PT DIRGANTARA INDONESIA DIPERSIMPANGAN J

PT DIRGANTARA INDONESIA DIPERSIMPANGAN
I. PENDAHULUAN
Bahwa perjalanan panjang selama seperempat abad lebih bagi Perusahaan PT Dirgantara
Indonesia merupakan suatu fenomena tersendiri dibidang industri pesawat terbang. Dimana sejak
berdirinya hingga saat ini berbagai prestasi maupun perkembangannya tidak terlepas dari peranan
yang luas dari skateholder-nya yaitu seluruh rakyat Indoensia. Namun ditengah perjalanannya
disambut dengan berbagai perhatian yang diekspresikan dalam berbagai bentuk seperti kritikkan
bahwa industri ini hanya sebagai mercusuar, atau proyek rugi dan tak punya manfaat bagi rakyat,
proyek ambisius dari tokohnya yaitu Habibie, atau proyek pemborosan dan proyek tidak layak,
dan lain-lain.
Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku sejarah yang ikut mendukung sepenuhnya terhadap
berkembang dan tumbuhnya industri pesawat terbang hingga seperti sekarang ini. Ada pula
sebagian pelaku sejarah yang terlibat didalamnya namun justru dalam konteks kontra produktive
bahkan menjadi unsur yang menghambat lajunya kinerja sistem dalam industri pesawat terbang
ini, seperti orang-orang yang hanya bekerja untuk kepentingan pribadi lalu melakukan
penyimpangan-penyimpangan kerja sehingga merusak sistem lainnya, atau orang yang korup
dengan memanfaatkan tingginya aliran dana untuk proyek-proyek nasional seperti untuk program
CN235, NA250, N2130 itu.
Kini, masuk dalam kurun waktu yang kritis bagi keberadaannya, dimana PT Dirgantara
Indonesia telah sampai pada titik perjalanan yang cukup berat harus dilewati, yaitu periode
survival dan memasuki paradigma baru sebagai industri kedirgantaraan yang bukan hanya

bergerak di bidang industri pesawat terbang saja, namun lebih jauh bagi industri lainnya yang
bergerak dalam bidang kedirgantaraan dengan skala yang lebih luas.
Dihadapkan pada situasi dimana proyek prestisius tak dapat dilanjutkan seperti NA250 dan
N2130, karena kesulitan pendanaan yang sifatnya nasional, maupun menurunnya volume
penjualan yang sangat drastis akibat dari krisis ekonomi yang berkelanjutan, sehingga berbagai
persiapan yang telah dilakukan terhambat bahkan harus dihentikan sama sekali. Akibat langsung
yang harus ditanggung adalah perusahaan harus me-restrukturisasi dirinya dan melakukan
perubahan mendasar yang sangat kritis.
Sedikitnya terdapat lima unsur penting yang mempengaruhi kondisi perusahaan sampai pada
situasi seperti ini. Disamping pengaruh itu datangnya dari dalam juga ada yang datangnya dari
luar perusahaan yang saling merajut mendorong kepada suatu kondisi yang kritis.
II. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK KONDISI
Sebagaimana disinggung diatas, bahwa terdapat sedikitnya lima unsur yang berpengaruh
antara lain ; unsur ketersediaan Modal, kemampuan Manusia sebagai sentral aktivitas,
ketersediaan Material atau bahan baku untuk diproses menjadi suatu produk yang layak jual,
kesiapan peralatan dan Mesin untuk memproses bahan baku menjadi produk jadi dan siap dijual,
tersedianya sistem prosedur sebagai Methoda proses transformasi agar dapat lebih efisien, efektif
dan memenuhi syarat regulasi penerbangan internasional, termasuk juga proses Manajemen yang
handal.
Ditinjau dari dimensi yang lain yaitu internal faktor dan eksternal faktor, maka kelima unsur

tersebut diatas menjadi sumbu horizontal tinjauan untuk faktor-faktor internal maupun eksternal.

1. Faktor internal
Unsur yang terkait dengan faktor internal antara lain :
a. Pendorong atau kekuatan
Perusahaan masih mempunyai unsur-unsur pendorong atau kekuatan yang terkait dengan
upaya mempertahankan diri / survival, antara lain ;
- Posisi strategis sebagai industri yang padat teknologi
- Masih tersedianya tenaga kerja terampil yang berpengalaman lebih dari 10 tahun di
bidang industri pesawat terbang dengan kompetensi yang spesifik, meskipun saat ini
tinggal seperdelapannya saja.
- Fasilitas Peralatan dan Pemesinan yang canggih dan berpresisi tinggi masih dapat
dimanfaatkan (meskipun perlu recovery maintenance yang cukup berat untuk kembali
dioptimalkan pada kondisi puncaknya)
- Penguasaan teknologi proses produksi untuk komponen-komponen pesawat terbang
dan sejenisnya (meskipun dalam beberapa hal/proses produksi yang pernah delay
cukup lama ketika masa krisis hampir lima tahun lalu bisa menjadi factor kelemahan)
- Captive market didalam negeri ( jika ada perhatian dari pemerintah sebagai pemegang
saham dominant).
- Berkemampuan sebagai agen penyerapan/alih teknologi terbaru dari luar (meskipun

powernya sudah jauh berkurang).
- Memiliki sertifikasi dari berbagai lembaga audit kualifikasi dalam berbagai bidang
terutama untuk industri kedirgantaraan.(meskipun perbaharuannya belum tentu
mulus.)
b. Penghambat atau kelemahan
Disamping faktor pendorong, terdapat juga penghambat atau kelemahan yang harus dan
bisa diperbaiki/ditingkatkan, antara lain (gambaran kondisi 2003 s/d 2005) :
- Keterbatasan modal kerja (saat ini neraca perusahaannya sudah cenderung minus
meskipun telah diberi keringanan pembayaran utang-utangnya)
- Koordinasi kerja antar fungsi semakin melemah (dimana masing-masing unit kerja
telah bergerak sendiri-sendiri tanpa kendali yang kuat dari pucuk pimpinan)
- Implementasi sistem dan prosedur tidak dilaksanakan dengan baik (disana-sini proses
berjalan dengan akselerasi dan kualitas yang jauh berkurang dibandingkan dengan
kondisi puncak 5 s/d 10 thn silam)
- Tingkat semangat kerja karyawan menurun, karena situasi ketidakpastian semakin
tinggi dan maintenance skill dapat dikatakan sangat minim (frekuensi
pelatihan/penyegaran personil sangat terbatas/ rasionya sangat kecil dibanding dengan
jumlah personil yang tersedia). Termasuk manpower turnover rendah, dan sistem
peningkatan skill mandek/tidak jalan.
- Hubungan kerja antar personil tidak harmonis dengan adanya perubahan sistem

kepegawaian yang baru, peraturan yang diperketat namun tidak diikuti dengan system
reward & punishment yang jelas, sehingga secara sistematis dapat menurunkan
produktivitas.
- Hubungan industrial tidak berjalan dengan baik, apalagi saat ini merupakan dampak
dari kondisi hubungan masa lalu yang tidak harmonis antara pihak manajemen dengan
pekerja, sehingga sampai sekarang mengalami kesulitan untuk merecovery kondisi
kerja yang kondusif (dimana masih terdapat kecurigaan antar karyawan, karyawan
dengan pimpinan/direksi, dsb)

-

-

-

-

-

-


-

Sistem dan prosedur pembinaan karier tidak terintegrasi dan lambat antisipasi
terhadap perkembangan yang terjadi (banyak yang sudah tidak valid. Up grading dan
penyegaran ketrampilan sangat minim.)
Pengelolaan SDM belum terintergasi dan belum terstruktur, mengingat sampai saat ini
belum berhasil menyusun postur SDM yang ideal dibandingkan dengan volume
bisnisnya.
Sistem management sumber daya tidak berfungsi sebagaimana semestinya, sehingga
terjadi miss efisensi di berbagai bidang kegiatan, dimana pada aliran proses dilintasan
kritis dari suatu proses rantai nilai kegiatan manufacturing pesawat terbang tidak
terpenuhi.
Masih banyak terjadi tumpang tindih (over lapping) pekerjaan yang dilakukan antar
fungsi/unit kerja sehingga terjadi konflik kepentingan antar unit.
Pemborosan semakin meningkat, karena pengawasan aktivitas tidak berjalan efektif
Sistem kendali bisnis antar Unit-Unit dengan korporasi masih mencari polanya,
dimana terdapat beberapa perkembangan unit-unit usaha yang tak diketahui persis
oleh pihak korporasi atau direksi.( kondisi ini terjadi ketika periode 2001 s/d 2003).
Penempatan personil (pada saat recovery condition masa kritis hampir empat tahun

lalu) tidak mempertimbangkan hal spesifik untuk orang yang tepat pada posisi yang
tepat, sehingga sering terjadi pelanggaran proses produksi karena ditangani oleh orang
yang tidak tepat. Hal ini selain memperlambat waktu produksi, juga menimbulkan
tingkat reject yang cukup tinggi.
Production certification tidak dipelihara dengan baik, sehingga dapat dipastikan akan
banyak temuan non comformity. Disamping itu personil yang mempunyai lisensi
sebagai persyaratan proses manufacturing sudah banyak yang tidak difungsikan lagi
sebagai akibat dari program re-deployment yang tidak hati-hati/cermat, tanpa
mempertimbangkan factor kompetensi personil dan dedikasi pada profesi, dan
perusahaan, seleksi hanya didasarkan oleh suka/tidak suka, ( loyalis atau pengacau?).
Padahal untuk mendapatkan personil yang mempunyai kualifikasi / lisensi ini
membutuhkan biaya, waktu dan usaha yang tidak kecil.
Proses maintain skill sudah lama tidak berjalan dengan sistematis, berkala dan
terprogram. Sifatnya hanya sporadic, dan tidak mempertimbangkan penurunan tingkat
ketrampilan sebagai akibat dari beban rendah, sehingga program up grading tidak
pernah dilaksanakan secara konsisten.
Demotivasi karyawan semakin deras sebagai akibat dari pembinaan yang tidak
konsisten, tidak terprogram dan tidak menyeluruh. Termasuk sistim pembinaan karier
yang semakin semrawut, tak jelas. (system yang sering diganti-ganti namun tak jelas
sasaran yang hendak dicapai)

System dan prosedur sudah banyak yang tidak valid, sehingga banyak terjadi
pelanggaran prosedur tanpa ada corrective action yang menyeluruh.
Pergantian struktur organisasi yang cepat dan terlalu sering, tidak diikuti dengan
perbaikan infrastruktur atau system dan mekanisme lainnya, sehingga terdapat
kerancuan pengambilan keputusan ditingkat operasional. Dimana sering terjadi antar
fungsi organisasi melakukan pekerjaan yang sama meskipun unit tersebut berbeda
nama.
System maintain dokumen, pemesinan, peralatan, perlengkapan laboratorium, dan
berbagai fasilitas vital lainnya tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga akan

-

-

banyak ditemukan penyimpangan proses, penyimpangan hasil produk, dan
penyimpangan kualitas.(lihat hasil produk CN235 yang dikirim ke Pakistan, dimana
terdapat temuan major yang harus diperbaiki kembali dihanggar produksi).
Program efisiensi perusahaan sama sekali tidak berjalan sebagaimana yang pernah
direncanakan, sehingga dapat dipastikan terjadi pemborosan pemakaian dana yang
seharusnya tidak perlu terjadi.

Gangguan yang datangnya dari internal seperti konflik personal antara serikat pekerja
dengan manajemen (dalam hal ini direksi) yang berkepanjangan dan melibatkan pihak
luar sehingga semakin mempercepat kelumpuhan gerak roda perusahaan.
Transfer job, skill dan dokumen dalam rangka re-organisasi tidak berjalan mulus,
bahkan terkesan seadanya. Sehingga penerima estafet kepemimpinan atau penerima
tugas baru harus mulai dari awal kembali tidak meneruskan yang sudah ada.
Rata-rata usia karyawan yang sudah diatas 35 – 40 tahun tanpa ada re-generasi yang
sistematis untuk mendorong percepatan akselerasi roda organisasi, dan dapat
dipastikan jika tidak terdapat perubahan yang mendasar dalam transfer job, skill dan
dokumen, maka dalam jangka waktu 5 – 10 tahun mendatang akan ada stagnasi dan
menjadi semakin memperburuk/parah terhadap kekuatan perusahaan dalam
menghadapi tantangan yang semakin berat dimasa depan.
Sikap karyawan yang hanya menunggu nasib, menggantung harapan, dan bekerja
tidak pada kondisi optimalnya, akan semakin membahayakan perusahaan. Dalam hal
ini perlu penyegaran manajemen yang bersedia membangun semangat juang
dikalangan karyawan tanpa harus menjanjikan hal-hal yang terlalu muluk, selain
mengusahakan agar perusahaan tetap eksis dan dunia kedirgantaraan di Indonesia
tidak menjadi padam obor.

2. Faktor eksternal

Factor ini tak dapat dikendalikan namun dapat diantisipasi, minimal perlu dikondisikan agar
tidak menjadi ancaman bagi geraknya perusahaan. Terdapat dua unsure besar yaitu kondisi
eksternal yang mendukung geraknya perusahaan, dan disisi lain factor yang menjadi
ancaman.
Factor pendukung :
 Masih terdapatnya order atau pesanan dari calon customer yang datang, meskipun
nilainya tidak terlalu besar namun menunjukkan masih adanya commitment pasar
terhadap keberadaan industri kedirgantaraan ini.
 Perhatian pemerintah di tengah-tengah upaya pemerintah menata kembali sistim
menajemen BUMN yang di-porakporanda-kan oleh oknom mantan pejabatnya
dengan program penjualan asset-asset Negara tersebut.
 Kebutuhan pihak airliner akan suku cadang pesawat yang bisa di produksi didalam
negeri (PT DI) dengan kualitas standar international masih cukup tinggi.
 Tersedianya calon-calon tenaga kerja (fresh employee) yang berkualifikasi tinggi
untuk direkruit sebagai calon penerima estafet organisasi dimasa datang.
 Peluang industri kedirgantaraan masih terbuka luas, mengingat bentuk Negara
kepulauan seperti Indonesia sangat membutuhkan pengadaan alat transportasi antar
pulau yang cepat seperti tersedianya pesawat terbang baik penumpang maupun









barang. Dimana suatu saat dapat dimungkinkan industri kedirgantaraan ini tidak
hanya terdapat di pulau jawa saja (Bandung PTDI ini) namun sangat mungkin di
dirikan di tempat lain misalnya : Makasar untuk wilayah Indonesia bagian timur atau
di kota lain seperti Biak / Jayapura Papua yang dipandang strategis.
Tersedianya sekolah-sekolah yang berorientasi kedirgantaraan mulai dari tingkat
sekolah menengah kejuruan sampai dengan perguruan tinggi yang berkonsentrasi
dibidang ini.
Terdapat berbagai tenaga ahli dibidang kedirgantaraan yang telah berprestasi
ditingkat internasional.
Adanya sikap positif dari pemerintah untuk tetap mempertahankan industri
kedirgantaraan sebagai salah satu asset bangsa yang harus dipertahankan
keberadaannya.
Masih banyaknya kebutuhan akan perangkat atau alat utama pertahanan dan
keamanan Negara yang seyogyanya hanya di produksi didalam negeri sehingga dapat

mengurangi ketergantungan terhadap bangsa lain.

Faktor penghambat/ancaman :
 Kondisi ekonomi Negara yang sangat sulit saat ini tak dapat menjadi dukungan untuk
dapat survive terhadap keadaan perusahaan.
 Situasi social politik yang sedang carut marut, sehingga membuat dunia industri pada
umumnya tak dapat mengembangkan dirinya kecuali bertahan untuk hidup.
 Penegakan regulasi penerbangan semakin tak jelas, sehingga pemerintah tak
berkemampuan untuk memproteksi masuknya produk-produk lain sebagai pesaing
produk dalam negeri, meskipun kualitas produknya sangat diragukan.
 Hubungan dengan unsure lain dilingkungan stakeholder kurang dijalin dengan baik,
sehingga konter terhadap kebijakan-kebijakan direksi semakin kuat dan menyulitkan
upaya untuk recoveri.
 Competitor mulai menguasai unsure-unsur penentu dilingkungan pemerintahan
dengan pengaruhnya, sehingga kebijakan untuk segera membeli bukan membuat
produk-produk lebih kuat, maka semakin menutup peluang pasar dalam negeri
sendiri untuk produk-produk yang bisa dibuat sendiri oleh BUMNIS.
 Kenaikan tariff bahan baku dan bahan pokok industri, termasuk sparepart yang
dibutuhkan semakin mempersulit kemampuan daya beli perusahaan yang hidup dari
hutang itu.
 Kepercayaan mitra kerja terhadap perusahaan semakin berkurang, sebagai akibat dari
penyelesaian kewajiban yang ada tak pernah diselesaikan dengan baik.
 Upaya penguasaan atas pasar yang disediakan pemerintah kepada BUMNIS dari
pesaingnya semakin intens.
 Daya saing dari pesaing semakin kuat dan menguasai hampir semua lini jalur
pengambilan keputusan Negara.
 Upaya yang sistemik dari Negara tetangga sebagai pesaing maupun musuh
tersembunyi semakin gencar menguasai lahan bisnis yang dijadikan medan tempur
antar Negara sesungguhnya. Sehingga hanya menunggu waktu menuju kehancuran
total itu datang.

 Upaya pembajakan tenaga-tenaga professional/ahli perusahaan oleh industri pesaing
semakin kuat, bahkan sudah sampai pada pembajakan dokumen-dokumen perusahaan
yang vital.
 Soliditas antar pimpinan perusahaan tak terjalin dengan baik, sehingga masih ada
personil dari unsure pengganggu dapat memainkan perannya untuk mengacaukan
situasi, sehingga manajemen tak sempat melakukan recoveri dengan segera.
III.

KEMANA HARUS MELANGKAH ?

Gambaran kondisi diatas semakin diperparah dengan adanya gonjang-ganjing yang
tak pernah diselesaikan dengan tuntas, dan nampaknya hanya dijadikan komoditas sesaat bagi
berbagai kepentingan. Peristiwa mempailitkan perusahaan oleh karyawannya sendiri yang
terjadi baru-baru ini menunjukkan bahwa unsure terkait bergerak hanya setengah hati. Baik
dari pihak pemerintah maupun perusahaan, dalam menyelesaikan kasus hubungan industrial
tersebut. Dalam kondisi perusahaan yang sedang berbenah diri karena pembedahan
perusahaan yang demikian kompleksnya. Disamping itu gejala-gejala penyelesaian masalah
yang berlarut tak ada titik terangnya, maka patutlah orang bertanya : “ kemana kau setelah
ini ?” setelah jauh menempuh perjalanan lebih dari seperempat abad ini. Semua hasil karya
yang pernah dilakukan seakan musnah dalam waktu hanya sekejap ??
Pihak pengambil keputusan (pemerintah) nampaknya enggan melakukan langkahlangkah strategis untuk menyelematkan hasil karya anak bangsa yang monumental itu.
Sementara yang lain hanya bisa memandang kosong ke depan karena tak pernah mengetahui
bahwa apa yang telah diperbuat bangsa ini demikian gempitanya.
Perjuangan belum selesai namun salah satu karya bangsa hampir saja akan menjadi
monument atau musium yang meninggalkan catatan sejarah, bahwa disini pernah dihasilkan
suatu karya bangsa yang monumental. Terpaan taufan demikian dasyatnya, sehingga kita
mungkin tak berani berharap banyak bahwa suatu masa nanti bangsa ini akan menjadi negara
adidaya yang disegani bangsa-bangsa lain didunia karena hasil karyanya, sebagaimana dicitacitakan oleh pahlawan bangsa Indonesia. Sekali merdeka tetap merdeka. Merdeka terhadap
kekerdilan pemikiran dan rasa kebangsaan dan nasionalismenya.
Kini perusahaan kedirgantaraan satu-satunya di-Indonesia sedang dipersimpangan jalan.
Apakah akan terus berjalan, atau berhenti sampai disini, atau belok arah menjadi kerdil
kembali ?? kami salah satu bagian dari bangsa Indonesia tak sudi lagi kehilangan martabatnya
setelah kehilangan kepribadian, kebanggaan, dan hargadiri yang selalu dilecehkan bangsa
lain, bahkan oleh negara tetangga yang seharusnya hidup akur. Relakah kita ??? mari kita
ganyang musuh kita seperti ketidak-pedulian, kemalasan, keterbelakangan, kebodohan, dan
kemiskinan. Mari kembali ke falsafah bangsa (Pancasila) dan berjuang melawan musuh
tersebut diatas.
Keprihatinan yang sangat dalam dirasakan saat ini, ketika PT Dirgantara Indonesia tak
mampu melanjutkan perjalanannya sampai suatu saat nanti tonggak sejarah perkembangan
penguasaan teknologi bangsa Indonesia ini benar-benar akan menjadi monumen bangsanya
sendiri.