Karakteristik Opinion Leader Opinion Leader

Universitas Sumatera Utara Sungguh pun opinion leader itu begitu penting peranannya dalam kelangsungan sesuatu komunikasi, namun kita tidak mungkin dapat mengikat atau melatih mereka dalam suatu jaringan organisasi. Sebab apabila halnya demikian, maka mereka dengan sendirinya akan kehilangan fungsinya sebagai opinion leader dan bergantilah ia menjadi formal leader yang mungkin berfungsi sebagai kader, petugas, propagandis atau sebagainya dari sesuatu organisasi yang tunduk kepada garis organisasi yang bersangkutan. Mengenai hal tersebut, Stanley Bigman menyatakan bahwa tidak ada opinion leader yang bergerak dalam suatu garis organisasi atau hirarki, jika di Uni Soviet opinion leader memang dilatih dan diorganisasikna dalam suatu sistem propaganda yang resmi, hal tersebut mungkin saja hanya terjadi di Uni Soviet sebab di negara tersebut segala sesuatunya memang diatur dalam jaringan pemerintah, yang sudah tentu sistemnya berlainan sekali dengan negara kita yang demokrasi ini. Katz, 1953:97

2.2.3.1 Karakteristik Opinion Leader

Opinion Leader dalam kelompok mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi tertentu pula. Kesesuaian maksud dari Opinion Leader ini tergantung dari isi pesan dan feedback yang diharapkan dari komunikan. Selain itu faktor psikologis masing-masing Opinion Leader juga menentukan gaya dan caranya dalam mengelola penyampaian pesan. Dalam sebuah komunikasi, umpan balik merupakan bentuk khas dari sebuah pesan. Komunikasi disebut efektif jika umpan balik yang didapatkan sesuai dengan harapan komunikator.Oleh karena itu perlu seorang komunikator yang berkemampuan untuk mendapatkan kategori komunikasi efektif. Untuk itu karakteristik Opinion Leader dapat dibagi menjadi 6 enam, yaitu http:ejournal.unsrat.ac.idindex.phpactadiurnaarticleview963 : 1. The Controlling Style Dalam karakter Opinion Leader yang pertama adalah bersifat mengendalikan. Universitas Sumatera Utara Gaya mengendalikan ini ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur baik perilaku, pikiran dan tanggapan komunikan. Gaya ini dapat dikategorikan sebagai one step flow. Oleh karena itu Opinion Leader tidak berusaha untuk membicarakan gagasannya, namun lebih pada usaha agar gagasannya ini dilaksanakan seperti apa yang dikatakan dan diharapkan tanpa mendengarkan pikiran dari komunikan. 2. The Equalitarian Style Gaya ini lebih mengutamakan kesamaan pikiran antara Opinion Leader dan komunikan. Dalam gaya ini tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya setiap anggota dapat mengkomunikasikan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dengan kondisi yang seperti ini diharapkan komunikasi akan mencapai kesepakatan dan pengertian bersamaa. Opinion Leader yang menggunakan pola two step flow ini merupakan orang-orang yang memiliki sikap kepedulian tinggi serta kemampuan membina hubungan baik dengan orang lain dalam lingkup hubungan pribadi maupun hubungan kerja. Oleh karena itu akan terbina empati dan kerjasama dalam setiap pengambilan keputusan terlebih dalam masalah yang kompleks. 3. The Structuring Style Poin dalam gaya ini adalah penjadwalan tugas dan pekerjaan secara terstuktur. Seorang Opinion Leader yang menganut gaya ini lebih memanfaatkan pesan- pesan verbal secara lisan maupun tulisan agar memantapkan instruksi yang harus dilaksanakan oleh semua anggota komunikasi. Seorang Opinion Leader yang mampu membuat instruksi terstuktur adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal untuk memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang muncul. 4. The Relinquising Style Gaya ini lebih dikenal dengan gaya komunikasi agresif, artinya pengirim pesan atau komunikator mengetahui bahwa lingkungannya berorientasi pada Universitas Sumatera Utara tindakan action oriented. Komunikasi semacam ini seringkali dsipakai untuk mempengaruhi orang lain dan memiliki kecenderungan memaksa. Tujuan utama komunikasi dinamis ini adalah untuk menstimuli atau merangsang orang lain berbuat lebih baik dan lebih cepat dari saat itu. Untuk penggunaan gaya ini lebih cocok digunakan untuk mengatasi persoalan yang bersifat kritis namun tetap memperhatikan kemampuan yang cukup untuk menyelesaikan persoalan tersebut bersamaa-sama. 5. The Dynamic Style Dalam sebuah komunikasi kelompok tidak semua hal dikuasai oleh Opinion Leader, baik dalam percakapan hingga pengambilan keputusan. Bekerja sama antara seluruh anggota lebih ditekankan dalam model komunikasi jenis ini. Komunikator tidak hanya membicarakan permasalahan tetapi juga meminta pendapat dari seluruh anggota komunikasi.Komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain. Komunikator tidak memberi perintah meskipun ia memiliki hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Untuk itu diperlukan komunikan yang berpengetahuan luas, teliti serta bersedia bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan. 6. The Withdrawal Style Deskripsi konkret dari gaya ini adalah independen atau berdiri sendiri dan menghindari komunikasi. Tujuannya adalah untuk mengalihkan persoalan yang tengah dihadapi oleh kelompok. Gaya ini memiliki kecenderungan untuk menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat dan produktif. Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.3 Model Teoritik Gambar 2.1

Model Teoritis Penelitian ¯ Komunikasi Pembangunan ¯ Gaya Komunikasi Opinion Leader ¯ Teori Interaksionisme Simbolik ¯ Masyarakat cenderung individualis ¯ Pembangunan berjalan lambat Faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya Peran Opinion Leader dan lambatnya pembangunan serta cenderung individualisnya masyarakat Masyarakat Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Peran Opinion Leader dalam Masyarakat Desa Hutauruk Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati dan dimaknai. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Metode kualitatif berusaha memahami dan juga menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Menurut Denzin dan Lincoln 1987 dalam Moelong 2006, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada, seperti wawancara, observasi dan pemanfaatan dokumen. Dalam penelitian kualitatif, tidak semua konteks dapat diteliti tetapi memang dilakukan dalam suatu konteks khusus. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan sedikit rumit. Jadi, penelitian kualitatif ini berupaya memahami fenomena sosial apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Metode kualitatif ini juga tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan bisa dikatakan bahwa populasinya juga sangat terbatas. Responden dalam penelitian kualitatif berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan memenuhi kriteria data yang diperlukan oleh peneliti. Jika data yang dikumpulkan sudah memberi jawaban atas pertanyaan penelitian dan mendalam, maka tidak perlu lagi mencari responden lainnya. Dalam metode kualitatif, yang lebih ditekankan adalah kedalaman dari sebuah data bukan tentang banyaknya data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan bagian integral dari penelitian. Artinya disini adalah bahwa peneliti turut mengambil peran dalam menentukan jenis data dengan terjun langsung ke lapangan dan mengenali subjek penelitiannya. Oleh karena itu, hasil dari Universitas Sumatera Utara penelitian kualitatif bersifat subjektif dan tidak untuk digeneralisasikan Kriyantono, 2007:4. Penelitian ini bersifat kualitatif karena ingin memperoleh sedalam-dalamnya data mengenai peran opinion leader dalam masyarakat hukum adat, tepatnya di Desa Hutauruk, baik secara umum dalam kehidupan mereka dan di bidangnya masing-masing, maupun dalam masalah yang ada di dalam masyarakat tersebut, seperti masyarakat yang cenderung individualis dan pembangunan desa yang berjalan lambat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial, selain dari beberapa metode lain yang ada. Studi kasus juga dapat menjadi strategi untuk melakukan penyelidikan intensif tentang seorang individu, namun terkadang juga dapat digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, masyarakat dalam suatu desa, dan kelompok kecil lainnya Robert, 2003. Dalam metode studi kasus, peneliti akan terjun langsung ke lapangan dan akan meneliti individu atau pun unit sosial yang kecil secara lebih mendalam. Dengan demikian peneliti akan menemukan variabel yang kecil sekalipun yang terkait dengan subjek penelitian yang ditelitinya. Peneliti dalam hal ini memilih studi kasus sebagai metode penelitian kualitatif, karena ingin menggali sedalam- dalamnya tentang peran opinion leader dalam masyarakat hukum adat dulu dan sekarang serta bagaimana partisipasi para opinion leader ini di dalam mengatasi masalah yang timbul di masyarakat Desa Hutauruk saat ini.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Peran Opinion Leader dalam Masyarakat Hukum Adat di Desa hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, hal inilah yang menjadi sumber data yang akan diamati. Singkatnya, subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber Universitas Sumatera Utara informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian ini disebut informan. Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah Opinion Leader dalam Masyarakat Hukum Adat di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Opinion Leader disini merupakan orang yang berpengaruh dan pendapatnya sangat kuat untuk mempengaruhi Masyarakat Desa Hutauruk. Selain itu, peneliti juga memakai informan tambahan untuk mendukung validitas informasi, yaitu masyarakat Desa Hutauruk dan Pelaksana Tugas Kepala Desa Hutauruk, Kecamatana Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

3.4 Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan di lapangan akan dilakukan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus menerus hingga data jenuh dan teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman. Bungin, 2007:87 Peneliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan yang sangat banyak, sehingga perlu dilakukan analisis dan melakukan reduksi data. Mereduksi berarti merangkum dan memilih hal-hal apa saja yang pokok, dan berfokus pada hal-hal yang penting saja. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan Sugiyono, 2005 :92. Adapun kerangka analisis yang digunakan oleh peneliti adalah Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga hal, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Gambar 3.1 Universitas Sumatera Utara Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data Kryantono, 2006 : 91. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama tangan pertama di lapangan Kryantono, 2006:91. Adapun data untuk mendapatkannnya adalah :

a. Metode Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lain. Oleh karena itu, keabsahan wawancara adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan Bungin, 2007 : 108. Wawancara mendalam sangat dibutuhkan dalam penelitian kualitatif dan keterlibatan peneliti dalam proses setiap wawancara untuk mendapatkan data maupun hasil wawancara sesuai dengan kebutuhan peneliti. Kebutuhan dalam wawancara mendalam ini merupakan data yang seakurat Pengumpulan Data Reduksi Data Penarikan kesimpulan Penyajian Data Universitas Sumatera Utara dan sedalam mungkin untuk menjawab tujuan penelitian peneliti. Kegiatan wawancara mendalam juga tidak dinilai dari skala waktu dikarenakan kedalaman data hingga menghasilkan data jenuh tidak ditentukan oleh lama atau tidaknya wawancara akan tetapi bagaimana upaya peneliti menghasilkan data dari setiap proses wawancara mendalam. Dalam hal ini pastinya peneliti akan menyusun terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada beberapa informan. Pertanyaan-pertanyaan ini yang akan menjadi acuan atau fokus penelitian di lapangan. Namun, apabila ada beberapa hal yang dirasa kurang atau belum menjawab pertanyaan atas tujuan penelitian ini, maka peneliti juga akan menanyakan hal-hal yang lebih mendalam di luar dari daftar pertanyaan tersebut. Adapun pedoman wawancara yang telah penulis rancang adalah sebagai berikut : IDENTITAS PRIBADI 1. Nama 2. Umur 3. Pekerjaan PANDUAN WAWANCARA 1. Bagaimana pendapat anda tentang interaksi masyarakat di desa ini? 2. Bagaimana perkembangan desa ini dulu dan sekarang dari sepengamatan anda? 3. Adakah orang-orang atau masyarakat yang datang dan meminta nasehat anda? Tentang apa hal yang ditanyakan masyarakat kepada anda? 4. Seberapa seringkah anda mengonsumsi media? 5. Bagaimana perkembangan kehidupan masyarakat di bidang yang anda kuasai? Apa yang berubah dari dulu hingga sekarang? 6. Ketika berkumpul dengan masyarakat dalam sebuah kelompok di desa ini, apa yang biasanya anda ceritakan atau perbincangkan kepada mereka? Universitas Sumatera Utara 7. Bagaimana anda akan menyampaikan sebuah informasi kepada masyarakat atau orang-orang? Atau bagaimana anda akan memberikan pendapat anda kepada masyarakat? 8. Pernakah ada penolakan terhadap apa yang anda sampaikan kepada masyarakat? Bagaimana anda mengetahuinya? Bagaimana anda mengatasi orang yang seperti itu? 9. Menurut anda, bagaimana interaksi masyarakat di desa ini? 10. Bagaimana pembangunan di desa ini dari pandangan anda? 11. Apa yang anda lakukan di masyarakat melihat permasalahan yang muncul dalam masyarakat, khususnya dalam hal interaksi dan pembangunannya?

b. Observasi

Merupakan kegiatan pengamatan secara langsung dengan tujuan mengetahui kegiatan yang dilakukan objek yang di observasi. Observasi diartikan sebagai aktivitas pencatatan fenomena yang ada, yang dilakukan secara sistematis. Fokus perhatian paling esensial dari peneliti kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas fenomena atau kejadian yang tampak. Dalam hal inilah peneliti berperan sebagai pengamat yang mengamati fenomena yang ada di setiap desa yang menjadi tempat penelitian ini berlangsung, melihat dan memperhatikan bagaimana peran opinion leader dan seperti apa pola perilaku masyarakat di desa tersebut. Hubungan interaksi yang terjadi di antara opinion leader dan masyarakat juga merupakan hal penting yang diamati oleh peneliti. Bagaimanakah para opinion leader ini berperan di dalam masyarakat Desa Hutauruk, menerapkan gaya komunikasi ketika berbicara kepada masyarakat, interaksi masyarakat desa tersebut, serta masalah individualisnya masyarakat dan pembangunan yang lambat di desa tersebut. Inilah yang akan diamati oleh peneliti baik dalam suasana formal maupun santai. Seorang peneliti yang melakukan proses partisipasi harus tetap mengandalkan memori yang kuat dan sensitifitas yang tajam, Universitas Sumatera Utara sehingga tidak kehilangan tujuan utamanya sekalipun dia sudah masuk dalam kehidupan subjek yang ditelitinya. 2. Data sekunder Pada umumnya bahwa data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu Ruslan, 2003 : 138. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu mencari, melihat, dan membuka dokumen, situs-situs, atau buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

3.5.1 Penentuan Informan

Dokumen yang terkait

Peranan Dalihan Natolu Dalam Hukum Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Mengenai Hukum Perkawinan Adat Batak Di Kecamatan Balige)

10 115 91

Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)

9 129 118

Peran Opinion Leader Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok Dalam Pilkada Kota Depok 2015

1 14 94

TRADISI MARHARE DALAM UPACARA ADAT KEMATIAN SAURMATUA BAGI MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA PAKPAHAN KECAMATAN PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 2 25

STUDI HUKUM WARIS ADAT TENTANG KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA.

0 0 15

Peran NU Sebagai Opinion Leader Dalam Me

0 0 58

Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma - Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

PERAN OPINION LEADER DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT (Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 10