PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

  PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang) (Jurnal Skripsi) Oleh : Ahmad Hirliansyah FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013

  

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL

PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI

(Studi di Kawasan Industri Panjang)

Ahmad Hirliansyah

  Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng

  Bandar Lampung 35145

  ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menetahui pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan

Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi

industry dan faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasannya tersebut.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis

empiris. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa pelaksanaan pengawasan

BPPLH Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara

bagi industri dilakukan dengan cara sebagai memberlakukan prosedur wajib untuk

memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai

kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3. Pembentukan Tim

Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung.

Terdapat faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar

Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri adalah

keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur professional yang dimiliki oleh BPPLH

Kota Bandar Lampung untuk melakukan pengawasan. Terbatasnya sarana mobilitas atau

operasional lapangan untuk melakukan pengawasan.

  Kata Kunci: Pengawasan, Pengelolaan Limbah, Batubara.

  gencarnya para pengusaha berproduksi

I. PENDAHULUAN untuk memproduksi barang dalam jumlah

  yang sangat besar, maka semakin Salah satu dampak negatif pembangunan meningkat sisa pembakaran berupa gas yang menonjol adalah timbulnya berbagai CO, yang berbahaya bagi manusia juga macam pencemaran, akibat penggunaan bertambah jumlah, sisa produksi berupa mesin-mesin dalam industri maupun bahan kimia yang berbahaya juga mesin-mesin sebagai hasil produksi dari bertambah jumlahnya. Selain itu industry tersebut. Ada berbagai bentuk masyarakat yang mengkonsumsi produk pencemaran, antara lain pencemaran udara tersebut akan membuang kemasannya yang diakibatkan oleh asap yang dalam jumlah besar maka terjadilah dihasilkan sisa pembakaran dari mesin, pencemaran akumulasi dari berbagai

  1 pencemaran air yang diakibatkan bentuk pencemaran dalam suatu daerah.

  pembuangan sisa industri yang bersifat cair secara langsung tanpa melalui proses Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 daur ulang, pencemaran tanah akibat tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan pencemaran suara dari 1

  http://www.lawskripsi.com, diakses 12 Desember

  suara mesin-mesin. Akibat semakin

  (UUPLH) adalah payung di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang dijadikan dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dewasa ini.

2 Sebagai penyempurnaan UUPLH 1997

  lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor

  32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih baik dibandingkan UUPLH 1997.

  Salah satu sektor dominan sebagai pendukung pembangunan ekonomi adalah industri. Proses industri di samping dibutuhkan bahan baku baik local maupun impor, juga dibutuhkan energi bahan bakar sebagai tenaga penggerak peralatan ataupun mesin-mesin industri. Ada beberapa macam sumber energy sebagai tenaga penggerak mesin antara lain berupa bahan bakar minyak dan batubara. Dengan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak, maka penggunaan bahan bakar batubara terbukti lebih efisien untuk meningkatkan produktifitas proses industri. Batubara adalah sumber energi yang paling mudah diambil dari alam. Dewasa ini banyak industri yang beralih menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan uap, hal ini disebabkan karena pemakaian batubara dianggap lebih efisien dibandingkan dengan pemakaian minyak yang terus meningkat. Selain itu, batubara merupakan bahan yang siap dieksploitasi secara ekonomis karena terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga menjadi bahan bakar yang dapat mendukung kebutuhan energy dunia dalam jangka waktu yang relatif lama. Bertolak dari kondisi tersebut, banyak kegiatan industri di Kota Bandar Lampung 2 Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam

  Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan

  yang menggunakan batubara sebagai sumber energi. Salah satunya adalah penggunaan batubara, di samping menghasailkan energi yang efisien ternyata yang menyisakan permasalahan yakni pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara (fly ash dan bottom ash) yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan limbah seharusnya disesuaikan dengan baku mutu limbah, sehingga diharapkan tidak mengancam pencemaran dan perusakan lingkungan di sekitarnya. Selain dibutuhkan adanya kesadaran dari para pelaku industri itu, pemerintah juga sangat berperan penting, khususnya institusi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan. Limbah batubara itu disebut dengan Fly

  Ash dan Bottom Ash yaitu abu terbang

  yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari proses pembakaran suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Sesuai Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bahwa Fly Ash dan Bottom

  Ash termasuk dalam jenis limbah B3 yang

  pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup.

  3 Peraturan perundang-undangan dapat

  berlaku efektif apabila didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu adminstratif, pidana dan perdata. Dengan demikian, penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual, 3

  http://tractor-truck.com/berita/1411-pabrik- limbahbatubara-segera-dibangun-di-kim.html, melalui pengawasan dan penerapan (atau ancaman) sanksi administratif, kepidanaan, dan keperdataan.

4 Penegakan hukum salah satunya adalah

  dapat berupa kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu institusi lingkungan hidup. Pelaksanaan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara oleh beberapa industri di Kota Bandar Lampung ternyata masih dijumpai hal-hal yang belum atau bahkan tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sementara itu, efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat sangat besar peranannya dalam rangka mengawal peraturan perundang- undangan tersebut. Samapai dengan tahun 2012, dari data Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terdapat kurang lebih 10 (sepuluh) perusahaan yang mempunyai izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. PT. Indah Kiat Pulp & Paper misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kertas terletak di Panjang. Perusahaan ini adalah pemakai batu bara terbanyak, karena memiliki pembangkit listrik sendiri berkapasitas 45 MW dengan kebutuhan batu bara rata-rata 2.000 ton per hari.

  Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a.

  Bagaimana pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri? b. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri?

  II. PEMBAHASAN B. Pelaksanaan Pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dijelaskan dalam Pasal 15 bahwa “setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan”, kemudian lebih diperjelas dalam Pasal 17 yaitu “setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan B3 wajib melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Berc un (B3)”.

  Berdasarkan hasil penelitin penulis di BPPLH Kota Bandar Lampung, menurut Bapak Cik Ali Ayub (Kabid Penawasan dan Penegakan Lingkungan Hidup BPPLH Kota Bandar Lampung), proses dan cara pembuangan limbah yang bersifat cair, padat, gas, debu serta penanggulangan kebisingan suara dan/atau getaran (vibrasi) wajib dijelaskan pada saat pengajuan perohonan izin. Pembuangan limbah tersebut wajib dilakukan melalui proses pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Setiap orang atau badan yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimapan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun wajib memperoleh izin dari Wali Kota. Izin dari Wali Kota yang kemudian diterbitkan dalam suatu Keputusan Wali Kota tersebut berlaku selama 3 (tiga) tahun.

  Bapak Cik Ali Ayub menjelaskan, pemohon atau pengusaha yang ingin mengajukan permohonan Izin penyimpanan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) mendatangi Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung untuk kemudian memperoleh formulir.

  Tata cara pengajuan izin penyimpanan sementara LB3 sebagai berikut : a.

  Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai Ketua dan Sekretaris; b. Badan Pelayanan Perizinan terpadu sebagai anggota; c.

  h.

  Apabila dalam kajian Tim menyatakan tidak sesuai dengan hasil penelitian di lapangan maka Kepala BPPLH dapat memberikan penolakan permohonan izin yang diajukan dengan memberikan alasan.

  g.

  Berdasarkan hasil penelitian oleh Tim apabila dokumen dinyatakan tidak lengkap, maka pihak BPPLH akan memberitahukan kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya permohonan izin. Kemudian pemohon wajib melengkapi dokumen yang dipersyaratkan dalam waktu selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan yang dimaksud.

  f.

  Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup melaui Tim melakukan penelitian terhadap kelengkapan berkas permohonan dari ketentuan yang dipersyaratkan.

  e.

  Camat setempat sebagai anggota tidak tetap.

  Bagian hukum sebagai anggota; g.

  Satuan Polisi Pamong Praja sebagai anggota; f.

  Dinas Kesehatan sebagai anggota; d. Dinas Pekerjaan Umum sebagai anggota; e.

  Wali Kota menetapkan Tim Pengkaji dan Peneliti Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) di Kota BandarLampung. Tim tersebut tidak hanya beranggotakan pihak dari Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup saja, melainkan juga melibatkan pihak-pihak terkait lainnya yang sedikitnya terdiri dari unsur : a.

  Pemohon diwajibkan mengisi Formulir Permohonan Izin Penyimpanan Sementara LB3. Formulir tersebut diantaranya memuat:

  d.

  Pra Verifikasi, dilakukan oleh pihak terkait dalam hal ini Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota BandarLampung mengadakan suatu rapat intern untuk melihat kelengkapan berkas Pemohon, untuk kemudian dilanjutkan verifikasi.

  c.

  Formulir permohonan disertai dengan kelengkapan persyaratan yang ditandai dengan cek list.

  b.

  Lingkungan Hidup meliputi : akte pendirian perusahaan, izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin gangguan (HO), dokumen UKL-UPL, peta lokasi tempat kegiatan, uraian tentang bahan baku dan proses kegiatan, uraian tentang spesifikasi alat pengolahan limbah batubara.

  5) Dokumen yang harus disampaikan pemohon izin kepada Kementerian

  4) Keterangan Pengelolaan Limbah B3 meliputi : jenis pengelolaan, spesifikasi pengelolaan dan peralatan yang digunakan, jenis dan karakteristik limbah yang disimpan, tata letak saluran pengelolaan LB3, alat pencegah pencemaran, serta perlengkapan sistem tanggap darurat.

  3) Keterangan Lokasi (Letak dan Luas)

  2) Deksripsi Perusahaan secara rinci meliputi : nama perusahaan, alamat perusahaan, nomor telepon, bidang usaha, akte pendirian, nomor izin usaha industri, NPWP, izin-izin yang telah dimiliki (izin lokasi, IMB, HO, SIUP, TDP, izin usaha industri, Dokumen UKL-UPL)

  1) Keterangan Pemohon meliputi nama, alamat dan nomor telepon.

  Apabila dalam kajian lapangan Tim menyatakan layak dan tidak keberatan yang dibuatkan dengan Berita Acara Pemeriksaan maka Kepala BPPLH menyiapkan konsep Naskah Keputusan Wali Kota tentang Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

  Data tersebut di atas merupakan daftar perusahaan yang telah memperoleh izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3), dengan urutan nomor 1 s/d 6 merupakan perusahaan yang telah memperoleh persetujuan Wali Kota dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) Wali Kota Tahun 2013, sedangkan 4 perusahaan lainnya pada saat berlangsungnya penelitian masih dalam proses penandatanganan.

  Dilarang memindahtangankan izin tanpa seizin Wali Kota. Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa peraturan perundang- undangan dapat berlaku efektif apabila didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku yang menghindarkan keadaan lingkungan yang tercemar. Ditambah lagi, efektifitas fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah dalam hal ini Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung maupun oleh masyarakat sangat besar peranannya dalam rangka mengawal peraturan perundang-undangan tersebut. Pelaksanaan pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara bagi industri Kota BandarLampung dilaksanakan oleh Pemerintah dan Masyarakat.

  Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan

  Sub Bidang Pengendalian Lingkungan 2)

  Berkenaan dengan masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh adanya limbah dari industri dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara, merupakan kewenangan dan tugas dari Bidang Pengendalian, yang membawahi: 1)

  12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 21 bahwa “dalam pelaksanaan tugas pengawasan untuk tertibnya perlu adanya pengawasan operasional, yang diatur oleh Wali Kota dengan mengikut sertakan instansi badan/lembaga dan masyarakat terkait sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku”. Instansi badan/lembaga yang berwenang dalam hal yang berhubungan dengan Lingkungan Hidup pada umumnya dan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara pada khususnya adalah Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung.

  Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Perda Kota Bandar Lampung Nomor

  a. Pemerintah

  e.

  Menurut Ibu Hartati, pemegang izin dalam hal ini setiap orang atau badan yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3 mempunyai kewajiban sebagai berikut : a.

  Permohonan perpanjangan izin harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa iziin dengan disertai pemenuhan persyaratan.

  d.

  Limbah cair yang berasal dari air hujan yang dipakai menyiram batu bara dialirkan ke kolam pengendalian, setelah tingkat keasaman 6ph baru dapat dialirkan ke perairan umum/laut.

  c.

  Ditempat pengolahan dengan batu bara, debu yang dihasilkan disitam dengan air.

  Menyiapkan Hidrant (saluran air untuk mengatasi apabila terjadi kebakaran) b.

  Kepala Bidang Pengendalian mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan kegiatan di Bidang Pengendalian. Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan. Uraian tugas secara keseluruhan sama dengan tugas dari Bidang Pengendalian, hanya yang membedakan adalah sub Bidang ini menyusun kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Kepala Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan mempunyai tugas membantu kepala Bidang pengendalian dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan. Menurut Peraturan Nomor 99 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kota Bandar Lampung, Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan izin. Hal tersebut dimaksudkan agar : 1)

  Memahami dan meningkatkan kesadaran pelaku industri agar memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

  2) Mengendalikan pengumpulan dan penyimpanan sementara LB3;

  3) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup;

  4) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dampak yang akan timbul terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya akibat adanya kegiatan pengelolaan B3.

  Menurut Ibu Hartati selaku Kasubbid Litbang Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, bentuk pelaksanaan pengawasan yang dilakukan olehnya dalam pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri antara lain berupa : 1)

  Pemberlakuan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3;

  2) Adanya Tim Pengarah, Tim Pengkaji dan Peneliti Penerbitan Izin Tempat

  Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara LB3. Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Dasarnya adalah dengan menerbitkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/593 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3 Tahun 2013 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. 1)

  Mewajibkan pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3 untuk membuat laporan dalam bentuk manivest (dokumen limbah B3) ke BPPLH setiap tiga (3) bulan sekali. 2)

  BPPLH melakukan pengawasan lingkungan Hidup dengan mendatangi ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas satu (1) kali dalam seminggu.

  Ibu Hartati menjelaskan, pihaknya tiap seminggu sekali melakukan pengawasan lingkungan hidup secara umum, yang mulai tahun 2013 ini diagendakan akan melakukan pengawasan lebih intensif. Agenda yang ingin dilakukan tidak hanya berupa pengawasan, tetapi juga pembinaan dan pengarahan. Target pada tahun ini adalah dengan melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan ke

  67 perusahaan lebih. Pengawasan BPPLH diarahkan sebagai suatu pembinaan yang tidak mencari-cari kesalahan dari perusahaan dan/atau pelaku industri. BPPLH menganggap semua perusahaan atau pelaku usaha sebagai mitra. Setiap terjadi kesalahan selalu diupayakan untuk dibina terlebih dahulu, baru apabila terjadi pelanggaran, BPPLH mempunyai wewenang untuk melaporkan kepada Institusi Lingkungan Hidup Propinsi.

  Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan instansi yang berwenang dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah, dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara bagi industri. Selain BPPLH, partisipasi masyarakat juga sangat penting demi terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan tidak tercemar. Permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan semakin lama akan semakin kompleks, tidak mungkin semuanya dapat diakomodir oleh satu instansi dalam waktu yang bersamaan.

  Sangat mungkin terjadi suatu bentuk pelanggaran misalnya suatu perusahaan yang tidak mengelola limbahnya sesuai aturan, sehingga mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar industri tersebut. Menurut Bapak Cik Ali Ayub, laporan masyarakat sangat berperan dalam hal ini, karena tidak mustahil terdapat suatu pelanggaran yang tidak diketahui oleh Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bnadar Lampung, tetapi hal tersebut diketahui atau bahkan merugikan masyarakat itu sendiri.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Cik Ali Ayub, Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan terdapat beberapa hambatan. Adapun hambatan- hambatan tersebut, yaitu : 1.

   Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur.

  Menurut Bapak Cik Ali Ayub, pihaknya hanya mempunyai 38 Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana dari 38 yang ada baru 5 orang yang mengikuti pendidikan pelatihan pengawas lingkungan (Diklat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup), dan semua belum dikukuhkan sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD).

b. Masyarakat

  2. Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional lapangan.

  BPPLH Kota Bandar Lampung hanya mempunyai 3 unit kendaraan roda empat, 1 kendaraan khusus untuk pimpinan, sedangkan 2 unit lainnya untuk kegiatan operasional dalam bentuk Tim yang digunakan oleh Sekretariat dan 3 bidang secara bergantian dengan system penjadwalan untuk masing-masing bidang. Menurut Ibu Hartati, keadaan ini mengakibatkan intensitas kegiatan pengawasan yang dilakukannya dan Tim Pengawas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung sangat kurang, demikian juga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sosialisasi terutama di Bidang Penegakan Hukum.

  3. Kurangnya kesadaran para pelaku usaha.

  Selama ini para pelaku usaha kebanyakan hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan (profit-oriented), dengan demikian anggaran yang digunakan untuk mengelola lingkungan hidup dalam

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pengawasan BPPLH Bandar Lampung Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri.

  perusahaan tersebut (internal-cost) menjadi terabaikan atau ditekan seminimal mungkin, walaupun sebenarnya para pelaku usaha tersebut tahu tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Akibatnya beban pengelolaan lingkungan harus ditanggung oleh masyarakat yang terkena dampak.

  4. Tingginya biaya operasional.

  Sebagaimana diketahui bahwa biaya untuk mengelola lingkungan hidup khususnya limbah industri sangatlah mahal, apalagi untuk mengelola Limbah B3. Hal tersebut karena perusahaan yang dapat dan sudah mempunyai Izin untuk mengelola Limbah B3 berada di Propinsi Lampung. Akibatnya, biaya pengangkutan menjadi sangat besar dan banyak pelaku usaha yang merasa keberatan.

  5. Kurangnya partisipasi atau kesadaran masyarakat.

  Masyarakat yang terkena dampak negatif dari kegiatan usaha biasanya enggan untuk melaporkan kepada Institusi yang berwenang. Hal ini disebabkan karena disamping ketidaktahuan tentang prosedur dan mekanisme pelaporan, juga disebabkan karena tidak mau terbebani (tidak mau dipusingkan) dengan urusan- urusan yang tidak langsung menyentuh kepentingannya.

III. PENUTUP

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1.

DAFTAR PUSTAKA

  Pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri dilakukan oleh Institusi yang berwenang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada umumnya di Kota Bandar Lampung yaitu BPPLH Kota Bandar Lampung, pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar

  Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri dilakukan dengan cara: Memberlakukan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3; Membentuk Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, 2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri, antara lain: Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur professional yang dimiliki oleh BPPLH Kota Bandar Lampung; Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional; Kurangnya kesadaran para pelaku usaha dalam hal ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sebaiknya para pegawai BPPLH Kota Bandar Lampung mengikuti Diklat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) agar kapasitas dan profesionalitas mereka dalam melakukan pengawasan akan lebih maksimal. Menambah sarana operasional yang digunakan untuk pengawasan di lapangan. Minimal disediakan 1 unit kendaraan untuk masing-masing bidang.

  Erwin, Muhamad, 2008, Hukum

  Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup

  , Refika Aditama, Jakarta. Sumartono, R. M. Gatot P. 1996, Hukum

  Lingkungan Indonesia , Sinar Grafika, Jakarta.

  Supriadi, 2006, Hukum lingkungan di

  Indonesia :sebuah pengantar , Sinar Grafika, Jakarta.

  Suprapto, Slamet, 2009, Penanganan

  Limbah Pembakaran Batubara pada PabrikTekstll , tekMIRA,

  Bandung. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

  Pengelolaan Lingkungan Hidup.