Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-Buahan Masyarakat (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Buah-buahan
Buah dalam pengertian botani adalah organ pada tumbuhan berbunga yang
merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah. Buah biasanya membungkus
dan melindungi biji. Buah dalam pengertian holtikultura atau pangan adalah
terminologi umum yang digunakan oleh masyarakat luas, yaitu setiap bagian
tumbuhan dipermukaan tanah yang tumbuh membesar dan memiliki daging atau
juga mengandung air. Buah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu klimakterik dan
nonklimakterik. Buah klimakterik adalah bauh yang mengalami pematangan
setelah dipetik, sedangkan buah nonklimakterik adalah buah yang tidak dapat
melakukan proses pematangan setelah dipetik. Buah merupakan sumber vitamin
dan mineral (Budiyanto, 2002).
Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan karoten atau
provitamin A dan mineral (seperti zat kalsium, pospor, kalium, natrium, zat besi,
dan zat mineral lainnya) dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buahbuahan dibagian kulitnya. Jadi, bila buah yang dapat dimakan dengan kulitnya,
dinjurkan tidak perlu dikupas, hanya dicuci sampai bersih. Hal ini karena dalam
daging buah dan dalam kulit buah sering terdapat komponen atau zat yang saling
melengkapi (saling suplementasi), sehingga buah yang dimakan lengkap tanpa
terlebih dahulu membuang kulitnya, akan memberikan zat gizi yang lebih

lengkap, suatu hal yang menguntungkan bagi kesehatan badan (Anonim, 2010).

7
Universitas Sumatera Utara

Banyak jenis buah-buahan tropis dihasilkan di berbagai wilayah Indonesia.
Namun, buah-buahan tersebut kebanyakan membanjiri lokal hanya pada saat
panen raya. Baru sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau pasar
dunia (internasional). Jenis buah-buahan tropis yang dipasarkan di pasaran
internasional pada saat ini adalah pisang, nanas, mangga, alpukat, rambutan,
markisa, sirsak, jambu biji, belimbing dan manggis (Sunarjono,2000).
Dengan memperhatikan potensi pasar dan sumberdaya yang tersedia, prioritas
pengembangan komoditi buah-buahan menurut Direktorat Jendral Pertanian
Tanaman Pangan dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok I adalah komoditi yang
akan dikembangkan untuk mengurangi impor yaitu apel, jeruk dan anggur.
Kelompok II adalah komoditi buah-buahan yang akan dikembangkan untuk
ekspor yang selama ini sudah dilaksanakan meliputi alpukat, sirsak, durian,
mangga dan rambutan. Sedangkan kelompok III adalah komoditi yang akan
dikembangkan karena memiliki potensi ekspor yaitu pisang, nenas, markisa dan
strawberry.

Dalam hal ini mengkonsumsi buah-buahan setiap hari member pada tubuh kita
vitamin yang larut air. tidak seperti vitamin larut lemak (seperti vitamin A, D dan
E) yang bisa disimpan ditubuh kita untuk digunakan dilain hari, sedangkan
vitamin larut air ( seperti vitamin C, B1, B2, B3, B5, B6, B12 dan asam folat)
dibutuhkan setiap hari oleh tubuh kita agar tubuh dapat berfungsi optimal karena
vitamin ini tidak dapat disimpan di tubuh ataupun kalaupun ada hanya dapat
disimpan dalam jumlah yang sangat kecil. Vitamin-vitamin ini disebut zat gizi
esensial karena tubuh kita tidak dapat menghasilkannya dan tentu saja cara terbaik
untuk memperolehnya adalah melalui makanan yang kita makan. buah-buahan
8
Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu sumber terkaya akan vitamin larut air. Inilah alasan utama
mengapa pedoman diet sehat di Amerika merekomendasikan makan 3-4 porsi
buah setiap hari. ini berarti setiap kali makan sebaiknya ada buah.
Disamping kaya akan vitamin larut air, buah juga kaya akan fitokimia yang
bermanfaat untuk kesehatan, seperti karotenoid, flavonoid dan asam-asam organic
(seperti “ellagic acid”) yang berperan sebagai antioksidan yang kuat. Sebagai
contoh, buah member flavonoid yang disebut antosianin yang member warna
merah dan ungu pada buah. Blueberi, strawberry, apel, jeruk, pear semuanya

berwarna merah dan ungu yang mengandung antosianin tinggi. Fitokimia atau
fitonutrisi ini tidak hanya memberi warna pada buah, tetapi ia juga berperan
sebagai antioksidan yang membantu mengurangi efek aktivitas radikal-bebas dan
resiko penyakit. Buah juga mengandung enzim khusus yang dapat membantu
pencernaan yang tidak dapat ditemukan pada makanan lain. Buah juga kaya akan
serat

makanan

yang

sangat

bermanfaat

untuk

kesehatan

pencernaan,


mempertahankan kolesterol darah dan manfaat kesehatan lainnya. Dengan kata
lain, agar kita lebih sehat maka biasakan makan buah setiap hari dan kita juga
akan menikmati kesegaran buah tujuh hari dalam seminggu
2.1.2 Karakteristik Produk Holtikultura (Buah-Buahan)
Buah-buahan sebagai produk holtikultura dikonsumsi oleh manusia salah satunya
adalah dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan vitamin dan mineral yang
penting bagi tubuh. Harjadi (1989) menyatakan bahwa karakteristik produk
holtikultura antara lain :

9
Universitas Sumatera Utara

1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar, sehingga bersifat
mudah rusak (perishable).
2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air,bukan oleh kandungan
bahan kering (dry matter).
3. Bersifat meruah (voluminous atau bulky), sehingga susah dan mahal dalam
pengangkutannya.
4. Harga per komoditi ditentukan oleh kualitasnya, bukan oleh kuantitasnya saja.

5. Bukan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam jumlah besar,
namun diperlukan sedikit setiap harinya, bila tidak mengkonsumsinya, tidak
segera dirasakan akibatnya.
6. Dari segi gizi, produk holtikultura penting sebagai sumber vitamin dan mineral,
bukan diutamakan untuk sumber kalori dan protein.
Selain kandungan vitamin dan mineral, buah-buahan juga memiliki kandungan air
yang besar dan sangat membantu dalam menjaga ketersediaan cairan dalam tubuh.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pola Konsumsi Buah-buahan
Menurut Suhardjo (2008), Pola konsumsi merupakan kebiasaan dan susunan
konsumsi buah yang dipilah menurut besarnya kontribusi dari masing-masing
jenis buah terhadap total konsumsi buah yang dikonsumsi. Pola konsumsi buahbuahan antara tiap-tiap orang berbeda-beda karena beberapa faktor yang
menyebabkannya, jadi susunan atau pola terhadap kebutuhan tiap-tiap orang pasti
berbeda-beda.
Konsumsi buah adalah jumlah total dari buah yang tersedia untuk dikonsumsi
(Hadju, 1997). Keadaan dan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi
10
Universitas Sumatera Utara

hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperoleh

tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang
lainnya. Kualitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap
kebutuhan tubuh. Susunan hidangan yang memenuhi baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya, tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik.
Kebiasaan pola konsumsi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, kebiasaan,
kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan, ketersediaan bahan dan
sebagainya. Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu (Karyadi, 1996).
Pola konsumsi adalah pengulangan susunan makanan yang dapat dilihat ketika
makanan itu dikonsumsi. Terutama bahan makanan dan atau kombinasi makanan
yang dikonsumsi oleh individu, masyarakat atau kelompok populasi. Kombinasi
ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara menurut banyaknya misalnya berat,
kandungan gizi, atau harga makanan pola makan ada kaitannya dengan kebiasaan
makan (Almatsier, 2009). Sedangkan menurut ahli antropologi Margaret Mead,
pola makan atau food patern adalah cara seseorang atau sekelompok orang
memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan
sosio budaya yang dialaminya.
Konsumsi buah merupakan informasi tentang jenis dan jumlah buah yang
dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi buah dapat ditinjau dari aspek jenis
buah dan jumlah buah yang dikonsumsi. Manusia perlu mengkonsumsi makanan

11
Universitas Sumatera Utara

dan minuman dengan jumlah yang cukup secara teratur setiap harinya untuk dapat
hidup sehat. Mengkonsumsi buah yang termasuk ke dalam jenis pangan tidak
hanya penting untuk kesehatan, tetapi juga untuk kecerdasan dan kemampuan
fisik

tubuh

(Hardiansyah, 1997).
Buah-buahan dapat dinikmati sebagai makanan dalam bentuk segar maupun hasil
olahannya yang berupa buah kalengan, sari buah (jus), minuman ringan,
konsentral, campuran es buah, campuran asinan, manisan dan lain-lain. Sebagai
pangan, buah mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bahan
pangan


lainnya

(Astawan, 2008).
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah adalah
sebagai berikut :
1. Minat terhadap buah
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup
besar terhadap perilaku dan merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan
seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan ( Umar Husein, 2009).
Minat digambarkan sebagai situasi seseorang sebelum melakukan tindakan yang
dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut, minat
beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk
membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada
periode tertentu, dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental

12
Universitas Sumatera Utara

dari diri konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk
dengan merek tertentu (Yudrik Jahja, 2011).

2. Jenis buah
Jenis buah tidak musiman ( jeruk, mangga, jambu, pisang, nanas) lebih banyak
dikonsumsi karena sepanjang tahun buah-buahan itu mudah di dapatkan, sehingga
lebih menarik bagi masyarakat untuk mengkonsumsinya. Untuk memenuhi gizi
seimbang pada masyarakat salah satunya dengan mengkonsumsi jenis buah yang
beranekaragam (Santoso dan Ranti, 2009).
3. Kebiasaan
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih makanan
dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik,
sosial dan budaya. Kebiasaan makan yang terbentuk dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor lingkungan keluarga maupun faktor lingkungan diluar keluarga
terutama di lingkungan sekolah (Suhardjo, 1992).
4. Pengetahuan mengenai kandungan buah
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan
hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng


daripada

perilaku

yang

tidak

didasari

dengan

pengetahuan

(Notoatmodjo, 2005).

13
Universitas Sumatera Utara

5. Ketersediaan buah di pasar

Ketersediaan pangan merupakan bagian pertama menuju arah konsumsi pangan
sebab tidak mungkin kita mengonsumsi suatu makanan yang tidak tersedia.
Ketersediaan pangan yang kurang dapat mengurangi konsumsi pangan yang
akhirnya dapat menimbulkan masalah gizi. Konsumsi buah di Indonesia lebih
banyak pada jenis jeruk dan mangga diperkirakan karena jeruk dan mangga
tersedia sepanjang tahun dan angka-angka produksi jeruk dan mangga pada
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan buah lainnya (Diani, 1990).
6. Lokasi pedagang dan alasan memilihnya
Lokasi adalah suatu ruang dimana berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk membuat produk yang diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran.
Faktor lokasi juga berpengaruh terhadap keputusan yang diambil konsumen untuk
membeli suatu produk. Lokasi yang mudah dijangkau oleh pembeli dan dekat
dengan pusat keramaian merupakan lokasi yang tepat untuk suatu usaha. Lokasi
yang strategis bagi konsumen akan memperkecil pengorbanan energi dan waktu
(Hendri Maruf, 2006).
7. Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna
Buah mengandung banyak vitamin serta mineral yang merupakan komponen gizi
penting bagi tubuh setiap manusia. Selain itu, buah merupakan sumber serat yang
sangat berguna bagi pencernaan makanan dalam tubuh manusia. Oleh karena itu,
buah merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi bagi kesehatan tubuh
(Parhati, 2011).

14
Universitas Sumatera Utara

Konsumsi buah sangat penting dalam pola makan seimbang. Hal ini disebabkan
buah mengandung vitamin dan mineral, serat makanan dan zat-zat phytochemical
yang diperlukan tubuh. Tanpa vitamin dan mineral, proses pemanfaatan zat-zat
yang dikonsumsi tidak dapat optimal. Tanpa serat makanan, buang air besar tidak
lancar (Rozaline, 2006).
Konsumsi buah di Indonesia yang dianjurkan terdapat dalam tumpeng gizi
seimbang. Indonesia menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi buah
sebanyak 2-3 porsi dalam sehari (Farisa, 2012). Didalam tumpeng gizi seimbang,
buah berada pada tingkat kedua setelah makanan sumber karbohidrat, seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang
8. Intensitas mengkonsumsi dan porsi dalam sekali mengkonsumsinya
Menurut Almatsier (2009), porsi buah yang dianjurkan dalam sehari untuk orang
dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari. WHO
menganjurkan agar mengkonsumsi minimal 400 gram buah dalam sehari untuk
mencegah terjadinya penyakit kronis. Kurang lebih setiap porsi buah memiliki
berat 80 gram.

15
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan dan
pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi
konsumen. Konsumen yang memliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena
konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil
keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang
mencari informasi, (information seeker) akan meluangkan waktu untuk mencari
informasi lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang
penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang
banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.
Karakteristik konsumen yang berguna untuk mengetahui segmentasi pasar dapat
dibagi dalam empat kategori yaitu demografi, perilaku, profil psikografi dan
karakteristik kepribadian.Ukuran demografi konsumen yang terdiri dari usia, jenis
kelamin, pendapatan, agama, status perkawinan, pendidikan, etnik dan
kebangsaan, memiliki dua manfaat penting dalam proses segmentasi. Pertama, hal
itu dapat digunakan baik secara terpisah maupun dikombinasikan untuk
mengembangkan berbagai sub budaya dimana para anggotanya saling berbagi
nilai, kebutuhan, ritual dan perilaku tertentu. Manfaat kedua, variabel demografi
dapat digunakan untuk menggambarkan para konsumen yang diklarifikasikan
menjadi segmen melalui sarana lainnya (Sunarto, 2006).
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi buah adalah
sebagai berikut :

16
Universitas Sumatera Utara

1. Pendapatan
Menurut Rachman dan Ariani (2008), pendapatan merupakan akses ekonomi yang
sangat erat kaitannya dengan akses pangan yang dikonsumsi. Dengan pendapatan
maka rumah tangga memiliki kemampuan untuk memperoleh pangan yang cukup
untuk kebutuhan energi dan gizi. Selain itu, pendapatan juga berpengaruh pada
daya beli seseorang. Semakin tinggi pendapatan, daya beli seseorang juga
meningkat dalam memilih dan membeli beragam makanan. Rendahnya
pendapatan akan menimbulkan daya beli pangan yang rendah pula sehingga
berdampak pada rendahnya jumlah dan mutu gizi konsumsi pangan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga.
Keluarga yang tergolong mampu dalam setiap masyarakat mempunyai persediaan
pangan yang mencukupi bahkan berlebih untuk sepanjang tahun, sedangkan pada
keluarga kurang mampu pada masa-masa tertentu sering mengalami kurang
pangan. Hal ini menyangkut dalam peluang mencari nafkah (Sajogyo, 2008).
2. Usia
Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu, pemasar
harus memahami distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan
target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima
sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Seseorang yang berusia relative
muda, akan lebih cepat menerima sesuatu yang baru (Sumarwan, 2004).
Dalam memilih menu makanan yang mempunyai kandungan energy dan protein
yang memadai serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan
17
Universitas Sumatera Utara

tingkat pengetahuan yang relative tinggi, terutama tingkat pengetahuan (umur) ibu
rumah tangga yang berperan sangat penting dalam menentukan keputusan
konsumsi rumah tangga (Djauhari & Friyanto, 1993).
3. Jumlah Anggota Rumah Tangga
Menurut Suhardjo (1986), sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin
akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus diberi makan
jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar
mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut,
tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut.
Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pola konsumsi pangan (buah)
rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka kebutuhan
pangan yang dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing-masing anggota
rumah tangga mempunyai selera yang berbeda. Bagi rumah tangga dengan
anggota rumah tangga yang banyak, maka faktor kuantitas lebih diutamakan
daripada faktor kualitas, sehingga diharapkan seluruh anggota keluarga dapat
terbagi secara merata (Suyastiri, 2008).
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seorang konsumen. Konsumen yang
memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi,
pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.
Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen yang berbeda pula.

18
Universitas Sumatera Utara

Pendidikan yang rendah juga akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan
serta daya beli konsumen tersebut (Sumarwan, 2004).
Sedangkan menurut Suyastiri (2008), menyampaikan bahwa pola konsumsi
pangan bergantung oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan formal
masyarakat, maka pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya kualitas pangan
yang dikonsumsi masyarakat untuk meningkatkan kesehatan akan menyebabkan
semakin bervariasi pangan yang dikonsumsi.

19
Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
Identifikasi
Masalah
Faktor-Faktor 1.Bagaimana
Dian
gambaran
Hardiana Yang
Mempengaruhi umum pola
(2006)
Pola Konsumsi konsumsi buah
Buah Di Kota pada
Bekasi
konsumen
rumah tangga
di Kota Bekasi
yang
bertempat
tinggal dekat
dan jauh dari
supermarket?
2. Faktor apa
yang
mempengaruhi
pola konsumsi
buah pada
konsumen
rumah tangga
di Kota Bekasi
yang
bertempat
tinggal dekat
dan jauh dari
supermarket?

Ayu Dwi
Lestari
(2013)

Peneliti

Faktor-faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Perilaku
Konsumsi
Buah dan
Sayur Pada
Siswa SMP
Negeri 226
Jakarta Selatan

Judul

1.Bagaimana
gambaran
sesungguhnya
tentang
kecenderungan
makan sayur
dan buah?
2.Apa saja
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
Identifikasi

Metode Analisis

Hasil
Penelitian
Penelitian ini
Pola
menggunakan
konsumsi
Analisis Regresi
buah
Logistik untuk
konsumen
menggambarkan
rumah tangga
hubungan variabel di Kota
tak bebas dengan
Bekasi yang
sejumlah variabel
bertempat
bebas yang
tinggal dekat
mempengaruhinya. dan jauh dari
Selain itu,
supermarket
digunakan juga
memliki
Analisis
banyak
Diskriminan untuk persamaan
mengelompokkan diantaranya
dapat dilihat
setiap objek ke
dari jenis buah
dalam dua atau
yang
lebih kelompok
dikonsumsi,
berdasarkan pada
namun
kriteria sejumlah
perbedaannya
variabel bebas.
yang paling
terlihat adalah
jumlah
konsumsi
buah dan
frekuensi
pembelian
buah.

Penelitian ini
menggunakan
Analisis Univariat
untuk melihat
distribsui frekuensi
setiap variabel
independen dan
dependen
(digunakan untuk
memperoleh
gambaran pada
masing-masing
Metode Analisis

Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
konsumsi
sayur dan
buah adlah
pengetahuan
gizi,
kebiasaan
orang tua dan
pendapatan
Hasil

20
Universitas Sumatera Utara

Masalah
perilaku
konsumsi sayur
dan buah pada
siswa SMP N
226 Jakarta?

Ivo
Gustiara
D (2012)

Peneliti
Andi
Ihwan

Gambaran
Konsumsi
Sayuran
dan Buah
pada
Siswa
SMA N 1
Pekanbaru

Judul
Analisis
Kepuasan

Bagaimana
gambaran
konsumsi
sayuran dan
buah pada siswa
SMA N 1

variabel). Selain
itu, analisis yang
digunakan adalah
Analisis Bivariat
untuk mengetahui
ada tidaknya
hubungan
bermakna antara
variabel
independen
dengan dependen.

Penelitian ini
diolah
menggunakan
program SPSS
disajikan dalam
tabel distribusi
frekuensi
kemudian
dianalisa secara
deskriptif.

Identifikasi
Masalah
1.Atributatribut apa saja

Metode
Analisis
Penelitian ini
menggunakan

Penelitian
orang tua
sedangkan
faktor-faktor
yang tidak
berhubungan
dengan
konsumsi buah
dan sayur
adalah jenis
kelamin,prefer
ensi/kesukaan,
pengaruh
teman sebaya,
media
massa/iklan
dan jumlah
anggota
keluarga.
Konsumsi
buah oleh
siswa siswi
SMA N 1
Pekanbaru
masih