BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Sosiodemografi 6.1.1. Proporsi penderita berdasarkan umur
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6.1. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan umur di RSUD Lubuk pakam tahun 2011
Berdasarkan Gambar 6.1. dapat diketahui proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan umur adalah umur 11-19 tahun 26. Dari tahun 1996 sampai dengan
tahun 2000 proporsi kasus DBD di Indonesia terbanyak pada kelompok umur 4-5 tahun, kelompok resiko tinggi DBD meliputi anak berumur 5-9 tahun.
31
26.8 22.5
15.9 13
10.1 5.8
4.3 1.4
5 10
15 20
25 30
11-19 tahun
2-10 tahun 20-28 tahun
29-37 tahun
38-46 tahun
47-55 tahun
56-64 tahun
≥ 65 tahun
P ro
p o
rs i
Umur
Universitas Sumatera Utara
Di kabupaten Tranggalek sampai dengan November 2004 jumlah penderita DBD tertinggi pada umur 5-9 tahun. Pada umur 5-6 tahun anak mulai masuk TK dan
pada usai 7-9 tahun anak duduk di bangku SD. Dari data ini tidak menutup kemungkinan penularanya terjadi bukan pada rumah mereka, tapi pada sekolah anak-
anak tersebut.
46
Dari gambar 6.1 di atas penderita DBD juga dijumpai pada umur ≥
65 tahun, kelompok umur ini pada umumnya lebih lama beraktivitas di dalam rumah, nyamuk pembawa virus dengue yang gemar hidup di dalam rumah adalah Aedes
aegypti berbeda dengan nyamuk Aedes albopictus yang gemar tinggal disekitar rumah.
44
Hasil penelitian Safinah 2004 dengan desain case series menemukan proporsi umur terbanyak
≥ 15 tahun 54,
28
hasil yang sama juga di dapat pada penelitian Sondang 2006 dengan desain case series menemukan proporsi umur
terbanyak ≥ 15 tahun 52,1.
45
6.1.2. Proporsi penderita berdasarkan jenis kelamin
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.2. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan jenis kelamin di RSUD Lubuk pakam tahun 2011
Berdasarkan Gambar 6.2 dapat diketahui proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan 50,7. Pada umumnya anak laki-laki
lebih rentan terhadap infeksi dari pada anak perempuan. Hal ini disebabkan karena produksi imunoglobin dan anti bodi yang dikelola secara genetika dan hormonal pada
anak perempuan lebih efisien dibandingkan pada anak laki-laki, sampai sekarang belum ada yang dapat memberikan jawaban yang tuntas mengenai perbedaan jenis
kelamin pada penderita DBD.
47
Hasil penelitian Safinah2004 dengan desain case series menemukan proporsi tertinggi penderita DBD berjenis kelamin perempuan 53,2,
28
berbeda dengan hasil penelitian Sondang 2006 dengan desain case series menemukan proporsi penderita
tertinggi berjenis kelamin laki-laki 53,1.
45
50.7 49.3
Perempuan Laki-laki
Universitas Sumatera Utara
6.1.3. Proporsi penderita berdasarkan agama
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6.3. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan agama di RSUD Lubuk pakam tahun 2011.
Berdasarkan Gambar 6.3. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah agama Islam 74,6, Hal ini bukan berarti bahwa agama Islam merupakan risiko
tinggi terjadinya DBD, tetapi kemungkinan disebabkan lebih banyak penderita yang datang untuk berobat ke rumah sakit tersebut adalah yang beragama Islam.
Hasil penelitian Puteri 2007 dengan desain case series menemukan proporsi penderita terbanyak beragama Islam 94,5,
41
hasil yang sama juga didapat pada penelitian Vivijulia 2010 dengan desain case series menemukan proporsi penderita
terbanyak beragama Islam 86,8.
42
74.6 25.4
Islam Kristen
Universitas Sumatera Utara
6.1.4. Proporsi penderita berdasarkan pendidikan
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6.4. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan pendidikan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011
Berdasarkan Gambar 6.4. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah berpendidikan SLTA 37,7. Hal ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita
lebih banyak adalah pelajarmahasiswa. Hasil penelitian Puteri 2007 dengan desain case series menemukan proporsi
penderita tertinggi berpendidikan SLTA 30,
41
berbeda dengan hasil penelitian Vivijulia 2010 dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi
berpendidikan SD 46,9.
42
6.1.5. Proporsi penderita berdasarkan pekerjaan
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut:
37.7
23.9 23.9
9.4 5.1
SLTA SD
SLTP Belum sekolah
AkademiPerguruan tinggi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.5. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan pekerjaan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011
Berdasarkan Gambar 6.5. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah sebagai pelajar mahasiswa 43,5. Hal ini terkait dengan kebiasaan nyamuk Aedes
aegypti menggigit pada pagi dan sore hari sewaktu pelajarmahasiswa beraktivitas di luar rumah dan kurangnya pemantauan jentik di sekolah-sekolah atau tempat umum.
Hasil penelitian Puteri 2007 dengan desain case series menemukan proporsi pekerjaan penderita terbanyak adalah pelajar 47,9,
41
hasil yang sama juga didapat pada penelitian Vivijulia 2010 dengan desain case series menemukan proporsi
pekerjaan penderita terbanyak adalah pelajarmahasiswa 27,9.
42
6.1.6. Proporsi penderita berdasarkan tempat tinggal
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar berikut:
43.5
15.2 14.5
10.9 9.4
6.5
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
P ro
p o
rs i
Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.6. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan tempat tinggal di RSUD Lubuk pakam tahun 2011
Berdasarkan Gambar 6.6. diketahui proporsi tertinggi pederita DBD berasal dari luar Lubuk pakam 51,4.
RSUD Lubuk pakam merupakan rumah sakit pemerintah yang mempunyai wilayah kerja efektif di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli
Serdang, sehingga memungkinkan penderita yang datang ke rumah sakit ini lebih banyak dari luar kecamatan Lubuk Pakam. Hal ini bukan berarti masyarakat yang
berasal luar Lubuk Pakam merupakan faktor risiko terhadap terjadinya DBD, tetapi kemungkinan karena lebih banyak penderita yang datang berobat ke rumah sakit
tersebut adalah masyarakat yang bertempat tinggal di luar Lubuk Pakam.
6.2. Sumber biaya
Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada gambar berikut:
51.4 48.6
Luar Lubuk pakam Lubuk pakam
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.7. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan sumber biaya di RSUD Lubuk pakam tahun 2011
Berdasarkan Gambar 6.7. dapat diketahui distribusi proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan sumber biaya yaitu dengan bukan biaya sendiri 62,3.
Hal ini berkaitan dengan status RSUD Lubuk pakam sebagai RS pemerintah yang melayani penderita berobat dengan JKD, ASKES, dan JAMSOSTEK.
Hasil penelitian Vivijuliana dengan desain case series menemukan proporsi sumber biaya penderita terbanyak adalah dengan askeskin 32,8.
42
6.3. Jumlah trombosit