Perancangan Kampanye Etika Pengendara Sepeda Motor Terhadap Hak Pejalan Kaki Melalui Media Cetak

(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Banyu Tri Nur Arafat Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 05 Oktober 1993 Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Alamat : Kp. Liosari RT.001/006 Desa Gunnungleutik Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung Nomor Telepon : 0896098599793

Riwayat Pendidikan : SD Negeri Gunnungleutik III SMP Negeri 1 Ciparay SMA Negeri 1 Ciparay

Data Orang Tua

Nama Ayah : Tatan Witarsa

Tempat / tanggal lahir : Bandung, 13 Maret 1956 Pekerjaan : Pensiunan POLRI Agama : Islam

Alamat : Kp. Liosari RT.001/006 Desa Gunnungleutik Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung Nama Ibu : Enni Rochaeni

Tempat / tanggal lahir : Bandung, 11 Oktober 1959 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kp. Liosari RT.001/006 Desa Gunnungleutik Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang maha pengasih lagi penyayang yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Perancangan etika pengendara sepeda motor terhadap pejalan kaki ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Pada perancangan ini penulis ingin mengajak para pengendara sepeda motor agar menaati peraturan lalu lintas dan menghargai pejalan kaki serta pengguna jalan lain agar tercipta rasa nyaman, aman, dan tertib saat berlalu lintas. Penulis berharap penyusunan dari Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat ataupun kepada yang ingin melakukan studi lebih lanjut mengenai etika berkendara.

Pada proses melakukan karya tulis ini penulis di bantu oleh banyak pihak. Berkat bantuan dan bimbingan mereka, penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir ini.

Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, khususnya kepada:

Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya kepada penulis selaku mahasiswa tingkat akhir selama mengerjakan tugas akhir ini. Bapak Taufan Hidayatullah, S.Sn, M.Ds. selaku dosen pembimbing, terima kasih telah memberikan motivasi, koreksi dan dorongan dalam menjalankan Laporan Tugas Akhir yang tentunya tidak dapat diukur oleh materi. Terimakasih kepada bapak Wira Mahardika Putra, S.Ds, M.M selaku wali dosen, terima kasih banyak atas kesabarannya dan apa yang sudah diberikan selama ini selama menjabat sebagai wali dosen. Terimakasih kepada pihak kepolisian selaku sumber yang telah membantu penulis mendapatkan data. Ucapan terima kasih banyak yang tak terhingga oleh penulis diucapkan kepada Ibu dan Bapak selalu memberikan doa, dukungan motivasi, dorongan yang tulus dan


(6)

yang selalu mendukung penulis untuk mencapai keberhasilan. Tak lupa terima kasih kepada teman-teman dari DKV 5, Freeday Team, Bangku Sekar, BKC Ciparay yang telah banyak membantu dan sabar untuk membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis sangat berharap tugas akhir yang disusun dapat membantu para pembaca dapat memahami pentingnya hak pejalan kaki maupun pengguna jalan lain. Penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini walaupun penulis telah berusaha dengan maksimal, oleh karena itu penulis menerima saran dari para pembaca dengan senang hati.

Bandung, / /2016 Penulis,


(7)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE ETIKA PENGENDARA SEPEDA

MOTOR TERHADAP HAK PEJALAN KAKI MELALUI MEDIA CETAK

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Banyu Tri Nur Arafat NIM. 51912177

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ………... KATA PENGANTAR ………... ABSTRAK ………...

ABSTRACT………...

DAFTAR ISI ……… DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR TABEL ……… DAFTAR LAMPIRAN ………

BAB I. PENDAHULUAN ……… I.1 Latar Belakang Masalah ……….. I.2 Identifikasi Masalah ……… I.3 Rumusan Masalah ……… I.4 Batasan Masalah ……….. I.4.1 Batasan Subjek ………... I.4.2 Batasan Objek ………... I.4.3 Batasan Keterangan tempat ………... I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ……… BAB II. ETIKA PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP HAK PEJALAN KAKI ………... II.1 Etika ………... II.2 Etika Berlalu Lintas ……… II.3 Pengendara Sepeda Motor ……….. II.4 Pengguna Jalan/Sarana Jalan ……….. II.4.1 Desain dan Fungsi trotoar ………... II.4.2 Desain dan Fungsi Zebra Cross………..

II.5 Peraturan Lalu Lintas ………. II.5.1 Undang-Undang LLAJ Tentang Hak Pejalan Kaki ……….

i ii iii v vi vii x xii xiii 1 1 2 3 3 3 3 3 4 5 5 6 6 7 8 9 9 12


(9)

II.5.2 Faktor Penyebab kecelakaan Lalu Lintas ……… II.5.3 Akibat Melanggar Lalu Lintas ……… II.5.4 Opini Pengendara ………

II.5.5 Opini Masyarakat ………

II.6 Analisis ………..

II.7 Hasil Penelitian ………..

II.7.1 Observasi ………...

II.7.2 Wawancara ………..

II.7.3 Sumber Data ………

II.8 Resume ………...

II.9 Solusi yang Mengarah Pada Solusi Perancangan ………..

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL……… III.1. Strategi Perancangan ……… III.1.1. Khalayak Sasaran ………... III.1.2. Tujuan komunikasi ………... III.1.3. Pendekatan Komunikasi ……… III.1.4. Materi Pesan ………. III.1.5. Gaya Bahasa ……….. III.1.6. Target Audien ………... III.1.6.1. Costumer Insight……… III.1.6.1. Costumer Journey……….. III.1.7. Strategi Kreatif ……….. III.1.8. Strategi Media ………... III.1.9. Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ……… III.2. Konsep Visual ……….. III.2.1. Format Desain ………... III.2.2. Tata Letak (Layout)………... III.2.3. Studi Jenis Huruf ………... III.2.4. Studi Illustrasi …….……….. III.2.5. Studi Warna ………...

12 13 14 15 15 17 17 19 21 23 24 25 25 25 25 26 27 28 28 29 29 31 32 34 34 35 36 38 39 42


(10)

BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI………. IV.1. Media Utama ………... IV.2. Teknis Produksi Media ……… IV.2.1. Tahap Konsep dan Sketsa ………. IV.2.1. Tahap Eksekusi Visual ……….. IV.3. Tahap Akhir ………. DAFTAR PUSTAKA ………... LAMPIRAN ……….

45 45 45 45 47 51 61 64


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Cangara, Hafied. (2010). “Pengantar Ilmu Komunikasi”. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Danisworo, Muhammad, 1991, Perancangan Urban, Perancangan Arsitek. Diktat

Kuliah. Bandung: Pasca Sarjana ITB.

Funk & wagnals. (1980). “The New Funk & Wagnals Illustrated Wildlife Encyclopedia Vol 9”.

Junaedi, Ahmad. (2003). “Perancangan Logo”. Bandung:PT. Tesapura Bandung. Lwin, May, and Aitchison, Jim. (2002). “Clueless In Advertising”. New Jersey:

Prentice Hall

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2013).“Media Pengajaran”.Jakarta: Sinar Baru Algesindo.

Rahajo, Rinto. (2014).“Tertib Berlalu Lintas”.Yogyakarta: Shafa Media.

Sihombing, Danton. (2001). “Tipografi Dalam Desain Grafis”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sugiyama, Kotaro and Andree, Tim. (2000). The dentsu way. Singapore: McGraw Hill Publishing.

Sumber Jurnal Internet

Arindah, Ulfa. (2015). “Etika Dalam Berkendara”. 03 April 2016. Diambil dari: https://www.academia.edu/13115610/ETIKA_DALAM_BERKENDARA

Bobsusanto. (2015). “15 Pengertian Etika Menurut Para Ahli Lengkap”. Diambil dari: http://www.seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-menurut-para-ahli-terlengkap.html. (25 Juli 2016).

Ir. Wobowo Gunawan. (1992). “Standart Perancangan Geometrik Jalan Perkotaan”. Diambil dari: https://id.scribd.com/doc/36788713/Perencanaan-Geometrik-Untuk-Jalan-Perkotaan-SNI

Ikbal Muh., dan Mashuri, 2013, “STUDI KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI DAN PEMILIHAN JENIS FASILITAS PENYEBERANGANPEJALAN KAKI DI KOTA


(12)

PALU (Studi Kasus: Jl. Emmi Saelan Depan Mal Tatura Kota Palu)”, Jurnal Rekayasa dan Manajemen Transportasi Volume I No. 2, Palu.

Rusyanto, Edo. (2012). “Kasus Mabuk Saat Berkendara di Jakarta”. 31 Oktober 2015. Diambil dari: https://edorusyanto.wordpress.com/2011/11/29/urusan-ngoceh-aja-bisa-triliunan-rupiah/

Sudarmaji, dan Purwandari Suci, 2014, “Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki (Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta”. Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 2 Tahun 2014, Surakarta.

Sumber Artikel Internet

Abdur, Zaki. (2015). “5 Kebiasaan Orang Indonesia Yang Sangat Sulit Untuk Dihilangkan”. Diambil dari: http://www.teoope.com/2015/06/5-kebiasaan-orang-indonesia-yang-sangat.html. (02 November 2015).

Anonim. (2006). “Trotoar, Oh Trotoar”. Diambil dari: https://sukawi.wordpress.com/2006/04/07/trotoar-oh-trotoar/. (02 November 2015).

Chandrap. (2013). “RIP Zebra cross”. Diambil dari: http://www.kaskus.co.id/thread/52241c3d3ecb178e47000007/rip-zebra-cross-di-indonesia/. (02 November 2015).

Fadli, Rakhmad. (2015). “Menyulap Wajah Kota Dengan Trotoar”. Diambil dari:

http://www.kompasiana.com/fadlirakhmad/menyulap-wajah-kota-dengan-trotoar_552a65d7f17e61f706d623d2. (02 April 2016).

Hardinoto, Indah. (2015). “Hak-hak pejalan kaki/pedestrian terenggut oleh

beberapa hal berikut ini. Diambil dari:

http://www.wovgo.com/2015/12/10/hak-hak-pejalan-kakipedestrian-terenggut-oleh-beberapa-hal-berikut-ini/.(02 April 2016).

Honda Supra Medan, (2014). “Memahami Etika Dan Sopan Santun Di Jalan Raya”,


(13)

Idha Susanty, 2012. Pengertian media reklame billboard, baliho, megatron, dan videotron”. http://mediareklame76.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-media-reklame-billboard.html.

http://kamuslengkap.com/kamus/sunda-indonesia/arti-kata/piraku

Dokumen Resmi

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. 2009.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tentang Prasarana Lalu-lintas Jalan. 1993.


(14)

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Etika menjadi tolak ukur dalam menghadapi berbagai perbedaan moral yang ada di masyarakat. Sehingga masyarakat dapat berargumentasi secara rasional dan kritis serta dapat mengambil sikap wajar dalam menghadapi sesamanya. Etika memiliki cakupan yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Etika dalam masyarakat berkembang sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan, nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. Tidak hanya di masyarakat, etika di jalan pun menjadi penting karena bersangkutan dengan hak sesama pengguna jalan yang lain, dalam hal ini adalah pejalan kaki yang sangat lemah apabila berada di jalan dibandingkan dengan kendaraan bermotor. Tidak hanya pengendara sepeda motor yang menggunakan jalan, pengguna jalan seperti pejalan kaki, serta orang yang cacat pun punya hak untuk menggunakan jalan.

Setiap hari ada banyak orang yang menggunakan kendaraan bermotor untuk bepergian dari suatu tempat ke tempat yang lain. Semua kendaraan berjejal-jejalan di jalan umum yang terbatas sehingga banyak orang yang terburu-buru dan menaiki trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki. Selain itu, fungsi trotoar sudah banyak disalahgunakan menjadi tempat parkir liar dan tempat berdagang. Bahkan di kota besar seperti Jakarta tak hanya trotoar yang di gunakan pengendara sepeda motor, penyebrangan jalan pun kerap digunakan pengendara sepeda motor untuk menghindari kemacetan.

Setiap pengendara atau pengguna jalan wajib menaati peraturan lalu lintas demi keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Pengendara yang baik seharusnya mengutamakan keselamatan pribadi maupun keselamatan orang lain, dengan menaati peraturan berlalu lintas maka angka kecelakaan di jalan akan berkurang. Indonesia memiliki prioritas pengguna jalan yang harus di dahulukan hak nya di jalan seperti kendaraan pemadam kebakaran yang akan bertugas memadamkan api, mobil jenazah yang mengantarkan pasien ke rumah sakit atau korban kecelakaan,


(15)

mobil Presiden dan tamu Negara, serta mobil-mobil instansi keamanan Negara seperti POLRI (Polisi Republik Indonesia) dan TNI (Tentara Nasional Indonesia). Selain itu pejalan kaki dan pesepeda juga harus di prioritaskan hak nya.

Semakin banyaknya pengendara terutama pengendara motor di Indonesia menyebabkan jalan-jalan terutama di kota besar menjadi semakin macet dan lalu lintas menjadi kacau. Banyak pengendara motor yang menaiki trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki, dan berhenti di zebra cros.

Berdasarkan masalah di atas maka sangat penting untuk merancang kampanye sosial dalam rangka mempersuasi kepada individu dan/atau kelompok pengendara sepeda motor sebagai pengguna jalan untuk tertib berlalu lintas dan menjaga etika di jalan raya ketika mengemudi demi menjaga keselamatan sesama pengguna jalan dan pejalan kaki.

I.2 Identifikasi masalah

Agar suatu penelitian lebih terarah dan jelas tujuannya maka perlu dijelaskan indentifikasi masalahnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah tersebut dapat di identifikasi sebagai berikut:

 Prioritas utama pejalan kaki yang kurang dihargai oleh pengendara sepeda motor.

 Etika berkendara pengendara motor yang masih sangat buruk.

 Pengendara belum sadar pentingnya aturan berlalu lintas, membuat mereka merasa paling benar di jalan.

 Peraturan lalu lintas masih di langgar para pengendara motor.

 Kampanye ajakan taat berlalu lintas tidak diapresiasi oleh pengendara sepeda motor.

 Lalu lintas yang padat serta sedang terburu-buru menyebabkan pengendara sepeda motor manaiki trotoar.


(16)

I.3 Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Bagaimana cara agar para pengendara motor sadar akan pentingnya hak pejalan kaki?

 Bagaimana cara menanamkan etika berkendara yang baik terhadap pengendara motor?

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan pendapat di atas, Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Pengendara sepeda motor yang yang merebut fasilitas pejalan kaki (trotoar dan zebra cross).

I.4.1 Batasan Subjek

Subjek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subjek penelitian inilah terdapat objek penelitian. Batasan subjek masalah adalah para pengendara motor baik itu perempuan, laki-laki, dewasa, remaja yang beretika buruk dalam berkendara kendaraan bermotor terhadap pejalan kaki.

I.4.2 Batasan Objek

Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses. Objek Masalah dari masalah di atas adalah etika pengendara motor yang mengambil hak pejalan kaki di trotoar jalan.


(17)

I.4.3 Batasan Keterangan Tempat

Batasan tempat dari masalah perilaku buruk pengendara sepeda motor ini daerah Bandung bagian selatan.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Setelah mengetahui pentingnya peraturan berlalu lintas maka pengendara, penegak hukum, dan masyarakat menjadi peran penting dalam terciptanya lalu lintas yang aman, nyaman, dan tertib.

Tujuan dari perancangan adalah sebagai berikut:

 Menarik perhatian para pengendara agar sadar dari dalam hati untuk menghargai hak pejalan kaki sebagai pengguna jalan.

 Agar para pengendara sepeda motor menaati peraturan lalu lintas demi kenyamanan dan ketertiban bersama.

Manfaat dari perancangan adalah sebagai berikut:

 Terbangunya suatu sikap toleran terhadap hak pejalan kaki jika para pengendara sepeda motor tidak manaiki trotoar sehingga para pejalan kaki akan merasa nyaman, aman saat berjalan di trotoar.

 Pengguna jalan lain yang berhak menggunakan jalan pun tidak akan merasa ada gangguan dari para pelanggar lalu lintas.


(18)

BAB II. ETIKA PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP HAK PEJALAN KAKI

II.1 Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diiperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Menurut H.A Mustafa (seperti dikutip bobsusanto, 2015) Mengungkapkan etika sebagai ilmu yang menyelidiki terhadap perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh akal pikiran. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Etika memiliki cakupan yang sangat luas dalam kehidupan manusia. Etika dalam masyarakat berkembang sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan, nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. Contoh etika yang baik dalam masyarakat adalah dengan


(19)

mengucapkan salam ketika bertamu, meminta maaf saat melakukan kesalahan, hormat kepada orang yang lebih tua, menghargai sesama dan masih banyak lagi.

II.2 Etika Berlalu lintas

Etika berlalu lintas yaitu pedoman sikap atau aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain di dalam berlalu lintas. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam berlalu lintas pun etika sangat penting diterapkan. Dalam berlalu lintas kita harus mempunyai tenggang rasa terhadap pengguna jalan lain baik itu pengendara lain maupun pejalan kaki, serta pengguna jalan lainya. Etika berkendara berisi bagaimana cara pengemudi bersikap di jalan raya. Dalam berkendara, pengemudi harus menjaga keselamatanya sendiri, pengendara lain, serta pengguna jalan lainya. Sehingga seluruh pengguna jalan dapat beraktifitas dengan baik, benar, aman, nyaman. (hondacommunity.net. 2014. Selengkapnya di daftar pustaka).

II.3 Pengendara Sepeda Motor

Manusia Sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pengendara. Pengendara yang mengendalikan kendaraan, baik itu sepeda, Sepeda motor, ataupun mobil. Kendaraan yang dimaksud adalah kendaraan yang digunakan oleh pengendara di jalan raya. Kendaraan ini mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas. Banyak istilah nama untuk setiap pengendara kendaraan seperti pengendara delman yaitu kusir, pengendara sepeda yaitu pesepeda, pengendara mobil yaitu supir, pengendara becak yaitu tukang becak, dan masih banyak lagi. Tak hanya pengendara kendaraan yang menggunakan jalan, pengguna jalan seperti pejalan kaki, serta orang yang cacat pun punya hak untuk menggunakan jalan. (Raharjo Rinto, 2014, h. 15).

Pengendara sebagai pengguna jalan seharusnya menjadi pelopor taat berlalu lintas seperti yang dikatakan Undang-undang No.22 Tahun 2009 yaitu tertib, lancar, aman, dan terpadu apabila dalam berlalu lintas berlangsung secara teratur sesuai


(20)

dengan hak dan kewajiban pengguna jalan. Tanpa adanya etika berlalu lintas, maka pengemudi akan mengemudikan kendaraan dengan seenaknya sendiri tanpa memperdulikan keselamatan orang lain, lalu lintas di jalan tidak akan beraturan, sehingga rawan terjadi kecelakaan, serta akan terjadi kemacetan parah.

Perlu disadari bersama bahwa dalam penggunaan fasilitas jalan kita tidak sendirian, namun berkendara bersama dengan banyak orang karena kita hidup bermasyarakat. Cakupan masyarakat tentu sangat luas, dan pasti memiliki pemikiran yang berbeda dan cenderung memikirkan kepentingan pribadi. Tanpa adanya etika berlalu lintas akan sering terjadi kecelakaan di jalan raya. Kejadian ini disebabkan oleh kurangnya rasa tenggang rasa antar pengguna jalan, pengendara cenderung egois karena ingin cepat sampai tujuan. Jika ini dibiarkan terus-menerus maka akan semakin meningkat angka kecelakaan di Indonesia khususnya di Jawa Barat dan DKI Jakarta yang menjadi daerah terbesar pengguna jalan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman serta pelaksanaan etika berlalu lintas.

Sudah terlalu banyak peraturan yang mengatur lalu lintas, akan tetapi tidak serta-merta menurunkan angka kecelakaan di jalan raya. Persyaratan bagi pengemudi kendaraan bermotor untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dari kepolisian juga belum efektif menurunkan angka kecelakaan. Faktanya, bukan mahir tidak mahirnya pengendara dalam berkendara. Banyak faktor lain berpengaruh dalam kecelakaan, diantaranya pengemudi, kendaraan, melanggar rambu, cuaca, dan lain sebagainya.

II.4 Pengguna Jalan/Sarana Jalan

Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar. Pengendara saat ini banyak yang tidak perduli dengan sesama pengguna jalan,


(21)

banyak pengendara motor yang tidak merasa ragu untuk melaju di atas trotoar tanpa memperdulikan pejalan kaki.

II.4.1 Desain dan Fungsi Trotoar

Gunawan (1992) menjelaskan “trotoar memiliki pengertian sebagai bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki. Umumnya ditempatkan sejajar dengan jalur lalu lintas, dan harus terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik.” Pengertian tersebut mengatakan bahwa antara trotoar merupakan tempat berjalan kaki yang berada bersebalahan dengan jalan raya, keadaan trotoar dan jalan raya harus memiliki batas yang memisahkan keduanya. Pemisah yang dibuat tersebut digunakan untuk keamanan pejalan kaki agar pemakai jalan raya tidak memasuki wilayah trotoar dan dapat membahayakan pejalan kaki. Menurut Iswanto (2006), Trotoar merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Trotoar juga dapat memicu interaksi sosial antar masyarakat apabila berfungsi sebagai suatu ruang publik.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa trotoar merupakan tepian jalan yang disediakan dan digunakan untuk pejalan kaki, jalan ini berada di pinggir jalan dan memiliki ketinggian tertentu serta terpisah dari jalur lalu lintas. Dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang berada di trotoar kemudian menghalangi pejalan kaki tidak diperbolehkan karena tidak sesuai dengan fungsi dan tempatnya.

Setiap jalan raya sudah seharusnya disertai dengan fasilitas trotoar. Selain memberi rasa aman dan nyaman kepada pejalan kaki juga mampu merubah wajah jalan menjadi lebih enak dipandang. Karena keberadaan trotoar merupakan salah satu elemen penting pada sebuah jalan. Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan


(22)

untuk pejalan kaki yang terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.

II.4.2 Desain dan Fungsi Zebra Cross

Salah satu jenis fasilitas pejalan kaki adalah penyeberangan zebra atau zebra cross. Zebra cross adalah fasilitas umum untuk penyeberangan bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi dengan memberi ketegasan/batas dalam melakukan lintasan. Zebra cross ditempatkan dijalan dengan jumlah aliran penyeberangan jalan atau arus kendaraan yang relatif rendah sehingga penyeberang masih mudah memperoleh kesempatan yang aman untuk menyeberang. (John J. Fruin dalam Mashuri dan Ikbal, 2013)

Bila tidak ada Zebra Cross tentunya membuat sulit dalam menyeberang, membutuhkan kesabaran dan keberanian untuk menembus lajur kendaraan yang tengah melaju di jalan raya. Ada resiko pastinya yang menanti jika kamu salah dalam bertindak, yaitu tertabrak dengan kendaraan yang sedang melintas.

Menurut B. Untung Sudianto dalam Sudarmadji (2014) keseimbangan penyediaan-permintaan fasilitas pejalan kaki dapat diwujudkan dengan membangun fasilitas baru atau memperbaiki fasilitas yang ada, dan memberi pinalti kepada pengguna jalan yang belum/tidak memprioritaskan sirkulasi pejalan kaki di fasilitasnya.

II.5 Peraturan Lalu Lintas

Situasi sosial masyarakat sangat erat hubunganya dengan etika berkendara, pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas dapat dengan mudah dijumpai. Dalam keseharian mudah untuk menemukan pengendara berhenti melewati marka jalan saat lampu merah mengatur lalu lintas menyala, menerobos lampu merah, memakai jalur pejalan kaki atau trotoar, bahkan ada sebagian pengendara yang nekat menaiki penyebrangan layang. Secara otomatis kesadaran terhadap etika berkendara masih sangat kurang. Berikut contoh pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung dan DKI Jakarta.


(23)

Gambar II.1 Pengendara Melewati Zebra Cross. Sumber: Dokumentasi Pribadi (02/05/2016)

Gambar II.2 Pengendara Menaiki Trotoar. Sumber: Dokumentasi Pribadi (04/05/2016)


(24)

Gambar II.3 Menerobos Lampu Merah. Sumber:

http://s.kaskus.id/images/2015/11/11/6687674_201511111117050779.png (Diakses pada 24/03/2016)

Gambar II.4 Menaiki Jembatan Penyebrangan Jalan.

Sumber: http://s.kaskus.id/images/2015/01/16/6432317_20150116065923.jpg (Diakses pada 24/03/2016)

Etika dalam berkendara yang kurang diperparah oleh kondisi fisik dan psikis pengendara. Berdasarkan data kepolisian pengemudi hanya dapat tetap fokus berkendara selama delapan jam per hari, dengan catatan harus istirahat setiap empat jam. (Raharjo 2014:40)

Kondisi lalu lintas semakit kacau, cara agar para pengendara patuh terhadap aturan maka dibuat sangsi denda maupun kurungan terhadap pelanggaran lalu lintas yang


(25)

dilakukan. Pemerintah bersama DPRD mengesahkan Undang-undang No 22 Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

II.5.1Undang-Undang LLAJ Tentang Hak Pejalan Kaki

Sudah terlalu banyak peraturan yang mengatur tentang lalu lintas dan fasilitas jalan yang seharusnya dipatuhi oleh pengguna jalan, baik itu pengendara maupun pejalan kaki. Terkait dengan hak pejalan kaki telah diatur dalam undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 25 dan 28 yang berbunyi:

Undang-undang LLAJ dalam Pasal 25 ayat (1) huruf h bahwa setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan, yang salah satunya berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan.

Pasal 28 ayat (2) UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan.

Dari dua pasal di atas dikatakan pelengkap jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan, dalam hal ini trotoar berada di luar badan jalan sebagai pelengkap jalan yang tidak boleh ada gangguan sebagaimana di maksud pasal 28 ayat (2) tersebut.

II.5.2Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas

Raharjo Rinto (2014) menyatakan bahwa: Faktor yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas sangat penting untuk di telaah agar tercipta satu kondisi yang nyaman dan selalu merasa aman dalam berkendara. Ada dua faktor utama yang membuat para pengendara melakukan pelanggaran lalu lintas, yaitu:

1. Faktor Intern (Dalam)

Faktor ini adalah faktor intern adalah faktor penyebab yang ada dalam pengendara itu sendiri saat mengendarai kendaraanya. Ketika peraturan lalu lintas dibuat demi keselamatan para pengguna jalan, sebagian besar pengendara masih sengaja melanggar aturan yang telah dibuat sedemikian


(26)

semisal saat pengendara sepeda motor sedang terjebak macet lalu muncul celah untuk bisa menggunakan trotoar maka pengendara itu akan melakukannya karena ada dorongan dari psikologisnya.

2. Faktor Ekstern (Luar)

Faktor ini pun sangat besar pengaruhnya bagi para pengendara. Faktor ekstern adalah faktor dari luar yang timbul karena ada suatu dorongan melakukan pelanggaran. Satu contoh ketika pengendara lain berhenti di atas jalur penyabrangan pejalan kak kemudian orang lain mengikutinya karena tidak ada yang melakukan tindakan.

Hal diatas dikuatkan oleh hasil wawancara dengan pengendara sepeda motor yang menaiki trotoar dan petugas kepolisian yaitu pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas menaiki trotoar adalah dengan kesengajaan. Sikap sengaja berarti melakukan sesuatu dengan sadar dan tidak ada paksaan dari orang lain. Bila pengendara sepeda motor melakukan pelanggaran lalu lintas karena kesengajaan, maka akan merugikan orang lain.

II.5.3 Akibat Melanggar Lalu Lintas

Semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor semakin banyak juga pelanggaran yang dilakukan menyebabkan angka kecelakan semakin meningkat. Kepolisian Daerah Jawa Barat (POLDA JABAR) mencatat sebanyak 3.049 kasus kecelakan terjadi di tahun 2015 ini, menurut Dirlantas Kombes Pol Sugihardi Kendaraan roda dua masih mendominasi angka kecelakaan di Jawa barat.

penyebab kecelakaan pada pengendara sepeda motor terbagi menjadi 4 faktor. (Riyanto 2014:79)

1. Faktor manusia

Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan karena kelalaian atau melanggar aturan lalu lintas. Berikut table angka kecelakaan dalam faktor manusia.


(27)

Tabel II.1 Faktor kecelakaan oleh manusia. Sumber: https://www.edorusyanto.wordpress.com

Jenis Persentase (%) Fluktuasi (%)

Lengah 37.10 22.37

Tak Tertib 36.40 19.56 Tak Terampil 15.81 -16.56

Ngebut 3.61 138.93

Lelah 2.16 33.88

Ngantuk 1.94 25.00

Menggunakan HP 1.67 1288.88

Mabuk 1.31 790.90

2. Faktor kendaraan

Faktor kendaraan diakibatkan oleh pengendara yang cenderung kurang memperhatikan perawatan terhadap kendaraan sendiri sehingga kendaraan mendadak rusak saat sedang dikendarai.

3. Faktor jalan

Faktor jalan merupakan faktor yang sering terjadi karena tekstur jalan yang berlubang.

4. Faktor cuaca

Faktor cuaca adalah faktor alam yang tidak bisa dihindari selain dari kewaspadaan masing-masing pengendara, missal hujan membuat jalan menjadi licin.

II.5.4 Opini Pengendara

Para pelanggar lalu lintas di Jawa Barat khusus nya di Bandung sebagian besar sudah tidak takut melanggar peraturan apabila banyak pelanggar lainya


(28)

berbondong-bondong menjadi pelanggar lalu lintas. Dari hasil wawancara pengendara motor mereka melanggar karena terburu-buru dan mengikuti orang lain, selain itu dengan tidak adanya petugas yang memantau mereka pun menjadi leluasa melakukan pelanggaran lalu lintas. “Karena saya terburu-buru polisi juga tidak ada, cuaca juga semakin panas takut item” demikian kata salah seorang pelanggar lalu lintas yang menerobos lampu merah di salah satu perempatan di Bandung.

Sebenarnya banyak yang menyatakan bahwa peraturan lalu lintas harus dipatuhi agar selamat dalam perjalanan. Salah satu pengendara yang baik mengatakan “Alhamdulilah saya jarang melalukan pelanggaran, karena saya ingin melihat lalu lintas Indonesia yang teratur tidak seperti sekarang yang kacau”. Seharusnya pengendara yang taat aturan harus diapresiasi dan di ikuti pengendara lain bukan mengikuti pengendara yang tidak taat aturan.

II.5.5 Opini Masyarakat

Masyarakat tentu tidak ingin melihat para pengendara yang tidak menaati peraturan lalu lintas karena akan merugikan mereka ketika ada pengendara yang menaiki trotoar dan mengganggu pejalan kaki. Salah satu mahasiswi Universitas Negeri yang ada di Bandung beropini “Saya sering terganggu sama pengendara yang naik ke trotoar, buat apa ada jalan raya kalau masih naik trotoar? Kalau tidak mau macet lebih baik jalan kaki saja!”. Masyarakat pun mengeluhkan ketika para pelanggar ini merasa benar dengan kesalahanya, bukanya mengakui kesalahan justru cenderung melawan saat diberi tahu tentang kesalahanya. Tentu ini menjadi tugas penegak hukum agar pengendara yang tidak taat peraturan menjadi jera dan tidak membuat pelanggaran lagi. Masyarakat pun harus membantu menertibkan para pelanggar lalu lintas jika disana tidak ada petugas agar tercipta kondisi aman dan nyamaan berlalu lintas.


(29)

II.6 Analisis

Metode penelitian pengendara motor dilakukan dengan cara observasi, kuesioner, dan wawancara dengan sumber data terkait pengendara motor seperti satusn lalu lintas POLRI dan pengendar motor.

Analisa data diperlukan dalam sebuah penelitian, baik itu penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Meskipun ada perbedaan teknik analisisnya hal ini jangan dijadikan kendala dalam meyelesaikan sebuah penelitian. Pengumpulan data seringkali harus dihentikan sesaat karena diperlukan untuk melakukan umpan balik mengadakan perbaikan. Untuk memberikan masukan bagi perbaikan adata yang telah dikumpulkan perlu di analisis dan diinterpretasikan.

Dari kasus yang telah ditemukan di atas tentang etika pengendara sepeda motor yang menaiki trotoar dan merebut hak pejalan kaki maka terdapat pelanggaran dari undang-undang LLAJ dalam Pasal 25 ayat (1) huruf h bahwa setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan, yang salah satunya berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan. Ini artinya, sebagai salah satu fasilitas pendukung jalan, trotoar juga merupakan perlengkapan jalan. Masih berkaitan dengan trotoar sebagai perlengkapan jalan, berdasarkan Pasal 28 ayat (2) UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan. Sudah tertera dalam undang-undang bahwa trotoar bukan diperuntukan selain dari pejalan kaki.

Menurut Danisworo (1991), trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan. Pengertian ini sesuai dengan Ogden (1996) yang menyatakan, footpath atau side walk berarti jalur pejalan kaki yang mengambil bagian dari jalan kendaraan atau jalur yang terpisah khusus untuk pejalan kaki saja, tetapi ada jalur pejalan kaki yang digunakan bersama-sama dengan jalur sepeda. Shirvani (1985) menyatakan trotoar merupakan elemen perancangan Kota yang penting, yaitu membentuk hubungan antar aktivitas pada suatu lokasi. Trotoar merupakan subsistem linkage dari jalur jalan suatu Kota. Trotoar akan semakin penting bila


(30)

pejalan kaki adalah sebagai pengguna utama jalur tersebut bukan kendaraan bermotor atau yang lainnya. (sukawi.wordpress.com, 2006 selengkapnya di daftar pustaka)

II.7 Hasil Penelitian

Dalam memperoleh data yang valid maka harus ada beberapa sumber untuk diwawancara ataupun dimintai data untuk penelitian karena pendapat yang diambil dari sudut pandang satu sumber akan berdeda dengan sudut pandang sumber lainya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah obervasi lapangan, mencari fakta masalah, dan wawancara kepada pihak POLRI.

II.7.1 Observasi

Observasi yang dalam proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti menjadi salah satu dari teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

Dari observasi yang sudah dilakukan di berbagai jalan di Kota Bandung seperti Jalan Sukarno-Hatta, jembatan Dayeuhkolot, Jalan Pajajaran, dan Jalan Buahbatu ternyata benar masih adanya perilaku buruk pengendara motor. Dari pelanggaran yang dilakukan pengendara sepeda motor ada yang melakukan pelanggaran secara masal dan ada juga yang melakukanya karena kemacetan di jam-jam tertentu (jam sibuk kantor). Berikut adalah gambar dari pengendara yang tidak menaati peraturan lalu lintas:


(31)

Gambar II.5 Pengendara Motor Mengambil Hak Pejalan Kaki. Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/05/2016)

Gambar II.6 Pengendara Motor Menaiki Trotoar Jembatan. Sumber: Dokumentasi Pribadi (18/05/2016)


(32)

II.7.2 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antara seseorang yang bertanya dengan narasumber agar memperoleh pendapat mengenai sesuatu hal yang diperlukannya untuk tujuan tertentu, dari seseorang atau pihak lain dengan cara tanya jawab. Berikut hasil wawancara mengenai perilaku buruk pengendara motor dengan narasumber yang berbeda:

Hasil wawancara dengan Staf Lantas POLRES Bandung yaitu BRIPKA Teteng Suhendra. Wawancara dilakukan pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 14.00 WIB.

1. Apakah sering terjadi kemacetan di daerah ini pak?

Ya kemacetan biasanya terjadi ketika pagi pukul 06.00-09.00 dan sore hari pukul 16.00-19.00 saat bubar kerja.

2. Menurut bapak bagaimana kesadaran pengendara motor terhadap aturan berlalu-lintas?

Kesadaran para pengendara motor dalam hal peraturan berlalu lintas masih sangat kurang, kita bisa melihat saat pagi para pengendara pelajar yang sudah membawa motor dan tidak memiliki SIM serta tidak memakai helm. Kita bisa menindak tetapi prioritas kami saat pagi adalah mengurai kemacetan, terpaksa hanya saya peringatkan tanpa tilang.

3. Jenis pelanggaran apa saja yang sering dilakukan pengendara motor?

banyak, misalnya berputar di tempat yang ada rampu tidak boleh putar arah, tidak memakai helm, bahkan ketika macet banyak yang menaiki trotoar. 4. Menurut bapak mengapa pengendara sepeda motor banyak yang menaiki

trotoar?

Ya itu tadi kurang nya kesadaran masyarakat dalam aturan berlalu lintas, jika terburu-buru dlam keadaan macet mereka akan menaiki trotoar agar cepat sampai.

5. Bagaimana cara menyikapi para pengendara sepeda motor ini?

Kami satuan lantas Polres Bandung akan melakukan upaya preventif, yaitu upaya dari pihak polantas untuk mencegah pelanggaran lalu lintas, dan upaya represif untuk menindak para pelanggar lalu lintas.


(33)

Akibatnya adalah kesemrawutan jalan yang mengakibatkan kemacetan jalan, lalu lintas tidak rapi, mengambil hak pejalan kaki serta hak pengendara lain. Akibat fatalnya adalah kecelakaan lalu lintas.

Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam aturan berlalu lintas.

Hasil wawancara dengan humas club motor YM3CI (Yamaha Mio M3 Club Indonesia) Bandung yaitu Firman Rahmat Firdaus. Wawancara dilakukan pada tanggal 04 Desember 2015 pukul 20.00 WIB.

1. Apakah anda sering berkendara dengan sepeda motor?

Setiap hari saya menggunakan motor untuk bekerja, mengantar adik, atau berkumpul dengan teman komunitas

2. Apakah anda sering melihat pengendara motor yang melanggar?

Sangat sering, seperti tidak memakai helm dan menerobos lampu merah. Bahkan ada juga yang menaiki trotoar.

3. Menurut anda, mengapa pengendara sering melanggar aturan lalu-lintas? Menurut saya banyak faktornya, seperti terburu-buru, kurang sosialisasi tentang aturan lalu lintas.

4. Apakah anda sering melakukan pelanggaran?

Tergantung situasi saya berkendara, jika jarak dekat saya lalai memakai helm.

5. Pelanggaran apa yang sering anda lakukan?

Saya sering membonceng orang tetapi tidak dipakaikan helm. 6. Apakah anda pernah menaiki trotoar?

Pernah.

7. Bagaimana perasaan anda saat menaiki trotoar?

Sebenarnya kalua ada pejalan kaki saya tidak akan naik trotoar, tapi jika trotoar kosang saya naik trotoar.

8. Apakah anda pernah merasakan saat berjalan di trotoar ada motor yang naik trotoar?

Tidak pernah, saya kan pengguna motor 9. Apakah anda pernah di tilang?


(34)

10. Bagaimana proses tilang yang anda jalankan?

Saya datang dalam sidang untuk menghindari oknum polisi yang tidak bertanggung jawab.

Dari hasil wawancara di atas, responden berpendapat bahwa responden tidak pernah merasakan haknya di ambil oleh pengendara sepeda motor karena responden tidak pernah mengambil hak pejalan kaki karena saat responden menaiki trotoar, di sana tidak ada pejalan kaki.

II.7.3 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh adalah dari pihak kepolisian di bagian lalu lintas wilayah hukum POLRES (Polisi Resort) Bandung. Narasumber yang dapat dimintai data dan pendapat adalah staf lantas POLRES Bandung yaitu BRIPKA Teteng Suhendar (40 Tahun) dan Firman Rahmat Firdaus (21 Tahun). Daerah atau lalu lintas yang meneliti perilaku buruk pengendara motor adalah daerah Bojong Soang Kabupaten Bandung. Berikut foto yang diambil untuk dokumentasi penelitian:

Gambar II.7 Foto BRIPKA Teteng Suhendar. Sumber: Dokumentasi Pribadi (15/12/2015)


(35)

Gambar II.8. Pos Polisi Bojong Soang. Sumber: Dokumentasi Pribadi (15/12/2015)

Gambar II.9. Pengendara Berteduh Di Sisi Jalan. Sumber: Dokumentasi Pribadi (03/05/2016)


(36)

Gambar II.10. Pengendara Berhenti di zebra Cross. Sumber: Dokumentasi Pribadi (02/05/2016)

Gambar II.11. Pengendara Naik Trotoar Karena Jam Sibuk Kantor. Sumber: Dokumentasi Pribadi (02/05/2016)


(37)

II.8 Resume

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada pengendara sepeda motor dapat disimpulkan bahwa pelanggar pengendara sepeda motor menginterpretasikan berdasarkan pemikiranya sendiri bukan berdasarkan peraturan undang-undang tentang lalu lintas, karena tidak ada peraturan yang menyatakan bahwa trotoar dapat di gunakan pengendara sepeda motor jika tidak ada pejalan kaki.

II.9 Solusi yang Mengarah Pada Solusi Perancangan

Berdasarkan resume di atas maka perlu dilakukanya kampanye sosial terhadap pengendara sepeda motor yang masih merebut hak dari pejalan kaki yaitu trotoar dan zebra cross. Masih banyaknya pengendara sepeda motor yang berkendara di atas trotoar dan kurangnya sosialisasi kepada pengendara sepeda motor mengenai pentingnya menghargai pejalan kaki. Kampanye sosial ini mengedepankan hak pejalan kaki yang mempunyai hak menggunakan trotoar dan zebra cross, hal ini dikuatkan juga oleh Danisworo (1991), trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan. Pengertian ini sesuai dengan Ogden (1996) yang menyatakan, footpath atau side walk berarti jalur pejalan kaki yang mengambil bagian dari jalan kendaraan atau jalur yang terpisah khusus untuk pejalan kaki saja, tetapi ada jalur pejalan kaki yang digunakan bersama-sama dengan jalur sepeda. Shirvani (1985) menyatakan trotoar merupakan elemen perancangan Kota yang penting, yaitu membentuk hubungan antar aktivitas pada suatu lokasi. Trotoar merupakan subsistem linkage dari jalur jalan suatu Kota. Trotoar akan semakin penting bila pejalan kaki adalah sebagai pengguna utama jalur tersebut bukan kendaraan bermotor atau yang lainnya. Kedua pernyataan tersebut menjadi landasan untuk dibuat kampanye sosial bagi pengendara sepeda motor yang masih merebut hak pejalan kaki.


(38)

BAB III . STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III. 1 Strategi Perancangan

Dalam perancangan media kampanye sosial ini diperlukan adanya strategi perancangan sebagai panduan agar media-media yang dihasilkan dapat mencapai tujuan, target dan segmentasi dari program ini. Strategi komunikasi pada tema ini dilakukan dengan cara kampanye. Kampanye merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi yang pada akhirnya mampu merubah prilaku khalayak secara konkret dan terukur. Solusi berupa manipulasi foto tentang etika pengendara sepeda motor terhadap hak pejalan kaki karena sejauh ini kampanye sosial yang dilakukan masih kurang efektif dalam mengurangi pelanggaran terhadap hak pejalan kaki ini. Dengan adanya kampanye sosial menggunakan media foto atau gambar diharapkan para pengendara sepeda motor mengerti dan pelanggaranpun berkurang.

III.1.1. Khalayak Sasaran

Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak (Cangara, 2010, h.157).

Pengendara sepeda motor yang memiliki kesibukan di pagi maupun sore hari sangat tepat menjadi khalayak sasaran karena pada pagi dan sore hari volume kendaraan di jalan raya bertambah, pengendara tersebut adalah pegawai kantor dan anak sekolah.

III.1.2. Tujuan Komunikasi

 Agar pengendara sepeda motor menghargai hak pejalan kaki dalam fasilitas yang diberikan untuk pejalan kaki..

 Agar pengendara sepeda motor tidak menjadi egois karna menggunakan fasilitas pejalan kaki.


(39)

III.1.3. Pendekatan Komunikasi

Permasalahan yang terjadi dari pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar adalah karena adanya sifat egois atau mementingkan diri sendiri yang mengakibatkan kerugian bagi pejalan kaki. Maka dari itu perlu dirancang pendekatan kampanye agar pengendara sepeda motor tidak menggunakan trotoar maupun zebra cross demi kenyamanan, keselamatan, dan ketertiban bersama. Berikut pendekatan verbal dan visual:

A. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dilakukan dengan cara menggunakan strategi bahasa yang tepat, yaitu dengan Bahasa Indonesia yang menggunakan majas sindiran untuk pengendara sepeda motor agar mereka merasa malu jika menggunakan fasilitas bagi pejalan kaki, ataupun dengan bahasa yang membuat pengendara sepeda motor menjadi takut apabila akan mengambil hak pejalan kaki. Dengan kata sindiran sebagai kata mengambil hak pejalan kaki menjadi ibarat para kriminal lain yang mengambil hak orang lain, hal ini akan berdamak pada psikologi target audien yang akan merasa malu jika mengambil hak pejalan kaki.

B. Pendekatan Visual

Visual untuk kampanye etika pengendara terhadap hak pejalan kaki akan didominasi dengan gambar trotoar, zebra cross, dan jalan raya karena kampanye ini bertujuan bagi pengendara sepeda motor yang melintas di jalan. Suasana visual yang disampaikan dalam kampanye ini adalah suasana yang ringan dengan disisipi humor bagi pelanggar lalu lintas.


(40)

Gambar III.1. Contoh Visual. Sumber:

https://1.bp.blogspot.com/-_Vmy57BFJno/VyDjFllbrlI/AAAAAAAAAb0/W8KUKlc3brgpmEZZkTEqxvjo5 VQhxn2dgCLcB/s1600/000224-3D_ZebraCross-5.jpg

(diakses pada 13/05/2016)

Memasukan visual pengendara sepeda motor yang seakan-akan menggilas pejalan kaki, diwakili oleh garis TKP (tempat kejadian perkara) sehingga seperti hal nya kejadian tindak kriminal. Sisipan humor dalam visual kampanye ini terlihat dengan adanya garis TKP berbentuk polisi yang siap menghadang pengendara sepeda motor dihadapannya.

III.1.4. Materi Pesan

Dalam perancangan kampanye ini terdapat dua unsur pesan yang akan disampaikan, yaitu:

 Merubah pola pikir pengendara sepeda motor agar dapat mengurangi sifat egois masing-masing individu untuk tidak mengambil hak pejalan kaki.  Merubah perilaku pengendara sepeda motor agar tidak lagi mengambil hak

pejalan kaki seperti trotoar dan zebra cross.

 Menanamkan etika berkendara yang baik kedalam hati pengendara sepeda motor agar mereka berubah dari hati mereka masing-masing.


(41)

III.1.5. Gaya Bahasa

Menggunakan Bahasa Indonesia yang cenderung tidak baku karena agar pengendara sepeda motor mudah memahami makna yang terdapat dalam kampanye sosial ini. Menggunakan majas sindiran yang menyatakan sindiran secara langsung kepada target audien serta penggabungan dari berbagai majas dalam memvisualisasikan kampanye ini.

 Gaya Bahasa dari majas sindiran dengan tujuan membuat pengendara sepeda motor menjadi malu yaitu sehingga pengendara sepeda motor merasa dirinya kriminal jika menggunakan fasilitas pejalan kaki.

III.1.6. Target Audien

Target audien sudah menjadi poin penting untuk sebuah kampanye sosial karena bertujuan untuk mempengaruhi target audience agar berubah dalam perilaku yang buruk menjadi perilaku yang baik. Dalam menentukan target audience harus detentukan secara demografis, geografis, psikografis.

 Demografis

Usia : 17-30 tahun. Status ekonomi : -

Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Mahasiswa dan Mahasiswi (Universitas) Pekerjaan : Pelajar – mahasiswa – Karyawan

Warga negara : Indonesia  Geografis

Secara geografis target audien yang bertempat tinggal kota Bandung Jawa Barat, karena pelanggar yang menggambil hak pejalan kaki di Kota Bandung masih sangat banyak.

 Psikografis

Secara psikografis semua orang mempunyai kesibukan seperti pegawai atau siswa sekolah yang mengendarai sepeda motor karena dalam kesibukan terdapat berbagai masalah dijalan.


(42)

Setelah mengetahui target audien yang dituju, maka dapat menentukan strategi kampanye seperti apa untuk target audien. Setelah melakukan observasi lapangan di Kota Bandung mengenai etika pengendara yang merebut hak pejalan kaki dan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pengendara dan petugas polisi akan memudahkan proses pembuatan kampanye sosial ini. Sebagian pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar atau berhenti di zebra cross melakukanya dengan keinginan hati sendiri karena ada beberapa hal yang membuat pengendara sepeda motor menjadi terburu-buru. Pemahaman tentang hak daripada pejalan kaki sangat penting dipahami oleh para pengendara sepeda motor yang masih menggunakan trotoar dan zebra cross.

III.1.6.1. Constumer Insight

Menurut kamus pengertian dasar “insight” adalah “a clear, deep, and sometimes sudden understanding of a complicated problem or situation, or the ability to have such an understanding”. Ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang diperhatikan customer, yang diperlukan customer, yang tidak disukai customer, yang dihindari customer, dan lain sebagainya. Dalam kampanye sosial ini terdapat beberapa hal penting yaitu:

 Pengendara sepeda motor yang tidak ingin mengantri dalam kemacetan sehingga menggunakan trotoar sebagai jalurnya.

 Pengendara sepeda motor ingin berhenti digaris paling depan sehingga berhenti diatas zebra cross agar ketika lampu hijau maju pertama.

III.1.6.2 Constumer Journey

Consumer Journey merupakan data yang didapat dari keseharian target audien. Hal ini penting dilakukan agar kampanye tentang etika pengendara sepeda motor yang merebut hak pejalan kaki ini dapat tersampaikan berdasarkan keseharian dari target audien.


(43)

Tabel III.1. Tabel Aktifitas target audien. (Sumber: Dokumen Pribadi)

Waktu Aktifitas Point of Contact

04.30 – 05.30 Bangun, sholat, mandi, berpakaian.

Kamar tidur, kamar mandi, rumah

05.30 – 06.00 Sarapan, mempersiapkan perlengkapan kerja/sekolah. Memanaskan sepeda motor.

Televisi, buku, koran, keadaan rumah, helm, jaket, pintu, luar rumah, jalan.

06.00 – 06.30 Berangkat kerja/sekolah Sepeda motor, helm, jalan raya, persimpangan jalan, macet, gedung-gedung, orang-orang, dll.

07.00 – 11.00 Sampai kantor/sekolah, kerja/belajar, istirahat.

Lingkungan kantor/sekolah, tempat parkir, ruangan kerja/kelas, buku, tema-teman.

11. 00 – 12.30 Istirahat, cek HP, sholat, makan.

Sosial media, kantin, makanan, minuman, mading, masjid.

12.30 – 15.00 Masuk, kerja/belajar Ruangan, alat tulis, buku, teman-teman.

15.00 – 16.00 Pulang kerja/sekolah, sholat ashar, cek HP, nongkrong.

Sosial media, tempat makan, jalan raya, persimpangan, macet, minuman, mesjid, kantin, tempat parkir, gerbang, jalan raya, minimarket.

16.30 – 18.00 Sampai dirumah, ganti baju, sholat magrib.

Garasi, sepatu, helm, ruang keluarga, dapur, kamar mandi, kamar tidur, lemari, peralatan solat

18.00 – 21.00 Istirahat, makan, cek HP, menonton tv, tidur.

Media sosial, televisi, ruang keluarga, tempat tidur.


(44)

III.1.7 Strategi Kreatif

Penelitian ini menggunakan strategi pendekatan AISAS (Attention, Interest, Action, Share) sebagai pola baru interaksi yang menghubungkan target audiens dengan suatu ide atau gagasan. Sugiyama dkk. (2000) berpendapat bahwa AISAS adalah model yang dirancang untuk melakukan pendekatan secara efektif kepada target audiens dengan melihat perubahan perilaku yang terjadi khususnya ter-kait dengan latar belakang kemajuan teknologi internet.

Pada penelitian ini, teori AISAS dapat dijabarkan sebagai berikut:  Attention (Perhatian)

Attention bertujuan untuk menarik perhatian target audien untuk melihat lebih dalam pesan dari kampanye ini dengan visual dan headline yang terdapat dalam media. Menggunakan billboard sebagai media penyampaian yang diletakan di persimpangan jalan agar ketika pengendara sepeda motor berhenti di lampu merah akan mudah melihat pesan yang disampaikan dalam kampanye ini.

Interest (ketertarikan)

Setelah perhatian terlah didapatkan oleh target audien, maka dilanjutkan dengan media posteragar pengendara sepeda motor lebih tertarik dan ingin mencari apa yang ingin sidampaikan kampanye ini lebih dalam.

Search (pencarian)

Ketertarikan yang cukup akan menggiring audien pada tahap pencarian informasi melalui media komunikasi yang tersedia, dalam kampanye ini menggunakan media sosial facebook karena target audien dengan umur 17 sampai 30 masih menggunakan media sosial ini.

Action (Aksi)

Pada tahapan ini, audiens mencoba untuk tidak memakai trotoar karena merasa malu akan sindiran dari visual yang terdapat pada media brosur atau flyer. Dalam tahap ini, media kampanye brosur atau flyer sudah harus disebar karena untuk melihat hasil atau dampak yang terjadi dari kampanye tersebut.


(45)

Adapun tahapan terakhir adalah penekanan pada tingkat pengalaman audien terhadap dari kampanye ini sebagai testimoni yang dibagi oleh audien kepada lingkarannya dengan media sticker yang ditempelkan di mepeda motor ataupun ditempat yang sering dilihat oleh pengendara sepeda motor lain.

Copywriting Headline

Headline kampanye ini menggunakan majas sindiran yaitu “JALAN kita BERBEDA” maksud dari headline ini merupakan sebuah bentuk kalimat sindiran bagi pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar karena trotoar adalah fasilitas yang diberikan bagi pejalan kaki. Tagline

Tagline dari kampanye ini adalah “JANGAN AMBIL JALAN KAMI” kami disini adalah pejalan kaki yang merasa HAK nya diambil oleh pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar.

III.1.8. Strategi Media

Komunikasi melalui media merupakan salah satu strategi dalam penyampaian informasi, media sangat mempengaruhi dalam menyampaikan informasi, media sebagai alat pendukung perantara dan sarana serta saluran alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target audien dengan perencanaan yang tersusun dan berharap tanggapan dari penerima sasaran.

Billboard

Billboard adalah salah satu dari bentuk promosi iklan luar ruang (outdoor advertising) selain baliho, megatron, vegatron, dll. Ukurannya cukup besar dan sering di jumpai di tempat yang sering dilewati banyak orang. (Opick, 2015. Selengkapnya di daftar pustaka)

Menggunakan media billboard yang ditempatkan di pesimpangan jalan agar para pengendara sepeda motor dapat fokus melihat pesan yang disampaikan. Pertimbangan memakai media ini karena saat lampu merah menyala pengendara sepeda motor cenderung bosan menunggu.


(46)

Poster

Poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010: 51). Poster berisi pesan yang lebih merinci setelah media billboard, umumnya ditempel di dinding karena untuk membaca dan memahami nya lebih membutuhkan waktu.

Media sosial (facebook)

Media sosial (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking). (Romel, 2014. Selengkapnya di daftar pustaka).

Media sosial sangat berguna dalam kampanye ini karena target audien yang berumur 17 sampi 30 masih sangat sering menggunakan media sosial khusus nya facebook, ketika target audien ingin mencari tau lebih di dalam media sosial maka dengan facebook dan hastag #savetrotoar #savepedestrian akan muncul halaman kampanye tentang etika pengendara sepeda motor terhadap hak pejalan kaki ini.

Brosur

Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul. Media brosur atau flyer mempunyai ukuran yang lebih kecil dan konten yang lebih banyak dari media yang lain, oleh karenya itu media ini sangat cocok dibagikan kepada pengendara sepeda motor. Selain itu media ini mudah dibawa untk dibaca lain waktu ketika sedang tidak berada di jalan.


(47)

Sticker

Media sticker lebih memudahkan tersebarnya pesan dalam kampanye ini karena sticker dapat tertempel di sepeda motor atau tempat yang mudah terlihat oleh pengendara sepeda motor. Media ini pun dapat menentukan seberapa jauh kampanye ini tersampaikan dilihat dari pengendara yang menempelkan sticker di sepeda motor nya.

III.1.9. Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Strategi penyebaran media berguna untuk mengetahui jadwal kampanye yang disampaikan kepada target audien. Berikut jadwal penyebaran media.

Tabel III.2. Jadwal Penyebaran Media. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Media Tempat

JULI 2016 AGUSTUS 2016

Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4

Billboard

Ditempatkan di persimpangan

jalan agar menjadi fokus ketika pengendara sepeda motor sedang berhenti di lampu merah

Poster Ditempatkan di dinding yang berada disamping jalan

Brosur (Flyer)

Dibagikan kepada pengendara sepeda motor yang sedang berhenti dipersimpangan jalan

Sticker

Diberikan kepada pengendara

sepeda motor maupun pejalan kaki agar tersebar dengan cepat

III.2 Konsep Visual

Konsep visual merupakan konsep yang dimulai dari pendekatan verbal dan diwujudkan dalam bentuk visual. Dalam konsep visual untuk kampanye etika pengendara sepeda motor terhadap hak pejalan kaki ini disesuaikan dengan target audien yaitu sesuai umur 17 sampai 30 tahun agar proses penyampaian pesan lebih


(48)

cepat di pahami. Pentingnya keselarasan layout desain, huruf, nuansa yang dimaksudkan untuk memperkuat pesan yang akan disampaikan melalu media ini.

III.2.1 Format Desain

Format yang digunakan adalah lanskap agar dapat dilihat dengan maksimal dan besar, karena mata manusia adalah memanjang horizontal makan format lanskap sangat pas untuk dilihat disbanding format potrait. Diempatkan khusus untuk media billboard dengan tujuan untuk pengendara sepeda motor yang sedang berhenti di persimpangan lampu merah.

Gambar III.2. Format Desain Media Billboard. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


(49)

Gambar III.3. Format Desain Media Poster. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) III.2.2 Tata Letak (Layout)

Menurut Terry (1966) layout dipandang sebagai proses penentuan kebutuhan akan ruang dan tentang penggunaan tuangan secara terperinci guna meniapkan susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik. Agar desain untuk kampanye ini lebih menarik maka tata letak sangat penting, berikut format tata letak dalam format desain kampanye ini:


(50)

Gambar III.4. Tata Letak Headline. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar III.5. Tata Letak Tagline. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar III.6. Tata Letak Logo Kampanye. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


(51)

Gambar III.7. Tata Letak Logo Instansi Terkait. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

III.2.3 Studi Jenis Huruf

Danton (2001) mengatakan “Sebuah rancangan tipografi yang isi pesannya memiliki korelasi dengan periode waktu tertentu sebaiknya memunculkan fenomena-fenomena yang hadir pada zaman tersebut dengan menampilkan karakteristik huruf yang menjadi perwakilan visual dari sebuah masa.” (h. 70). Dari penjelasan tersebut maka korelasi tipografi sangat penting bagi kepentingan visual.

 Texture Road

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 0123456789

!@#$%^&*()-_+=

Huruf Utama pada media dalam kampanye ini mengambil font texture road karena terlihat lebih cocok dipadukan dengan visual nya. Huruf ini digunakan untuk headline dan tagline.


(52)

Huruf untuk text box dalam kampanye ini menggunakan huruf OCR A std karena struktur huruf nya seperti mesin tik yang digunakan untuk BAP (Berita Acara Perkara) di dalam instansi kepoisian mengingat bisual dari kampanye ini adalah merebut hak pejalan kaki.

III.2.4 Studi Illustrasi

Dalam new Encyclopedia (funk & wagnals) illustration is pictorial material appearing with text and amplifying or enchancing it, although illustration may be maps, charts, diagrams, or objects related in some mannerdirectly, inderctly, symbolically. (Ilustrasi adalah materi gambar yang ditampilkan dengan teks dan memperjelas atau memperindah/ membuat lebih menarik. Juga dapat berupa peta diagram hiasan, mereka biasanya ditampilkan dalam bentuk pemandangan, manusia, atau hubungan objek-objek dalam beberapa jenis secara tidak langsung dengan symbol).

 Tokoh/model

Tokoh dalam kampanye ini menggunakan model dan bukan pelanggar yang sesungguhnya.

Gambar III.8. Model. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


(53)

 Latar

Gambar III.9. Latar Billboard.

Sumber: http://bgfons.com/upload/asphalt_texture428.jpg (diakses pada 11/06/2016)

Gambar III.10. Latar Poster.

Sumber: http://radarmalang.co.id/wp-content/uploads/1-Trotoar-Baru-Barok-3.jpg (diakses pada 08/06/2016)


(54)

 Properti

Gambar III.11. Trotoar.

Sumber: https://rinaldimunir.files.wordpress.com/2013/10/231020133608.jpg (diakses pada 08/06/2016)

Gambar III.12. Garis TKP.

Sumber: http://batamtoday.com/media/news/Garis_polisi.png (diakses pada 11/06/2016)


(55)

Gambar III.13. Zebra Cross.

Sumber: http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2010/12/22/article-1340876-0C8F79DE000005DC-616_634x286.jpg

(diakses pada 26/07/2016)

Gambar III.14. Ikon pengendara Sepeda Motor.

Sumber: http://www.clker.com/cliparts/D/T/2/c/n/x/motorcycle-icon-md.png (diakses pada 26/07/2016)

III.2.5 Studi Warna

Pada dasarnya warna adalah suatu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia. Hal ini menyebabkan kerucut-kerucut warna pada retina bereaksi, yang memungkinkan timbulnya gejala warna pada objek-objek yang dilihat sehingga dapat mengubah presepsi manusia. (Junaedi, 2003:14). Warna yang dipilih untuk media dalam kampanye ini adalah CMYK (Cyan, Magenta, Yelow, Black) agar warna dari hasil digital tidak akan berubah.


(56)

 Hitam

C: 75% M: 68% Y: 67% K:90%

Warna hitam sebagai warna aspal di jalan yang juga warna dominan di jalan raya, selain aspal warna hitam juga dapat mewakili warna ban, jejak, garis trotoar, dan lain-lain.

 Abu-abu

C: 66% M: 59% Y: 59% K:42%

C: 57% M: 51% Y: 54% K:21%

Warna abu mewakili tembok dan alas trotoar yang membedakan antara jalan raya dan trotoar, warna abu juga dapat mewakili polusi udara.

 Merah

C: 26% M: 98% Y: 97% K:23%

Warna merah khusus untuk ruang henti khusus bagi sepeda motor atau zona selamat sekolah yang sudah mulai diterapkan di setiap sekolah yang berlokasi di pinggir jalan raya, selain itu untuk rambu peringatan berbahaya.


(57)

 Putih

C: 0% M: 0% Y: 0% K:0%

Warna putih mewakili zebra cross dan garis TKP yang ada dalam kampanye ini.


(58)

BAB IV. MEDIA & TEKNIS PRODUKSI

IV. 1 Media Utama

Media utama dalam perancangan tugas akhir ini adalah Billboard yang tempatkan di persimpangan jalan sehingga pengendara sepeda motor dapat melihat dan fokus terhadap pesan dari kampanye ini. Media utama ini berukuran 5 m x 10 cm namun dicetak menggunakan skala 1:10 menjadi 500 cm x 100 cm. Dicetak menggunakan bahan flexioutdoor.

IV. 2 Teknis Produksi Media

Perancangan media kampanye ini dibuat melalui beberapa proses pencarian referensi, pencarian ide, pembuatan sketsa, dan diproses menggunakan media digital dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS6 untuk tahapan akhir yaitu Billboard sebagai media dari attention dan beberapa media pendukung.

IV. 2.1 Tahap Konsep dan Sketsa  Konsep

Terkait target audien yang berumur 17-30 konsep yang digunakan adalah konsep visual yang cenderung fiktif atau tidak terlalu terpaku pada kenyataan. Selain visual, juga menggunakan text bahasa Indonesia tidak baku.

 Sketsa

Setelah tahap konsep maka dilakukan tahap sketsa untuk mencari illustrasi dan angle yang tepat.


(59)

Gambar IV.1. Sketsa Attention. (Dokumentasi Pribadi)

Gambar IV.2. Sketsa poster. (Dokumentasi Pribadi)


(60)

IV.2.2 Tahap Eksekusi Visual

Pada tahap eksekusi visual gaya digital imaging editing atau manupulasi foto yaitu menggabungkan foto satu dengan foto yang lainya untuk mendapatkan foto yang baru dan lebih menarik. Tahap edit menggunakan software adobe photoshop CS6. Memotret model untuk dijadikan objek dari kampanye, angle pun harus difikirkan secara matang agar dapat menyatu dengan foto lain yang akan digabungkan.

Gambar IV.3. Objek. (Dokumentasi Pribadi)

Setelah memotret, lalu mempersiapkan objek lain dan edit menggunakan software Adobe Photodop CS6. Langkah selanjutnya mengedit cahaya agar terlihat menyatu dengan background dengan menekan tombol ctrl+m.


(61)

Gambar IV.4. Curve. (Dokumentasi Pribadi)

Setelah cahaya pas kemudian beri property seperti garis TKP, bayangan dan efek debu jalanan. Membuat bayangan dan efek debu menggunakan brush, sedangkan untuk mengatur bayangan menggunakan burn tool.

Gambar IV.5. Properti. (Dokumentasi Pribadi)


(62)

Selanjutnya menambahkan elemen visual, logo kampanye dan sponsor menggunakan move tool dari gambar yang lain.

Gambar IV.6. Elemen visual. (Dokumentasi Pribadi)

Tahap terakhir adalah memasukan text dalam poster ini dengan menggunakan Horizontal Type Tool atau dengan tombol ctrl+T untuk membuat text Headline, Tagline, dan Text Box.

Gambar IV.7. Finishing. (Dokumentasi Pribadi)


(63)

Begitu pula untuk media lain tahap edit menggunakan software Adobe Photoshop CS6 cenderung sama.

Gambar IV.8. Tahap Eksekusi (Billboard). (Dokumentasi Pribadi)

Gambar IV.9. Tahap Eksekusi (Poster). (Dokumentasi Pribadi)


(64)

IV.3. Tahap Akhir a. Billboard

 Ukuran Media : 5 m x 10 m (skala 1:2)  Bahan Cetak: flexi billboard

 Teknis Produksi : Mesin cetak digital

Media Billboard ini digunakan untuk memberikan attention kepada target audience berupa agar target audience merasa ingin tahu lebih dalam tentang pesan yang ada di media ini.

Gambar IV.10. Billboard. (Dokumentasi Pribadi)


(65)

Gambar IV.11. Aplikasi Billboard. (Dokumentasi Pribadi)

b. Poster

 Ukuran Media : 29.7 cm x 42.0 (A3)  Bahan Cetak: Art paper 210 gr  Teknis Produksi : Cetak offset

Poster untuk memberikan sebuah informasi lanjutan dari attention tentang keresahan pejalan kaki terhadap pengendara sepeda motor. Poster ini memberi sindiran kepada pengendara sepeda motor.


(66)

Gambar IV.12. Poster. (Dokumentasi Pribadi) c. Media sosial

Berdasarkan target audience yang berumur 17-30 tahun masih menggunakan mesia sosial khusus nya facebook, maka dalam tahap search dibuat akun media sosial facebook untuk mengetahui lebih lanjut tentang kampanye ini.

Gambar IV.13. Akun Media Sosial Facebook. (Dokumentasi Pribadi)


(67)

d. Flyer

 Ukuran Media : 14.8 cm x 21.0 cm (A5)  Bahan Cetak : Art paper 190 gr

 Teknis Produksi : Cetak offset

Flyer berfungsi untuk memberikan informasi lanjut beserta undang-undang di dalamnya tentang hak pejalan kaki atau fasilitas yang diberikan bagi pejalan kaki.

Gambar IV.14. Flyer. (Dokumentasi Pribadi) e. Sticker

 Ukuran : Variatif

 Material : Stiker Chromo/vinyl  Teknis Produksi : Cetak Offset

Fungsi dari sticker untuk membagi dengan cepat pesan yang di sampaikan kampanya ini karena sticker dapat ditempel dimana saja.


(68)

Gambar IV.15. Sticker. (Dokumentasi Pribadi)

f. Pin

 Ukuran : Diameter 5.8 cm

 Material : Kaleng, plastik, peniti Pin  Teknis Produksi : Mesin Pin + Moulding

Fungsi dari pin sama seperti halnya sticker untuk membagi pesan yang di sampaikan dengan cepat karena pin dapat dipakai di pakaian.


(69)

Gambar IV.16. Pin. (Dokumentasi Pribadi) g. X-banner

 Ukuran : 60 cm x 160 cm  Material : korea banner  Teknis Produksi : Cetak Digital

X-banner dapat ditempatkan dalam event kampanye langsung di jalan maupun di tempat tertentu untuk menarik perhatian pengendara sepeda motor yang sedang melintas.


(70)

Gambar IV.17. X-Banner. (Dokumentasi Pribadi) h. Gantungan Kunci

 Ukuran : Diameter 4.8 cm

 Material : Plastik, Gantungan kunci  Teknis Produksi : Mesin Press


(71)

Gantungan kunci dipakai sebagai media pendukung karena pengendara sepeda motor sering menggunakanya sebagai hiasan maupun sebagai pemberat agar kunci sepeda motor tidak mudah hilang.

Gambar IV.18. Gantungan Kunci. (Dokumentasi Pribadi) i. Spanduk

 Ukuran : 50 cm x 200 cm  Material : flexi banner  Teknis Produksi : Cetak Digital

Spanduk lanskap atau horizontal ditempatkan di persimpangan jalan atau dapat juga ditempatkan di dinding samping trotoar agar pengendara sepeda motor yang menaiki trotoar dapat melihat dan mengerti pesan yang disampaikan dalam spanduk tersebut.


(72)

Gambar IV.19. Spanduk. (Dokumentasi Pribadi)

j. Ambient Media

Ambient media merupakan salah satu strategi beriklan yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan feeling dan mood konsumen agar merasa nyaman dan suka ketika berinteraksi dengan produk atau layanan yang ditawarkan oleh produsen. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah memberikan memorable experience kepada konsumen. Dalam perkembangannya ambient media menjadi sebuah kegiatan below the line yang terintegrasi dengan media. Ambient media juga bisa disebut sebagai media lingkungan (Lwin dan Aitchison 2002).


(73)

Gambar IV.20. AmbientZebra Cross. (Dokumentasi Pribadi)

Gambar IV.21. Ambient Trotoar. (Dokumentasi Pribadi)


(1)

Gambar IV.15. Sticker. (Dokumentasi Pribadi)

f. Pin

 Ukuran : Diameter 5.8 cm

 Material : Kaleng, plastik, peniti Pin  Teknis Produksi : Mesin Pin + Moulding

Fungsi dari pin sama seperti halnya sticker untuk membagi pesan yang di sampaikan dengan cepat karena pin dapat dipakai di pakaian.


(2)

Gambar IV.16. Pin. (Dokumentasi Pribadi)

g. X-banner

 Ukuran : 60 cm x 160 cm  Material : korea banner  Teknis Produksi : Cetak Digital

X-banner dapat ditempatkan dalam event kampanye langsung di jalan maupun di tempat tertentu untuk menarik perhatian pengendara sepeda motor yang sedang melintas.


(3)

Gambar IV.17. X-Banner. (Dokumentasi Pribadi)


(4)

Gantungan kunci dipakai sebagai media pendukung karena pengendara sepeda motor sering menggunakanya sebagai hiasan maupun sebagai pemberat agar kunci sepeda motor tidak mudah hilang.

Gambar IV.18. Gantungan Kunci. (Dokumentasi Pribadi) i. Spanduk

 Ukuran : 50 cm x 200 cm  Material : flexi banner  Teknis Produksi : Cetak Digital

Spanduk lanskap atau horizontal ditempatkan di persimpangan jalan atau dapat juga ditempatkan di dinding samping trotoar agar pengendara sepeda motor yang menaiki trotoar dapat melihat dan mengerti pesan yang disampaikan dalam spanduk tersebut.


(5)

Gambar IV.19. Spanduk. (Dokumentasi Pribadi)

j. Ambient Media

Ambient media merupakan salah satu strategi beriklan yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan feeling dan mood konsumen agar merasa nyaman dan suka ketika berinteraksi dengan produk atau layanan yang ditawarkan oleh produsen. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah memberikan memorable experience kepada konsumen. Dalam perkembangannya ambient media menjadi sebuah kegiatan below the line yang terintegrasi dengan media. Ambient media juga bisa disebut sebagai media lingkungan (Lwin dan Aitchison 2002).


(6)

Gambar IV.20. Ambient Zebra Cross. (Dokumentasi Pribadi)

Gambar IV.21. Ambient Trotoar. (Dokumentasi Pribadi)