Model Rataan Bergerak Moving Average MA Peramalan Model Box-Jenkins Studi Kasus Analisa Plot Data Awal

Artinya jika operator bekerja pada maka menggeser data tersebut sebanyak d periode kebelakang. Model autoregressive yang sering dijumpai dalam pratek adalah model AR 1 dan AR 2. Persamaan AR 1 ditulis dengan : 1 - Persamaan AR 2 ditulis dengan : 1 - B -

2.6 Model Rataan Bergerak Moving Average MA

Metode rataan bergerak Moving Average mempunyai bentuk umum dengan ordo q atau bisa ditulis dengan MA q adalah sebagai berikut : Dimana : = Parameter dari proses rataan bergerak ke i, i = 1,2,3,...,q = Variabel yang akan diramalkan = Nilai kesalahan pada saat t-q Persamaan untuk model MA q bila menggunakan operator penggerak mundur dapat ditulis sebagai berikut : Persamaan MA 1 dapat ditulis dengan : Persamaan MA 2 dapat ditulis dengan : Universitas Sumatera Utara Perbedaan model moving average dan model autoregressive terletak pada jenis variabel independent pada model autoregressive adalah nilai sebelumnya lag dari variabel dependent itu sendiri, maka pada model moving avarage sebagai variabel independent adalah nilai residual pada periode sebelumnya.

2.7 Peramalan Model Box-Jenkins

Tujuan peramalan adalah untuk menduga nilai deret waktu masa yang akan datang. Jika model yang ditetapkan menunjukan residual yang acakan, maka itu dapat dipergunakan untuk maksud peramalan. BAB III Universitas Sumatera Utara ANALISA DAN EVALUASI

3.1 Studi Kasus

Dalam menyelesaikan masalah, diperlukan suatu data sebagai bahan penunjang dan diharapkan mendekati masalah. Data yang diambil merupakan data kelembaban udara dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2010 di Kota Medan. Tabel 3.1.1 Data Kelembaban Udara Bulan Januari 2006 – Bulan Desember 2010 BULAN TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 83 84 81 81 81 Februari 83 79 80 78 77 Maret 81 77 82 81 77 April 81 81 81 80 77 Mei 83 82 80 82 78 Juni 80 81 81 77 80 Juli 79 83 81 78 79 Agustus 80 82 80 82 78 September 84 83 82 82 79 Oktober 84 85 82 84 78 November 84 85 84 83 82 Desember 85 84 84 81 82 Sumber :Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan

3.2 Analisa Plot Data Awal

Universitas Sumatera Utara Langkah pertama yang diperlukan untuk menganalisis data time series adalah membuat plot data terhadap waktu dan melakukan interprestasi secara visual. Dengan membuat plot data mentah, yaitu data yamg diolah dan dianalisis, dapat dideteksi apakah pola data mengandung unsur trend, siklik, musiman atau tidak mengandung pola tertentu. Gambar 3.2.1. Plot Kelembaban Udara Kota Medan Tahun 2006 – 2010 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2.2. Autokorelasi Kelembaban Udara Kota Medan Tahun 2006 – 2010 Tabel 3.2.1. Nilai-nilai Autokorelasi Kelembaban Udara Kota Medan Tahun 2006 - 2010 Lag Autokorelasi 1 0.586 2 0.222 3 0.051 4 -0.050 5 -0.067 6 -0.105 7 -0.053 8 0.068 9 0.031 10 0.187 11 0.296 12 0.278 13 0.236 14 0.143 15 -0.024 16 -0.110 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2.3. Autokorelasi Parsial Kelembaban Udara Kota Medan Tahun 2006-2010 Tabel 3.2.2.Nilai-nilai Autokorelasi Parsial Kelembaban Udara Kota Medan Tahun 2006-2010 Lag Autokorelasi Parsial 1 0.586 2 -0.185 3 0.008 4 0.075 5 0.014 6 -0.097 7 0.085 8 0.099 9 -0.126 10 0.337 11 0.047 12 0.065 13 0.064 14 0.035 15 -0.189 16 0.029 Plot data diatas memperlihatkan deret data yang tidak stationer, maka perlu dilakukan perbedaan pertama dengan persamaan : Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2.3. Nilai – nilai Pembeda Pertama No Wt No Wt No Wt 1 21 1 41 2 2 0 22 2 42 -5 3 -2 23 0 43 1 4 0 24 -1 44 4 5 2 25 -3 45 0 6 -3 26 -1 46 2 7 -1 27 2 47 -1 8 1 28 -1 48 -2 9 4 29 -1 49 0 10 0 30 1 50 -4 11 0 31 0 51 0 12 1 32 -1 52 0 13 -1 33 2 53 1 14 -5 34 0 54 2 15 -2 35 2 55 -1 16 4 36 0 56 -1 17 1 37 -3 57 1 18 -1 38 -3 58 -1 19 2 39 3 59 4 20 -1 40 -1 60 0 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2.4. Plot Kelembaban Udara dengan Menggunakan Pembedaan Pertama Gambar 3.2.4. Plot Kelembaban Udara dengan Menggunakan Pembeda Pertama Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2.4 Nilai-nilai Autokorelasi Kelembaban Udara Dengan Pembedaan Pertama Lag Autokorelasi 1 -0.061 2 -0.208 3 -0.090 4 -0.115 5 0.045 6 -0.106 7 -0.086 8 0.167 9 -0.237 10 0.057 11 0.134 12 0.037 13 0.094 14 0.103 15 -0.122 16 -0.127 Gambar3.2.6.Autokorelasi Parsial Kelembaban Udara Menggunakan Pembeda Pertama Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2.5 Nilai-nilai Autokorelasi Parsial Kelembaban Udara Dengan Pembeda Pertama Lag Autokorelasi Parsial 1 -0.061 2 -0.213 3 -0.125 4 -0.190 5 -0.039 6 -0.208 7 -0.182 8 0.029 9 -0.379 10 -0.087 11 -0.085 12 -0.077 13 -0.026 14 0.193 15 -0.087 16 -0.129 Dari plot korelasi diatas terlihat bahwa ada satu koefisien korelasi diri berbeda nyata dari nol, sehingga diduga ordo dari proses MA adalah 1 q = 1 . Daro plot fungsi korelasi diri parsial, ditentukan ordo dari proses regresi diri. Dari plot tersebut dilihat bahwa ada koefisien korelasinya berbeda nyata dari nol, sehingga diduga bahwa ordo AR adalah 1 p=1. Sesuai dengan keterangan diatas model sementara data yang dibedakan adalah ARIMA 1,1,1. Plot diatas masih menunjukan deret data yang tidak stasioner, maka perlu dilakukan pembedaan kedua dengan persamaan : = 0-0 = 0 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2.6 Nilai – Nilai Pembedaan Kedua No Wt No Wt No Wt 1 21 0 41 1 2 22 3 42 -3 3 -2 23 2 43 -4 4 -2 24 -1 44 5 5 2 25 -4 45 4 6 -1 26 -4 46 2 7 -4 27 1 47 1 8 0 28 1 48 -3 9 5 29 -2 49 -2 10 4 30 0 50 -4 11 0 31 1 51 -4 12 1 32 -1 52 0 13 0 33 1 53 1 14 -6 34 2 54 3 15 -7 35 2 55 1 16 2 36 2 56 -2 17 5 37 -3 57 0 18 0 38 -6 58 0 19 1 39 0 59 3 20 1 40 2 60 4 Gambar 3.2.7 Plot Kelembaban Udara Dengan Pembedaan Kedua Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2.8 Autokorelasi Kelembaban Udara Dengan Pembedaan Kedua Tabel 3.2.7 Nilai-nilai Autokorelasi Kelembaban Udara Dengan Pembedaan Kedua Lag Autokorelasi 1 0.356 2 -0.303 3 -0.268 4 -0.146 5 -0.070 6 -0.135 7 -0.059 8 -0.005 9 -0.134 10 0.006 11 0.193 12 0.161 13 0.175 14 0.094 15 -0.143 16 -0.218 Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2.9 Autokorelasi Parsial Kelembaban Udara Dengan Pembedaan Kedua Tabel 3.2.8 Nilai-nilai Autokorelasi Parsial Kelembaban Udara Dengan Pembeda Kedua Lag Autokorelasi Parsial 1 0.356 2 -0.492 3 0.103 4 -0.294 5 0.030 6 -0.372 7 0.163 8 -0.451 9 -0.035 10 -0.136 11 -0.029 12 -0.073 13 0.229 14 -0.113 15 -0.103 16 0.061 Dari plot korelasi diatas terlihat bahwa ada satu koefisien korelasi diri berbeda nyata dari nol, sehingga diduga ordo dari proses MA adalah 1 q = 1 . Daro plot fungsi korelasi diri parsial, ditentukan ordo dari proses regresi diri. Dari plot tersebut dilihat Universitas Sumatera Utara bahwa ada koefisien korelasinya berbeda nyata dari nol, sehingga diduga bahwa ordo AR adalah 1 p=1. Sesuai dengan keterangan diatas model sementara data yang dibedakan adalah ARIMA 1,1,1. Pendugaan parameter – parameter model ARIMA dari Box – Jenkins adalah untuk model ARIMA 1,1,1 adalah : Parameter Taksiran Standard Error Nilai - t Φ 0.551 0.149 3.704 θ 1.000 36.98 0.027 Sumber : Perhitungan dengan program SPSS

3.3 Pengecekan Model