bagian dari sebuah percobaan ilmiah atau bagaimana mungkin mempengaruhi mereka. Membuat karakter ini merupakan bagian dari setiap kelas dan setiap
subjek.
e. Pengalaman pembelajaran, biarkan siswa untuk melihat sifat dalam tindakan
pengalaman itu dan mengungkapkannya. Sertakan berbasis masyarakat, dunia nyata pengalaman dalam kurikulum yang menggambarkan karakter misalnya,
layanan belajar, pembelajaran kooperatif dan rekan monitoring. Di beri waktu untuk diskusi dan refleksi.
f. Evaluasi, evaluasi pendidikan karakter dari dua perspektif: 1 apakah program
yang mempengaruhi perubahan positif dalam perilaku siswa, prestasi akademik dan kognitif pemahaman tentang ciri-ciri? 2 apakah proses pelaksanaan
menyediakan alat dan dukungan guru perlu?
g. Model peran dewasa, anak-anak “mempelajari apa yang mereka tinggal”, jadi
penting bahwa orang dewasa menunjukkan karakter positif di rumah, sekolah dan dalam masyarakat. Jika orang dewasa tidak memiliki model perilaku yang
mereka ajarkan, seluruh program akan gagal.
h. Pengembangan staf, menyediakan waktu pelatihan dan pengembangan untuk
staf sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan karakter secara berkelanjutan. Termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari
kedua proses dan program, serta untuk menciptakan rencana pelajaran dan kurikulum.
i. Keterlibatan siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan yang sesuai dengan usia
dan memungkinkan mereka untuk terhubungkan pendidikan karakter untuk pembelajaran mereka, keputusan-keputusan dan tujuan-tujuan pribadi
mengintegrasikan proses ke sekolah.
j. Mempertahankan program, program pendidikan karakter dipertahankan dan
diperbaharui melalui pelaksanaan Sembilan elemen pertama, dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari atas: dukungan untuk
koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi dan pengembangan professional berkelanjutan dan sebuah jaringan dan dukungan bagi guru yang melaksanakan
program.
4. Nilai-nilaiKarakter Dasar yang Diajarkan Dalam Pendidikan Karakter
Kilpatrick dan Lickona dalam Anasufi Banawi, 2009 menyatakan bahwa pencetus utama pendidikan karakter yang percaya adanya keberadaan moral
absolut dan bahwa moral absolut itu perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan benar. Lickona 1992 dan Kilpatrick
1992 juga Brooks dan Goble tidak sependapat dengan cara pendidikan moral reasoning pemikiran dan values clarification klarifikasi nilai-nilai yang
diajarkan dalam pendidikan di Amerika, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang bersifat absolut bukan bersifat relatif yang bersumber dari
agama-agama di dunia, yang disebutnya sebagai “the golden rule” atau kaedah emaskencana. Contohnya adalah berbuat jujur, menolong orang, hormat dan
bertanggung jawab Martianto, 2008. Tabel 1. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam Pendidikan Karakter Menurut
Berbagai pihak
Thomas Lickona Indonesia Heritage
Foundation Character Counts
USA Ary Ginanjar
Agustian M.A. Quthb
1. Moral Knowing, yaitu,
1 moral awereness, 2 knowing moral values,
3 perspective taking, 4 moral reasoning, 5
decision making dan 6 self knowledge.
2. Moral feeling, yaitu, 1
conscience, 2 self- esteem, 3empathy, 4
loving the good, 5 self- control, dan 6 humanity
3. Moral action. Yaitu, 1.
Kompetensi competence, 2
keinginan will dan 3 kebiaasaan habit
1. Cinta kepada Allah dan
semesta 2.
Tanggung jawab, disiplin, mandiri
3. Jujur
4. Hormat dan santun
5. Kasih syang, peduli, dan
kerjasama 6.
Percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang
menyerah 7.
Keadilan dan kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati
9. Toleransi, cinta damai,
dan persatuan 1.
Dapat dipercaya 2.
Rasa hormat dan perhatian
3. Tanggug jawab
4. Jujur
5. Peduli
6. Kewarganegaraan
7. Ketulusan
8. Berani
9. Tekun
10. Integritas
1. jujur
2. tanggung jawab
3. disiplin
4. visioner
5. adil
6. peduli
7. kerjasama
1. Aqidah
agama 2.
Ketaatan 3.
Kejujuran 4.
Amanah 5.
Qonaah
Sumber : Anasufi Banawi, 2009 Menurut Doni Koesoema A 2007, ada beberapa kriteria nilai-nilai yang
bisa menjadi bagian dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.
a. Nilai keutamaan
Manusia memiliki keutamaan kalau menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan
orang lain. Nilai keutamaan ini tampil dalam kekuatan fisik dan moral. Kekuatan fisik disini berarti kekuatan, keuletan, dan kemurahan hati. Sementara kekuatan
moral berarti berani mengambil resiko atas pilihan hidup, konsisten, dan setia. b.
Nilai keindahan Nilai keindahan ditafsirkan terutama pada keindahan fisik, berupa hasil
karya seni, patung, bangunan, sastra. Nilai keindahan dalam tataran yang lebih tinggi menyentuh dimensi interioritas manusia itu sendiri yang menjadi penentu
kualitas dirinya sebagai manusia. Pengembangan nilai-nilai keindahan, bukan hanya merupakan sebuah proses berproduksi dalam arti menghasilkan sebuah
objek seni saja, namun juga mengembangkan dimensi interioritas manusia sebagai insan yang memiliki kesadaran religius yang kuat. Nilai-nilai estetis dan
religiositas ini mestinya menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter di negeri kita.
c.
Nilai kerja Manusia harus memiliki prinsip yaitu harus bekerja. Penghargaan atas nilai
kerja inilah yang menentukan kualitas diri seorang individu. Untuk itu butuh kesabaran, ketekunan, dan jerih payah. Jika lembaga pendidikan kita tidak
menanamkan nilai kerja ini individu yang terlibat di dalamnya tidak akan dapat mengembangkan karakter dengan baik. Budaya mencontek, tidak jujur, mencari
bocoran soal, beli kunci jawaban ulangan, dll, bertentangan dengan penghargaan atas nilai kerja ini. Bangsa kita adalah sebuah bangsa yang bekerja keras.
Dinamika masyarakat kita yang sebagian besar adalah petani membuktikan adanya etos kerja itu.
d.
Nilai cinta tanah air Meskipun masyarakat kita semakin global, rasa cinta tanah air ini tetap
diperlukan, sebab tanah air adalah tempat berpijak bagi individu secara kultural dan historis. Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai patriotisme secara
mendalam, mengingat ikatan batin seseorang senantiasa terpaku pada tanah tumpah darah kelahirannya, dan ibu pertiwi yang membesarkannya. Nilai-nilai
kebudayaan sendiri seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara jelas merupakan sebuah semangat patriotisme mendalam yang merupakan ekspresi dari
cinta tanah air. e.
Nilai demokrasi Nilai-nilai demokrasi semestinya menjadi agenda dasar pendidikan nilai
dalam kerangka pendidikan karakter. Sebab, nilai-nilai inilah yang mempertemukan secara dialogis berbagai macam perbedaan yang ada dalam
masyarakat sampai mereka mampu membuat kesepakatan dan konsensus atas hal- hal yang berkaitan dengan kehidupan bersama. Kebebasan berfikir dan
menyampaikan pendapat. Kehidupan sosial menjadi lebih baik dan beradab ketika terdapat kebebasan untuk berfikir dan menyampaikan pendapat. Sikap kritis
menjaga dinamika masyarakat agar tetap stabil dan terarah dalam menggapai cita- citanya.
f.
Nilai kesatuan Dalam konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia, nilai kesatuan ini
menjadi dasar pendirian negara ini. Persatuan Indonesia tidak akan dapat dipertahankan jika setiap individu yang menjadi warga negara Indonesia tidak
dapat menghormati perbedaan dan pluralitas yang ada dalam masyarakat kita. Kita menyadari bahwa pluralitas di negeri ini tidak memungkinkan diterapkannya
pendekatan dari agama tertentu untuk dicantumkan menjadi dasar negara. g.
Menghidupi nilai moral Nilai inilah yang menentukan apakah seorang itu sebagai individu
merupakan pribadi yang baik atau tidak. Maka, nilai-nilai moral ini sangatlah vital bagi sebuah pendidikan karakter. Tanpa menghormati nilai-nilai moral ini,
pendidikan karakter akan bersifat superfisial. Nilai-nilai moral yang berguna dalam masyarakat kita tentunya akan semakin efektif jika nilai moral dalam
pancasilamenjadi jiwa bagi setiap pendidikan karakter. Sebab, Pancasila merupakan dasar negara kita. Tanpa penghayatan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila, bangsa kita berada diambang kehancuran dan masyarakat kita yang bhinneka tidak akan merasa sebagai satu kesatuan.
h.
Nilai-nilai kemanusiaan Nilai-nilai kemanusiaan ini menjadi sangat relevan diterapkan dalam
pendidikan karakter karena masyarakat kita telah menjadi masyarakat global. Oleh karena itu, semangat kewarganegaraan yang ingin ditanamkan dalam
pendidikan karakterpun tidak mencukupi jika hanya berdasarkan batas-batas lokal, negara yang merupakan patriotisme sempit, melainkan mesti membantu setiap
individu untuk dapat hidup secara kompeten sesuai tuntutan masyarakat global, sebuah patriotisme bagi kemanusiaan yang mengatasi batas-batas negara.
Menurut Nurul Zuriah 2007 nilai-nilai pendidikan karakter merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik
sebagai dasar pembentukan pribadinya sebagai berikut. Tabel 2. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam Pendidikan Karakter
Nilai pendidikan karakter Deskripsi
1. Meyakini adanya Tuhan
Yang Maha Esa dan selalu menaati ajaran-Nya
1. sikap dan perilaku yang mencerminkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap Tuhan yang maha Esa 2.
Menaati ajaran agama 2.
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kepatuhan, tidak ingkar, dan taat menjalankan perintah dan menghindari
larangan agama 3.
Memiliki dan mengembangkan sikap
toleransi 3.
Sikap dan perilaku yang mencerminkan toleransi dan penghargaan terhadap pendapat, gagasan, dan tingkah laku
orang lain, baik yang sependapat maupun yang tidak sependapat dengan dirinya.
4. Memiliki rasa menghargai
diri sendiri 4.
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri dengan memahami
kelebihan dan kekurangan dirinya. 5.
Tumbuhnya disiplin diri 5.
Sikap dan perilaku sebagai cerminan dari ketaatan, kepatuhan,
ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseorang terhadap norma dan aturan
yang berlaku. 6.
Mengembangkan etos kerja dan belajar
6. Sikap dan perilaku sebagai cerminan dari semangat,
kecintaan, kedisiplinan, kepatuhan atau loyalitas dan penerimaan terhadap kemajuan hasil kerja atau belajar
7. Memiliki rasa tanggung
jawab 7.
Sikap dan perilaku seseorang melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya di lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan negara, dan Tuhan Yang maha Esa.
8. Memiliki rasa keterbukaan 8. Sikap dan perilaku seseorang mencerminkan adanya
keterusterangan terhadap apa yang dipikirkan, diinginkan,
diketahui, dan kesediaan menerima saran dan kritik dari orang lain
9. Mampu mengendalikan
diri 9.
Kemampuan seseorang untuk dapat mengatur dirinya sendiri berkenaan dengan kemampuan, nafsu, ambisi, dan
keinginan dalam memenuhi rasa kepuasan dan kebutuhan hidupnya.
10. Mampu berfikir positif
10. Sikap dan perilaku seseorang untuk dapat berfikir jernih,
tidak buruk sangka, dan mendahulukan sisi positif dari suatu masalah
11. Mengembangkan potensi
diri 11.
Sikap dan perilaku seseorang untuk dapat membuat keputusan sesuai dengan kemampuannya mengenal bakat,
minat, dan prestasi serta sadar akan keunikan dirinya sehingga dapat mewujudkan potensi diri yang sebenarnya.
12. Menumbuhkan cinta dan
kasih sayang 12.
Sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan adanya unsur memberi perhatian, perlindungan, penghormatan,
tanggung jawab, dan pengorbanan terhadap orang yang dicintai dan dikasihi
13. Memiliki kebersamaan
dan gotong royong 13.
Sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan adanya kesadaran dan kemauan untuk bersama-sama, saling
membantu, dan saling memberi tanpa pamrih 14.
Memiliki rasa kesetiakawanan
14. Sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan
kepedulian kepada orang lain, keteguhan hati, rasa setia kawan, dan rasa cinta terhadap orang lain dan
kelompoknya. 15.
Saling menghormati 15.
Sikap dan perilaku untuk menghargai dalam hubungan antar individu dan kelompok berdasarkan norma dan tata
cara yang berlaku 16.
Memiliki tata krama dan sopan santun
16. Sikap dan perilaku sopan santun dalam bertindak dan
bertutur kata terhadap orang tanpa menyinggung atau menyakiti serta menghargai tata cara yang berlaku sesuai
dengan norma, budaya, dan adat istiadat 17.
Memiliki rasa malu 17.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan tidak enak hati, hina, dan rendah karena berbuat sesuatu yang tidak sesuai
dengan hati nurani, norma, dan aturan 18.
Menumbuhkan kejujuran 18. Sikap dan perilaku untuk bertindak dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak berbohong, tidak dibuat-buat, tidak
di tambah dan tidak dikurangi dan tidak menyembunyikan kejujuran
Sumber : Nurul Zuriah 2007 Kegiatan ini merupakan kegiatan yang jika akan dilaksanakan terlebih
dahulu dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh guru. Berikut contoh- contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan perilaku minimal
dalam program kegiatan yang direncanakan sekolah.
Tabel 3. Contoh-contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan perilaku minimal dalam program kegiatan yang direncanakan sekolah
Perilaku minimal Contoh kegiatan
Taat kepada ajaran agama
Diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan Toleransi
Diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab dan diskusi kelompok
Disiplin Diintegrasikan pada saat kegiatan olahraga, upacara bendera, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru Tanggung Jawab
Diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru
Kasih Sayang Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan sosial dan kegiatan
melestarikan lingkungan Gotong Royong
Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita atau diskusi tentang gotong royong dan menyelesaikan tugas-tugas keterampilan
Kesetiakawanan Diintegrasikan pada saat kegiatan koperasi atau memberikan
sumbangan Hormat-menghormati
Diintegrasikan pada saat menyanyikan tentang lagu-lagu hormat- menghormati, saat kegiatan bermain drama
Sopan santun Diintegrasikan pada saat bermain drama dan berlatih membuat surat
Jujur Diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung,
bermain, dan bertanding
Sumber : Nurul Zuriah 2007
5. Pendekatan Pendidikan Karakter