Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

(1)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan Perempuan 2.1.1. Pengertian Pemberdayaan

Definisi pemberdayaan dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power ofauthority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable.Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain.

Pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge). Seseorang tokoh pendidikan, Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik.Yang dimaksud suara adalah segala asprasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Konsep pemberdayaan (empowerment) dilihat dari perkembangan konsep dan pengertian yang disajikan dalam beberapa catatan kepustakaan, dan penerapannya dalam kehidupan masyrakat.Pemahaman konsep dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat.Perlu upaya mengaktualisasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan Indonesia.Empowerment hanya akan mempunyai arti kalau proses pemberdayaan


(2)

15

menjadi bagian dan fungsi dari kebudayaan, baliknya menjadi hal yang destruktif bagi proses aktualisasi dan koaktualisasi aksestensi manusia.

Pada intinya pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer daya dari lingkunganya. (Prijono dan Pranaka, 1996: 2-8).

2.1.2. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (afektif, kognitif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan. Akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan-keterampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhan tersebut dalam masyarakat. (Teguh, 2004:80-81)


(3)

16 2.1.3. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangkapemberdayaan akan berlangsung secara bertahap (Sumodingningrat 2004:41).

Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

1). Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2). Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3). Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mehantarkan pada kemandirian. (Teguh, 2004:82-83)

2.1.4. Sasaran Pemberdayaan

Perlu dipikirkan siapa yang sesungguhnya menjadi sasaran pemberdayaan.Schumacher memiliki pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin dengan tidak harus menghilangkan ketimpangan struktural lebih dahulu.Masyarakat miskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan demikian memberikan “kail jauh lebih tepat daripada memberikan ikan”. (Teguh, 2004:90)


(4)

17 2.1.5 Pendekatan Pemberdayaan

Akibat dari pemahaman hakikat pemberdayaan yang berbeda-beda, maka lahirlah dua sudut pandang yang bersifat kontradiktif, kedua sudut pandang tersebut memberikan implikasi atas pendekatan yang berbeda pula di dalam melakukan langkah pemberdayaan masyarakat.Pendekatan yang pertama memahami pemberdayaan sebagai suatu sudut pandang konfliktual. Munculnya cara pandang tersebut didasarkan pada perspektif konflik antara pihak yang memiliki daya atau kekuatan di satu sisi, yang berhadapan dengan pihak yang lemah di sisi lainya. Pendapat ini diwarnai oleh pemahaman bahwa kedua pihak yang berhadapan tersebut sebagai suatu fenomena kompetisi untuk mendapatkan daya, yaitu pihak yang kuat berhadapan dengan kelompok lemah. Penuturan yang lebih simpel dapat disampaikan, bahwa proses pemberian daya kepada kelompok lemah berakibat pada berkurangnya daya kelompok lain. Sudut ini lebih di pandang popular dengan istilah zero-sum.

Pandangan kedua bertentangan dengan pandangan pertama.Jika pada pihak yang berkuasa, maka sudut pandang kedua berpegang pada prinsip sebaliknya. Maka terjadi proses pemberdayaan dari yang berkuasa/berdaya kepada pihak yang lemah justru akan memperkuat daya pihak pertama. Dengan demikian kekhawatiran yang terjadi pada sudut pandang kedua. Pemberi daya akan memperoleh manfaat positif berupa peningkatan daya apabila melakukan proses pemberdayaan terhadap pihak yang lemah. Oleh karena itu keyakinan yang dimiliki oleh sudut pandang ini adanhya penekanan aspek generative. Sudut pandang demikian ini popular dengan namapositive sum (Teguh, 2004:91)

2.2. Pengertian Perempuan

Sebagai perempuan seseorang tentu kerap dipanggil dengan panggilan yang berbeda-beda.Kadang cewek, kadang perempuan, dan yang paling terdengar elegan adalah


(5)

18

wanita.Perbedaan makana perempuan dan wanita akan dibahas lebih lanjut disini. Berikut beberapa penjelasannya, antara lain:

a. Makna Etimologis

Kata wanita berasal dari frasa ‘Wani Ditoto’ atau berani diatur dalam etimologi Jawa.Sebutan wanita dimaknai berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Sementara itu, menurut bahasa Sansekerta, kata perempuan muncul dari kata per-empu-an. ‘Per’ memiliki makna makhluk dan ‘Empu’ atinya mulia, tuan, atau mahir, sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia, atau memiliki kemampuan.

b. Pengertian dalam Kamus

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata perempuan bermakna seperti:

1). Orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui wanita.

2). Istri yaitu bininya sedang hamil. 3). Betina (khusus untuk hewan).

4). Kata wanita bermakna perempuan dewasa, yaitu kaum-kaum putri (dewasa). Pengertian kata wanita menurut Kamus Kuno Jawa-Inggris dahulu bermakna ‘yang diinginkan’, dalam hal ini perempuan dianggap sebagai objek, sesuatu yang diinginkan oleh pria.Sebaliknya, kata perempuanan menurut KBBI di tahun 1988 justru bermakna ‘kehormatan sebagai perempuan’.

c. Perubahan Makna

Kata wanita ternyata mengalami proses perubahan makna yang semakin positif, sebutan tersebut merupakan bentuk halus dari kata perempuan. Sebaliknya, kata


(6)

19

peremuan justru mngalami penurunan di mata masyarakat. Ini sebabnya nama lembaga yang ada adalah ‘Komnas Perempuan’ dan bukan ‘Komnas Wanita’, atau nama Kementerian yang melindungi kesejahteraan perempuan adalah Kemeneterian Pemberdayaan Perempuan dan bukannya Kementerian Pemberdayaan Wanita. Atau wanita yang terdengar indah dan elegan itu memiliki sejarah panjang sia-sia sistem feodal dan nuansa patriarki pada zaman dahulu

2.3. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan perempuan adalah upaya peningkatan kemampuan wanita dalam mengembangkan kapasitas dan keterampilannya untuk meraih akses dan penguasaan terhadap, antara lain: posisi pengambil keputusan, sumbersumber, dan struktur atau jalur yang menunjang. Pemberdayaan wanita dapat dilakukan melaluiproses penyadaran sehingga diharapkan wanita mampu menganalisis secara kritis situasi masyarakat dan dapat memahami praktik-praktik diskriminasi yang merupakan konstruksi sosial, serta dapat membedakan antara peran kodrati dengan peran gender. Dengan membekali wanita dengan informasi dalam proses penyadaran, pendidikan pelatihan dan motivasi agar mengenal jati diri, lebih percaya diri, dapat mengambil keputusan yang diperlukan, mampu menyatakan diri, memimpin, menggerakkan wanita untuk mengubah dan memperbaiki keadaannya untuk mendapatkan bagian yang lebih adil sesuai nilai kemanusiaan universal (Aritonang 2000:142-143).

Realitas ketidakadilan bagi kaum perempuan mulai dari marginalisasi makhluk Tuhannomor dua, separoh harga laki-laki, sebagai pembantu, tergantung pada laki-laki dan bahkan sering diperlakukan dengan kasar atau setengah


(7)

20

budak.Seakan memposisikan perempuan sebagai kelompok mesyarakat kelas dua, yang berimbas pada berkurangnya hak-hak perempuan termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan.Kondisi perempuan di Indonesia dalam bidang pendidikan relatif masih sangat rendah dibandingkan laki-laki.Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin sedikit jumlah perempuan yang mengecapnya.

Pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan pada empat level yang berbeda. Empat level tersebut adalah keluarga, masyarakat, pasar dan negara. Konsep pemberdayaan itu sendiri dapat dipahami dalam dua konteks,pertama, kekuasaan dalam proses pembuatan keputusan dengan titik tekan pada pentingnya peran perempuan. Kedua, pemberdayaan dalam term yang berkaitan dengan fokus pada hubungan antara pemberdayaan perempuan dan akibatnya pada laki-laki di masyarakat yang beragam.

Kindervatter menekankan konsep pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan dalam bentuk pendidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepekaan terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan politik sehingga pada akhirnya mereka mampu memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya di masyarakat.Cakupan dari pemberdayaan tidak hanya pada level individu namun juga pada level masyarakat dan pranata-pranatanya. Yaitu menanamkan pranata nilai-nilai budaya seperti kerja keras, keterbukaan dan tanggung jawab.Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power yang artinya keberdayaan atau kekuasaan. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana seseorang, rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu

menguasai (http.//zakiyah.com/pemberdayaan-perempuan.html, diakses tanggal 07 Maret


(8)

21

Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan didefinisikan sebagai proses dimana pihak yang tidak berdaya bisa mendapatkan kontrol yang lebih banyak terhadap kondisi atau keadaan dalam kehidupannya. Kontrol ini meliputi kontrol terhadap berbagai macam sumber (mencakup fisik dan intelektual) dan ideologi meliputi (keyakinan, nilai dan pemikiran), jadi pemberdayaan perempuan adalah usaha pengalokasian kembalikekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akanmembaik hanya ketika perempuan dapat mandiri dan mampu menguasai ataskeputusan-keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya.

Terdapat dua ciri dari pemberdayaan perempuan.Pertama, sebagairefleksi kepentingan emansipatoris yang mendorong masyarakat berpartisipasisecara kolektif dalam pembangunan.Kedua, sebagai proses pelibatan diriindividu atau masyarakat dalam proses pencerahan, penyadaran danpengorganisasian kolektif sehingga mereka dapat berpartisi (Mizan, 2003:35). Adapun pemberdayaan terhadap perempuan adalah salah satu carastrategis untuk meningkatkan potensi perempuan dan meningkatkan peranperempuan baik di domain publik maupun domestik. Hal tersebut dapatdilakukan diantaranya dengan cara:

1. Membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumahtangga. Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalammasyarakat bahwa kaum perempuan adalah konco wingking (teman dibelakang) bagi suami serta anggapan “swarga nunut neraka katut” (kesurga ikut, ke neraka terbawa). Kata nunut dan katut dalam bahasa Jawaberkonotasi


(9)

22

pasif dan tidak memiliki inisiatif, sehingga nasibnya sangattergantung kepada suami.

2. Memberi beragam ketrampilan bagi kaum perempuan. Sehigga kaum perempuan juga

dapat produktif dan tidak menggantungkan nasibnya terhadap kaum laki-laki. Berbagai ketrampilan bisa diajarkan, diantaranya: ketrampilan menjahit, menyulam serta berwirausaha dengan membuat kain batik dan berbagai jenis makanan.

3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap kaum perempuan untuk bisa mengikuti atau menempuh pendidikan seluas mungkin. Hal ini diperlukan mengingat masih menguatnya paradigma masyarakat bahwa setinggi-tinggi pendidikan perempuan toh nantinya akan kembali ke dapur. Inilah yang mengakibatkan masih rendahnya (sebagian besar) pendidikan bagi perempuan.

2.3.1. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan

Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat tercapainya

kualitas hidup dan mitra kesejajaran antara laki-laki dan perempuan yang bergerak dalam seluruh bidang atau sektor. Keberhasilan pemberdayaan perempuan menjadi cita-cita semua orang. Untuk mengetahui keberhasilan sebagai sebuah proses, dapat dilihat dari indikator pencapaian keberhasilannya.Adapun indikator pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut:

1. Adanya sarana yang memadai guna mendukung perempuan untuk menempuh pendidikan semaksimal mungkin.


(10)

23

2. Adanya peningkatan partisipasi dan semangat kaum perempuan untuk berusaha memperoleh dan mendapatkan pendidikan dan pengajaran bagi diri mereka .

3. Meningkatnya jumlah perempuan mencapai jenjang pendidikan tinggi, sehingga dengan demikian, perempuan mempunyai peluang semakin besar dalam mengembangkan karier sebagaimana halnya laki-laki.

4. Adanya peningkatan jumlah perempuan dalam lembaga legislatif, eksekutif dan pemerintahan.

5. Peningkatan keterlibatan aktifis perempuan dalam kampanye pemberdayaan pendidikan terhadap perempuan. Namun lebih dari itu semua adalah terciptanya pola pikir dan paradigm yang egaliter. Perempuan juga harus dapat berperan aktif dalam beberapa kegiatan yang memang proporsinya. Jikalau ini semua telah terealisasi, maka perempuan benar-benar telah terberdayakan.

2.4. Bencana

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Penanggulangan bencana dapat diterapkan suatu sistem manajemen bencana, yang di dalamnya terdapat komponen:

1. Legislasi 2. Kelembagaan


(11)

24 3. Pendanaan

4. Perencanaan 5. IPTEK

6. Penyelenggaraan

Masing-masing komponen tersebut akan saling bersinergi untuk menghasilkan tindakan yang sistematis dan mampu meminimalkan dampak dari bencana yang ditimbulkan. Bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan. Sedangkan bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006:74). Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.

Banyak pengertian atau definisi tentang “bencana” yang pada umumnya merefleksikan karakterisitik tentang gangguan terhdap pola hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap struktur sosial, kerusakan pada aspek pemerintahan, bangunan dan lain-lain serta kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh bencana. Definisi lain menurut International strategy for disaster reduction (UN-ISDR-2002, 24), bencana adalah suatu kejadian yang disebebkan oleh alam atau karena ulah manusia terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya (Nurjanah, 2012:11). Berdasarkan definisi bencana dari UN-ISDR yang sebagaimana disebutkan diatas, dapat digeneralisasikan bahwa untuk dapat disebut “bencana” harus dipenuhi beberapa kriteria/ kondisi sebagai berikut:


(12)

25 2. Terjadi karena faktor atau karena ulah manusia

3. Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi secara perlahan-lahan/ bertahap (slow)

4. Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lain-lain

5. Berada di luar kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya

Bencana erupsi Gunung Sinabung yang terjadi beberapa waktu yang lalu memenuhi beberapa kriteria/ kondisi dari define bencana terutama hal tersebut diyakani menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan, kerugian harta benda.

2.4.1. Bencana Alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gampa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, da tanah longsor.Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam.Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi, namun hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta, dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana. Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Bencana alam geologis

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusa gunung api, dan tsunami. Salah satu peristiwa yang dikategorikan sebagai bencana alam adalah gempa bumi. Gempa bumi digolongkan menjadi beberapa


(13)

26

kategori, yaitu berdasarkan proses terjadinya, bentuk episentrumnya, kedalaman hiposentrumnya, jaraknya, dan lokasinya. Menurut proses terjadinya, gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi lima antara lain:

a. Gempa Tektonik, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya tumbukan lempeng-lempeng di lapisan litosfer kulit bumi ole tenaga tektonik.

b. Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung berapi saat akan meletus, saat letusan, mauoun setelah terjadi letusan.

c. Gempa runtuhan atau longsoran, yaitu gempa yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energy potensial yang besar untuk runtuh. Gempa ini sering terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan. Gempa ini mempunyai dampak yang tidak begitu membahayakan. Namun, dampak yang berbahaya justru akibat dari timbunan batuan atau tanah longsor itu sendiri.

d. Gempa jatuhan, yaitu gempa yang terjadi akibat adanya benda langit yang jauh ke bumi, misalnya meteor. Seperti kita ketahui bahwa ada ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengeliingi orbit bumi. Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfer bumi, bahka kadang sampai ke permukaan bumi. Getaran ini disebut gempa jatuhan. Gempa seperti ini jarang sekali terjadi.

e. Gempa buatan, yaitu gempa yang sengaja dibuat oleh manusia. Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan getaran bumi yang dapat tercatat ole seismograf seluruh permukaan bumi tergantung dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan getaran naum efek getarannya sangat local (Hartuti: 2009)


(14)

27

Peristiwa lainnya yang dikategorikan sebagai bencana alam dan belakangan terjadi secara berkepanjangan di Sumatera Utara adalah erupsi gunung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, erupsi didefinisikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi. Secara umum, erupsi adalah pelepasan magma, gas, abu dank e atmosfer atau ke permukaan bumi WIB).Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi.Secara mum, erupsi dibedakan menjadi 2, yaitu erupsi eksplosif dan erupsi efusif.

1. Erupsi eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang berasal dari magma maupun tubuh gunung api ke angkasa. Erupsi eksplosif inilah yang terkenal sebagai letusan gunung berapi. Letusan ini terjadi akibat tekanan gas yang teramat kuat. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan gunung Krakatau, letusan gunung merapi, dll.

2. Erupsi efusif (non eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava. Erupsi efusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak seberapa kuat, sehingga magma kental dan pijar dari lubang kepundan hanya tumpah mengalir ke lereng-lereng puncak gunung itu.

Macam-macam erupsi:

a. Erupsi sentral, yaitu letusan gunung api yang letusannya melalui sebuah lubang sebagai pusat letusannya.

b. Erupsi linier atau celah, yaitu letusan melalui celah-celah atau retakan-retakan. Erupsi linier menghasilkan lava cair dan membentuk plato.


(15)

28

c. Erupsi areal, yaitu letusan melalui lubang yang sangat luas. Erupsi ini masih diragukan kejadiannya di bumi

2. Bencana alam klimatologis

Bencana alam klmatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh

faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin putting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

3. Bencana alam ekstra-terestrial

Bencana alam ekstra-terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh: hantaman/ impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.

2.4.2. Bencana Non Alam

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic, dan wabah penyakit (UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 3).Klasifikasi bencana non alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:


(16)

29

Menurut ‘Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia’, kegagalan teknologi diartikan sebagai semua kejadian bencana yang diakibakan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/ atau industri (Bakornas PBP, 2005). Penyebab bencana kegagalan teknologi, antara lain: kebakaran, kegagalan/ kesalahan desain keselamatan pabrik, kesalahan prosedur pengoperasian pabrik, kerusakan komponen, kebocoran reactor nuklir, kecelakaan transportasi (darat, laut, dan udara), sabotase atau pembakaran akibat kerusuhan, dan dampak ikutan dari bencana alam (gempa bumi, banjir, longsor,dan sebagainya). Bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

2. Epidemi

Epidemi, wabah adalah itilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang. Epidemologi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam periode waktu tertentu, dengan laju melampaui laju ekspetasi/ dugaan yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain merupakan wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga 11.18 WIB). Pada skala besar, epidemi atau wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa wabah peyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umunya sangat sulit dibatasi penyebabnya, sehingga


(17)

30

kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak.

Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya perjalanan dan pencegahan pada penyakit infeksi menular.Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya.Oleh karena itu, epidemologi telah menjangkau hal tersebut.

2.4.3. Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror (UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 4).Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Klasifikasi bencana sosial berdasakan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kerusuhan atau konflik sosial

Kerusuhan atau konflik sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru hara/kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku, organisasi tertentu.Perspektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompoknya.Karena kekuasaan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok elite, maka kelompok-kelompok itu uga memiliki kekuasaan untuk menciptakan peraturan, khususnya hukum yang dapat melayani kepentingan-kepentingan mereka. Berkaitan dengan hal itu, perspektif konflik memahami masyarakat sebagai kelompok-kelompok dengan berbagai kepentingan yang bersaing dan akan cenderung saling berkonflik. Melalui persaingan itu, maka kelompok-kelompok dengan


(18)

31

kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan mereka dimenangkan (Quinney, 2007:117).

Indonesia sebagai Negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsam bahasam agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, serta munculnya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa. Permasalahan merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

2. Terorisme/ sabotase

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan terror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terror tidak tunduk pada tata cara seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil 08.00 WIB). Aksi teror/ sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang/ banyak orang oleh seseorang/ golongan tertentu yang tidak bertanggungjawab.Aksi teror/ sabotase biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu bangunan/ tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah, tempat, dan sebagainya.Aksi teror/ sabotase sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang/ golongan secara diam-diam/ rahasia.Bencana


(19)

32

aksi teror/ sabotase pada suatu tempat, wilayah, maupun daerah tidak dapat diperkirakan karena hal itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat Februari 2015, pukul 10.00 WIB).

2.5. Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (KWK-GBKP)

Kursus Wanita Karo adalah salah satu pelayanan GBKP untuk menjawab tantangan angkatan kerja wanita muda dengan memberikan keterampilan-keterampilan. Dengan memberi keterampilan angkatan kerja wanita muda diharapkan akan mendapat peluang berwirausaha dibidang keterampilan wanita untuk mengangkat derajat hidupnya serta menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian KWK adalah suatu pemberdayaan wanita-wanita muda Kristen yang kurang mampu untuk mendapatkan dan menciptakan lapangan kerja.

Agar pelayanan KWK dapat mencapai sasaran yang sesungguhnya maka dibuat program-program sebagai berikut :

1. Penjemaatan tentang program KWK kepada seluruh jemaat GBKP.

2. Mengadakan kursus yang meliputi (menjahit, memasak, kecantikan, merangkai bunga, bahasa inggris, kursus komputer).

3. Pengadaan dan pelatihan guru sehingga mempunyai kemampuan untuk mendidik murid dengan berkualitas.

4. Monitoring dan reuni siswi yang telah selesai dan kembali ke masyarakat.

5. Pemberian kredit usaha bagi mereka yang tidak mampu tetapi bersungguh-sungguh berusaha melalui seleksi (http.//www.gbkp.or.id/index,php/140-gbkp/koinonia/moria/213-moria-gbkp.html, diakses tanggal 01 Maret 2015 pukul08.00 WIB).


(20)

33

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak dapat dihindari dan dapatterjadi kapan saja. Bukan hanya itu, bencana juga berdampak pada resiko kerugian yang sangat tinggi.Kerugian tersebut melingkupi kerusakan infrastruktur, akses informasi dan komunikasi, kehilangan tempat tinggal dan harta benda, sampai jatuhnya korban meninggal yang mengakibatkan korban kehilangan sanak saudara mereka.Salah satu korban yang paling membutuhkan perhatian khusus saat bencana adalah perempuan pengungsi dari bencana itu sendiri.Bencana erupsi Gunung Sinabung yang terjadi di Kabupaten Karo telah meninggalkan kesan yang dapat dilupakan oleh para korban.Berpuluh ribu orang menjadi korban keganasan erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan mengungsi, pemukiman penduduk yang hancur, tertutup debu, ternak dan tanaman mati sekejap. Gunung yang telah tidur 400 tahun lamanya aktif kembali membuat mata masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional tergerak untuk membantu para korban yang selamat dari erupsi Gunung Sinabung. Akibat letusan Gunung Sinabung akses ekonomi sosial penduduk terhenti, banyak desa-desa menjadi daerah mati, hilangnya harta benda, dan lain-lain meskipun tidak banyak menelan korban jiwa.

Salah satu upaya Pemerintah daerah Kabupaten Karo untuk melindungi korban yang masih hidup adalah membangun banyak posko pengungsian untuk menampung korban erupsi Gunung Sinabung.Salah satunya adalah Posko Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (KWK-GBKP) terdapat 178 pengungsi yang tergolong balita, anak-anak, bumil (ibu hamil), remaja, dan lansia.Sebagian pengungsi telah meninggalkan KWK-GBKP untuk bertempat tinggal di rumah kerabat atau balik ke rumah asal, bagi yang masih tetap bertahan menunggu penanganan-penanganan yang dilakukan serta menunggu bantuan relokasi rumah baru dari Pemerintah ataupun LSM jika ada.Gambaran korban erupsi Gunung Sinabung di KWK-GBKP pada saat ini mengalami kejenuhan meskipun sudah ada sedikit kepastian dari Pemerintah setempat untuk merelokasi mereka ke daerah baru. Sepertinya tidak memungkinkan jika para pengungsi dikembalikan ke daerah asal mereka karena letak desa


(21)

34

berada di zona merah. Selain itu, penanganan bagi korban erupsi Gunung Sinabung semakin berkurang tidak seperti bencana pada saat terjadi, terutama bagi kaum rentan seperti perempuan, mereka berpran jauh lebih besar setelah erupsi Gunung Sinabung tersebut, mereka harus memikirkan keadaan keluarga mereka, bukan hanya makanan sehari-hari, tetapi juga harus memikirkan anak-anak mereka yang bersekolah, ladang yang sudah tidak dapat dikelola, pakaian yang harus dicuci setelah dipakai namun persediaan air tidak mencukupi, tetap menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga sekalipun cuaca setelah erupsi tidak baik. Karena melihat kondisi ini, KWK-GBKP melaksanakan program pemberdayaan perempuan pada perempuan pengungsi Sinabung, terutama yang berasal dari Kecamatan Payung Kabupaten Karo.

Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variable-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011:132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran

Bencana Gunung Sinabung yang melanda Kabupaten Karo 2010-2015

Program Pemberdayaan Perempuan KWK-GBKPpada perempuan pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo: 1. Kebutuhan minimum 2. Kesehatan

3. Keterampilan

4. Psikososial (Rehabilitasi Trauma) 5. Perekonomian

Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo di Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo

Protestan (KWK-GBKP)


(22)

35

2.8. Definisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian 2.8.1. Definisi Konsep

Suatu konsep adalah sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai cirri-ciri yang sama. definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bencana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan baik karena faktor alam yang bersifat merugikan korban sehingga mereka kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan mereka.

2. Pemberdayaan perempuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan para perempuan dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh para perempuan tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge).

3. KWK-GBKP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu pelayanan GBKP untuk menjawab tantangan angkatan kerja wanita muda dengan memberikan keterampilan-keterampilan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.


(23)

36 2.8.2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitan dalam penelitian Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (KWK-GBKP) pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo ini adalah:

1. Kebutuhan minimum, seperti: a. Pangan, meliputi:

1). Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan makan

2). Terpenuhi atau tidaknya makanan 4 sehat 5 sempurna 3). Ada atau tidaknya makanan tambahan

4). Peralatan makan 5). Sumber air

b. Sandang meliputi:

1). Frekuensi diberi pakaian 2). Kualitas pakaian

3). Cara memilih pakaian 2. Pelayanan kesehatan meliputi: 1). Tempat berobat

2). Cedera

3). Frekuensi berobat

4). Pernah atau tidaknya tertular penyakit 5). Kualitas pelayanan kesehatan

3. Keterampilan 1). Menjahit


(24)

37 3). Salon kecantikan

4). Membuat makanan khas Karo 5). Frekuensi diberikan keterampilan 4. Psikososial (rehabilitasi trauma) meliputi: 1). Pengetahuan tentang psikososial 2). Tatap Muka

3). Interaksi 4). Hiburan

5). Pengisian rohani

6). Perubahan nyata setelah diberikan psikososial 5. Perekonomian

1). Memberikan kredit usaha

2). Merekrut pengungsi menjadi anggota CU


(1)

32

aksi teror/ sabotase pada suatu tempat, wilayah, maupun daerah tidak dapat diperkirakan karena hal itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat Februari 2015, pukul 10.00 WIB).

2.5. Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (KWK-GBKP)

Kursus Wanita Karo adalah salah satu pelayanan GBKP untuk menjawab tantangan angkatan kerja wanita muda dengan memberikan keterampilan-keterampilan. Dengan memberi keterampilan angkatan kerja wanita muda diharapkan akan mendapat peluang berwirausaha dibidang keterampilan wanita untuk mengangkat derajat hidupnya serta menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian KWK adalah suatu pemberdayaan wanita-wanita muda Kristen yang kurang mampu untuk mendapatkan dan menciptakan lapangan kerja.

Agar pelayanan KWK dapat mencapai sasaran yang sesungguhnya maka dibuat program-program sebagai berikut :

1. Penjemaatan tentang program KWK kepada seluruh jemaat GBKP.

2. Mengadakan kursus yang meliputi (menjahit, memasak, kecantikan, merangkai bunga, bahasa inggris, kursus komputer).

3. Pengadaan dan pelatihan guru sehingga mempunyai kemampuan untuk mendidik murid dengan berkualitas.

4. Monitoring dan reuni siswi yang telah selesai dan kembali ke masyarakat.

5. Pemberian kredit usaha bagi mereka yang tidak mampu tetapi bersungguh-sungguh berusaha melalui seleksi (http.//www.gbkp.or.id/index,php/140-gbkp/koinonia/moria/213-moria-gbkp.html, diakses tanggal 01 Maret 2015 pukul08.00 WIB).


(2)

33

Bencana alam apapun bentuknya memang tidak dapat dihindari dan dapatterjadi kapan saja. Bukan hanya itu, bencana juga berdampak pada resiko kerugian yang sangat tinggi.Kerugian tersebut melingkupi kerusakan infrastruktur, akses informasi dan komunikasi, kehilangan tempat tinggal dan harta benda, sampai jatuhnya korban meninggal yang mengakibatkan korban kehilangan sanak saudara mereka.Salah satu korban yang paling membutuhkan perhatian khusus saat bencana adalah perempuan pengungsi dari bencana itu sendiri.Bencana erupsi Gunung Sinabung yang terjadi di Kabupaten Karo telah meninggalkan kesan yang dapat dilupakan oleh para korban.Berpuluh ribu orang menjadi korban keganasan erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan mengungsi, pemukiman penduduk yang hancur, tertutup debu, ternak dan tanaman mati sekejap. Gunung yang telah tidur 400 tahun lamanya aktif kembali membuat mata masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional tergerak untuk membantu para korban yang selamat dari erupsi Gunung Sinabung. Akibat letusan Gunung Sinabung akses ekonomi sosial penduduk terhenti, banyak desa-desa menjadi daerah mati, hilangnya harta benda, dan lain-lain meskipun tidak banyak menelan korban jiwa.

Salah satu upaya Pemerintah daerah Kabupaten Karo untuk melindungi korban yang masih hidup adalah membangun banyak posko pengungsian untuk menampung korban erupsi Gunung Sinabung.Salah satunya adalah Posko Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (KWK-GBKP) terdapat 178 pengungsi yang tergolong balita, anak-anak, bumil (ibu hamil), remaja, dan lansia.Sebagian pengungsi telah meninggalkan KWK-GBKP untuk bertempat tinggal di rumah kerabat atau balik ke rumah asal, bagi yang masih tetap bertahan menunggu penanganan-penanganan yang dilakukan serta menunggu bantuan relokasi rumah baru dari Pemerintah ataupun LSM jika ada.Gambaran korban erupsi Gunung Sinabung di KWK-GBKP pada saat ini mengalami kejenuhan meskipun sudah ada sedikit kepastian dari Pemerintah setempat untuk merelokasi mereka ke daerah baru. Sepertinya tidak memungkinkan jika para pengungsi dikembalikan ke daerah asal mereka karena letak desa


(3)

34

berada di zona merah. Selain itu, penanganan bagi korban erupsi Gunung Sinabung semakin berkurang tidak seperti bencana pada saat terjadi, terutama bagi kaum rentan seperti perempuan, mereka berpran jauh lebih besar setelah erupsi Gunung Sinabung tersebut, mereka harus memikirkan keadaan keluarga mereka, bukan hanya makanan sehari-hari, tetapi juga harus memikirkan anak-anak mereka yang bersekolah, ladang yang sudah tidak dapat dikelola, pakaian yang harus dicuci setelah dipakai namun persediaan air tidak mencukupi, tetap menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga sekalipun cuaca setelah erupsi tidak baik. Karena melihat kondisi ini, KWK-GBKP melaksanakan program pemberdayaan perempuan pada perempuan pengungsi Sinabung, terutama yang berasal dari Kecamatan Payung Kabupaten Karo.

Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variable-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011:132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran

Bencana Gunung Sinabung yang melanda Kabupaten Karo 2010-2015

Program Pemberdayaan Perempuan KWK-GBKPpada perempuan pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo: 1. Kebutuhan minimum 2. Kesehatan

3. Keterampilan

4. Psikososial (Rehabilitasi Trauma) 5. Perekonomian

Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo di Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo

Protestan (KWK-GBKP)


(4)

35

2.8. Definisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian

2.8.1. Definisi Konsep

Suatu konsep adalah sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai cirri-ciri yang sama. definisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bencana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan baik karena faktor alam yang bersifat merugikan korban sehingga mereka kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan mereka.

2. Pemberdayaan perempuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan para perempuan dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh para perempuan tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge).

3. KWK-GBKP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu pelayanan GBKP untuk menjawab tantangan angkatan kerja wanita muda dengan memberikan keterampilan-keterampilan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.


(5)

36

2.8.2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitan dalam penelitian Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (KWK-GBKP) pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo ini adalah:

1. Kebutuhan minimum, seperti: a. Pangan, meliputi:

1). Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan makan

2). Terpenuhi atau tidaknya makanan 4 sehat 5 sempurna 3). Ada atau tidaknya makanan tambahan

4). Peralatan makan 5). Sumber air

b. Sandang meliputi:

1). Frekuensi diberi pakaian 2). Kualitas pakaian

3). Cara memilih pakaian 2. Pelayanan kesehatan meliputi: 1). Tempat berobat

2). Cedera

3). Frekuensi berobat

4). Pernah atau tidaknya tertular penyakit 5). Kualitas pelayanan kesehatan

3. Keterampilan 1). Menjahit


(6)

37 3). Salon kecantikan

4). Membuat makanan khas Karo 5). Frekuensi diberikan keterampilan 4. Psikososial (rehabilitasi trauma) meliputi: 1). Pengetahuan tentang psikososial 2). Tatap Muka

3). Interaksi 4). Hiburan

5). Pengisian rohani

6). Perubahan nyata setelah diberikan psikososial 5. Perekonomian

1). Memberikan kredit usaha

2). Merekrut pengungsi menjadi anggota CU