Sosiodemografi 1. Proporsi penderita berdasarkan umur 22.5 13 5.8 14.5 9.4 Sumber biaya

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Sosiodemografi 6.1.1. Proporsi penderita berdasarkan umur Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 6.1. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan umur di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Berdasarkan Gambar 6.1. dapat diketahui proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan umur adalah umur 11-19 tahun 26. Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD di Indonesia terbanyak pada kelompok umur 4-5 tahun, kelompok resiko tinggi DBD meliputi anak berumur 5-9 tahun. 31

26.8 22.5

15.9 13

10.1 5.8

4.3 1.4

5 10 15 20 25 30 11-19 tahun 2-10 tahun 20-28 tahun 29-37 tahun 38-46 tahun 47-55 tahun 56-64 tahun ≥ 65 tahun P ro p o rs i Umur Universitas Sumatera Utara Di kabupaten Tranggalek sampai dengan November 2004 jumlah penderita DBD tertinggi pada umur 5-9 tahun. Pada umur 5-6 tahun anak mulai masuk TK dan pada usai 7-9 tahun anak duduk di bangku SD. Dari data ini tidak menutup kemungkinan penularanya terjadi bukan pada rumah mereka, tapi pada sekolah anak- anak tersebut. 46 Dari gambar 6.1 di atas penderita DBD juga dijumpai pada umur ≥ 65 tahun, kelompok umur ini pada umumnya lebih lama beraktivitas di dalam rumah, nyamuk pembawa virus dengue yang gemar hidup di dalam rumah adalah Aedes aegypti berbeda dengan nyamuk Aedes albopictus yang gemar tinggal disekitar rumah. 44 Hasil penelitian Safinah 2004 dengan desain case series menemukan proporsi umur terbanyak ≥ 15 tahun 54, 28 hasil yang sama juga di dapat pada penelitian Sondang 2006 dengan desain case series menemukan proporsi umur terbanyak ≥ 15 tahun 52,1. 45

6.1.2. Proporsi penderita berdasarkan jenis kelamin

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 6.2. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan jenis kelamin di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Berdasarkan Gambar 6.2 dapat diketahui proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan 50,7. Pada umumnya anak laki-laki lebih rentan terhadap infeksi dari pada anak perempuan. Hal ini disebabkan karena produksi imunoglobin dan anti bodi yang dikelola secara genetika dan hormonal pada anak perempuan lebih efisien dibandingkan pada anak laki-laki, sampai sekarang belum ada yang dapat memberikan jawaban yang tuntas mengenai perbedaan jenis kelamin pada penderita DBD. 47 Hasil penelitian Safinah2004 dengan desain case series menemukan proporsi tertinggi penderita DBD berjenis kelamin perempuan 53,2, 28 berbeda dengan hasil penelitian Sondang 2006 dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi berjenis kelamin laki-laki 53,1. 45 50.7 49.3 Perempuan Laki-laki Universitas Sumatera Utara

6.1.3. Proporsi penderita berdasarkan agama

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 6.3. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan agama di RSUD Lubuk pakam tahun 2011. Berdasarkan Gambar 6.3. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah agama Islam 74,6, Hal ini bukan berarti bahwa agama Islam merupakan risiko tinggi terjadinya DBD, tetapi kemungkinan disebabkan lebih banyak penderita yang datang untuk berobat ke rumah sakit tersebut adalah yang beragama Islam. Hasil penelitian Puteri 2007 dengan desain case series menemukan proporsi penderita terbanyak beragama Islam 94,5, 41 hasil yang sama juga didapat pada penelitian Vivijulia 2010 dengan desain case series menemukan proporsi penderita terbanyak beragama Islam 86,8. 42 74.6 25.4 Islam Kristen Universitas Sumatera Utara

6.1.4. Proporsi penderita berdasarkan pendidikan

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 6.4. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan pendidikan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Berdasarkan Gambar 6.4. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah berpendidikan SLTA 37,7. Hal ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita lebih banyak adalah pelajarmahasiswa. Hasil penelitian Puteri 2007 dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi berpendidikan SLTA 30, 41 berbeda dengan hasil penelitian Vivijulia 2010 dengan desain case series menemukan proporsi penderita tertinggi berpendidikan SD 46,9. 42

6.1.5. Proporsi penderita berdasarkan pekerjaan

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut: 37.7 23.9 23.9 9.4 5.1 SLTA SD SLTP Belum sekolah AkademiPerguruan tinggi Universitas Sumatera Utara Gambar 6.5. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan pekerjaan di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Berdasarkan Gambar 6.5. diketahui proporsi tertinggi penderita DBD adalah sebagai pelajar mahasiswa 43,5. Hal ini terkait dengan kebiasaan nyamuk Aedes aegypti menggigit pada pagi dan sore hari sewaktu pelajarmahasiswa beraktivitas di luar rumah dan kurangnya pemantauan jentik di sekolah-sekolah atau tempat umum. Hasil penelitian Puteri 2007 dengan desain case series menemukan proporsi pekerjaan penderita terbanyak adalah pelajar 47,9, 41 hasil yang sama juga didapat pada penelitian Vivijulia 2010 dengan desain case series menemukan proporsi pekerjaan penderita terbanyak adalah pelajarmahasiswa 27,9. 42

6.1.6. Proporsi penderita berdasarkan tempat tinggal

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada gambar berikut: 43.5

15.2 14.5

10.9 9.4

6.5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P ro p o rs i Pekerjaan Universitas Sumatera Utara Gambar 6.6. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan tempat tinggal di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Berdasarkan Gambar 6.6. diketahui proporsi tertinggi pederita DBD berasal dari luar Lubuk pakam 51,4. RSUD Lubuk pakam merupakan rumah sakit pemerintah yang mempunyai wilayah kerja efektif di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang, sehingga memungkinkan penderita yang datang ke rumah sakit ini lebih banyak dari luar kecamatan Lubuk Pakam. Hal ini bukan berarti masyarakat yang berasal luar Lubuk Pakam merupakan faktor risiko terhadap terjadinya DBD, tetapi kemungkinan karena lebih banyak penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah masyarakat yang bertempat tinggal di luar Lubuk Pakam.

6.2. Sumber biaya

Distribusi Proporsi penderita DBD berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada gambar berikut: 51.4 48.6 Luar Lubuk pakam Lubuk pakam Universitas Sumatera Utara Gambar 6.7. Proporsi penderita DBD rawat inap berdasarkan sumber biaya di RSUD Lubuk pakam tahun 2011 Berdasarkan Gambar 6.7. dapat diketahui distribusi proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan sumber biaya yaitu dengan bukan biaya sendiri 62,3. Hal ini berkaitan dengan status RSUD Lubuk pakam sebagai RS pemerintah yang melayani penderita berobat dengan JKD, ASKES, dan JAMSOSTEK. Hasil penelitian Vivijuliana dengan desain case series menemukan proporsi sumber biaya penderita terbanyak adalah dengan askeskin 32,8. 42

6.3. Jumlah trombosit