Strategi City Branding pemerintah kota melalui event hari jadi Kota Surabaya.

(1)

STRATEGI

CITY BRANDING

PEMERINTAH KOTA

MELALUI

EVENT

HARI JADI KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom)

Oleh : Annisa Shah Rizky

NIM. B06213010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Annisa Shah Rizky, B06213010, 2017. Strategi City Branding Pemerintah Kota Melalui Event Hari Jadi Kota Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : City Branding, Event dan Hari Jadi Kota Surabaya

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimana strategi pemerintah kota dalam branding event hari jadi Kota

Surabaya, (2) Bagaimana kendala dan manfaat dari strategi pemerintah Kota dalam branding event hari jadi Kota Surabaya

Untuk mengungkapkan dua persoalan tersebut secara menyeluruh, dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai strategi city branding kota melalui event hari jadi. Setelah melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber referensi dan mendeskripsikan subjek dan objek penelitian, dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis Integrated Marketing Communication dan analisis

Branding dan penarikan kesimpulan. Sehingga, diperoleh hasil penelitian

mengenai strategi city branding melalui event seperti yang diharapkan dan sesuai dengan rumusan masalah.

Dari hasil penelitian ditemukan strategi city branding pemerintah kota melalui event hari jadi Kota Surabaya adalah : (1) Membuat event tahunan yang berdaya laku jual (2) Melakukan publikasi media massa (3) Bekerjasama dan mendukung mitra kerja. Langkah strategi komunikasi pemasaran pemerintah kota

(1) Identifying the target audience (2) Specifying promotion objectives (3)

Selecting the right promotional tools (4) Designing the promotion (5) Scheduling

the promotion. Kendala yang dihadapi pemerintah kota adalah : (1) Kurangnya

SDM sehingga terjadi double jobdisk (2) Kurangnya pemanfaatan media online sebagai kegiatan pemasaran. Manfaat dari adanya event hari jadi Kota Surabaya adalah : (1) Meningkatnya roda perekonomian Surabaya (2) Meningkatnya tingkat wisatawan baik nusantara maupun mancanegara (3) Meningkatkan keguyuban antar pihak swasta dengan pemerintah Kota

Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat diajukan untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah dengan mendobrak strategi pemasaran melalui media online karena di era yang serba teknologi penyampaian pesan melalui media online lebih mudah dijangkau dan cakupannya pun luas. Dan juga membuka peluang dengan open recruitment menjadi panitia di event hari jadi untuk menambah SDM yang masih kurang, dan penelitian lebih dalam mengenai strategi city branding oleh pemerintah kota melalui event hari jadi Kota Surabaya.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGATAR... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Penelitian Terdahulu... 8

F. Definisi Konsep... 9

1. Strategi City Branding... 9

2. Event Surabaya... 11

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14

1. Teori IMC (Integrated Marketing Communication)... 14

2. Teori Brand ... 17

H. Metode Penelitian... 19

1. Pendekatan Penelitian... 19

2. Jenis Penelitian... 21

3. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian... 22

4. Jenis dan Sumber Data... 24

5. Tahap-tahap Penelitian... 25

6. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(8)

8. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data... 33

I. Sistematika Pembahasan... 35

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka... 37

1. City Branding... 37

a. Pengertian City Branding ... 37

b. Mengukur Kekuatan City Branding ... 39

2. Event... 40

a. Pengertian Event...... 41

b. Tujuan Event... 42

c. Jenis-jenis Event... 44

d. Karakteristik Event... 49

3. Strategi Komunikasi Pemasaran Kota... 52

4. Pembentukan City Branding sebagai upaya dalam memasarkan kota... 54

B. Kajian Teori... 57

1. Teori IMC ... 57

2. Teori Brand ... 59

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek Penelitian... 65

1. Subyek Penelitian... 65

A. Profil Kota Surabaya... 65

B. Visi-Misi Kota Surabaya... 67


(9)

B. Deskripsi Data Penelitian ... 70

1. Strategi Pemerintah Kota Surabaya dalam Branding Event HariJadi Kota Surabaya... 71

2. Langkah Strategi Komunikasi Pemasaran Pemerintah Kota dalam Event Hari Jadi Kota Surabaya... 73

3. Kendala dan Manfaat dari adanya Event Hari Jadi Kota Surabaya... 82

BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 86

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 97

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 113

B. Rekomendasi... 115

DAFTAR PUSTAKA... xiii

BIODATA PENULIS... xvi


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Ilustari Kerangka Teori City Branding Surabaya 19

Kategori Special Event 47

Perbedaan Rujak Uleg 2016 dan 2016 75 Kalender event HJKS 2015, 2016, 2017 76

Buku Kalender Event 2017 78

Artikel Surabaya Shopping Festival 2016 84


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Biodata Informan 69


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan kota-kota yang ada semakin ketat. Perkembangan dan maraknya globalisasi di era digital seperti ini, memaksa kita untuk semakin selalu berkembang dan dampak yang terjadi dalam hal ini seperti halnya dengan era globalisasi pada sektor ekonomi.

Indonesia pada umumnya, eksistensi branding di setiap daerah dapat diambil atau digali dari nilai khas (identitas) yang dimiliki, baik dari segi budaya, aturan, geografis, fisik, aktifitas dan sebagainya. Identitas sebuah kota ini terkadang kurang terlihat ketika memasuki-keluar dari suatu daerah. Bahkan terkadang masyarakat atau pemerintah kurang jeli dalam menangkap dan mengelola identitas yang dimiliki oleh daerahnya. Padahal seandainya satu daerah dapat memperkuat dan mempertahankan identitas, ia akan memiliki nilai tambah dibandingkan daerah yang lain. Ketika aroma khas suatu daerah sudah memiliki kesan baik, maka ini menandakan bahwa daerah tersebut memiliki branding yang baik.

Konsep City Branding bukan hanya slogan ataupun logo sebuah kota, akan tetapi merupakan sebuah pemasaran kota untuk meningkatkan

Brand kota tersebut. Slogan, logo, arsitektur bangunan, serta unsur

penataan visual kota lainnya yang merupakan bagian utama dari konsep


(13)

2

merupakan salah satu dari level komunikasi, dimana orientasinya lebih kepada mencari keuntungan.1

Branding bukan saja kegiatan sekedar memastikan bahwa sasaran

konsumen produk tersebut mengenal nama atau logo, tetapi juga menciptakan keterlibatan secara emosional yang dibangun oleh konsumen dengan produk atau pelayanan atau perusahaan (instansi).

Branding dibuat untuk membentuk citra atau positioning statement

yang kuat terhadap target pasar, seperti halnya positioning sebuah produk atau jasa dari perusahaan yang dikenal oleh konsumennya. Oleh karena itu, branding dianggap sebagai suatu strategi penting untuk dimiliki suatu daerah dalam memasarkan dan menjual nilai-nilai khas daerah.

Fenomena city branding atau destination branding sekarang ini menjadi hot issues dikalangan praktisi pemasaran, bukan suatu hal yang baru saja terjadi. Setiap kota sekarang ini berlomba – lomba untuk menunjukkan identitas yang dimiliki oleh daerahnya masing – masing, mereka saling berkompetisi untuk memperebutkan perhatian, pengunjung, pembeli, penyelengara event, dan terutama investasi dari para investor.

Brand hanya ada dipikiran konsumen, ia tak berwujud apapun.

Brand itu paradoks, ia tak mempunyai wujud yang nyata namun brand

menyediakan nilai dan janji sebagai rangsangan yang sangat kuat untuk menentukan keputusan konsumen membeli atau tidak.2

1

Soemanagara, Rd., Strategic Marketing Communication (Bandung: Alfabeta, 2006) hal. 4

2


(14)

3

Brand muncul ketika persaingan produk semakin tajam,

menyebabkan perlunya penguatan peran label untuk mengelompokkan produk-produk agar membedakan dengan pesaingnya.3

City branding suatu daerah tidaklah bisa dianggap sebagai

suatu hal yang sepele, apabila suatu daerah telah memiliki citra yang baik dari hasil branding yang dilakukan, maka ini juga akan mengangkat brand–brand lokal yang dimiliki oleh suatu kota. Salah satu contoh kota yang sukses mem-branding-kan dirinya adalah Yogyakarta. Kota yang memiliki beberapa julukan diataranya : Kota Seni dan Budaya, Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Istimewa, Kota Pariwisata, dan lain-lain, yang telah sukses mengangkat brand lokalnya seperti Dagadu.

Di Bali sendiri brand lokal yang berhasil di brand adalah Joger. selain

itu Bali yang sebelumnya dikenal dengan “Bali Shanti” sekarang

diubah menjadi “The Island of God” hal ini merupakan salah satu strategi dinas pariwisata Bali untuk menarik minat para wisatawan baik dalam maupun luar mancanegara untuk mengunjungi pulau Bali.

Latar belakang pentingnya suatu kota harus mampu mem

-brand-kan dirinya adalah fakta cepatnya perkembangan dan juga

persaingan yang terjadi di era digital ini, fakta bahwasannya sumber kekayaan alam dan juga produktifitas suatu kota juga harus didukung dengan berkembangnya sektor pariwisata sebagai satu-satunya sektor global yang tidak mungkin habis dimakan waktu.

3


(15)

4

Dalam membranding suatu daerah, Pemerintah Kota harus jeli terhadap apa yang di hadapi dan bagaimana mengelolanya dengan apa yang dimiliki. Tanpa kita sadari potensi merupakan salah satu hal yang dapat diangkat bahkan dapat menjadi peluru untuk branding suatu daerah.

Membranding dengan mengangkat potensi yang dimiliki

masyarakat daerah jauh lebih baik karena dapat mengangkat ciri khas identitas daerah tersebut, seperti misalnya Bali yang masyarakatnya jago dengan tari Kecak hal itu malah menjadi ciri khas dan menjadi

branding budaya pulau Bali sehingga banyak wisatawan yang

mempelajari tari Kecak.

Potency memiliki arti kekuatan, terutama kekuatan yang

tersembunyi. Kemudian kata potential memiliki arti yang ditandai oleh potensi, mempunyai kemampuan terpendam untuk menampilkan atau bertindak dalam beberapa hal, terutama hal yang mencakup bakat atau intelegensia.4

Potensi yang dapat diangkat untuk dijadikan brand suatu daerah tidak hanya potensi masyarakat tersebut tetapi potensi wilayah, potensi budaya juga dapat diangkat untuk dijadikan brand. Sehingga wisatawan mengerti dimana mereka berpijak.

Sama halnya dengan apa yang terjadi di Surabaya saat ini, tanpa kita sadari Pemerintah Kota juga melihat adanya potensi dari warga Surabaya sehingga Pemerintah Kota juga melibatkan warga

4


(16)

5

Surabaya untuk ikut serta dalam membranding Surabaya yang di kemas dengan kegiatan-kegiatan unik dalam waktu-waktu tertentu (event). Salah satunya kegiatan hari jadi Kota Surabaya yang memiliki banyak rangkaian acara seperti pawai Budaya, Festival Rujak Ulek, Urban Culture, Surabaya Fashion Festival, dan masih banyak hal lainnya.

Dalam hal ini Pemerintah Kota mengangkat salah satu Festival yakni Rujak Ulek yang merupakan makanan khas Surabaya sebagai salah satu kegiatan yang melibatkan 500 lebih warga Kota Surabaya dan dihadiri lebih dari 300 penonton dan juga banyak wisatawan luar kota dan mancanegara yang ikut hadir menyaksikan, hal itu juga dapat dijadikan suatu Brand. Dimana potensi warga di kemas melalui event yang unik sehingga menarik minat wisatawan untuk datang dan menyaksikan. Banyaknya wisatawan yang hadir dapat berdampak investasi dari para investor dan meningkatnya citra dari Kota tersebut.

Event saat ini dapat dijadikan kegiatan untuk meningkatkan

brand salah satunya city branding, melalui event marketing yang

merupakan suatu kegiatan yang dapat menjadikan nama diingat dan dapat meningkatkan citra. Event marketing diselenggarakan dengan tujuan agar namanya menjadi lebih dikenal dan mendapat image yang baik dari masyarakat

Dengan demikian peran city branding bagi suatu kota sangatlah penting, dengan tetap menciptakan dan menjaga citra yang positif dan menunjukkan identitas yang dimiliki sehingga dapat


(17)

6

bersaing dengan kota lainnya. Berdasarkan pemaparan diatas maka

peneliti mengambil judul “Strategi City Branding Pemerintah Kota melalui Event Hari Jadi Kota Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi Pemerintah Kota dalam membranding

event hari jadi Kota Surabaya?

2. Bagaimana langkah strategi komunikasi pemasaran Pemerintah Kota dalam event hari jadi Kota Surabaya?

3. Bagaimana kendala dan manfaat dari adanya event hari jadi Kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka apabila penelitian ini dapat terlaksana, tujuan penelitian yang ingin dicapai diantaranya adalah :

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan strategi Pemerintah Kota dalam membranding event hari jadi Kota Surabaya 2. Untuk memahami dan mendeskripsikan langkah strategi

komunikasi pemasaran Pemerintah Kota dalam event hari jadi Kota Surabaya

3. Untuk memahami dan mendeskripsikan kendala dan manfaat dari adanya event hari jadi Kota Surabaya.


(18)

7

D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang

city branding Surabaya

b. Sebagai bahan kajian tentang strategi city branding Surabaya melalui branding event

c. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian berikutnya Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Kota Surabaya diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai konsep city branding dan dapat memberikan masukan berharga bagi Pemerintah Kota Surabaya mengenai pentingnya strategi city branding melalui event. b. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan

strategi city branding Surabaya

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan terhadap kota lain dalam mengembangkan daerahnya.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang city branding pernah dilakukan oleh peneliti lain seperti Welo Wungkar Yugiswara judul penelitian Analisis Online City

Branding Kota Surabaya sebagai Kota Jasa dan Perdagangan”, Danus

Ardiansah judul penelitian “Kampung Bahasa sebagai City Branding Kota Pare Kediri”, Yuni Lovita Dwi judul penelitian “Strategi City Branding


(19)

8

Kota Surakarta Melalui Aplikasi Solo Destination Berbasis Android Tahun 2015”.

Peneliti diatas penulis jadikan perbandingan karena sama-sama mengambil tema mengenai city branding namun yang membedakan adalah objek penelitian masing-masing peneliti.

Walaupun Welo Wungkar Yugiswara memiliki kesamaan lokasi penelitian dengan peneliti sekarang yakni di Surabaya namun Welo Wungkar berfokus pada media onlinenya saja dan lebih ke arah city

branding Surabaya yang disebut sebagai Kota Jasa dan Perdagangan.

Sedangkan Danus, perbedaannya yakni di lokasi penelitian dan berfokus di Kota Bahasa, Pare Kediri. Dan Yuni Lovita Dwi selain berbeda lokasi penelitian, Yuni Lovita Dwi juga hanya berfokus pada penggunaan aplikasi Solo Destinationnya saja.

Dan berdasarkan penjabaran diatas, penelitian terdahulu dengan peneliti sekarang jelas berbeda. Selain dari segi lokasi penelitian, fokus penelitian pun juga berbeda yakni lebih ingin meneliti branding Surabaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui branding event yang diangkat lewat potensi yang dimiliki Kota Surabaya.

F. Definisi Konsep

1. Strategi City Branding

Strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh masyarakat untuk menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana, taktik atau cara untuk mencapai apa yang diinginkan.


(20)

9

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.5

City Branding merupakan sebuah proses dari sebuah

branding. Branding merupakan salah satu proses strategi

pemasaran yang seringkali diterjemahkan sederhana sebagai kegiatan beriklan. Namun, Branding lebih merupakan aktivitas menentukan citra yang ingin dibentuk melalui berbagai macam kegiatan promosi (Iklan, publisitas dan sebagainya) seiring dengan pembenahan fitur produk yang sesuai dengan citra yang ingin dibentuk. City branding adalah strategi yang membuat suatu

tempat ‘berbicara’ kepada masyarakat.6 Kavaratzis menjelaskan bahwa :7

City Branding dipahami sebagai sarana untuk mencapai

keunggulan kompetitif dalam rangka untuk meningkatkan investasi dari pariwisata, dan juga sebagai pencapaian pembangunan masyarakat. Memperkuat identitas lokal dan identitas warga dengan kota mereka dan mengaktifkan semua kalangan sosial demi

menghindari pengucilan dan kerusuhan sosial.”

5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Hal. 32

6

Ibid, hal 34

7


(21)

10

City branding dapat diartikan sebagai sebuah proses

pembentukan merek kota atau suatu daerah agar dikenal oleh target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan menggunakan ikon, slogan, eksibisi, serta positioning yang baik, dalam berbagai bentuk media promosi. Sebuah city branding bukan hanya sebuah slogan atau kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang tersebut melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk layanan, event, ataupun berbagai simbol dan rancangan yang menggambarkannya.8

Konsep city branding merupakan tujuan dari sebuah citra yang merupakan strategi dari suatu kota untuk membuat

positioning di benak target sasaran. Bukan hanya itu, city branding

juga memasukkan ruh dari kota itu sendiri.

Sehingga dari penjelasan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa strategi city branding merupakan perencanaan sebuah kota atau daerah yang digunakan untuk mengungkap sebuah identitas kota, melalui keunggulan dan keunikan yang dimiliki oleh kota atau daerah tersebut dan dapat tertanam dibenak khalayak melalui sebuah nama, logo, simbol, produk layanan, dan lain sebagainya.

8

Hendra Setia Putra, Pengaruh Event Marketing terhadap City Branding Kota Bandung


(22)

11

2. Event Surabaya

Event adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal peting sepanjang hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu.9

Event Management adalah bagian dari ilmu manajemen

yang merancang dan mengembangkan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mengumpulkan masyarakat di satu lokasi dan melakukan beberapa aktivitas yang sudah diatur untuk mendapatkan informasi atau menyaksikan suatu kejadian.10

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa event

management merupakan salah satu bagian dari ilmu manajemen

yang membuat sekaligus mengembangkan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyatukan masyarakat/orang-orang di salah satu lokasi dan melakukan beberapa kegiatan yang sudah diatur untuk mendapatkan informasi atau melihat suatu kejadian.

Event Management juga dapat dijadikan sebagai salah satu

strategi komunikasi pemasaran yang digunakan oleh sebuah perusahaan seperti publikasi, peluncuran produk baru, kegiatan konfrensi pers, seminar, pameran, perusahaan merancang kegiatan promosi suatu produk dalam membantu perusahaan untuk

9

Any Noor, Manajemen Event (Bandung: Alfabeta, 2000) Hal. 7

10


(23)

12

memberikan informasi dan menyampaikan pesan kepada publik (konsumen) atau kepada klien mengenai produk tersebut di sebuah tempat

Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia sekaligus menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Jawa Timur serta wilayah Indonesia bagian timur. Kota ini terletak 796 km sebelah timur Jakarta, atau 415 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di tepi pantai utara Pulau Jawa dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.11

Ketika mendengar nama Surabaya serlalu terbesit di benak kita yakni sebagai Kota Pahlawan karena banyak wilayah-wilayah bersejarah peninggalan zaman penjajahan. Namun lambat laun nama Surabaya disebut-sebut sebagai kota Industri Kreatif, semenjak Surabaya dipegang oleh Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) Surabaya mengalami progress kemajuan yang signifikan. Beliau mencanangkan salah satu tempat di gedung Siola, Jalan Tunjungan, Surabaya, sebagai tempat untuk mengembangkan industri kreatif.12 Karena beliau melihat banyaknya pelaku industri kreatif di Surabaya. Gang Dolly yang

11

https://en.wikipedia.org/wiki/Surabaya diakses pada tanggal 16 November 2016, pukul 21.00

12


(24)

13

dulu merupakan sebuah kawasan pelacuran di rubah menjadi kampung wisata yang menyediakan berbagai wahana wisata.

Dalam hal ini dapat terlihat bahwa Kota Surabaya memiliki banyak potensi untuk melakukan city branding atau melakukan strategi untuk mengungkap sebuah identitas Kota Surabaya itu sendiri. Sehingga penulis menarik kesimpulan dari penjabaran diatas bahwa Kota Surabaya memiliki banyak aset atau potensi yang dapat di ambil salah satunya untuk dijadikan sebuah identitas Kota Surabaya dan dikemas melalui event yang dapat menarik minat audience nya.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Terdapat 2 teori yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Teori IMC (Integrated Marketing Communication)

Menurut American Association of Advertising Agencies

(the”4As”) dikemukakan dalam buku yang ditulis oleh George E.Belch

dan Michael A.Belch bahwa pengertian komunikasi pemasaran terpadu merupakan konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya, komunikasi umum, tanggapan langsung, promosi penjualan dan hubungan masyarakat serta menggabungkan berbagai disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang


(25)

14

maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan.13

Terence A. Shimp dalam bukunya menyebutkan enam bentuk utama dalam komunikasi pemasaran yaitu penjualan persoanl (Personal

Selling), Iklan (Advertising), Promosi Penjualan ( Sales Promotion),

Pemasaran Sponsorship (sponsorship marketing), publisatas (publicity), dan komunikasi di tempat pembelian (Point of purchase

communication).14

1. Penjualan Perorangan (Personal Selling)

Penjualan perorangan atau yang lebih populer disebut sebagai

Personal Selling adalah bentuk komunikasi antar individu dimana

tenaga penjual atau orang yang secara langsung berhadapan dengan konsumen menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan. 2. Iklan (Advertising)

Iklan atau yang dalam bahasa inggris disebut denga Advertising dilakukan melalui berbagai media yang dikombinasikan. media yang digunakan dapat terdiri dari media massa melalu surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain (Billboard, internet, dan sebagainya); dan komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan antar bisnis (business to business) maupun pemakai akhir.

13

George E Belch & Michael A Belch, Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perpective. 8th Edition. (Jakarta : PT. Indeks, 2009) Hal. 11

14

Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2003), Hal. 4


(26)

15

3. Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Promoi Penjualan terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu singkat. sebagai perbandingan ada iklan yang didesain untuk tujuan yang lain yaitu untuk menciptakan kesadaran pada diri konsumen mengenai merek barang atau jasa tertentu dan mempengaruhi sikap konsumen. Sedangkan promosi penjualan diarahkan baik untuk perdaganagn (kepada pedagang besar dan pengcer) maupun kepada konsumen.

Promosi penjualan yang berorientasi pada perdagangan dapat dilakukan dengan memberikan berbagai macam bonus untuk meningkatkan respon dari pedagang besar atau pengecer. Sedangkan promosi penjualan yang berorientasi pada konsumen biasa dilakukan dengan menggunakan kupon, diskon dan berbagai macam bonus yang berpengaruh langsung kepada konsumen.

4. Pemasaran Sponsorship ( sponsorship marketing)

Pemasaran sponsorship merupakan aplikasi dalam mempromosikan perusahaan dan merek perusahaan dengan mengasosiasikan perusahaaan atau merek dengan kegiatan tertentu misalnya kompetisi atau kegiatan sosial tertentu.

5. Publisitas

Seperti halnya dengan iklan, publisitas menggambarkan komunikasi massa; namun juga tidak seperti iklan dalam publisitas biasanya perushaan tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang


(27)

16

beriklan. Publisitas biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau jasa darii perusahaan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam media cetak atau televisi secara gratis karena perwakilan media menganggap informasi tersebut penting dan layak untuk disampaikan kepada khalayak. Dengan demikian publisitas tidak dibiayai oleh perusahaan yang mendapatkan manfaatnya.

6. Komunikasi di Tempat Pembelian

Komunikasi di tempat pembelian melibatkan peraga, poster, tanda, dan berbagai macam materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan untuk membeli dalam tempat pembelian. Display di dalam toko juga memainkan peran penting dalam menarik perhatian konsumen untuk mencoba suatu produk.

Strategi City Branding dengan Integrated Marketing Communication memiliki keterkaitan yakni dimana dalam menciptakan sebuah brand kota melalui event juga harus diimbangi dengan kegiatan promosi yang strategis agar tujuan dari diadakannya event tersebut tersampaikan dengan baik. Hal inilah yang menjadi tugas Pemerintah Kota Surabaya dalam menciptakan strategi dan langkah-langkah dalam promosi, karena promosi atau publikasi merupakan hal terpenting dari sebuah strategi


(28)

17

2. Teori Brand

Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol,atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa pesaing.15 Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk pesaing.

Menurut Keller istilah brand berasal dari kata brand yang berarti

“to brand” yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi

Amerika dengan memberikan tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual kepasar.16

Strategi City Branding dengan Teori Brand memiliki keterkaitan yakni dimana dalam menciptakan sebuah identitas kota harus memiliki ciri khas yang dapat menjadi daya ingat audiencenya. Hal inilah yang menjadi tugas Pemerintah Kota Surabaya dalam membangun brand agar berbeda dengan kota lainnya.

Pola kerangka pikir penelitian “Strategi City Branding Surabaya

melalui Event Hari Jadi Kota Surabaya) sebagai berikut :

15

John E Kennedy, Ibid., Hal. 332

16

Sadat Andi M, Brand Belief: Membangun Merek Berbasis Keyakinan, (Jakarta: Salemba Empat, 2009) Hal. 18


(29)

18

Gambar 1 : Ilustari Kerangka Teori tentang City Branding Surabaya

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, sesuai dengan definisi dari penelitian deskriptif yaitu penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.17

17

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005) hal. 45

Strategi PemerintahKota Surabaya

Teori IMC ( Integrated Marketing

Communication)

Teori Branding

City Branding

Event Hari Jadi Kota Surabaya


(30)

19

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada.18

Bahwasanya penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang sementara berlangsung.19

Pada hakikatnya penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau fenomena yang diselidiki.20

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian deskriptif kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai Strategi City branding Surabaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota melalui event hari jadi Kota Surabaya dan dianalisa secara sistematis berdasarkan fakta yang ada

18

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) hal. 26

19

Convelo G. Cevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian (Jakarta : Universitas Indonesia, 1993) hal. 71

20


(31)

20

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan melalui data-data yang bersifat deskriptif.

Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.21

Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting).Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Penelitian kualitatif menggunakan teori sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan penelitian, bukan menguji teori seperti pada penelitian kuantitatif.

Metode kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.22

21

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public relation dan Komunikas, (Jakarta:Raja Grafindo Persada.2003), hal. 212-213

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 6


(32)

21

2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian Subjek

Subjek penelitian atau informan adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.23 Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan.

Maka penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara jelas dan mendalam.

Sehingga berdasarkan penjelasan diatas peneliti memilih informan yang dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menelusuri situasi yang diteliti, peneliti memilih Kepala Bidang Promosi Wisata, Kepala Bidang Destinasi Pariwisata, dan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Budaya.

Objek

Objek penelitian merupakan ruang lingkup atau hal-hal yang menjadi pokok persoalan dalam suatu penelitian.24

Objek penelitian adalah “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

23

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) hal. 145

24

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hal. 5


(33)

22

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya25.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa objek penelitian merupakan ruang lingkup persoalan dalam penelitian, dan objek penelitian mengenai City Branding Surabaya adalah bagaimana strategi Pemerintah Kota Surabaya dalam membranding

event Kota Surabaya, bagaimana langkah strategi komunikasi

pemasaran Pemerintah Kota dalam event hari jadi Kota Surabaya, dan apa saja kendala dan manfaat dari adanya event hari jadi Kota Surabaya Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, Lokasi penelitian tersebut merupakan tempat penelitian yang diharapkan mampu memberikan informasi yang peneliti butuhkan dalam penelitian. Penelitian ini mengenai City Branding Surabaya sehingga lokasi yang peneliti ambil berlokasi di Surabaya, dan lokasi yang mampu memberikan informasi mengenai City Branding Surabaya yakni Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Surabaya yang bertempat di Gedung Siola Lt.4, Surabaya - Jawa Timur

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka

25

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009) hal. 38


(34)

23

melainkan diuraikan dalam bentuk kalimat.26 Adapun data kualitatif meliputi :

1. Data tentang gambaran umum mengenai objek penelitian 2. Data lain yang tidak berupa angka

Sedangkan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data pokok yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.27

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Promosi Wisata, Kepala Bidang Kebudayaan, dan Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi dan studi kepustakaan berupa literatur tertulis merupakan sumber data sekunder.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling dan snowball sampling

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Perkembangan tertentu ini misalnya

26

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987) hal. 66

27

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2006) hal. 26-28


(35)

24

orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian.28

Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan bantuan key-informan, dan dari key-informaninilah akan berkembang sesuai petunjuknya.

Key-informan disini adalah Kepala Bidang Promosi Pariwisata, sedangkan Kepala Bidang Kebudayaan dan Kepala Bidang Destinasi Pariwisata merupakan hasil dari snowball sampling.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahapan ini disusun secara sistematis agar diperoleh data secara sistematis pula. Ada empat tahap yang bisa dikerjakan dalam suatu penelitian, yaitu :29 1. Tahap Pra-Lapangan

Pada tahap pra-lapangan merupakan tahap penjajakan lapangan. Ada lima langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu : a. Menyusun rancangan penelitian

Pada tahap ini, peneliti membuat usulan penelitian atau proposal penelitan kepada dosen, setelah di setujui peneliti

28

Sugiyono, ibid., hal. 300

29


(36)

25

memikirkan fokus penelitian dan menentukan subyek dan obyek yang akan diteliti.

b. Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih Kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Surabaya, karena dirasa memiliki pengaruh dalam branding kota Surabaya.

c. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang City Branding Surabaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Agar peneliti lebih siap terjun ke lapangan serta untuk menilai keadaan, situasi, latar belakang dan konteksnya sehingga dapat ditemukan dengan apa yang dipikirkan oleh peneliti.

d. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Tahap ini peneliti memilih seorang informan yang merupakan orang yang benar-benar tahu dan terlibat dalam kegiatan pengambilan peran dalam City Branding Surabaya. Kemudian memanfaatkan informan tersebut untuk melancarkan penelitian.

e. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu atau kebutuhan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini.

2. Tahap Lapangan


(37)

26

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Tahap ini selain mempersiapkan diri, peneliti harus memahami latar penelitian agar dapat menentukan model pengumpulan datanya.

b. Memasuki Lapangan

Pada saat sudah masuk ke lapangan peneliti menjalin hubungan yang akrab dengan subyek penelitian dengan menggunakan tutur bahasa yang baik, akrab serta bergaul dengan mereka dan tetap menjaga etika pergulan dan norma norma yang berlaku di dalam lapangan penelitian tersebut. c. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini peneliti mencatat data yang diperolehnya ke dalam fieldnotes, baik data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan atau menyaksikan sendiri kejadian tersebut.

3. Tahap Analisa Data

Analisa data merupakan suatu tahap mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar agar dapat memudahkan dalam menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesa kerja yang sesuai dengan data.30

Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber, dikumpulkan, diklasifikasikan dan analisa dengan komparasi konstan.

30


(38)

27

4. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dalam tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik karena menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.31 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi, focus group

discusion, dan analisis dokumen.32 Pengumpulan data dalam penelitian

ini menggunakan teknik: 1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan atau pencatatatn dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.33

Observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Observasi harus

31

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hal. 100

32

Farouk Muhammad dan H Djaali, Metodologi Penelitian Sosial Edisi Revisi (Jakarta: PTIK Press & Agung, 2005) hal. 89

33


(39)

28

dilakukan secara teliti dan sistematis untuk mendapatkan hasil yang bisa diandalkan, dan peneliti harus mempunyai latar belakang atau pengetahuan yang lebih luas tentang objek penelitian mempunyai dasar teori dan sikap objektif.34

Observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan dengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan kegiatan City Branding Surabaya. Juga mengamati bagaimana peran Pemerintah Kota Surabaya dalam

membranding melalui event Surabaya.

Dengan observasi secara langsung, peneliti dapat memahami konteks data dalam berbagai situasi, maksudnya dapat memperoleh pandangan secara menyeluruh. Untuk itu peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait dengan objek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak berstruktur, dimana di dalam metode ini memungkinkan pertanyaan berlangsung luwes, arah pertanyaan lebih

34


(40)

29

terbuka, tetap fokus, sehingga diperoleh informasi yang kaya dan pembicaraan tidak kaku.35

Adapun dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama antara lain Kepala Bidang Promosi Wisata, Kepala Bidang Destinasi Pariwisata, dan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Budaya Surabaya. Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memproleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.

3. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto, teknik dokumentasi yaitu

“mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda

dan sebagainya”.36

6. Teknik Analisis Data

Manurut Patton, teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu

35

Singarimbun, Masri dan Efendi Sofwan, Metode Penelitian Survei (Jakarta : LP3S, 1989) hal. 32

36


(41)

30

memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.37

Menurut Miles dan Huberman, pada dasarnya analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Analisis data itu dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah : satu atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analisis sewaktu hendak mengadakan analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya satu situs atau lebih.38

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.

Hasil penelitian yang diperoleh dari informan yakni Kepala Dinas pariwisata dan Budaya dan dirangkum dipilah sesuai dengan pokok permasalahan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar mempermudah proses analisis data.

2. Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil

penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil

37

Lexy J. Moleong, ibid., hal 280

38


(42)

31

reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan

memberchek, trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin

signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.

Dalam menarik kesimpulan dan verifikasi data harus didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, sehingga kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh tingkat keabsahan data, teknik yang digunakan antara lain:39

1. Ketekunan pengamatan, yakni serangkaian kegiatan yang dibuat secara terstruktur dan dilakukan secara serius dan berkesinambungan terhadap segala realistis yangada di lokasi penelitian dan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur di dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau peristiwa yang sedang dicari kemudian difokuskan secara terperinci dengan

39


(43)

32

melakukan ketekunan pengamatan mendalam. Maka dalam hal ini peneliti diharapkan mampu menguraikan secara rinci berkesinambungan terhadap proses bagaimana penemuan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

2. Triangulasi data, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang terkumpul untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan sumber, metode penyidik dan teori.40

Dari berbagai teknik tersebut cenderung menggunakan sumber, sebagaimana disarankan oleh patton yang berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu keabsahan data dengan cara sebagai berikut : a. Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan

data hasil wawancara

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum dengan apa yangdikatakan secara pribadi

Yang ingin diketahui dari perbandingan ini adalah mengetahui alasan-alasan apa yang melatarbelakangi adanya perbedaan tersebut (jika ada perbedaan)bukan titik temu atau kesamaannya

40


(44)

33

sehingga dapat sehingga dapat dimengerti dan dapat mendukung validitas data.

3. Diskusi teman sejawat, yakni diskusi yang dilakukan dengan rekan yang mampumemberikan masukan ataupun sanggahan sehingga memberikan kemantapanterhadap hasil penelitian. Teknik ini digunakan agar peneliti dapat mempertahankan sikap terbukadan kejujuran serta memberikan kesempatan awal yang baik untuk memulaimenjejaki dan mendiskusikan hasil penelitian dengan teman sejawat. Oleh karena pemeriksaan sejawat melalui diskusi ini bersifat informal dilakukan dengan cara memperhatikan wawancara melalui rekan sejawat, denganmaksud agar dapat memperoleh kritikan yang tajam untuk membangun dan penyempurnaan pada kajian penelitian yang sedang dilaksanakannya.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan penjelasan mengenai struktur isi pembahasan yakni isi utama kajian skripsi (batang tubuh) yang dijelaskan dalam bentuk subbab.

Berikut sistematika pembahasan penelitian yang berjudul Strategi

City Branding Surabaya Melalui Event Hari Jadi Kota Surabaya.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini mengungkap tentang pentingnya sebuah


(45)

34

dan batasan pembahasan penelitian yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Kajian Teoritis menguraikan tentang beberapa hal yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Bab ini memiliki dua pokok bahasan, yaitu; Kajian Pustaka dan Kajian Teoritik

BAB III : PENYAJIAN DATA PENELITIAN

Paparan data ini menjelaskan mengenai profil data penelitian (profil informan lengkap, obyek penelitian, dan lokasi penelitian) dan mengenai deskripsi hasil penelitian yang di tarik garis melalui rumusan masalah yang telah di paparkan di bab sebelumnya

BAB IV : ANALISIS DATA

Pembahasan tentang analisis data dimana menganalisis segala temuan-temuan penelitian dan membahas tentang relevansi dengan teori yang telah di kaitkan di bab kajian teoritis, apakah realitas yang ditemukan seirama atau tidak.

BAB V : PENUTUP

Penutup berupa Kesimpulan data dan Saran Penelitian. Menyajikan inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengungkapkan saran-saran tentang beberapa rekomendasi untuk dilakukan apa penelitian selanjutnya.


(46)

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

1. City Branding

a. Pengertian City Branding

City Branding merupakan sebuah proses dari sebuah branding.

Branding merupakan salah satu proses strategi pemasaran yang

seringkali diterjemahkan sederhana sebagai kegiatan beriklan. Namun,

Branding lebih merupakan aktivitas menentukan citra yang ingin

dibentuk melalui berbagai macam kegiatan promosi (iklan, publisitas dan sebagainya) seiring dengan pembenahan fitur produk yang sesuai dengan citra yang ingin dibentuk. City branding adalah strategi yang membuat

suatu tempat ‘berbicara’ kepada masyarakat.1

Kavaratzis menjelaskan bahwa : “City Branding dipahami sebagai sarana untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk meningkatkan investasi dari pariwisata, dan juga sebagai pencapaian pembangunan masyarakat. Memperkuat identitas lokal dan identitas warga dengan kota mereka dan mengaktifkan semua kalangan sosial demi menghindari pengucilan dan kerusuhan sosial.” 2

City branding dapat diartikan sebagai sebuah proses pembentukan

merek kota atau suatu daerah agar dikenal oleh target pasar (investo

1

Yananda, M. Rahmat dan Salamah, Ummi, Branding Tempat: Membangun Kota (Jakarta: PT. Grafindo, 2014)dalamhal. 34

2


(47)

37

tourist, talent, event) kota tersebut dengan menggunakan ikon,

slogan, eksibisi, serta positioning yang baik, dalam berbagai bentuk media promosi. Sebuah city branding bukan hanya sebuah slogan atau kampanye promosi, akan tetapi suatu gambaran dari pikiran, perasaan, asosiasi dan ekspektasi yang datang dari benak seseorang ketika seseorang tersebut melihat atau mendengar sebuah nama, logo, produk layanan, event, ataupun berbagai simbol dan rancangan yang menggambarkannya.3

Konsep city branding merupakan tujuan dari sebuah citra yang merupakan strategi dari suatu kota untuk membuat positioning di benak target sasaran. Bukan hanya itu, city branding juga memasukkan ruh dari kota itu sendiri.

Sehingga dari penjelasan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa city branding merupakan strategi sebuah kota atau daerah yang digunakan untuk mengungkap sebuah identitas kota, melalui keunggulan dan keunikan yang dimiliki oleh kota atau daerah tersebut dan dapat tertanam dibenak khalayak melalui sebuah nama, logo, simbol, produk layanan, dan lain sebagainya.

a. Mengukur Kekuatan City Branding

Dalam menghadapi globalisasi, setiap kota bersaing dengan banyak orang lain untuk menarik konsumen, wisatawan, rasa hormat, perhatian, investasi dan bisnis. Branding coba memberikan

3

Hendra Setia Putra, Pengaruh Event Marketing terhadap City Branding Kota Bandung


(48)

38

identitas sebuah kota identitas yang berbeda, sehingga kota tersebut dapat dibedakan dengan kota lain. Merek yang kuat berarti yang dibedakan dari pesaing untuk investasi, bisnis, pengunjung dan penduduk. Sebuah City branding yang kuat pertama, harus meningkatkan kesadaran publik mengenai keberadaan tempat itu.

Kedua, membuat pelanggan potensial kota, menganggap kualitas

sebagai lebih baik bahwa para pesaingnya. Untuk itu diperlukan suatu standarisasi tertentu untuk mengukur kekuatan City branding yang telah teraplikasi pada sebuah kota. Ada beberapa cara untuk mengevaluasi dan menguji kekuatan merek yang disandang oleh sebuah kota, diantaranya adalah:

a. Mengukur kesadaran masyarakat tentang keberadaan kota dan pengetahuan tentangnya, kemudian menanyakan berapa banyak orang yang tahu tentang kota tersebut.

b. Faktor tempat yang berkaitan dengan persepsi mengenai aspek fisik, seperti keindahan kota dan iklimnya.

c. Pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh kota tersebut, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi masyarakat yang tinggal didalamnya, termasuk kemungkinan mencari pekerjaan, melakukan bisnis dan perdagangan.


(49)

39

d. Berhubungan dengan wisatawan, warga, dan investor untuk mengukur daya tarik kota sebagai tempat untuk mengunjungi dan tempat tinggal.

e. Mengedepankan keramahan penduduk, kemungkinan untuk menemukan sebuah komunitas dan perkumpulan di mana orang dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mendapatkan perasaan aman.4

2. Event

a. Pengertian Event

Event kata yang saat ini sudah tidak asing ditelinga kita. Semua

orang pasti pernah menyelenggarakan sebuah event atau sekedar menjadi tamu undangan dalam event. Contohnya seperti event pernikahan, pesta ulang tahun, aqiqah, ataupun perayaan keagamaan yang bersifat pribadi, dan lain sebagainya.

Event yang bersifat pribadi biasanya di buat untuk mengumpulkan

teman, kerabat, dan orang-orang spesial dalam sebuah acara, Dapat dicontohkan misalnya sebuah pesta pernikahan, ataupun menggelar sebuah pesta ulang tahun yang bertujuan untuk hiburan dan kesenangan semata. Semua event tersebut merupakan sebuah ungkapan, simpati, dan bersifat kekeluargaan semata.

4

Anna Raubo, City branding and its Impact on City’s Attractiveness for External Audiences (Rotterdam: Erasmus University Rotterdam, 2010) Hal. 16-17


(50)

40

Menurut Getz definisi lain dari event adalah ‘Those non routine occasions set apart from the normal activity of daily life of a group of people”.5

Hal ini justru berbeda dengan event yang di gelar dengan tujuan berbisnis. Pada event berbisnis, menyelenggarakan event memiliki tujuan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dalam bentuk materi. Baik dalam jangka pendek ataupun panjang. Seperti yang dikutip dalam Any

Noor : “Event adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan

lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu.”6

Menurut Blech, Event adalah tipe promosi yang sering digunakan perusahaan atau menghubungkan sebuah merek pada suatu acara atau sebuah pesta yang tematik yang mana dikembangkan dengan tujuan untuk menciptakan suatu pengalaman bagi konsumen dan mempromosikan suatu produk atau jasa tersebut. Para pemasar sering melakukan event marketing untuk mengasosiasikan produk mereka dengan aktivitas yang populer seperti acara olahraga, konser, bazar, atau festival. Namun biar bagaimanapun juga para marketer tetap menyelenggarakan event mereka sendiri dengan tujuan promosi.7

5

Ibid., Hal. 8

6

Any Noor, Manajemen Event (Bandung: Alfabeta, 2000) Hal. 7

7


(51)

41

Event merupakan salah satu cara yang ampuh dalam

menyampaikan pesan sebuah brand dengan mengajak customer dan potential customer untuk terlibat dalam sebuah event yang diselenggarakan perusahaan.

Menurut Tom Duncan, “event marketing is a promotional occasion designed to attract and involve a brands target audience.” Event marketing yang diselenggarakan harus memiliki pengaruh (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir sehingga

customer maupun potential customer bisa cukup lama mengingat

pengalaman yang menyenangkan tersebut.8

Singkatnya, event adalah sebuah peristiwa yang diselenggarakan baik secara individu maupun kelompok yang memiliki tujuan tertentu.

b. Tujuan Event

Menurut Ducan tujuan event yaitu :9

1. Mempengaruhi target publik.

2. Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan, gaya hidup, atau individu tertentu.

3. Menjangkau target publik dengan lebih luas.

4. Meningkatkan kesadaran publik terhadap merek, produk atau perusahaan.

8

Ibid.,hal 12

9

Wahyuni Pudjiastuti, Special Event : Alternatif Jitu Membidik Pasar (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010) Hal. 25


(52)

42

5. Mempublikasikan sebuah merek, produk, atau perusahaan yang nantinya akan meningkatkan pengetahuan publik

Sedangkan menurut Ardianto tujuan event :10

1. Pengenalan (awareness) dan meningkatkan pengetahuan (knowledge) terhadap suatu perusahaan ataupun produk yang ingin dipublikasikan.

2. Suatu proses publikasi suatu produk atau perusahaan untuk memperoleh publisitas yang baik di mata publik melalui interaksi komunikasi secara timbal balik.

3. Menunjukan niat positif dari perusahaan, yaitu produk yang mewakilinya dan sekaligus memberikan citra positif terhadap publik sasarannya.

4. Upaya mempertahankan penerimaan publik.

5. Memperoleh konsumen baru melalui special event yang dibentuk secara menarik, informative dan kreatif.

Dari kedua uraian di atas mengenai tujuan dari event dapat dijelaskan kembali bahwa tujuan event adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempublikasian kepada publik untuk memperkenalkan serta meningkatkan pengetahuan publik terhadap suatu produk atau perusahaan sehingga dapat mempengaruhi publik, dengan begitu dapat menciptakan citra (image) positif di mata publik.

10


(53)

43

c. Jenis-jenis Event

1. Jenis event berdasarkan ukuran dan skala event

Acara atau event dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Menurut Iqbal Alan Abdullah dalam bukunya yang

berjudul “Manajemen Konferensi dan Event”, event dikategorikan

berdasarkan ukuran dan skala yaitu :11

a. Mega Event

Mega event merujuk pada kriteria diikuti pengunjung internasional, regional setidaknya lima negara, pengunjung dalam jumlah total keseluruhan berdasarkan total durasi (lama) kegiatan lebih dari satu juta orang pengunjung, investasi yang lebih besar, keuntungan lebih besar, berdampak besar pada ekonomi masyarakat dan diliput oleh media secara luas.

Event yang masuk dalam kategori sangat besar ini seperti Olimpiade, Piala Dunia, MTQ internasional.

b. Medium Event

Medium Event merujuk pada kegiatan event menengah

yang dikunjungi antara seratus ribu orang sampai dengan satu juta orang pengunjung, berdampak secara nasional.

11

Iqbal Alan Abdullah, Manajemen Konverensi Dan Event, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 2009) Hal. 47


(54)

44

c. Mini Event

Mini Event merujuk pada kegiatan yang diikuti oleh kurang dari seratus ribu orang pengunjung dan bersifat lok

2. Jenis Event berdasarkan kategori special event

Iqbal Alan Abdullah membagi event berdasarkan ukuran dan skala, maka ada pula yang membagi event berdasarkan kategori special event yakni leisure, cultural, personal, dan organizational.12

Special event mengandung makna semua aktivitas hidup

manusia, special event merupakan kegiatan yang sangat dan kompleks. Special event dapat diselenggarakan mulai dari jenis event perorangan yang sederhana dan kecil seperti pesta ulang tahun atau pesta pernikahan sampai dengan event yang besar.

Special event juga dapat diselenggarakan dengan kompleksitas

yang lebih luas secara internasional seperti Olympic Games. Karena jenis kegiatannya, maka setiap event yang memiliki kekhasan tersendiri dari event dapat mendukung terselenggaranya special event.

Menurut Yaverbaum, special event adalah media publisitas yang efektif karena dapat membantu dalam memasarkan perusahaan dan produk jasa kepada publik, sangat bersifat promosi, serta mampu mendapatkan publisitas banyak dari media massa.13

12

Ibid., Any Noor, Manajemen Event, Hal. 9

13


(55)

45

Sedangkan menurut Macnamara special event (acara khusus) adalah suatu acara khusus yang dibuat dan dilaksanakan oleh perusahaan secara istimewa yang dikemas kedalam program kegiatan public relations di suatu perusahaan. Special event (acara khusus) dirancang untuk menyampaikan informasi kepada publik mengenai produk ataupun mengenai perusahaan.14

Gambar 2.1 : Kategori Special Event

Kategori special event :15

1. Leisure event, telah berkembang sejak bangsa roma menyelenggarakan kegiatan gladiator. Bentuk leisure event yang

14

Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Hal. 233

15

Ibid., Any Noor, Manajemen Event, hal 10

Leisure Event (leisure, sport,

recreation)

Personal Events (wedding, birthday,

aniversaries)

Special Event

Cultural Event (Regional, ceremonial, art, heritage, foklor)

Organizational Event (Commercial, Political,


(56)

46

ada saat itu adalah berupa pertandingan yang diselenggarakan di Coloseum, Roma, Italia, dengan susunan tempat duduk berupa teater dan menampilkan petarung-petarung pada pertandingan gladiator tersebut. Pada saat ini, leisure event yang berkembang banyak berdasarkan pada kegiatan keolahragaan. Kegiatan yang sama memiliki unsur pertandingan didalamnya dan mendatangkan banyak pengunjung pada event tersebut. Berkembangnya kegiatan leisure event karena perkembangan teknologi telah memberikan warna baru pada setiap event yang diselenggarakan.

2. Personal event adalah segala bentuk kegiatan yang di dalamnya terlibat anggota keluarga atau teman. Banyak aspek kehidupan masa kini telah merubah bentuk asli kegiatan personal event, misalnya pesta ulang tahun, pesta pernikahan bahkan termasuk juga perayaan-perayaan pribadi lainnya.

Penyelenggaraan pesta pernikahan dalam kategori personal event merupakan kegiatan yang paling kompleks, karena dimanapun di dunia ini, penyelenggaraan pesta pernikahan yang sukses tidak dinilai dari besarnya jumlah undangan atau tamu yang akan hadir, tetapi dari bagaimana baiknya penyelenggaraan pesta pernikahan tersebut.

3. Cultural event, budaya selalu identik dengan upacara adat, keagamaan, dan tradisi memiliki nilai sosial yang tinggi dalam tatanan masyarakat, sehingga penyelenggaraannya saat ini menjadi


(57)

47

sangat penting. Terlebih lagi dengan adanya kemajuan teknologi, penyelenggaraan

cultural event akan lebih menarik dan berkesan yang dapat

disesuaikan dengan keadaan saat ini

4. Organizational event, merupakan kegiatan besar pada setiap organisasi. Pada kategori ini, bentuk event yang diselenggarakan tentunya disesuaikan dengan tujuan organisasi. Misalnya, konferensi yang diselenggarakan oleh organisasi partai politik, bisa juga berupa eksebisi yang diselenggarakan oleh perusahaan, misalnya pameran telepon genggam atau berupa pameran dagang bagi perusahaan untuk memperkenalkan produk barunya. Kegiatan

organizational event telah memberikan banyak inpirasi bagi

industri untuk turut serta menggunakan ide ini sebagai cara meningkatkan pendapatan perusahaannya. Banyak event seperti ini diselenggarakan di berbagai belahan dunia misalnya adanya expo yang secara terus-menerus, misalnya Surabaya, Jakarta, dan kota-kota besar lainnya.

d. Karakteristik Event

Setiap event pasti memiliki kekhasan, ciri, atau karakteristik karena setiap penyelenggaraan event harus berbeda sehingga menimbulkan kesan tersendiri yang tak terlupakan. Bagaimanapun karakteristik event hampir sama dengan pelayanan yang diberikan oleh industry pelayanan


(58)

48

lainnya. Karakteristik tersebut adalah keunikan, perishability,

intangibility, interaksi personal,suasana dan pelayanan.16

1.Keunikan

Kunci suksesnya sebuah event adalah pengembangan ide. Jika organizer dapat merealisasika ide sesuai dengan harapannya, maka

event yang diselenggarakan akan memiliki keunikan tersendiri.

Karena inti dari penyelenggaraan event adalah harus unik dan biasanya muncul dari ide. Setiap event harus memiliki sesuatu yang berbeda dengan event lain. Event yang pernah diselenggarakan pastinya masih dapat diulangai pada kesempatan lain, misalnya event yang biasa diselenggarakan secara reguler. Tetapi, keunikan harus muncul pada setiap penyelenggaraan event meskipun memiliki tema yang sama.

Keunikan suatu event dapat berasal dari peserta yang ikut, lingkungan, pengunjung, serta beberapa hal lainnya sehingga membuat event menjadi unik dan berbeda dari sebelumnya. Contohnya acara ulang tahun dimana lokasi, tamu, waktu dan si penyelenggara merupakan orang yang berbeda

Sebagai penyelenggara, hal yang harus diingat adalah tidak pernah menyelenggarakan satu kegiatan yang sama berulangkali.

2.Perishability

Setiap event yang diselenggarakan tidak akan pernah sama walaupun diselenggarakan pada waktu dan tempat yang sama, pasti

16


(59)

49

hasilnya akan tetap berbeda meskipun ditangani oleh event organizer dan standart pelayanan yang sama hasilnya akan tetap berbeda.

Perishability berhubugan dengan penggunaan fasilitas untuk

penyelenggaraan event. Misalnya fasilitas penyewaan ruang untuk kegiatan seminar dan pelatihan tidak akan berbarengan event yang lain, karena pihak hotel tidak akan memberikan kesempatan yang sama pada ruangan sama dengan event yang sama.

3.Intangibility

Setelah menghadiri event, yang tertinggal di benak pengunjung adalah pengalaman yang mereka dapatkan dari penyelenggaraan

event. Hal ini merupakan tantangan untuk merubah bentuk pelayanan.

Intangibility menjadi sesuatu yang berwujud, sehingga sekecil apapun

wujud yang digunakan dalam event mampu mengubah persepsi pengunjung.

4.Interaksi Personal

Interaksi personal dari pengunjang merupakan kunci sukses penyeleggaraan event. Misalnya pada penyelenggaraan sport event penonton tidak hanya duduk menonton pertandingan saja, tetapi juga menciptakan suasana menjadi lebih hidup. Penonton dapat berinteraksi dengan penonton lainnya atau dengan staf pengelola sehingga penonton akan merasa sebagai bagian dari pengalaman tersebut.


(60)

50

5.Suasana dan Pelayanan

Suasana merupakan salah satu karakteristik yang penting pada saat berlangsungnya event. Event yang dilangsungkan di saat suasana yang tepat akan menghasilkan sukses besar, tetapi sebaliknya kegagalan event dihasilkan karena suasana yang tidak tepat.

Misalnya pada event ulang tahun, suasana yang dibangun harus sesuai dengan tema ulang tahun tersebut, musik yang tepat, permainan yang menarik, makanan dan minuman yang baik dan keseluruhannya telah ditata secara sempurna sesuai tema. Akan tetapi, menjadi pengalaman yang tidak menarik karena para undangan memiliki suasana hati yang tidak baik saat itu. Sehingga perlu bagi event

organizer memperhatikan setiap detil pada saat penyelenggaraan acara

sehingga acara yang dikemas menjadi sukses.

3. Strategi Komunikasi Pemasaran Kota

Program komunikasi pemasaran merupakan bagian dari sebuah perencanaan pemasaran (marketing plan) sebuah perusahaan. Rencana pemasaran biasanya memuat rencana atau proyeksi apa yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam satu tahun ke depan. Hal yang tercakup dalam rencana pemasaran biasanya memuat analisis mengenai pasar (konsumen), anggaran, hingga bauran komunikasi apa yang akan dipakai.

Menurut Purnama dalam bukunya Strategic Marketing Plan, Rencana pemasaran harus secara khusus menyangkut pedoman tindakan yang akan diimplementasikan, siapa yang melakukan pekerjaan tertentu, tanggal, dan


(61)

51

lokasi implementasi, serta bagaimana pelaksanaan tersebut akan dilaksanakan. Strategi pemasaran merupakan proses pengambilan keputusan secara terus menerus, melaksanakannnya, dan mengukur efektivitasnya setiap saat. Perencanaan bukan merupakan kegiatan yang pasti, melainkan fleksibel. Ditinjau dari segi waktu, evaluasi strategis telah lama dibandingkan dengan pembuatan rencana, evaluasi dan pengendalian berhubungan dengan pengawasan performa dan jika perlu mengubah rencana agar sesuai dengan performa yang telah ditentukan.17

Menurut Berkowitz hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan program komunikasi pemasaran antara lain:18

a) Identifying the target audience (identifikasi target audiens)

b) Specifying promotion objectives (spesifikasi tujuan promosi)

c) Selecting the right promotional tools (menyeleksi bauran

komunikasi pemasaran yang tepat.

d) Designing the promotion (mendesain komunikasi pemasaran)

e) Scheduling the promotion (menjadwal komunikasi pemasaran)

Strategi juga bisa berarti proses manajemen. G.R Terry menjelaskan, bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

17

Purnama, Lingga. Strategic Marketing Plan (Panduan Lengkap dan Praktis Menyusun Rencana Pemasaran yang Strategis dan Efektif). (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002) Hal. 7

18


(1)

86

b. strategi karena hal ini menentukan langkah awal tujuan event

ini dibuat.

c. Specifying promotion objectives, tujuan pemerintah kota yakni dengan adanya berbagai rangkaian acara dalam hari jadi Kota Surabaya yang dapat menjangkau seluruh masyarakat hingga wisawatan mancanegara untuk mengenalkan karakter dan identitas yang dimiliki oleh kota Surabaya baik heroistic, kuliner, hingga kesenian dan tradisinya.

d. Selecting the right promotional tools, Alat komunikasi pemasaran yang dijalankan meliputi penggunaan buku kalender, poster, leafet, flayer, baliho, dan papan reklame, radio, dan tv. Selain itu pemerintah kota juga menjalin

hubungan baik dengan pers, perusahaan yang ikut

mensponsori, pihak swasta yang ikut bergabung dalam rangkaian acara, serta dirrect selling hingga mouth to mouth e. Designing the promotion, iklan di radio yang dikonsep dengan

sebuah rekaman suara mengenai kegiatan event hari jadi Kota Surabaya dengan dipilihnya sebuah kata-kata, kualitas suara dan vokalisasi yang tepat untuk memberitakan kepada khalayak luas akan ada hari jadi Kota Surabaya, televisi Surabaya, Brosur, baliho, papan reklame yang dibuat dengan desain menarik dan isinya jelas


(2)

86

f. Scheduling the promotion, penjadwalan event hari jadi Kota Surabaya telah terencana dan tersusun rapi dan jelas sehingga tidak ada kebingungan pada praktekkannya. Seperti pada saat akan menjalin kerjasama dengan pihak sponsor atau pada saat akan diadakannya press conference, atau pendaftaran audience

yang ingin mengikuti kegiatan tersebut

3. Kendala dan manfaat dari adanya event hari jadi kota Surabaya, kendala diantaranya adalah :

a. Kurangnya SDM sehingga terjadi double jobdisk

b. Kurangnya pemanfaatan media online sebagai kegiatan pemasaran

Namun manfaat dari adanya strategi city branding melalui event hari jadi Kota Surabaya adalah :

a. Meningkatnya roda perekonomian Surabaya

b. Meningkatnya tingkat wisatawan baik nusantara maupun mancanegara

c. Meningkatkan keguyuban antar pihak swasta dengan pemerintah Kota

B. Rekomendasi


(3)

86

1. Pemerintah kota perlua membuka peluang dengan open

recruitment panitia di event hari jadi untuk menambah SDM yang masih kurang dengan memanfaatkan anak muda yang kreatif agar kegitan kedepannya lebih inovatif

2. Memanfaatkan media sosial sebagai media promosi event

agar cakupan lebih luas.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana strategi city branding melalui event. Semoga penelitian ini dapat berguna dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya pada khalayak dan sasaran lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Iqbal Alan. 2009. Manajemen Konferensi Dan Event.

Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Anshari, M. Hafi. 1996. Kamus Psichologi. Surabaya: Usaha Nasional

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian Public relation. Bandung : Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Beatrice Clementia Halim, Diah Dharmayanti, S.E., M.Si.,dan Ritzky Karina M.R. Brahmana, S.E., M.A. 2001. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra,

Pengaruh Brand Identity Terhadap Timbulnya Brand Preference Dan Repurchase Intention Pada Merek Toyota .Vol. 2, No. 1

Belch, George E Belch & Michael A. 2009. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perpective. 8th Edition. Jakarta : PT. Indeks

Best, Jhon W. 1982. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Buchari, Alma. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV

Alfabeta

Cevilla, Convelo G. dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia

Dennis, Adcock. 2001. Marketing Principles and Practice. British :Library

Dewi, Janita Ike. 2005. Perspektif Baru dalam Strategi Branding. Jakarta: Amara Books

Djaali, Farouk Muhammad dan H. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Edisi Revisi. Jakarta: PTIK Press & Agung

Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM J, Robert W. Duncan dan Peter. 2007. Simplified Strategic Planning. Jakarta:


(5)

Jannah, Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Kennedy, John E. 2009. Manajemen Event. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga

M, Sadat Andi. 2009. Brand Belief: Membangun Merek Berbasis Keyakinan.

Jakarta: Salemba Empat

Mardalis. 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara

Miller Merrilees, D and Herington,”Antecedence of Residents’ city brand

attitudes” Journal of Business Research.2009.No. 62

Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Noor, Any. 2000. Manajemen Event. Bandung: Alfabeta

Pudjiastuti, Wahyuni. 2010. Special Event : Alternatif Jitu Membidik Pasar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Purnama, Lingga. 2002. Strategic Marketing Plan (Panduan Lengkap dan Praktis Menyusun Rencana Pemasaran yang Strategis dan Efektif). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Putra, Hendra Setia. 2015. Pengaruh Event Marketing terhadap City Branding Kota Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Rangkuti, Freddy. 2004. The Power Of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka

Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Raubo, Anna. 2010. City branding and its Impact on City’s Attractiveness for

External Audiences. Rotterdam: Erasmus University Rotterdam


(6)

Robinson, Pearce. 1997. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public relation dan Komunikas,.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.

Jakarta: PT. Rajagrafind

S, Nasution. 1996. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

Shimp, Terence A. 2004. Periklanan Promosi Jilid II : Aspek Tambahan. Jakarta : Erlangga

Soeratno.1995. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : UUP AMP YKPN

Sofwan, Singarimbun, Masri dan Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Surya Hardyantoro, Desi Dwi Prianti,”Peran Website Sebagai Penunjang City

branding Yogyakarta”,Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.2, No.1,April 2012 Ummi, Yananda, M. Rahmat dan Salamah. 2014. Branding Tempat: Membangun

Kota. Jakarta: PT. Grafindo

Widodo, Joko. 2007. Analisa Kebijakan Publik. Malang: Bayu Media Publishing Wijanarko, A.B Susanto dan Himawan. 2004. Power Branding-Membangun