Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-Buahan Masyarakat (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu
di Kecamatan Medan Denai. Kecamatan Medan Denai dipilih karena daerah ini
memiliki jumlah rumah tangga yang terbesar dibandingkan dengan Kota Medan
bagian Timur yang lainnya, diantaranya yaitu Kecamatan Medan Tembung dan
Kecamatan Medan Area.
Tabel 3.1 Banyaknya Jumlah Penduduk Rumah Tangga, Rata-rata Anggota
RT diperinci menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2015
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kecamatan

Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area

Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Jumlah

Banyaknya
Penduduk

Rumah Tangga
(Jiwa)
(RT)
84.775
19.673
130.414
29.687
121.362
27.498
145.677
32.220
98.955
22.176
74.406
17.523
40.624
9.395
55.369
12.475
40.519

10.968
104.454
27.440
115.687
26.897
149.806
32.952
63.333
15.562
72.260
16.864
111.369
25.870
95.790
22.972
137.062
30.760
178.147
40.054
116.357

25.634
156.394
34.423
98.020
21.692
2.191.140
502.735

Rata-rata
Anggota
RT
4
4
4
4
4
4
4
4
3

3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4

Sumber : Medan Dalam Angka, 2016

3.2 Metode Penentuan Jumlah Sampel

26
Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan (2014), jumlah rumah tangga
di Medan Denai sebanyak 32.220 rumah tangga. Banyaknya sampel yang diambil
dalam penelitian ini dihitung terlebih dahulu untuk dapat mewakili besar populasi
di daerah penelitian. Dalam menetukan jumlah sampel menggunakan rumus
Slovin sebagai berikut :

n=

Dimana :
n

= Jumlah sampel

N

= Jumlah populasi

e
= Taraf kesalahan dalam pengambilan sampel (dalam penelitian ini

digunakan α = 10%)

Maka jumlah sampel yang diambil adalah :

n=

n = 99,64 menjadi 100 sampel
Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian sosial
sebesar
5% - 20% karena pada hasil penelitian sulit dipastikan keakuratan data seperti
pada penelitian ilmu pasti. Pada penelitian ini digunakan toleransi kesalahan
sebesar 10% yaitu diantara 5% hingga 20%. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang diperoleh sebanyak 100 orang, yang diambil

27
Universitas Sumatera Utara

dari keseluruhan jumlah populasi rumah tangga di daerah penelitian yaitu
sebanyak 32.220 KK.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah metode Simple Random

Sampling dimana semua unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai anggota sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung menggunakan
kuesioner dengan rumah tangga (responden) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian
Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Pemerintah Kota Medan dan dari literatur serta berbagai buku yang
mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Identifikasi masalah 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengamati dan
menganalisis pola konsumsi buah rumah tangga di Kecamatan Medan Denai,
Kota Medan. Pengamatan pola konsumsi buah ini dilaksanakan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Proses pengambilan keputusan pembelian buah secara umum dilihat dari proporsi
pengeluaran responden untuk pangan khususnya buah. Proporsi pembelian buah
dilihat dari jumlah pembelian per bulan dan jumlah buah yang telah dikonsumsi
dalam hitungan per hari, per minggu dan per bulan.


28
Universitas Sumatera Utara

Identifikasi masalah 2, dianalisis menggunakan Analisis Linier Berganda
(Multiple Regression Analysis) melalui program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) dimana sebuah variabel terikat (Y) dihubungkan dengan dua
atau lebih variabel bebas (X). Untuk mengetahui variabel bebas (umur, jumlah
pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga) terhadap
variabel terikat yaitu jumlah konsumsi buah.
Formulasinya adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µ
Keterangan :
Y

= Jumlah konsumsi buah (gram/kapita/hari)

a

= Koefisien intersep (konstanta)


b1,b2,b3,b4

= Koefisien Regresi

X1

= Jumlah Pendapatan (Rp/hari)

X2

= Umur (tahun)

X3

= Jumlah Tanggungan (jiwa)

X4

= Tingkat pendidikan (tahun)

µ

= Kesalahan pengganggu

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistic yang dihitung dari data
sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat
yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).
29
Universitas Sumatera Utara

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah
variabel terikat dalam suatu hubungan.
Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria
pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model
yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian
pula sebaliknya.
2. Uji Serempak (Uji F – Statistik)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam model secara serempak berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat. Uji F dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistic
koefisien regresi secara serempak. Tarif signifikansi (α) yang digunakan dalam
ilmu social adalah 0,05.
Kriteria pengujian :
Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dengan Hipotesis yang diajukan adalah :
Jika H0 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat
pendidikan dan jarak rumah kepasar secara serempak tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah konsumsi buah.

30
Universitas Sumatera Utara

Jika H1 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat
pendidikan dan jarak rumah kepasar secara serempak berpengaruh nyata terhadap
jumlah konsumsi buah.
3. Uji Parsial (Uji t Statistik)
Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam model secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistik
koefisien regresi secara parsial. Tarif signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu
sosial adalah 0,05.
Kriteria pengujian :
Jika thitung ≤ ttabel atau jika nilai signifikansi > α : maka H0 terima H1 tolak
Jika thitung > ttabel atau jika nilai siginifkansi ≤ α : maka H1 terima H0 tolak
Dengan hipotesis yang diajukan adalah :
H0 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat
pendidikan dan jarak rumah kepasar secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah konsumsi buah.
H1 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat
pendidikan dan jarak rumah kepasar secara parsial berpengaruh nyata terhadap
jumlah konsumsi buah.
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada analisis
regresi berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada prinsipnya
model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang dari
31
Universitas Sumatera Utara

asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Ada tiga uji asumsi klasik
yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas,
heterokedastisitas, dan multikolineritas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi
data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji
Kolmogrov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal
Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogrov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas
suatu distribusi tertentu.
b. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan
melihat nilai signifikansi.
Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas)
Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas

32
Universitas Sumatera Utara

c. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna atau
pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Data
yang digunakan adalah penggunaan factor yang dilogaritmakan. Model regresi
yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.
Ada atau tidaknya multikolonieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan
VIF (Variance Inlaction Factor).
Kriteria nilai uji yang digunakan yakni :
Jika nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas
Jika nilai tolerance ≥ 10, maka model mengalami multikolinieritas
3.5

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka
perluditampilkan defenisi dan batasan operasional, sebagai berikut :
3.5.1 Defensisi
1. Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein
dan serat.
2. Konsumen buah adalah populasi dari sampel yang akan diteliti.
3. Karakteristik konsumen adalah pendapatan, usia, jumlah anggota keluarga dan
pendidikan.
4. Pola konsumsi merupakan kebiasaan dan susunan konsumsi buah yang dipilah
menurut besarnya kontribusi dari masing-masing jenis buah terhadap total
konsumsi buah yang dikonsumsi.

33
Universitas Sumatera Utara

5. Konsumsi buah adalah kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan
buah seluruh anggota keluarga ataupun gambaran keseluruhan pengeluaran
konsumsi buah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
6. Pendapatan keluarga adalah rata-rata jumlah pendapatan/pemasukan rumah
tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu pangan (buahbuahan) yang dinyatakan dalam satuan rupiah per hari.
7. Jumlah anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat
tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota
lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan
dalam satuan jiwa.
8. Umur adalah usia yang diasumsikan berkaitan dengan pengalaman, tingkat
pengetahuan dan sikap yang dimilikinya dalam memenuhi kebutuhan pangan
(buah) dan gizi keluarga.
9. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh
oleh ibu rumah tangga.
10. Jumlah konsumsi adalah jumlah kebutuhan buah rumah tangga yang
dikonsumsi dalam sebulan (Kg/bulan).
3.5.2 Batasan Operasional
1.

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Medan Denai.

2.

Tempat penelitian adalah di Kecamatan Medan Denai.

3.

Data yang diambil adalah rata-rata konsumsi buah dalam satu bulan.

4.

Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.

34
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera
Utara. Daerah penelitian berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan laut
dengan wilayah Kecamatan Medan Denai sekitar 9,91 km 2.
Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Area

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
4.1.2 Keadaan Penduduk
a. Penduduk Menurut Kelompok Usia
Penduduk di Kecamatan Medan Denai berjumlah 145.677 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebesar 32.220 rumah tangga. Berdasarkan golongan usia sampel
penduduk kecamatan Medan Denai dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis kelamin di
Kecamatan Medan Denai, 2014.
Jenis Kelamin
Kelompok Usia
Laki-laki
Perempuan
Jumlah (Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
0–4
7012
6722
13743
5 – 14
12838
12204
25042
15 – 44
37771
39355
77126
45 – 65
12065
12531
24596
> = 65
2237
2942
5179
Jumlah
71923
73754
145677
Sumber : Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015.
35
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Medan denai
pada tahun 2015 sebesar 145.677 jiwa. Tabel di atas juga menunjukkan jumlah
usia non produktif 0 – 4 tahun dan > 65 tahun. Usia produktif adalah usia dimana
orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang
dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan
tenaga kerja di Kecamatan Medan Denai cukup besar.
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
Mata pencaharian pokok penduduk di Kecamatan Medan Denai terdiri dari
berbagai jenis yaitu: PNS, Pegawai Swasta, ABRI, Petani, Pedagang dan
Pensiunan. Adapun pembagian jumlah penduduk di Kecamatan Medan Denai
menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di
Kecamatan Medan Denai, 2014.
No Kelurahan
PNS
Pegaw’ai ABRI Petani Pedagang Pensiun
(Jiwa) swasta
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
1
Binjai
3321
17775
589
70
4085
379
2
Medan
1334
5358
390
0
3507
415
Tenggara
3
Denai
367
5507
68
8
3213
340
4
Tegal sari
908
17255
73
0
2837
181
mandala III
5
Tegal sari
936
9342
98
349
3258
488
mandala II
6
Tegal sari
817
3959
49
0
4068
451
mandala I
Jumlah
7683
58382
1267
427
20968
2254
Sumber: Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015.
Dapat dilihat pada tabel 4.2 mata pencaharian pokok paling banyak pada
Kecamatan Denai adalah Pegawai Swasta yaitu sbesar 58.382 orang. Sedangkan

36
Universitas Sumatera Utara

mata pencaharian pokok terkecil adalah sebagai petani yaitu 427 orang, hal ini
disebabkan karena kurang lahan untuk bertani.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai kecamatan ini dapat mudah ditempuh dengan menggunakan
kendaraan roda dua dan empat. Infrastruktur untuk menuju ke Kecamatan Medan
Denai ini sangat baik karena mudah di akses oleh kendaraan apapun.
Prasarana yang berada di Kecamatan Medan Denai yaitu: sekolah, rumah sakit,
posyandu dan tempat ibadah. Adapun rincian dari jumlah sarana dan prasarana
tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Denai, 2014
No
Sarana dan Prasarana
Jumlah (unit)
1
Sekolah
45
 SD
21
 SMP
17
 SMA
2

3

Kesehatan
 Rumah sakit
 Puskesmas
 Posyandu

3
4
100

Tempat Ibadah
 Mesjid
 Langgar
 Gereja
 Kelentang

84
43
64
2
Sumber: Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 dari segi sekolah, unit terbanyak terdapat pada unit SD
yaitu sebanyak 45 unit.
Dari segi tempat kesehatan, unit terbanyak terdapat pada unit posyandu yaitu
sebanyak 100 unit.
37
Universitas Sumatera Utara

Dari segi tempat ibadah, unit terbanyak terdapat pada unit mesjid yaitu sebanyak
84 unit.
4.2 Karakteristik Umum Sampel Responden
Adapun karakteristik sampel yang menjadi responden penelitian ini meliputi
pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, umur ibu rumah tangga dan
tingkat umur ibu rumah tangga.

4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pendapatan tertinggi adalah sebesar
> Rp 15.000.000 per bulan. Sedangkan tingkat pendapatan terendah adalah
sebesar
< Rp 2.000.000 per bulan. Tidak ada tingkat pendapatan yang mendominasi,
karena sampel sengaja dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian yang sudah
digolongkan tingkat pendapatan.
4.2.2 Umur
Berdasarkan hasil penelitian, usia sampel berkisar antara 29 – 84 tahun. Tidak ada
kelompok yang sangat mendominasi sampel. Usia sampel di bagi dalam beberapa
kelompok, yaitu 25 – 34 tahun, 35 – 44 tahun, 45 – 54 tahun, 55 – 64 tahun, 65 –
74 tahun dan 75 – 84 tahun.
4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga
Dari hasil penelitian bahwa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah
terbanyak adalah sejumlah 6 orang. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di

38
Universitas Sumatera Utara

rumah terendah adalah sejumlah 1 orang, sedangkan rata-rata jumlah anggota
keluarga yang tinggal di rumah adalah 3 orang.
4.2.4 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sampel dilihat dari pendidikan terakhir sampel, yakni
berdasarkan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, S1, S2 dan S3.

39
Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Konsumsi Buah Masyarakat
Pola konsumsi buah masyarakat akan dipaparkan ke dalam 8 faktor. Faktor-faktor
tersebut telah disusun oleh peneliti sedemikian rupa guna mendeskripsikan
bagaimana pola konsumsi masyarakat. Pemaparan setiap faktor merupakan hasil
wawancara yang dilakukan dengan konsumen yang secara kebetulan ditemui di
daerah penelitian.
Adapun faktor-faktor tersebut akan dipaparkan satu per satu dalam paragraf
berikut ini. Pemaparan faktor-faktor berikut akan sekaligus menjelaskan
tanggapan masyarakat terhadap buah. Faktor-faktor yang telah disusun tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Minat terhadap buah-buahan
Minat masyarakat terhadap buah merupakan faktor penting bagi konsumen dalam
menjalani pola konsumsinya sehari-hari. Dari hasil wawancara yang dilakukan
kepada 100 sampel, pada faktor minat konsumsi buah diperoleh 65% masyarakat
yang suka dan sering mengkonsumsi buah-buahan yang dapat dilihat pada Tabel
5.1. Hal ini menunjukkan masyarakat kecamatan Medan Denai sebagian besar
memiliki minat yang cukup tinggi terhadap buah-buahan.

40
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1 Minat Masyarakat Terhadap Buah-buahan
Parameter
Jumlah Konsumen
(Orang)
Suka dan sering
65
Kadang-kadang
35
Total
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Persentase (%)
65,00
35,00
100

Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya, semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya (Suryabrata, 2002).
2. Jenis buah
Melihat minat yang cukup tinggi terhadap buah-buahan, maka perlu diketahui
pula jenis buah apa yang paling diminati oleh konsumen. Adapun buah-buahan
yang termasuk dalam sampel penelitian ini adalah jeruk, mangga dan jambu. Pada
Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa konsumen paling banyak memilih jenis buah jeruk
dan mangga dengan persentase sebesar 25% sehingga buah-buahan lokal jenis
jeruk dan mangga lokal perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun jumlah
produksi, karena ini merupakan peluang bagi perkembangan buah lokal agar tidak
diambil alih oleh buah-buahan impor.
Tabel 5.2 Jenis Buah dalam Pola Konsumsi Masyarakat
Parameter
Jumlah Konsumen
Persentase (%)
(orang)
Jeruk
23
23,00
Mangga
15
15,00
Jambu
10
10,00
Jeruk dan Mangga
25
25,00
Jeruk dan Jambu
13
13,00
Mangga dan Jambu
5
5,00
Jeruk, Mangga dan
9
9,00
Jambu
Total
100
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

41
Universitas Sumatera Utara

Faktor jenis buah merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsumen.
Banyaknya jenis buah-buahan tersebut kebanyakan tersedia melimpah di pasar
lokal hanya pada saat panen raya. Sedikit jenis buah yang menempati pasar
swalayan atau pasar dunia (internasional). Jenis buah-buahan tropis yang
dipasarkan di pasaran internasional pada saat ini adalah pisang, nanas,
mangga,alpukat, rambutan , markisa, sirsak, jambu, belimbing dan manggis
(Sunarjono, 2000).
3. Kebiasaan
Kebiasaan yang dimaksud disini adalah pilihan konsumen dalam membeli dan
mengkonsumsi buah-buahan produksi darimana sehari-harinya. Memilih membeli
buah-buahan lokal atau buah-buahan impor yang selalu menjadi pilihan
masyarakat. Pada Tabel 5.3 pilihan konsumen terbanyak adalah buah lokal dengan
persentase sebanyak 73 %. Hal ini menunjukkan buah lokal masih memiliki
keunggulan yang positif yang bisa memenangkan faktor selera konsumen
dibandingkan buah impor. Meskipun begitu, melihat buah impor sebagai pesaing
sebaiknya pelaku yang berkaitan dengan buah lokal mulai memiliki inovasi dan
terobosan baru untuk bisa tetap mempertahankan posisinya. Sebab jika terobosan
dan inovasi tersebut dipikirkan dan dilakukan oleh pelaku yang berkaitan dengan
buah impor di pasar lokal maka posisi persentase tersebut bisa saja sewaktu-waktu
berubah dengan posisi persentase buah impor menjadi yang terbanyak.
Tabel 5.3 Kebiasaan Konsumen Dalam Memilih Buah-buahan
Parameter
Jumlah Konsumen
Persentase (%)
(orang)
Buah Lokal
73
73,00
Buah Impor
27
27,00
Total
100
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

42
Universitas Sumatera Utara

Kebiasaan menjadi faktor ketiga terbesar yang diperhatikan konsumen dalam
memilih buah. Kebiasaan menjadi perhatian konsumen dalam memilih jenis buah
dikarenakan jenis buah yang akan dikonsumsi disesuaikan dengan selera
konsumen. Produk buah impor dan lokal memiliki perbedaan baik itu dalam
bentuk penampilan, warna maupun rasa. Perbedaan tersebut dapat mempengaruhi
kebiasaan konsumen. Preferensi adalah evaluasi seseorang mengenai dua atau
lebih objek ( Kardes, 2002).
4. Pengetahuan mengenai kandungan buah
Pengetahuan mengenai kandungan buah merupakan faktor penting yang perlu
diketahui dalam mendeskripsikan pola konsumsi masyarakat. Perlu diketahui
apakah tahu atau tidaknya konsumen terhadap kandungan buah tersebut menjadi
faktor yang menentukan masyarakat untuk mengkonsumsi buah tersebut atau
tidak.
Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui
kandungan buah yang mereka konsumsi dengan prsentase yang cukup jauh dari
masyarakat yang tidak mengetahui kandungannya. Rata-rata masyarakat
menjawab vitamin C dan vitamin A adalah kandungan terbanyak dari antara
pilihan buah yang mereka pilih baik itu buah jeruk, mangga dan jambu.
Tabel 5.4 Pengetahuan Mengenai Kandungan Buah
Parameter
Jumlah konsumen
(orang)
Tahu
82
Tidak Tahu
18
Total
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Persentase (%)
82,00
18,00
100

43
Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan gizi yang tersedia pada buah merupakan pengetahuan tentang
makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman
dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan
yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (
Notoatmojo, 2006). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.
5. Ketersediaan buah di pasar
Ketersediaan buah-buahan tersebut di pedagang merupakan satu faktor penting
yang menentukan buah tersebut akan dibeli atau tidak oleh konsumen. Dengan
tersedianya buah-buahan tersebut di pasar maka konsumen akan dengan mudah
memilih dan membeli buah-buahan tersebut. Ketersediaan yang terus-menerus
justru berbanding terbalik dengan sifat buah-buahan yang musiman.
Seperti dipaparkan pada Tabel 5.5 dengan jumlah 75% dari sampel konsumen
mengatakan buah selalu tersedia di pasar dan rata-rata buah yang dimaksud
konsumen selalu tersedia adalah buah jeruk. Hal ini yang menjadi faktor penting
mengapa buah jeruk menjadi salah satu pilihan yang hampir dikonsumsi sebagian
besar sampel konsumen yang ditemui di daerah penelitian.
Ketersediaan buah jeruk yang selalu ada dipasar menunjukkan bahwa permintaan
dan penawaran terhadap buah lokal terutama buah jeruk sudah cukup tinggi di
daerah penelitian. Hal ini perlu dipertahankan. Sifat musiman buah sebaiknya
perlu ditanggulangi dengan penerapan teknologi baik waktu budidaya maupun
waktu pemasaran.

44
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5 Ketersediaan Buah
Parameter
Jumlah konsumen
(orang)
Selalu tersedia
75
Tidak selalu tersedia
25
Total
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Persentase (%)
75,00
25,00
100

Ketersediaan buah dipasar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
konsumsi. Dimana ketersediaan buah dipasar berguna untuk memenuhi kebutuhan
akan konsumsi ( Wibowo, 2006).
6. Lokasi pedagang dan alasan memilihnya
Lokasi pilihan konsumen merupakan faktor yang penting dalam keputusan
konsumen mengkonsumsi buah-buahan. Pasar modren merupakan saingan utama
pasar tradisional dalam mengambil perhatian masyarakat pasar tradisional
merupakan tempat proses jual beli antar pedagang dengan konsumen secara
langsung di tempat terbuka dengan susunan kios-kios kecil. Fasilitas yang tersedia
hanya tempat parkir, terkadang ada kamar mandi dan tanah yang becek.
Sedangkan pasar modren merupakan tempat jual beli dimana konsumen dapat
memilih langsung barang yang dibeli dan membayar di kasir dengan barangbarang yang dijual telah disusun rapi di setiap tempat. Biasanya tersedia fasilitas
kamar mandi, parkir yang aman, AC, ruangan tertutup dan lantai yang bersih.
Pada Tabel 5.6 dipaparkan bahwa konsumen lebih banyak yang memilih pasar
tradisional sebagai tempat membeli buah-buahan. Adapun alasan yang dinyatakan
oleh sampel yang memilih pasar tradisional adalah banyaknya pilihan yang bisa
ditemui di pasar tradisional, harga yang lebih murah dan terjangkau, dekat dengan
rumah, lebih segar, lebih alami tanpa bahan pengawet dan alasan terbanyak yang

45
Universitas Sumatera Utara

dikatakkan adalah karena di pasar tradisional masih ada proses tawar-menawar
yang menjadi ciri khas pasar tradisional.
Sebanyak 27% masyarakat lebih memilih pasar modren, hal ini dikarenakan
alasan praktis ketimbang sistem tawar-menawar di pasar tradisional. Alasan lain
yang menjadi pertimbangan konsumen sampel adalah tempatnya yang nyaman,
bersih, aman dari pencopetan, produknya lebih higienis dan bersih, penataan buah
yang teratur sehingga konsumen dapat memilih dengan leluasa, buah-buahan yang
terlihat lebih fresh, serta kualitas yang lebih terjamin. Keadaan pasar tradisional
dengan pasar modren memang memiliki sisi positif dan negatif masing-masing
yang sangat bertolak belakang. Seperti terdapat 5 konsumen sampel yang memilih
keduanya tergantung kebutuhan dan jaraknya dari tempat tinggal, atau bahkan
seperti 5 orang konsumen sampel lainnya yang memilih pedagang kelontong buah
yang berada di pinggir jalan dengan alasan lebih praktis.
Tabel 5.6 Lokasi
Parameter

Jumlah konsumen
(orang)
Pasar tradisional
63
Pasar modren
27
Keduanya
5
Pasar kelontong di pinggir
5
jalan
Total
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Persentase
63,00
27,00
5,00
5,00
100

Lokasi yang strategis yaitu lokasi yang mudah dijangkau oleh alat transportasi dan
ramai. Untuk memilih tempat yang strategis juga harus mempertimbangkan
beberapa hal seperti biaya sewa, retribusi dan lain-lain. Menentukan sebuah lokasi
harus memperhatikan biaya yang dikeluarkan untuk sewa toko tentu saja harga
dilokasi yang strategis akan lebih tinggi dari tempat yang sepi. Oleh karena itu,

46
Universitas Sumatera Utara

produsen harus bisa menentukan jika menyewa ditempat yang strategis apakah
masih bisa mendapatkan untung? Jika masih maka produsen harus memilih lokasi
yang strategis (Malahayati dan Ramadhan, 2010).
7. Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna
Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna ini menjadi faktor yang penting bagi
keberlangsungan buah-buahan di pasar lokal. Dengan banyaknya masyarakat yang
sudah menerapkan pola ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya buah-buahan
sudah menjadi asupan yang tidak asing bagi masyarakat di Kota Medan untuk
setiap harinya.
Tabel 5.7 Penerapan Pola 4 Sehat 5 Sempurna
Parameter
Jumlah
konsumen
(orang)
Sudah Menerapkan
53
Masih Rencana
40
Belum Terpikirkan
7
Total
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Persentase (%)

53,00
40,00
7,00
100

Konsumsi buah di Indonesia yang dianjurkan terdapat dalam tumpeng gizi
seimbang. Indonesia menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi buah
sebanyak 2-3 porsi dalam sehari (Farisa, 2012). Didalam tumpeng gizi
seimbang,buah berada pada tingkat kedua setelah makanan sumber karbohidrat.
8. Intensitas mengkonsumsi dan porsi dalam sekali mengkonsumsinya
Intensitas mengkonsumsi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Terutama dalam melihat bagaimana pola konsumsi masyarakat terhadap buahbuahan. Dengan melihat banyaknya konsumsi terhadap buah-buahan dalam sehari

47
Universitas Sumatera Utara

dapat dilihat berapa banyak buah-buahan yang diperlukan dalam sehari di
keluarga tersebut.
Dari 100 sampel yang diwawancarai sebanyak 19% sampel hanya mengkonsumsi
buah-buahan 1x dalam sehari. Jumlah ini tergolong sedikit jika dikaitkan dengan
pola 4 sehat 5 sempurna. Yang mana dalam sehari jika konsumen makan 3x maka
setidaknya konsumen makan buah 3x minimal dalam hari tersebut.
Masyarakat di Kota Medan masih kurang menganggap penting buah-buahan
dalam kehidupan dan pola konsumsi sehari-hari. Untuk mencukupi kebutuhan
gizi, sudah dianjurkan kepada masyarakat bahwa perlu mengkonsumsi buahbuahan setiap habis makan. Sehingga sebaiknya masyarakat mengkonsumsi buahbuahan minimal 3x dalam sehari. Terutama untuk mencukupi anjuran kebutuhan
gizi 2000 kkal/hari yang disosialisasikan oleh badan kesehatan kepada
masyarakat.
Tabel 5.8 Intensitas Mengkonsumsi Buah Dalam Sehari
Parameter
Jumlah Konsumen
Persentase (%)
(orang)
1x dalam sehari
19
19,00
2x dalam sehari
27
27,00
3x dalam sehari
25
25,00
>3x dalam sehari
11
11,00
Tidak tentu
18
18,00
Total
100
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1
Setelah diketahui intensitas mengkonsumsi dalam satu hari, sebaiknya perlu
diketahui juga porsi dalam satu kali makan buah tersebut. Terdapat beberapa
masyarakat yang memenuhi kebutuhan gizi dan kalori dari buah-buahan untuk
sehari dengan satu kali konsumsi. Hal ini ditunjukkan dari 11% terdapat

48
Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang menghabiskan > 3 buah dalam satu kali konsumsi. Meskipun
tidak dipungkiri bahwa masih terdapat masyarakat yang hanya mengkonsumsi ± 1
buah sehari sebagai kebiasaan rutin atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan akan
buah bagi tubuh dalam sehari.
Dari 100 sampel yang diwawancarai, rata-rata sampel memiliki porsi sebanyak 1 2 buah dalam 1 kali mengkonsumsi. Khusus untuk buah jeruk konsumen
mengkonsumsi rata-rata 1 – 2 buah dikonsumsi per orang, sedangkan untuk buah
mangga dan jambu dikonsumsi 1 – 2 buah dikonsumsi per keluarga. Untuk lebih
jelasnya, banyaknya persentase setiap porsi akan dipaparkan pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Porsi Dalam Satu Kali Konsumsi
Parameter
Jumlah Konsumen
(orang)
1 buah
19
2 buah
27
3 buah
25
>3 buah
11
Segelas Jus
18
Total
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Persentase (%)
19,00
27,00
25,00
11,00
18,00
100

Porsi buah yang dianjurkan dalam sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak
200-300 gram atau 2-3 potong per hari. WHO menganjurkan agar mengkonsumsi
minimal 400 gram buah dalam sehari untuk mencegah terjadinya penyakit kronis.
Kurang lebih setiap porsi buah memiliki berat 80 gram (Almatsier, 2009).
5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Buah
5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pendapatan tertinggi adalah pada
golongan > Rp 15.000.000 yaitu sebesar Rp 25.000.000 per bulan. Sedangkan

49
Universitas Sumatera Utara

tingkat pendapatan terendah adalah pada golongan < Rp 2.000.000 yaitu sebesar
Rp 400.000 per bulan.
Tabel 5.10 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendapatan
Karakteristik (Rupiah)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
< 2.000.000
20
20,00
2.100.000 – 5.000.000
27
27,00
5.100.000 – 10.000.000
18
18,00
10.100.000 – 15.000.000
17
17,00
> 15.100.000
18
18,00
Total
100
100
Sumber : Data diolah dari lampiran 2
Pendapatan merupakan suatu hal yang mempengaruhi konsumen dari segi faktor
ekonomi.Dimana pada faktor ekonomi terdapat faktor harga & faktor pendapatan
konsumen. Faktor pendapatan merupakan suatu hal yang paling besar
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Dengan
besarnya pendapatan konsumen sehingga konsumen mampu untuk menentukan
keputusan secara objektif terhadap segala kebutuhan primer, sekunder, maupun
tersier (Gilarso, 2003).
5.2.2 Umur
Berdasarkan hasil penelitian, umur sampel berkisar antara 29 – 83 tahun. Tidak
ada kelompok yang sangat mendominasi umur sampel, namun sampel terbanyak
adalah sampel berusia 45 – 54 tahun yakni sejumlah 56 sampel (56 persen).
Diikuti sampel yang berusia 55 – 64 tahun yakni sejumlah 22 sampel (22 persen).
Selanjutnya sampel berusia 35 – 44 tahun yakni sejumlah 12 sampel (12 persen),
sampel berusia 25 – 34 tahun yakni 6 sampel (6 persen) sampel yang berusia 65 –
74 tahun yakni 3 sampel (3 persen) dan sampel yang berusia 75 – 84 tahun yakni

50
Universitas Sumatera Utara

1 sampel (1 persen). Karaketeristik sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada
Tabel 5.11.

Tabel 5.11 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
Karakteristik (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
25 – 34
6
35 – 44
12
45 – 54
56
55 – 64
22
65 – 74
3
75 – 84
1
Total
100
Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Persentase (%)
6,00
12,00
56,00
22,00
3,00
1,00
100

Dalam memilih menu makanan yang mempunyai kandungan energy dan protein
yang memadai serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan
tingkat pengetahuan yang relative tinggi, terutama tingkat pengetahuan (umur) ibu
rumah tangga yang berperan sangat penting dalam menentukan keputusan
konsumsi rumah tangga (Djauhari & Friyanto, 1993).
5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang tinggal di
rumah terbanyak adalah sejumlah 6 jiwa. Jumlah anggota kelurga yang tinggal di
rumah terendah adalah sejumlah 1 jiwa, sedangkan rata-rata jumlah anggota
keluarga yang tinggal di rumah adalah 3 jiwa. Terdapat 44 rumah tangga yang
memiliki jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sebanyak 1 – 3 jiwa, 55
rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah sebanyak 4
– 6 jiwa, dan 1 rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal di
rumah sebanyak 7 – 9 jiwa. Tabel 5.12 menunjukkan jumlah anggota keluarga
yang tinggal di rumah berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan.

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.12 Krakteristik Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Karakteristik (Jiwa)
Jumlah (RT)
Persentase (%)
1–3
44
44,00
4–6
55
55,00
7–9
1
1,00
Total
100
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 2
Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka kebutuhan pangan (buah)
yang dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah
tangga mempunyai selera yang berbeda. Bagi rumah tangga dengan anggota
rumah tangga yang banyak, maka faktor kuantitas lebih diutamakan daripada
faktor kualitas, sehingga diharapkan seluruh anggota keluarga dapat terbagi secara
merata
(Suyastiri, 2008).
5.2.4 Pendidikan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang mendominasi
adalah SMA yakni sejumlah 36 sampel dan S1 sejumlah 36 sampel. Diikuti
dengan tingkat pendidikan S2 sejumlah 10 sampel. Sampel dengan tingkat
pendidikan SD sejumlah 5 sampel, tingkat pendidikan SMP sejumlah 9 sampel,
tingkat pendidikan Diploma sejumlah 3 sampel dan tingkat pendidikan S3
sejumlah 1 sampel. Tabel 5.13 menunjukkan tingkat pendidikan sampel
Tabel 5.13 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
SD
5
5,00
SMP
9
9,00
SMA
36
36,00
Diploma
3
3,00
S1
36
36,00
S2
10
10,00
S3
1
1,00
Total
100
100
Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

52
Universitas Sumatera Utara

Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seorang konsumen. Konsumen yang
memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi,
pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek.
Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen yang berbeda pula.
Pendidikan yang rendah juga akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan
serta daya beli konsumen tersebut (Sumarwan, 2004).
5.3 Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap
Jumlah Konsumsi Buah
Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi
Linier Berganda yaitu:
a. Uji Normalitas
Setelah melakukan uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh signifikansi sebesar 0,391
> 0,05 (lihat pada lampiran 3) yang artinya data terdistribusi normal
Tabel 5.14 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parametersa
Most Extreme
Differences

Unstandardized
Residual
100
0.0000000
2.71961748
0.090
0.090
-0.050
0.902
0.391

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber : Data diolah dari Lampiran 3
b. Uji Gejala Multikolinieritas

Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel
mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 (lihat pada lampiran 3) sehingga

53
Universitas Sumatera Utara

diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam
persamaan ini.
Tabel 5.15 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients

a

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity Statistics

Std.
Model
1

B
(Constant)

Error

Beta

t

Sig.

Tolerance

VIF

-1.566

2.228

-.703

.484

2.549E-7

.000

.397 5.019

.000

.675

1.481

Umur

.008

.033

.015

.232

.817

.946

1.057

JAK

1.918

.262

.478 7.314

.000

.987

1.013

.852

.238

.283 3.581

.001

.677

1.477

Pendapatan

Pendidikan

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

c. Uji Gejala Heterokedastisitas
Setelah melakukan metode grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastisitas
maka dapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastisitas tidak terdapat dalam
persamaan ini, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan
nilai signifikansi dari variabel 1,000 > 0,05 (lihat pada lampiran 3).
Tabel 5.16 Hasil Uji Heterokedastisitas
ANOVAb
Sum of
Squares

Model
1

Regression
Residual

df

Mean Square

1094.004

4

273.501

732.236

95

7.708

Total
1826.240
Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

F
35.484

Sig.
1.000a

99

Tabel 5.17 Hasil SPSS Analisis Faktor-Faktor Sosial-Ekonomi Terhadap
Konsumsi Buah
Variabel
Koef.
Std. Error
t.Hit
Sig
Regresi
54
Universitas Sumatera Utara

Constant
-1,566
Pendapatan
2,549 10-7
Umur
0,008
Jumlah Anggota
1,918
Keluarga
Pendidikan
0,852
2
R = 0,599
F-hitung = 35,484
Sumber : Data diolah dari lampiran 3

2,228
0.000
0,033
0,262

-0,703
5,019
0,232
7,314

0,484
0,000
0,817
0,000

0,238

3,581

0,001

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar
0,599. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 59,9% variasi variabel jumlah
konsumsi buah telah dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan, jumlah anggota
keluarga, umur dan pendidikan, sedangkan sisanya 40,1% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Dari tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0.000 (≤ 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel bebas
pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan pendidikan secara serempak
berpengaruh nyata pada taraf 95% terhadap variabel terikat jumlah konsumsi
buah.
Berdasarkan Tabel diperoleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = - 1,566 + 2,549 10-7 X1(*) + 0,008 X2(*) + 1,918 X3(*) + 0,852 X4 (*)
Keterangan:
Ŷ

= Jumlah konsumsi buah (kg/bulan)

X1

= Pendapatan (Rp/bulan)

X2

= Umur (tahun)

X3

= Jumlah anggota keluarga (jiwa)

55
Universitas Sumatera Utara

X4

= Pendidikan (tahun)

Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
Dari persamaan di atas, dapat diperoleh nilai konstanta sebesar – 1,566. Hal ini
menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan variabel bebas pendapatan, jumlah
anggota keluarga, umur dan pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap
variabel terikat jumlah konsumsi buah rumah tangga adalah – 1,566. Atau apabila
nilai variabel bebas sama dengan nol (=0), maka nilai variabel terikat konsumsi
buah adalah sebesar -1,566 kg.
1. Variabel pendapatan rumah tangga (X1)
Hasil analisis pendapatan terhadap jumlah konsumsi buah memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 2,549 10-7, maka setiap peningkatan pendapatan 10.000 rupiah
menyebabkan kenaikan konsumsi buah sebesar 2,549 10-3 kg/bulan dengan asumsi
variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada pendapatan menunjukkan
pengaruh positif pada jumlah konsumsi buah, yang artinya apabila pendapatan
meningkat maka jumlah konsumsi juga meningkat.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,000
( 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1ditolak artinya variabel bebas
umur ibu rumah tangga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat konsumsi buah rumah tangga.
3. Variabel jumlah anggota keluarga (X3)
Hasil analisis jumlah anggota keluarga terhadap jumlah konsumsi buah memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 1,918, maka setiap peningkatan jumlah anggota
keluarga 1 jiwa menyebabkan kenaikan konsumsi buah sebesar 1,918 kg/bulan
dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada jumlah anggota
keluarga menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi buah, yang artinya
apabila jumlah anggota keluarga meningkat maka jumlah konsumsi buah juga
akan meningkat.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,000
(