Museum Dirgantara Indonesia
ATMOSFER
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
Gilang Iqbal Noegraha
10408001
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTERUNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA TAHUN 2014
(2)
(3)
(4)
PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Instansi Tahun Ajaran
SD SD Negeri 1 Purwakarta 1996 - 2002
SMP SMP Negeri 7 Purwakarta 2002 -2005
SMA SMA Negeri 1 Purwakarta 2005 - 2008
Perguruan Tinggi
Universitas Komputer Indonesia
(Jurusan Teknik Arsitektur) Bandung
2008 - 2014 JenisKelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Golongan Darah : B
Alamat : Gg. Cempaka 1 No. 12
RT.33/04 Purwakarta
Telepon : 082121787824
(5)
Pelatihan Komputer SMA Negeri 1 Purwakarta 2006
Pelatihan Bahasa Asing SMA Negeri 1 Purwakarta 2007
PENGALAMAN ORGANISASI Pramuka SD Negeri 1 Purwakarta Pramuka SMP Negeri 1 Purwakarta
Pengurusan OSIS SMA Negeri 1 Purwakarta Anggota HIMA Arsitektur
PENGALAMAN KERJA
CV. ARCHICON - MAJALENGKA
TIM GAMBAR UNIKOM – PEMBANGUNAN GEDUNG BARU UNIKOM
PT. SIMA INTERIOR - JAKARTA
CV. YUDIKARIKARSA UTAMA - BANDUNG CV. DESIGNO
(6)
Microsoft Office Auto Cad Photoshop Corel Draw
Google Sketch Up 3ds Max
Ecotect Analysis VectorWorks
2. Komunikasi Berbahasa
B. Indonesia (Membaca, dan Berbicara) B. Inggris (Membaca, dan Berbicara)
(7)
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ...v
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 3
1.2.1 Maksud ... 3
1.2.2 Tujuan ... 4
1.3 Masalah Perancangan ... 4
1.4 Pendekatan Perancangan ... 4
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan ... 5
1.6 Kerangka Berpikir ... 6
1.7 Skematik Penulisan ... 7
BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Deskripsi Umum ... ………8
2.1.1Lokasi ... 9
2.2 Program Kegiatan... 10
2.3 Alur Kegiatan ... 12
2.4 Kebutuhan Ruang... 13
2.5 Studi Bandung Proyek Sejenis ... 16
BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema ... 29
3.2 Penjabaran Tema ... 30
(8)
4.3 Kesimpulan... 57
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar ... 58
5.2 Rencana Tapak ... 59
5.3 Konsep Bangunan ... 60
5.4 Konsep Pendukung ... 61
5.4.1 Skenario Kunjungan ... 61
5.4.2 Konsep Bangunan ... 62
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Peta Situasi ... 64
6.2 Gambar-gambar Perancangan ... 64
6.3 Foto Maket ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
(9)
Ahamdulillah, puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan paras ahabat. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Starta (S1) dengan membuat Tugas Akhir berupa desain dan laporan.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir berupa desain dan laporan tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami, baik dalam menyangkut waktu dan pengumpulan data. Sebagai rasa hormat dan bangga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Allah SWT.
BapakRahy R Sukardi, Ir., MT yang telah membimbing serta memberikan arahan yang baik hingga selesai, selama Tugas Akhir ini berlangsung.
Ibudan Ayah yang telah member dukungan serta doa selama ini. Rekan-rekan yang telah membantu serta mendukung hingga
terselesaikannya Tugas Akhir ini.
Akhirnya, penulis hanya bias berdoa kepada Allah SWT, semoga segala bantuan dan jasa baik dari berbagai pihak akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Bandung, Juli 2013
(10)
DAFTAR PUSTAKA
Neufert, Ernst (1996), Architects Data Third Edition, Bousmaha Baiche. School of Architecture, Oxford Brookes University.
D. K. Ching, Francis (2000), Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan,
Edisi Kedua, Erlangga.
Vail Coleman, Laurence (1950), Museum Buildings, American Assotiations of Museums.
(11)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai manusia yang hidup di masa sekarang ini kita tidak bisa lepas dari sejarah masa lalu yang penuh perjuangan, sejarah terbentuknya negara Indonesia, sejarah yang membuat negara ini bisa merdeka lepas dari para penjajah. Kita tidak bisa melupakan begitu saja perjuangan para pahlawan yang telah berjuang dan mempersatukan Indonesia sebagai negara kepulauan. Sejarah perjuangan Indonesia pada masa lalu erat kaitannya dengan kota Bandung dan pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan sarana transportasi paling penting bagi pembangunan ekonomi dan pertahanan di Indonesia, mengingat bahwa Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan kondisi geografis yang sulit untuk diakses tanpa sarana transportasi yang memadai. Dari kondisi tersebut muncul pemikiran bahwa sebagai negara kepulauan Indonesia berada dalam posisi untuk memiliki industri maritim dan penerbangan. Hal ini yang mendorong lahirnya industri pesawat terbang di Indonesia. Dan kota Bandung menjadi salah satu kota yang punya peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia dan juga lahirnya sejarah kedirgantaraan Indonesia.
Sejarah kedirgantaraan Indonesia ada kaitannya dengan legenda pewayangan yang berkembang dalam bagian hidup kebudayaan dan masyarakat Indonesia serta munculnya figur Gatotkaca dalam kisa Bratayuda yang dikarang Mpu Sedah serta figur Hanoman dalam kisah Ramayana adalah personifikasi pemikiran manusia Indonesia untuk bisa terbang. Keinginan ini terus terpupuk dalam jiwa dan batin manusia Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman. Pada jaman Pemerintahan Kolonial Belanda masih belum terpikirkan untuk membuat program perancangan pesawat terbang, namun telah melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan lisensi, serta
(12)
2 evaluasi teknis dan keselamatan untuk pesawat yang dioperasikan di kawasan tropis, Indonesia. Hubungan erat antara kedirgantaraan Indonesia dengan kota Bandung yaitu, pada tahun 1930 di Sukamiskin Bandung dibangun Bagian pembuatan Pesawat Udara yang memproduksi pesawat-pesawat buatan Canada AVRO-AL, dengan modifikasi badan dibuat dari tripleks lokal. Pabrik ini kemudian dipindahkan ke Lapangan Udara Andir (kini Lanud Husein Sastranegara). Yang kemudian menjadi lokasi perusahaan pesawat terbang yang semula diberi nama Industri Pesawat Terbang Nurtanio, lalu diubah menjadi Industri Pesawat Terbang Nasional, dan sekarang berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia.
Dari situ mulai berkembang kemajuan kedirgantaraan Indonesia yang kemudian melahirkan perusahaan Dirgantara Indonesia yang berlokasi di kota Bandung. Bahkan pada masa jaya perusahaan tersebut mempunyai pekerja sampai 16.000 orang. Ini yang membuat sejarah Indonesia tidak bisa terlepas dari peran penting kota Bandung dan sejarah kedirgantaraan Indonesia. Bandar Udara Husein Sastranegara merupakan Bandar udara yang berlokasi di kota Bandung dan merupakan saksi sejarah kedirgantaraan negara Indonesia. Selain untuk penerbangan pesawat komersial, di area Bandar Udara Husein Sastranegara ini juga terdapat pusat latihan TNI AU dan juga hanggar-hanggar milik PTDI. Di tempat ini juga sering di gelar pameran tahunan dirgantara indonesia yang menampilkan koleksi pesawat milik Indonesia, atraksi pesawat terbang dengan keahlian para penerbang dari TNI AU.
Selain sejarah kedirgantaraan Indonesia dan peranan erat kota Bandung dengan dirgantara Indonesia, kita juga tidak bisa lepas dari perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa mereka demi membela tanah air Indonesia, banyak dari para pahlawan yang berjuang merupakan pahlawan dirgantara Indonesia. Perjuangan pahlawan dirgantara Indonesia dalam membantu penyerangan untuk merebut kemerdekaan negara Indonesia. Untuk mengenang para pahlawan
(13)
3 dirgantara tersebut kemudian nama-nama para pahlawan dijadikan sebagai nama bandar udara yang ada di Indonesia.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah masa lalu dimana para pahlawan berjuang membela kemerdekaan dan sejarah tentang kedirgantaraan di Indonesia. Jangan karena kita sudah menjadi negara yang merdeka kemudian kita melupakan apa yang telah pahlawan Indonesia berikan untuk negara Indonesia. Namun yang jadi permasalahan disini adalah masih kurangnya bangunan museum khususnya museum untuk mengenang para pahlawan dirgantara Indonesia. Museum dirgantara hanya terdapat di Jakarta dan Yogyakarta dan itupun lebih bersifat militer, sedangkan di kota yang mempunyai peranan penting dengan kedirgantaraan Indonesia masih belum ada. Sudah sewajarnya jika kota Bandung dijadikan sebagai kota Dirgantara Indonesia. Maka saya berkeinginan untuk merancang
“Museum Dirgantara Indonesia” yang didalamnya berisi sejarah dari masa ke masa tentang kedirgantaraan Indonesia, perpustakaan umum, memorial park untuk mengenang para pahlawan dirgantara Indonesia, dan juga fasilitas pendukung lainnya.
1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud
Maksud dari perancangan ini adalah untuk :
1. Membuat satu wadah yang dapat memberikan pengetahuan dan sejarah mengenai kedirgantaraan Indonesia dari masa ke masa.
2. Mewadahi dan memberi ruang untuk kegiatan yang berkaitan dengan dirgantara, seperti pameran tahunan Bandung Air Show.
3. Membuat dan merancang tempat untuk mengenang para pahlawan dirgantara Indonesia.
(14)
4 1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perancangan ini adalah untuk :
1. Memberi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum sejarah kedirgantaraan Indonesia agar kita tidak melupakan begitu saja sejarah dan pahlawan dirgantara.
2. Sebagai wadah untuk koleksi dan barang-barang yang berkaitan dengan dirgantara Indonesia untuk pengetahuan masyarakat umum supaya timbul rasa bangga dan cinta akan tanah air Indonesia, dan rasa memiliki bangsa ini melalui sejarah dirgantara Indonesia.
3. Menjadikan kota Bandung sebagai kota Dirgantara Indonesia, melalui sejarah kedirgantaraan dan bukti-bukti yang masih ada.
1.3 Masalah Perancangan
1. Merancangsebuahbangunan yang
dapatmenampungdanmewadahibenda-bendaberukuranbesartanpaadapembatasataupenghalangpadaruan gdalam
1.4 Pendekatan Perancangan
Pendekatan yang dilakukan untuk perancangan Museum Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Studi lapangan terhadap lahan proyek mencakup kondisi sekitar lahan, studi lingkungan fisik, bangunan dan suasana yang ada di sekitar tapak.
2. Studi banding museum dirgantara di Jakarta dan Yogyakarta.
3. Studi literatur mengenai bangunan museum, bangunan memorial, bangunan publik, dan exhibition hall.
4. Mempelajari standar-standar yang harus diperhatikan seputar pesawat terbang dan barang-barang sejarah.
5. Mempelajari masalah yang selalu timbul pada bangunan museum, seperti kurangnya minat pengunjung yang datang.
(15)
5 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan
Ruang lingkup dan batasan meliputi fungsi massa bangunan dalam tapak dan pengolahan lingkungan sekitar Museum Dirgantara Indonesiaadalah sebagai berikut :
Kebutuhan Ruang Usulan massa dan ruangan
Area pajang koleksi pesawat dan koleksi pendukung lainnya
Ruang yang dapat menampung lebih dari 20 pesawat terbang
Pencahayaan ruangan yang baik dengan tata lampu untuk setiap koleksi
Diorama Bandar Udara Husein Sastranegara dan bangunan sekitar
Ruang khusus yang menyajikan diorama
dengan teknologi yang dapat
menggerakan pesawat dan mobil agar terlihat nyata
Perpustakaan Ruang perpustakaan dan ruang baca yang menyediakan buku tentang kedirgantaraan dan buku umum
Exhibition Hall Ruang yang dipergunakan untuk acara pameran, baik seputar kedirgantaraan atau pameran umum
Mini Theatre Ruang untuk menyajikan video-video dokumenter seputar sejarah dirgantara Memorial Park Taman dengan monumen atau tugu
bertuliskan nama-nama pahlawan dirgantara
Fasilitas penunjang Cafetaria Souvenir Shop Kantor Pengelola Lain-lain
(16)
6
Pelajar,
Mahasiswa,
Masyarakat
Umum
1.6 Kerangka BerpikirMUSEUM DIRGANTARA INDONESIA Pahlawan Dirgantara Nasional Pengetahuan Kedirgantaraan Indonesia
Pesawat dari jaman ke jaman
KEBUTUHAN RUANG
Wadah untuk memberikan pengetahuan sejarah indonesia dan pengetahuan kedirgantaraan
Menampilkan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang jarang dilihat seputar dirgantara Indonesia
STUDI BANDING KAJIAN PUSTAKA
ANALISIS
DESAIN
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 1. Kerangka Berpikir
(17)
7 1.7 Skematika Penulisan
Sistematika Penulisan
Sistematika laporan dari Perancangan Museum Dirgantara Indonesia ini adalah sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada Bab I, memuat latar belakang, maksud, tujuan, masalah perancangan, pendekatan perancangan, ruang lingkup dan batasan,
kerangka berpikir dalam “Museum Dirgantara Indonesia” dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB II. DESKRIPSI PROYEK
Pada Bab II, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum, program kegiatan, kebutuhan ruang, studi banding dan studi literatur. BAB III. ELABORASI TEMA
Pada Bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan rancangan proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya (interpretasi tema).
BAB IV. ANALISIS
Pada Bab IV, memuat tentang data, analisis tapak dan guidelines. BAB V. KONSEP PERANCANGAN
Pada Bab V, memuat konsep perancangan. BAB VI. HASIL PERANCANGAN
Pada Bab VI, memuat dan menjelaskan hasil perancangan
“Museum Dirgantara Indonesia”, meliputi site plan, block plan, bentukan 3D massa dan tapa bangunan, 3D suasana, maupun eksterior bangunan.
(18)
8
BAB II
DESKRIPSI UMUM
2.1 Deskripsi Umum
Proyek
: Museum Dirgantara Indonesia
Tema
:Atmosfer
Sifat Proyek
: Fiktif
Fungsi
: Edukasi, Rekreasi, Sejarah
Lokasi
: Jl. Abdulrachman Saleh, Bandung
Luas Lahan
: ± 3,8 ha
KDB
:50 %
KLB
:1,5
GSB
:8 m
Pemilik
: TNI-AU
Sumber Dana
: TNI-AU
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 1. Peta Lokasi
(19)
9 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 2. Lokasi Site Batas Lahan Perancangan
Sebelah Utara :SD dan TK Angkasa, Landasan Bandar Udara Husein Sastranegara
Sebelah Selatan :Pertokoan, Permukiman Sebelah Timur :SMP Angkasa
Sebelah Barat :Perumahan Dinas TNI-AU
2.1.1Lokasi
Tapak berlokasi di kawasan Bandar Udara Husein Sastranegara yang merupakan kawasan dirgantara dan memiliki sejarah panjang munculnya kedirgantaraan di Indonesia.
Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan agar Museum Dirgantara Indonesia menjadi satu kesatuan kawasan di Bandar Udara Husein Sastranegara. Karena di lokasi ini terdapat landasan pesawat terbang, hanggar-hanggar milik PT. Dirgantara Indonesia, dan merupakan area latihan TNI Angkatan Udara. Dengan begitu pengunjung yang datang bisa mendapatkan suasana yang lebih mengesankan yang di dapat dari kawasan dirgantara dengan aktifitas Bandar Udara yang selalu sibuk dengan penerbangan dan pendaratan pesawat terbang.
(20)
10 2.2 Program Kegiatan
Program kegiatan pada perancangan Museum Dirgantara Indonesia ini dibagi menjadi 3 kategori kegiatan, yaitu :
a) Kegiatan Pengunjung b) Kegiatan Pengelola c) Kegiatan Servis
Keterangan dari setiap kategori adalah sebagai berikut : a) Kegiatan Pengunjung
Kegiatan Perkiraan Waktu
Melihat sejarah dirgantara 30 – 60 menit
Melihat diorama sejarah dirgantara 30 menit
Melihat miniatur bandara di Indonesia 30 menit
Melihat objek pameran 30 menit
Melihat koleksi pendukung (pakaian, medali) 15 menit
Exhibition Hall 60 – 120 menit
Ruang Multimedia / Mini Theatre 15 menit
Ruang Simulator 15 menit
Ruang Balairung 15 menit
Taman Dirgantara 60 – 120 menit
Perpustakaan >60 menit
Foodcourt Museum 60 – 120 menit
Souvenir Shop 45 menit
Sholat ≤ 15 menit
(21)
11 b) Kegiatan Pengelola
Kegiatan Perkiraan Waktu
Ticketing 8 jam
Penerima Tamu ± 4 jam
Monitoring 8 jam
Administratif 8 jam
Informasi 8 jam
Rapat Pengelola ± 1 jam
Istirahat ± 1 jam
c) Kegiatan Servis
Kegiatan Perkiraan Waktu
Membersihkan Museum ± 3 jam
Membersihkan Objek-objek pameran ± 3 jam
Mengecek perangkat Mechanical Electrical ± 3 jam
Mengecek sistem miniatur bandara ± 3 jam
Membersihkan diorama ± 2 jam
Mempersiapkan dan Merapihkan Perpustakaan ± 2 jam
(22)
12 2.3 Alur Kegiatan
Pengunjung
Pengelola
Service
DATANG MASUK KEGIATAN
MUSEUM PULANG
PARKIR
PERPUSTAKAAN
KAFETARIA
SOUVENIR
DATANG MASUK KANTOR
PENGELOLA PULANG
PARKIR
INFORMASI MONITORING
ADMINISTRASI
DATANG MASUK
PARKIR
PULANG KONTROL
MAINTENANCE (Sumber : Dok. Pribadi)
Tabel 2. Alur Pengunjung
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 3. Alur Pengelola
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 4. Alur Service
(23)
13 2.4 Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang terbagi kedalam beberapa bagian, yaitu : a) Kebutuhan Ruang Pengunjung
b) Kebutuhan Ruang Pengelola
c) Kebutuhan Ruang Servis dan Perawatan Museum
Keterangan dari setiap kategori adalah sebagai berikut : a) Kebutuhan Ruang Pengunjung
Kebutuhan Parkir Pengunjung :
Parkir Kendaraan Bus 12 x 3,5 m
Parkir Kendaraan Roda Empat (mobil) 2,75 x 5 m
Parkir Kendaraan Roda Dua (motor) 0,8 x 1,5 m
Parkir Sepeda 0,8 x 1,5 m
Kebutuhan Ruang Parkir :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²)
Jumlah
(unit) Total (m²)
Parkir Bus 42 40 1.680
Parkir Mobil 13,75 250 3.437
Parkir Motor 1,2 200 240
Parkir Sepeda 1,2 50 60
Kebutuhan Ruang Luar :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²) Jumlah Total (m²)
Entrance 200 1 200
(24)
14 Kebutuhan Ruang Dalam :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²) Jumlah Total (m²)
R. Pameran Tetap 60 40 2400
R. Diorama 20 30 600
R. Miniatur 30 10 300
R. Koleksi Pendukung 50 4 200
R. Multimedia / Mini Theatre 50 3 150
R. Perpustakaan 300 1 300
R. Simulator 20 1 20
R. Balairung 200 1 200
Exhibition Hall 500 1 500
Ruang Tunggu 100 1 100
Kebutuhan Ruang Fasilitas Pengunjung :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²) Jumlah Total (m²)
Kafetaria / Foodcourt 100 3 300
R. Souvenir 20 3 60
Mushola 25 1 25
Toilet 2,25 16 36
ATM Gallery 2,25 6 13.5
b) Kebutuhan Ruang Pengelola Kebutuhan Parkir Pengelola :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²)
Jumlah
(unit) Total (m²)
Parkir Mobil 13,75 10 137,5
Parkir Motor 1,2 20 24
(25)
15 Kebutuhan Ruang Pengelola :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²) Jumlah Total (m²)
Kantor Pengelola 20 1 20
R. Administrasi 20 1 20
R. Monitoring 30 1 30
R. Kesehatan 20 1 20
R. Perlengkapan 10 1 10
R. Informasi 15 2 30
R. Penerima Tamu 20 1 20
R. Ganti Pegawai 20 1 20
Toilet 2,25 4 9
c) Kebutuhan Ruang Servis dan Perawatan Museum
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²) Jumlah Total (m²)
R. Mekanikal 30 1 30
R. Elektrikal 30 1 30
R. Mekanikal Elektrikal Simulator
10 2
20
Gudang 20 1 20
Parkir Servis 13,75 4 55
Kebutuhan Ruang Drainase dan Sanitasi :
Kebutuhan Ruang Luasan
(m²) Jumlah Total (m²)
Septictank 20 1 20
(26)
16 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 3. Entrance Museum Satriamandala 2.5 Studi Banding Proyek Sejenis
1. Museum Satriamandala
Lokasi : Jl. Gatot Subroto no. 14, Jakarta
Museum Satria Mandala adalah museum sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia yng terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Museum ini diresmikan pada tahun 1972 oleh mantan presiden Indonesia, Soeharto ini awalnya adalah rumah dari salah satu istri mantan presiden Indonesia, Soekarno, yaitu istrinya yang bernama Ratna Sari Dewi Soekarno. Dalam museum ini ditemui berbagai koleksi peralatan perang di Indonesia, dari masa lampau sampai modern, salah satunya adalah pesawat terbang Cureng yang pernah diterbangkan oleh Marsekal Udara Agustinus Adi Sucipto.
Ruang-ruang museum satriamandala : - Ruang Panji-Panji
- Ruang Diorama
- Ruang Jenderal Besar TNI Soedirman - Ruang Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo - Ruang Jenderal Besar TNI A.H. Nasution
(27)
17
Suasana Parkir Kendaraan Parkir Kendaraan
- Ruang Jenderal Besar TNI Soeharto
- Ruang Diorama II, Koleksi Kontingen Garuda, Koleksi Tanda Pangkat dan Jasa, serta Brevet TNI
- Ruang foto TNI dalam era pembangunan - Ruang Senjata
- Ruang Diorama III - Ruang Diorama IV - Ruang Seragam TNI
- Ruang Balairung Pahlawan - Koleksi Kendaraan Tempur
- Dermaga Mini Armada RI dan Koleksi Kapal Perang - Taman Dirgantara
- Museum Waspada Purbawisesa
Parkir Kendaraan
Parkir kendaraan di museum satriamandala dapat menampung bus sekitar 45 unit, mobil 40 unit, dan motor 200 unit. Parkir kendaraan dikelilingi oleh koleksi museum yang dipajang di taman sekeliling tempat parkir sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung yang datang. Pos tiket letaknya jauh dari pintu masuk museum, pos tiket berada di depan pintu masuk, sehingga jika pengunjung yang datang tidak
(28)
18
Ruang Panji-Panji Naskah Proklamasi
Bendera Kesatuan
Pengunjung di Ruang Diorama Ruang Diorama 1
memperhatikan pos tiket tersebut mereka harus berjalan kaki kembali ke pintu masuk.
Ruang Panji-Panji
(29)
19
Ruang Jenderal Soedirman Atribut Jenderal Soedirman
Ruang Jenderal Soeharto Ruang Koleksi Atribut TNI
Diorama Ruang Koleksi Atribut TNI dan Polisi
Ruang diorama I terletak di koridor awal setelah ruang panji-panji. Diorama ini menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa perjuangan rakyat Indonesia.
(30)
20
Ruang Senjata Koleksi Senjata TNI
Ruang Diorama 3 Suasana Ruang Diorama
Pesawat diTaman Dirgantara Koleksi Pesawat TNI AU
(31)
21
Taman Dirgantara Pesawat buatan Indonesia
Ruang Diorama 4 Diorama Peristiwa Dirgantara
Ruang Seragam Prajurit Suasana Ruang Seragam Prajurit
(32)
22
Patung Pahlawan Suasana Ruang Balairung
Area Kendaraan Tempur Mobil Panser TNI
(Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 4. Entrance Museum Dirgantara Mandala Ruang Balairung
2. Museum Dirgantara Mandala
(33)
23 Museum TNI AU diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Rusmin Nuryadin berkedudukan di Makowilu V Tanah Abang Bukit, Jakarta. Kemudian Museum dipindahkan dan diintegrasikan dengan museum di Ksatrian AAU di pangkalan Adisutjipto, Yogyakarta, dan tanggal 29 Juli 1978 diresmikan sebagai Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Museum TNI AU memiliki lebih dari 10.000 koleksi komponen Alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur, serta terdapat koleksi berupa diorama-diorama, foto-foto, lukisan-lukisan, tanda-tanda kehormatan.
Ruang-ruang museum dirgantara mandala : - Ruang Utama
- Ruang Kronologi I dan II - Ruang Alutsista
- Ruang Paskhas - Ruang Diorama
- Ruang Minat Dirgantara
Koleksi pesawat Museum Dirgantara Mandala : - Pesawat PBY-5A (Catalina)
- Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)
- Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang - Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader - Helikopter 360 buatan AS
- Pesawat P-51 Mustang buatan AS - Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang
- Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia - Pesawat TS-8 Dies buatan AS
(34)
24
Lobby Museum Dirgantara Mandala Pesawat buatan Indonesia
Suasana Ruang Pajang Pesawat Milik TNI AU
Atribut Mobil Panser TNI
(35)
25 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 5. Museum of Aviation Belgrade 3. Museum of Aviation Belgrade
Lokasi : Surcin, Belgrade Nikola Tesla Airport, Serbia
Museum ini mempunyai lebih dari 200 pesawat terbang yang dahulu pernah digunakan oleh angkatan udara Yugoslavia, angkatan udara Serbia, dll. Beberapa dari koleksi pesawat terbang yang ada di museum ini juga pernah menjadi pesawat komersil dan pesawat pribadi. Koleksi paling berharga disimpan di bangunan geodesic glass, dengan tambahan pesawat terbang dipajang di sekitar halaman museum.
Pesawat USAF F-117 Nighthawk dan Fighting Falcon yang hancur juga dipajang di museum ini, keduanya jatuh tertembak hingga hancur saat NATO bombing of Yugoslavia pada tahun 1999.
Selain pesawat terbang, di museum ini juga dipajang koleksi-koleksi lainnya, seperti :
- 130 mesin pesawat terbang - Radar
- Roket tempur
- Peralatan Aeronautical
- 20,000 lebih buku tentang pesawat dan dokumentasi - 200,000 foto
(36)
26
Ruang Pajang Museum Koleksi Pesawat
Suasana Ruang Pajang Museum Rongsokan Pesawat Tempur
Ruang Seragam Prajurit Ruang Koleksi Senjata
Bentuk museum ini sangat unik karena berbentuk seperti balon, dengan pesawat-pesawat di sekeliling bangunan. Bangunan dengan keliling darai kaca sehingga suasana ruang luas seperti angkasa dapat tercipta di museum ini.
(37)
27 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 6. Museum of Aviation Polish
Ruang Koleksi Pesawat Lobby Museum
4. Polish Aviation Museum Lokasi : Krakow, Polandia
Museum Polish Aviation atau The Muzeum Lotnictwa merupakan salah satu museum penerbangan terbesar di dunia. Museum ini berada pada bangunan bersejarah dan hangar pesawat di Krakow, Polandia.
Pada 2005, kompetisi arsitektur muncul untuk bangunan baru dari museum penerbangan ini. Konsep bangunan baru dari museum ini adalah
The idea of flying dan The spirit of the place, konsep tersebut diambil karena berada pada lingkungan hangar yang sangat bersejarah.
(38)
28
Ruang Multimedia Ruang Pajang Seragam
(39)
29 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 7. Atmosfer Bumi
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1 Pengertian
Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
(40)
30 Atmosfer ialah lapisan gas dengan ketebalan ribuan kilometer yang terdiri atas beberapa lapisan yang berfungsi melindungi bumi dari radiasi dan pecahan planet lain. Atmosfer mempunyai peranan penting dalam mengatur keseimbangan di bumi. Maka, pengambilan tema atmosfer kedirgantaraan ini karena sebuah museum dapat memberikan sebuah wadah atau ruang yang dapat menampung salah satu ketertarikan dalam hal ini adalah kedirgantaraan. Perancang mencoba untuk memunculkan suasana kedirgantaraan dalam museum ini agar pengunjung dapat merasakan setiap cerita dan kegiatan yang dilakukan di dalam museum.
3.2 Penjabaran Tema
Dalam menghadirkan suatu arsitektur sangat erat hubungannya antara keterkaitan faktor manusia dan faktor lingkungan. Dari ketiga hal tersebut yaitu arsitektur, manusia, dan lingkungan dapat membentuk suatu suasana atau atmosfer guna menghadirkan suatu desain yang baik. Pembentukan suasana tersebut sangat tepat apabila digunakan pada bangunan yang memiliki nilai Historical sebagai penunjang aktifitas atau karakter dari arsitektur tersebut. Salah satu bangunan yang memiliki fungsi historical adalah sebuah Museum. Untuk itu dengan pertimbangan tersebut dengan melihat bahwa pada proyek Museum Dirgantara Indonesia sangat berkaitan dengan pembentukan suasana, lebih tepatnya nuansa angkasa.
Untuk dapat menghasilkan sebuah atmosfer khususnya seputar kedirgantaraan, maka yang paling penting untuk diperhatikan adalah elemen arsitektur yang ada pada sebuah perancangan bangunan. Elemen arsitektur yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Garis
Garis dapat menjadi pembentuk sebuah kesan bila diterapkan pada bagian tertentu di bangunan. Pada bangunan Museum Dirgantara Indonesia sendiri nantinya menggunakan elemen arsitektur berupa
(41)
31 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 9. Bentuk Lingkaran (Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 8. Elemen Garis
garis vertikal dan horisontal. Garis horisontal memberikan kesan aktif pada bangunan Museum sedangkan untuk garis vertikal memberikan kesan yang kokoh dan tinggi.
2. Bentuk
Bentuk yang digunakan sebagai massa bangunan adalah bentuk
lingkaran yang nantinya akan mengalami banyak
transformasi/perubahan. Bentuk lingkaran menunjukkan karakter yang enerjik yang erat kaitannya dengan aktifitas di dalam museum dan kesan stabil sebagai bentukan. Selain itu sifatnya yang melindungi dan melengkapi.
(42)
32 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 10. Bentuk Bangunan 3. Ukuran
Ukuran yang dimaksud dalam tema Museum Dirgantara Indonesia lebih menekankan pada skala yang dimaksudkan untuk memberikan kesan pada pengunjung. Skala Monumental dipilih karena dirasa cocok untuk memberikan kesan agung dan besar. Nantinya bangunan Museum Dirgantara Indonesia akan memiliki bangunan dengan skala yang monumental.
3.3 Interpretasi Tema
Beberapa penerapan yang dilakukan pada Museum Dirgantara, antara lain :
1. Bentuk Bangunan
Bentukan yang dipilih untuk menciptakan sebuah atmosfer dalam bangunan Museum Dirgantara Indonesia ini adalah bentuk lingkaran. Bentuk lingkaran merupakan bentuk yang dinamis yang memiliki arah pandang ke segala arah. Kemudian pada bagian fasade bangunan ditambahkan permainan garis, khususnya garis vertikal untuk memberikan kesan kokoh dan tinggi.
(43)
33 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 11. Space Truss
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 12. Sistem Struktur 2. Struktur
Untuk menunjang bentukan lingkaran pada bangunan museum, dan untuk menghasilkan pandangan yang luas ke arah luar, dan juga untuk menciptakan ruang dalam yang bebas tanpa batas dan penghalang digunakan sistem struktur Space Truss. Sistem Struktur ini dapat digunakan pada bangunan bentang lebar sehingga bagian ruang dalam akan lebih maksimal.
(44)
34 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 13. Sistem Struktur 2
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 14. Material Kaca 3. Cangkang (dinding dan atap)
Nuansa angkasa yang coba dihadirkan pada Museum Dirgantara Indonesia ini didukung oleh aplikasi dari cangkang bangunan yang transparan. Keliling bangunan menggunakan material kaca sehingga pandangan pengunjung museum tidak dibatasi oleh dinding masive.
(45)
35 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 15. Geodesic Glass
Dengan material kaca, keliling bangunan menjadi transparan sehingga pengunjung dapat memperhatikan setiap koleksi-koleksi pesawat dengan latar dibelakangnya adalah sebuah langit.
(46)
36
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Fungsional a. Organisasi Ruang
Keterkaitan dan hubungan ruang-ruang pada lahan perancangan museum dirgantara dapat dilihat pada skema diatas, ada 7 point yang saling terhubung satu dengan yang lainnya. Skema menunjukkan bahwa bangunan utama, perpustakaan, dan kafetaria tidak saling terhubung secara langsung, melainkan dihubungkan melalui entrance. Kafetaria dan juga Taman Dirgantara bisa diakses langsung dari area parkir tanpa harus melalui entrance.
Parkir Entrance Bangunan Utama
Perpustakaan
Taman Dirgantara
Kafetaria
Area Servis
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 5. Organisasi Ruang
(47)
37
b. Pemintakatan
Keterangan :
: Zona Bangunan Utama : Zona Industri, jasa, dan retail : Zona Perumahan Dinas TNI AU : Zona Pendidikan
: Zona Permukiman
Dalam skala makro pembagian zona daerah sekitar lokasi perancangan adalah sebagai berikut :
1. Zona Bangunan Utama, merupakan zona dimana bangunan museum dirgantara berdiri.
2. Zona Industri, jasa, dan retail, merupakan bangunan yang berada disekitar zona bangunan utama yang memiliki fungsi industri dan usaha.
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 16. Pemintakatan
(48)
38
3. Zona Perumaha Dinas TNI AU, merupakan area dimana digunakan sebagai perumahan khusus TNI AU. Zona ini tidak bisa dipindahkan oleh karena masuk ke dalam kawasan TNI AU.
4. Zona Pendidikan, bangunan yang berdiri di sekitar bangunan dengan fungsi sekolah dari mulai TK, SD, SMP, SMA, dan juga Universitas Nurtanio (sekolah penerbangan).
5. Zona Permukiman, merupakan daerah permukiman penduduk yang berada di sekitar zona bangunan utama.
c. Pemintakatan Site :
Keterangan :
: Zona Taman Dirgantara
: Zona Entrance dan Bangunan Utama : Zona Parkir Museum
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 17. Pemintakatan SIte
(49)
39
d. Program Ruang
ENTRANCE R. SIMULATOR
R. MINIATUR R. DIORAMA R. PAMERAN
R. MULTIMEDIA
R. BALAIRUNG
PERPUSTAKAAN
R. PENGELOLA
KAFETARIA
SOUVENIR
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 6. Program Ruang
(50)
40
e. Persyaratan Teknis
(Sumber : Neufert)
(51)
41
(Sumber : Neufert)
(52)
42
(Sumber : Neufert) Gambar 20. Space for Furniture
(53)
43
(Sumber : Neufert) Gambar 21. Space for Furniture 2
(54)
44
(Sumber : Neufert) Gambar 22. Archive Space
(55)
45
(Sumber : Neufert) Gambar 23. Libraries
(56)
46
(Sumber : Neufert) Gambar 24. Space Requirements
(57)
47
(Sumber : Neufert) Gambar 25. Arrangements
(58)
48
(Sumber : Neufert)
(59)
49
(Sumber : Neufert) Gambar 27. Road Dimensions
(60)
50
(Sumber : Neufert) Gambar 28. Bicycle Parking
(61)
51
4.3 Kesimpulan
Berdasarkan analisa diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang dapat menjadi informasi lanjutan dalam proses perancangan, kesimpulan tersebut antara lain :
1. Lokasi yang dipilih memiliki potensi yang baik karena akan menjadi satu kesatuan kawasan dirgantara, TNI AU, PT. Dirgantara Indonesia dan lapangan udara Husein Sastranegara
2. Infrastruktur yang berada di sekitar lokasi sangat menunjang untuk proses pengembangan selanjutnya.
3. Jalan Pajajaran dan Jalan Abdurahman Saleh, keduanya dapat dijadikan sebagai akses masuk museum sehingga dapat mengurangi kemacetan yang sering terjadi di jalan Abdurahman Saleh.
(62)
58
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 KonsepDasar
Konsep dasar Museum Dirgantara Indonesia ini dibagi menjadi dua, konsep secara bangunan dan juga konsep secara kegiatan pengguna bangunan sendiri. Konsep ini saling berkaitan satu dengan lainnya. Konsep yang diterapkan untuk bangunan sangat mendukung untuk program kegiatan museum nantinya. Pada konsep bangunan itu sendiri ada dua yaitu dinamis dan connection. Keduanya berkaitan erat dengan konsep alur sirkulasi di tapak, ruang dalam bangunan dan juga konsep bentuk bangunan.
Dinamis, bentuk massa bangunan dibuat secara dinamis mengikuti alur kegiatan pengunjung dan secara visual pengunjung dapat melihat dengan leluasa serta menawarkan keindahan bentuk bangunan yang unik, hal ini menggambarkan fleksibilitas ruang dilihat dari benda-benda yang dipamerkannya.
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 7. Skema Konsep
(63)
59
Yang berhubungan erat dengan konsep dinamis pada museum ini adalah konsep bentuk, konsep ruang, dan juga konsep struktur. Bentuk bangunan Museum Dirgantara Indonesia dirancang dengan bentuk yang dinamis dilihat dari bagian luar bangunan. Konsep bentuk ini mengacu juga terhadap tema yang diambil yaitu atmosfer atau nuansa angkasa. Jadi ada kaitannya dengan bagaimana menciptakan kesan tersebut melalui bentuk bangunan dilihat dari bagian luar dan bagian dalam museum itu sendiri yang ada pada Museum Dirgantara Indonesia juga harus menghasilkan alur yang dinamis sehingga urut-urutan ruang dan wahana yang ada di dalam bangunan menjadi hidup dan tidak membosankan. Konsep struktur yang terakhir adalah menciptakan sistem struktur yang dapat mendukung kedua konsep sebelumnya dengan sangat baik. Yang diperlukan adalah bagaimana mendapatkan ruang dalam yang luas tanpa batasan dan juga penghalang namun tetap dapat menahan keliling bangunan dengan kokoh.
Kemudian konsep ruang Connection, tapak dan tata massa bangunan disusun dengan memperhatikan interaksi ruang luar berupa open space, plaza, dan ruang dalam menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Skywalk dibagian dalam bangunan juga mendukung terjadinya koneksi antar ruang dalam supaya alur sirkulasi manusia tetap berjalan dengan baik dan dinamis.
5.2 RencanaTapak
Konsep yang coba diterapkan pada tapak melihat pada orientasi eksisting pada lokasi site yang mengarah pada dua jalan yang mengapit site yaitu orientasi kearah nodes pada jalan Pajajaran.
(64)
60
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 40. Gubahan Massa 5.3 KonsepBangunan
Konsep bentuk bangunan adalah bentukan dasar lingkaran yang diambil dari bentuk bola mata. Bentuk dasar lingkaran kemudian ditransformasikan menjadi bentuk yang lebih dinamis. Pemilihan bola mata karena mata merupakan indera manusia yang digunakan untuk melihat dan merasakan sebuah ruangan. Dengan konsep yang diambil dari mata ini, pengunjung melihat dan merasakan langsung nuansa angkasa yang coba ditampilkan pada bangunan Museum.
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 39. Tapak
(65)
61
5.4 Konsep Pendukung
Selain beberapa konsep yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada konsep pendukung yang ditambahkan untuk mendukung kegiatan yang ada di dalam Museum Dirgantara Indonesia. Konsep yang pertama merupakan konsep skenario yang coba diatur untuk pengunjung yang datang untuk mendapatkan tour sesuai kebutuhan dan keinginan pengunjung. Konsep selanjutnya adalah pendukung kegiatan melihat dan memperhatikan koleksi-koleksi museum dengan menggunakan interactive media.
5.4.1 Skenario Kunjungan
Skenario pertama diperuntukkan untuk pengunjung dengan jumlah 1-4 orang. Pengunjung dengan jumlah yang sedikit diberikan pilihan untuk
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 8. Skenario 1
(66)
62
kunjungan dengan waktu singkat hanya beberapa jam sesuai dengan keinginan pengunjung.
Untuk skenario kedua, diperuntukkan untuk rombongan dengan jumlah peserta kunjungan lebih dari 10 orang. Untuk kunjungan dengan jumlah peserta banyak, disediakan tour guide yang menemani selama aktifitas di Museum Dirgantara Indonesia. Khusus untuk rombongan urut-urutan kegiatan disajikan oleh pihak dari Museum karena tour guide akan menjelaskan semua mengenai kedirgantaraan.
5.4.2 Interactive Media
Interactive media merupakan alat baru yang digunakan pada museum. Alat ini membantu untuk memberi penjelasan kepada setiap pengunjung mengenai koleksi-koleksi yang ada di museum. Setiap pengunjung yang menggunakan alat ini tidak lagi harus membaca keterangan yang ada di depan setiap koleksi, hanya dengan menekan
(Sumber : Dok. Pribadi) Tabel 9. Skenario 2
(67)
63
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 41. Interactive Media
daftar pada layar atau memfoto barcode yang ada pada bagian depan koleksi, pengunjung akan mendengarkan penjelasan lengkap mengenai koleksi yang bersangkutan.
(68)
64
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 42. Siteplan
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 43. Bird View
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1 PetaSituasi
Petasituasimenggambarkankeseluruhantapak.Lokasitapakberada di kawasanlandasanudaraHuseinSastranegaratepatnya di Jl. AbdulrahmanSaleh, Bandung.
(69)
65
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 44. Transformasi Bentuk
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 45. Isometri Explode
(70)
66
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 46. Eksterior 1
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 47. Eksterior 2
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 48. Eksterior 3
(71)
67
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 49. Sistem Struktur
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 50. Sistem Struktur 2
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 51. Sistem Utilitas
(72)
68
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 52. Foto Maket 1
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 53. Foto Maket 2 6.3 FotoMaket
(73)
69
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 54. Foto Maket 3
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 55. Foto Maket 4
(74)
70
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 56. Foto Maket 5
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 57. Foto Maket 6
(1)
65 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 44. Transformasi Bentuk
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 45. Isometri Explode
(2)
MUSEUM DIRGANTARA INDONESIA GILANG IQBAL N.
66 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 46. Eksterior 1
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 47. Eksterior 2
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 48. Eksterior 3
(3)
67 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 49. Sistem Struktur
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 50. Sistem Struktur 2
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 51. Sistem Utilitas
(4)
MUSEUM DIRGANTARA INDONESIA GILANG IQBAL N.
68 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 52. Foto Maket 1
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 53. Foto Maket 2
6.3 FotoMaket
(5)
69 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 54. Foto Maket 3
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 55. Foto Maket 4
(6)
MUSEUM DIRGANTARA INDONESIA GILANG IQBAL N.
70 (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 56. Foto Maket 5
(Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 57. Foto Maket 6