DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

DETERMINANTS OF HIGHER EDUCATION INSTITUTION CONCENTRATION IN BANDAR LAMPUNG

By

ELZHA MELLYANI ZA

This study aims to identify and analyze the determinants effect of the concentration on higher education institution that occurred in the city of Bandar Lampung. independent variable in this study is the number of school age, Workforce and Economic Activity. The data used is the time series data. The analysis used in this study using multiple linear regression analysis using Ordinary Least Square method (OLS).

The estimation results indicate that jointly independent variable number of school age and economic activity are positive and significant impact on the concentration of higher education institutions in the city of Bandar Lampung . While the independent variables of the labor force and no significant negative effect . The main finding of this study is a concentration of higher education institutions in the city of Bandar Lampung from 2000 to 2013.


(2)

ABSTRAK

DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Elzha Mellyani ZA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsentrasi pada lembaga pendidikan tinggi yang terjadi di Kota Bandar lampung. Variabel bebas pada penelitian ini adalah jumlah usia sekolah, angkatan kerja dan aktivitas ekonomi. Data yang digunakan adalah datatime series. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metodeOrdinary Least Square(OLS).

Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel bebas jumlah usia sekolah dan aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di kota Bandar Lampung. Sedangkan variabel bebas angkatan kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Temuan utama penelitian ini adalah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di kota Bandar Lampung sejak tahun 2000 hingga tahun 2013.

Kata Kunci: Konsentrasi Spasial, Aglomerasi .


(3)

DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

ELZHA MELLYANI ZA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DETERMINAN KONSENTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

ELZHA MELLYANI ZA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Krangka Pemikiran ... 9

2. Hasil Uji Normalitas ... 37

3. Daerah Penolakan dan Penerimaan Uji-t Variabel JUS ... 40

4. Daerah Penolakan dan Penerimaan Uji-t Variabel AE ... 41


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi di Provinsi Lampung

berdasarkan Kab/kota ... 4

2 Pangsa Pasar Lembaga Pendidikan Tinggi di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2013 ... 6

3. Penelitian Terdahulu ... 22

4. Deskripsi Data ... 24

5. Hasil Indeks Entropi Theil ... 26

6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39

7. Hasil uji Autokorelasi ... 40

8. Hasil Uji t-Stastistik Variabel Konsentrasi LPT ... 40

9. Hasil Uji t-Statistik Variabel AE ... 41

10. Hasil Uji t-Statistik Variabel AK ... 42


(7)

(8)

(9)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

(Qs. Ar-Ra’d : 11)

If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or objects

( Albert Einstein)

Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal baik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik, mereka hanya beursaha menjadikan yang terbaik dari

setiap yang hadir dalam hidupnya

( Elzha Mellyani ZA)

No one can change the past, but everyone has a power to change the future ( Elzha Mellyani ZA)

We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them ( Albert Einstein)

All people have lots of ways to tell stories, and have a different story to tell (Elzha Mellyani ZA)


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas kasih karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi dengan judul

“DeterminanKonsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi Di Kota Bandar Lampung”

ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu Ilmu Ekonomi di Universitas Lampung.

Proses pembelajaran yang penulis alami selama ini memberikan kesan dan makna mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung beserta jajarannya.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P sebagai Ketua dan Ibu Asih Murwiati selaku sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(11)

3. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E, M.Si dan Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pelajaran, motivasi dan bimbingan yang sangat berharga bagi Penulis.

4. Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

6. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Hudaiyah, Bapak Fery, dan Bang Ma’ruf yang telah banyak membantu.

8. Kedua orang tuaku, Bapak Zainal Abidin dan Ibu Eliza yang telah memberikan dan mengupayakan segalanya demi kebaikanku.

9. Adik-adiku tersayang Cindy Anastasia dan Harbillyzan Halmid yang selalu mewarnai hari dan memberikan doa serta dukungan.

10. Reggy Prawoso Putera yanska yang selalu memberikan perhatian doa dan dukungan untuk banyak hal.

11. Seluruh keluarga besarku tercinta yang telah memberikan support tiada henti. 12. Sahabat-sahabatku Zahra Puspita, Desna Herawati, Mawadah dwi K. Rizki

Hidayatullah , M. Reza Eka S , Devin fahada yang selalu memberikan semangat dan menghiburku selama menyusun skripsi ini.

13. Sahabat-sahabatku semasa berjuang di kampus tercinta Suci Melyani, Glady Merisa, Ayuni Dina Tiara, Deftiana Zerlinda, Tri Mulyani yang tak pernah henti membantu dan mendukung serta mengorbankan waktu nya untuk terus


(12)

menemani ,kalian selalu menjadi pendengar yang baik, dan selalu ada disaat senang dan sedih.

14. Teman-teman KKN ku di Desa Canti, Lampung Selatan Elsa Primasi, Euis Aulia, Ade Ayu Winanda, Eka Susilowati, Eva, Dona Triyansyah, Fredi Anggara, Revi dan Erlan yang telah mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan angkatan 2011 Dewi huntari, Nila, Enny, Dian Wahyuni, Cahya, Rosya arifia, Arnes, Indah Permatasari, Aming, Feby , Windy, Gella, Winda , Tria, Zahara Gita. N. ,Yessi, Cella, Dewi Sartika, Nurul Ulfa, Ayu Lestari, Putri, Masruhan, Richard, Amri, Edo , Yoga, Sofyan, Nizon, Fadhil, Nanang, Butet, Devi, Indri, Suci Y, Mega seluruh teman-teman EP 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

16. Semua kakak dan adik tingkat Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan semangat dan perhatian.

17. Partners di starbucks lampung , Starbucks Flavor Bliss, Starbucks Sumamarecon dan Starbucks Indonesia serta MAP group yang telah mendukung dan memberikan semangat.

18. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.


(13)

Bandar Lampung, 8 September 2015 Penulis,


(14)

(15)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan & Manfaat Penulisan ... 9

D. Kerangka Pemikiran ... 9

E. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12

1. Definisi Aglomerasi ... 12

2. Definisi Konsentrasi Spasial ... 12

3. Teori Lokasi ... 13

4. Definisi Kluster ... 16

5. Pengertian Pendidikan ... 19

B. Penelitian Terdahulu ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 24

B. Batasan Variabel ... 24

C. Model Analisis ... 26

D. Uji Asumsi Klasik ... 27

E. Uji Hipotesis ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Metode analisis ... 34

B. Hasil Estimasi ... 36

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 37

D. Hasil Uji Hipotesis ... 41

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

V. SIMPULAN& SARAN A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49


(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui

pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pembangunan ekonomi dapat difokuskan pada pembangunan ekonomi regional kabupaten dan kota, sebagai tujuan pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan kabupaten dan kota akan memberikan kontribusi pada pembangunan Provinsi dan juga akan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional (Kuncoro, 2002).

Ciri yang paling mencolok dari aktivitas ekonomi secara geografis adalah adanya konsentrasi industrialisasi yang merupakan proses yang selektif dimana

perkembangan industri yang cepat dan pemicu transformasi struktural tidak terjadi secara merata di semua daerah dalam suatu negara yang menyebabkan munculnya konsentrasi spasial. Konsentrasi kegiatan industri secara spasialditandai dengan sistem spasial berdasarkan akumulasi modal dan tenaga kerja dalam aglomerasi perkotaan.

Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas ekonomi secara spasial, dimana industri tersebut berlokasi pada suatu wilayah


(17)

2

tertentu serta menunjukkan share suatu wilayah dan distribusi lokasi dari suatu industri. Apabila suatu distribusi spasial suatu industri tidak merata, dan ada wilayah yang mendominasi berlokasinya industri, maka menunjukkan bahwa industri terkonsentrasi secara spasial di wilayah tersebut . Konsentrasi spasial sendiri telah menjadi kajian menarik karena mayoritas terjadi di negara berkembang (Fujita,et, al 1991).

Konsentrasi industri dan aktivitas ekonomi secara spasial dimana dalam berbagai literatur sering ditemukan istilah aglomerasi. Studi aglomerasi menjelaskan bahwa konsentrasi spasial kegiatan industri secara spasial muncul karena pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi baik karena penghematan

lokalisasi dan urbanisasi dengan mengambil lokasi yang berdekatan satu sama lain. Pendekatan lain menunjukkan bahwa konsentrasi industri secara spasial tumbuh karena didorong transfer pengetahuan (knowledge spiilover) antar perusahaan dalam suatu industri sumber transfer pengetahuan berasal dari keanekaragaman industri yang saling berdekatan lokasinya bukan karena spesialisasi .

Pengelompokan industi hampir terjadi di seluruh negara, seperti di Inggris dengan kawasan Axial belt, terjadinya “sabuk manufaktur” di Jerman (Hayter,1997 dalam Kuncoro,2002). Demikian pula terjadi di India, Italia, Portugal, Belgia, Prancis dan daerah lain yang menjadi pusat industri yang berlokasi disekitar sungai Ruhr (Hayter,2000). Ditemukan fenomena pada kebanyakan negara berkembang dimana distribusi penduduk dan konsentrasi industri terkonsentrasi di kota-kota


(18)

3

besar seperti Bangkok, New Delhi, Sao Paulo, dan Jakarta yang menandai suatu sistem spasial berdasarkan akumulasi modal dan tenaga kerja dalam aglomerasi (Kuncoro, 2002).

Aglomerasi dapat memunculkan 3 keuntungan yaitu keuntungan skala besar yang terjadi karena bahan baku ataupun pasar telah tersedia di 1 lokasi tersebut,

keuntungan lokalisasi yang diperoleh dalam bentuk biaya transportasi dan penggunaan fasilitas secara bersama-sama (Fujita dan J.F Thisse,1996). Keuntungan lokalisasi terjadi pada industri jasa pendidikan tinggi di Indonesia ternyata juga menunjukan fenomena yang sama dengan aktifitas industri manufaktur. Industri jasa Pendidikan tinggi di Provinsi Lampung berkembang pesat seiring dengan pertambahan penduduk dan pembangunan. Letak Lampung yang strategis juga memungkinkan kedatangan peserta didik dari berbagai daerah luar lampung yang memasuki perguruan tinggi di Lampung. Meningkatnya

demand pendidikan tinggi di Lampung ternyata ditanggapi dengan baik oleh pemerintah dengan melakukan perizinan untuk mendirian Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/PTS).

Berikut adalah Tabel 1 menjelaskan perkembangan jumlah lembaga pendidikan tinggi yang ada di Provinsi Lampung berdasarkan Kabupaten/Kota dari tahun 2007 sampai dengan 2013. Lembaga pendidikan tinggi merupakan salah satu sarana dalam rangka peningkatan sumber daya manusia agar memiliki daya saing yang kompetitif dan memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.


(19)

4

Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya lokasi lembaga pendidikan tinggi di berbagai daerah dan lokasi yang saling berdekatan memberikan manfaat lokalisasi terhadap penghematan biaya transportasi.

Tabel 1. Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi di Provinsi Lampung Berdasarkan Kab/Kota

NO Kabupaten/Kota 2007 2010 2013

Jml PT Jml PT Jml PT

1 Lampung Tengah 1 2 2

2 Lampung Utara 5 8 9

3 Lampung Selatan 2 4 4

4 Lampung Timur 2 2 2

5 Lampung Barat - - -

6 Mesuji - - -

7 Pesawaran - - -

8 Pesisir Barat - - -

9 Pringsewu 10 10 12

10 Tulang Bawang 1 1 1

11 Tulang Bawang Barat - - -

12 Tanggamus - - -

13 Way Kanan 1 1 1

14 Bandar Lampung 36 42 46

15 Metro 5 7 7

TOTAL 57 71 84

Keterangan : pt = perguruan tinggi

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Dari Tabel 1 dapat diketahui jumlah lembaga pendidikan tinggi di Provinsi Lampung terus mengalami penambahan lembaga pendidikan tinggi mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Pada tahun 2007 terdapat 57 lembaga perguruan tinggi sampai tahun 2009, dan pada tahun 2010 sampai 2012 jumlah lembaga pendidikan bertambah menjadi 71 unit hingga pada tahun 2013 lembaga pendidikan tinggi di Provinsi Lampung sebanyak 84 unit. Lembaga pendidikan tinggi di Provinsi Lampung belum dibentuk dengan merata. Pada tahun 2007 sampai 2013 di beberapa Kab/Kota seperti Lampung Barat, Mesuji, Pesawaran, Pesisir Barat, Tulang Bawang Barat hingga Tanggamus belum terbentuk lokasi


(20)

5

lembaga pendidikan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa terkonsentrasinya lokasi lembaga pendidikan tinggi di Provinsi Lampung cenderung terdapat di Kota Bandar Lampung.

Diantara 15 Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung sebagai ibukota mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien khususnya pada pembentukan lokasi pendidikan. Perkembangan pembentukan lokasi

pendidikan seiring sejalan dengan pertumbuhan perekonomian yang terjadi di Kota Bandar Lampung. Dalam meningkatkan pembangunan sumber daya manusia pemerintah kota Bandar Lampung akan memberikan izin terhadap pembentukan lokasi pendidikan yang diharap mampu memaksimalkan

pemanfaatan sumber daya agar didapat kualitas manusia yang dapat bersaing.

Pada Tabel 2 diketahui Kota BandarLampung memiliki jumlah lembaga pendidikan yang baik dan pembentukan jumlah yang berkembang di setiap tahunnya, pertumbuhan jumlah pendidikan tinggi dapat tercermin dari pembentukan lokasi pendidikan yang dilihat dari pangsa pasar lembaga

pendidikan tinggi. Di Kota Bandar Lampung jumlah pangsa pasar di gambarkan pertumbuhannya mulai dari tahun 2007 hingga 2013.


(21)

6

Tabel 2. Pangsa Pasar Lembaga Pendidikan Tinggi di Kota Bandar Lampung tahun 2007-2013

No. Kecamatan

Jumlah Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Market Share (pangsa

pasar) LPT 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Teluk betung Selatan 0.027 0.027 0.027 0.023 0.023 0.021 0.021 0.267 2 Teluk Betung Barat 0.055 0.055 0.055 0.047 0.047 - - 0.503 3 Teluk Betung Utara 0.027 0.027 0.027 0.023 0.023 0.021 0.021 0.337 4 Teluk Betung Timur 0.055 0.055 0.055 0.047 0.047 0.021 0.021 0.791 5 Tanjung Karang

Pusat 0.111 0.111 0.111 0.142 0.142 0.086 0.086 1.775

6 Tanjung Karang

Barat 0.083 0.083 0.083 0.071 0.071 0.021 0.021 0.923

7 sukarame 0.086 0.086 0.086 0.142 0.142 0.065 0.065 1.412 8 Tanjung Senang 0.083 0.083 0.083 0.071 0.071 0.065 0.065 1.183

9 Panjang - - - 0.023 0.023 0.023 0.023 0.092

10 Rajabasa 0.111 0.111 0.111 0.166 0.166 0.152 0.152 2.202 11 Sukabumi 0.027 0.027 0.027 0.047 0.047 0.043 0.043 0.505

12 Kedaton 0.194 0.194 0.194 0.19 0.19 0.043 0.043 2.529

13 Labuhan Ratu - - - 0.152 0.152 0.304

14 Wayhalim - - - 0.108 0.108 0.216

15 Kemiling - - - 0.043 0.043 0.086

16 Langkapura - - - 0.021 0.021 0.042

17 Enggal - - - 0.043 0.043 0.086

18 Kedamaian - - - 0.021 0.021 0.042

19 Teluk Betung Timur - - - 0.043 0.043 0.086

20 Bumi Waras - - - 0

TOTAL 0.859 0.859 0.859 0.992 0.992 0.992 0.992 13.381 Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


(22)

7

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa di kota Bandar lampung telah terjadi pertumbuhan jumlah lembaga pendidikan tinggi, yang setiap tahun mengalami pembangunan lokasi lembaga pendidikan. Pada kota Bandar lampung terdapat 20 kecamatan dan terdapat pangsa pasar yang tinggi pada beberapa kecamatan yang artinya daerah tersebut memang berpotensi menjadi lokasi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi. Daerah tersebut adalah Kecamatan Kedaton dan Rajabasa dengan jumlah pangsa pasar masing-masing sebesar (2.529) dan (2.202) sehingga kedua lokasi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi tersebut menjadi pusat lokalisasi pendidikan tinggi.

Studi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia dapatdikatakan masih sangat sedikit, padahal studitersebut sangatlah penting dalam memberikan kontribusi dan rekomendasi tentang arahpembangunan sosial di masa depan.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan dilakukan selama periode tahun 1996 hingga tahun 2003 oleh Sakti (2007) terdapat bukti bahwa Konsentrasi Lembaga Pendidikan tinggi terjadi di kota-kota besar, ketimpangan lembaga pendidikan tinggi antar provinsi lebih kecil dibandingkan dengan ketimpangan yang ada antar kabupaten/kota dalam provinsi. Ini menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan level ketimpangan antar provinsi dengan ketimpangan antar kabupaten/kota.

Konsentrasi lembaga pendidikan tinggi cenderung berada di pusat kota menjauhi pusat-pusat industri. Faktor-faktor yang mendukung terkonsentrasinya lembaga pendidikan tinggi adalah jumlah angkatan kerja, jumlah usia sekolah, pendapatan per kapita, infrastuktur dan aktivitas kegiatan ekonomi. Berdasarkan hasil tersebut


(23)

8

maka pemerintah tidak akan pernah bisa mengatasi ketimpangan jumlah lembaga pendidikan tinggi yang telah ada dengan tanpa melakukan pengembangan struktur ekonomi di setiap daerah. Hubungan variabel jumlah usia sekolah dengan

konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah berpengaruh positif karena semakin banyak jumlah usia sekolah maka lembaga pendidikan akan terbentuk dan

memiliki banyak peminat. Hubungan variabel aktivitas ekonomi dengan konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah positif karena semakin tinggi aktivitas ekonomi semakin menarik minat lembaga pendidikan berkonsentrasi di lokasi bersangkutan. Hubungan variabel angkatan kerja dengan konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah positif dimana angkatan kerja akan mencari kerja dilokasi yang terkonsentrasi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin melakukan penelitian pada Kota Bandar Lampung dengan menganalisis apakah terjadi konsentrasi di Kota Bandar Lampung dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi pengaruh terjadinya konsentrasi lembaga pendidikan seperti jumlah usia sekolah, aktivitas ekonomi, dan angkatan kerja. Penelitian dimulai dari priode tahun 2000-2013 dengan mengambil judul “Determinan Konsentrasi Lembaga Pendidikan

Tinggi di Kota Bandar Lampung.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di Kota Bandar


(24)

9

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Usia Sekolah, Angkatan Kerja dan Aktivitas Ekonomi mempengaruhi Konsentrasi LPT di kota Bandar Lampung?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui terjadi atau tidak konsentrasi lembaga pendidikan di Kota Bandar Lampung.

2. Untuk menganalisis apakah Jumlah Usia Sekolah, Aktivitas Ekonomi, dan Angkatan Kerja berpengaruh terhadap konsentrasi LPT di Kota Bandar Lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas ekonomi secara spasial dimana salah satunya adalah industri di sektor pendidikan. dimana untuk menganalisis pola konsentrasi lembaga pendidikan tinggi dan untuk menganalisis pola konsentrasi geografis ( ketidakmerataan) digunakan indeks entropi theil yang dikomposisikan menjadi indeks ketidakmerataan dalam provinsi

Industri Pendidikan

Tinggi

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Konsentrasi Spasial

a. Jumlah usia sekolah b. Aktivitas Ekonomi c. Angkatan Kerja Konsentrasi Geografis &

Spasial Spesialisasi (Indeks Entropi Theil)

A. Between B. Within


(25)

10

dan antara kabupaten/kota Industri lembaga pendidikan merupakan suatu aktivitas ekonomi yang tidak terlepas dari kondisi konsentrasi geografis. Konsentrasi aktivitas ekonomi dalam suatu negara menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses selektif dipandang dari dimensi geografis. Klaster

industri sektor pendidikan pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu atau dua industri (Kuncoro, 2007).

Industri sektor lembaga pendidikan tinggi memiliki beberapa faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya konsentrasi yang dapat di analisis secara benar menggunakan metode yang tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terkonsentrasinya pendidikan tinggi antara lain jumlah usia sekolah, aktivitas ekonomi dan angkatan kerja pada lembaga pendidikan tinggi. Dan memberikan output eksternalitas positif pada Konsentrasi industri di bidang lembaga

pendidikan tinggi yaitu dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

E. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam artinya masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Selanjutnya hipotesis dapat diartikan juga sebagai dugaan pemecahan masalah yang bersifat sementara yakni pemecahan masalah yang mungkin benar dan mungkin salah ( Nawawi,2001).


(26)

11

Berdasarkan hal diatas maka dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam melakukn penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga terjadi konsentrasi LPT di Kota Bandar Lampung.

2. Diduga Jumlah Usia Sekolah, Aktivitas Ekonom, dan Angkatan Kerja berpengaruh positif terhadap konsentrasi LPT di Kota Bandar Lampung.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Aglomerasi

Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen (Kuncoro, 2002). Keuntungan-keuntungan dari konsentrasi spasial sebagai akibat dari ekonomi skala (scale economies) disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration economies), (Mills dan Hamilton, 1989).

Pengelompokkan dari aktivitas ekonomi secara spasialdalam suatu lokasi tertentu dan saling terkait. Hal ini dapat ditemui pada konsentrasiindustri teknologi tinggi di Silicon Valley (Ellison dan Glaeser, l997), konsentrasi spasialpada kota tepi air (Fujita dan Mori, l996), kluster industri (porter,l990-1998), Serta agglomerasi perkotaan (Fujita dan Thiesse, 2002).

2. Definisi Konsentrasi spasial

Menurut Krugman (1998) menyatakan bahwa konsetrasi spasial merupakan aspek yang ditekankan dari aktivitas ekonomi secara geografis dan sangat penting dalam penentuan lokasi industri. Dalam konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial terdapat 3 hal yang saling terkait yaitu interaksi antara skala ekonomi, biaya transportasi dan permintaan. Untuk


(28)

13

berkonsentrasi secara spasial dan melayani seluruh pasar dari suatu lokasi. Sedangkan untuk meminimalisasi biaya transportasi, perusahaan-perusahaan cenderung berlokasi pada wilayah yang memiliki permintaan lokal yang besar, akan tetapi permintaan lokal yang besar

cenderung berlokasi di sekitar terkonsentrasinya aktifitas ekonomi seperti komplek industri maupun perkotaan.

3. Teori Lokasi

Meurut Weber (1909) ada 3 faktor yang menjadi alasan perusahaan pada industri dalam menentukan lokasi, yaitu:

1. Perbedaan Biaya Trasportasi

Produsen cenderung mencari lokasi yang memberikan keuntungan berupa penghematan biaya transportasi serta dapat mendorong efisiensi dan efektivitas produksi. Dalam perspektif yang lebih luas, Coase (1937) mengemukakan tentang penghematan biaya hansalci (biaya

transportasi, biaya transaksi, biaya kontrak, biaya koordinasi dan biaya komunikasi) dalam penentuan lokasi perusahaan.

2. Perbedaan Biaya Upah.

Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Adanya suatu wilayah dengan tingkat upah yang tinggi mendorong tenaga kerja untuk terkonsentrasi pada wilayah tersebut. Fenomena ini dapat ditemui pada kota-kota besar dengan keanekaragaman tinggi seperti Jakarta maupun kota yang terspesialisasi.

3. Keuntungan dari Konsentrasi Industri Secara Spasial

Konsentrasi spasial akan menciptakan keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi. Penghematan lokalisasi tejadi apabila biaya produksi perusahaan


(29)

14

pada suatu industri menurun ketika produki total dari industri tersebut meningkat (terjadi

increasing reurn of scale). Hal ini terjadi pada perusahaan pada industri yang berlokasi secara berdekatan. Penghematan urbanisasi terjadi bila biaya produksi suatu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan pada berbagai tingkatan aktivitas ekonomi dalam wilayah yang sama meningkat. Penghematan karena berlokasi di wilayah yang sama ini terjadi akibat skala perekonomian kota yang besar, dan bukan akibat skala suatu jenis industri. Penghematan urbanisasi telah memunculkan perluasan wilayah metropolitan (extended metropolitan regions).

Menurut tarigan (2012) studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang berdekatan atau berjauhan tersebut. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

Marshal (1920) dalam perspekif yang sedikit berbeda tentang keuntungan konsentrasi spasial mengemukakan pemikiran tentang ektenalitas positif dan menjelaskan mengapa produsen cenderung berlokasi dekat dengan produsen lain (dorongan untuk berlokasi dekat dengan perusahaan lain disebut dengan aglomerasi) Menurut Marshal, konsentrasi spasial didorong oleh ketersediaan tenaga kerja yang terspesialisasi dimana berkumpulnya perusahaan pada suatu lokasi akan mendorong berkumpulnya tenaga kerja yang terspesialisasi, sehingga menguntungkan perusahaan dan tenaga kerja. Selain itu,berkumpulnya perusahaan atau industri yang saling terkait akan dapat meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan input yang terspesialisasi yang lebih baik dan lebih murah.


(30)

15

Marshal menyatakan bahwa jarak yang tereduksi dengan adanya konsentrasi spasial akan memperlancar arus informasi dan pengetahuan (knowledge spillover) pada lokasi tersebut. Pandangan Marshal tentang industri yang terkonsentrasi disuatu tempat dan saling terkait disebut industrial cluster atau industrial district. Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang terkonsentrasi secara spasial dan kebanyakan

terspesialisasi pada satu atau dua industri utama saja.

Weber dalam Tarigan (2012) menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum akan menghasilkan

keuntungan yang maksimum. Dan melahirakan pendekatan biaya terendah dan sering disebut

sebagai “ kurva Isodapan Weber” Isodapan adalah kurva yang menggambarkan berbagai

lokasi dan industri dimana di dalam wilayah kurva tertutup tersebut biaya transportasi adalah sama. Perbedaan isodapan satu dengan yang lain adalah karena adanya pengaruh jarak dari titik T sehingga besarnya biaya transportasi berubah, dimana semakin jauh dari titik T tentunya biaya transportasinya akan bertambah besar.

Menurut Christaller (1996) dari berbagai jenis barang pada orde yang sama cenderung akan bergabung pada pusat dari wilayahnya sehingga pusat tersebut akan menjadi daerah

konsentrasi (kota). Adanya lembaga pendidikan tinggi yang terkait dengan kebutuhan akan tenaga kerja yang ada di suatu daerah jelas akan memicu dan akan mempengaruhi luas range

(luas jangkauan pasar maksimal) yang dimiliki oleh lembaga yang bersangkutan. Berbagai macam lembaga pendidikan tinggi merupakan jenis jasa dalam orde yang sama sehingga dengan demikian akan terjadi kecenderungan beralokasi di titik central wilayahnya.


(31)

16

Menurut Pendekatan pasar Losch (1954) berpendapat bahwa lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dimaksimalkan, dimana semakin jauh tempat penjual makan konsumen akan semakin malas membeli barang yang ditawarkan begitu juga dengan halnya semakin dekat dan strategis lokasi lembaga pendidikan tinggi yang mudah dijangkau semakin banyak pula orang yang berkeinginan untuk mendaftar ke lembaga tinggi tersebut. Dimana biaya transportasi yang akan dikeluarkan menjadi pertimbangan oleh pembeli/konsumen untuk mendatangi lokasi tersebut. Losch cenderung menyarankan kepada pihak penjual untuk berlokasi dekat dengan pasar.

4. Definisi Kluster

Porter (1988) menyatakan bahwa kluster adalah perusahaan-perusahaan yang terkonsentrasi secara spasial dan saling terkait dalam industri. Perusahaan-perusahaan industri yang

terkonsentrasi secara spasial tersebut juga terkait dengan institusi-institusi yang dapat mendukung industri secara praktis. Kluster meliputi kumpulan perusahaan dan hal yang terkait dalam industri yang penting dalam kompetisi. Kluster selalu memperluas aliran menuju jalur pemasaran dan konsumen tidak ketinggalan juga jalur menuju produsen produk komplementer dan perusahaan lain dalam industri yang terkait baik terkait dalam keahlian teknologi maupun input. Dalam kluster juga tercakup pemerintah dan institut lain, kluster menginterpretasikan jaringan yang tebentuk dan menjadi semakin kokoh dengan sendiri tidak hanya oleh perusahaan dalam kluster tetapi oleh organisasi lain yang terkait sehingga

menciptakan kolaborasi dan kompetisi dalam tingkatan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan dala saing berdasarkan keunggulan kompetitif (Rainei,2002).


(32)

17

Ada 3 bentuk kluster berdasarkan perbedaan tipe dari ekstemalitas dan perbedaan tipe dari orientasi dan intervensi kebijakan (Koleh mainen, 2002).

1) The Industrisl Districts Cluster

Industrial districts cluster atau yang biasa disebut dengan Marshalian Industrial District

adalah kumpulan dari perusahaan pada industri yang terpesialisasi dan terkonsentrasi secara spasial dalam suatu wilayah (Marshal,l920). Pandangan Marshal mengenai industrial district

masih relevan sampai saat ini dan secara empiris masih dapat dijumpai. Dalam perpektif lebih modem (Krugman, 1991; Porter, 1990), industrial district cluster berbasis pada ekstemalitas sebagai berikut:

a) Penurunan biaya transaksi (misalnya, biaya komunikasi dan transportasi)

b) Tenaga kerja yang terspesialisasi (misalnya, penurunan biaya rekuitmen tenaga kerja yang terspesialisasi dan penurunan biaya untuk pengembangan sumber daya manusia) c) Ketersediaan sumber daya, input dan infrastruktur yang spesifik dan terspesialisasi

(misalnya pelayanan spesial dan tersedia sesuai dengan kebutuhan lokal)

d) Ketersediaan ide dan informasi yang maksimal (misalnya mobilitas tenaga keria,

knowledge spillover, hubungan informal antar perusahaan)

Industrialisasi district, terjadi secara alamiah dan bersifat "open membership". Dalam

industial distric tidak memerlukan investasi dalam membangun relationship, Hal ini menunjukkan bahwa jenis kluster ini dapat muncul tanpa memerlukan usaha untuk

memunculkannya. Selain itu, ciri-ciri dari industrial district dapat teridentifikasikan dalam area metropolitan dan kota-kota lain yang memprodusi jasa dalam skala yang tinggi (Gordon dan McCann, 2000).


(33)

18

2) The Industrial Complex Cluster

Industrial complex cluster berbasis pada hubungan antar perusahaan yang teridentifikasi dan bersifat stabil yang terwujud dalam perilaku spasial dalam suatu wilayah. Hubungan antar perusahaan sengaja dimunculkan untuk membentuk jaringan perdagangan dalam kluster. Model kompleks industri pada dasarnya lebih stabil dari pada model distrik industri, karena diperlukannya investasi dalam menjalin hubungan antara perusahaan-perusahaan dalam kluster ini, dimana hubungan yang terjadi berdasarkan atas pertimbangan yang mantap dalam pengambilan keputusan.

Dengan kata lain kluster ini (komplek industri) tejadi karena perusahaan-perusahaan ingin meminimalkan biaya transaksi spasial (biaya transportasi dan komunikasi) dan memiliki tujuan-tujuan tertentu baik secara implist ataupun eksplisit dengan menempatkan

perusahaannya dekat dengan perusahaan-perusahaan lain. Dalam beberapa kasus, terjadinya kluster industri didorong oleh adanya suatu perusahaan yang mengekspor produk akhir ke pasar internasional, yang menjadi mesin penggerak bagi perusahaan-perusahaan lain untuk berada pada kluster tersebut.

Komplek industri tidak terbangun secara alami dan berbasis pada hubungan saling ketergantungan yang tidak simetris antara perusahaan besar dan kecil. Keadaan ini dapat menghalangi penyerapan serta pengembangan inovasi dan menempatkan perusahaan kecil pada kedudukan yang rendah dalam menciptakan investasi dalam penelitian dan


(34)

19

3) The Social Network Cluster

Social Network Cluster menekankan pada aspek sosial pada aktifitas ekonomi dan norma-normainstitusi dan jaringan. Model ini berdasarkan pada kepercayaan dan bahkan hubungan informal antar personal, hubungan inter personal dapat menggantikan hubungan kontrak pasar atau hubungan hirarki organisasi pada proses intemal dalam kluster.

Hanison (1992) menyatakan bahwa konsentrasi spasial pada kluster ini menerapkan konteks alami yang terbentuk karena adanya hubungan informal dan modal sosial yang berupa

kepercayaan, karena hal tersebut yang membentuk dan menjaga melalui persarnaan sosial dan sejarah dan terus menerus melakukan kegiatan bersama dan saling berbagi. Perlu diingat bahwa jaringan sosial antar perusahaan tidak perlu dibentuk dalam ruang lingkup regional ataupun lokal karena kedekatan wilayah dan budaya dapat memfasilitasi terbentuknya proses tersebut.

5. Pendidikan

Arti penting pendidikan, sebelumnya kita pahami dahulu istilah ilmu pendidikan

(paedagogeik) dan pendidikan (paedagogie). Istilah diatas sebetulnya mempunyai makna

yang berlainan “Ilmu Pendidikan” mempunyai makna yang sama dengan istilah

(paedagogeik), sedangkan “Pendidikan” sama dengan istilah (paedagogie).

A. Ilmu pendidikan

Ilmu pendidikan lebih menitikberatkan kepada pemikiran permenungan tentang pendidikan. Pemikiran bagaimana sebaiknya sistem pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikn, sarana dan prasarana pendidikan. Cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang bagaimana, lebih menitik beratkan teori.


(35)

20

B. Pendidikan

Hal yang lebih menekankan dalam hal praktek, yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar. Tetapi keduanya ini tidak dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling memeperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 yang menyebutkan pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk menunjukkan bertambahnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran (intelektual) dan tubuh anak. Pendidikan secara umum yaitu meliputi semua perbuatan dan usaha manusia dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, serta keterampilanya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan diri agar dapat memenuhi hidupnya baik jasmani maupun rohani.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.

Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional). Berdasarkan Pasal 3 UU RI Nomor 20/tahun 2003, pendidikan nasioanl berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia


(36)

21

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendididikan digolongkan menjadi tiga yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan tinggi yang terorganisir dalam wadah yang dinamakan sekolah. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dimana wadah pendidikan tersebut melalui lembaga pelatihan dan keterampilan ataupun kursus. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang terjadi dilingkungan keluarga yang

berlangsung secara alamiah dan wajar.

Salah satu jalur pendidikan formal adalah Pendidikan tinggi pendidikan tinggi merupakan salah satu sarana utama dalam rangka peningkatan sumber daya manusia agar memliki daya saing yang kompetitif dan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dan dapat

berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi , institut dan universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan vokasi. Gelar akademik, profesi atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak.


(37)

22

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Variabel dan Model

Analisis

Kesimpulan

Tutus Alun Asoka Sakti (2007)

Analisis Aglomerasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terkonsentrasinya Lembaga Pendidikan Tinggi di Pulau Jawa.

Analisis data yang digunakan menggunakan Sistem Informasi Geografis, alat Indeks Entropi Theil, dan Regresi logistic multinomial

Konsentrasi lembaga pendidikan tinggi sejalan dengan konsentrasi industri besar dan menengah. Untuk industri besar dan

menengah cenderung berlokasi di sekitar pusat kota besar. Sedangkan lembaga pendidikan tinggi cenderung berlokasi di pusat kota menjauhi pusat-pusat industri.

Agustina (2004)

Spesialisasi dan konsentrasi spasial industri kecil dan menengah di Kota Semarang.

Metode analisis data meliputi analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif, digunakan untuk menilai objek penelitian berdasarkan sifat tertentu dimana dalam penilaian sifat dinyatakan tidak dalam angka-angka dan digunakan untuk menjelaskan analisis data yang diolah. Dalam analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ, Indeks Spesialisasi Krugman, Indeks Herfindahl, Indeks Ellison Glaeser.

Hasil penelitian terbatas pada metode analisis pada masing-masing indeks. Sebagai contoh, dalam analisis indeks Ellison-Glaeser hanya dapat menjelaskan ada atau tidaknya pengaruh knowledge spillover dan natural advantage terhadap IKM tanpa dapat

menjelaskan natural advantage yang

mempengaruhi, sehingga tidak dapat melihat lebih detail potensi dan kondisi wilayah yang dianalisis. Widya

Hilmiyah (2013)

Analisis Konsentrasi spasial & pengembangan kawasan industri di Kab. Gresik.

Penelitian ini menganalisis efisensi lokasi daengan menggunakan perhitungan LQ,LI dan SI. Meregresikan tingkat efisensi lokasi Kabupaten Gresik dengan menambahkan variabel jumlah tenaga kerja,nilai tambah industri manufaktur sebelumnya dan dummy otonomi daerah Kab.Gresik

Efisiensi lokasi suatu industri berpengaruh positif dan segnifikan terhdap perolehan nilai tambah industri manufaktur.

Gilang Jabal, (2014)

Analisis Aglomerasi di Kabupaten Banyumas

Variabel yang digunakan pertumbuhan ekonomi, jumlah tenaga kerja, industri manufaktur, dan lokasi industri manufaktur (variabel independen) lokasi industri (variabel dependen) metode penelitian indeks

balassa, Specialization Indeks (SI), dan Localization

Industri manufaktur besar dan sedang cenderung mengumpul di sekitar wilayah Purwokerto dengan subsektor industri makanan merupakan subsektor spesialisasi di Kabupaten Banyumas.


(38)

23

Sumber : jurnal Ekonomi Pembangunan.

Indeks(LI). metode Sistem Informasi Geografis (SIG) Shandy

Jannifer Matitaputty (2010)

Analisis pengaruh Faktor Aglomerasi Industri Manufaktur terhadap hubungan antara Pertumbuhan dengan Ketimpangan.

Variabel yang digunakan adalah PDRB, Aglomerasi dan Ketimpangan Regional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi varibel moderating dengan PDRB sebagai variabel bebas, ketimpangan regional sebagai variabel terikat, dan

Aglomerasi sebagai variabel bebas.

Pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun kecuali bila ada kejatuhan ekonomi nasioanal yang juga mempengaruhi keberlangsungan perekonomian.

Ketimpangan regional di Jawa Tengah sepanjang 14 tahun terus berada dalam taraf yang tinggi yang dipicu banyak faktor dia antaranya ketidak merataan,demografis, transportasi,SDM, pemusatan kegiatan ekonomi dan alokasi investasi antar daerah. Aglomerasi industri di Jawa Tengah masih tergolong sangat lemah serta tidak dapat dikaitkan sebagai variabel monderating.


(39)

III. METODELOGI PENELITIAN

A.Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000 -2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi dan tiga variabel bebas yaitu Jumlah Usia Sekolah, Aktivitas Ekonomi dan Angkatan Kerja

Data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya : a. Perpustakaan daerah di Lampung

b. Perpustakaan Badan Pusat Statistik di Lampung

c. Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayan provinsi Lampung d. Sumber-sumber lainnya yang relevan.

Tabel 4. Jenis Variabel, Ukuran, dan Sumber Data

No Jenis Variabel Ukuran Sumber Data

1 Jumlah Usia Sekolah Jiwa BPS Lampung

2 Aktivitas ekonomi Unit BPS Lampung

3 Angkatan Kerja Jiwa BPS Lampung

B.Batasan Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel terikat (KLPT) dan variabel bebas (JUS, AK, dan AE). Batasan atau definisi variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(40)

25

1. Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi (KLPT)

Data yang digunakan adalah jumlah konsentrasi lembaga pendidikan tinggi yang diukur dengan indeks entropi theil dalam satuan persen menggunakan data 20 kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung mulai dari tahun 2000 hingga 2013. Didalam penelitian ini yang termasuk kedalam konsentrasi lembaga pendidikan tinggi adalah perguruan negeri dan swasta, Institut, Kebidanan dan Diploma.

2. Jumlah Usia Sekolah (JUS)

Data Jumlah Usia Sekolah yang digunakan adalah penggambaran dengan Angka Partisipasi Sekolah(APS) yang merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. data diperoleh dari BPS mulai dari tahun 2000 hingga 2013.

3. Aktivitas Ekonomi (AE)

Data aktivitas ekonomi dihitung menggunakan pemusatan kegiatan yang menunjukan

terjadinya kawasan industri besar menengah (IBM) merupakan suatu proses yang selektif dan hanya terjadi pada lokasi tertentu diukur dalam satuan persen data diperoleh dari BPS mulai dari tahun 2000 hingga 2013.


(41)

26

4. Angkatan Kerja (AK)

Data Angkatan kerja didapat dari BPS mulai dari 2000-2013 data yang digunakan adalah jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab.

C.Model Analisis

1. Indeks Entropi Theil

Untuk menganalisis pola konsentrasi lembaga pendidikan tinggi dan untuk menganalisis pola konsentrasi geografis (ketidakmerataan) lembaga pendidikan tinggi yang berada di kota Bandar Lampung. Alasan digunakan alat ini karena dapat menyajikan lebih dari satu titik pada suatu titik waktu,menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil serta dapat digunakan untuk membuat perbandingan selama waktu tertentu (Kuncoro,2002). Adapun formula rumus dari Indeks ketidakmerataan Entropi Theil untuk tingkat

kabupaten/kota dapat dinyatakan sebagai berikut :

Keterangan:

I (

y

j) = Indeks Entropi keseluruhan atas ketidakmerataan LPT di Kota Bandar Lampung.

Y ij = pangsa pasar lembaga pendidikan tinggi kecamatan terhadapat seluruh lembaga pendidikan tinggi di Kota Bandar Lampung

Nd = jumlah keseluruhan kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung.

0 (nol) : berarti tidak terjadi konsentrasi 1 (satu) : berarti tingkat konsentrasi tinggi


(42)

27

Sedangkan untuk ketidakmerataan antar kab/kota pada Provinsi Lampung dan dalam kota Bandar lampung digunakan rumus sebagai berikut :

Yd = pangsa pasar Lembaga pendidikan tinggi di Kota Bandar Lampung Nrj = jumlah seluruh kab/kota dalam kota Bandar lampung

P = jumlah seluruh kab/kota di Provinsi Lampung

2. Model Ekonometrika

Penelitian ini akan mengukur dan menganalisis pengaruh dan arah hubungan antar variabel independen (Jumlah Usia Sekolah (JUS) , Aktivitas Ekonomi (AE) dan Angkatan Kerja (AK) dan Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi (KLPT) maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Model umum dari analisis regresi linier berganda adalah:

Yt= β0+ β1 X1t+ β2 X2t+ β3 X3t…. + βkXkt +et

dimana Y adalah variabel dependen, X1, X2…. Xk adalah variabel independen dan et adalah

variabel gangguan. β0 adalah intersep sedangkan β1, β2, βk dalam regresi berganda disebut koefisien regresi parsial.

D. Uji Asumsi Klasik

Model kuadrat terkecil di bangun dengan berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Dengan asumsi-asumsi tersebut, model kuadrat terkecil memiliki sifat ideal dengan teorema Gauss-Markov (Gauss-Markov Theorem). Metode kuadrat terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linier, dan mempunyai varian yang minimum (best linear unbiased estimators = BLUE).


(43)

28

Sebelum melakukan analisis regresi, model persamaan harus memenuhi asumsi-asumsi OLS yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan autokorelasi (Agus Widarjono, 2013).

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah residual terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Jarque-Bera (J-B) (Agus, 2013). Uji statistik dari J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan kurrtosis. Berikut ini hipotesis yang digunakan untuk mengetahui uji normalitas :

H0 : Jarque Bera stat > Chi square, p-value > 0.1%, residual berditribusi dengan normal. Ha : Jarque Bera stat < Chi square, p-value < 0.1%, residual tidak berditribusi dengan

normal.

Residual dikatakan memiliki distribusi normal jika Jarque Bera > Chi square, dan atau probabilita (p-value) > α = 0.1% (Gujarati,2004). Didalam penelitian ini peneliti mengharapkan untuk menerima H0.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Gujarati (2004), multikolinearitas adalah hubungan linier yang terjadi diantara variabel-variabel independen.Pengujian terhadap gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil estimasi. jika VIF < 10 maka antara variabel independen tidak terjadi hubungan yang linier (tidak ada multikolinearitas). Ho : VIF > 10, terdapat multikolinearitas antar variabel independen.

Ha : VIF < 10, tidak ada multikolinearitas antar variabel independen.

Didalam penelitian ini peneliti mengharapkan VIF < 10 sehingga tidak terjadi multikolinearitas.


(44)

29

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi kesamaan varian (homoskedastisitas), yaitu varians error bernilai sama untuk setiap kombinasi tetap dari X1, X2, …, Xp. Jadi dengan adanya heteroskedastisitas, estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) hanya Linear Unbiased Estimator

(LUE) (Agus Widarjono, 2013). Metode yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan heteroskedastik pada model, peneliti menggunakan uji white. Rumusan hipotesis dalam uji white adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2013) :

H0 : Tidak Ada Heteroskedastisitas Ha : Terdapat Heteroskedastisitas Kriteria pengujiannya adalah:

a. H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai chi-square hitung (n x R2) lebih besar dari nilai Chi-kuadrat (χ2) dengan derajat kepercayaan tertentu (α).

b. H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai chi-square hitung (n x R2) lebih kecil dari nilai Chi-kuadrat (χ2) dengan derajat kepercayaan tertentu (α).

Jika H0 ditolak, berarti terdapat heteroskedastisitas. Jika H0 diterima, berarti tidak terdapat heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Menurut Gujarati ( 2004), autokolerasi adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan, pengujian terhadap gejala autokorelasi dalam model analisis regresi dilakukan dengan pengujian Breusch-Godfrey Serial

Correlation LM Test dengan membandingkan nilai Obs*R square dengan nilai Chi-square. Jika Obs*R square ( χ2 -hitung) lebih besar dari Chi-square (χ2–tabel), berarti hasil uji


(45)

30

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test mengindikasikan bahwa terdapat masalah

autokolerasi didalam model. Dan jika Obs*R square ( χ2

-hitung) lebih kecil dari Chi-square

(χ2

tabel), berarti hasil uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test mengindikasikan bahwa tidak ada masalah autokolerasi. Dalam hal ini, hipotesis pendugaan masalah autokolerasi adalah sebagai berikut :

H0: ρ1 = ρ2 = ...= ρρ = 0 ( tidak ada autokorelasi ) Ha: ρ1≠ ρ2 ≠...≠ ρ ρ≠ 0 ( ada autokorelasi )

Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan menerima H0 sehingga dalam penelitian model yang digunakan tidak memiliki masalah autokorelasi.

5. Analisis Regresi

Spesifikasi model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : LnKLPTt = Ln β0 + β1 LnJUS + β2 LnAE + β3 LnAK + ɛt Dimana:

LnKLPT = Logaritma Natural Konsentrasi Lembaga Pendidikan Tinggi LN JUSt = Jumlah Usia Sekolah

LnAEt = Logaritma Natural Aktivitas Ekonomi LnAKt = Logaritma Natural Angkatan Kerja

ɛt = error term (variabel pengganggu)

Lnβ0 = konstanta

β1,β2, .. , βn = eksponen variabel independen

Setelah didapat hasil dari regresi persamaan tersebut maka akan dianalisis pengaruh dan arah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.


(46)

31

E. Uji Hipotesis

Setelah uji asumsi klasik, langkah selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan beberapa pengujian :

1. Uji t statistik

Menurut Gujarati ( 2004), uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan :

a. Uji t statistik pada β1

H0: β1 ≤ 0 variabel bebas (JUS) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Ha : β1 > 0 variabel bebas (JUS) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel. (2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel.

Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (JUS) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT. Jika Ha diterima berarti variabel bebas (JUS) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT .

b. Uji t statistik pada β2

H0: β2≤ 0 variabel bebas (AE) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Ha : β2 > 0 variabel bebas (AE) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel. (2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel

Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (AE) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT. Jika Ha diterima berarti variabel bebas (AE) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT .


(47)

32

c. Uji t statistik pada β3

H0: β3≤ 0 variabel bebas (AK) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Ha : β3 > 0 variabel bebas (AK) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel. (2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel

Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (AK) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT. Jika Ha diterima berarti variabel bebas (AK) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT .

2. Uji F Statistik

Menurut Gujarati (2004), Pengujian F dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama seluruh variabel bebas atau variabel-variabel independen mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel terikat atau variabel dependen. Perumusan hipotesis :

H0 : β0 = β1 = β2 = β3 = 0, artinya variabel independen secara bersama- sama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha: paling tidak satu dari βk ≠ 0 dimana k = 1,2,3 artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujiannya adalah:

Ho diterima (tidak signifikan) jika F hitung < F tabel atau Pvalue <α Ho ditolak (signifikan) jika F hitung > F tabel atau Pvalue >α

3. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Gujarati (2004), Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1. R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel


(48)

33

dependen.R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.


(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal di bawah ini. 1. Temuan utama penelitian ini adalah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di

kota Bandar Lampung.

2. Uji F variabel jumlah usia sekolah, aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan

signifikan sesuai dengan hipotesis sedangkan angkatan kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan sesuai dengan hipotesis.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian bahwa terkonsentrasinya lokasi lembaga pendidikan terjadi secara spasial dipengaruhi aktivitas ekonomi, angkatan kerja yang terspasialisasi, jumlah usia sekolah dan pendapatan. Ketika kemampuan suatu lokasi untuk melakukan penghematan baik itu dalam penghematan biaya upah, lokalisasi dan urbanisasi maka terjadilah konsentrasi spasial yang berdampak positif. Saran yang dapat diberikan adalah pemerintah harus merencanakan lokasi konsentrasi untuk


(50)

49

lembaga pendidikan tinggi agar tercapai peghematan, meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan input yang terspesialisasi yang lebih baik dan lebih murah, memperlancar arus informasi dan pengetahuan serta mencari cara agar terkonsentrasi lokasi lembaga pendidikan tinggi di suatu wilayah tidak menyebabkan masalah untuk wilayah sekitarnya agar tidak menyebabkan disparitas pembangunan wilayah.

2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel bebas dan menambah tahun penelitian dengan menggunakan alat analisis yang berbeda agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

3. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan mutu , menyediakan prasarana serta fasilitas pendidikan tinggi di Kota Bandar lampung sehingga dapat menurunkan fenomenabraindrain, sistem pendidikan yang ditingkatkan dari

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi yang mampu bersaing dengan pendidikan kota Bandar Lampung.


(51)

1

DAFTAR PUSTAKA

Agustina.2004.Spesialisasi dan konsentrasi spasial industri kecil dan menengah di Kota Semarang.Jurnal.

Badan Pusat Statistika, 2000.Bandar Lampung Dalam Angka 2000.

BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2003.Bandar Lampung Dalam Angka 2003. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2004. Bandar Lampung Dalam Angka 2004. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2010. Bandar Lampung Dalam Angka 2010. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2013. Bandar Lampung Dalam Angka 2013.

BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2011. Indikator Tenaga KerjaProvinsi Lampung 2011. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2013. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung 2013. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,2000.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2000.P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2005.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2005.

P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2013.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2013.

P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Gujarati,DamodarN.2004.BasicEconometric,JohnWilley&Sons,Fourth Edition. New York.


(52)

2

Hilmiyah,Widyah.2013.Analisis Konsentrasi spasial & pengembangan kawasan industri di Kab. Gresik.Jurnal.

Jannifer,Shandy.2010.Analisis pengaruh Faktor Aglomerasi Industri Manufaktur terhadap Pertumbuhan dengan Ketimpangan.Jurnal. . Jabal,Gilang.2014. Analisis Aglomerasi di Kabupaten Banyumas. Jurnal. Kuncoro, Mudrajad. 2012.Perencanaan Daerah, Bagaimana Membangun

Ekonomi Lokal, Kota, Dan Kawasan.Jakarta: Salemba Empat. Sakti,Asoka.2007.Analisis Aglomerasi dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Terkonsentrasinya Lembaga Pendidikan Tinggi di P. Jawa.Jurnal.

Sastraatmadja, Entang. 1986.Ekonomi Pembangunan (Pengalaman Indonesia).

Bandung: Cv. Armico.

Sukirno, Sadono. 2002.Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tarigan,Robinson.2005.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT.Bumi Aksara

Widarjono, Agus. 2013.Ekonometrika pengantar dan aplikasinya.Yogyakarta. UPP STIM YKPN.


(1)

c. Uji t statistik pada β3

H0: β3≤ 0 variabel bebas (AK) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Ha: β3 > 0 variabel bebas (AK) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel.

(2) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > nilai t-tabel

Jika Ha ditolak, berarti variabel bebas (AK) tidak berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT.

Jika Ha diterima berarti variabel bebas (AK) berpengaruh terhadap Konsentrasi LPT .

2. Uji F Statistik

Menurut Gujarati (2004), Pengujian F dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama seluruh variabel bebas atau variabel-variabel independen mempunyai pengaruh signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel terikat atau variabel dependen. Perumusan hipotesis :

H0: β0 = β1 = β2 = β3 = 0, artinya variabel independen secara bersama- sama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha: paling tidak satu dari βk ≠ 0 dimana k = 1,2,3 artinya variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

Ho diterima (tidak signifikan) jika F hitung < F tabel atau Pvalue <α

Ho ditolak (signifikan) jika F hitung > F tabel atau Pvalue >α

3. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Gujarati (2004), Koefisien determinasi (R2) nilainya berkisar antara 0 dan 1. R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel


(2)

33 dependen.R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.


(3)

A. Simpulan

Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal di bawah ini. 1. Temuan utama penelitian ini adalah terjadi konsentrasi lembaga pendidikan tinggi di

kota Bandar Lampung.

2. Uji F variabel jumlah usia sekolah, aktivitas ekonomi berpengaruh positif dan

signifikan sesuai dengan hipotesis sedangkan angkatan kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan sesuai dengan hipotesis.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian bahwa terkonsentrasinya lokasi lembaga pendidikan terjadi secara spasial dipengaruhi aktivitas ekonomi, angkatan kerja yang terspasialisasi, jumlah usia sekolah dan pendapatan. Ketika kemampuan suatu lokasi untuk melakukan penghematan baik itu dalam penghematan biaya upah, lokalisasi dan urbanisasi maka terjadilah konsentrasi spasial yang berdampak positif. Saran yang dapat diberikan adalah pemerintah harus merencanakan lokasi konsentrasi untuk


(4)

49

lembaga pendidikan tinggi agar tercapai peghematan, meningkatkan efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan input yang terspesialisasi yang lebih baik dan lebih murah, memperlancar arus informasi dan pengetahuan serta mencari cara agar terkonsentrasi lokasi lembaga pendidikan tinggi di suatu wilayah tidak menyebabkan masalah untuk wilayah sekitarnya agar tidak menyebabkan disparitas pembangunan wilayah.

2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel bebas dan menambah tahun penelitian dengan menggunakan alat analisis yang berbeda agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

3. Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan mutu , menyediakan prasarana serta fasilitas pendidikan tinggi di Kota Bandar lampung sehingga dapat menurunkan fenomenabraindrain, sistem pendidikan yang ditingkatkan dari

pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi yang mampu bersaing dengan pendidikan kota Bandar Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina.2004.Spesialisasi dan konsentrasi spasial industri kecil dan menengah di Kota Semarang.Jurnal.

Badan Pusat Statistika, 2000.Bandar Lampung Dalam Angka 2000.

BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2003.Bandar Lampung Dalam Angka 2003. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2004. Bandar Lampung Dalam Angka 2004. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2010. Bandar Lampung Dalam Angka 2010. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2013. Bandar Lampung Dalam Angka 2013.

BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2011. Indikator Tenaga KerjaProvinsi Lampung 2011. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2013. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung 2013. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,2000.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2000.P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2005.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2005.

P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.

__________________, 2013.Jumlah Lokasi Pendidikan Provinsi Lampung 2013.

P&K provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Gujarati,DamodarN.2004.BasicEconometric,JohnWilley&Sons,Fourth Edition. New York.


(6)

2

Hilmiyah,Widyah.2013.Analisis Konsentrasi spasial & pengembangan kawasan industri di Kab. Gresik.Jurnal.

Jannifer,Shandy.2010.Analisis pengaruh Faktor Aglomerasi Industri Manufaktur terhadap Pertumbuhan dengan Ketimpangan.Jurnal. .

Jabal,Gilang.2014. Analisis Aglomerasi di Kabupaten Banyumas. Jurnal.

Kuncoro, Mudrajad. 2012.Perencanaan Daerah, Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, Dan Kawasan.Jakarta: Salemba Empat.

Sakti,Asoka.2007.Analisis Aglomerasi dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Terkonsentrasinya Lembaga Pendidikan Tinggi di P. Jawa.Jurnal.

Sastraatmadja, Entang. 1986.Ekonomi Pembangunan (Pengalaman Indonesia).

Bandung: Cv. Armico.

Sukirno, Sadono. 2002.Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tarigan,Robinson.2005.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT.Bumi Aksara

Widarjono, Agus. 2013.Ekonometrika pengantar dan aplikasinya.Yogyakarta. UPP STIM YKPN.