Struktur Batin Puisi TINJAUAN PUSTAKA

d Pertunjukan tuturan yang memadukan adegan-adegan, dialog, menari, dan sering pula diiringi dengan musik, seperti pada lenong dan permainan tradisional anak Betawi. Dalam berbagai jenisnya, sejarah terbentuknya tradisi lisan dapat ditelusuri seiring dengan perkembangan kebudayaan masyarakat Betawi. Setiap kesenian mempunyai sejarah pembentuka dan dan masyarakat pendukung yang berbeda. Setiap bentuk tradisi lisan di Betawi mempunyai karakteristik yang berbeda sebagai akibat dari perjalanan historis dan wilayah geografis kesenian tersebut. Dalam konteks tradisi lisan di Betawi, beberapa jenis kesenian juga mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Ada yang bertahan dan berkembang sampai saat ini, tetapi ada pula bentk seni yang sudah tidak dipentaskan lagi karena sudah tidak ada yang dapat memainkannya. Selanjutnya, secara ringkas dalam paparan berikutnya akan digambarkan peran bahasa Betawi dalam kesenian Betawi yang membedakannya dengan jenis kesenian dari daerah lain di Indonesia serta uraian mengenai jenis-jenis tradisi lisan yang terdapat dalam masyarakat Betawi, khususnya pantun dalam acara buka palang pintu.

D. Pengertian pantun

Kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, atau laksana. Sebagai contoh kita sering mendengar ucapan- ucapan “Sepantun labah-labah, meramu dalam badan sendiri”. Kata sepantun dalam susunan kalimat diatas mengandung arti sama dengan semua yang diungkapkan di depan. 35 Seperti halnya bidal, bentuk pantun ini pun merupakan kesusastraan hasil karya bangsa Indonesia sendiri. Pantun telah lama tersebar dan mendarah daging dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak sebelum masuknya kebudayaan Hindu. Bentuk yang sama dengan pantun dalam kesusastraan Indonesia terdapat pula dalam bahasa- 35 Nursisto. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. 2000. h.11. bahasa daerah di Indonesia. 36 Suku Jawa misalnya memiliki puisi rakyat yang harus dinyanyikan atau di-tembang-kan, sedangkan menurut K.A.H. Hiding, pada suku bangsa Sunda ada semacam puisi rakyat yang berfungsi sebagai sindiran, yang dalam bahasa daerahnya disebut sisindiran. Orang Sunda membagi sisindiran menjadi dua kategori, yakni yang disebut paparikan dan wawangsalan; dan selanjutnya paparikan dapat dibagi lagi menjadi rarakitan dan sesebred. 37 Sehingga pantun mempunyai persyaratan, yaitu: 38 1. Tiap bait terdiri atas empat baris. 2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. 3. Sajaknya berumus a-b-a-b. 4. Kedua baris pertama merupakan sampiran, sedangkan isinya terdapat pada kedua baris terakhir. Dari ciri-ciri yang telah diuraikan, pantun mestilah ditulis dengan mengikuti pola yang telah disepakati tentang bagaimana sebuah pantun harus ditulis. Artinya, sebuah pantun harus ditulis dengan mematuhi penulisan jumlah baris, jumlah kata, persajakan, dan lain-lain. Jika tidak mematuhi ketentuan tersebut, maka dianggap menyalahi ketentuan penulisan pantun. Pola penulisan pantun mestilah memiliki pola rima akhir, adanya bagian yang disebut sampiran dan ada bagian yang disebut isi atau maksud. Dua baris pertama disebut sampiran, sedangkan dua baris terakhir disebut isi atau maksud. Setiap baris terdapat pemenggalan, sewaktu membacanya. Lihat contoh sebagai berikut. 39 Pulau pandan jauh di tengah, Gunung Daik bercabang tiga. Hancur badan di kandung tanah, Budi baik dikenang juga. 36 Ibid., 37 James Danandjaja. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 2002. h.46- 47. 38 Nursisto. loc.cit. 39 Hasanuddin WS. Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa. 2012. h. 17.

E. Pantun Betawi

Sebagai bagian dari masyarakat Melayu, masyarakat Betawi juga mengenal bentuk-bentuk puisi, yang disebut pantun. Pada pantun Betawi baris pertama dan kedua disebut sampiran, baris ketiga dan keempat baru berupa isi pantun itu. Pola persajakan bunyi akhir baris adalah a-b-a-b dan ada pola yang berpola a-a-a-a. simak kedua pantun berikut dan perhatikan pola persajakan bunyi akhir setiap baris. Ujan gerimis aje Ikan bawal diasinin Lu ngape nangis aje Bulan syawal nanti dikawinin Pantun di atas berpola persajakan akhir a-b-a-b Indung-indung kepale lindung Ujan di sono di sini mendung Anak siapa pake kerudung Mate melirik kaki kesandung Pantun di atas berpola persajakan bunyi akhir baris a-a-a-a Dari keterangan dan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa pantun Betawi agak berbeda dengan pantun dari daerah Melayu lain. Pantun dari daerah Melayu lain selalu berpola persajakan bunyi akhir a-b-a-b, sedangkan pantun Betawi ada yang berpola persajakan bunyi akhir a-a-a-a, di samping yang berpola a-b-a-b. 40 Pantun Betawi juga mempunyai jenis yang beragam, antara lain pantun agama, pantun nasihat, pantun teka-teki, pantun nelayan, pantun remaja, dan pantun anak- anak. Akan tetapi, ada juga pantun Betawi yang terdiri atas tiga baris dan banyak baris. Pantun tiga baris umumnya ada dalam permainan anak-anak. Pantun tiga baris ini dibawakan dalam bentuk bernyanyi sambil bermain. Biasanya, dua baris pertama menjadi sampiran, satu baris terakhir menjadi isi. Selain pantun empat baris dan tiga baris, pantun Betawi juga memiliki jenis yang lain, yakni pantun banyak baris. Sama seperti pantun tiga baris, pantun banyak baris digunakan dalam permainan anak-anak. 40 Abdul Chaer. Folklor Betawi Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi. Jakarta: Masup Jakarta. 2012. h.73-74.