3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
3.6.1 Tempat Penelitian
1. Laboratorium Farmakognosi Farmasi USU 2. Laboratorium Penelitian Farmasi USU
3. Laboratorium Tropical Disease UNAIR
3.6.2 Waktu Penelitian: September 2010 - Juli 2011
3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
3.7.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Buah mahkota dewa yang dipakai adalah buah yang segar atau baru dipetik dari pohon mahkota dewa yang ditanam di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Medan
Polonia, Medan, tidak cacat dan berwarna merah pada sore hari.
Gambar 5: Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa yang berasal dari
Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Polonia.
Bahan baku berupa buah mahkota dewa sebanyak 2 kg dibersihkan dari kotoran, dicuci bersih, ditimbang kemudian dibelah agar bagian cangkang dan bijinya
mudah dipisahkan. Buah mahkota dewa diiris halus untuk mempercepat proses
Universitas Sumatera Utara
pengeringan dan mempermudah penggilingan lalu dikeringkan di lemari pengering selama 14 hari.
Gambar 6 : Buah mahkota dewa dicuci, ditimbang 2 kg, kemudian diiris halus.
Gambar 7 : Sampel buah mahkota dewa dimasukkan ke dalam lemari pengering sehingga diperoleh sampel kering.
Kemudian sampel yang telah kering diblender sampai menjadi serbuk simplisia sebanyak 190 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan dimaserasi
selama 3 jam dengan pelarut etanol 96. Selama proses maserasi, sel buah mahkota dewa mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan mengeluarkan senyawa-
senyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol tersebut. Pelarut etanol akan mengikat berbagai senyawa aktif seperti, polifenol, flavonoid, terpenoid, sterol dan
alkaloid. Maserat diaduk sesekali dengan keadaan etanol cukup merendam sampel.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8 : simplisia kering ditimbang lalu diblender kemudian dimaserasi
Setelah 3 jam, simplisia diperkolasi dengan menggunakan perkulator yang ditutup aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Pada bagian ujung perkulator
disumbat dengan kapas basah dan dilapisi kertas saring. Setelah 24 jam, bagian ujung perkulator yang juga disambungkan pada tabung untuk menampung cairan dapat
dibuka dengan kecepatan ± 20 tetesmenit. Prosedur penampungan maserat diulangi sampai maserat yang dihasilkan berwarna jernih, dan didapat maserat cair sebanyak ±
4 liter.
Gambar 9 : perkolasi dengan pelarut etanol 96.
Universitas Sumatera Utara
Semua maserat digabung dan disaring, lalu diuapkan dengan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator pada tekanan, 1 ATM dengan temperatur
≤ 60 C.
Ekstrak kental yang dihasilkan didinginkan selama 24 jam kemudian dilakukan pengeringan beku dalam freeze dryer selama 24 jam.
Gambar 10: Penguapan maserat Gambar 11: Ekstrak kental
pada Vaccum Rota- pelarut etanol
ry Evaporator
3.7.2 Pembuatan Media Bakteri Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media nutrient agar NA dengan cara
dimasak, sebanyak 2 gram nutrient agar dilarutkan ke dalam 100 ml akuades, lalu media dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih sehingga media
NA benar-benar larut. Kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit pada tekanan 2 atm, suhu 121
C. Media MHB Mueller Hinton Broth dan MHA Mueller Hinton Agar dibuat
untuk menguji aktivitas antibakteri. Media MHB yang digunakan untuk melihat KHM, dibuat dengan cara melarutkan 4,2 gram bubuk media MHB dalam aquades
sampai 200 ml. Larutan dipanaskan sampai bubuk benar-benar larut, selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada tekanan 2 atm, 115
C. Media MHA yang digunakan sebagai media untuk melihat KBM, sebanyak 7,6 gram Mueller Hinton Agar
dilarutkan ke dalam 200 ml akuades, lalu dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih. Kemudian media yang telah masak disterilkan di dalam
autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 2 atm, suhu 121 C. Setelah
disterilkan, media disimpan ke dalam lemari pendingin. Jika akan digunakan kembali, media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing
petri dan dibiarkan hingga dingin.
3.7.3 Pembiakan spesimen