dan memaksimalkan potensi ekonomi, sehingga tujuan dari pemekaran wilayah yaitu peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
Untuk mengetahui kondisi kinerja ekonomi daerah di Kota Lhokseumawe pada periode sebelum pemekaran dan sesudah pemekaran, maka dalam penelitian
ini disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana kinerja ekonomi daerah Kota Lhokseumawe sebelum dan setelah dilakukan pemekaran wilayah?
2. Bagaimana dampak pemekaran wilayah terhadap kinerja ekonomi daerah
di Kota Lhokseumawe? 3.
Apa yang menjadi kendala pengembangan ekonomi daerah di Kota Lhokseumawe pasca pemekaran wilayah?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk menganalisa kinerja ekonomi daerah Kota Lhokseumawe sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.
2. Untuk mengetahui dampak pemekaran wilayah terhadap kinerja
ekonomi daerah di Kota Lhokseumawe. 3.
Untuk mengetahui kendala pengembangan ekonomi daerah Kota Lhokseumawe setelah adanya pemekaran wilayah.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi hasil penerapan
terhadap pemahaman teoritis yang telah diperoleh selama menuntut ilmu pada masa perkuliahan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu, sumber
informasi dan referensi bagi berbagai pihak dan dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Otonomi daerah dan desentralisasi memiliki kaitan erat dengan pemekaran wilayah. Kebijakan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan memberdayakan daerah melalui pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Safi’i 2007 : 11, otonomi daerah merupakan konsep penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang ingin mengembalikan
supremasi kedaulatan rakyat di atas kekuasaan dan keabsolutan negara. Menurut Adisasmita 2010 : 65, daerah otonomi adalah “kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwewenang dan berkewajiban mengatur dan atau mengurus rumah tangganya sendiri dalam kaitan Negara
Universitas Sumatera Utara
Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Otonomi daerah merupakan hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Selain itu juga terdapat kewajiban dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Menurut Muslim 2007 : 104, otonomi harus dimaknai juga sebagi kewajiban, maka di dalam otonomi terdapat
pertanggungjawaban yang besar terhadap kesejahteraan rakyat di daerah dan terhadap perwujudan good governance.
Daerah otonom memiliki wewenang untuk mengelola wilayahnya secara mandiri dengan memanfaatkan potensi daerah yang dimiliki. Menurut Nurjaman
2006, terdapat berbagai manfaat dengan adanya otonomi daerah, yaitu untuk pendidikan politik, pelatihan dalam kepemimpinan, untuk mencapat stabilitas
politik, kesamaan politik, dan akuntabilitas serta responsivitas. Otonomi daerah merupakan salah satu bagian dari sistem tata negara dan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat 2 yang menyebutkan bahwa pemerintahan
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Otonomi daerah dimulai setelah gerakan reformasi tahun 1998 berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Sebelumnya kontrol pusat lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan di Indonesia. Pemerintah daerah memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap
Universitas Sumatera Utara
pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak dapat menetapkan dan melaksanakan program pembangunan di daerah secara leluasa. Dari sisi politik kebijakan
otonomi daerah memang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, namun kenyataannya tidak sejalan dengan realita dalam pelaksanaan
otonomi daerah. Dominasi pusat masih sangat dirasakan oleh daerah sehingga muncul berbagai permasalahan antara daerah dan pusat. Maka Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi dan disempurnakan melalui Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan terakhir dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, yang disempurnakan dengan adanya Perpu Nomor
2 Tahun 2014. Kebijakan otonomi daerah merupakan bagian dari konsep desentralisasi.
Menurut Safi’i 2007 : 2, desentralisasi adalah “pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada satuan-satuan pemerintahan untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan setempat dari kelompok penduduk yang mendiami
wilayah tertentu”. Menurut Nurjaman 2006 : 158, desentralisasi adalah “proses pendelagasian kekuasaan dari pemerintah pusat kepada tingkat pemerintahan yang
lebih rendah dalam hal teritorial dalam suatu negara, atau dalam organisasi yang berskala b
esar”.
Menurut Mariana 2008 : 185, desentralisasi tidak menyebabkan pengurangan wilayah mesipun terjadi pemekaran, penggabungan, ataupun
penghapusan daerah otonom karena KabupatenKota tersebut tetap menjadi bagian dari Provinsi, dan Provinsi tetap menjadi wilayah dari negara. Hal yang
Universitas Sumatera Utara
menjadikannya berbeda setelah adanya desentralisasi hanyalah beberapa urusan dan fungsi yang sebelumnya menjadi kewenangan dari daerah otonom. Begitupun
dengan adanya otonomi daerah, seperti menurut pendapat Widjaja 1998 : 134, otonomi daerah tidak akan mengarah kepada disintegrasi negara, sebaliknya
otonomi daerah akan lebih mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan menciptakan pemerataan pembangunan yang sekalipun akan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Tujuan desentralisasi adalah upaya untuk menciptakan kemampuan unit
pemerintah secara mandiri dan independen. Desentralisasi merujuk pada konsep pemerintahan yang mencerminkan kebutuhan untuk menciptakakan pemerintah
lokal sebagai institusi yang paling berhak melakukan formulasi kebijakan, implementasi dan evaluasi atau kontrol kebijakan yang dirancang untuk
kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya desentralisasi, maka diharapkan dapat menciptakan efisiensi administrasi. Menurut Mariana 2008, sistem
sentralisasi tergolong birokratis dan boros. Memberdayakan aparat di tingkat daerah dan lokal akan memberikan hasil yang lebih baik karena dapat
menghilangkan prosedur birokrasi yang bertingkat-tingkat. Otonomi daerah memiliki kaitan yang erat dengan desentralisasi. Menurut
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2002 : 201, desentralisasi dan otonomi daerah yang dikembangkan di Indonesia adalah desentralisasi yang
mengandalkan pada sistem Negara Kesatuan dengan otonomi yang luas, dengan titik berat otonomi pada kabupatenkota. Hak dan wewenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan daerah dapat terlaksana dengan adanya penyerahan
Universitas Sumatera Utara
wewenang dari pusat kepada daerah untuk mengelola dan mengatur daerahnya secara mandiri. Maka dari itu dikatakan bahwa otonomi daerah tidak dapat
terselenggara tanpa adanya desentralisasi sebagai aktualisasi dari otonomi daerah itu sendiri.
2.2 Pemekaran Wilayah