.

Berbicara tentang asal-usul orang Simalungun sering mengundang kontroversi dan beraneka ragam penuturan. Namun yang dapat dipakai sebagai patokan adalah asal-usul yang mengandung bukti-bukti sejarah berdasarkan hasil penelitian. Bukti budaya sebagai fakta otentik hingga kini masih ada ditemui persamaan budaya. Misalnya pemakaian kain perca putih (Simalungun=porsa), yang diikatkan pada kepala seperti slayer pada saat kematian orangtua yang sudah lanjut usia. Juga adanya budaya makan sirih serta meratakan gigi (mangikir ipon). “Mangikir Ipon” adalah tradisi meratakan gigi dengan cara memotongnya dengan alat kikir. Setelah diratakan, untuk menghilangkan rasa ngilu, gigi dioles dengan getah kayu (Simalngun: saloh) sehingga gigi kelihatan berwarna hitam. Budaya ini ditemukan pada semua kelompok keturunan di atas.

Budaya “Mangikir Ipon” di Simalungun masih ditemukan pada saat kedatangan orang Jawa ke Simalungun. Oleh sebab itu dulu orang Simalungun menyebut orang Jawa dengan sebutan “si bontar ipon” (si gigi putih) karena gigi nya putih atau tidak hitam sebagaimana gigi orang Simalungun (Orang Simalungun 2004: 23-25).

Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya

meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau. Kini, di Kabupaten Simalungun sendiri, akibat derasnya imigrasi, suku Simalungun hanya menjadi

Simalungun atas. (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Simalungun#Kepercayaan).

2.2 Sistem kekerabatan

Sistem kekerabatan ialah hubungan kekeluargaan daripada individu-individu. Kekerabatan timbyl akibat dua hal, yaitu hubungan darah (consaigunal) dan akibat adanya perkawinan (konjugnal). Oleh karena itu kekerabatan (kinship) menyangkut jauh dekat hubungannya seseorang (individu) dan antara seorang dengan sekelompok orang (keluaraga/kerabat) demikian pula sebaliknya.

Untuk menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang diadakan kekerabatan menurut adat istiadat (budaya) Simalungun, criteria yang digunakan ialah menurut garis keturunan pihak laki-laki (ayah) dan pertalian darah akibat perkawinan (dari pihak perempuan). Namun yang paling menentukan ialah garis menurut garis Untuk menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang diadakan kekerabatan menurut adat istiadat (budaya) Simalungun, criteria yang digunakan ialah menurut garis keturunan pihak laki-laki (ayah) dan pertalian darah akibat perkawinan (dari pihak perempuan). Namun yang paling menentukan ialah garis menurut garis

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham ?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?"

Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih). Hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti Raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), Raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, Raja Panei dari Putri Raja Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Partuturan ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

- Tutur manorus (langsung) : Perkerabatan yang langsung terkait dengan

diri sendiri

- Tutur holmouan (kelompok) : Melalui tutur holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun. - Tutur natipak (kehormatan) : Tutur natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

2.2.1 Struktur Sosial : “Tolu Sahundulan Lima Saodoran”

Masyarakat Simalungun dalam ikatan sosialnya terhisab ke dalam organisasi social yang disebut Tolu Sahundulan Lima Saodoran yang mengikat orang Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun. Adapun Tolu Sahundulan itu terdiri dari: Tondong, Sanina, Boru, dan Boru ni Boru (Anak Boru Mintori).

Hubungan kekerabatan di kerajaan-kerajaan Simalungun boleh dikatakan seluruhnya diikat oleh hubungan perkawinan. Hal ini dimungkinkan karena konsep puangbolon (permaisuri) dan puangbona (isteri yang pertama) yang merupakan prasyarat utama dalam menentukan seseorang menjadi pengganti raja sebelumnya. Anakboru sanina yang terdapat pada suku bangsa Simalungun turut mengikat Hubungan kekerabatan di kerajaan-kerajaan Simalungun boleh dikatakan seluruhnya diikat oleh hubungan perkawinan. Hal ini dimungkinkan karena konsep puangbolon (permaisuri) dan puangbona (isteri yang pertama) yang merupakan prasyarat utama dalam menentukan seseorang menjadi pengganti raja sebelumnya. Anakboru sanina yang terdapat pada suku bangsa Simalungun turut mengikat

2.3 Sistem Kepercayaan dan Agama

Masyarakat Batak Simalungun pada umumnya telah dipengaruhi oleh beberapa agama, seperti agam Kristen Protestan, Katholik, Islam dan yang masuk ke daerah Batak sejak permulaan abad XIX (Purba 1996:40).

Sebelum masuknya Misionaris Agama Kristen dari RMG pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam sedangkan Simalungun Barat menganut animisme. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Budha yang menunggangi Gajah (Budha).

Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari "Datu" (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa, yaitu Dewa di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Dewa di tengah (dilambangkan dengan warna Merah), dan Dewa di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). 3 warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya

Pemahaman akan dewa-dewa ini tercermin dalam keyakinan orang Simalungun yang harus hormat kepada makhluk dan benda-benda tertentu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Pada zamannya orang Simalungun banyak yang menyembah batu besar, pohon besar, sungai besar dan lain-lain.

Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.

2.4 Sistem Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek. Banyak proses yang harus dilalui ketika mereka membuka ladang baru dan keseluruhannya itu harus diketahui oleh gamut yang merupakan wakil raja daerah. Biasanya, di antara perladangannya didirkan bangunan rumah tempat tinggal (sopou juma) sebagai tempat mereka sementara dan melindungi mereka dari serangan binatang buas. Selain itu juga, ada yang mengolah persawahan (sabah) seperti di Purba Saribu dan Girsang Simpangan Bolon dengan cara-cara tradisional. Untuk memnuhi kebutuhan sandang pangan, mereka menenun pakaian (hiou) yang biasanya dilakukan oleh kaum ibu dan gadis-gadis. Mereka juga menumbuk padi bersama-sama dengan para pemuda di losung huta. Disni biasanya pada zaman dahulu para pemuda itu akan memilih pasangannya.

Menurut Guru Jason Saragih, orang Simalungun di hilir (jahe-jahei) juga sudah ada yang berdagang hasil hutan dari Simalungun ke Padang Badagei di dekat pesisir timur bahkan sampai ke Penang di Semenanjung Malaka. Pedagang Aceh, Bugis, Asahan, dan Cina datang dari Bandar Khalipah melayari Sungai Padang ke hulu. Mereka membawa barang-barang dagangan kain, bedil, mesiu, timah, pinggan,pasu, pahar, dondang, garengseng, kuali bahkan candu (opium). Hal ini dibuktikan dengan dipakainya banyak mata uang asing dalam transaksi dagang di Simalungun. (Tole 2003:19-20)

2.5 Kesenian Simalungun

Kesenian merupakan salah satu hasil yang diwarisi secara turun temurun. Begitu juga halnya pada masyarakat Simalungun, kesenian merupakan bagian yang sangata penting dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat Simalungun. Beberapa kesenian yang terdapat dalam kebudayaan Simalungun antara lain: seni musik, seni tari, seni rupa.

2.5.1 Seni Musik

Di masyarakat Simalungun seni musik terbagi dalam 2 bagian yaitu music vocal (inggou) dan musik instrument (gual).

1. Dalam musik vokal (inggou), jenis nyanyian Simalungun terbagi atas 2 yaitu ilah (nyanyian bersama) dan nyanyian solo (doding).

a. Ilah dinyanyikan secara berama-ramai di halaman luas pada suatu desa dan di nyanyikan oleh muda-mudi pada malam terang bulan ataupun a. Ilah dinyanyikan secara berama-ramai di halaman luas pada suatu desa dan di nyanyikan oleh muda-mudi pada malam terang bulan ataupun

b. Doding adalah nanyian solo yang dilakukan oleh seseorang apabila ia sendirian. Doding dapat di nyanyikan dengan iringan musik seperti sulim, husapi, sarunei, dan lainnya.

2. Musik instrument (gual) Simalungun dapat dibagi 2, yaitu: Alat musik yang dimainkan dalam bentuk ensambel dan Alat musik yang dipergunakan dalam permainan tunggal (solo instrument). Alat music yang dimainkan dengan ensambel dapat dibagi 2 yaitu alat music yang terdapat pada ensambel Gondrang Sipitu-pitu dan ensambel gonrang sidua-dua. Alat music yang ada dalam ensambel gondrang sipitu-pitu adalah sarunei bolon, ogung, tujuh buah gondrang sipitu-pitu, mongmongan, dan sitalasayak. Sedangkan alat music ensambel gondrang sidua-dua adalah mongmongan dan ogung. Alat music dalam permainan tunggal seperti arbab, hasapi, sulim, dan sordam.

2.5.2 Seni Tari

Seni tari yang dikenal masyarakat Simalungun disebut tor-tor (tarian). Ada beberapa Tor-tor Simalungun yaitu: Tor-tor adat (tor-tor yang berhubungan dengan kepercayaan), tor-tor pencak, dan tor-tor yang bersifat hiburan atau pertunjukkan. Tor-tor adat biasanya sering kita dilihat di pesta adat, dalam melakukan tariannya dapat dibagi menurut penari dalam adat. Misalnya kelompok penari yang terdapat dalam sistem tolu sahundulan. Tor-tor podang adalah tor-tor yang penarinya memakai pedangterhunu, dilakukan oleh 2 orang pria dambil Seni tari yang dikenal masyarakat Simalungun disebut tor-tor (tarian). Ada beberapa Tor-tor Simalungun yaitu: Tor-tor adat (tor-tor yang berhubungan dengan kepercayaan), tor-tor pencak, dan tor-tor yang bersifat hiburan atau pertunjukkan. Tor-tor adat biasanya sering kita dilihat di pesta adat, dalam melakukan tariannya dapat dibagi menurut penari dalam adat. Misalnya kelompok penari yang terdapat dalam sistem tolu sahundulan. Tor-tor podang adalah tor-tor yang penarinya memakai pedangterhunu, dilakukan oleh 2 orang pria dambil

2.5.3` Seni Rupa

Seni rupa pada masyarakat Simalungun terbagi atas 4 yaitu pahat, gorga, ukir-ukiran, dan arsitektur (bangunan). Pahat biasanya terdapat pada batu, topeng- topeng. Gorga termasuk ke dalam lukisan yang condong kepada corak warna yaitu: warna hitam, putih, merah dan lain-lain. hal ini pada panggorga dimasa lampau dapat menempatkan warna pada suatu benda, sehingga kelihatan indah. Sedangkan arsitektur adalah mengenai bangunan-bangunan di Simalungun yaitu pinarmusah, pinarhobou dan lainnya.

2.6 Bahasa

Bahasa ialah sistem perlambangan manusia yang lisan maupun yang tulisan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain (koentjaraningrat 1986:39).

Masyarakat Simalungun umumnya menggunakan bahasa Simalungun sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini dapat kita lihat baik dalam acara religi (agama) di gereja, acara-acara adat dan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Simalungun terdiri dari beberapa ragam yang dapat dilihat dalam sastra lisan Simalungun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Dep. P dan K) adapun ragam bahas Simalungun tersebut ialah:

1. Ragam bahasa Simalungun sehari-hari yang disebut lapung ni hata yaitu bahasa yang dipakai sesame atau bahasa yang sifatny umum. Contoh: kata ham (tuan, kamu, anda) dipakai kepada orang yang lebih dihormati atau yang lebih tua. Kata ho (engkau) dipakai secara umum atau sebaya. Kata hamma/nasiam (dalam bentuk jamak) dipakai dalam kebiasaan umum.

2. Dalam bahasa Simalungun yang halus yang disebut guruni hata yaitu bahasa yang dipakai untuk mengucapkan sesuatu dengan nama lain yang dianggap lebih halus. Misalnya kata babah (mulut) bahasa halusnya pamangan. Kata ulu (kepala) bahasa halusnya simanjujung. Kata mata (mata) kata halusnya panonggor dan lain-lain.

3. Ragam bahsa Simalungun kasar yang disebut sait ni hata yaitu bahasa yang dipakai pada saat-saat tertentu seperti pada saat seseorang marah, atau untuk menyakiti hati orang lain. Misalnha kata babah (mulut) bahasa kasarnya tursik/lossot.

4. Ragam bahasa yang digunakan oleh para guru/datu yaitu berupa bahasa rahasia atau sandi yang sukar dimengerti oleh kebanyakan orang seperti kata bilangan berikut ini yang dipergunakan pada waktu membaca mantra-mantra. Contoh : sada, sada oi sada lamba-lamba oi langit berarti “satu”. Dua, dua oi dua lumba-lumba ni bumi berarti “dua” (D.Kenan Purba, 1996:37).

Jika dilihat dari ragam bahasa diatas, maka bahasa Simalungun yang masih sering dipergunakan pada saat sekarang ini adalah bahas biasa dan bahasa halus, namun pada saat seseorang marah ia secara sepontan sering mempergunakan bahasa yang sifatnya kasar (Purba :6-37).

2.7 Filosofi Simalungun

Ada suatu pemahaman orang yang sangat kental pada keyakinan leluhur orang Simalungun bahwa Naibata itu mahakuasa, maha adil, dan maha benar. Manusia juga dituntut untuk bersikap benar segala sesuatu harus di dasarkan kepada hal yang benar. Inilah perinsip dasal filosofi “Habonaron Do Bona” pada orang Simalungun.

Falsafah Habonaron Do Bona merupakan filosofi hidup bagi orang Simalungun. Habonaron Do Bona arti harfiahnya adalah “Kebenaran adalah dasar segalam sesuatu” artinya mereka menganut aliran pemikiran dan kepercayaan bahwa segala sesuatu harus dilandasi oleh kebenaran, sehingga enak bagi semua pihak. Merka dituntut senantiasa harus menjaga kejujurannya (kebenaran) di hadapan sesame manusia. Filosofi Habonaron Do Bona tercatat pertama kali kurang lebih abad XV dalam pustaka Simalungun “Pustaka Parmungmung Bandar Syah Kuda”. Dalam pustaka ini dijelaskan asal-usul seloka “Habonaron Do Bona”. Para orangtua juga selalu menanamkan prinsip hidup “Habonaron Do Bona”, kepada anak cucunya harus bijaksana dalam bergaul di tengah masyarakat.