36
Berdasarkan Hasil uji beda nilai rata-rata kadar natrium, kalium, dan kalsium antar sampel tertera pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kadar natrium, kalium, dan kalsium yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 99 pada daun girang muda dan daun girang tua yang diperoleh dari
hasil analisis. Pada hasil pengukuran kadar kalsium daun girang tua, diperoleh kadar
kalsium cukup tinggi. Kadar kalsium yang tinggi ini diduga dapat mengurangi masalah tetani yang disebabkan hipokalsemia. Menurut Marcus 2001 penurunan
sedikit saja aktivitas Ca
2+
dapat menurunkan nilai ambang eksitasi, yang mengarah pada tanda-tanda Chovestek dan Trosseau positif, seizure tetanus, dan
laringospasme. Influks Ca
2+
ke dalam sel diduga terjadi melalui difusi terfasilitasi yang diperantai oleh pembawa dan melalui penukaran Ca
2+
untuk Na
+
. Ca
2+
berperan penting dalam kopling eksitasi-kontraksi otot. Potensial aksi menstimulasi pelepasan Ca
2+
dari retikulum sarkoplasma. Ca
2+
yang dilepaskan mengaktifkan kontraksi melalui pengikatannya pada troponin, sehingga
meniadakan efek penghambatan troponin terhadap interaksi aktin-miosin. Relaksasi otot terjadi jika Ca
2+
dipompa kembali ke dalam rertikulum sarkoplasma, memulihkan penghambatan troponin.
4.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Berdasarkan data kurva kalibrasi natrium, kalium, dan kalsium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk ketiga mineral tersebut. Batas deteksi dan
batas kuantitasi natrium, kalium, dan kalsium dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi untuk pengukuran natrium,
kalium dan kalsium masing-masing sebesar 0,0355 µgmL; 0,4800 µgmL;
Universitas Sumatera Utara
37
0,4168 µgmL, sedangkan batas kuantitasinya sebesar 0,1182 µgmL; 1,5999 µgmL; 1,3895 µ gmL.
Tabel 4.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi natrium, kalium, dan kalsium.
No Mineral
Batas Deteksi µ gmL Batas Kuantitasi µgmL
1 Natrium
0,0355 0,1182
2 Kalium
0,4800 1,5999
3 Kalsium
0,4168 1,3895
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada di atas batas deteksi dan batas kuantitasi.
Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 78 – 81.
4.2.4 Uji Perolehan Kembali Recovery
Hasil uji perolehan kembali recovery kadar natrium, kalium dan kalsium setelah penambahan masing-masing larutan baku natrium, kalium dan kalsium
dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Persen perolehan kembali recovery kadar natrium, kalium dan
kalsium. No.
Mineral yang dianalisis
Recovery Syarat rentang persen
recovery 1.
Natrium 87,08 – 110,56
80 - 120 2.
Kalium 93,05 – 103,96
80 - 120 3.
Kalsium 96,88 – 114,38
80 - 120
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, persen hasil uji perolehan kembali recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat
Universitas Sumatera Utara
38
pemeriksaan kadar natrium, kalium dan kalsium dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali recovery ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan,
jika rata-rata hasil perolehan kembali recovery berada pada rentang 80-120 Ermer dan McB. Miller, 2005. Hasil uji perolehan kembali recovery kadar
natrium, kalium, dan kalsium setelah penambahan masing-masing larutan baku dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21 halaman 82 - 87.
4.2.5 Simpangan Baku Relatif