Respon siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta Terhadap Film 2012

(1)

1

MODEL JAKARTA TERHADAP FILM “

201

2”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Oleh: ISTIANA

NIM: 206051104344

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

2

RESPON SISWA-SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI 4

MODEL JAKARTA TERHADAP FILM 2012

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S. Kom. I)

Oleh:

ISTIANA

NIM: 206051104344

Di bawah Bimbingan

Drs. Jumroni, M. Si NIP: 19630515 199203 1 006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Oktober 2010


(4)

4

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul RESPON SISWA-SISWI MAN 4 MODEL JAKARTA TERHADAP FILM 2012 . Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.i) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Jakarta, 30 Oktober 2010

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Jalal, M.A Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 19710412 200003 2 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Mahmud Jalal, M.A Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 19610422 199003 2 001

Pembimbing,

Drs. Jumroni, M. Si NIP: 19630515 199203 1 006


(5)

i

Istiana

“Respon Siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta Terhadap Film “2012”

Dunia saat ini sedang tersihir dengan sebuah film yang berjudul 2012. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, film ini sedang menjadi buah bibir yang riuh. Yang menjadikan film ini mampu menyihir publik dunia bukan karena berbagai keunggulan teknis, tetapi cerita yang disampaikan. Film ini menayangkan ramalan suku Maya kuno bahwa hari kiamat akan terjadi di titik balik matahari musim dingin pada 2012. Isu atau kepercayaan tentang kapan waktu pasti terjadinya hari kiamat seperti yang dijual film 2012 tentu sangat menarik perhatian penonton.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, bagaimana respon siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta terhadap film “2012.”

Kedua, pesan apakah yang paling dominan dalam film “2012”?

Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kuantitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan dan angket di MAN 4 Model Jakarta.

Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa, penonton tidak sepenuhnya dapat dipengaruhi film. Hanya sebagian segi saja yang dapat terpengaruh, bisa dari segi kognitifnya, afektifnya atau konatifnya. Semua itu tergantung dari faktor diri individu penonton itu sendiri dan faktor lingkungan.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, karena atas segala limpahan rahmat, nikmat, inayah dan maghfirah-Nya yang tak henti-hentinya mengalir kepada penulis bagaikan air yang mengalir dari atas ke bawah, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini. Serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Rasulullah Muhammad SAW, sang inspirator serta motivator ulung, beserta keluarga, dan para sahabatnya, dan segenap kaum Muslimin yang telah bersumpah Ikrar setia menjunjung tinggi menegakkan Risalahnya. Alhamdulillahirrabil‟alamin atas izin-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Respon Siswa-siswi MAN 4 Jakarta Terhadsp Film 2012”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini tak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun hal itu semata dapat penulis lalui berkat keteguhan hati, dorongan, doa dan bantuan, baik moril maupun materiil dari semua pihak yang penulis sayangi dan hormati. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terima kasih, jazakumullah khoirul jaza‟, karena tanpa adanya bantuan dari orang-orang tercinta tersebut, skripsi ini tidak akan selesai. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta; Bpk. H. Nawawi Hakam dan Ibu Luthfiah, yang selalu mendidik, melindungi, serta mendoakan ananda dengan


(7)

iii

Allah selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

3. Saudara-saudara sekandung penulis; Nahdia (adik), Najmia (adik), Ahmad Raihan (adik) yang selalu mendukung, menyegarkan dan menghibur hati serta fikiran penulis.

4. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief Subhan, MA, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H. M ahmud Jalal, MA, dan Pudek III Drs. Study Rijal LK, MA. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

5. Dra. Asriati Jamil, M. Hum. Selaku Koordinator Teknis Program Non Reguler dan Dra. Musfirah Nurlaily, MA. Selaku sekretaris yang selalu berbaik hati. 6. Drs. Jumroni, M. Si, Selaku ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,

sekaligus merangkap menjadi pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi serta selalu menyempatkan waktu untuk membenahi hal-hal yang salah ketika bimbingan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. yang telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan baik pada saat penulis menyelesaikan studi maupun saat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kepala Sekolah MAN 4 Model Jakarta dan Dewan Guru di MAN 4 Model Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan bantuan kepada penulis.


(8)

iv

9. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan KPI baik reguler maupun Non-Reguler angkatan 2005, serta kakak dan adik-adik kelas penulis yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat tercinta dan terbaik yang selalu penulis sayang dan hormati, terimakasih atas persahabatan, dukungan, bantuan, dan kebahagiaannya, terimakasih juga selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu meyakinkan penulis mampu berprestasi, semoga Allah selalu memberikan kita kebahagiaan dunia dan akhirat.

11.Adik-adik di MAN 4 Model Jakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi angket khususnya jurusan IPA dan IPS.

Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapatkan ridha dari Allah SWT. Akhirnya kepada Allah peneliti serahkan semuanya dengan harpan semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar khusus bagi penulis dan umumnya bagi yang membacanya.

Jakarta, 30 Oktober 2010


(9)

v

ABSTRAK. ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan dan Batasan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Respon ... 12

B. Pengertian Siswa atau Anak Didik ... 18

C. Film ... 21

D. Kiamat Menurut Pandangan Islam... 34

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Sekolah MAN 4 Model Jakarta ... 40

B. Ruang Lingkup Film 2012 ... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA ... A. Deskripsi Responden ... 54

B. Respon Siswa-siswi MAN 4 Jakarta Terhadap Film 2012 ... 56

C. Pesan Dominan Dalam Film 2012 ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran-saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Sarana dan prasarana ... 45

Tabel 2 : Tim produksi ... 52

Tabel 3 : Rincian penghitungan sampel ... 55

Tabel 4 : Berdasarkan jenis kelamin ... 55

Tabel 5 : Berdasarkan jenis usia ... 56

Tabel 6 : Film “2012” menggambarkan keadaan di hari kiamat ... 56

Tabel 7 : Alur cerita film “2012” membawa ke dalam suasana semangat keagamaan ... 57

Tabel 8 : Film “2012” merupakan kisah yang mengulas tentang hari kiamat ... 58

Tabel 9 : Film “2012” lebih meningkatkan iman dan takwa kepada Allah set ... 58

Tabel 10 : Film “2012” dapat dijadikan sebagai alat komunikasi dakwah yang efektif... 59

Tabel 11 : Pendapat tentang film “2012” ... 59

Tabel 12 : Film “2012” lebih bermakna dalam perubahan diri ... 60

Tabel 13 : Suka menonton film “2012”... 61

Tabel 14 : Perasaan ketika menonton film “2012”... 61

Tabel 15 : Film “2012” membuat takut akan hari kiamat ... 62

Tabel 16 : Isi cerita film “2012” ... 62

Tabel 17 : Pesan yang paling dominan dalam film “2012” ... 63


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal perkembangannya, film tidak lebih dari pertunjukan hiburan dalam bentuk gambar bergerak (motion pictures) dan berlangsung tanpa pelengkap suara. Dunia ini dimulai oleh seorang Edward Muybridge ketika berusaha mengambil foto yang sedang berlari lewat sebuah rangkaian kameranya. Kreativitas ini kemudian terus berlanjut hingga dalam bentuknya seperti apa yang dapat kita tonton hari ini. Salah satu kelebihan yang dimilikinya, baik yang ditayangkan lewat tabung televisi maupun dalam layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua dari kehidupan manusia.

Film sama dengan media artistik lainnya memiliki sifat-sifat dasar dari media lainnya yang terjalin dalam susunan yang beragam. Film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu, mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak majukan dan mengundurkannya secara bebas dalam batas-batas wilayah yang cukup lapang. Meski antara media film dan lainnya terdapat kesamaan-kesamaan, film adalah sesuatu yang unik yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati oleh masyarakat.1

1

Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat


(12)

2

Mengikuti dunia perfilman, nampaknya kini film telah mampu merebut perhatian masyarakat, lebih-lebih setelah berkembang teknologi komunikasi massa dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek eksklusif bagi para penontonnya. Puluhan bahkan ratusan penelitian berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia betapa kuatnya media itu mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan para penontonnya.

Berbagai teknologi diciptakan untuk menghadirkan kualitas tayangan film menjadi lebih realistis seperti menonton di layar bioskop. Upaya memisahkan suara berbagai instrumen pun dikembangkan dengan membuat berbagai komponen cipta yang mampu menghadirkan nuansa orkestra di ruang kehidupan kita.2

Film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata dan musik. Jadi film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks.

Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan film sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit.3

2

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0708/13/tekno/3760308.htm

3

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya


(13)

Dunia saat ini sedang tersihir dengan sebuah film yang berjudul 2012. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, film ini sedang menjadi buah bibir yang riuh. Berbagai macam diskusi dan komentar di media massa maupun dunia maya juga semakin ramai. Akhirnya, antrean panjang pun terjadi di bioskop-bioskop yang memutar film ini.

Film 2012 ini sendiri bercerita tentang hari kiamat. Film dengan biaya pembuatan 200 juta dollar AS ini dibuat oleh Sony Pictures dengan menampilkan beberapa nama bintang besar dalam perfilman dunia seperti John Cusack, Woody Harrelson, Danny Glover dan Chiwetel Ejiofor. Sementara yang menjadi sutradaranya adalah Roland Emmerich. Emmerich sendiri dikenal sebagai sutradara yang terbiasa dengan film-film kolosal. Ia sebelumnya membuat film Independence Day dan The Day After Tomorrow.

Yang menjadikan film ini mampu menyihir publik dunia bukan karena berbagai keunggulan teknis tersebut, tetapi cerita yang disampaikan. Film ini menayangkan ramalan suku Maya kuno bahwa hari kiamat akan terjadi di titik balik matahari musim dingin pada 2012. Sebenarnya, sebelumnya sudah banyak buku dan acara televisi yang membahas ramalan itu, tetapi film 2012 ini memiliki dampak yang lebih besar dan mengglobal.

Sebagai sebuah sinema popular, film 2012 memang mempunyai modal dasar yang kuat untuk menjadi sebuah film yang menghebohkan. Vinzenz Hediger, guru besar film dan media dunia dari Ruhr University, (Bochum, Jerman), mengatakan bahwa sinema popular dalam layar lebar sangat berpotensi mengangkat isu-isu dan kepercayaan kontroversial yang dialami suatu suku atau negara di mana penonton bisa berasosiasi dengan karakter yang ada dalam film tersebut. Isu atau kepercayaan tentang kapan waktu pasti


(14)

4

terjadinya hari kiamat seperti yang dijual film 2012 tentu sangat menarik penonton.4

Pada titik inilah kontroversi itu terbangun. Sudah menjadi sebuah kepercayaan dalam berbagai agama besar bahwa hari kiamat pasti terjadi, namun tidak ada seorang pun yang dapat menentukan kapan hari akhir itu terjadi. Persoalan ini mutlak ada di tangan Tuhan, bahkan seorang nabi pun tidak diberi kekuasaan tentang hal ini. Inilah kepercayaan dasar yang harus dipegang teguh meskipun banyak ramalan tentang hari kiamat termasuk dalam film 2012 ini. Apalagi sejarah memperlihatkan bahwa deretan panjang ramalan tentang hari kiamat tidak ada yang terbukti satu pun.

Karena itu, film 2012 harus dilihat sebagai sebuah film fiksi belaka. Tidak kurang tidak lebih. Film ini adalah sinema popular yang menjadi hiburan bagi publik, unsur edukatifnya terletak pada kepercayaan bahwa kiamat pasti terjadi, bukan pada persoalan kapan waktu terjadinya. Dengan demikian, dengan menonton film ini diharapkan akan ada perbaikan perilaku dan kepribadian karena meyakini bahwa hidup ini tidak kekal.

Unsur edukatif lainnya adalah meskipun visualisasi bencana dalam film 2012 ini begitu dahsyat, namun harus ada keyakinan bahwa pada saat kiamat yang sesungguhnya nanti tiba maka kedahsyatannya tentu jauh lebih hebat daripada apa yang ada dalam film ini. Kreativitas manusia pasti tidak akan bisa menggambarkan kekuasaan Tuhan secara tepat. Harus ada kedewasaan publik untuk menyikapi sebuah film kontroversial secara arif. Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis mengambil judul “Respon

Siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta Terhadap Film 2012”

4


(15)

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini saya batasi dengan responden siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta kelas dua jurusan IPA dan IPS Terhadap Film “2012.”

Berdasarkan batasan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Respon Siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta kelas dua jurusan IPA dan IPS terhadap film “2012”?

2. Pesan apakah yang paling dominan dalam film “2012”?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta terhadap fenomena film 2012 dan juga untuk mengetahui respon siswa-siswi Man 4 Model terhadap film 2012. b. Untuk mengetahui pesan yang paling dominan dalam film “2012”?

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis: Memberikan kontribusi positif dan menambah wacana keilmuan terutama untuk dunia perfilman. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu-ilmu sosial lainnya, khususnya dalam bidang ilmu Dakwah dan Komunikasi.


(16)

6

b. Manfaat Praktis: Untuk menambah wawasan bagi penulis, sehingga bisa memperdalam perkembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang perfilman, serta menambah kreativitas dan wawasan baru bagi penerus ilmu komunikasi mendatang.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis data yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data yang berwujud angka. Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskripsi analisis. Penelitian deskripsi merupakan suatu prosedur penelitian untuk menggambarkan tentang karakteristik ciri-ciri individu, situasi atau kelompok tertentu.

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penulis memilih MAN 4 Jakarta sebagai subjek penelitian atas berbagai pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan alasan yang dimaksud adalah karena siswa-siswi MAN 4 Jakarta sudah terlatih dengan dasar kompetensi kurikulum Islam, sehingga mereka lebih mengetahui tentang ideologi hari kiamat. Selain itu, MAN 4 Jakarta memiliki prestasi yang sangat bagus. Atas berbagai prestasi yang diraih, MAN 4 JAKARTA ditetapkan Menteri Agama Republik Indonesia sebagai MAN 4 MODEL JAKARTA dan meraih sertifikat standar mutu dalam penerapan manajemen mutu, ISO 9001:2000 pada bulan November 2007. Selain itu juga, penulis adalah alumni dari MAN 4 Model Jakarta.


(17)

2. Waktu dan Tempat

Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah MAN 4 Jakarta yang bertempat di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2010.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Angket, yaitu pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, diharapkan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada setiap responden, sehingga penelitian ini dapat menghimpun data yang relevan dengan tujuan penelitian dan memiliki tingkat reliabilitas serta valiabilitas yang tinggi. Dalam hal ini setiap responden menonton film

“2012”, setelah itu sebanyak 52 responden mengisi angket yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan acara tersebut.

b. Observasi, sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena.5 Jadi penelitian dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang dituju. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta.

c. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta tahun akademik 2010-2011.

5


(18)

8

Keseluruhan siswa dalam tahun akademik 2010-2011 berjumlah 888 orang. Kemudian penulis hanya memberikan batasan pada siswa kelas 2 program jurusan IPA dan IPS tingkat Reguler yang berjumlah 208 orang.

2) Sampel

Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Random Sampling di dalam pengambilan sampelnya peneliti ”mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.6

Menurut Suharsimi Arikunto, “apabila subjek kurang dari

100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.” Selanjutnya jika jumlah subjeknya

besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana.

Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini diambil sampel sebesar 25% dari populasi kelas 2 program jurusan IPA dan IPS tingkat Reguler yang berjumlah 208 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 52 siswa.

4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe deskriptif, karena menggambarkan populasi yang diteliti. Yang menggambarkan adakah respon siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta

terhadap film “2012.” Yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT.


(19)

berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan penghitungan data statistik. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus presentase yaitu:

P= F/ N X 100% Keterangan: P: Presentase

F: Frekuensi jawaban responde N: Jumlah Responden

E. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini penulis telah meneliti tulisan-tulisan terdahulu yang judul dan pembahasannya hampir sama dengan pembahasan penulisan skripsi penulis mengenai respon terhadap film. Maka penulis menjadikan skripsi terdahulu tersebut sebagai perbedaan dan perbandingan dalam penelitian penulis. Adapun judul penelitian respon terhadap film adalah sebagai berikut:

1. “Respon Mahasiswa KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi Terhadap

Film “Ketika Cinta Bertasbih”. Oleh Ratih Purwaningsih Tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang bagaimana respon mahasiswa terhadap film yang menceritakan tentang kandungan Islam, beralurkan dakwah dan juga merupakan drama romantis yang religius.

2. “Respon Siswa SMK Islamiyah Ciputat Terhadap Film “Nagabonar Jadi

2”. Oleh Ela Nurlaila Tahun 2008. Skripsi ini membahas tentang bagaimana respon siswa SMK Islamiyah terhadap film yang bertema kejuangan, bersifat nasionalisme dan mengandung nilai-nilai seperti cinta negeri, cinta orang tua, cinta lawan jenis dan cinta persahabatan.


(20)

10

3. “Respon Jamaah Majlis Ta‟lim Al-Faizin Condet Jakarta Timur Terhadap

Film “Ayat-ayat Cinta”. Oleh Sri Mulyati Tahun 2009. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana respon jamaah Majlis Ta‟lim terhadap film

yang menceritakan tentang keadaan poligami yang dibalut dengan nuansa religi.

4. “Respon Remaja Kebon Nanas Jakarta Utara Terhadap Film “Hantu

Aborsi”. Oleh Dewi Novita Tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang bagaimana respon para remaja Kebon Nanas terhadap film yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang telah melakukan aborsi karena hamil di luar nikah.

5. “Respon Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Angkatan 2007 Terhadap Film “Ketika” Karya

Deddy Mizwar. Oleh Wildan Futuhi Basyaiban. Skripsi ini membahas tentang respon mahasiswa terhadap film yang menggambarkan tentang suatu keadaan ketika hukum ditegakkan, dimana yang salah disalahkan dan yang benar dibenarkan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:


(21)

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis

Bab ini memuat materi respon (pengertian respon, macam-macam respon, faktor terbentuknya respon), siswa (karakteristik dan sifat khas siswa, ciri khas siswa), film (pengertian film, jenis film, karakteristik film, fungsi film, unsur-unsur film, struktur film, keuntungan dan kekurangan film, ciri-ciri film yang baik, teknik pembuatan film dan pengaruh film terhadap khalayak, serta kiamat menurut pandangan Islam).

Bab III : Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini memuat Profil MAN 4 Model Jakarta (sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, jenis kegiatan, sarana dan prasarana. Ruang lingkup Film 2012 (sekilas tentang film, sinopsis Film dan Tim Produksi).

Bab IV : Respon siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta terhadap Film

“2012”

Meliputi: Deskripsi responden, analisis data dan pesan dominan

Bab V : Penutup

Meliputi: kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang dibahas. Selain itu, dalam penutup ini penulis juga mencantumkan saran-saran dari permasalahan yang dibahas.


(22)

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata response , yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction).1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa “Respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap suatu gejala

atau peristiwa yang terjadi.2

Dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa “Respon adalah

sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang atau berarti satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.3

Ahmad Subandi mengartikan respon adalah sebagai istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar baik atau tidaknya suatu komunikasi.4

Menurut scheerer, respon adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal itu.5

1

John, Echols & Hasan Shadly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

2003)h.

2

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Edisi ke-3, h. 585.

3

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9. h. 432.

4

Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang 1982), cet.2 h.50.

5

Prof. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada. 2005), cet-19 h.87.


(23)

Menurut Abu Ahmadi, tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja. Peristiwa ini disebut sebagai tanggapan.6

Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakkan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur di dalamnya terhadap keteraturan.

Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Steven M Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau di persepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan antara Amil dan muzakki, apakah strategi stimulus Amil dapat diterima oleh objek Amil atau sebaliknya tidak dapat diterima. Jika strategi stimulus Amil dapat diterima berarti

6


(24)

14

komunikasi Amil dan muzakki dapat efektif dan lancar begitu juga sebaliknya.7

Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga domain belajar yaitu:

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari:

a. Pengetahuan (knowledge) b. Pemahaman (comprehension) c. Penerapan (aplication) d. Penguraian (analysis) e. Memadukan (synthesis) f. Penilaian (evaluation)

2. Affective Domain (Kawasan Afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

a. Penerimaan (receiving/attending) b. Sambutan (responding)

c. Penilaian (valuing)

d. Pengorganisasian (organization) e. Karakterisasi (characterization)

7

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung : RemajaRosda Karya. 1999 ),


(25)

3. Psychomotor Domain (Kawasan Psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:

a. Kesiapan (set) b. Meniru (imitation) c. Membiasakan (habitual) d. Adaptasi (adaption)

Dari beberapa pendapat definisi respon di atas, mempunyai

keberagaman pengertian, akan penulis mengambil kesimpulan ”benang merah” yang bisa di tarik mengenai definisi respon dari berbagai pengertian di

atas, yakni ”reaksi atau tanggapan yang bersifat terbuka dan cenderung datang

lebih cepat dan langsung terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.

1. Macam-Macam Respon

Dalam bukunya Onong Uchjana Effendy, dijelaskan bahwa:

a. Respon Kognitif, yaitu respon yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.8 Atau terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipercayai, atau di persepsi khalayak. Hal ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. b. Respon Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan perasaan,

timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau di benci khalayak. Hal ini berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai.

8


(26)

16

c. Respon Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

Sedangkan menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Umum, disebutkan ada beberapa jenis tanggapan, yaitu:

a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu:

1) Tanggapan Auditiv, ialah tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.

2) Tanggapan Visual, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. 3) Tanggapan Perasa, ialah tanggapan sesuatu yang dialami oleh

dirinya.

b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

1) Tanggapan Ingatan, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya dari masa lalu.

2) Tanggapan Fantasi, ialah tanggapan masa kini atau tanggapan terhadap sesuatu yang sedang terjadi.

3) Tanggapan Pikiran, ialah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.

c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

1) Tanggapan benda, ialah tanggapan terhadap benda yang menghampirinya, berada di dekatnya atau yang ada di sekitarnya. 2) Tanggapan kata-kata, ialah tanggapan seseorang terhadap ucapan

atau kata-kata yang di dengar atau dilontarkan oleh lawan bicara.9

9


(27)

2. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Yaitu unsur jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan, dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan fisiologis yang meliputi keberadaan, perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan (faktor pisis). Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya, menyatakan bahwa faktor pisis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera.10

Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima bersama-sama stimulus. Supaya stimulus dapat disadari oleh individu, stimulus harus cukup kuat, apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari oleh individu yang bersangkutan, dengan demikian ada batas kekuatan yang

10


(28)

18

minimal dari stimulus, agar stimulus dapat memindahkan kesadaran pada individu.11

B. Pengertian Siswa atau Anak Didik

Seorang anak disebut anak didik apabila ia menjadi penanggung jawab pendidik tertentu.12

Berdasarkan UUSPN Nomor 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 4 menjelaskan pengertian “peserta didik” yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Anak didik atau peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai Warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.13

1. Karakteristik atau Sifat Khas Peserta Didik antara lain:

a. Anak didik adalah seseorang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan; ia masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu.

b. Anak didik adalah anak yang sedang berkembang; sejak lahir sampai meninggal anak mengalami perkembangan. Karena itu pendidik harus membantu membimbing perkembangan anak baik perkembangan

11

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 185.

12

Drs. H.M.Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 10.

13

Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Unbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,


(29)

jiwanya, pengetahuannya, dan penguasaan diri terhadap lingkungan sosialnya.

c. Dasar hakiki anak adalah dapat dididik dan harus dididik, karena anak mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memungkinkan pendidikan.

2. Ciri Khas anak didik:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.

b. Individual yang sedang berkembang yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan yang manusiawi.

c. Individu yang memiliki kemampuan mandiri, oleh karena itu pendidik harus memberi kesempatan dan mendorong peserta didik agar setapak demi setapak dapat berdiri sendiri dalam segala hal.

Langeveld berpendapat bahwa sepanjang hidup manusia sejak lahir sampai mati dapat mengalami tiga proses, yaitu:

1. Tahap dressurel pembiasaan, yaitu dari lahir sampai anak mengenal

kewibawaan (0 sampai 4 tahun). Tahap ini juga disebut sebagai tahap “pra pendidikan.”

2. Tahap pendidikan yang sebenarnya, yaitu setelah anak mengenal kewibawaan sampai anak mencapai kedewasaan.

3. Tahap building atau pembentukan diri sendiri (disebut pasca pendidikan).


(30)

20

1. Anak didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan oleh orang dewasa.

2. Anak didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya.

Dalam psikologi perkembangan disebutkan bahwa periodesasi manusia pada dasarnya dapat dibagi menjadi lima tahapan yaitu:

1. Tahap asuhan (usia 0,0-2,0 tahun), pada tahap ini, anak belum memiliki kesadaran dan daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Pada fase ini belum dapat diberikan edukatif secara langsung.

2. Tahap Pendidikan Jasmani dan Pelatihan Panca Indera (usia 2,0-12,0 tahun), pada tahap ini, anak mulai memiliki potensi-potensi biologis, pedagogis, dan psikologis. Oleh karena itu, pada tahap ini mulai diperlakukan adanya pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran, dan pendidikan yang disesuaikan bakat, minat dan kemampuannya.

3. Tahap pembentukan watak dan pendidikan agama (usia 12,0-20,0 tahun), pada tahap ini, anak mengalami perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun tarif kematangan jiwanya belum mengimbanginya.

4. Tahap kematangan (usia 20,0-30,0 tahun), pada tahap ini, anak telah beranjak menjadi dewasa, yaitu dewasa dalam arti sebenarnya, mencakup kedewasaan biologis, sosial psikologis, dan kedewasaan religius. Pada fase ini, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri.


(31)

5. Tahap kebijaksanaan (usia 30,0-meninggal), pada tahap ini manusia telah menemukan jati dirinya yang hakiki, sehingga tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi orang lain.

6. Anak didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin.

7. Anak didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.

8. Anak didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Maka pribadi anak didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa, dan karsa).

9. Anak didik merupakan objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif.14

C. Film

1. Pengertian film

Dilihat dari segi usia, film adalah cabang seni yang paling muda. Bila seni rupa atau sastra sudah berusia ribuan tahun, film baru lahir pada akhir abad 19 yang lalu. Namun, dalam waktu yang begitu singkat ia telah

14

Drs. Muhaimin, MA dan Drs. Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam kajian

Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya (Bandung: Penerbit Trigenda Karya, 1993), h.


(32)

22

berhasil merebut tempat yang begitu penting di segala lapisan masyarakat modern.15

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2003), film diartikan sebagai: (1) Selaput tipis yang dimuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop); (2) Lakon (cerita) gambar hidup.16

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut dengan movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film merupakan teknologi hiburan massa dan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dan skala luas di samping pers, radio, dan televisi.17 Sebagai media rekam film menyajikan gambar figuratif dalam bentuk objek-objek fotografis yang dekat dengan kehidupan manusia. (Andre Garcies).18

Menurut UU perfilman no. 8 Tahun 1992 film adalah “karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan atau bahan-bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa

15

Gayus Siagian, Menilai Film (Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006), h. 141

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), Edisi Ke-3, h. 316. Lihat Ensiklopedi Umum (Jakarta: Yayasan Kanisius, 1973)

dan Hornby, et all, The Advanced Learner‟s Dictionary of Current English, (London, 1963).

17

Sean McBride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara Satu Dunai, (Terj) (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), h. 20.

18

Muslikh Madiyant, Sinema Sastra: Mencari Bahasa di Dalam Teks Visual. Jurnal


(33)

suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi, mekanik atau lainnya.19

Pengertian film adalah suatu lembar transparan (plastik atau kertas kalkir) yang berisikan gambar hasil print out dari komputer ataupun gambar tangan, yang nantinya gambar tersebut akan kita transfer ke media berikutnya dalam urutan proses cetak (misalnya screen atau plat).20

Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya di sebut dakwah.

Dengan film kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu, realitas yang sudah diseleksi. Seorang sutradara akan memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan, dan akan mengesampingkan tokoh lain yang tidak pas untuk ditampilkan.

Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa film adalah gabungan antara fotografi dan sinematografi dengan serangkaian gambar dan objek bergerak yang berbentuk adegan.

2. Jenis-jenis Film

Dewasa ini terdapat berbagai ragam film. Meskipun cara pendekatan berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan masalah-masalah yang dikandung. Selain itu film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-luasnya.

19

M.Jufri, Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana ilmu-ilmu social

Universitas Indonesia (Jakarta: perpustakaan FISIP UI, 1997), h.I

20


(34)

24

Pada dasarnya film dapat di kelompokan dalam dua kategori, yakni film cerita dan film noncerita. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya di pertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.21

Film cerita memiliki berbagai jenis, di antaranya sebagai berikut: a. Film Drama; adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat,

mengandung konflik pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sifat drama antara lain romance, tragedy dan comedy. b. Film Realisme; adalah film yang mengandung relevansi dengan

kehidupan sehari-hari.

c. Film Sejarah; melukiskan tokoh tersohor dan peristiwanya.

d. Film Horor/Misteri; mengisahkan cerita yang menyeramkan mengupas terjadinya fenomena supranatural yang menimbulkan rasa heran, takjub dan takut.

e. Film Perang; menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau setelahnya.

f. Film Anak; mengupas kehidupan anak-anak. g. Film Seks, menampilkan erotisme.

h. Film Adventure, film pertarungan, tergolong film klasik

i. Film Crime Story, pada umumnya mengundang sifat-sifat heroik.

21


(35)

j. Film Futuristik, menggambarkan masa depan secara khayal22

k. Film Laga, film yang banyak berisi tentang aksi, perkelahian atau keributan. Ada kalanya film silat masuk dalam kategori ini, lebih spesifik lagi film silat mengisahkan tentang cerita Cina (Mandarin) dan banyak penampilan adegan perkelahian dengan adu ketangkasan bermain silat.

l. Film Cerita (story film), film yang mengandung cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya tenar.

m. Film Berita (Newreel), film mengenai fakta atu peristiwa yang benar-benar terjadi, karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsalue).23

n. Film kartun (Cartoon Film), cerita bergambar yang mulanya lahir di media cetak. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis.24 o. Film Iklan, yang berisi kegiatan menyampaikan berita, di mana berita

itu disampaikan atas pesanan pihak yang ingin agar produk atau jasa yang dimaksud disukai, dipilih dan dibeli oleh khalayak ramai.25

Dalam pembuatan film-film cerita ini dibutuhkan proses pemikiran dan proses teknis. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan digarap. Sedangkan proses teknis berupa keterampilan

22

Aep Kusnawan,et,al., Komunikasi Dan Penyiaran Islam,MengembangkanTabligh

Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital ( Bandung : Benang

Merah Press, 2004 0,cet,1, h.101

23

YS.Gunadi (ED), Himpunan Istilah Komunikasi ( Jakarta : PT. Grasindo, 1998 ), h. 44-45

24

( Prof. onong Chjana Effendy), h. 210-217

25

B.H.Hoed, Dampak Komunikasi Periklanan, SEbuah Ancangan dari Segi Semiotik dalam Semiotik: Mengkaji Tanda dalam Artifak. Ekm. Masinambau dan Rahayu S. HIdayat ( Ed), (Jakarta: Balai Pustaka 2001), h. 186


(36)

26

artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton. Oleh karena itu film cerita dapat dipandang sebagai wahana penyebaran nilai-nilai.26

Sedangkan film non-cerita merupakan kategori film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya.27 Yang termasuk film non cerita adalah film dokumenter dan film faktual.

Film dokumenter adalah film yang hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi, misalnya dokumentasi upacara kenegaraan. Selain mengandung fakta, film dokumenter juga mengandung subjektivitas pembuat.28 Subjektivitas diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa. Adapun film faktual pada umumnya hanya menampilkan fakta – sekedar merekam peristiwa.

Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan oleh si pembuat film dokumenter.29

Adapun film faktual disebut juga dengan film berita (newsreel), yaitu film mengenai fakta dan peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi yang disajikan melalui media televisi, dengan dipandu gambar film dan berita yang pesannya lebih bersifat penerangan atau informasi atau pengetahuan bagi penonton.

26

Pranajaya, Film dan Masyarakat, h. 13.

27

Ibid., h. 10 -14

28

Ibid

29


(37)

3. Karakteristik Film

a. Layar yang luas atau lebar

Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun lebih kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi,layar film di bioskop-bioskop pada umumnya sudah 3 dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata.

b. Pengambilan Gambar

Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panaromic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersbut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi menarik gambar

c. Konsentrasi Penuh

Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba pintu-pintu ditutup,lampu dimatikan nampak di depan layar luas dengan gambar cerita film tersebut. Saat menonton film terbebas dari gangguan hiruk pikuk suara di luar karena dilengkapi dengan ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita dapat lebih mudah terbawa suasana yang terjadi dalam film.


(38)

28

d. Identifikasi Psikologis

Kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam sering kali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasi) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film tersebut. Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. Misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut.

4. Fungsi Film

Grame mengatakan bahwa fungsi film dalam suatu kebudayaan sudah lebih dari objek estetika. Film merupakan praktek sosial bagi pembuat film, dimana melalui narasi-narasi dan makna-makna yang ditampilkan, terlihat bukti yang membuat budaya menjadi masuk akal dan nyata.

“it‟s now more or less accepted that film‟s function in our culture goes beyond that of being simply an exhibited aesthetic object...Film is a social practice for it‟s makers and it‟s audience in it‟s narrative and meaning we can locate evidence of the ways in which our culture makes sense of it selfs”.30

Film dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat. Upaya menyatukan pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan dalam kesusastraan dan drama. Namun,

30


(39)

unsur-unsur baru dalam film memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kelihatan kredibilitas.31 Secara teknis, film mengkombinasikan fotografi, stereo, grafik, digital, komputer dan teknologi perfilman sendiri.32

5. Unsur-unsur Film

Menurut Adi Pranajaya dalam bukunya yang berjudul Film dan Masyarakat menuliskan bahwa film mempunyai beberapa unsur sebagai berikut:

a. Tittle adalah judul dari film.

b. Crident Tittle, meliputi produser, crew, aktor/atris, dan lain-lain. c. Tema Film, merupakan inti cerita yang terdapat dalam sebuah film. d. Intrik, usaha pemeran oleh pemain dalam menceritakan adegan yang

telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sutradara.

e. Klimaks, yaitu puncak dari inti cerita yang disampaikan. Klimaks dapat berbentuk konflik atau benturan antar pemain.

f. Plot, yaitu alur atau jalan cerita dalam film. Alur terdapat dua macam yakni alur maju yang disampaikan pada masa sekarang atau mendatang, dan alur mundur adalah cerita yang disampaikan tentang cerita masa lalu.

31

Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, edisi ke-2, (Erlangga, 1987/, hal. 15

32

Joseph M. Bogges, The Art of Watching Films, (Mayfield Publishing Company, 1991), hal. 2


(40)

30

g. Suspen, keterangan pada masalah yang terkatung-katung.

h. Million Setting, latar kejadian dalam sebuah film baik berupa waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris, atau fashion yang disesuaikan.

i. Sinopsis, gambaran cerita yang disampaikan dalam sebuah film dan berbentuk naskah.

j. Trailer, merupakan bagian film yang menarik.

k. Character, karakteristik dari para pelaku dalam sebuah film.

6. Struktur Film

a. Pembagian cerita.

b. Pembagian adegan (sequence). c. Pengambilan gambar (shoot).

d. Pemilihan adegan pembuka (opening). e. Alur cerita dan continuity.

f. Intrique yang meliputi jealousy, pengkhianatan, rahasia bocor, tipu muslihat dan lain-lain.

g. Anti Klimaks, penyelesaian masalah – dilakukan setelah klimaks. h. Ending, akhir cerita dari sebuah film, bisa berakhir bahagia (happy

ending)

7. Keuntungan dan Manfaat Film

a. film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya.

b. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu. c. Penggambarannya bersifat tiga dimensional.


(41)

d. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk eksperi murni.

e. Dapat menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat penampilannya.

f. Kalau film tersebut berwarna akan dapat menambah realita objek yang diperagakan.

g. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.

8. Kekurangan-kekurangan Film

a. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang diucapkan sewaktu film diputar, penghentian putaran akan mengganggu konsentrasi audien.

b. Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat.

c. Apa yang telah lewat suling untuk diulang kecuali memutar kembali secara keseluruhan.

d. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.

9. Ciri-ciri Film yang Baik

a. Dapat menarik minat anak. b. Benar dan autentik

c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungannya d. Sesuai dengan tingkatan kematangan audien

e. Perbendaharaan bahasa yang digunakan secara benar.

f. Teknis yang digunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.


(42)

32

10.Teknik-teknik Pembuatan Film

a. Direct photography, yaitu mencata atau merekam objek sebagaimana terjadi sesungguhnya, seperti yang dilihat sesuai dengan kenyataan b. Slown Motion Photography, teknik ini merubah kecepatan gerak

gambar yang terlalu cepat menjadi lambat, sehingga mudah disaksikan dengan riil, misalnya burung,tendangan bola oleh pemain dan sebagainya.

c. Lapse photography, teknik ini berupa gerakan-gerakan gambar yang lamban dan terlalu lama diikuti oleh data dan kemudian dipercepat sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya tumbuhnya tanam-tanaman, mekarnya sekuntum bunga dan sebagainya.

d. Animated photography, teknik ini dilakukan dengan cara animasi, yaitu sesuatu yang abstrak dapat dikonkretkan. Misalkan menjelaskan aliran listrik, teori pemerintahan dan sebagainya.

e. Photomimictrography, melalui teknik photomifraphy, objek-objek yang terlalu kecil dapat diperbesar dan di perluas. Misalnya reproduksi sel-sel, kehidupan hewan, dan sebagainya.

f. Telescopic Photography, teknik ini menggunakan lensa yang dapat menangkap objek yang terlalu jauh untuk dilihat dengan mata, misalnya mengamati bintang-bintang di langit, burung-burung yang terbang jauh dan sebagainya.

g. Film Mography, yaitu teknik yang paling sederhana dan murah, dengan jalan memotret gambar-gambar biasa dengan menghadapkan kamera kepada objek satu demi satu secara teratur, sehingga seolah-olah gambar itu sendiri yang bergerak.


(43)

11.Pengaruh Film Terhadap Khalayak

Pengaruh film terhadap khalayak cukup besar terhadap pola pikir dan sikap manusia, hal itu disebabkan, yang pertama oleh suasana di dalam gedung bioskop, dan yang kedua karena sifat dari film itu sendiri.33

Film bersifat satu arah. Penonton bersikap pasif, mereka disuguhkan cerita yang sudah masak, dan tinggal menikmatinya saja. Walaupun bersifat satu arah, film merupakan media yang cukup efektif dalam mempengaruhi pola pikir dan sikap manusia.

Pengaruh film tidak hanya menimbulkan efek yang positif, celakanya film juga sering menimbulkan akibat yang lebih jauh, atau menimbulkan efek yang negatif, khususnya terhadap remaja yang sedang mencari jati dirinya.

Social Learning Theory adalah salah satu teori yang menjelaskan bahwa terpaan media membuat orang melakukan apa yang dilihatnya di media. Albert Bandura menyatakan bahwa teori ini menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru di sekolah, dan sahabat karib. Langkah pertama teori ini adalah perhatian (attention) kepada suatu peristiwa.34 Yang kedua adalah proses retensi, peristiwa yang menarik perhatian dimasukkan ke dalam benak dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan (memory). Langkah ketiga yaitu proses reproduksi motor, hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk

33

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), Cet.Ke-3, h. 206.

34


(44)

34

perilaku. Langkah terakhir yaitu proses motivasi, menunjukkan bahwa perilaku akan berwujud apabila terdapat nilai peneguhan.35

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media film kepada khalayak, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi penonton. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan penonton terhadap isi pesan acara film berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi penonton pada saat menonton film. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi penonton dan lingkungan sosialnya.

D. Kiamat Menurut Pandangan Islam

Dalam Islam, persoalan hari akhir menduduki masalah yang sangat urgen. Ini menyangkut pola pandang dan sikap yang menentukan kedudukan dan nasib seseorang, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karenanya, jika persoalan yang sangat urgen ini jatuh ke tangan orang-orang yang tidak tepat, tentu akan menimbulkan persoalan besar. Masalah ini harus dikembalikan kepada dua landasan yang utama; Al-Quran dan As-Sunnah. Setiap muslim harus menjadikan keduanya sebagai patokan dan dasar pijak dalam berfikir dan bertindak.36

Pada hakikatnya, secara naluri tidak seorangpun yang menolak akan berakhirnya sebuah kehidupan. Tidak ada yang memungkiri bahwa setiap mahluk yang hidup pasti memiliki ajal. Setiap kita terikat oleh ruang dan

35

Ibid, h. 283.

36

Abu Fatiah Al-Adnani, Kiamat 2012 Antara Ramalan, Sains, dan Tinjauan Nubuat


(45)

waktu, tidak ada satupun mahluk yang memiliki kebebasan mutlak dalam hidupnya.

Sekufur apapun ideologi yang dianut oleh manusia dan seingkar apapun hati mereka terhadap adanya hari kebangkitan, namun kelak mereka akan dipaksa untuk mengakui bahwa ada satu kehidupan yang benar-benar akan mereka jalani. Mereka yang saat ini merasa sah-sah saja menganut ideologi atheisme dan paham antituhan, kelak akan mengetahui bahwa apa yang mereka yakini tidak memberi manfaat sama sekali bagi fase satu kehidupan mereka. Orang-orang yang memiliki paham semacam itu sebenarnya sedang menghibur diri agar kegelisahan dan kegundahan hidup mereka tidak terbaca oleh orang lain. Mereka tetap ingin tampil sebagai manusia-manusia yang terkesan merdeka dalam hidupnya, padahal mereka menjadi budak dari paham dan ideologi yang dianutnya.

Orang-orang itu tidak mampu mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah mendahului mereka, bahkan ketika malaikat kematian itu juga mendatangi kedua oragtua, anak-anak, kerabat dan sanak keluarga mereka, bahkan orang yang paling mereka cintai. Bahkan, ketika mereka menyaksikan beratnya penderitaan orang-orang terkasihnya saat meregang nyawa, mereka

tetap „teguh pendiriannya.‟

Hari kiamat akan terjadi pada hari jumat, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari hadis Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik hari terbitnya matahari adalah hari jumat. Pada hari itu diciptakan Adam. Pada hari itu Adam dimasukkan ke dalam surga. Pada


(46)

36

hari itu pula Adam dikeluarkan dari surga. Tidak akan terjadi Kiamat kecuali pada hari Jumat.”

Tetapi pada hari jumat kapan Kiamat itu akan terjadi? Pada bulan apa? Dan pada tahun berapa? Allah SWT lah Yang Lebih Mengetahui. Orang-orang yang berusaha membahas tentang hal itu akan terseret ke dalam bayang-bayang (fatamorgana) yang dianggap air oleh orang yang dahaga, sehingga ketika ia mendatanginya tidak mendapati apa-apa.

Allah SWT berfirman :









































































































Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat: „Bilakah terjadinya?‟ Katakanlah: „Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi mahluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kamu sekalian melainkan dengan tiba-tiba.‟ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: „Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. al- A‟raf: 187).37

Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya Allah,pada sisi-Nya sajalah

pengetahuan tentang Hari Kiamat,” (QS. Luqman: 34). Allah SWT juga berfirman:”Dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan hanya kepalanyalah kamu sekalian akan dikembalikan,” (QS. Az-Zukhruf:85)

Tidak kita ingkari bahwa hari ini kita tengah memasuki satu masa seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw dalam banyak sabdanya:

37

Abu Abdirrahman Adil Syausyah, Goncangan-goncangan hari Kiamat, (Yogyakarta:


(47)

1. Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat, maraknya pakaian-pakaian yang dipakai oleh kaum wanita, mereka berpakaian tetapi telanjang.

2. Sesungguhnya menjelang datangnya kiamat (akan banyak) persaksian palsu dan menyembunyikan persaksian yang benar.

3. Sesungguhnya, diantara tanda-tanda kiamat adalah menyebarluasnya zina. 4. Sungguh akan datang suatu masa, dimana seseorang tidak peduli terhadap

harta diperolehnya, apakah dari sumber yang halal ataukah yang haram. 5. Kiamat tidak akan terjadi, sehingga Allah mengambil syarithah-Nya

(orang-orang baik dan beragama) dari kalangan penduduk bumi, sehingga

tinggallah di sana „ajajah (orang-orang nista yang tidak memiliki kebaikan sedikitpun) yang tidak mengenal yang makruf dan tidak menolak kemunkaran.

6. Di antara tanda-tanda kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.

7. Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun tipu daya, dimana pendusta dibenarkan, sedangkan orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang amanat dianggap pengkhianat, di masa itu

ruwaibidhah berbicara “Beliau ditanya: “Apakah ruwaibidhahitu?” Beliau bersabda: “Orang bodoh yang berbicara tentang persoalan orang banyak.

8. Diantara tanda-tanda hari kiamat adalah diminumnya khamr. 9. Diantara tanda-tanda kiamat adalah maraknya kekikiran.

10.Zaman akan semakin mendekat, amal semakin berkurang, dan kekikiran akan ditimpakan.


(48)

38

11.Segala urusan tidak akan bertambah kecuali semakin sulit, dan manusia tidak akan bertambah kecuali semakin kikir.

12.Kiamat tidak terjadi sehingga beberapa kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik, sehu=ingga beberapa kabilah dari umatku menyembah berhala.

13.Tidak akan tiba hari kiamat hingga banyak perbuatan dan perkataan keji, pemutusan silaturahmi, dan jeleknya hubungan bertetangga.

14.Demi dzat yang jiwaku di tangan-Nya, dunia tidak akan musnah sehingga ada seorang laki-laki berlalu dikuburan orang lain, lantas berguling-guling

di atas tanahnya dan mengatakan: „Duhai, andaikata aku menggantikan posisi penghuni kuburan ini!‟, padahal ia sama sekali tidak memiliki

agama, (itu dilakukannya) semata-mata karena cobaan.

15.Sungguh, menjelang kiamat kesaksian palsu dan disembunyikan kesaksian benar.

16.Manusia saling tidak mengenal, sehingga nyaris tidak seorang pun mengenal orang lain.38

Pada dasarnya semua isu seputar dekatnya hari kiamat, musnahnya peradaban manusia, hancurnya kehidupan dunia dan bergantinya zaman menuju apa yang disebut dengan era „the golden age‟ adalah sebuah keniscayaan. Dan keniscayaan ini kita yakini bukan karena ramalan suku maya, analisa para ilmuan, statement paranormal atau semisalnya, melainkan kaena memang nah-nash shahih dari Rasulullah saw telah menceritakan semua itu. Dan yang membedakan nash-nash itu dengan selainnya (ini yang paling

38

Abu Fatiah al- Adnani, Kiamat 2012 Antara Ramalan, Sains, dan Tinjauan Nubuwat Akhir Zaman, h. 227-228.


(49)

penting), adalah bahwa Rasulullah saw sama sekali tidak pernah menyebutkan hari H-nya atau tahun dan tanggal kejadiannya. Karenanya, semua bentuk klaim dan pemastian tentang kejadian akhir zaman, jika ditinjau dari sudut pandang pengetahuan tentang yang ghaib, jelas merupakan sebuah kedustaan dan kelancangan. Namun, bukan berarti bahwa yang akan terjadi adalah sebaliknya (bumi akan tetap aman dan bebas dari berbagai malapetaka). Jangan sampai seorang muslim karena tidak ingin menyerupai dengan keyakinan non muslim, memiliki keyakinan baru yang menolak semua

„ramalan‟ tersebut. Karena, menyerahkan seluruhnya kepada Allah, tidak

memastikan dan tidak menafikan secara total adalah jalan yang paling selamat. Kita hanya dituntut waspada, berhati-hati, bersiap-siap dengan bekal yang cukup agar jika kita benar-benar melewati masa itu kita bisa menyelamatkan diri dan wafat dalam keadaan seorang muslim. Melalui lisan Rasulullah saw, kita dapat mengetahui pesan-pesan apa yang bisa kita lakukan agar selamat dari mega bencana ini. 39

39


(50)

40

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Sekolah MAN 4 MODEL JAKARTA

1. Sejarah Berdirinya MAN MODEL JAKARTA dan Ruang Lingkupnya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta didirikan pada tanggal 29 April 1992 sebagai bagian dari peralihan fungsi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) menjadi Madrasah Aliyah Negeri Berdasarkan keputusan Meneteri Agama RI No 42 Tahun 1992. Dalam perkembangannya, MAN 4 JAKARTA telah dipimpin oleh lima kepala sekolah yaitu Drs. A. Daud (1992-1996), Drs. Fachruddin (1996-2002), Drs. Muchyi (2002-2008), Drs. Kidup Supriyadi, M.Pd (2008-2009), dan sejak tahun 2009 sampai sekarang dipimpin oleh Drs. M. Fadoli.

Pada tahun 1998, atas berbagai prestasi yang diraih, MAN 4 JAKARTA ditetapkan Menteri Agama Republik Indonesia sebagai MAN 4 MODEL JAKARTA berdasarkan surat keputusan No E.IV/PP.00.6/Kep/17.a/1998 tanggal 20 Februari 1998. Sebagai satu-satunya MAN MODEL di JAKARTA, MAN 4 berkomitmen untuk terus-menerus meningkatkan mutu, baik dalam aspek manajemen maupun dalam proses akademiknya. Komitmen tersebut dibuktikan dengan diraihnya sertifikat standar mutu dalam penerapan manajemen mutu, ISO 9001: 2000 pda bulan November 2007. Mulai tahun 2010 ini, untuk menjaga peningkatan berkesinambungan dalam penjaminan mutu (Continually improvment and quality insurance/SMM), MAN 4 tengah


(51)

mengintegrasikan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dengan The High Level Management – Malcolm Baldridge National Quality Award (MBNQ/BNQP). Di samping itu, MAN 4 juga ditetapkan sebagai salah satu madrasah rintisan menuju madrasah yang bertaraf internasional (MBI). 1

Letak MAN 4 Jakarta berada dekat Tol Pondok Pinang dan relatif dekat dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuat lingkungan madrasah sangat kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Letak komplek madrasah yang berjarak 300 meter dari jalan raya menciptakan lingkungan madrasah yang aman, nyaman dan jauh dari kebisingan lalulintas. MAN 4 Jakarta juga mudah diakses karena letaknya yang berada di perbatasan DKI Jakarta dan Banten dengan banyaknya pilihan kendaraan umum yang biasa menjangkau madrasah baik dari arah Jakarta maupun dari arah Banten.2

2. Visi, Misi, dan Slogan

Sebagai sebuah organisasi kependidikan, MAN 4 Jakarta digerakkan oleh sebuah visi yang mengarahkan setiap kebijakan dan

pengembangan program. Visi MAN 4 Jakarta ialah “Pengembang Pendidikan Islam, Unggul dalam Prestasi”. Visi “Pengembang Pendidikan Islami” dapat diartikan sebagai sebuah amanah yang dijunjung MAN 4 sebagai Madrasah yang merupakan sekolah setingkat lanjutan atas yang menekankan basis kependidikan islam bukan hanya dalam kurikulum, tapi lebih daripada itu, pada akhlak dan karakter civitas akademikannya.

1

Sumber: Dokumen MAN 4 Jakarta.

2


(52)

42

“Unggul dalam Prestasi” merupakan harapan dan cit-cita yang tinggi yang ingin diraih MAN sebagai madrasah yang berkualitas. Visi ini kemudian dijabarkan dalam misi.

Adapun misi MAN 4 ialah:

a. Menjadikan agama islam sebagai ruh dan sumber nilai pengembangan madrasah.

b. Mengembangkan proses belajar-mengajar dengan bernuansa islami. c. Menjadikan orang tua murid dan masyarakat sebagai mitra dan modal

kerja madrasah.

d. Menjalin kerja sama dengan masyarakat, lingkungan dan berbagai instansi yang konsen terhadap madrasah.

e. Menyiasati kurikulum secara cermat dan akurat.

f. Menempatkan tugas guru mengajar sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya dan meningkatkn profesionalisme melalui berbagai penataran, pembinaan dan pelatihan.

g. Menambah dan mengembangkan sarana pendukung pembelajaran. h. Mendorong semangat peserta didik, guru, dan seluruh komponen

madrasah lainnya untuk belajar dan bekerja keras.

i. Mendorong madrasah sebagai wahana pengembangan potensi peserta didik.

3. Struktur Organisasi MAN 4 Model

Pengelolaan lembaga pendidikan MAN 4 Model berada di bawah sebuah badan yang bertanggung jawab atas lembaga ini yaitu Drs. M. Fadoli.


(53)

Organisasi di dalam sebuah lembaga pendidikan amatlah dibutuhkan, mengingat kompleknya permasalahan yang timbul di subuah lembaga pendidikan, karena untuk menjalankan sekolah sesuai dengan peraturan dibutuhkan peran serta organisasi yang mengatur kelancaran dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu peran organisasi suatu lembaga, sebab hasil yang dicapai melalui kegiatan perorangan.

Struktur organisasi MAN 4 Model sebagai berikut: a. Kepala Sekolah : Drs. M. Fadoli b. WAKA. Pengembangan : Drs. Agus Mudhofar c. WAKA. Kurikulum : Khoirunnas, Spd d. WAKA. Kesiswaan : Ismail Nur, Lc, MA e. WAKA. Humas : Dra. Faizah, MPd f. Koordinator Perpustakaan : Drs. Emroni

g. Koordinator Laboratorium : Drs. Suhanto. M. Pd h. Koordinaor BK : Dra. Hj. Titi Sumanti i. KA. Tata Usaha : Tugiman. M. Si

j. Kepegawaian : Kosim. S. IP

k. Keuangan : Umi Masitoh, SE

l. ADM. Kesiswaan : Mansur. S. Ag

m. ADM. Pembelajaran : Rohmad, Erwan Efendi n. ADM. Laboratorium : Nurhayati

o. ADM. IKN : Iwan Iskandar. S. Pdi

p. ADM. Umum : Suhanda, S. Pdi


(54)

44

4. Program Kegiatan-kegiatan MAN 4 Model

Program-program yang diterapkan oleh pihak sekolah yaitu pengembangan diri diarahkan untuk pengembangan karakter peserta didik yang ditujukan untuk mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan persoalan kebangsaan, Madrasah menyediakan wadah pengembangan diri baik di dalam maupun di luar bidang akademik dibentuk organisasi yaitu, antara lain:3

a. Intra Kurikuler

1) Shalat Jumat di Masjid Madrasah 2) Shalat Dzuhur berjamaah dan Kultum

3) Bimbingan Konseling diasuh oleh guru Bagian Kurikulum 4) Pembinaan Keputrian

b. Ekstra Kurikuler

1) Rohis (Rohani Islam) 2) Tari Saman

3) Gempala (Gerakan Pelajar Pencinta Alam) 4) Teater Comic

5) FMIKA (Forum Mudzakaroh Isi dan Kandungan Alquran) 6) KJS (Klub Jurnalistik Sekolah)

7) PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera) 8) Sepakbola

9) Marawis ”Nahdhotus Shab‟ah” 10)KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) 11)Almode Basketball

3


(1)

64

Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 15% responden menjawab sangat yakin, 19% menjawab yakin, 29% menjawab kurang yakin dan 37% menjawab tidak yakin.

C. Pesan Dominan Dalam Film “2012”

Pesan yang terkandung dalam film ini terbagi menjadi 3, yaitu sosial, arti kemanusiaan dan agama. Dari data yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpendapat pesan yang paling dominan dalam film “2012” adalah tentang agama. Karena mereka menganggap film tersebut menceritakan tentang gambaran hari kamat dan ramalan penanggalan bangsa suku maya. Tidak hanya bangsa suku maya, hampir semua agama meyakini akan terjadinya bencana besar di akhir zaman. Namun, kita memiliki perbedaan yang tajam dalam memandang itu semua sebagaimana tajamnya perbedaan kita dalam semua keyakinan yang kita miliki. Kita semua sama-sama meyakini adanya Dzat yang menciptakan dan menghidupkan, adanya kematian dan pembalasan, namun keyakinan kita (kaum muslimin) tentang semua itu sangat berbeda dengan apa yang diyakini oleh mereka (non muslim).


(2)

65 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa penelitian tentang respon siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta terhadap film 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari temuan data mengenai respon kognitif telah diperoleh bahwa tiap

siswa-siswi merespon dengan jawaban berbeda terhadap pertanyaan yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta terhadap film 2012 khususnya dalam respon kognitif memperoleh respon yang bervariasi. Hal tersebut, dapat terjadi karena berdasarkan lingkungan, pola pikir dan cara menyikapi masing-masing individu. Mereka yang merespon positif berpandangan bahwa film 2012 menggambarkan tentang kejadian hari kiamat, akan tetapi pandangan tersebut tidak mengurangi keimanan mereka. Karena film 2012 hanya sekedar menggambarkan kejadian huru-hara pada saat hari kiamat. Sedangkan mereka yang merespon negatif berpandangan bahwa film 2012 sama sekali tidak menggambarkan apalagi mengulas tentang hari kiamat. Karena film 2012 dibuat oleh orang nasrani yang mempunyai kepercayaan dan pandangan yang berbeda tentang hari kiamat. Dengan film tersebut siswa-siswi berupaya meningkatkan kadar keimanan terhadap dirinya. Sekalipun tidak baik siswa-siswi pun akan bertindak untuk mencegah hal-hal yang dapat merusak aqidah tentang pengamalan dan pengetahuan hari akhir.


(3)

66

2. Dari temuan data respon afektif telah diperoleh bahwa Siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta merespon positif terhadap pertanyaan yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa respon Siswa-siswi MAN 4 Model Jakarta terhadap film 2012 khususnya dalam respon afektif memperoleh respon positif.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menilai film 2012 bagus. Hal ini dimungkinkan dengan adanya beberapa adegan yang dapat di petik hikmahnya diantaranya adegan yang mengandung arti kemanusiaan, kehidupan sosial dan pengorbanan.

3. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak meyakini tentang hari kiamat dalam film “2012” tersebut. Mereka berpandangan bahwa hari kiamat merupakan rahasia Allah swt. Tdk ada seorang pun yang dapat mengetahuinya secara pasti kapan dan seperti apa hari kiamat itu terjadi. Persoalan ini mutlak ada di tangan Tuhan, bahkan seorang nabi pun tidak diberi kekuasaan tentang hal ini. Inilah kepercayaan dasar yang harus dipegang teguh meskipun banyak ramalan tentang hari kiamat termasuk dalam film 2012 ini. Apalagi sejarah memperlihatkan bahwa deretan panjang ramalan tentang hari kiamat tidak ada yang terbukti satu pun.

B. Saran

Arus globalisasi dan pesatnya perkembangan kemajuan teknologi, menuntut kita untuk selalu peka dan kritis terhadap perkembangan perfilman tanah air. Apalagi saat ini perfilman tanah air mengalami kemunduran dalam


(4)

67

segi kualitas yang akan sangat berpengaruh pada perilaku masyarakat yang pada umumnya mudah terpengaruh adegan film. Adapun saran dari penulis yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Bagi Masyarakat : penulis berharap masyarakat dapat menjadi pribadi yang peka dan kritis terhadap film-film yang dibangun oleh para sutradara film asing. Selain itu para konsumen film jangan hanya menjadi penonton pasif, tetapi harus dapat menjadi pelaku yang aktif dalam pengetahuan tentang pembuatan film sehingga dapat menghasilkan film yang berkualitas dan layak untuk ditonton.

2. Bagi Siswa-siswi : semoga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT guna membentengi diri agar terhindar dari pengaruh negatif film-film yang beredar saat ini. Selain itu hendaknya memilih jenis film yang mengandung nilai-nilai edukasi dan agama, sehingga tercipta pola pikir yang proporsional dan pribadi yang berakhlak mulia.

3. Bagi pemerintah : diharapkan agar lebih selektif lagi menyaring film-film asing yang masuk ke tanah air guna memberikan kebijakan yang protektif terhadap film nasional. Terutama film yang dapat merusak akhlak dan aqidah umat muslim.

4. Bagi pembuat film : hendaknya menghasilkan karya film yang layak untuk ditonton dengan memasukkan cerita dan adegan yang bernilai agama, pendidikan dan pengetahuan. Sehingga dapat menghasilkan sineas muda yang berbakat dalam menciptakan film-film yang berkualitas guna menghindari merosotnya moral para masyarakat khusunya umat islam.


(5)

68

Adil Syausyah, Abu Abdirrahman. Goncangan-goncangan Hari Kiamat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008.

Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar, Jakarta: Reneka Cipta, 1992.

Al-Adnani, Abu Fatiah. Kiamat 2012 Antara Ramalan, Sains, dan Tinjauan Nubuat Akhir Zaman, Surakarta: Granada Mediatama, 2009.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 2006.

Bogges, Joseph M. The Art of Watching Films, Mayfield Publishing Company, 1991

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, edisi ke-2, Erlangga, 1987

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai pustaka, 2002.

Echols, M. John dan Hasan, Shadily. Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2003.

Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti 2003.

Gunadi, YS. (ED), Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta : PT. Grasindo, 1998. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 1989.

Hoed, B.H. Dampak Komunikasi Periklanan, SEbuah Ancangan dari Segi Semiotik dalam Semiotik: Mengkaji Tanda dalam Artifak. Ekm. Masinambau dan Rahayu S. HIdayat ( Ed), Jakarta: Balai Pustaka 2001. Hurlock, B Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1991.

Kusnawan, Aep, dkk. Komunikasi Dan Penyiaran Islam; Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, Bandung : Benang Merah Press, 2004.

Madiyant, Muslikh. Sinema Sastra: Mencari Bahasa di Dalam Teks Visual. Jurnal Humaniora, Volume XV, No. 2/2003.


(6)

69

McBride, Sean. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara Satu Dunai, Jakarta: Balai Pustaka, 1983.

Mujib, Abdul dan Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam kajian Filosofi dan

Kerangka Dasar Operasionalisasinya Bandung: Penerbit Trigenda

Karya, 1993.

Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Umar Ismail, 1993.

Pranajaya, Film dan Masyarakat.

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung : RemajaRosda Karya, 1999. Sabri, Alisuf. Ilmu Pendidikan Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.

Sarwono, sarlito W. Teori-teori Psikologi Sosial Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada. 2005.

Siagian Gayus. Menilai Film Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006. Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial Jakarta: Bulan Bintang 1982. Turner, Grame. Film as Social Practice, London: Routledge, 1993.

Unbiyati, Nur dan Ahmadi, Abu. Ilmu Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Universitas Indonesia Jakarta: perpustakaan FISIP UI, 1997.

Walgito, Bimo. Pengantar Psikolog Umum, Yogya: UGM, 1996. Situs Website:

http:/www.google.com. Koran Sore Wawasan

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0708/13/tekno/3760308.htm http://kambinglaut.wordpress.com/2007/08/31/99/

http://yepiye.wordpress.com/2009/03/23/hari-kiamat-tahun-2012-ternyata-hanya-mitos-dan-dongeng-film/