PENGAWASAN OLEH BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BPLHD) TERHADAP PENGELOLAAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR PT INDO LAMPUNG PERKASA KABUPATEN TULANG BAWANG

(1)

ABSTRAK

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BPLHD) TERHADAP PENGELOLAAN PEMBUANGAN

LIMBAH CAIR PT INDO LAMPUNG PERKASA KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh: Eka Purnama Sari

Pengawasan terhadap pengelolaan limbah cair perusahaan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Kabupaten Tulang Bawang belum optimal. Hal ini disebabkan karena masih terjadinya pelanggaran pengelolaan limbah cair perusahaan yang terjadi pada PT Indo Lampung Perkasa, dengan pelanggaran masih terciumnya bau yang menyengat di area sekitar kolam pembuangan limbah. Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Bupati Kabupaten Tulang Bawang No. 44 Tahun 2011 menyatakan bahwa tugas pokok BPLHD adalah membantu bupati dalam menyelenggarakan Pemerintah Daerah dibidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati. Berdasarkan hal ini, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan permasalahan: a. Bagaimanakah pengawasan BPLHD terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah cair PT Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang? b. Apakah Faktor penghambat pelaksanaan pengawasan bagi BPLHD terhadap pengelolaan limbah cair PT Indo Lampung Perkasan Kabupaten Tulang Bawang? Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder dan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengawasan dilakukan secara preventif dan represif. Pengawasan secara preventif adalah melakukan kunjungan rutin ke perusahaan dan mewajibkan perusahaan membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan pembuangan limbah cair serta menyerahkan laporan PROPER perusahaan. Pengawasan secara represif dilakukan secara insidental dalam hal pengaduan/ laporan dari masyarakat baik perorangan maupun kelompok (LSM). Faktor-faktor penghambat bagi BPLHD yakni keterbatasan dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, serta minimnya jumlah tenaga ahli/ Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di bidang pengawasan lapangan, penaatan dan petugas pemeriksa.


(2)

ABSTRACT

SUPERVISION BY ENVIRONMENTAL MANAGEMENT AGENCY (EMA) FOR LIQUID WASTE DISPOSAL MANAGEMENT PT INDO

LAMPUNG PERKASA TULANG BAWANG DISTRICT By

Eka Purnama Sari

Supervision of the liquid waste management company that conducted by Environmental Management Agency (EMA) Tulang Bawang Regency is not optimal. It is because there are violations of liquid waste management company that happens to PT Indo Lampung Perkasa, namely a pungent smell in the area around a pool of waste disposal.

Based on an article 3 of Tulang Bawang Regent Regulation No. 44, 2001 stated that the main duty of BPLHD was help a regent to organize the local government in Local Environmental Management sector which was based on regional policy set by the governor. According to this, researcher was interested to research with problems as follow: How is BPLHD’s supervision of Liquid Waste Disposal Management PT Indo Lampung Perkasa Tulang Bawang and what is the inhibiting factor for BPLHD of liquid waste management PT Indo Lampung Perkasan Tulang Bawang. Research method used was normative juridical and empirical approach. The data sources used in this study consisted of primary data and secondary data and analyzed qualitatively.

The results of this research showed that the monitoring carried out in preventive and repressive form. Preventive supervision was made regular visited to the company and required company made reports relating to the waste disposal and submit proper companies' reports. Repressive surveillance conducted incidental in terms complaints / reports from the public, both individuals and groups (LSM). Limiting factors for BPLHD was the limited funds budgeted by Tulang Bawang Government, lack of adequate infrastructure, and inadequate number of experts / Human Resources (HR), especially in the court supervision's sector, compliance and inspectors.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 14 September 1994, merupakan putri bungsu dari 3 bersaudara diantaranya Mega Sari, dan Juanda Firlani, dari pasangan Bapak M. Tohir dan Ibu Ema Sari.

Riwayat pendidikan penulis diawali dari pendidikan, pada Taman Kanak-Kanak Yapindo PT SIL lulus tahun 2000; Sekolah Dasar Swasta Abadi Perkasa PT ILP lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Swasta Abadi Perkasa PT ILP lulus pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Swasta Sugar Group lulus pada tahun 2011, kemudian pada tahun 2011 penulis diterima sebagai Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung dan pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Asih Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan.

Selama menjadi mahasiswi penulis juga aktif di dunia kemahasiswaan baik di internal dan eksternal kampus, di internal kampus penulis mengawali karirnya di BEM FH sebagai Anggota BIM 2011-2012, dan UKMF Mahkamah sebagai Anggota Biasa 2012-2013. Di eksternal kampus penulis aktif sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) diawali pada Basic Training LK I di Komisariat Hukum Unila pada tahun 2011.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT kupersembahkanskripsiku yang sederhana ini kepada :

Kedua orang tuaku tercinta, yang telah mendoakan, membesarkan, mendidik, mendukung, memberi dorongan dan selalu menanti keberhasilanku.

Para dosen yang telah mendidikku. Almamater tercinta.

Kanda, Yunda dan Adinda Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Bandar Lampung Komisariat Hukum Universitas Lampung.

Untuk kakak-kakak kuterimakasih untuk semua motivasi, do’adan harapan yang selalu memberi kekuatan dan inspirasi di hati


(8)

MOTO

Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi waktu malam apabila telah sunyi, Tuhan-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan, Dan kelak Tuhan-mu pasti

Memberikan Karunia-Nya kepadamu, lalu(hati) kamu menjadi puas. (Q.S ADL-Dluha:1-5).

Putuskanlah menjadi pribadi yang berbahagia, berfokuslah pada fikiran, sikap dan tindakan yang membahagiakan lalu perhatikan apa yang terjadi.


(9)

Teguh-SANWACANA

Assallamu’allaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, dengan judul Pengawasan Oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair PT Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang”, dengan harapan agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan hukum lingkungan di Indonesia pada umumnya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak, yang penulis yakin bahwa tanpa bantuan tersebut skripsi ini tidak akan terwujud. Penghargaan yang tinggi dan rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing I (satu) dan Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing II (dua) yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini. Selain itu Beliau telah membuka wawasan penulis dan menambah pengetahuan yang sangat berharga.


(10)

Penghargaan dan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Heryandi, SH., MS., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung beserta staf yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada Penulis selama mengikuti pendidikan.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum. pembimbing satu, yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. pembimbing dua, yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta memberi dorongan semangat dan pengarahan kepada penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., pembahas satu dan juga penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Atik Yuniati, S.H., M.H., pembahas dua yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa. 8. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., Pembantu dekan III dan Bapak Rusmiadi

S.H., Kabag kemahasiswaan yang telah banyak memberi dorongan semangat dan pengarahan selama penulis berproses di Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(11)

9. Bapak dan Ibu dosen pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membimbing dan memberikan ilmunya yang semoga bermanfaat bagi penulis.

10. Yang tercinta Ayahanda M. Tohir dan Ibunda Ema Sari., yang telah bersusah payah mengasuh, mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang dan kesederhanaan serta tidak bosan-bosannya mendoakan keberhasilan penulis.

11. Kakak-kakak ku tersayang, Mega Sari dan Juanda Firlani yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilan ku,

12. Buat “kamu” yang selalu mengisi keseharian dan hatiku, terimaksih atas dukungan yang selalu tiada henti-hentinya untuk mendapingiku, membantuku, menjadikanku tetap semangat, serta semua yang telah kamu korbankan dan usahakan untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat sekalian angkatan Basic Traning LK 1, Prabu Dafa dan maupun yang Basic Traning LK 1 diluar KHU saya ucapkan terima kasih banyak telah aktif berproses serta membantu kinerja saya selama periode pengurusan di KHU selama saya menjadi presedium.

14. Sahabat-sahabat seperjuangan selama di fakultas Dewi Yuliandari AS, Amiliya Rahayu, Iis Priyatun, Abi Zuliyansyah, dan Aldi Setiawan. Dalam menempuh syarat-syarat mendapat gelar sarjana.

15. Sahabat-sahabatku selama saya menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung dan di Hima HAN, Dewi Yuliandari, Iis Priatun, Amiliya Rahayu, Ayu Kumala Sari, Dewi Sartika, Anisa Toriqi, Beni Yulianto, Abi Zuliansyah, Mardotilah (ADO), Hendra Ari Saputra, ANDO,


(12)

Dika Permandi, Agus Hermawan, Ebi, Fitra Albazuri, Fima Agtha, dll terima kasih banyak selama ini telah menjadi sahabat terbaik dalam berbagi keluh kesah dalam susah dan senang.

16. Sahabat-sahabat penulis selama menjadi mahasiswi di Fakultas Hukum UNILA Dian Aggraeni, Ellyzabet Berliana, Desy Dwi Katrin, Dian Tri Puspita S, Eva Rohmania, dan Elsha Venca terimakasih telah menjadi sahabat terbaik.

17. Teman-temanku tercinta di Kost Kinanti yaitu, Eka Purnama Sari, Anissa Nurjanah, Ana, adik-adikku Flora Gamasika, Melisa Laraswati, Makcik, Putri, Yuni, Ima dan Yoesis. Terimakasih banyak yang selalu mensuport ku dalam menyelesaikan skripsi dengan memberikan kasih sayang dan kepedulian yang luar biasa kepada ku.

18. Keluarga Besar Bapak Karnoko yang telah bersedia mengizinkan saya dan teman-teman selama 40 hari tinggal dirumah keluarga beliau pada saat saya Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Asih, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan.

19. Sahabat- sahabatku Pada Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Asih yaitu Fadilah Syakirah, Fajriyati Mutia, Felicia Rosari, Selvia, Kak Ekindo, Dian Surida, Apin, Dina, Audi, Kak Egi, dan Kak Edi Suhendar selaku kordes. Terima kasih banyak berkat KKN selama 40 hari bersama kalian saya mendapatkan keluarga baru.

20. Serta semua pihak yang berada di luar kampus saya ucapkan terimaksih banyak kepada Yuk Itak, Ibu Respita yang menjadi ibu kost dan pengganti ibu di tanah rantau, Buyah Penyimbang, Tante Al yang selalu menjadi super


(13)

hero ketika keuangan mulai menipis, serta pihak yang berada dilingkungan kampus.

21. Semua pihak dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu saya ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahawa skripsi ini kurang sempurna, oleh karenanya kritik dan saran apapun bentuknya penulis hargai guna melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga amal ibadahnya di terima oleh Allah SWT.

Wassallamu”allaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ...ii

I. PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ...7

1.2.1 Rumusan Masalah ...7

1.2.2 Ruang Lingkup ...8

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...8

1.3.1 Tujuan Penelitian...8

1.3.2 Kegunaan Penelitian...8

II. TINJAUAN PUSTAKA ...10

2.1 Pengertian Pengawasan...10

2.2 Pengawasan Lingkungan Hidup...15

2.3 Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah...22

2.4 Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair ...26

2.4.1 Pengertian Limbah ...26

2.4.2 Pengertian Limbah Cair ...28

2.4.3 Pengelolaan Pembuangan Limbah ...29

III. METODE PENELITIAN ...32

3.1 Pendekatan Masalah...32

3.2 Jenis dan Sumber Data...33

3.2.1 Jenis Data ...33

3.2.2 Sumber Data ...33

3.3 Pengumpulan Data ...35

3.4 Pengolahan Data ...36

3.5 Analisis Data ...37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...38

4.1 Gambaran Umum Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang...38

4.1.1 Sejarah Kabupaten Tulang Bawang...38


(15)

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dari Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang ...42

4.1.4 Susunan Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang...44

4.2 Pengawasan Terhadap Pengelolaan Limbah Cair PT Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang ...52

4.3 Faktor Penghambat Terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair PT Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang ...70

V. PENUTUP ...75

5.1 Kesimpulan ...75

5.2 Saran ...76 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola, dan dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia dan mahluk lainnya demi meningkatkan kualitas hidup. Antara manusia dan lingkungan sekitar tentu sangat berhubungan erat, karena manusia berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik positif maupun negatif. Dengan demikian kesadaran lingkungan hidup merupakan kesadaran yang lahir dari pemahaman tentang hubungan manusia dengan lingkungannya.

Manusia merupakan satu kesatuan dengan lingkungan hidup dan memiliki peran penting dalam keberhasilan pengelolaannya. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap Warga Negara Indonesia dan Pembangunan Ekonomi Nasional yang diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Masalah lingkungan hidup semakin lama semakin besar, meluas, dan serius. Ibarat


(18)

2

bola salju yang selalu menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalanya bukan hanya bersifat lokal atau trans lokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional, dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya terkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait mengait dengan sifat kualitas lingkungannya yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan.

Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan hukum lingkungan yang begitu pesat, maka Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan hidup (selanjutnya disebut UULH) setelah berlaku lebih kurang selama 15 tahun, diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPLH) yang mengatur mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Selanjutnya UUPLH telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPPLH-2009). UUPPLH-2009 tersebut sebagai undang-undang pokok yang mempunyai cirri-ciri adanya penguatan tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena setiap proses perumusan dan penerapan instrument pencegahan


(19)

3

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum1.

Dalam Pasal 1 ayat (1) UUPPLH-2009, yang dimaksud dengan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Masalah utama dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah adanya pencemaran atau perusakan lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Menurut Pasal 1 ayat (14) UUPPLH-2009 bahwa pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Kemudian dalam Pasal 1 ayat (16) UUPPLH-2009 yang dimaksud dengan perusakan lingkungan adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat (17) UUPPLH-2009 kerusakan lingkugan adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

1

Syahrul Muhamad, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, hlm. 2.


(20)

4

Dengan demikian pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kehidupan makhluk di sekitarnya, sehingga masalah pencemaran lingkungan ini menjadi salah satu hal yang paling krusial. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kegiatan industri yang melibatkan penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya terutama dalam pembuangan limbah. Limbah merupakan sisa dari suatu proses produksi industri maupun domestik yang berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Salah satunya adalah limbah cair. Limbah cair merupakan limbah yang berwujud cairan berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air. Limbah cair industri jika dibuanag ke lingkungan tanpa melalui proses pengelolahan lebih lanjut, maka bahan-bahan yang terkandung di dalamnya tidak dapat diurai oleh mikroorganisme di lingkungan pembuangannya. Pengelolaan limbah cair industri haruslah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, akan tetapi masih saja ada pabrik industri yang lalai menerapkan standar minimal pengelolaan limbahnya. Sesuai Pasal 13 UUPPLH-2009 bahwa pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi aspek pencegahan, penanggulangan dan pemulihan dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Pengawasan oleh pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini. Pengelolaan limbah cair industri yang kurang baik terjadi pula pada pabrik industri yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, yaitu PT. Indo Lampung Perkasa. Perusahan ini adalah salah satu anak cabang dari Sugar Group Companice Lampung. PT. Indo Lampung Perkasa bergerak dalam produksi gula. Pabrik ini merupakan pabrik


(21)

5

yang memproduksi tebu sebagai bahan mentah yang diolah dan menghasilkan gula pasir sebagai produknya. Sebagai industri pengolahan, perusahaan ini pasti memiliki limbah cair yang dikeluarkannya. Untuk itu limbah tersebut seharusnya dikelola dengan baik agar tidak mencemarkan lingkungan hidup. Didalam kenyataanya limbah cair yang dikeluarkan oleh PT ILP menghasilkan bau yang cukup menyengat, walaupun bau ini akan terasa dan muncul saat masa produksi gula saja. Bau yang ditimbulkan dari limbah cair ini dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dan kesehatan warga yang berada di dekat kawasan pembuangan limbah.

Oleh karena itu, kegiatan industri perlu memiliki penanganan dalam pengelolaan dan pengawasan yang baik dan sesuai, dengan syarat pengelolaan pembuangan limbah industri. Kabupaten Tulang Bawang melalui Badan Pengelolaaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai lembaga pemerintah daerah yang memiliki fungsi pengawasan dan bertindak tegas dalam pengelolaan pembuangan limbah yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik industri. Pengawasan terhadap pengelolaan limbah cair merupakan kewenangan dari BPLHD, sesuai dalam Pasal 3 Peraturan Bupati Tulang Bawang No. 44 Tahun 2011 menyatakan bahwa tugas pokok BPLHD adalah membantu Bupati dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetepkan oleh Bupati. BPLHD dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan Pasal 4 Peraturan Bupati Tulang Bawang No. 44 Tahun 2011 mempunyai fungsi sebagi berikut:


(22)

6

a. penetapan kebijakan tingkat kabupaten;

b. penetapan dan pelaksanaan KLHS tingkat kabupaten;

c. penetapan da pelaksaan kebijakan mengenai RPPLH kabupaten;

d. penetapan dan peleksanaan kebijakan mengenai Amdal dan UKL-UPL; e. penyelenggaraan inventarisasi sumber daya alam emisi gas rumah kaca pada

tingkat kabupaten;

f. pengembangan dan pelaksanaan kerjasama dan kemitraan; g. pengembangan dan penerapan instrument lingkungan hidup; h. fasilitasi penyelesaian sengketa;

i. pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

j. pelaksanaan standar pelayanan minimal;

k. pelaksaan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan local dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten;

l. pengelolaan informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten;

m. pengembangan dan pelaksanaan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten;

n. pelaksanaan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; o. penerbitan izin lingkungan pada tingkat kabupaten;

p. penegakan hukum lingkungan pada tingkat kabupaten; q. pelaksanaan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.


(23)

7

Pengawasan yang dilakukan oleh BPLHD Kabupaten Tulang Bawang terhadap pengelolaan pembuangan limbah cair di Kabupaten Tulang Bawang telah memiliki payung hukum yang jelas dan kuat baik tingkat pusat maupun daerah. Peraturan perundang- undangan ditingkat pusat antara lain Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sedangkan peraturan ditingkat daerah Provinsi Lampung khususnya yaitu Peraturan Gubernur Lampung No. 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Di Provinsi Lampung.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian degan judul “ Pengawasan Oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair PT. Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan urian di atas dirumuskan beberapa permasalahan yang diangkat serta dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimanakah pengawasan BPLHD terhadap pengelolaan Pembuangan Limbah cair PT. Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang?

2. Apakah faktor penghambat pelaksanaan pengawasan bagi BPLHD terhadap Pengelolaan limbah cair PT. Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang?


(24)

8

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah merupakan kajian dalam Hukum Administrasi Negara yang mana membahas mengenai pengawasan BPLHD terhadap pengelolaan pembuangan limbah cair PT. Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian ini dibatasi pada Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang dengan spesifikasi pada pengawasan pengelolaan pembuangan limbah cair. Sedangkan ruang lingkup wilayah penelitian adalah Kabupaten Tulang Bawang.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengawasan BPLHD terhadap pengawasan pengelolaan pembuangan limbah cair PT. Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang.

2. Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat pengawasan terhadap pengelolaan limbah cair PT. Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dibahas, kegunaan penelitian ini, yaitu :

a. Kegunaan teoritis, yaitu berguna sebagai upaya pengembangan wawasan di bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara, khususnya Hukum Lingkungan


(25)

9

yang berkaitan dengan bagaimana pengawasan BPLHD Kabupaten Tulang Bawang dalam pengawasan pengelolaan pembuangan limbah cair.

b. Kegunaan praktis, yaitu menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai bagaimana pengawasan BPLHD Kabupaten Tulang Bawang dalam mengawasi pengelolaan pembuangan limbah cair.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan1. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P Siagian yang menyatakan pengawasan adalah suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.2

Menurut Sujamto pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. 3Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan berjalan sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan.

1

Nurmayani,Hukum Administrasi Negara (Buku Ajar). Univaersitas Lampung; Bandar Lampung, hlm. 81.

2

Siagian, Sondang. P.Administrasi Pembangunan. Gunung Agung: Jakarta. 2000. hlm 135. 3

Sujamto. Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggung Jawab Sinar Grafika: Jakarta. 1990, hlm. 17.


(27)

11

Dalam kamus besar Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas yang

artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan

yang sebenarnya dari apa yang di awasi”.4 Menurut seminar ICW pertanggal 30

Agustus 1970 mendefenisikan bahwa “ Pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah suatu pelaksaan pekerjaan / kegiatan itu dilaksanakan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah di

tetapkan”.Jika memperhatikan lebih jauh, yang menjadi pokok permasalahan dari pengawasan yang dimaksud adalah, suatu rencana yang telah di gariskan terlebih dahulu apakah sudah di laksanakan sesuai dengan rencana semula dan apakah tujuannya telah tercapai. Sebagai bahan perbandingan diambil beberapa pendapat para sarjana di bawah ini antara lain:

Menurut Prayudi: “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang

dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan”.5 Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan. 6 Menurut M. Manullang mengatakan bahwa :

“Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang

4

Sujanto,Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, hlm 2. 5

Prayudi,Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1981, hlm 80. 6


(28)

12

sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.”7

Dilain pihak menurut Sarwoto yang dikutip oleh Sujamto memberikan batasan

”Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan -pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang

dikehendaki” 8 Menurut Harold Koonz,dkk, yang dikutip oleh John Salinderho mengatakan bahwa pengawasan adalah pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pengawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana-rencana.9

Dari sejumlah fungsi manajemen, pengawasan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam pencapaian tujuan manajemen itu sendiri. Fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan dengan baik. Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian tujuan manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan dengan baik.

Dalam kehidupan sehari-hari baik kalangan masyarakat maupun di lingkungan perusahaan swasta maupun pemerintahan makna pengawasan ini agaknya tidak

7

M.Manullang,Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia , 1995, hlm.18 8

Sujanto,Op.Cit, hlm.13.

9


(29)

13

terlalu sulit untuk dipahami. Untuk memberi batasan tentang pengawasan ini masih sulit untuk diberikan. Bagi para ahli manajemen, tidak mudah untuk memberikan defenisi tentang pengawasan, karena masing-masing memberikan defenisi tersendiri sesuai dengan bidang yang dipelajari oleh ahli tersebut Dari beberapa defenisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus di

laksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, kemudian diadakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya sesuai dengan semestinya atau tidak.

2) Selain itu pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan pembandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. dengan kata lain, hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan atau ketidakcocokan serta mengevaluasi sebab-sebabnya.

Jika diterjemahkan begitu saja istilah controlling dari bahasa Inggris, maka pengertiannya lebih luas dari pengawasan yaitu dapat diartikan sebagai pengendalian, padahal kedua istilah ini berbeda karena dalam pengendalian terdapat unsur korektif. Istilah pengendalian berasal dari kata kendali yang berarti mengekang atau ada yang mengendalikan. Jadi berbeda dengan istilah pengawasan, produk langsung kegiatan pengawasan adalah untuk mengetahui sedangkan kegiatan pengendalian adalah langsung memberikan arah kepada objek yang dikendalikan.


(30)

14

Dalam pengendalian kewenangan untuk mengadakan tindakan korektif itu sudah terkandung di dalamnya, sedangkan dalam pengertian pengawasan tindakan korektif itu merupakan proses lanjutan. Pengendalian adalah pengawasan ditambah tindakan korektif. Sedangkan pengawasan adalah pengendalian tanpa tindakan korektif. Namun sekarang ini pengawasan telah mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan.

Apabila dikaitkan dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan eksternt (external control) serta mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control). Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyenangkan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target.

Tindakan yang dapat dilakukan dalam pengawasan adalah: a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan; dan

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu badan dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibedakan kepada aparat pelaksanaan dengan standar yang telah ditetapkan guna


(31)

15

mempertebal rasa tanggungjawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan.10

Hakekatnya setiap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan mempunyai fungsi tertentu yang diharapkan dapat terlaksan, sejalan dengan tujuan kebijaksanaan tersebut. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pengawasan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi tertentu. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuannya. Mengenai hal ini, Soerwarno Handayanigrat menyatakan emapat hal yang terkait dengan fungsi pengawasan, yaitu:

a. mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaannya;

b. mendidik para pejebat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan;

c. untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan;

d. untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan.11

2.2 Pengawasan Lingkungan Hidup

Wewenang pemerintah dalam pengelolaan lingkungan secara konstitusional bertumpu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD1945). Implementasi dari ketentuan Pasal

10

Nurmayani. Hukum Administrasi Daerah ( Buku Ajaran) . Universitas Lampung: Bandar Lampung. 2009, hlm. 82.

11


(32)

16

33 ayat (3) dan (4) UUD 1945 adalah diaturnya tugas dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam (SDA). Tugas dan wewenang di bidang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup diatur dalam Pasal 63 UUPLH-2009, sementara di bidang SDA diatur dalam UU sektor masing-masing, seperti dalam UU pertambangan Mineral dan Batu Bara, UU Panas Bumi, dan UU Sumber Daya Air.12

Tugas dan wewenang pemerintah dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menurut Pasal 63 ayat (1) UUPPLH-2009 meliputi:

a. menetapkan kebijakan nasional;

b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan criteria;

c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH nasional; d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai LKHS;

e. menetapakan dan melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan UKL-UPL; f. menyelenggarakan inventarisasi SDA nasional dan emisi gas rumah kaca; g. mengembangkan standar kerja sama;

h. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai SDA hayati dan non hayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa genetik;

j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;

12

Muhammad Akib.Hukum Lingkungan Prespektif Gobal dan Nasional. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2014. hlm: 93.


(33)

17

k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai B3, limbah, serta limbah B3;

l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut;

m. menetapkan dan meleksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas batas Negara;

n. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

o. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

p. mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup;

q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antara daerah serta penyelesaian sengketa;

r. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat;

s. menetapkan standar pelayanan minimal;

t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

u. mengelola informasi lingkungan hidup nasional;

v. mengoordinasikan, mengembangkan, dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;


(34)

18

w. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penghargaan; x. mengembangkan sarana dan standar laboratorium lingkungan hidup; y. menertibkan izin lingkungan;

z. menetapkan wilayah ekoregion; dan

aa.melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.

Tugas dan wewenang pemerintah provinsi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut Pasal 63 ayat (2) UUPPLH-2009 meliputi:

a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;

b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi;

c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH provinsi; d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan UKL-UPL; e. menyelenggarakan inventarisasi SDA dan emisi gas rumah kaca pada tingkat

provinsi;

f. mengembangkan dan melaksanakan kerjasama dan kemitraan;

g. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;

h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota;

i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizininan lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;


(35)

19

k. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaiian perselisihan antarakabupaten/anatarkota secara penyelesaian sengketa;

l. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan;

m. melaksanakan standar pelayanan minimal;

n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi; o. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi;

p. mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;

q. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penghargaan; r. menertibkan izin lingkungan pada tingkat provinsi; dan

s. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat provinsi.

Selanjutnya tugas dan wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut Pasal 63 ayat (3) UUPPLH-2009 meliputi:

a. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;

b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;

c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH kabupaten/kota; d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan UKL-UPL; e. menyelenggarakan inventarisasi SDA dan emisi gas rumah kaca pada tingkat

kabupaten/kota;


(36)

20

g. mengembangkan dan menetapkan instrument lingkungan hidup; h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;

i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizininan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

j. melaksanakan standar pelayanan minimal;

k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;

l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;

m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;

n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penghargaan; o. menertibkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan

p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Secara teoritik, pembagian tugas dan wewenang tersebut sebenarnya menganut pola ultraviresdoctrine, yaitu pembagian secara rinci13. Hal ini sama dengan pola yang digunakan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota.

13

Lihat Muhamad Akib, “Politik Hukum Lingkungan Hidup Dalam Prespektif Otonomi Daerah

Menuju Pengaturan Hukum Yang Berorientasi Keberlanjutan Ekologi”, Desertasi, (Semarang: Program Doktor Ilmu Hukum Undip, 2011), hlm. 341-342.


(37)

21

UUPPLH-2009 telah mengatur pembagian wewenang pengawasan antara menteri Lingkungan Hidup dengan Gubernur dan Bupati/Walikota. Dalam undang-undang ini ditegaskan bahwa menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan perlindungan dan pengelolalaan lingkungan serta ketaatan terhadap izin lingkungan.

Kententuan mengenai pengawasan lingkungan ini ditegaskan dalam pasal 71 UUPPLH-2009. Pasal 71 UUPPLH-2009 ayat :

1) Pemerintah melalui menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalamperaturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.

3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapkan pejabatpengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.

Kemudian di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang No 12 Tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pajak Pembangunan Limbah cair Ke Media Lingkungan, Pasal 5 dalam rangka pengawasan dan pengendalian


(38)

22

pencemaran air, Dinas Pengendalian Lingkungan Pertambangan dan Energi mempunyai fungsi membantu bupati dalam hal:

a. penyusunan daftar kriteria bakun mutu air, baku mutu limbah cair, dan pengelolaan air sesuai dengan peruntukannya;

b. penilaian terhadap kinerja instansi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dari masing-masing industri dalam memenuhi baku mutu limbah cair, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan izin;

c. menampung laporan pengaduan dan keberatan dari masyarakat terhadap peristiwa terjadinya pencemaran air;

d. penyusunan rencana penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran air. Dengan demikian pengawasan merupakan wewenang yang diberikan kepada gubernur, bupati/walikota. Dalam pengawasannya dapat didelegasikan kepada pejabat atau instansi teknis yang bertanggungjawab dibidang lingkungan hidup (BPLHD). Dari sisi hukum administrasi, pengawasaan merupakan tugas utama dari pejabat yang berwenang. Pejabat yang berwenang member izin bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap izin yang diberikan.

2.3 Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah

Pada tahun 1980-an hingga 1994-an, kelembagaan lingkungan di daerah berada pada Sekertariat Daerah. Sejak berlakunya Kepres No. 77 Tahun 1994 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, di daerah “dapat” dibentuk Bapedal

Daerah. Pembentukan Bapedal Daerah baru diwajibkan sejak berlakunya Instruksi Menteri Dalam Negeri No.11 Tahun 1997. Dengan dibentuknya Bapedal daerah


(39)

23

maka tugas, fungsi, dan aparatur Biro Bina Lingkungan Hidup pada Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota diintegrasikan ke dalam Bapedal Daerah.14

Pada tahun 1999 untuk merespons tuntutan daerah agar diwujudkannya desentralilasi yang nyata dan luas pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Oleh sebab itu, Perlu diuraikan bagaimana pola kewenangan pengelolaan lingkungan hidup diera setelah keluarnya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 yang merupakan dasar hukum motonomi pada masa sekarang. Dengan dikeluarkannya PP No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, ini mengatur jumlah kelembagaan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk tingkat provinsi jumlah dinas maksimal adalah 10 (sepuluh) kecuali DKI Jakarat 14 (empat belas). Untuk tingkat kabupaten/kota jumlah dinas maksimal 8 (delapan).

Selain dinas, di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terdapat lembaga teknisi.

Untuk tingkat provinsi, lembaga teknisi menjalankan “tugas tertentu” yang

meliputi bidang penelitian dan pengembangan, perencanaan, pengawasan, pendidikan dan pelatihan, perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi, kependudukan dan pelayanan kesehatan. Lembaga teknis ini dapat berbentuk Badan, Kantor, dan Rumah Skit untuk tingkat kabupaten/kota, lembaga teknis

melaksanakan “tugas tertentu” yang meliputi bidang penelitian dan pelatihan,

14

Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm 102.


(40)

24

perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi, kependudukan dan pelayanan kesehatan. Lembaga teknis ini dapat berbentuk Badan, Kantor dan Rumah Sakit.15 Bentuk dan nama kelembagaan lingkungan sangat beragam. Ada yang bernama Bapedal Daerah, Badan atau Kantor Pengelolaan Lingkungan Daerah, bahkan ada yang berbentuk Dinas dengan nama Dinas Lingkungan Hidup. Dengan berlakunya PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeridan MENLH No. 061/163/SJ/2008 dan SE-01/MENLH/2008, maka kelembagaan lingkungan daerah berbentuk Badan atau Kantor. Meskipun demikian, maka kelembagaan lingkungan tetap masih beragam.

Di Provinsi Lampung misalnya, bernama “Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan”, di kabupaten Tanggamus bernama “ Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan”, di Kabupaten Lampung Timur bernama “Badan Lingkungan Hidup”, dan di Kabupaten Tulang Bawang bernama “Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)”.16

Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan” mengenai kedudukan

tugas, fungsi dan kewenangan diatur dalam Pasal 1 samapai dengan Pasal 4. Kedudukan Bapedal menurut Pasal 1 Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001 meliputi:

15

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.. 2012. hlm. 84.

16


(41)

25

1) Badan pengendalian dampak lingkungan, selanjutnya dalam keputusan ini disebut Bapedal, adalah lembaga Pemerintah Non Departement yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden;

2) Bapedal dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang lingkugan hidup;

3) Bapedal dipimpin oleh seorang Kepala.

Selanjutnya tugas Bapedal diatur dalam Pasal 2 menentukan Bapedal mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi Bapedal diatur dalam Pasal 3, menetukan: dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalaam Pasal 2 Bapedal menyelenggarakan fungsi:

a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengendalian dampak lingkungan;

b) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas bapedal;

c) pelancaraan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengendalian dampak lingkungan;

d) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pencemaran umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Kewenangan Bapedal diatur dalam Pasal 4, menentukan: dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bapedal mempunyai kewenangan;


(42)

26

b) perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;

c) penetapan sistem informasi di bidangnya;

d) penetapan persyaratan akredetasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenagan profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;

e) penilaian analisis mengenai dampak lingkungan bagi kegiatan-kegiatan yang pontesial berdampak negatif pada masyarakan luas dan/atau menyangkut pertahanan dan keamanan, yang lokasinya meliputi lebih dari satu wilayah provinsi, kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan Negara lain, di wilayah di bawah 12 (dua belas) mil dan berlokasi di lintas batas negara;

f) kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:

1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengendalian dampak lingkungan;

2) penetapan pedoman pengendalian sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan;

3) penetapan baku mutu lingkungan hidup dan peneetapan pedoman tentang perencanaan lingkungan hidup.

2.4 Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair

2.4.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak akan digunakan lagi, dapat berbentuk padat, cair, gas, suara, dan getaran yang dapat menimbulkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan benar (Winamo 1992). Sedangkan


(43)

27

menurut Mahida (1992) Limbah merupakan suatu bahan yang terbuang atau yang dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai negative karena penanganan untuk membuang atau membersihkan membutuhkan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan.

Dalam Pasal 1 ayat (20) UUPPLH-2009, yang dimaksud dengan limbah adalah

“sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan. Limbah merupakan bahan yang terbuang atau yang dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang dan memberihkan membutuhkan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan.” Kemudian dalam Pasal 1 huruf O Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pajak Pembuangan Limbah Cair Ke Media Lingkungan, yang dimaksud dengan limbah adalah setiap barang, zat, mikro organisme atau bahan yang dibuang oleh seseorang sebagai sesuatu yang tidak disukainya atau yang harus dibuang atau yang akan digunakan lagi, didaur ulang atau diambil kembali dan segala sesuatu yang diperlukan dengan cara lain dapat berbentuk cair, padat dan gas. Selanjutnya dalam PP no 82 tahun 2001 Pasal 1

ayat (14) yang dimaksud dengan air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau

kegiatan yang berwujud cair.

Pada umumnya sesuatu yang ada di muka bumi ini memiliki suatu karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang memiliki karakteristik sebagai berikut :


(44)

28

a. Berbentuk mikro. Karakteristik ini merupakan karakteristik pada besar kecilnya limbah/volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bisa terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai dan dibuang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.

b. Dinamis, artinya tentang cara pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencemaran. Biasanya limbah dalam penyebarannya diperlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini kerena ukuran limbah yang tidak dapat dilihat. c. Berdampak luas (penyebarannya). Luasnya dampak yang ditimbulkan oleh

limbah ini merupakan efek dari karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata.

d. Berdampak jangka panjang (antar generasi). Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak sekedar berdampak pada orang yang terkenanya, tetapi dapat mengakibatkan keturunannya mengalami hal serupa. Dari karakteristik limbah di atas, pencemaran limbah juga didukung oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah terhadap lingkungan diantaranya:

a. Volume limbah. Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia dampaknya akan ditimbulkan semakin besar pula.

b. Kandungan bahan pencemar. Kandungan yang ada di dalam limbah inilah yang menentukan adanya pencemaran lingkungan apabila kandungannya berbahaya maka dapat mengakibatkan pencemaran yang fatal bahkan dapat membunuh mahluk hidup sekitar.


(45)

29

c. Frekuensi pembuangan limbah. Frekuensi pembuangan limbah pada saat ini semakin naik dikarenakan banyaknya industri-industri yang berdiri.

2.4.2 Pengertian Limbah Cair

Limbah cair adalah setiap bahan cair dan atau bahan cair semi padat dan bila masuk atau dimasukkan ke lingkungan dalam jumlah atau kandungan atau cara tertentu17. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) limbah cair adalah limbah yang berasal dari buangan proses produksi suatu industrri dan merupakan buangan dari aliran rumah tangga yang mengakibatkan perubahan komposisi air yang digunakan sebagai proses kegiatan sehari-hari. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi (Suharto, 2010). Bahaya limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi mahluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut antara lain sebagai berikut: 1) gangguan kesehatan;

2) penurunan kualitas lingkungan;

17Lihat Pasal 1 huruf P

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pengendalian Pencemaran AirDan Pajak Pembuangan Limbah Cair Ke Media Lingkungan.


(46)

30

3) gangguan terhadap keindahan; dan 4) gangguan kerusakan benda.

2.4.3 Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair

Pengelolaan limbah itu bukan hanya meliputi upaya pengolahan limbah hasil proses produksi saja, tetapi meliputi upaya mengurangi limbah sebelum dihasilkan, pengolahan limbah dan pembuangannya ke lingkungan. Salah satu pengelolaan limbah yang mesti mendapat pertimbangan oleh pemimpin perusahaan sebelum melakukan pengolahan limbah melalui IPAL adalah menerapkan program minimisasi limbah bagi setiap (perusahaan) penghasil limbah.

Pengolahan minisasi limbah adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses pruduksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati dan tingkat bahaya yang keluar ke lingkungan dengan jalan reduksi pada sumbernya dan atau pemanfaatan limbah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Dalam pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (shahib, 1999: 51). Program minimisasi di Indonesia baru digalangkan, bagi perusahan masih merupakan hal yang cukup baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah yang masih mempunyai nilai ekonomis.

Tujuan dilakukan pengolahan pemnbuangan air limbah menurut Sugiharto (1987) adalah untuk mengurangi partikel-partikel, BOD, membunuh organisme patogen,


(47)

31

menghilangkan nutrien, mengurangi komponen beracun, mengurangi bahan-bahan yang tidak dapat didegradasi agar konsentrasinya menjadi lebih rendah. Kegiatan air limbah dapat dikelompokkan menjadi bagian, tetapi perlu diketahui bahwa untuk pengolahan air limbah tidaklah harus selalu mengikuti tahap-tahap tersebut tetapi tergantung jenis kandungan air limbahnya. Berbagai upaya telah dipergunakan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah, minimisasi limbah, pemberantasan limbah, pencegahan pencemaran dan reduksi limbah pada sumbernya.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul1. 3.1 Pendekatan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu2: 1) Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan literature yang erat kaitannya degan pengawasan dalam Pengelolaan pembuangan limbah cair, khususnya di Kabupaten Tulang Bawang.

2) Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji penegakan hukum dalam kaitannya dengan pengawasan oleh BPLH terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan pengawasan BPLHD Kabupaten Tulang Bawang dalam mengawasi pengelolaan pembuangan limbah cair PT. Indo Lampung Perkasa.

Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 43.


(49)

33

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Penelitian ini tergolong penelitian hukum normatif dan empiris, maka data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer yang bersumber dari perundangundangan dan dokumen hukum dan bahan hukum sekunder yang bersumber dari bukubuku ilmu hukum dan tulisan–tulisan hukum lainnya. Sedangkan data primer adalah data yang

diperoleh dari penelitian lapangan yang bersumber dari hasil wawancara dengan responden yang terlibat langsung atau berhungan dengan pembahasan dan penelitian ini. Selain itu terdapat pula data tersier yang berupa bahan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus bahasa.

3.2.2 Sumber Data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang berhubungan dengan Pengawasan BPLHD Terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair PT Indo Lampung Perkasa Kabupaten Tulang Bawang.


(50)

34

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari3:

a) Bahan hukum primer, yaitu meliputi :

1. Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

2. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air;

3. Keputusan Kepala Bapedal No.25 Tahun 2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

4. Peraturan Gubernur Lampung No. 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang No 12 Tahun 2004 Tentang Pengendalian Pencemaran Air Dan Pajak Pembuangan Limbah Cair Ke Media Lingkungan; dan

6. Peraturan Bupati Tulang Bawang No. 44 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Lingkungan hidup Daerah Kanupaten Tulang Bawang.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisis serta memahami bahan hukum primer seperti litelatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan maslah yang dibahas dalam penelitian ini.

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif, Jakarta; Rajawali Pers, 2003, hlm. 33-37.


(51)

35

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahanbahan lain yang berguna untuk memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian, bulletin, majalah, artikel-artikel di internet dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3 Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut4:

1) Studi Kepustakaan (Library Reasearce)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, Peraturan Perundang-undangan, majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2) Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data primer tersebut dengan melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan dan meminta data yang berhubungan dengan penelitian ini. Sebagai informan dalam penelitian ini adalah :


(52)

36

1) Kepala Sub Bidang Wasdal Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang;

2) Tiga orang masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar PT. Indo Lampung Perkasa.

3.4 Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Pengawasan BPLHD terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair PT Indo Lampung.

b) Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

c) Klasifikasi Data

Klasifikasi Data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

d) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu Penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.


(53)

37

e) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan kesimpilan yang bersifat umum data yang bersifat khusus.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen dianalisis secara deskriptif kualitatif, dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis guna memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, pengelolaan pembuangan limbah cair, kemudian dibandingkan dengan kenyataan yang ada lalu ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahn penelitian secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.5

Ronny Hantijio, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimateri. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990, hlm. 36.


(54)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengawasan terhadap pengelolaan pembuangan limbah cair perusahaan adalah melalui pengawasan secara preventif dan secara represif. Pengawasan secara preventif, antara lain melakukan kunjungan rutin ke perusahaan untuk memeriksa pengelolaan limbah organik maupun anorganik atau limbah padat maupun limbah cair, mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan Proper perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah perusahaan dan memberikan penyuluhan atau sosialisasi mengenai pengelolaan limbah yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemnerintah.

Pengawasan yang bersifat represif merupakan pengawasan yang dilakukan secara insidental. Pengawasan ini biasanya dilakukan apabila mendapatkan laporan dari masyarakat baik perorangan maupun laporan disampaikan aparatur pemerintah di sekitar perusahaan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang lingkungan hidup. Pengawasan secara represif ini bukan sepenuhnya dapat dilakukan oleh BPLHD karena wewenang utama BPLHD adalah melakukan pembinaan. Pegawasan represif dilakukan oleh tim PPLH atau PPNS LH (Penyidik Pgawai Negeri Lingkungan


(55)

76

Hidup). PPLH atau PPNS LH merupakan penyidik pegawai negeri yang ditunjuk oleh BPLHD Provinsi yang telah memiliki sertifikat dibidang lingkungan hidup .

2. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolaan pembuangan limbah cair perusahaan, yaitu Keterbatasan anggaran dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang untuk menunjang pengawasan terhadap perusahaan yang membuang limbah cair baik dalam pengawasan secara preventif maupun secara represif, selain keterbatasan dana, juga keterbatasan akan adanya saran dan prasarana BPLHD,dan ditambah dengan minimnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya diposisi pengawasan dan petugas pemeriksaan yang masih sangat terbatas.

5.2 Saran

1. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dapat memberikan srana dan prasarana dan tenagan ahli yang dapat menunjang kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPLHD dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran dari limbah cair yang dikeluarkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Tulang Bawang. 2. Sebaiknya BPLHD mengadakan kerjasama dengan LSM di bidang

lingkungan hidup, masyarakat maupun mahasiswa di bidang ilmu lingkungan hidup untuk turut serta melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah hasil kegiatan usaha industri di wilayah Kabupaten Tulang Bawang.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Akib Muhammad. 2001, Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Prespektif Holistik-Ekologis.Penerbit: Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Akib Muhammad. 2014. Hukum Lingkungan Prespektif Global Dan Nasional.

Penerbit : Pt RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Akib Muhammad. 2012. Politik Hukum Lingkungan Dinamika Dan Refleksinya Dalam Hukum Otonomi Daerah. Penerbit : PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2004. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta.

M. Manullan. 1995. Dasar-Dasar Manajemen,. Ghalia Indonesia. Jakarta.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Muhammad Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nurmayani, 2009. Hukum Andministrasi Daerah ( Buku Ajar). Penerbit Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Prayudi. 1998. Hukum Administrasi Negara,. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rahmadi, Takdir. 2011.Hukum Lingkungan Di Indonesia.

Saiful Anwar. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Glora Madani Press. Jakarta.

Salindeho, Jhon. 19980.Tata Laksana Dalam Manajemen. Sinar Grafik. Jakarta. Siagian, Sondang. P. 2000. Administrasi Pembangunan.Gunung Agung. Jakarta. Soemitro, Ronny Hantijio. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimateri.


(57)

Soekanto Soerjono,. 1981.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji . 2003. Penelitian Hukum Normatif,Rajawali

Pers, Jakarta.

Sujamto. 1990.Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggung Jawab. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sujanto, 1986.Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia. Syahrul Mahmud. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Zainudin Ali.Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2011.

Undang-undang:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Peraturan Gubernur Lampung No 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung.

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pajak Pembuangan Limbah Cair Ke Media Lingkungan.

Peraturan Bupati Tulang Bawang No. 44 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok Dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang.


(1)

1) Kepala Sub Bidang Wasdal Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang;

2) Tiga orang masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar PT. Indo Lampung Perkasa.

3.4 Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Pengawasan BPLHD terhadap Pengelolaan Pembuangan Limbah Cair PT Indo Lampung.

b) Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

c) Klasifikasi Data

Klasifikasi Data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

d) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu Penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.


(2)

37

e) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan kesimpilan yang bersifat umum data yang bersifat khusus.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen dianalisis secara deskriptif kualitatif, dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis guna memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, pengelolaan pembuangan limbah cair, kemudian dibandingkan dengan kenyataan yang ada lalu ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahn penelitian secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.5

Ronny Hantijio, Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimateri. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990, hlm. 36.


(3)

5.1 Kesimpulan

1. Pengawasan terhadap pengelolaan pembuangan limbah cair perusahaan adalah melalui pengawasan secara preventif dan secara represif. Pengawasan secara preventif, antara lain melakukan kunjungan rutin ke perusahaan untuk memeriksa pengelolaan limbah organik maupun anorganik atau limbah padat maupun limbah cair, mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan Proper perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah perusahaan dan memberikan penyuluhan atau sosialisasi mengenai pengelolaan limbah yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemnerintah.

Pengawasan yang bersifat represif merupakan pengawasan yang dilakukan secara insidental. Pengawasan ini biasanya dilakukan apabila mendapatkan laporan dari masyarakat baik perorangan maupun laporan disampaikan aparatur pemerintah di sekitar perusahaan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang lingkungan hidup. Pengawasan secara represif ini bukan sepenuhnya dapat dilakukan oleh BPLHD karena wewenang utama BPLHD adalah melakukan pembinaan. Pegawasan represif dilakukan oleh tim PPLH atau PPNS LH (Penyidik Pgawai Negeri Lingkungan


(4)

76

Hidup). PPLH atau PPNS LH merupakan penyidik pegawai negeri yang ditunjuk oleh BPLHD Provinsi yang telah memiliki sertifikat dibidang lingkungan hidup .

2. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolaan pembuangan limbah cair perusahaan, yaitu Keterbatasan anggaran dana yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang untuk menunjang pengawasan terhadap perusahaan yang membuang limbah cair baik dalam pengawasan secara preventif maupun secara represif, selain keterbatasan dana, juga keterbatasan akan adanya saran dan prasarana BPLHD,dan ditambah dengan minimnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya diposisi pengawasan dan petugas pemeriksaan yang masih sangat terbatas.

5.2 Saran

1. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dapat memberikan srana dan prasarana dan tenagan ahli yang dapat menunjang kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPLHD dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran dari limbah cair yang dikeluarkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Tulang Bawang. 2. Sebaiknya BPLHD mengadakan kerjasama dengan LSM di bidang

lingkungan hidup, masyarakat maupun mahasiswa di bidang ilmu lingkungan hidup untuk turut serta melakukan pengawasan terhadap pengelolaan limbah hasil kegiatan usaha industri di wilayah Kabupaten Tulang Bawang.


(5)

Buku :

Akib Muhammad. 2001, Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Prespektif Holistik-Ekologis.Penerbit: Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Akib Muhammad. 2014. Hukum Lingkungan Prespektif Global Dan Nasional.

Penerbit : Pt RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Akib Muhammad. 2012. Politik Hukum Lingkungan Dinamika Dan Refleksinya Dalam Hukum Otonomi Daerah. Penerbit : PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2004. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta.

M. Manullan. 1995. Dasar-Dasar Manajemen,. Ghalia Indonesia. Jakarta.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Muhammad Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nurmayani, 2009. Hukum Andministrasi Daerah ( Buku Ajar). Penerbit Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Prayudi. 1998. Hukum Administrasi Negara,. Ghalia Indonesia. Jakarta. Rahmadi, Takdir. 2011.Hukum Lingkungan Di Indonesia.

Saiful Anwar. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Glora Madani Press. Jakarta.

Salindeho, Jhon. 19980.Tata Laksana Dalam Manajemen. Sinar Grafik. Jakarta. Siagian, Sondang. P. 2000. Administrasi Pembangunan.Gunung Agung. Jakarta. Soemitro, Ronny Hantijio. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimateri.


(6)

Soekanto Soerjono,. 1981.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. Soerjono Soekanto, Sri Mamudji . 2003. Penelitian Hukum Normatif,Rajawali

Pers, Jakarta.

Sujamto. 1990.Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggung Jawab. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sujanto, 1986.Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia. Syahrul Mahmud. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Zainudin Ali.Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2011.

Undang-undang:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Keputusan Kepala Bapedal No. 25 Tahun 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Peraturan Gubernur Lampung No 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung.

Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pajak Pembuangan Limbah Cair Ke Media Lingkungan.

Peraturan Bupati Tulang Bawang No. 44 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok Dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang.