Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

(1)

KONSTRUKSI MAKNA GAYA BLUSUKAN

(Studi Fenomenologi tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan

Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

ZAENAL MUTTAQIN NIM. 41808116

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

By:

Zaenal Muttaqin NIM: 41808116 This thesis under guidance, Melly Maulin P, S.Sos., M.Si

This research aims to understand The Construction Of The Meaning Of Blusukan Style Governor Joko Widodo For The Central Jakarta. By way of looking at society's values of Central Jakarta, motives and experiences of Community Center about the blusukan style of Joko Widodo. In order to know constructed based on the meaning of.

This study used a qualitative approach phenomenology with informants study which consisted of 6 people. Data is collected through in-depth interviews , observation , the literature study , and the internet searching. The technical analysis of the data collection, data is used the reduction of the data, presentation of data, and the conclusions and evaluation.

The results of this research showed that the value in the central jakarta is the values inherent in the community when the leader goes down and immediately see the condition of its citizens, and based on their achievement motive dn public purpose in defining blusukan Joko Widodo the goal of the community to a prosperous future. And based on the experience of the people who were directly involved at the time blusukan Joko Widodo the public perceives that the very thought leaders citizens.

The conclusions carried out by researchers in knowing the meaning of the construction blusukan style Governor Joko Widodo, Central Jakarta, in a community based on values, motives, experiences. So the value and views against blusukan style meaning it can be known and in understand.

The advice of researchers who can give as a student is , every society that has a tradition or custom in a region let better understand blusukan and can apply in accordance with that should be so as not too burdensome the other hand. Keywords: blusukan style Joko Widodo , Phenomenology, the construction of


(3)

1.1.Latar Belakang Masalah

Fenomena blusukan di Indonesia khususnya di ibu kota Jakarta kini telah menjadi trand topik yang sedang hangat dibicarakan oleh banyak publik,Joko Widodo selaku walikota Solo ketika datang ke kota Jakarta sebagai bakal calon Gubernur untuk DKI Jakarta, sering menerapkan gaya kepemimpinannya yaitu dengan cara blusukan, dengan mendatangi langsung masyarakat. Hal ini dilakukan agar semua keluhan,aspirasi ataupun peristiwa yang terjadi dikalangan masyarakat khususnya masyarakat Jakarta dapat dirasakan dan dilihat langsung oleh pemimpinnya.

Sebagai mantan Wali Kota Solo, Figur Joko Widodo (Jokowi) selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta telah dicitrakan positif oleh media massa maupun masyarakat. Citra positif itu dimulai sejak gaya kepemimpinan Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta. Pada saat ini masyarakat sudah jenuh, bosan dan bahkan sudah muak melihat tingkah laku oknum pejabat, kasus korupsi setiap saat bergulir terus silih berganti, namun demikian, masih ada beberapa kepala daerah yang dikenang dan mendapat apresiasi dari masyarakat.

Gaya blusukan Jokowi untuk bertemu dengan warga atau langsung turun ke bawah menyelesaikan masalah di masyarakat mendapat apresiasi positif dari sebagian besar masyarakat Jakarta. Tak pelak gaya Jokowi menjadi buah bibir masyarakat maupun media massa. Sebagian besar menyakini bahwa program Jokowi harus diterima dan didukung sepenuhnya karena dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami warga yang berimplikasi pada kepuasan warga terhadap kepemimpinan Jokowi.


(4)

Jokowi melakukan aktifitas ini adalah semata-mata untuk mengetahui yang sebenarnya kondisi dan keadaan masyarakat, baik problem yang ada di dalam masyarakat untuk inspirasi program pembangunan yang akan diterapkan, blusukan Jokowi dimaknai menjadi leadership style dan sebagai simbol kegiatan yang pro rakyat karena di dalamnya terdapat interaksi langsung antara pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya. Aktifitas blusukan ini akhirnya menjadi suatu aktifitas sakral dan wajib dilakukan oleh pemimpin. Rakyat yang bosan dengan arogansi kepemimpinan yang ada di Indonesia saat ini menjadi suka dan nyaman dengan aktifitas blusukan ala Jokowi.1

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti konstruksi makna blusukan yang dilakukan Gubernur Joko Widodo di Jakarta pusat, peneliti mengambil kota tersebut karena berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya, Jakarta Pusat merupakan salah satu kota yang banyak mengalami permasalahan-permasalahan disegala bidang salah satu contohnya: bidang insfratuktur yaitu permasalahan yang sering terjadi misalkan masalah kemacetan ataupun masalah tentang bencana yang terjadi dikota Jakarta, sehingga mengakibatkan adanya pemaknaan dari „blusukan‟. Penelitian ini memiliki sisi yang menarik, karena bagi peneliti perkembangan fenomena tentang blusukan Joko Widodo di Jakarta sendiri yaitu dapat kita lihat dari faktor yang

1


(5)

mempengaruhi pola pikir masyarakat, untuk mengetahui tentang makna blusukan yang dilakukan Gubernur Joko Widodo dalam memimpin kota.2

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah terbagi menjadi dua yaitu rumusan masalah makro dan rumusan masalah mikro. Maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

”Bagaimana Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat”

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari sub focus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah mikro:

Berikut rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti secara lebih spesifik :

1. Bagaimana Nilai-nilai Masyarakat Jakarta Pusat dalam memahami Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo?

2. Bagaimana Motif Masyarakat Jakarta Pusat dalam Memaknai Makna Blusukan Gubernur Joko Widodo?

3. Bagaimana Pengalaman Masyarakat Jakarta Pusat dalam melihat gaya blusukan Gubernur Joko Widodo?

2


(6)

bagaimana konstruksi makna gaya blusukan Gubernur Joko Widodo bagi masyarakat di kota Jakarta Pusat.

1.3.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Nilai-nilai Masyarakat Jakarta Pusat dalam memahami gaya blusukan Gubernur Joko Widodo

2. Untuk Mengetahui Motif Masyarakat Jakarta Pusat dalam memaknai Blusukan Gubernur Joko Widodo

3. Untuk Mengetahui Pengalaman Masyarakat Jakarta Pusat dalam melihat blusukan yang dilakukan Joko Widodo

4. Untuk mengetahui Konstruksi Makna Masyarakat Jakarta Pusat dalam memaknai blusukan yang dilakukan Joko Widodo

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis dari penelitian yang dilaksanakan, diharapkan dapat membantu dalam pengembangan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Komunikasi pada umumnya yang dalam hal ini konteks Komunikasi Antar Pribadi dan Komunikasi Politik terkait dengan kontruksi makna.


(7)

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk memberikan wawasan baru bagi peneliti akan tindakan, pikiran dan pengalaman dalam suatu fenomena dalam memaknai gaya blusukan Gubernur Joko Widodo dalam memimpin masyarakat kota Jakarta Pusat. Dan juga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berupa ilmu sekaligus pengalaman yang sangat berguna dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut masalah penelitian yang sama dalam konteks Ilmu Komunikasi. 2. Untuk Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa/I Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) khususnya bagi program studi ilmu komuikasi konsentrasi jurnalistik sebagai literatur penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama. 3. Untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk bisa lebih memahami makna blusukan Gubernur Joko Widodo. Dan masyarakat bisa mengawasi kinerja Gubernur Joko Widodo untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada ditengah masyarakat.


(8)

berarti keluar masuk tempat-tempat kecil. Dalam kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa) halaman-71 yang disusun oleh Widodo, dkk., cetakan ke-9 tahun 20011 yang di terbitkan oleh kanisius Yogyakarta, secara harfiah/istilah kata blusuk, mblusuk berarti mlebu ing ngendi-endi (Bahasa Indonesia berarti

“masuk kemana-mana”). Sufiks (akhiran) “-an” dalam kata blusuk-an

bermakna aktifitas “masuk ke” atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang memasuki suatu tempat yang asing untuk mendapatkan suatu. Jadi kata blusuk-anadalah asli Bahasa Jawa, bukan Bahasa Indonesia. Istilah ini di akrabi oleh orang-orang di pedesaan atau mereka yang hidup jauh masuk di pedalaman. Dan kata blusukan belum resmi menjadi kata Bahasa Indonesia, sehingga jelas tidak terdapat dalam KBBI atau KUBI, karena itu mengartikannya harus di kembalikannya ke dalam Bahasa Jawa.

Dalam pemahaman politik, blusukan lebih merujuk pada pendekatan langsung kepada konstituen atau konstituen potensial. Fenomena ini tentunya bukanlah sebuah fenomena baru, bahkan Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto juga pernah melakukan hal yang sama di zaman mereka. Sedangkan pada masa kini fenomena blusukan terdapat pada model pengawasan Gubernur Jokowi, tetapi terdapat perbedaan kegiatan antara blusukan versi Presiden Soeharto dengan blusukan Versi Gubernur Jokowi, Versi Gubernur Jokowi, ia langsung memberikan aksi atas laporan warganya dan kalau perlu


(9)

mencopot pejabat yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Sebuah aksi yang jarang sekali kita temui di masa Orde Baru.3

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan dalam upaya mendapatkan data ataupun informasi untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang telah diajukan. Oleh karena itu, penentuan tahapan penelitian berikut teknik yang digunakan harus mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian. Penulis berpijak dari realitas yang terjadi dilapangan, yaitu Konstruksi makna gaya blusukan Gubernur Joko Widodo bagi masyarakat Jakarta pusat.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi fenomenologi, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya „Metodologi Penelitian Kualitatif‟.

“Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif”. (Dalam Mulyana, 2003:150)

Sementara Furchan (1992:21-22), menyatakan bahwa :

“Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I yaitu bagaimana konstruksi makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat.

3


(10)

bagaimana masyarakat Jakarta Pusat Memaknai Blusukan Gubernur Joko Widodo di Jakarta Pusat, yang kemudian dikaitkan dengan beberapa unsur atau identifikasi masalah. Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan untuk melihat langsung bagaimana konstruksi makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat.

Peneliti melakukan penelitian ini supaya mengetahui apa saja yang dilakukan Gubernur Joko Widodo dan bagaimana pendapat Masyarakat mengenai Blusukan yang dilakukan oleh Gubernur Joko Widodo disini peneliti menggali tentang Kontruksi Makna Blusukan Gubernur Joko Widodo melalui Masyarakat Jakara Pusat yang pernah mengalami dan mengetahui tentang blusukan yang dilakukan Joko Widodo,

Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dan lisan didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi, tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian kedalam variabel dan hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan sendiri oleh


(11)

peneliti. Untuk dapat mengetahui sejauh mana yang diberikan oleh informan penelitian, peneliti menggunakan beberapa tahap:

1. Menyusun draf pertanyaan wawancara dari unsur-unsur kredibilitas yang akan ditanyakan pada narasumber atau informan.

2. Melakukan wawancara dengan Masyarakat yang berada di wilayah Jakarta Pusat. 3. Melakukan dokumentasi langsung dilapangan untuk melengkapi data-data yang

berhubungan dengan penelitian.

4. Memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajukan kepada narasumber atau informan.

5. Menganalisis hasil data wawancara yang telah dilakukan. Agar pembahasan lebih sistematis dan terarah, maka peneliti membagi kedalam tiga pembahasan, yaitu :

 Profil Informan.  Hasil Penelitian.  Pembahasan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Masyarakat Jakarta Pusat yang melihat dan mengalami perubahan di kota Jakarta, nilai-nilai yang melekat pada masyarakat ketika pemimpinnya turun kebawah dan melihat kondisi warganya yang sangat membutuhkannya,disilah masyarakat yang melihat gaya blusukan Gubernur Joko Widodo yang selalu memperhatikan masyarkatnya terutama pada masyarakat golongan bawah.


(12)

Blusukan. karena pencapaian disini adanya penglaman masa lalu masyarakat Jakarta Pusat yang sering mengalami janji-jani para pemimpin dan sangat berharap pada gubernur Joko Widodo. Tujuannya untuk masa depan masyarakat Jakarta lebih sejahtera kedepannya

3. Pengalaman masyarakat Jakarta Pusat yang mengalami pada saat blusukan Gubernur Joko Widodo di daerah-daerah dan kampung-kampung masyarakat yang melihat langsung sangat antusias dan memandang pemimpinnya itu sangat memikirkan warganya.

4. Makna blusukan bagi masyarakat Jakarta Pusat adalah sebuah bentuk kepedulian pemimpin yang mau turun kebawah (turba) dan melihat langsung kondisi masyarakatnya yang membutuhkannya. dan disini juga masyarakat mengininkan blusukan yang dilakukannya agar bukan sekedar pencitraan melainkan melihat, mendengar, dan meresap aspirasi dari rakyat.

5.2 Saran

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut


(13)

1. Sebagai masyarakat, hendaknya lebih mengerti tentang blusukan terutama blusukan yang dilakukan Joko Widodo bisa membawa arah yang baik dan menjadikan Jakarta pusat yang lebih bagus.

2. Perlu dikasih pengertian mengenai blusukan itu sendiri, karena masyarakat ada juga yang salah menafsirkan blusukan yang dilakukan Joko Widodo B. Saran untuk peneliti selanjutnya

1. Pada penelitian ini sebaiknya peneliti lebih mempersiapkan waktu yang panjang, karena mengingat kondisi di lapangan tidak sama seperti yang di perkirakan, sehingga, sehingga perlu mengatur waktu dalam mngerjakan bab-bab sebelumnya yakni 1, 2, dan 3 agar ada waktu yang cukup lama untuk mengadakan penelitian di lapangan dengan lebih teliti lagi.

2. Gunakan waktu semaksimal mungkin untuk pengolahan data serta pembahasannya karena meskipun data sudah terkumpul kita masih memerlukan waktu, dalam pengkajian pustaka untuk membandungkan dengan teori-teori yang sudah ada, dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengkaji kajian yang sama agar dapat menyesuaikannya.

3. Untuk yang mengambil penelitian yang sama, yakni tentang adat pernikahan hendaknya harus lebih memahami dan mendalami tentang penelitian yang diambil dan dalam mencari data, teori, studi pustaka harus sesuai dengan penelitian yang diambil dan lebih lengkap.


(14)

Surabaya. Insan Cendekia

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Creswell, J.W. Pengantar oleh Supardi, Suparlan. 2002. Research Penelitian Qualitative & Quantitative Approaches (Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif). Jakarta : KIK Press.

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung : Widya Padjajaran.

Laksmi. 2012. Interaksi, Interpretasi dan Makna. Bandung : Karya Putra Darwati. Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human

Communication. Jakarta : Salemba Humanika.

Moleong, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

_______________ 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

_______________ 2004. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

_______________ 2007. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. & Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Onong Uchjana Effendy, M.A 2008. Ilmu Teori dan Praktek PT. remaja Rosdakarya : Bandung

Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


(15)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Mahi M. Hikmat, Drs, M.Si. (2010). Komunikasi Politik teori dan Praktik. Sibiosa Rekatama Media : Bandung

B. Internet :

http://thepresidentpostindonesia.com/2014/11/08/blusukan-gaya-kepemiminan-pro-rakyat/ di AksesTanggal : 6 Oktober 2014

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2091/SKRIPSI.pdf?sequ ence=1di AksesTanggal : 20 November 2014

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/10/28/ne5oo3-blusukan-diamdiam-jokowi-sidak-proses-izin-usahadi AksesTanggal : 27 November 2014

http://www.academia.edu/6365957/Strategi_Personal_Branding_Joko_Widodo_J okowi_dan_Basuki_Tjahaja_Purnama_Ahok_di AksesTanggal : 27 November 2014

http://politik.kompasiana.com/2013/08/10/politik-blusukan-jangan-ngawur-mengartikannya-583298.htmldi AksesTanggal : 30 November 2014 http://budisansblog.blogspot.com/2014/11/blusukan.htmldi AksesTanggal : 30

November 2014

http://properti.kompas.com/read/2013/01/10/02030841/Manajemen.Blusukan.diA ksesTanggal : 30 November 2014

http://www.rmol.co/read/2014/11/11/179420/Bias-Makna-Blusukan- http://lattelic.blogspot.com/2012/11/blusukan.htmldi AksesTanggal : 30

November 2014

http://nasional.kompas.com/read/2013/01/12/11232457/Blusukandi AksesTanggal : 30 November 2014


(16)

1 1.1.Latar Belakang Masalah

Fenomena blusukan di Indonesia khususnya di ibu kota Jakarta kini telah menjadi trand topik yang sedang hangat dibicarakan oleh banyak publik,Joko Widodo selaku walikota Solo ketika datang ke kota Jakarta sebagai bakal calon Gubernur untuk DKI Jakarta, sering menerapkan gaya kepemimpinannya yaitu dengan cara blusukan, dengan mendatangi langsung masyarakat. Hal ini dilakukan agar semua keluhan,aspirasi ataupun peristiwa yang terjadi dikalangan masyarakat khususnya masyarakat Jakarta dapat dirasakan dan dilihat langsung oleh pemimpinnya.

Blusukan adalah terminologi dalam bahasa jawa yang kurang lebih berarti keluar masuk tempat-tempat kecil. Dalam kamus Bahasa Jawa (Bausastra Jawa) halaman-71 yang disusun oleh Widodo, dkk., cetakan ke-9 tahun 20011 yang di terbitkan oleh kanisius Yogyakarta, secara harfiah/istilah kata blusuk, mblusuk berarti mlebu ing ngendi-endi (Bahasa Indonesia berarti “masuk kemana-mana”).

Sufiks (akhiran) “-an” dalam kata blusuk-an bermakna aktifitas “masuk ke” atau

aktifitas yang dilakukan oleh seseorang memasuki suatu tempat yang asing untuk mendapatkan suatu. Jadi kata blusuk-anadalah asli Bahasa Jawa, bukan Bahasa Indonesia. Istilah ini di akrabi oleh orang-orang di pedesaan atau mereka yang hidup jauh masuk di pedalaman. Dan kata blusukan belum resmi menjadi kata


(17)

2

Bahasa Indonesia, sehingga jelas tidak terdapat dalam KBBI atau KUBI, karena itu mengartikannya harus di kembalikannya ke dalam Bahasa Jawa.1

Sebagai mantan Wali Kota Solo, Figur Joko Widodo (Jokowi) selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta telah dicitrakan positif oleh media massa maupun masyarakat. Citra positif itu dimulai sejak gaya kepemimpinan Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta. Pada saat ini masyarakat sudah jenuh, bosan dan bahkan sudah muak melihat tingkah laku oknum pejabat, kasus korupsi setiap saat bergulir terus silih berganti, namun demikian, masih ada beberapa kepala daerah yang dikenang dan mendapat apresiasi dari masyarakat.

Gaya blusukan Jokowi untuk bertemu dengan warga atau langsung turun ke bawah menyelesaikan masalah di masyarakat mendapat apresiasi positif dari sebagian besar masyarakat Jakarta. Tak pelak gaya Jokowi menjadi buah bibir masyarakat maupun media massa. Sebagian besar menyakini bahwa program Jokowi harus diterima dan didukung sepenuhnya karena dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami warga yang berimplikasi pada kepuasan warga terhadap kepemimpinan Jokowi.

Fenomena gaya blusukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang fenomena, kini mampu menyita perhatian banyak publik. Jokowi dengan segala image low profile dan pro rakyatnya itu dianggap sebagai gaya pemimpin yang baru dan mampu membuat perubahan kearah yang lebih progresif. "Gaya ndeso tapi bejo" ala Jokowi kini menjadi ciri khas tersendiri bagi

1

http://politik.kompasiana.com/2013/08/10/politik-blusukan-jangan-ngawur-mengartikannya-583298.html


(18)

diri Jokowi. Meskipun dianggap “ndeso” tetapi Jokowi juga dianggap “bejo” karena nyatanya mampu menyita banyak perhatian publik.

Gubernur DKI Jakarta yang terkenal dengan gaya "Blusukan" tersebut menjadi magnet untuk publik. Namanya yang tiba-tiba saja meroket tinggi begitu membuat publik merasa interest terhadap sosok yang satu ini. Jokowi dianggap sebagai "artisnya dunia politik di Indonesia". Jokowi yang digadang-gadang untuk menjadi presiden mendapat blow-up news secara masif oleh media-media.2

Dengan blusukan ke lapangan, Jokowi yang non-Jakarta sangat cepat menguasai permasalahan DKI dan menemukan hakikat masalahnya. Dari hakikat itu, mereka berani membuat keputusan yang paling dramatis sekalipun. Salah satu contoh blusukan yang dilakukan oleh orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di tanah tinngi, johaar baru, Jakarta pusat ini Jokowi dengan programnya langsung membikin program kampung deret Program kampung deret di Tanah Tinggi merupakan program kampung deret pertama di Jakarta. Program ini didanai dari corporate social responsibilty (CSR) dari beragam perusahaan. Biaya material bangunan dan tukang sepenuhnya diambilkan dari dana tersebut. Warga tidak dipungut biaya, tetapi secara sukarela memberikan makan untuk pekerja bangunan.3

Rakyat suka menerimanya, pendekatan itu menunjukkan hasil meski ada pihak-pihak yang dirugikan. Birokrat sulit korupsi, pengusaha tersudutkan oleh besaran upah minimum regional, kelompok penekan mau tak mau tenang. Car

2

http://nasional.kompas.com/read/2013/01/12/11232457/Blusukan 3


(19)

4

free night, malam bebas kendaraan, yang meriah dan tertib merupakan wujud pesta bertahunbaruan yang sesungguhnya bagi masyarakat.

Blusukan sebagai gaya kepemimpinan pro rakyat, walaupun bukan pelaku yang pertama, Blusukan dipopulerkan dan dibuat keren oleh jokowi sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo sampai menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jokowi melakukan aktifitas ini adalah semata-mata untuk mengetahui yang sebenarnya kondisi dan keadaan masyarakat, baik problem yang ada di dalam masyarakat untuk inspirasi program pembangunan yang akan diterapkan, blusukan Jokowi dimaknai menjadi leadership style dan sebagai simbol kegiatan yang pro rakyat karena di dalamnya terdapat interaksi langsung antara pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya. Aktifitas blusukan ini akhirnya menjadi suatu aktifitas sakral dan wajib dilakukan oleh pemimpin. Rakyat yang bosan dengan arogansi kepemimpinan yang ada di Indonesia saat ini menjadi suka dan nyaman dengan aktifitas blusukan ala Jokowi.4

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti konstruksi makna blusukan yang dilakukan Gubernur Joko Widodo di Jakarta pusat, peneliti mengambil kota tersebut karena berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya, Jakarta Pusat merupakan salah satu kota yang banyak mengalami permasalahan-permasalahan disegala bidang salah satu contohnya: bidang insfratuktur yaitu permasalahan yang sering terjadi misalkan masalah kemacetan ataupun masalah tentang bencana yang terjadi dikota Jakarta, sehingga mengakibatkan adanya pemaknaan dari „blusukan‟. Penelitian ini memiliki sisi

4


(20)

yang menarik, karena bagi peneliti perkembangan fenomena tentang blusukan Joko Widodo di Jakarta sendiri yaitu dapat kita lihat dari faktor yang mempengaruhi pola pikir masyarakat, untuk mengetahui tentang makna blusukan yang dilakukan Gubernur Joko Widodo dalam memimpin kota.5

Seiring berkembangnya kehidupan masyarakat dengan perubahan sosial yang terjadi, istilah „blusukan‟ dalam hal ini kegiatan „blusukan‟ yang dilakuka Joko Widodo telah mengalami perluasan makna. Perluasan disini maksudnya adalah dimana „blusukan‟ tidak disalah artikan oleh masyarakat, agar masayarakat tidak memandang negatif atau „blusukan‟ yang dilakukan Joko Widodo sebagai salah satu pencitraan atau tebar pesona saja untuk menarik simpati masyarakat.

Dari wacana yang telah dijelaskan dari adanya fenomena tentang pemaknaan istilah blusukan yang dilakukan Joko Widodo di kota Jakarta pusat.

Yang memiliki pemaknaan „blusukan‟ inilah yang membuat peneliti jadi tetarik

mengkaji lebih dalam penelitian ini. Dari permasalahan diatas dapat ditarik sebuah permasalahan, dan peneliti menilai perlunya sebuah penelitian tentang suatu fenomena blusukan dengan pendekatan kualitatif.

Menurut teori tindakan social Max Weber, tindakan social yang terjadi selalu memiliki makna. Dengan kata lain, berbagai makna senantiasa mengiringi tindakan social, dibalik tindakan sosial pasti ada berbagai makna yang bersembunyi atau melekat.

Pada dasarnya makna sebagai dasar bertindak muncul dari tiga premis yang di kemukakan oleh blummer, yaitu: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu

5


(21)

6

berdasarkan makna yang ada pada sesuatu tersebut; 2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain; 3. Makna tersebut diciptakan, dipertahankan, diubah, dan disempurnakan melalui proses penasiran ketika berhubungan dengan sesuatu yang dihadapinya. Semua manusia memiliki makna dan berusaha untuk hidup dalam dunia yang bermakna. Makna yang dilekatkan manusia pada realitas pada dasarnya bukan hanya dapat dipahami oleh dirinya sendiri, tetapi juga dpat dipahami oleh lain6 (Laksmi, 2012:51)

Seiring berkembangnya zaman dan cara berpikir masing-masing orang, maka mereka akan melakukan penyesuaian-penyesuaian baru dalam hidupnya dalam melahirkan pemahaman. Pemahaman akan mereka dapati dari sebuah pengalaman, dan pengalaman itulah yang akan membentuk sebuah makna.

Makna merupakan refleksi dari pengalaman. Pengalaman yang dirasakan seseorang saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang tesebut tidak hanya menginterpretasikan pengalaman pribadinya saja, tetapi ia juga menginterpretasikan pengalaman orang lain yang dilihat atau diceritakan kepadanya. Pengalaman tersebut akan dijadikan dunia keseharian dengan kata lain melalui fenomenologi peneliti bertujuan untuk menganalisis masyarakat Jakarta Pusat dalam menginterpretasikan pemahamannya tentang blusukan dan mengkonstruksi makna blusukan tersebut. Pada dasarnya fenomenologi adalah metode penelitian yang dapat digunakan dalam memahami fenomena yang ada. Kajian tersebut bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam dari individu

6


(22)

mengenai pengalaman atau peristiwa yang dialaminya dan cara individu dalam memaknai pengalaman tersebut.

Makna itu sendiri harus benar-benar dapat dimiliki dan dipahami bersama. Oleh karena itulah dalam penelitian ini, peneliti ingin fokus pada bagaimana masyarakat Jakarta pusat dalam memahami makna blusukan.

Proses interaksi dalam konsepsi fenomenologi akan melahirka motif-motif tertentu yang dimiliki seseorang, motif-motif-motif-motif tersebut akan berbeda dalam membangun makna didalam blusukan tersebut.

Hal tersebut sebagai mana apa yang dikatakan Schutz (dalam Kuswarno, 2009:109),

“Dunia sosial merupakan sesuatu yang intersubjektif dan pengalaman yang

penuh makna (meaningfull). Konsep fenoemenologi menekankan bahwa makna tindakan identic dengan motif yang mendorong tindakan seseorang, yang lazim disebut in-order-to-motive. Dengan demikian untuk memahami tindakan manusia secara individu harus dilihat dari motif apa yang mendasari tindakan tersebut. Lebih lanjut Schutz menambahkan bahwa dengan motif yang melatarbelakangi suatu tindakan atau because motive kita bisa melihat makna tindakan sesuai dengan motif asli yang

benar-benar mendasari tindakan yang dilakukan secara individu”. (Kuswarno,

2009:109).

Melalui nilai, motif dan pengalaman tersebutlah seseorang dapat mengkonstruksi sebuah makna. Konstruksi makna adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensor mereka untuk memberikan arti bagi lingkungan mereka. Ringkasnya konstruksi makna adalah poses produksi makna melalui bahasa, konsep konstruksi makna bisa berubah. Akan selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam kosep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam posisi negosiasi yang disesuaikan dengan situasi yang baru. Ia


(23)

8

adalah hasil praktek penandaan, praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti pemaknaan Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat. Dari paparan latar belakang diatas, maka judul yang diangkat pada penelitian ini adalah: “KONSTRUKSI MAKNA GAYA BLUSUKAN (Studi Fenomenologi tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah terbagi menjadi dua yaitu rumusan masalah makro dan rumusan masalah mikro. Maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

”Bagaimana Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat”

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari sub focus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah mikro:


(24)

Berikut rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti secara lebih spesifik :

1. Bagaimana Nilai-nilai Masyarakat Jakarta Pusat dalam memahami Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo?

2. Bagaimana Motif Masyarakat Jakarta Pusat dalam Memaknai Makna Blusukan Gubernur Joko Widodo?

3. Bagaimana Pengalaman Masyarakat Jakarta Pusat dalam melihat gaya blusukan Gubernur Joko Widodo?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini merupakan untuk mendeskripsikan bagaimana konstruksi makna gaya blusukan Gubernur Joko Widodo bagi masyarakat di kota Jakarta Pusat.

1.3.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Nilai-nilai Masyarakat Jakarta Pusat dalam memahami gaya blusukan Gubernur Joko Widodo

2. Untuk Mengetahui Motif Masyarakat Jakarta Pusat dalam memaknai Blusukan Gubernur Joko Widodo

3. Untuk Mengetahui Pengalaman Masyarakat Jakarta Pusat dalam melihat blusukan yang dilakukan Joko Widodo


(25)

10

4. Untuk mengetahui Konstruksi Makna Masyarakat Jakarta Pusat dalam memaknai blusukan yang dilakukan Joko Widodo

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis dari penelitian yang dilaksanakan, diharapkan dapat membantu dalam pengembangan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Komunikasi pada umumnya yang dalam hal ini konteks Komunikasi Antar Pribadi dan Komunikasi Politik terkait dengan kontruksi makna.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk memberikan wawasan baru bagi peneliti akan tindakan, pikiran dan pengalaman dalam suatu fenomena dalam memaknai gaya blusukan Gubernur Joko Widodo dalam memimpin masyarakat kota Jakarta Pusat. Dan juga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berupa ilmu sekaligus pengalaman yang sangat berguna dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut masalah penelitian yang sama dalam konteks Ilmu Komunikasi. 2. Untuk Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa/I Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) khususnya bagi program studi ilmu


(26)

komuikasi konsentrasi jurnalistik sebagai literatur penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama. 3. Untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk bisa lebih memahami makna blusukan Gubernur Joko Widodo. Dan masyarakat bisa mengawasi kinerja Gubernur Joko Widodo untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada ditengah masyarakat.


(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Konstruksi Makna Budaya Merantau di Kalangan Mahasiswan Perantau

Skripsi Suci Marta (210110080200), 2012. Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran dengan Dr. Elvinaro Ardianto, M. Si sebagai pembimbing utama dan Evi Novianti, S. Sos., M. Si sebagai pembimbing pendamping. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

Subjek Penelitian ini adalah mahasiswa perantau asal daerah Minangkabau dengan teknik purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan mahasiswa perantau tentang budaya merantau, untuk mengetahui motif mahasiswa perantau, dan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa perantau selama merantau. Penelitian ini menggunakan jenis studi fenomenologis yang ditulis dalam tradisi kualitatif serta menggunakan teori konstruksi realitas sosial sebagai arahan penelitian.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemaknaan mahasiswa perantau tentang budaya merantau Minangkabau adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh orang Minangkabau secara turun temurun 16 untuk keluar / pergi dari daeral asal ke daerah baru, baik oleh laki-laki maupun perempuan,


(28)

sebagai bentuk pembuktian kemandirian diri dengan tujuan bekerja, berdagang, menuntut ilmu

2. Kontruksi Makna Berdoa melalui Media Sosial Twitter Dikalangan Mahasiswa Kot Bandung (Studi Fenomenologi Mengenai Kontruksi makna Berdoa melalui Media Sosial twitter Dikalangan Mahasiswa kota Bandung)

Skripsi Muhamad Gusti Pangestu Nim. 41810105 Universitas Komputer Indonesia, 2012. Sedangkan hasil penelitian sebagai berikut :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna berdoa melalui media sosial twitter dikalangan mahasiswa kota Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui nilai-nilai agama yang dipahami oleh mahasiswa Kota Bandung dalam memaknai berdoa melaui media sosial Twitter. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi fenomenologi dengan informan yang berjumlah 6 (lima) orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dan internet searching. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai-nilai agama yang dipahami oleh mahasiswa Kota Bandung merupakan merupakan nilai-nilai yang bersumber dari apa yang telah diajarkan oleh orang tua dan sekolah mereka. Motif mahasiswa dalam melakukan berdoa melalui media sosial Twitter adalah Karena didorong oleh kondisi emosi atau perasaan yang sedang terjadi, didorong oleh keinginan untuk mengingatkan


(29)

14

atau mengedukasi pengguna Twitter lainnya, serta keinginan untuk mendapatkan kepuasan diri.

3. Konstruksi Makna Uang Jemputan dalam Adat Pernikahan Di Pariaman Bagi Mahasiswi Asal Pariaman Di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Uang Jemputan dalam Adat Pernikahan Di Pariaman Bagi Mahasiswi Asal Pariaman Di Kota Bandung)

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, yang artinya adalah sama, yaitu sama makna menganai satu hal. Jadi komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya mempunyai kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, maka dengan demikian pernyataan yang dilontarkan akan mudah dimengerti dan bersifat komunikatif.

Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing individu satu sama lain itu terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk percakapan yang kita sebut kedalam komunikasi.

“Pada hahikatnya komunikasi adalah proses penyataan antara manusia. Yang dinyataka itu adalah dikirakan atau perasaan


(30)

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan sebagai alat penyalurnya”. (Effendy, 1993 : 28)

Onong Uchjana Effendy mengemukakan pengertian komunikasi sebagai berikut : “komunikasi adalah proses menyampaikan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan”. (Effendy, 1990 : 11). Berdasarkan pengertian tersebut, nampak bahwa komunikasi merupakan usaha untuk menyampaikan pemikiran atau perasaan berupa lambang-lambang berupa bahasa atau berupa gambaran yang menjadi rangsangan komunikator, memberikan rangsangan (stimuli) sikap, ide atau pemahaman dapat dimengerti oleh komunikan.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi mengandung arti usaha menyamapikan gagasan, yang mana gagasan tersebut diusahakan untuk memiliki arti yang sama atau kesamaan makna. Apabila dalam suatu percakapan terjadi perbedaan pengertian atau perbedaan makna antara yang berbicara dengan yang diajak bicara, maka dalam hal ini komunikasi tidak akan berjalan lancar. Komunikasi baru dapat berlangsung efektif, apabila antara yang berbicara dengan yang diajak berbicara memiliki makna yang sama tentang sesuatu objek tertentu.

Shannon & Weaver, 1949, “Komunikasi adalah bentuk interaksi

manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan


(31)

16

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Membangun atau mennciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

1. Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

2. Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.

3. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perlaku maupun tindakan seseorang

4. Perubahan sosial (social change)

Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yangmakin baik. Dalam proses


(32)

komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.

2.1.2.3 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Carl I Hovland mengatakan bahwa :

“Komunikasi adalah suatu upaya yang sistematis untuk memutuskan secara tegar asas-asas dan atas dasar asas-asas tersebut disampaikan informasi serta bentuk pendapat dan sikap”. (Effendy, 1993 : 16)

Menurut Shannon dan Weaver (1949) mengatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atu tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal akspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Dengan demikian komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan gagasan atau tidak kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang berupa bahasa, gambar-gambar atau tanda-tanda yang berarti bersikap umum. Sedangkan menurut Bernard Berelsan dan Barry A Strainer dalam karyanya “Human Behavior” mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :


(33)

18

“Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain, kegiatan atau proses penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi”. (Effendy, 1992 : 48)

Dari definisi diatas, mengandung kesamaan yaitu adanya proses atau usaha diindividu untuk merubah individu lain, yang domengerti oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi.

2.1.2.4Unsur-unsur Dalam Proses Komunikasi

1. Sender, yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding, yaitu penyandian, proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Massage, yaitu pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikastor.

4. Media, yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke pada komunikan.

5. Decoding, yaitu pengawasandian, yaitu proses dimana komunikasi menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver, yaitu komunikasn yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response, yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah ditepa pesan.


(34)

8. Feedback, yaitu umpan balik berupa tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9. Noise, yaitu gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikatr kepadanya. (Canggara, 1998 : 23)

2.1.2.5 Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi kedalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya.

A. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikas imeliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1. Komunikasi social (sosial communication)

2. Komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or management communication)


(35)

20

3. Komunikasi bisnis (business communication) 4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication) 6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) 7. Komunikasi pembangunan (development communication) 8. Komunikasi tradisional (traditional communication)

B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi di klasifikasikan sebagai berikut:

1. komunikasi verbal (verbal communicaton) a. Komunikasi lisan

b. Komunikasi tulisan

2. Komunikasi nirverbal (nonverbal communication) a. Kial (gestural)

b. Gambar (pictorial) 3. Tatapmuka (face to face) 4. Bermedia (mediated)

C. Tatanan Komunikasi yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)


(36)

b. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) b. Komunikasi kelompok besar (big group communication) 3. Komunikasi Massa (Mass Communication)

a. Komunikasi media massa cetak (printed mass media)

b. Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media) D. Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi antara lain: a. Menginformasikan (to Inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint)

d. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003:55) E. Teknik Komunikasi

Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani technikos yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi: a. Komunikasi informastif (informative communication)

b. Persuasif (persuasive) c. Pervasif (pervasive) d. Koersif (coercive) e. Instruktif (instructive)


(37)

22

F. Metode Komunikasi

Istilah metode dalam bahasa Inggris Method berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:

1. Jurnalisme

a. Jurnalisme cetak b. Jurnalisme elektronik 2. Hubungan Masyarakat

a. Periklanan b. Propaganda c. Perang urat syaraf

d. Perpustakaan (Effendy, 2003: 56)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Sebagian besar kegiatan komunikasi berlangsung dlam situasi komunikasi antar pribadi. Melalui komunikasi antar pribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya.


(38)

Menurut Joseph A. Devito Berdasarkan Buku Ilmu Komunikasi Teori & Praktik mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai berikut :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang

atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”

Berdasarkan definisi itu, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu pertemuan.

Komunikasi antar pribadi pada hakikatnya merupakan proses sosial seperti yang diuraikan diatas, dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Komunikasi antar personal dianggap efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan.

Dari definisi diatas, maka komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang, dimana komunikasinya bersifat dialogis, lebih akrab dan terbuka, komunikator dapat melihat feedback secara langsung.

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri sendiri.


(39)

24

Dengan memperbincangkan diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Nasihat seorang filsuf terkenal Socrates yaitu : cogito ergosum yang memiliki arti kurang lebih ”kenalilah dirimu”. Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar pribadi.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. 4. Mengubah sikap dan perilaku

Dengan komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain.

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.


(40)

6. Membantu

Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain.

2.1.3.3Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

1. Komunikasi Antar Pribadi sebagai Proses

Sebagai suatu proses, komunikasi antar pribadi merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus atau bisa dibilang merupakan suatu yang dinamis.

2. Komponen-komponen dalam Komunikasi Antar Pribadi Saling Tergantung

Komponen-komponen dalam komunikasi antar pribadi saling berkaitan dan tergantung satu sama lain. Setiap komponen komunikasi antar pribadi mempunyai kaitan baik dengan komponen lain maupun dengan komponen secara keseluruhan. 3. Para pelaku dalam Komunikasi Antar Pribadi Bertindak dan

Bereaksi

Di dalam proses tradisional, setiap orang, melakukan tindakan memberi reaksi tindakan sebagai manusia yang utuh. Orang tidak dapat bertindak hanya dengan pikiran dan emosi saja, tetapi


(41)

26

melibatkan pikiran, emosi, sikap, gerakan tubuh, pengalaman sebelumnya, dan lain-lain.

2.1.3.4 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antar pribadi ini oleh Joseph A Devito dilihat dari dua perspektif, yaitu :

1. Humanistis, meliputi sifat-sifat : a. Keterbukaan

Aspek keterbukaan menunjuk paling tidak pada 2 aspek tentang komunikasi antar pribadi. Pertama kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Kedua keterbukaaan untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur.

b. Perilaku Suportif

Jack R. Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yakni :

c. Deskriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan suportif dibanding dengan suasana yang evaluatif.

d. Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkan.

e. Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki sifat berpikir terbuka.


(42)

f. Perilaku Positif

Komunikasi antar pribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi.

g. Empatis

Empati adalah kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain.

h. Kesamaan

Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi.

2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat : a. Bersikap yakin

Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri.

b. Kebersamaan

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi dengan orang lain bila ia bisa membawa ras kebersamaan.

c. Manajemen Interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak.


(43)

28

d. Perilaku Ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. e. Orientasi Pada Orang Lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Politik

Kajian komunikasi politik bersifat dimensional dan kasuistik karena berkatian dengan berbagai macam problem dan kompleksitas permasalahan. Tidak hanya berkisar pada pembahasan proses komunikasi yang memuat pesan-pesan politik, tetapi juga membahas bagaimana komunikasi dapat berlangsung dalam suatu sistem politik atau sistem pemerintahan yang mencakup bahasan-bahasan begaimana sistem itu dipertahankan dan dapat berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Menurut Maswardi Rauf mengatakan bahwa :

“Komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu politik karena

pesan-pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintah, dan aktivis komunikator sebagai pelaku kegiatan politik. Komunikasi politik dibagi dalam dua dimensi yakni : (1) sebuah kegiatan politik : penyampaian pesanpesan yang bercirikan politik oleh actor-aktor politik kepada pihak lain; (2) kegiatan ilmiah : kegiatan politik dalam sistem politik.” (Mahi, 2010:36)

Sedangkan menurut Golding (1986) mengatakan bahwa :

“Komunikasi politik sebagai pandangan pesimistik yang menceritakan

terhadap muatan politik sebagaimana terdistreibusi dalam berbagai bentuk melalui media massa terhadap sebagian besar audiens yang didominasi pada berbagai sumber dengan cakupan kepentingan media itu sendiri, bukan kepentingan warganegara atau proses demokratis.


(44)

Terhadap ruang lingkup terbatas bagi para komunikator massa dalam menambahkan unsure-unsur atau bumbu-bumbu politik, karena batasan-batasan yang telah disebutkan atau karena meningkatkan pengaruh norma-norma objektivitas politik. Pengaruh terlalu kuat dari tampilan mendapatkan perhatian dalam ketidakseimbangan waktu dan ruang yang ditunjukan pada prosedur dan personalitas-personalitas dibandingkan dengan masalah-masalah substansi politik. Dalam pengertian lain komunikasi politik berarti citra rasa mengenai berita-berita tentang politik serta sebab-sebab utama yang harus dibentuk dalam suatu kombinasi, sosialisasi melalui media dan struktur sosial.” (Adiyana, 2008:50)

2.1.4.1 Bentuk-Bentuk Komunikasi Politik

Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh komunikator infrastruktur politik untuk mencapai tujuan politiknya (Arifin, 2003: 65-98) yaitu

a. Retorika, berasal dari bahasa yunani – rhetorica, yang berarti seni berbicara, asalnya digunakan dalam perdebatan-perdebatan di ruang siding pengadilan untuk saling mempengaruhi sehingga bersifar kegiatan antarpesona. Kemudian berkmbang menjadi kegiatan komunikasi massa yaitu berpidato kepada khalayak. Ada tiga jenis retorika menurut Aristoteles dalam karyanya Retorika, (a) retorika diliberitif yaitu dirancang untuk mempengaruhi khalayak dalam kebijakan pemerintah, yang difokuskan pada keuntungan atau kerugian jika sebuah kebijakan diputuskan atau dilaksanakan; (b) retorika forensic, yang berkaitan dengan keputusan pengadilan; (c) retorika demonstrative, yang mengembangkan wacana yang dapat memuji atau menghujat.


(45)

30

b. Agitasi Politik, dari bahasa Agitare artinya bergerak atau menggerakan, dalam bahasa inggris agitation. Menurut Harbert Blumer agitasi beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan membangkitkan emosi khalayak. Dimulai dengan cara membuat kontradiksi dalam masyarakat dan menggerakan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan dikalangan massa. Orang yang melakukan agitasi disebut agitator yang oleh Nepheus Smith disebut sebagai orang yang berusaha menimbulkan ketidakpuasan, kegelisahan pemberontakan orang lain. Ada agitator yang sikapnya selalu gelisah dan agresif, ada juga yang lebih tenang, cenderung pendiam tetapi mampu menggerakan khalayak dengan ucapan dan tulisannya.

c. Propaganda, berasal dari kata latin propagare (menanamkan tunas suatu tanaman) yang pada awalnya sebagai bentuk kegiatan penyebaran agama khatolik pada tahun 1822 Paus Gregorius XV membentuk suatu komisi cardinal yang bernama Congregatio de Propaganda Fide untuk menumbuhkan keimanan kristiani diantara bangsa-bangsa. Propagandis adlaah orang yang melakukan propaganda yang mampu menjangkau khalayak kolektif lebih besar, biasanya dilakukan politikus atau kader partai politik yang


(46)

memiliki kemampuan dalam melakukan sugesti kepada khalayak dan menciptakan suasana yang mudah terkena sugesti, di negara demokratis menurut W.Dobb dipahami sebagai suatu usaha individu atau kelompok yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan menggunakan sugesti. Sedangkan Harbert Blumer, suatu kampanye politik dengan sengaja mengajak, mempengaruhi guna menerima suatu pandanganm sentiment atau nilai.

d. Public Relations (PR) Politics, yang tumbuh pesar di Amerika Serikat setelah Perang Dunia II, sebagai suatu upaya alternative dalam mengimbangi propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial dan politik, presiden Theodore Rossevelt (1945 mendeklarasikan pemerintahan sebagai square deals (jujur dan terbuka) dalam melakukan hubungan dengan masyarakat dan menjalin hubungan timbal balik secara rasional. Sehingga tujuannya untuk menciptakan hubungan saling percaya, harmonis, terbuka atau akomodatif antara politikus, professional atau aktivis (komunikator) dengan khalayak (kader, simpatisan, masyarakat umum).

e. Kampanye Politik, adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang atau kelompok (organisasi) dalam waktu tertentu untuk memperoleh dan memperkuat dukungan politik dari rakyat atau pemilih.


(47)

32

Menurut Rogers dan Storey (1987) (dalam Venus, 2004:7), merupakan serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu, sehingga berbeda dengan propaganda, dimana kampanye cirinya sumber yang melakukannya selalu jelas, waktu pelaksanaan terikat dan dibatasi, sifat gagasan terbuka untuk diperdebatkan khalayak, tujuannya tegas, variatif serta spesifik, modus penerimaan pesan sukarela dan persuasi, modus tindakannya diatur kaidah dank ode etiknya, sifat kepentingan mempertimbangkan kepentingan kedua belah pihak.

f. Lobi Politik, istilah lobi sendiri sesungguhnya tempat para tamu menunggu untuk berbincang-bincang di hitel, karena yang hadir para politikus yang melakukan pembicaraan politik (political lobbying) terjadi dialog dengan tatap muka (komunikasi antarpersonal) secara informal namun penting. Karena hasil lobi itu biasanya ada kesepahaman dan kesepakatan bersama yang akan diperkuat melalui pembicaraan formal dalam rapat atau siding politik yang akan menghasilkan keputusan dan sikap politik tertentu. Dalam lobi politik pengaruh dari pribadi seorang politikus sangat berpengaruh seperti komptensinya, penguasaan masalah dan charisma. Lobi politik adalah gelanggang terpenting bagi


(48)

pembicaraan para politikus atau kader politik tentang kekuasaan, pengaruh, otoritas, konflik dan consensus.

g. Lewat Media Massa, menurut MacLuhan sebagai perluasan panca indra manusia (sense extention theory) dan sebagai media pesan (the medium in the message) dalam hal ini pesan politik untuk mendapatkan pengaruh, kekuasaan-otoriras, membetuk dan merubah opini public atau dukungan serta citra politik, untuk khalayak yang lebih luas atau yang tidak bisa terjangkau oleh bentuk komunikasi yang lain. (Mahi, 2010:37)

2.1.4.2 Tujuan Komunikasi Politik

a. Citra Politik, karena menurut Robert (1977) (Arifin, 2003:105) bahwa komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat dan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara khalayak mengorganisasikan citranya tentang lingkungan, citra (image) adalah gambaran seseorang (figure) yang tersusun melalui persespsi yang bermakna melalui kepercayaan, nilai dan pengharapan. Menurut Dan Nimmo (2000:6-7) citra politik terjalin melalui pikiran dan perasaan secara subjektif yang akan memberikan penilaian dan pemahaman terhadap peristiwa politik tertentu.

b. Pendapat Umum, yang diterjemahkan dari bahasa inggris public opinion dikenal pada awal abad ke-18 menurut Alquin menganggap bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan “vox populi, vox dei”,


(49)

34

William Albig (Arifin, 2003:116) pendapat umum adalah hasil interaksi antara orang-orang dalam suatu kelompok, sedang Whyte menyebutkan sebagai suatu sikap rakyat mengenai suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum sehingga bisa dicirakan sebagai : (a) pendapat, sikap, perasaan, ramalan, pendirian dan harapan-harapan dari individu, kelompok dalam masyarakat tentang maslaah yang berhubungan dengan kepentingan umum atau persoalan sosial; (b) hasil interaksi, diskus, atau penilaian sosial antarindividu berdasarkan pertukaran pikiran secara sadar dan rasional; (c) pendapat umum akan dapat dikembangkan, dirubah dan dibentuk oleh media massa; (d) bisa dilakukan pada penganut paham demokratis.

c. Partisipasi Politik, menurut Kevin R Hardwick sebagai perhatian dari warga negara yang berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingannya terhadap pejabat publik; sedang Meriam Budiardjo (dalam faturohman dan sobari, 2002:185) mengartikan sebagai kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Atau menurut Samuel P Huntngton sebagai kegiatan warga negara yang bertindak secara pribadi atau kolektif dengan maksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, secara spontan atau terorganisasi, mantap atau sporadis secara damai atau kekerasan,


(50)

legal atau illegal dan efektif atau tidak efektif. Bosa berupa (a) Agregasi kepentingan (interest aggregation fungtion), pada fungsi ini terdapat proses penggabungan kepentingan, untuk kemudian dirumuskan dan disalurkan kepada pemegang kekuasaan atau pemerintah yang memegang kekuasaan dan yang berwenang untuk dijadikan kebijakan public, (b) fungsi artikulasi kepentingan (interest articulation fungtion), pada fungsi ini terjadi proses sintesis aspirasi individu-individu sebagai anggota kelompok berupa ide, pendapat yang kemudian dijadikan pola dan program politik.

d. Sosialisasi Politik, menurut David Easton dan Jack Dennis sebagai suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasiorientasi politik dan pola-pola tingkah laku. Kemudian Robinson oleh Alexis S Tan (Harun dan Sumarno, 2006:82) merupakan proses perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan proses belajar pemahaman terhadap peristiwa politik e. Pendidikan Politik, adalah sebagai usaha menanamkan, merubah

atau mempertahankan sistem nilai politik atau orientasi politik dengan mengaktifkan proses sikap, perilaku, sistem berfikir, pandangan seseorang atau kelompok, baik kader, simpatisan, dan masyarakat umum, yang dilakukan oleh politikus. Professional dan aktivis (sebagai komunikator politik) atau oleh lembaga (organisasi) seperti partai politik.


(51)

36

f. Rekrutmen Politik, yaitu suatu usaha untuk mengajak kepada individu-individu masuk ke dalam orientasi dan nilai politik, yang pada akhirnya secara kongkrit menjadikan anggota politik baik simpatisan sampai kader politik dan pengurus organisasi politik.

2.1.5 Tinjauan Kontruksi Makna 2.1.5.1Definisi Kontruksi Makna A. Konsep Makna

Makna dalam kamus besar Bahasa indonesia berarti arti, maksud pembicara atau penulis. Menurut A.M Moefad, menyatakan “pengertian mendefinisikan sebagai berikut; “kemampuan total untuk mereaksi terhadap bentuk linguistik”.

Kontruksi makna adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensors mereka untuk memberikan arti bagi lingkungan mereka. Konstruksi makna juga dapat diartikan sebagai proses dengan mana orang mengorganisasi dunia dalamperbedaan yang signifikan. Proses ini kemudian dijalankan melalui konstruksi kode-kode sosial, budaya, dan sejarah yang spesifik. Konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia. Ringkasnya konstruksi makna adalah produksi makna melalui bahasa, konsep konstruksi makna bisa berubah-ubah. Akan selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negosiasi yang disesuaikan dengan situasi yang baru. Ia adalah hasil


(52)

praktek penandaan, praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu (dalam Sobur, 2003:255)

Makna dapat dibedakan antara makna denotarif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah suatu kata yang mengarah pada suatu yang dimaksud oleh kata itu. Dengan kata lain, denotatif mengandung makna yang sebenernya. Sedangkan makna konotatif adalah makna implisit atau kiasan.

Menurut orgen dan ricard dalam Lawrence Kincaid menjelaskan bahwa penguraian proses komunikasi, untuk sebagian mengandung unsur psikologi. Sementara ini psikologi sudah mencapai tahap tertentu, dimana tugas tersebut dimungkinkan pelaksanaannya dengan baik. Kini tidak ada lagi alasan untuk dapat berbicara secara samar-samar mengenai makna, begitu pula untuk tidak mengetahui cara-cara dengan mana kata-kata memperdayai kita.

Makna tidak hanya terbatas pada batas-batas konsep yang dapat diterapkan dalam suatu situasi. Makna yang diperoleh dari (atau dimiliki untuk) konsep suatu hal, sebenernya lebih mendalam, lebih besar dari konsepnya sendiri.

Sedangkan menurut Brodbeck dalam Aubrey faiher mengemukakan bahwa sebenernya ada tiga pengertian tentang konsep makna yang berbeda-beda. Salah satu jenis makna menurut tipologi brodbeck, adalah:


(53)

38

1. makna referensial, yakni makna suatu istilah adalah objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditunjukan oleh istilah itu.

2. Tipe makna yang kedua adalah arti istilah itu. Suatu istilah dapat saja memiliki refernsi dalam pengertian yang pertama, yakni mempunyai referen, tetapi karena ia tidak dihubungkan denga berbagai konsep yang lain, ia tidak mempunyai arti.

3. Tipe makna yang ketiga mencangkup makna yang dimaksud (international) dalam arti bahwa arti sesuatu istilah atau lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.

Makna dalam komunikasi

Makna yang berkaitan dengan komunikasi hakikatnya merupakan fenomena sosial. Makna sebagai konsep komunikasi, mencangkup lebih dari sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman, aspek-aspek pemahaman yang secara bersama dimiliki para komunikator.

Makna menurut Perspektif Interaksionisme

Mead dalam Sobur (2003: 257) menyatakan bahwa Perspektif interaksionisme menempatkan makna interaksional dalam apa yang ia namakan suatu percakapan isyarat (conversation of gestures dimana suatu isyarat (gesture) berarti tindakan yang bermakna secara potensial. Makna secara interaksional dimiliki bersama dengan proses empati melalui pengambilan peran yang aktif. Individu memainkan peranan yang lebih


(54)

aktif, mencari makna menurut pandangan orang lain dan berbagi makna itu dengan orang lain.

B. Ruang Lingkup Makna

Upaya memahami „makna‟, sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik berbagai macam disiplin ilmu, termasuk ilmu komunikasi. Itu sebabnya, beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata „makna‟ ketika mereka merumuskan definisi komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1994:6), misalnya, menyatakan, “ Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.” Demikian pula dengan yang diungkapkan oleh Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (1979:3), “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.” Brown dalam Sobur (2003 : 256) mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa.

Yaomi dalam blognya menuliskan bahwa :

“Para ahli mengakui istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Setiap kata memiliki makna masing-masing dimana setiap individu melakukan proses dalam memberikan makna terhadap suatu kata tersebut. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran, dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia : inderawinya, daya pikirnya dan akal budinya”.


(55)

40

Model proses makna Wendell Johnson yang dikutip oleh Sobur (2003:258) menawarkan sejumlah implikasi bagi komunikasi antar manusia, yaitu:

a. Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula, makna yang didapat pendengar dari pesanpesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk mereproduksi, di benak pendengar, apa yang ada dalam benak kita. Reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah.

b. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang digunakan sejak 200-300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini terus berubah dan khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.

c. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. d. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan

erat dengan gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan yang berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang konkret dan dapat diamati. Penyingkatan perlu dikaitkan dengan objek, kejadian dan perilaku dalam dunia nyata.

e. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata kata, suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu, kebanyakan kata mempunyai banyak makna.

f. Makna dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian (event) bersifat multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan.

C. Kontruksi Makna

Kontruksi makna adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensors mereka untuk memberikan arti bagi lingkungan mereka. Ringkasnya kontruksi makna adalah proses produksi makna melalui bahasa, konsep kontruksi makna bisa berubah.


(56)

Akan selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam posisi negosiasi yang disesuaikan dengan situasi yang baru. Ia adalah hasil praktek penandaan, praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu. (Juliastuti, 2000,)

Makna sebagai dasar bertindak muncul dari tiga premis yang dikemukakan oleh Blummer, yaitu: pertama, manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada sesuatu tersebut, kedua, makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain. Ketiga, makna tersebut diciptakan, dipertahankan, diubah, dan disempurnakan melalui proses penafsiran ketika berhubungan dengan sesuatu yang dihadapinya. Semua manusia memiliki makna dan berusaha untuk hidup dalam suatu dunia yang bermakna.

Makna yang dilekatkan manusia pada realitas pada dasarnya bukan hanya dapat dipahami oleh dirinya sendiri, tetapi juga dapat dipahami oleh orang lain. Realitas sosial dipahami melalui makna yang muncul dari gejala-gejala yang dapat diobservasi. Memahami makna dapat dilakukan dengan menggunakan metafora (Morgan, 1986). Metafora yang digolongkan sebagai bahasa kiasan, membantu kita untuk melihat sesuatu atau objek tertentu dengan lebih jelas, sebab kita sudah memiliki pengetahuan atas sesuatu yang dibuat perbandingannya tersebut sebelumnya.


(57)

42

2.1.5.2Definisi Nilai-nilai

“Dalam buku fisafat komunikasi yang disusun oleh Mohammad

Zamroni, Nilai sebagai sesuatu yang baik atau sebagai sesuatu yang buruk tergantung apakah dilihat sebagai esensinya (isi) atau sebagai alat. Sesuatu yang dipadang sebagai kebaikan, bisa terjadi apabila ia memang secara esensinya baik, tetapi bisa juga terjadi karena ia dijadikan alat untuk suatu keburukan. Rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap suatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman dan seterusnya. Nilai dijadikan sebagai panduan untuk individu dalam mengkontruksi makna Blusukan”. (Mohammad Zamroni, 2009 : 145)

2.1.5.3Definisi Motif

Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan, yang beraal dari dalam diri seseorang, baik disadari maupun tidak disadariuntukmencapai tujuan tertentu. Motif merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam tingkah laku seseorang. Motif diartikan sebagai suatu keadaan yang sangat kompleks dalam organisme (individu) yang mengarahkan perilakunya pada suatu tujuan, baik disadari atau tidak. Perilaku tersebut bertujuan untuk mendapatkan inisiatif, jadi dapt disimpulakn bahwa adanya keinginan diluar dan tujuan untuk memperoleh sesuatu hal.


(58)

Menyangkut motif, Schutz dalam buku karangan dalamn Kuswarno membaginya menjadi dua, yaitu:

a. Motif „untuk‟ (in order to motive), artinya sesuatu merujuk pada

pengalaman masa lalu indivu, karena itu berorientasi pada masa depan.

b. Motif „karena‟ (because motive), artinya sesuatu merujuk pada

pengalaman masa lalu individu, karena itu berorientasi pada masa lalu. (Kuswarno, 2009 : 109)

Motif masyarakat Jakarta pusat dalam memaknai blusukan Joko Widodo di Jakarta pusat ini dapat dibedakan menjadi motif untuk dan motif karena. Motif seseorang dapat menggambarkan bagaimana ia akan berperilaku. Motif juga menentukan apa yang akan dicari dan apa yang akan didapat selama menjadi anggota.

Seperti yang dikatakan Schutz (dalam Kuswarno, 2009 : 109) : “Dunia social merupakan sesuatu yang intersubjektif dan pengalaman yang penuh makna (meaningfull). Konsep fenomenologi menekankan bahwa makna tindakan, identik dengan motif yang mendorong tindakan seseorang, yang lazim disebut in-oder-to-motive. Dengan demikian untuk memahami tindakan manusia secara individu harus dilihat dari motif apa yang mendasari tindakan tersebut. Lebih lanjut Schutz menambahkan bahwa motif yang melatarbelakangi suatu tindakan atau beacause motive kita bisa melihat makna tindakan sesuai motif asli yang benar-benar mendasari tindakan yang dilakukan secara individu”. (Kuswarno, 2009 : 109).

2.1.5.4Definisi Pengalaman

Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi


(1)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas semua rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Usulan Penelitian yang berjudul “KONSTRUKSI MAKNA GAYA BLUSUKAN” (Studi Fenomonologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat).

Penyusunan Peneliti ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kedua orang tua tercinta Ratib dan Watmi atas segala cinta kasih dan sayang yang mewarnai kehidupan penulis dan yang selalu setia mendukung penulis, memberikan kekuatan moril dan memenuhi kebutuhan materi penulis.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak luput dari segala macam kesulitan dan hambatan. Namun kesulitan dan hambatan tersebut dapat diminimalkan karena banyaknya pihak-pihak yang memberikan bantuan. Dalam kesempatan kali ini perkenankanlah peneliti dengan segala kerendahan hati untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini kepada :


(2)

vii

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo., Drs., M.A selaku Dekan FISIP UNIKOM yang telah mengeluarkan surat pengantar penelitian.

2. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM dan Sebagai Dosen Pembimbing sekaligus Dosen wali yang selama ini telah sabar membimbing dan membantu penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

3. Yth. Sangra Juliano M.I.Kom Selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan FISIP UNIKOM yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

4. Yth. Desayu Eka Surya, S,Sos., M.Si, Drs Manap Solihat, M.Si., Adiyana Slamet S.IP., M.Si, , Inggar Prayoga M.I.Kom., Dr. Drs. M.Ali Syamsudin Amin, M.Si., Rismawaty, S.Sos., M.Si, Olih Solihin, M.I.Kom., dan Tine Wulandari, M.I.Kom., yang telah memberikan arahan-arahan, Ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

5. Mbak Astri Ikawati, A,Md. Kom, selaku seketariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Teman-teman Terbaik Agil, Leon, bayu, Kang Oding, Syeh, icha dll yang telah menjadi sahabat terbaik pada saat Penulis mengerjakan skripsi. 7. Teman-teman seperjuangan Faisal rahmat, Opik (Oon gorilla), Gent-gent,


(3)

viii

Fajar, Risman,Reza terima kasih pada kalian yang telah membantu penulis menyelesaikan Skirpsi ini.

8. Semua pihak yang terkait dan ikut serta membantu penulis dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan karya ilmiah ini terima kasih untuk segala bentuk bantuannya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian Skripsi ini masih banyak kesalahan dan diperlukannya penyempurnaan dari berbagai sudut, baik itu dari segi penulisan, isi, dan maknanya. Oleh karena itu peneliti selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk membangun agar penelitian Skripsi ini dapat mendekati sempurna.

Penyusun yang ternilai ini akan peneliti jadikan sebagai bahan motivasi di masa yang akan datang. Semoga penelitian Skripsi ini berguna bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, Februari 2015 Penulis,

Zaenal Muttaqin NIM.41808116


(4)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Kontruksi Makna Gaya Blusukan

(Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubernur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

ZAENAL MUTTAQIN NIM : 41808116

Telah disetujui untuk diajukan menempuh Sidang Skripsi Bandung, 6 Februari 2015

Menyetujui, Pembimbing

Melly Maulin P, S.Sos., M.Si NIP. 4127 35 30 004

Mengetahui, Ketua Program Studi

Ilmu Komunikasi

Melly Maulin P, S.Sos., M.Si NIP. 4127 35 30 004


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Zaenal Muttaqin

Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 25 Oktober 1988 Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jln. Sekeloa utara No.104 Tinggi / Berat Badan : 170 cm / 55 kg

Telepon : 081221563931/082240484165


(6)

PENDIDIKAN FORMAL

PENGALAMAN MENGIKUTI KEGIATAN / SEMINAR

NO Tahun Kegiatan/Seminar Lokasi

1 2009 Table Menner – The Jaayakarta Suite

hotel & Spa Hotel jayakarta Bandung 2 2009 Mentoring Agama Islam Auditorium Miracle UNIKOM 3 2010 Study Tour Ke Media Massa Metro

TV Gedung Metro TV

4 2012 Seminar Pelatihan Video DSLR

(mengupas Video DSLR) Bandung

5 2013

Seminar Spirit Of Communication Science Student “opportunities And Chellenger In Broadcasting And Mass Media

Auditorium Miracle UNIKOM

6 2013 Budayakan Komunikasi

Komunikasikan Budaya Bober Bandung 7 2013 Travel Journalism Bukan sekedar

jalan-jalan Auditorium Miracle UNIKOM

8 2014

Seminar Strategi Kampanye Partai Politik Dalam Menghadapi Pemilu 2014

Auditorium Miracle UNIKOM

9 2014 Citizen Journalism Auditorium Miracle UNIKOM

Bandung, Februari 2015

Zaenal Muttaqin NIM. 41808116 No. Tingkat Jurusan/Program

Studi STTB/Tanda Lulus/Ijasah tahun Tempat Keterangan Lulus/tidak lulus

1. TK - 1995 - 1996 TK Pratiwi Tegal Lulus

2. SD - 1995 – 2001 SD Negeri 01 Setu

Tegal Lulus

3. SMP - 2001 – 2004 SMP Negeri 1 Tegal Lulus

4. SMA - 2004 - 2007 SMA Negeri 2

Sumedang Lulus