Pembuatan pasta Nannochloropsis sp. dengan menggunakan dosis NaOH yang berbeda di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung

(1)

PEMBUATAN PASTA Nannochloropsis sp. DENGAN MENGGUNAKAN DOSIS NaOH YANG BERBEDA DI BALAI BESAR PERIKANAN

BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG ABSTRAK

Oleh Ahmad Yani

Fitoplankton merupakan organisme produsen, memiliki peran penting sebagai pakan alami zooplankton. Ketersediaan Nannochloropsis sp. secara kontinyu sering menjadi masalah, untuk itu perlu dilakukan pembuatan pasta untuk

ketersediaan pakan zooplankton. Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis NaOH yang paling baik untuk pembuatan pasta

Nannochloropsis sp. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan, yaitu : P1 sebagai Kontrol (Dosis NaOH 100 ppm), P2 (Dosis NaOH 125 ppm), P3 (Dosis NaOH 150 ppm), P4 (Dosis NaOH 175 ppm) dengan 4 kali ulangan. Parameter yang diamati adalah kepadatan populasi Nannochloropsis sp., laju pertumbuhan spesifik Nannochloropsis sp., dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada P2 (p<0,05) yaitu dengan kepadatan populasi 6687,00 x 104 Sel/ml, dan kepadatan populasi terendah pada P4 dengan kepadatan 4045,00 x 104 Sel/ml. Laju pertumbuhan spesifik tertinggi Nannochloropsis sp. terdapat pada P2 (p<0,05) yaitu 43,21 % hari.

Kata kunci : Pasta Nannochloropsis sp., Pertumbuhan spesifik, BBPBL, dan dosis NaOH.


(2)

PEMBUATAN PASTA Nannochloropsis sp. DENGAN MENGGUNAKAN DOSIS NaOH YANG BERBEDA DI BALAI BESAR PERIKANAN

BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

Oleh Ahmad Yani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PEMBUATAN PASTA Nannochloropsis sp. DENGAN MENGGUNAKAN DOSIS NaOH YANG BERBEDA DI BALAI BESAR PERIKANAN

BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Ahmad Yani

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk Nannochloropsis sp ... 6

Gambar 2. Morfologis Nannochloropsis sp ... 8

Gambar 3. Diagram alir ... 19

Gambar 4. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp sebelum diberi NaOH .. 25

Gambar 4. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp setelah diberi NaOH... 26

Gambar 6. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp. perlakuan 2 ... 32

Gambar 7. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp. perlakuan 3 ... 33


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Nannochloropsis sp...9 Tabel 2. Data analisis kepadatan populasi Nannochloropsis sp. Pada masing –

masing perlakuan...27

Tabel 3. Laju pertumbuhan populasi spesifik Nannochloropsis sp. pada hari ke 6...28

Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian ...29 Tabel 5. Berat pasta Nannochloropsis sp...29


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka pikir... 3

E. Hipotesis...5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Klasifikasi Nannochloropsis sp ... 6

B. Morfologi Nannochloropsis sp ... 7

C. Manfaat Nannochloropsis sp ... 9

D. Reproduksi Nannochloropsis sp...9

E. Kultur Nannochloropsis sp...11

F. Faktor pembatas Nannochloropsis sp ...12

1.Sumber air ...12

2.Faktor lingkungan ...12

2.1 Cahaya ...12

2.2 Suhu ...13

2.3 PH ...13

2.4 Salinitas ...14

G. Komponen pembentukan gel ...14

III. METODE PENELITIAN... ...17

A. Waktu dan Tempat ... 17

B. Alat dan Bahan ... 17


(7)

D. Pelaksanaan Penelitian ... 19

1. Persiapan Penelitian ... 19

1.1Sterilisasi Alat ... 20

1.2Sterilasai Bahan ... 20

1.3Persiapan Media Uji ... 20

E. Parameter yang diukur ... 22

1. Jumlah kepadatan populasi Nannochloropsis sp...22

2. Laju pertumbuhan populasi spesifik...23

3. Kualitas air media...24

F. Analisis Data...24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...25

A. Hasil...25

B. Pembahasan...30

V. KESIMPULAN DAN SARAN...39

A. Kesimpulan...39

B. Saran...39

DAFTAR PUSTAKA...40


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Nannochloropsis sp...9 Tabel 2. Data analisis kepadatan populasi Nannochloropsis sp. Pada masing –

masing perlakuan...27

Tabel 3. Laju pertumbuhan populasi spesifik Nannochloropsis sp. pada hari ke 6...28

Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian ...29 Tabel 5. Berat pasta Nannochloropsis sp...29


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk Nannochloropsis sp ... 6

Gambar 2. Morfologis Nannochloropsis sp ... 8

Gambar 3. Diagram alir ... 19

Gambar 4. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp sebelum diberi NaOH .. 25

Gambar 4. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp setelah diberi NaOH... 26

Gambar 6. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp. perlakuan 2 ... 32

Gambar 7. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp. perlakuan 3 ... 33


(10)

(11)

(12)

Moto

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu

urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan lain).

Dan haya kepada Tuhanmulah engkau berharap

(

Q

.S Al Insyirah: 6-8)

Jangan menunda sebuah pekerjaan, lebih baik

menyesali apa yang kamu kerjakan, dari pada

menyesali apa yang tidak pernah kamu kerjakan

(Anonim)

Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari

dalam hati, maka seluruh alam semesta akan


(13)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, ku persembahkan karya ini dengan kesungguhan hati sebagai

tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan Ayah tercinta yang telah mencurahkan kasih sayangnya dan pengorbanannya dengan tulus ikhlas demi

kebahagiaan dan keberhasilanku.

Paman dan Bibi tercinta yang telah memberikkan motivasi serta kasih sayang dan pengorbanannya dengan tulus ikhlas

demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Abang Fauzan yang telah memberikan bantuan moril dan materi dengan tulus ikhlas demi kebahagiaan dan

keberhasilanku.

Adik-adikku dan seluruh keluarga besar dari ayah, ibu yang selalu memberikan samangat dan dukungannya dalam

menyelesaikan studiku.

Para guru dan dosen yang dengan tulus ikhlas dalam mendidik dan memberikan ilmunya kepada ku.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat dan menemani selama menjalankan studiku.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Yani anak kedua dari tiga bersaudara oleh

pasangan Bapak Muslim dan Ibu Halimah yang dilahirkan di Lubuk - Landai pada tanggal 10 November 1992. Penulis mengawali pendidikannya Sekolah Dasar Negeri 28 Lubuk – Landai, Muara – Bungo, Jambi di tahun 1998. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya penulis

melanjukan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lubuk – Landai, Muara – Bungo, Jambi pada tahun 2004 dan Sekolah Menengah Atas SMA TARUNA BANGSA Bukitinggi, Sumatra Barat pada tahun 2007. Penulis terdaftar menjadi mahasiswa jurusan Biologi FMIPA Unila di tahun 2011.

Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjadi asisten praktikum Struktur Perkembangan Hewan (SPH), Ekologi, Taksonomi Hewan 2, dan Biostematika Hewan (Bioshew). Selain itu penulis aktif dalam berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA UNILA menjabat sebagai Kepala Dinas Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa, akif di bidang akademik ROIS FMIPA UNILA, dan pernah menjadi Anggota Bidang I (Kaderisasi dan Kepemimpinan) di HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) FMIPA UNILA.

Pada Tahun 2014, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Di desa Poncorejo, Dusun Siderejo, Padang Cermin, Pesawaran. Lampung

Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, selama 40 hari dengan judul “Tehnik Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) di BBPBL Lampung”

Ilmu yang didapatkan selama Kerja Praktik dilanjutkan penelitian di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, menyesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi pada tanggal 11 Juni 2015 degan judul “Pembuatan Pasta


(15)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu atau Sarjana dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul “Pembuatan Pasta Nannochloropsis sp. Dengan Menggunakan Dosis NaOH Yang Berbeda di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut ( BBPBL) Lampung “.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan lancar dan sukses tanpa doa, bimbingan, dan dukungan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu dengan dengan setulus hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orangtua tercinta dan Nenek ku tersayang, Ayah (Muslim), Ibu (Halimah), Nenek (Siti aisyah), Kakak, adek, serta Keponakan ku tersayang (Fauzan., Fauziah, Revi, Rizki dan Almira) yang dengan sabar telah memberi semangat, nasehat,dan doa. Terimakasih untuk seluruh perjuangan dan kebahagiaan yang tak terhingga.


(16)

2. Ibu Dra, Sri Murwani, M.Sc. Selaku pembimbing I yang telah memberikan doa, bimbingan, kritik, saran, motivasi serta nasehat sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi.

3. Ibu Emy Rusyani, S.Pi., M.Si. Selaku pembimbing II, terimakasih atas semua doa, nasehat,motivasi, arahan, saran, serta bantuan yang sangat bermamfaat bagi penulis selama melakukan Penelitian.

4. Bapak Dr. Tugiyono, M.Si., Ph.D. Selaku Pembahas, terimakasih atas semua doa, nasehat,motivasi, arahan, saran, motivasi serta nasehat sehingga penulis dapat menyelesikan Skripsi.

5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku ketua jurusan Biologi FMIPA UNILA.

6. Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan FMIPA UNILA.

7. Bapak Drs. Suratman Umar, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, semangat dan nasehat kepada penulis.

8. Seluruh dosen biologi, yamg telah membimbing dan memberi ilmunya tanpa pamrih, demikian juga kepada staff dan laboran yang tlah membantu selama perkuliahan.

9. Terimakasih untuk Putri Dara Yunda yang selalu memberi perhatian, cinta, semangat, dan saran selama penulis menempuh perkuliahan sampai terselesainya Skripsi.

10.Terimakasih kepada Semua karyawan BBPBL Lampung dan ibu Ika, Pakde yanto, pak panut, om safei, Mas Ryan, Rizki, dan Wanda telah memberikan segala bantuan sarana dan prasarana yang kepada penulis sehingga terselesainya penelitian.


(17)

11.Teman-teman 2011, Agung Prasetyo, Wendy Dwi Putra, Andrian Isro Ramadi, Rahmat Ori, Sobran, Robith Kurniawan, Anggi Reza, Adi Irawan, Fadilla sandi, Padilla Suci, Riska Damyanti, Edelina Sinaga, Nori, Astrid, Reni, Debby s, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan semangatnya untuk penulis.

12.Terimakasih kepada keluarga HIMBIO yang telah memeberikan banyak ilmu yang bermamfaat.

13.Kelurga Besar Badan Eksekutif Mahasiswa BEM MIPA UNILA, terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi untuk penulis.

14.Teman – teman KKN, Deny, Yogi, Linda, Eva, Gusmau, Edy, Lely, Febi, Dini, Yoga, Agung, Mia, Gesta, dan Eka, terimakasih atas dukungan dan semangatnya untuk penulis.

15.Terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberi ilmu dan membantu dalam penelitian.

Penulis berharap Allah SWT akan membalas semua kebaikan kalian semua, dan semoga Skripsi ini bermamfaat untuk semua orang yang membaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandarlampung, 22 Juni 2015 Penulis,


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam

perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya tingkat kematian larva ikan, yang disebabkan oleh kekurangan makanan pada saat kritis, yaitu pada masa penggantian makanan dari kuning telur (yolksack) ke pakan alami. Untuk mengatasi tingginya kematian ikan pada stadia larva, perlu disediakan pakan alami yang dapat mendukung pertumbuhan dan populasi larva ikan (Haris, 1983). Menurut Mujiman, (2004) pakan alami larva ikan adalah organisme mikroskopik yang ada didalam air seperti plankton.

Plankton merupakan sumberdaya pakan alami yang sangat diperlukan dalam pembudidayaan, terutama dalam kegiatan pembenihan. Nontji (2002)

menyatakan bahwa plankton merupakan makanan bagi jenis hewan laut yang hidup melayang/mengambang di dalam air. Dalam usaha pembenihan, ada dua jenis plankton yang digunakan sebagai pakan alami yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan organisme produsen yang sering disebut mikroalga (Priyadi, 1991).


(19)

2

Mikroalga memiliki peran penting sebagai pakan alami zooplankton dan larva ikan karena mempunyai kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan mineral serta asam amino lengkap. Salah satu fitoplankton yang baik untuk pakan zooplankton seperti Rotifer adalah Nannochloropsis sp., karena mempunyai kandungan EPA dan DHA yang tinggi (Wahyuni dkk, 2001). Kandungan nutrisi dari analisis proksimat pada Nannochloropsis sp. adalah protein 52,11 %, karbohidrat 16,00 % dan lemak 27,64 % (Bentley, 2008). Selain itu Nannochloropsis sp. juga mudah dibudidayakan dan populasinya cukup tinggi. Ketersediaan Nannochloropsis sp. secara kontinyu sering menjadi masalah, karena adanya perubahan lingkungan, dan kurangnya sinar matahari pada musim hujan, sehingga sulit untuk melakukan kultur massal.

Berkurangnya jumlah kepadatan Nannochloropsis sp., dapat menyebabkan populasi zooplankton (Rotifer) menurun, yang berdampak pada penurunan populasi larva-larva ikan (Muliono, 2004). Untuk itu perlu dicari cara untuk mengatasi penurunan populasi mikroalga tersebut.

Kokarkin dan Kusnendar (2000) menemukan cara praktis untuk

mengendapkan biomassa mikroalga tersebut menjadi padatan (pasta) sebagai pakan alami Rotifer. Pengendapan mikroalga ini dilakukan dengan

menambahkan NaOH kedalam media budidaya, sehingga dapat meningkatkan nilai pH dalam air (Kokarkin dan Kusnendar, 1999). Selanjutnya di katakan bahwa dalam keadaan pH tinggi sel – sel Nannochloropsis sp. dapat melekat dan mengendap.


(20)

3

Pembuatan Nannochloropsis sp. dalam bentuk pasta telah dilakukan oleh Muliono (2004) dengan menggunakan NaOH dengan dosis 105 ppm dan hasil nilai kepadatan 10 juta sel Nannochloropis sp merupakan hasil yang cukup baik untuk pasta Nannochloropsis sp. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pembuatan Pasta Nannochloropsis sp dengan menggunakan dosis NaOH yang berbeda, sehingga diharapkan mendapatkan dosis yang paling baik untuk memperoleh pasta Nannochloropsis sp. sebagai Pakan alami rotifer.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis NaOH yang paling baik untuk pembuatan pasta Nannochloropsis sp. dan berat pasta yang dihasilkan

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dalam penggunaan dosis NaOH untuk pembuatan pasta Nannochloropsis sp. dan sebagai informasi ilmiah yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat terutama dalam sektor budidaya perikanan.

D. Kerangka pikir

Pada budidaya ikan dan udang, pakan alami seperti Rotifer berperan penting dalam menunjang pertumbuhan larva – larva nya. Zooplankton tersebut merupakan konsumen primer yang membutuhkan pakan berupa fitoplankton. Salah satu jenis yang dibutuhkan oleh Rotifer adalah Nannochloropsis.


(21)

4

Nannochloropsis sp. merupakan alga hijau yang dapat berproduksi secara cepat dan memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi, sehingga sangat cocok untuk pakan zooplankton seperti Rotifer. Alga ini sering digunakan sebagai pakan alami di budidaya karena ketersediaannya cukup banyak dengan laju pertumbuhan yang tinggi. Namun mikroalga ini sangat sensitif terhadap perubahan cuaca yang tidak menentu dan perubahan suhu yang drastis. Perubahan tersebut berdampak pada menurunnya jumlah populasi Nannochloropsis sp.

Untuk mengatasi masalah ketersediaan Nannochloropsis sp., maka dibuat pasta Nannochloropsis sp. Pembuatan pastanya saat ini masih perlu ditingkatkan karena masih belum ditemukan teknik pembuatan pasta Nannochlorosis sp. yang efektif dan efisien.

Pembuatan pasta Nannochloropsis sp. saat ini dilakukan dengan

menggunakan larutan NaOH, karena larutan NaOH dapat meningkatkan pH air untuk membentuk endapan Nannochloropsis sp. dalam bentuk pasta. Kisaran dosis yang digunakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung antara 100-150 ppm menunjukkan hasil yang optimal. Namun percobaan yang belum dilakukan yaitu penggunaan dosis diatas 150 ppm. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan pasta

Nannochloropsis sp. dengan dosis NaOH antara 100 ppm – 175 ppm agar memperoleh hasil yang terbaik.


(22)

5

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diperoleh dosis NaOH yang paling baik untuk meningkatkan kepadatan populasi dan laju pertumbuhan Nannochloropsis sp. dalam pembuatan pastanya.

2. Dosis NaOH yang terbaik untuk pembuatan pasta Nannochloropsis sp. adalah 125 ppm.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Nannochloropsis sp.

Menurut Adehoog dan Simon (2001) Klasifikasi Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Protista Superdevisi : Eukaryotes Divisi : Chromophyta Kelas : Eustigmatophyceae Genus : Nannochloropsis

Species : Nannochloropsis sp. (Gambar 1).

Gambar 1. Nannochloropsis sp. (Anonim A, seambiotic.com, 2014).


(24)

7

B. Morfologi Nannochloropsis sp.

Mikroalga atau fitoplankton ini berukuran 2-4 mikron, berwarna hijau dan memilki dua flagella (Heterokontous) yang salah satu flagella berambut tipis (Gambar 2 ). Nannochloropsis sp. memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi membran, kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya, dan dapat berfotosintesis karena memiliki klorofil. Ciri khas dari mikroalga ini adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa (Sleigh dan williams, 1991), bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35%, pada salinitas 20-25% merupakan salinitas optimum pertumbuhannya. Mikroalga ini dapat tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°-30° (Sachlan, 1982). Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux fitoplankton ini dapat tumbuh dengan baik.

Belasco (1996) menyatakan genus ganggang hijau yang hidup di air laut, tawar dan tempat basah adalah Nannochloropsis sp. yang memiliki bentuk seperti bola, memiliki kloroplas seperti mangkuk kemudian berkembang biak secara vegetatif dengan cara membelah diri.


(25)

8

Gambar 2. Morfologis Sel Nannochloropsis sp. (Waggoner dan speer, 1999).

Dinding sel dari Nannochloropsis sp. disusun oleh lapisan microfibrillar

selulose, yang dikelilingi lapisan amorf dan disekresi oleh aparat golgi.

Sedangkan Inti sel merupakan struktur dengan ukuran yang relatif besar

berbentuk bulat dan dikelilingi oleh sitoplasma. Sitoplasma dikelilingi oleh

membran sel, yang mempunyai peran penting sebagai mengatur seluruh

aktifitas sel seperti fotosintesis dan berkembang biak. Dalam proses fiksasi

CO2, kloroplas dapat menyerap energi cahaya yang digunakan untuk

melakukan fotosintesis. Kloroplas berbentuk seperti lonceng yang terletak di

tepi sel dan Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif

terhadap cahaya (Waggoner dan speer, 1999).

Berdasarkan analisis Proksimat, setiap sel Nannochloropsis sp. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti terlihat pada tabel 1.


(26)

9

Tabel 1. Kandungan nutrisi Nannochloropsis sp.

Komposisi Nilai Presentase

Protein 52,11 %

Karbohidrat 16,00 %

Lemak

EPA (Eicosapentaenoic Acid) ARA/AA (Arachidonic Acid)

27, 64 % 31, 42 % 3,94 %

(Bentley, 2008).

C. Manfaat Nannochloropsis sp

Nannochloropsis sp lebih dikenal dengan nama Chlorella laut dikultur sebagai pakan Brachionus plicatilis atau Rotifer karena mengandung Vitamin B12 dan Eicosapentaenoic acid (EPA) sebesar 30,5 % dan total kandungan omega 3 HUFAs sebesar 42,7%, serta mengandung protein 52,11 % (Rodriguez and Delia, 1997). Vitamin B12 yang dimiliki plankton ini sangat penting untuk meningkatkan populasi Rotifer dan EPA untuk nilai nutrisinya sebagai pakan larva dan juvenil ikan laut (Fulks dan Main, 1991). Selain itu mudah dikultur secara massal dan tidak menimbulkan racun dan kerusakan ekosistem di bak pemeliharaan larva, serta pertumbuhan relatif cepat dan memiliki kandungan antibiotik.

D. Reproduksi Nannochloropsis sp.

Populasi mikroalga dalam lingkungan terbatas, ini menunjukkan 3 tahap pola pertumbuhan, yaitu: (1) tahap penyesuaian, (2) tahap pembelahan, (3) tahap pertumbuhan dan kematian (Fogg, 1987).


(27)

10

1. Tahap penyesuaian, merupakan tahap yang terjadi setelah inokulasi pada medium kultur. Pada tahap ini, sel melakukan aktivitas metabolisme dan fisiologis dalam mempersiapkan diri untuk melakukan pembelahan. Cepat atau lambatnya tahap ini bergantung pada kualitas dan kuantitas medium serta umur kultur yang diinokulasi.

2. Tahap pembelahan, terjadi setelah sel menyerap nutrien dari mediumnya 3. Tahap pertumbuhan dan kematian, adalah tahap pembelahan sel melalui

pembelahan protoplasma menjadi 2 bagian, disebut epitheca (setengah dinding bagian luar) dan hypotheca (setengah dinding bagian dalam), kemudian masing-masing bagian tersebut menyempurnakan dirinya untuk selanjutnya siap membelah lagi. Pada kondisi yang memungkinkan akan tercapai percepatan pertumbuhan. Tahap ini kecepatan pembelahan sel maksimum sehingga terlihat adanya penambahan sel yang berlipat ganda, dengan ukuran sel yang minimum, dan metabolisme berlangsung sangat aktif (Fogg, 1987).

a. Reproduksi Aseksual

Nannochloropsis sp. bereproduksi secara aseksual melalui autospora, bentuk sel anak tanpa cambuk yang akan dilepaskan dari dinding yang hancur pada sel induk lalu sel anak yang dilepaskan membentuk hampir sempurna dari sel vegetatif yang memproduksinya (Gualtieri and Barsanti, 2006).


(28)

11

b. Reproduksi Seksual

Reproduksi seksual pada Nannochloropsis sp. antara lain melalui Isogami, di mana kedua gamet motil (isogamet) yang memiliki ukuran yang

berbeda dinamakan heterogami. Sedangkan Anisogami adalah reproduksi di mana kedua gamet motil, tetapi gamet sperma berukuran kecil dan ovum besar. Pada Oogami, hanya gamet sperma yang motil dan bergabung dengan ovum yang non-motil tetapi berukuran sangat besar (Gualtieri and Barsanti, 2006).

E. Kultur Nannochloropsis sp.

Menurut Anjar (2002) kultur Nannochloropsis sp. dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kultur skala labolatorium, skala semi massal dan skala massal. Kultur skala labolatorium membutuhkan suhu yang relatif stabil, terjaga dan mendapatkan sinar secara langsung serta berada didalam ruangan tertutup. Fitoplankton membutuhkan penyinaran lampu TL 40 watt dengan intesitas cahaya 8000 lux, dapat membantu dalam proses perkembangan.

Kultur skala laboratorium merupakan kultur fitoplankton yang murni. Pada tahap ini kesterilan alat, media kultur dan tempat kultur sangat dibutuhkan terutama untuk peralatan yang berupa gelas (cawan petri, tabung reaksi, erlemenyer) dapat disterilkan dengan cara merebus peralatan di dalam air tawar mendidih (100°C) selama 15 menit, lalu diangkat kemudian keringkan dan simpan dalam tempat yang bersih. Peralatan seperti aerasi, pipet dapat diseterilisasi dengan perebusan. Air laut dan air tawar yang digunakan untuk


(29)

12

kultur harus terhindar dari organisme lain yang bisa menjadi kompetitor fitoplankton yang dikultur. Setelah melalui penyaringan, air tersebut dapat disterilisasi dengan cara perebusan sampai mendidih selama 15 menit, lalu dinginkan, dan direbus kembali sampai mendidih, dan diulang sebanyak 2 kali (Anjar, 2002).

F. Faktor pembatas Nannochloropsis sp. 1. Sumber air

Secara visual sumber air yang berkualitas terlihat jernih, bersih dan tidak berbau. Namun kejernihan air tidak menjamin bahwa air laut tersebut memiliki parameter yang bagus untuk pertumbuhan fitoplanton, karena sumber air laut yang dipakai seharusnya memenuhi syarat teruji secara fisika, kimia, dan biologi (Sugianto, 1997).

2. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton

2.1Cahaya

Menurut Jeffries dan Mills (1996), cahaya memiliki sumber utama di dalam suatu ekosistem perairan. Kisaran optimum intesitas cahaya bagi pertumbuhan fitoplankton 2000-8000 lux. Di perairan cahaya memiliki 2 fungsi utama yaitu :

1. Memanasi air, sehingga terjadi perubahan suhu. Perubahan suhu dapat mempengaruhi organisme di perairan, karena organisme


(30)

13

memiliki kisaran suhu maksimum dan minimum untuk kehidupannya.

2. Membantu dalam proses fotosintesis algae dan tumbuhan air di suatu perairan.

2.2Suhu

Kisaran optimum suhu bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 25°C – 35 °C. Suhu secara langsung mempengaruhi efisiensi

fotosintesis dan merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan Fitoplankton (Sugianto, 1997). Pada kondisi labolatorium suhu air dipengaruhi oleh suhu ruangan dan intesitas cahaya, sedangkan secara massal suhu air dipengaruhi oleh cuaca. Menurut Suriawiria (1985), didalam reaksi kimia kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi, karena ada proses metabolisme yang terjadi dirangkaian reaksi kimia, sehingga kenaikan suhu tertentu dapat mempercepat proses metabolisme.

2.3pH

pH adalah derajat keasaman, fitoplankton dan zooplankton sangat peka terhadap derajat keasaman cairan yang mengelilinginya. Menurut Suriwaria (1985) batas pH untuk pertumbuhan merupakan suatu gambaran dari batas pH bagi kegiatan enzim. Pada pH tertentu enzim dapat mengubah substrat menjadi hasil akhir sedangkan perubahan pH dapat membalik aktifitas enzim dengan


(31)

14

merubah hasil akhir menjadi substrat. Umumnya fitoplankton dan zooplankton dapat tumbuh baik pada kisaran pH optimum 8,0-8,5.

2.4 Salinitas

Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton. Menurut Supriya dkk (1997) salinitas yang baik untuk pertumbuhan fitoplankton yaitu pada salinitas 25-35%.

3. Komponen Pembentukan gel (Pasta)

pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai polimer, sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi bersambungan. Jala tersebut dapat menangkap atau mengimobilisasikan air di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Sifat pembentukan gel ini beragam dari satu jenis hidrokoloid dan gel mempunyai sifat seperti padatan, khususnya sifat elastis dan kekakuan (Fardiaz, 1989).

Ada tiga teori pembentukan gel yang didukung oleh para ahli kimia koloid yaitu pembentukan jaringan tiga dimensi, adsorpsi pelarut, dan orientasi partikel. Teori orientasi menjelaskan bahwa dalam beberapa sistem ada kecenderungan untuk terjadinya orientasi partikel pelarut dan zat terlarut dalam konfigurasi ruang tertentu dengan adanya pengaruh gaya dalam jangka panjang (Meyer, 1978).

Heyne (1987) menyatakan peristiwa terbentuknya gel disebabkan oleh suatu bahan karbohidrat yang memiliki kemampuan mengikat dengan air menjadi massa yang padat. Bentuk gel dapat bertahan pada waktu 1-2 hari dan


(32)

15

berubah menjadi lembek dalam waktu yang lama karena keluarnya kandungan air di dalam gel.

Reaksi kimia pembentukan selulosa dengan NaOH seperti berikut ini :

RcellOH + NaOH RcellOH.NaOH RcellONa + H20

RcellONa + ClCH2COONa RcellOCH2COONa + NaCl

NaOH + ClCH2COONa HOCH2COONa + NaCl

Pembentukan gel merupakan fenomena yang menarik dan sangat komplek, sehingga mekanismenya belum diketahui dengan baik. Menurut Glicsman (1982) pembentukan gel merupakan pengabungan yang terjadi antara ikatan silang rantai polimer yang membentuk rantai tiga dimensi yang dapat menghentikan air sehingga membentuk struktur yang kaku, dan kokoh terhadap aliran dibawah tekanan. Terbentuknya pasta atau padatan dalam bentuk gel dari Nannochloropsis sp disebabkan oleh reaksi dari dinding sel yang tersusun atas selulosa dan NaOH pada pH tinggi (mencapai 10) (Anidiastuti dkk, 2000). Selulosa merupakan bentuk polisakarida struktur rantai terdiri dari unit-unit anhidroglukosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan 1,4 Ɓ-D-glukopiranosa yang menyebabkan struktur selulosa linear.

NaOH (Natrium Hidroksida) adalah salah satu bahan yang dipakai dalam membuat gel, sifat NaOH korosif dan bisa menghasilkan panas apabila diberi air. Hasil pencampuran air dan NaOH bisa mencapai suhu 90°C, larutan NaOH pada air akan membentuk ion sehingga membentuk larutan elektrolit (Hamazaro, 2009). Basa merupakan senyawa kimia yang menyerap ion


(33)

16

hidronium ketika dilarutkan dalam air. Basa ditunjukkan untuk unsur atau senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa dapat dibagi menjadi dua yaitu basa kuat dan basa lemah. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Kekuatan basa sangat tergantung pada

kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut (Anonim B, 2014).

H2O

NaOH Na+ + OH-

Natrium hidroksida mempunyai rumus molekul NaOH, masa molar 40 gram/mol, titik didih 1390 °c dan titik leleh 318°c (Anonim C, 2014).

Menurut Anindiastuti dkk, (2000) manfaat pasta yaitu sebagai 1. Pakan Rotifer dan jenis zooplankton lainnya

Pasta dapat digunakan sebagai pakan Rotifer dan green water dalam media pemeliharaan larva.

2. Plankton ditumbuhkan dalam media pemeliharaan dan dibuat pasta dapat

digunakan sebagai bibit dengan cara melarutkan natant dengan air laut dan dapat disebarkan ke media kultur ketika larut dan terjadi pengumpalan sel


(34)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura,

Kecamatan Teluk pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

B. Alat dan Bahan a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Akuarium volume 100 liter, selang plastik diameter 2 cm dan 0,5 cm, mikroskop, pipet tetes, DO meter, pH meter, refractometer, thermometer, tabung reaksi, timbangan digital , selang, cover glass, haemocytometer, sendok plastik, kain satin, dan kamera digital untuk dokumentasi. Uji kualitas air yang dilakukan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media conwy PA, conwy teknis, vitamin B12, pupuk urea, ZA, TSP, dan bibit


(35)

18

air tawar steril, aquadest, aqubidest, alkohol 70%, asam sitrat 5% dan NaOH.

C. Rancangan percobaan

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan bibit Nannochloropsis sp. dari hasil kultur skala labolatorium dengan

kepadatan awal 5 juta sel dan dikultur dengan 4 perlakukan, masing- masing perlakuan terdiri dari 4 kali pengulangan.

P1 = Dosis NaOH 100 ppm sebagai kontrol. P2 = Dosis NaOH 125 ppm

P3 = Dosis NaOH 150 ppm P4 = Dosis NaOH 175 ppm

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian mengenai pembuatan pasta Nannachloropsis sp. dengan dosis NaOH yang berbeda dilaksanakan dengan beberapa tahap yang dapat dilihat pada gambar 3.


(36)

19

Gambar 3. Diagram alir pelaksanaan penelitian 1. Persiapan penelitian

Persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dimulai dari persiapan bahan, alat, dan pelaksanaan penelitian.

Mensterilisasi alat dan persiapan media uji

Mengukur Kualitas air

Kultur Nannochloropsis sp.

Menghitungan kepadatan Nannochloropsis sp.

Pembuatan Pasta Nannochloropsis sp.

Menghitungan kepadatan Nannochloropsis sp.

Analisis

Hasil


(37)

20

1.1Sterilisasi alat

Sterilisasi dilakukan pada beberapa alat-alat yang digunakan agar tidak terkontaminasi. Mencampurkan kaporit dengan dosis 100 ppm dengan air tawar. Merendam alat-alat seperti batu, t, selang aerasi kedalam larutan kaporit 100 ppm. Alat yang terbuat dari kaca seperti

erlenmeyer, toples kaca, dan gelas ukur disterilisasikan dengan

mencuci dan bilas sampai bersih kemudian semprotkan dengan alkohol 70% lalu dikeringkan. Perlengkapan aerasi yang telah dicuci bersih disterilisasikan dengan metode perebusan sampai mendidih

menggunakan air tawar (suhu 100 °C-125 °C) selama 15 menit. Alat-alat yang telah disteril, kemudian ditiriskan dan disemprotkan dengan larutan alkohol 70%.

1.2Sterilisasi bahan

Sterilisasi media kultur seperti air laut (salinitas 25 ppt) menggunakan alat uv sterilizer kemudian direbus sampai mendidih (suhu 100°C - 125 °C). Air laut yang sudah steril ini siap digunakan sebagai media kultur Nannochloropsis sp. Pada skala labolatorium.

1.3 Persiapan Media uji

a. Kultur Nannochloropsis sp

Bibit Nannochlropsis sp. dikultur pada toples 2 liter dengan kepadatan 5 x 106 sel/ml kemudian diberikan pupuk conwy PA


(38)

21

dengan dosis 1 ml/liter dan vitamin B12 0,25 ml/liter lalu dikultur selama 7 hari. Hasil kultur, dikembangkan kembali kedalam 6 toples 2 liter dan dikembangkan kembali ke 4 akuarium volume 100 liter kemudian diberikan pupuk Conwy teknis 1 ml/liter dan vitamin B12 sebanyak 0,25 ml/liter. Hasil kultur, dikembangkan kembali kedalam bak fiber 1 ton, lalu diberikan pupuk Urea 30 gr/ton, ZA 20 gr/ton dan TSP 10 gr/ton. Hasil kultur,

dikembangkan kembali kedalam bak fiber 2 ton. Bibit Hasil kultur bak fiber 2 ton digunakan sebagai bibit dalam penelitian yang dimasukkan kedalam 16 akuarium.

b. Pembuatan Pasta Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut :

Kultur Nannochloropsis sp. dilakukan pada Akuarium volume 100 liter dilakukan pemberiaan pupuk conwy teknis dengan dosis 1 ml/liter dan vitamin B12 0,025 ml/liter pupuk conwy teknis 1 ml/liter dan vitamin B12 0,025 ml/liter . Larut NaOH dengan dosis 100, 125, 150, dan 175 ppm ke dalam 16 Akuarium volume 100 liter. Kultur dilakukan sampai hari ke 4, setelah itu dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam media kultur Nannochloropsis sp. dan dilakukan pengadukan. Melakukan pengadukan ± 15 menit lalu dibiarkan selama 3-5 jam sampai sel-sel Nannochloropsis sp. mengendap. Kemudian menyipon hasil endapan Nannochloropsis sp. dengan menggunakan selang plastik berdiameter 2 cm lalu menampung dengan suatu wadah yang telah diberikan saringan


(39)

22

berupa kain satin dan dibiarkan selama ± 24 jam hingga membentuk endapan kosentrat tinggi (pasta), endapan dikemas kedalam plastik dan ditimbang kemudain pasta disimpan didalam refrigenator. Dilakukan hasil pengujian dosis NaOH yang berbeda.

c. Kultur pasta, pada skala labolatorium dengantahapan sebagai berikut, yaitu :

1. Menetralkan pH pasta Nannochloropsis sp. menggunakan asam sitrat 5 %. Asam sitrat 5 gr dicairkan kedalam aquadest

sebanyak 100 ml kemudian dimasukan kedalam 500 ml air laut steril dan dimasukkan 10 ml pasta menggunakan pipet tetes ukur.

2. Bibit pasta Nannochloropsis sp. dikultur dalam botol volume 500 ml dengan kepadatan awal 5 x 106 sel/ml.

3. Bibit Nannochloropsis sp. diberi pupuk Conwy PA dengan dosis 1 ml/liter dan vitamin B12 0,025 ml/liter.

4. Diamati selama 7 hari.

E. Parameter yang diukur

1. Jumlah kepadatan populasi Nannochloropsis sp.

Perhitungan jumlah kepadatan populasi Nannochloropsis sp.

menggunakan alat Haemocytometer yang diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Penghitungan kepadatan


(40)

23

hari, sebelum dikultur dilakukan pengenceran dengan asam sitrat 5 % hingga pH Nannochloropsis sp netral kemudian diamati dengan mikroskop.

Menurut Mujiman (2004) rumus perhitungan Nannaochloropsis sp. yaitu :

∑sel/ml = N x 104

Keterangan :

N = Rata-rata jumlah sel

N x 104 = Konstanta Haemocytometer

2. Laju pertumbuhan populasi spesifik

Perhitungan laju pertumbuhan populasi spesifik berdasarkan kepadatan populasi saat fase eksponensial. Perhitungan laju pertumbuhan populasi spesifik dilakukan dengan menggunakan rumus modifikasi Becker (1994) yaitu :

Keterangan :

No : Kepadatan awal populasi (sel/ml) Nt : Kepadatan puncak populasi (sel/ml) t : Waktu (hari) dari No ke Nt


(41)

24

3. Kualitas air media

Selama penelitian dilakukan pengukuran kualitas air untuk parameter salinitas, pH, DO, dan suhu yang di ukur pada awal penelitian dan akhir penelitian. Pengukuran pH menggunakan pH-meter, salinitas

menggunakan Refractometer, DO menggunakan DO meter dan suhu menggunakan termometer. Analisis pengukuran air seperti salinitas, pH, DO, dan suhu akan di sajikan dalam bentuk tabel dan di jelaskan secara deskriptif.

F. Analisis Data

Data kepadatan populasi dan laju pertumbuhan spesifik masing masing perlakuan Nannochloropsis sp. dalam bentuk pasta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam

(ANOVA). Apabila analisis sidik ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata, maka akan dilakukan dengan uji BNT taraf ɑ =0,05


(42)

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp. tertinggi terdapat pada perlakuan 2 (dosis NaOH 125 ppm) yaitu mencapai 6687,00 x 104 sel/ml, dan laju pertumbuhan spesifik sebesar 43,21 %/hari.

2. Dosis NaOH 125 ppm dalam pembuatan pasta Nannochloropsis sp. merupakan dosis terbaik, degan kondisi sel 100% utuh.

3. Kualitas air selama penelitian masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu penelitian lanjutan untuk penyimpanan pasta Nannochloropsis sp. dengan dosis NaOH 125 ppm pada suhu yang berbeda


(43)

39

DAFTAR PUSTAKA

Adehoog and K. F. Simon. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain. London.

Anindiastuti, K.A. Wahyuni dan L.Erawati. 2000. Aplikasi Nata de Chlorella dalam Menunjang Kegiatan Budidaya Perikanan (makalah disampaikan pada pertemuan lintas UPT Direktorat Jendral Perikanan 10-14 juli 2000 di Bandar Lampung), Lampung.

Anjar, 2002. Pengamatan Terhadap Produksi Rotifer ( Brachionus sp) yang diberikan pakan Nannochloropsis sp ada skala labolatorium. di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Skripsi. IPB. Bogor.

Anonim A. 2014. Nannochloropsis sp. http://www.seambiotic.com. Diakses tanggal 19 November 2014 pukul 16.20 WIB.

Anonim B, 2014. Larutan Asam dan basa.

http://prkita.wordpress.com/2012/03/03/larutan-yang-termasuk-asam-kuat-asam-lemah-basa-kuat-dan-basa-lemah/. Diakses tanggal 25 November 2014, pukul 22.30 wib.

Anonim C, 2015. Sodium Hidroxide : Management of Ocular and Cutaneous Chemical Splashes. http://www.prevor.com/EN/sante/Risque

Chimique/diphoterine/publications/media/Doc.%20Soude%20version%20E N%20en%20PAP. pdf. Diakses tanggal 6 April 2015, pukul 22.30 wib. Balesco. 1996. Fitoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta.

Bentley, DR. 2008. Accurate Whole Human Genome Sequencing using Reversible Terminator Chemistry. National Institute of Health (NIH), Nature. 456 (7218). Pp. 53-59.


(44)

41

Becker, E. W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Cambridge University Press. Great Britain England.

Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures. In : Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology. Cambridge University Press: Cambridge. Pp. 456-465.

Cahyaningsih, S, 2009. Standar Nasional Indonesia Pembenihan Perikanan (Pakan Alami). Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Situbondo.

Fardiaz, S., 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Fogg, G. E. 1987. Algal cultures and phytoplankton ecology., The University of Wisconsin Press, Ltd., Medison, London.

Fulks, W. And Main, K.L. 1991. Background Review The Design and operation Of Commercial-Scale Live Feed Production Systems. Rotifer and

Mcroalgae Culture Systems. Proceedings of a U.S – Asia Workshop. Honolulu. HI. Argent Laboratories 8702 152nd N.E. Redmont, Washington 98052.

Glicsman, M. 1982. Food Hydrokoloids. Volume I. CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida.

Gualtieri, B., and L. Barsanti, 2006. Algae Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology, CRC Press, Taylor & Francis Group, Boca Raton.

Hamazaro, 2009. Penggunaan NaOH dalam pembentukan gel rumpt laut. Skripsi. Usu

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19643/4/Chapter%20II.pd

f. Diakses pada tanggal 26 November 2014, pukul 22.40 wib.

Haris, E. 1983. Beberapa Usaha dalam Peningkatan Produksi Benih. Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta: hlm. 11.

Hermanson , A.M. dan Luciano, M. 1982. Gel Characteristis Water Binding of the Blood Plasma Gels and Methodological Aspects. In Water Binding of the Gels Suste. J.Food Sci.47: 1955-1962.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Terjemahan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Isnansetyo, A dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan

Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.


(45)

42

Jeffries, M and D. Mills, 1996. Freshwater Ecology, Principles and Application. John Willey and Sons, Chuchaster, Uk. 285p.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut Budidaya. Kep.Men. Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004.

Kokarkin, C. Dan E. Kusnendar. 1999. Rekayasa Pemanfaatan Mikroalgae dengan Chlorella sp. Sebagai Komoditas Utama. Balai Budidaya Air Payau Jepara. Jepara.

Kokarkin, C. Dan E. Kusnendar. 2000. Marine Microalgae Engineering With a Special Emphasis on Chlorella sp. and its Potensial Use in the Future (Proceadings of the International Symposium on Marine Biotechnology, Ancol, Jakarta 29-31 Mei 2000), Jakarta.

Laven, P, and P, Sorgeloos, 1996. Manual On The Production And Use Of Live Food For Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper, No. 361. Rome, FAO. 295p.

Meyer, L.H. 1978. Food Chemistry. The AVI Publishing Company Inc., London Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan (edisi revisi). PT. Penebaran Swadaya :

Jakarta.

Muliono. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpana Terhadap Kondisi Sel Nanncohloropsis sp. Skripsi., ITB. Lampung.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16078/C04mul. diakses pada tanggal 18 November 2014, 23:43 WIB.

Nontji, A. 2002. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) : Jakarta.

Pelczar, C dan Krieg, 1986. Microbiology. McGraw-Hill Book Company. Singapura. 918 p.

Priyadi, A., Chumaidi dan Kusdiarti. 1991. Kultur Chlorella sp. dengan

Menggunakan Pupuk Komersial yang Diperkaya Zat Pengatur Tumbuh dan Pupuk Daun Bul. Penelitian Perikanan Darat Vol.10.2 : 60-63.

Rodriguez, A., B. Delia,1997. Caretenoids and Food Prepation: The Retention of Provitamin A Caretenoids is Preoared, Processed, and Stored Foods. Brazil: Universidade Estadual de Campinas.

Rusyani. 2014. Produksi Fitoplankton Pasta(Nannochloropsi sp.) Sebagai Penyedia Kosentrat Fitoplankton untuk Produksi Rotifer Kepadatan Tinggi Dalam Mendukung Kesetimbangan Produksi Benih. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut. Lampung.


(46)

43

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.

Sleigh, dan Williams. 1991. Marine. Univ New Zealand.

Sugianto, 1997. Persyaratan Budidaya Laut. BBPBL. Bandar Lampung. Supriya, A H Q. 1997. Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Populasi

Monokultur Chlorella sp. BBPBL. Bandar Lampung.

Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung. Taw, 1990. Petunjuk kultur Murni dan Massal Mikroalga, UNDP, FAO. Waggoner, B dan B. Speer. 1999. Chromista.

http://www.ucmp.berkeley.edu/chomista/chomista.html.19 November 2014, 22:30 WIB.

Wahyuni, K.A., Anindiastuti, L.M. Sapta dan H. Agus, 2001. Teknik

Penyimpanan dan Kegunaan Nata de Nanno. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya laut., Lampung.

Wetzel, R.G. dan Likens. 1979. Limnological Analyses. W.B.Saunders Company. London


(1)

3. Kualitas air media

Selama penelitian dilakukan pengukuran kualitas air untuk parameter salinitas, pH, DO, dan suhu yang di ukur pada awal penelitian dan akhir penelitian. Pengukuran pH menggunakan pH-meter, salinitas

menggunakan Refractometer, DO menggunakan DO meter dan suhu menggunakan termometer. Analisis pengukuran air seperti salinitas, pH, DO, dan suhu akan di sajikan dalam bentuk tabel dan di jelaskan secara deskriptif.

F. Analisis Data

Data kepadatan populasi dan laju pertumbuhan spesifik masing masing perlakuan Nannochloropsis sp. dalam bentuk pasta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian dianalisis dengan analisis sidik ragam

(ANOVA). Apabila analisis sidik ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata, maka akan dilakukan dengan uji BNT taraf ɑ =0,05


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepadatan populasi Nannochloropsis sp. tertinggi terdapat pada perlakuan 2 (dosis NaOH 125 ppm) yaitu mencapai 6687,00 x 104 sel/ml, dan laju pertumbuhan spesifik sebesar 43,21 %/hari.

2. Dosis NaOH 125 ppm dalam pembuatan pasta Nannochloropsis sp. merupakan dosis terbaik, degan kondisi sel 100% utuh.

3. Kualitas air selama penelitian masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu penelitian lanjutan untuk penyimpanan pasta Nannochloropsis sp. dengan dosis NaOH 125 ppm pada suhu yang berbeda


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adehoog and K. F. Simon. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain. London.

Anindiastuti, K.A. Wahyuni dan L.Erawati. 2000. Aplikasi Nata de Chlorella dalam Menunjang Kegiatan Budidaya Perikanan (makalah disampaikan pada pertemuan lintas UPT Direktorat Jendral Perikanan 10-14 juli 2000 di Bandar Lampung), Lampung.

Anjar, 2002. Pengamatan Terhadap Produksi Rotifer ( Brachionus sp) yang diberikan pakan Nannochloropsis sp ada skala labolatorium. di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Skripsi. IPB. Bogor.

Anonim A. 2014. Nannochloropsis sp. http://www.seambiotic.com. Diakses tanggal 19 November 2014 pukul 16.20 WIB.

Anonim B, 2014. Larutan Asam dan basa.

http://prkita.wordpress.com/2012/03/03/larutan-yang-termasuk-asam-kuat-asam-lemah-basa-kuat-dan-basa-lemah/. Diakses tanggal 25 November 2014, pukul 22.30 wib.

Anonim C, 2015. Sodium Hidroxide : Management of Ocular and Cutaneous Chemical Splashes. http://www.prevor.com/EN/sante/Risque

Chimique/diphoterine/publications/media/Doc.%20Soude%20version%20E N%20en%20PAP. pdf. Diakses tanggal 6 April 2015, pukul 22.30 wib. Balesco. 1996. Fitoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta.

Bentley, DR. 2008. Accurate Whole Human Genome Sequencing using Reversible Terminator Chemistry. National Institute of Health (NIH), Nature. 456 (7218). Pp. 53-59.


(4)

Becker, E. W. 1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. Cambridge University Press. Great Britain England.

Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures. In : Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology. Cambridge University Press: Cambridge. Pp. 456-465.

Cahyaningsih, S, 2009. Standar Nasional Indonesia Pembenihan Perikanan (Pakan Alami). Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Situbondo.

Fardiaz, S., 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Fogg, G. E. 1987. Algal cultures and phytoplankton ecology., The University of Wisconsin Press, Ltd., Medison, London.

Fulks, W. And Main, K.L. 1991. Background Review The Design and operation Of Commercial-Scale Live Feed Production Systems. Rotifer and

Mcroalgae Culture Systems. Proceedings of a U.S – Asia Workshop. Honolulu. HI. Argent Laboratories 8702 152nd N.E. Redmont, Washington 98052.

Glicsman, M. 1982. Food Hydrokoloids. Volume I. CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida.

Gualtieri, B., and L. Barsanti, 2006. Algae Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology, CRC Press, Taylor & Francis Group, Boca Raton.

Hamazaro, 2009. Penggunaan NaOH dalam pembentukan gel rumpt laut. Skripsi. Usu

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19643/4/Chapter%20II.pd f. Diakses pada tanggal 26 November 2014, pukul 22.40 wib.

Haris, E. 1983. Beberapa Usaha dalam Peningkatan Produksi Benih. Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta: hlm. 11.

Hermanson , A.M. dan Luciano, M. 1982. Gel Characteristis Water Binding of the Blood Plasma Gels and Methodological Aspects. In Water Binding of the Gels Suste. J.Food Sci.47: 1955-1962.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Terjemahan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Isnansetyo, A dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan

Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.


(5)

Jeffries, M and D. Mills, 1996. Freshwater Ecology, Principles and Application. John Willey and Sons, Chuchaster, Uk. 285p.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut Budidaya. Kep.Men. Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004.

Kokarkin, C. Dan E. Kusnendar. 1999. Rekayasa Pemanfaatan Mikroalgae dengan Chlorella sp. Sebagai Komoditas Utama. Balai Budidaya Air Payau Jepara. Jepara.

Kokarkin, C. Dan E. Kusnendar. 2000. Marine Microalgae Engineering With a Special Emphasis on Chlorella sp. and its Potensial Use in the Future (Proceadings of the International Symposium on Marine Biotechnology, Ancol, Jakarta 29-31 Mei 2000), Jakarta.

Laven, P, and P, Sorgeloos, 1996. Manual On The Production And Use Of Live Food For Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper, No. 361. Rome, FAO. 295p.

Meyer, L.H. 1978. Food Chemistry. The AVI Publishing Company Inc., London Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan (edisi revisi). PT. Penebaran Swadaya :

Jakarta.

Muliono. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpana Terhadap Kondisi Sel Nanncohloropsis sp. Skripsi., ITB. Lampung.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16078/C04mul. diakses pada tanggal 18 November 2014, 23:43 WIB.

Nontji, A. 2002. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) : Jakarta.

Pelczar, C dan Krieg, 1986. Microbiology. McGraw-Hill Book Company. Singapura. 918 p.

Priyadi, A., Chumaidi dan Kusdiarti. 1991. Kultur Chlorella sp. dengan

Menggunakan Pupuk Komersial yang Diperkaya Zat Pengatur Tumbuh dan Pupuk Daun Bul. Penelitian Perikanan Darat Vol.10.2 : 60-63.

Rodriguez, A., B. Delia,1997. Caretenoids and Food Prepation: The Retention of Provitamin A Caretenoids is Preoared, Processed, and Stored Foods. Brazil: Universidade Estadual de Campinas.

Rusyani. 2014. Produksi Fitoplankton Pasta(Nannochloropsi sp.) Sebagai Penyedia Kosentrat Fitoplankton untuk Produksi Rotifer Kepadatan Tinggi Dalam Mendukung Kesetimbangan Produksi Benih. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut. Lampung.


(6)

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.

Sleigh, dan Williams. 1991. Marine. Univ New Zealand.

Sugianto, 1997. Persyaratan Budidaya Laut. BBPBL. Bandar Lampung. Supriya, A H Q. 1997. Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Populasi

Monokultur Chlorella sp. BBPBL. Bandar Lampung.

Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung. Taw, 1990. Petunjuk kultur Murni dan Massal Mikroalga, UNDP, FAO. Waggoner, B dan B. Speer. 1999. Chromista.

http://www.ucmp.berkeley.edu/chomista/chomista.html.19 November 2014, 22:30 WIB.

Wahyuni, K.A., Anindiastuti, L.M. Sapta dan H. Agus, 2001. Teknik

Penyimpanan dan Kegunaan Nata de Nanno. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya laut., Lampung.

Wetzel, R.G. dan Likens. 1979. Limnological Analyses. W.B.Saunders Company. London


Dokumen yang terkait

PEMBESARAN COBIA (Rachycentron canadum) DENGAN PEMBERIAN KONSENTRASI TAURIN YANG BERBEDA DI KERAMBA JARING APUNG BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

5 45 47

PEMBERIAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN PADA PAKAN IKAN RUCAH DAN PELLET TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN COBIA (Rachycentron canadum) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

3 21 74

PENAMBAHAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN PADA PAKAN ALAMI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN COBIA (Rachycentron canadum) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

0 9 8

Pemberian Senyawa Osmolit Organik Taurin Pada Pakan Buatan Terhadap Respon Pertumbuhan Cobia (Rachycentron canadum) Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung

2 24 59

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN BADUT (Amphiprion percula) DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

5 52 33

PERBEDAAN SALINITAS DENGAN PAKAN ALAMI KOMBINASI TERHADAP PERTUMBUHAN Diaphanosoma sp. DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG

1 21 45

Pertumbuhan dan Kandungan Gizi Nannochloropsis sp. yang Diisolasi dari Lampung Mangrove Center dengan Pemberian Dosis Urea Berbeda pada Kultur Skala Laboratorium

2 31 77

APLIKASI PEMBERIAN ALGA PASTA Nannochloropsis DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA Brachionus rotundiformis SKALA LABORATORIUM

3 6 5

AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5 (STUDI KASUS: BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LAMPUNG)

0 1 7

APLIKASI PELAYANAN PUBLIK PADA BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG

0 1 15