Tinjauan atas sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan Pengelolaan LIngkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat

(1)

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak tempat penelitian bersedia: "bahwa hasil penelitian Tugas Akhir dapat di-online-kan sesuai dengan peraturan yang -berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan".

Bandung, September2013

Penulis aN. KEP,ALA BPLHD PROVINSI JAWA BARAT

Yeni Kristin NIM" 21310035

Tirto Y. MM Pernbina

NIP. 1966071A 199303 1 005

Mengetahui, Pembirnbing

\

/fU

r'.*-'

\

Riswono. SE." M.M NrP. 4127.02.01.007

Catatan:

Kecuali Bab

IV

dan Lampiran-lampiran merupakan data perusahaan.

$-H


(2)

(3)

(4)

84

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Yeni Kristin

Tempat Tanggal Lahir : Cimahi, 25 Juli 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat di Bandung : Jln. Melong Blok Sekola No.82 Cimahi

Email :nhie_crezyk7@rocketmail.com

Riwayat Pendidikan :

TAHUN PENDIDIKAN KETERANGAN

1997-1998 TK TUTUKA, Cimahi Berijazah

1998-2004 SD Negeri Melong 3, Cimahi Berijazah

2004-2007 SMPN 4 Cimahi Berijazah

2007-2010 SMAN 6 Cimahi Berijazah

2010-2013

Universitas Komputer Indonesia Jenjang Diploma III, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi.


(5)

DAERAH (BPLHD) PROVINSI JAWA BARAT

Review Of The Accounting System Cash Expenditure On Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Provinsi Jawa Barat

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Jenjang Diploma III Program Studi Akuntansi

Disusun oleh :

YENI KRISTIN

21310035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya kepada ALLAH SWT,

atas rahmat dan karunia, serta pelindungannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat menempuh Program

Diploma III Fakultas Ekonomi Program Study Akuntansi di Universitas

Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Adapun judul yang diambil oleh penulis untuk menjadi bahan tugas akhir

ini adalah “Tinjauan Atas Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat ”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan karena keterbatasan dan jauh dari sempurna, baik dari isi maupun

bahasannya. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang

dimiliki oleh penulis, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sangat membangun untuk dijadikan bahan masukan guna penulis yang akan

dating sehingga bias lebih baik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bimbingan, nasehat, dorongan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Maka, pada

kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terim kasih kepada:

1. Dr. Ir .Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE., M. Si, selaku Dekan Fakultas


(7)

ii

3. Dr. Surtikanti, SE.,M.Si.,Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si.,Ak, selaku Dosen Wali Program Studi Akuntansi

kelas AK-7 serta selaku

5. Riswono, SE.,M.M, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini.

6. Seluruh Staf dosen Progran Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia.

7. Ibu Mai, Ibu Ninu dan seluruh Staf di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.

8. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan yang tulus kepada saya

dan selalu memberikan semangat kepada saya dalam setiap pekerjaan yang

saya lakukan dengan doa dan kepercayaan yang mereka berikan, saya dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-teman terbaiku Dellyana, Chatrin, Mia, Nurul, Lini, Fitri, Novita dan

Juga seluruh teman-teman di kelas AK-7 Angkatan 2010 yang tidak bisa di

sebutkan semuanya yang telah memberikan bantuannya.

10. Semua Pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan maupun

pengelesaian tugas akhir ini.

Mohon maaf kepada pihak-pihak yang tidak tertulis dalam ucapan

terimakasih ini, tidak ada maksud penulis untuk melupakan anda semua. Terima


(8)

iii

Semoga perhatian, dukungan dan kebaikannya menjadi contoh bagi

penulis untuk selalu memberikan yang terbaik untuk sesama dan semua pihak

yang sudah banyak membantu juga mendapat balasan dari ALLAH SWT.

Bandung, Juli 2013 Penulis

Yeni Kristin Nim.21310035


(9)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR SIMBOL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kaian Pustaka ... 7

2.1.1 Sistem ... 7

2.1.1.1 Pengertian Sistem ... 7

2.1.1.2 Karakteristik Sistem ... 8

2.1.2 Kas ... 11

2.1.3 Akuntansi Keuangan Daerah... 14

2.1.3.1 Pengertian Akuntansi ... 14

2.1.3.2 Pengertian Akuntansi Pemerintahan ... 15

2.1.3.2.1 Lingkungan Akuntansi Pemerintahan .... 16


(10)

v

2.1.3.2.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintah ... 19

2.1.2.3 Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah ... 20

2.1.2.4 Dasar Hukum Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ... 21

2.1.4 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 22

2.1.4.1 Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.... 23

2.1.4.2 Faktor–Faktor Penyususnan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 25

2.1.5 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintah Daerah .... 26

2.1.5.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas ... 26

2.1.5.2 Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah ... 28

2.1.5.2.1 Fungsi Terkait dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah. 28 2.1.5.2.2 Dokumen yang digunakan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah ... 29

2.1.5.2.3 Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah. 31 BAB III OBEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 36

3.2 Metode Penelitian... 36

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.2.2 Sumber Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 41

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan ... 41

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 44


(11)

vi

4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 48

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 50

4.1.2.1 Prosedur dan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pada BPLHD Provinsi Jawa Barat ... 50

4.1.2.3 Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi Pengeluaran Kas Pada BPLHD Provinsi Jawa Barat ... 59

4.2 Pembahasan ... 60

4.2.1 Prosedur dan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pada BPLHD Provinsi Jawa Barat ... 60

4.2.2 Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi Pengeluaran Kas Pada BPLHD Provinsi Jawa Barat ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75


(12)

75

Abdul Halim. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat.Jakarta.

Abdul Hafiz Tanjun. 2008. Akuntansi Pemerintah Daerah:Konsep dan Aplikasi sesuai Standar Akuntansi Pemrintahan. Alfabeta. Bandung.

Andi Supangat. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensial, dan Nonparametik. Edisi 1. Kencana. Jakarta.

Bahtiar, Arif, Muchlis dan Iskandar. 2009. Akuntansi Pemerintahan. Akademia. Jakarta.

Davis. B. Gordon. 2005. Sistem Informasi Manajemen 2. Edisi Revisi. PPM. Indonesia.

Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Depdiknas. Jakarta.

Deddi Nordiawan. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.

Husein Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Thesis. Rajawali Pers. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta.

Iwan. S. 2011. Teknik Penulisan Skripsi, Thesis dan Disertasi. CEPLAS. Bandung.

Indra Bastian dan Gatot Supriyanto. 2003. Sistem akuntansi Sektor Publik.Edisi Pertama. Salemba Empat Jakarta.

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain. Andi. Yogyakarta.

Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Badan Penerbit UUI Press. Yogyakarta.


(13)

Mulyadi. 2009. Sistem Akuntansi.Salemba Empa. Jakarta.

Mursyidi. 2009. Tentang Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Penerbit Refika Aditama. Bandung.

O’brien James. 2006. Introducing To Information System. Salemba Empat. Jakarta.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Jakarta.

Suharsimi. A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Widjajanto Nugroho. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga. PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Warren, Reeve, Fess. 2006. Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi ke 21. diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan. Salemba Empat. Jakarta

Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuanagan Daerah, Fokusmedia, Bandung, 2008


(14)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi ini perkembangan dunia begitu cepat baik itu aspek

ekonomi, politik, sosial, budaya, dll. Oleh karena itu pemerintah beserta

elemen-elemen dibawahnya termasuk masyarakat ikut andil dalam pemeliharaan dan

perkembangan di bumi pertiwi ini. Penyelenggaraan pemerintahan di ajukan

untuk mengkoordinasikan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam

suatu sistem pengelolaan negara, termasuk di dalamnya mengenai pengelolaan

keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara perlu dilaksanakan secara

profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat, baik keuangan pusat dan keuangan daerah.

Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang Undang Dasar 1945,

keuangan daerah yang di dalamnya termasuk keungan daerah merupakan hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat di

nilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan degan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Lembaga atau instansi pemerintahan merupakan salah satu badan yang

juga mengolah/memproses sistem keuangan baik penerimaan maupun

pengeluaran kasnya menggunakan Sistem Akuntansi.

Sistem akuntansi pengeluaran kas pemerintahan daerah haruslah mengacu


(15)

sesuai ketentuan Permendagri 13 Tahun 2006. Dari segi pelaksanaan anggaran

mengacu pada peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor: 66/PB/2005 tentang

mekanisme pelaksanaan pembayaran atas beban APBN dan laporan keuangan

yang wajib dibuat setiap periodenya adalah berupa realisasi anggaran, neraca, dan

catatan atas laporan keuangan.

Jika suatu sistem akuntansi pada pemerintah daerah tidak dapat

dilaksanakan dengan baik maka akan adanya penyimpangan seperti fenomena

yang terjadi pada Dinas ESDM Anambas. Dalam hasil audit BPK RI

menyimpulkan, Dinas ESDM Anambas mencairkan dana APBD tanpa memenuhi

prosedur mekanisme APBD. Salah satu contohnya, pencairan dana yang

dikeluarkan dari rekening BUD kepada sekretariat daerah. BPK menilai, dalam

hasil pemeriksaannya, semua penerimaan maupun pengeluaran kas daerah atas

beban APBD yang dilakukan melalui rekening kas umum daerah tidaklah

memenuhi prosedur mekanisme. Maka yang terjadi menyulitkan pengendalian dan

berpotensi terjadi penyimpangan penggunaannya. Begitupun transaksi penerimaan

dan pengeluaran kas yang jumlahnya sebesar Rp 2,590 miliar tidak tercatat dalam

laporan realisasi Anggaran TA 2010 karena tidak ada pembebanan ke APBD

berdasarkan SP2D dan SPM. Dikarenakan untuk pengeluaran kas daerah sendiri,

pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan SPD, DPA-SKPD,

atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Pengeluaran daerah didahului

dengan permintaan pembayaran oleh bendahara pengeluaran melalui penerbitan


(16)

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa

Barat adalah entitas akuntansi dari Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, yang

mendapatkan pelimpahan wewenang beserta pendanaannya. Dengan adanya

pelimpahan wewenang atas dana yang diberikan oleh Pemerintahan Provinsi Jawa

Barat, maka entitas akuntansi tersebut diharuskan untuk membuat suatu

pertanggungjawaban atas penggunaan dana, yaitu berupa laporan keuangan.

Laporan keuangan dibuat sebagai laporan pertanggungjawaban, agar pemberi

dana mengetahui untuk apa saja dana tersebut dialokasikan maka setiap

pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran maupun kebijakan dari kuasa

pengguna anggaran dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel sehingga

dapat mengurangi adanya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang, juga

sebagai bahan informasi pengguna laporan yang lebih lengkap tentang hal-hal

yang termuat dalam pengeluaran kas.

BPLHD Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan aktivitasnya,

memerlukan suatu sistem operasional kegiatan guna terlaksananya program kerja

tersebut. Berbagai jenis sistem penunjang program kerja, salah satunya adalah

pengeluaran kas. Apabila pengelolaan sistem akuntansi pengeluaran kas dilakukan

secara baik maka akan memperlancar kinerja organisasi, oleh sebab itu diperlukan

sistem yang baik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini

penerapan sistem akuntansi pengeluaran kas yang sesuai dengan pedoman


(17)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian yang berhubungan dengan pengeluaran kas instansi pemerintahan, oleh

karena itu penulis mengambil judul:

“TINJAUAN ATAS SISTEM AKUNTANSI PENGELUARAN KAS PADA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BPLHD) PROVINSI JAWA BARAT”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis akan

mengidentifikasikan masalah yaitu apakah dalam pelaksanaan sistem akuntansi

pengeluaran kas pada BPLHD Provinsi Jawa Barat sudah sesuai dengan Peraturan

yang berlaku.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yg telah diuraikan tersebut diatas, maka dapat

diambil rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur dan sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat?

2. Dokumen apa saja yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran

kas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi


(18)

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data

mengenai sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan

Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, yaitu

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dan sistem akuntansi pengeluaran

kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui dokumen apa saja yang digunakan dalam sistem

akuntansi pengeluaran kas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) Provinsi Jawa Barat.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di salah satu instansi pemerintah yaitu

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat

yang beralamat di Jalan Naripan No. 25 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Dalam waktu yang digunakan dalam Penelitian ini dilaksanakan mulai

bulan Maret sampai Juli 2013. Adapun kegiatan penyusunan kegiatan terlihat pada


(19)

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret 2013 April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Ags 2013 I Tahap Pendahuluan

1.Membuat outline dan

proposal TA

2.Mengambil form

penyusunan TA

3.Menentukan tempat

penelitian

II

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal TA 2.Bimbingan proposal 3.Penelitian dan

Pengumpulan data 4.Penyusunan Tugas

Akhir

III

Tahap Pelaporan 1.Menyiapkan draft

Tugas Akhir 2.Sidang akhir Tugas

Akhir

3.Penyempurnaan

Laporan Tugas Akhir

4.Penggandaan Tugas


(20)

7

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

Secara keseluruhan di mulai dari teori umum atau grand teori menyangkut

sistem akuntansi pengeluaran kas yang ditunjang teori aplikasi. Bab ini bertujuan

memaparkan yang tersaji termasuk dimensi dari sistem sistem akuntansi

pengeluaran kas. Selengkapnya kajian pustaka yang dipaparkan tersaji dalam

bentuk skema sebagai berikut.

2.1.1 Sistem

Pada dasarnya sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang berarti kesatuan, yaitu keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan

satu sama lainnya. Model umum sebuah sistem terdiri atas masukan, proses dan

keluaran.

2.1.1.1Pengertian Sistem

Sistem dapat kita temukan dalam setiap kegiatan dikehidupan sehari-hari.

Karena sistem merupakan kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan guna

mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Pengertian sistem menurut Gordon B.Davis adalah sebagai berikut:

“Sistem dapat berupa abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi-konsepsi yang saling bergantung.”


(21)

Menurut Widjajanto yang pengertian sistem adalah :

“sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses dan output.”

(Widjajanto, 2008:2) Pengertian sistem menurut O'brien , yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriansari dan Deni Arnos Kwary:

“Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam transformasi yang teratur.”

(O'brien, 2005:29) Dari definisi-definisi tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya

sistem adalah suatu kumpulan dari unsur-unsur atau bagian-bagian yang menjadi

satu kesatuan dan saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.1.2 Karakteristik Sistem

Menurut Jogiyanto mengemukakan sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu :

1. Komponen sistem 2. Batas sistem

3. Lingkungan luar sistem 4. Penghubung sistem 5. Masukan sistem 6. Keluaran sistem 7. Pengolahan sistem 8. Sasaran sistem


(22)

Dari karakteristik atau sifat-sifat sistem diatas dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Komponen sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen (component) yang saling

berinteraksi, saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan.

Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari

sistem. Setiap sistem tidak peduli betapapun kecilnya, selalu mengandung

komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Suatu sistem dapat

mempunyai sistem yang lebih besar yang disebut dengan supra sistem.

2. Batas sistem

Batas sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi atau

memisahkan antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan

lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang

sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup

(scope) dari sistem tersebut.

3. Lingkungan luar sistem

Lingkungan luar (environment) suatu sistem adalah apapun yang berada

diluar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar

sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan

sistem tersebut. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan

dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem.

Sedangkan yang menguntungkan harus tetap dijaga, karena akan memacu


(23)

4. Penghubung sistem

Penghubung (interface) merupakanpenghubung antara suatu subsistem-

subsistem ke subsistem yang lainnya. Dengan penghubung suatu subsistem

dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk suatu kesatuan.

5. Masukan sistem

Masukan (input) adalah energi yang dimasukan kedalam sistem. Masukan

dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal

(signal input). Maintenance input adalah yang dimasukan supaya sistem

tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang dapat dikeluarkan.

6. Keluaran sistem

Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan

menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat

merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.

7. Pengolahan sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolahan (process) yang akan

mengubah masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran sistem

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Jika

suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada

gunanya. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem.

Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan


(24)

2.1.2 Kas

Kas merupakan komponen aktiva perusahaan yang paling likuid, karena

dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk

membiayai seluruh kegiatan operasional instansi pemerintahan. Hampir semua

transaksi perusahaan pada akhirnya akan mempengaruhi kas, sebagai contoh salah

satu bentuk kegiatan yang dilakukan di instansi pemerintahan yaitu pembelian,

dimana pembelian mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas. Dengan demikian,

kas dapat dikatakan sebagai aktiva yang penting. Untuk itu diperlukan adanya

pengendalian intern yang baik untuk menghindari kemungkinan terjadinya

penyelewengan dan penyalahgunaan.

Kas menurut Warren, Reeve, Fess yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan:

“Kas meliputi koin, uang kertas, cek, wesel (moner order atau kirimanyang melalai pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank, hal ini untuk selanjutnya diistilahkan dengan wesel) dan uang yang disimpan dibank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan. Lazimnya kas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diterima bank umum anda setorkan ke rekening bank anda, misalnya cek yang dibayarkan untuk anda biasanya dapat disetorkan ke bank dan karena itu dianggap sebagai kas.”

(Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan, 2006:362)

Kas menurut Zaki Baridwan :

“Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang

dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lainnya yang dapat diambil sewaktu-waktu.”


(25)

Kas menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto dalam bukunya yang berjudul Sistem akuntansi Sektor Publik (Konsep Untuk Pemerintah Daerah):

“Kas adalah uang tunai yang dapat dipersamakan dengannya serta saldo rekening giro yang tidak dibatasi penggunaanya untuk membiayai kegiatan entitas pemerintahan daerah.”

(Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto, 2007:58)

Berdasarkan pengertian kas tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan sesuatu yang dapat diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.

a. Komposisi Kas

Syarat sesuatu dapat dimasukan dalam pengertian kas adalah bahwasanya

sesuatu tersebut dapat diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nomial,

sehingga jika elemen-elemen yang tidak diterima sebagai setoran dengan nilai

nominal, tidak dapat digolongkan sebagai kas. Adapun yang tergolong dalam

pengertian kas antara lain: Uang logam, Uang kertas, Cek, Wesel (Money

Order), Giro, Bilyet.

b. Karakteristik Kas

1. Aktiva lancar yang paling Liquid

2. Tidak bisa dibuktikan kepemilikannya (mudah berpindah tangan)

3. Aktiva yang tidak produktif


(26)

c. Pengawasan Kas

Untuk mencegah penggelapan dan penyalahgunaan kas maka diperlukan

pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumnya sistem pengawasan intern

terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan

pencatatan. Dasar-dasar atau pedoman dalam pengawasan kas antara lain

sebagai berikut:

1. Penerimaan Uang

Saat terjadi penerimaan kas sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menunjukan fungsi-fungsi dalam penerimaan kas secara jelas dan segera

mencatat penerimaan kas dan menyetorkan ke Bank.

b. Memisahkan fungsi pengurusan kas dengan fungsi pencatatan.

c. Mengadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan

pencatatan kas.

2. Pengeluaran Kas

Saat terjadi pengeluaran kas sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengharuskan penggunaan cek yang bernomor urut dalam

pengeluaran kas kecuali pembayaran yang dilakukan melalui Dana kas

kecil.

b. Pembentukan Dana kas kecil dengan pengawasan yang ketat.

c. Penulisan cek harus didukung bukti-bukti yang lengkap ( atau dapat

menggunakan sistem vocer).

d. Memisahkan petugas pengumpul bukti-bukti pengeluaran, penulisan


(27)

e. Mengadakan pengawasan Intern dalam waktu tidak tentu.

f. Membuat laporan kas harian

2.1.3 Akuntansi Keuangan Daerah 2.1.3.1 Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian dan

pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang,

transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya memiliki

sifat keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya.

Pengertian Akuntansi menurut Accounting Principle Board yang dikutip

oleh Abdul Halim :

“Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar diantara alternatif arah dan tindakan”.

(Abdul Halim, 2008:26) Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

“Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian laporan”.

(Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005) Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi


(28)

ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan

informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.

2.1.3.2 Pengertian Akuntansi Pemerintahan

Menurut Indra Bastian akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai :

“mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.

(Indra Bastian, 2007:15) Menurut Abdul Halim memberikan definisi akuntansi pemerintah daerah yang disebutnya sebagai Akuntansi Keuangan Daerah adalah:

“Proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan”.

(Abdul Halim, 2008:35) Dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi pada pemerintahan adalah

memberikan informasi yang diperlukan agar dapat mengelola suatu operasi dan

alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi secara tepat, efisien,

dan ekonomis, serta memberikan informasi untuk melaporkan

pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil

operasi dan penggunaan dana publik. Selain itu, akuntansi pemerintahan mengacu

pada penerapan teori, prinsip atau standar akuntansi pada organisasi yang tidak


(29)

2.1.3.2.1 Lingkungan Akuntansi Pemerintahan

Menurut Bachtiar Arif, Muchlis dan Iskandar struktur pemerintahan dan jenis pelayanan yang diberikan yang berpengaruh terhadap tujuan akuntansi

dan pelaporan keuangan meliputi:

a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah

c. Adanya pengaruh proses politik

d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah (Bachtiar Arif, Muchlis dan Iskandar, 2009: 28) Dari keterangan menurut Bachtiar Arif, Muchlis dan Iskandar dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan berpengaruh terhadap

tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan. Di Indonesia, negara berbentuk

Republik dengan asas ddemokrasi. Hal ini berarti kekuasaan berada di tangan

rakyat. Dalam pelaksanaannya, tugas pemerintah didelegasikan kepada pejabat

yang ditunjuk rakyat melalui proses pemilihan.

b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah Sistem pemerintahan di Indonesia yang sebelumnya terpusat (cenralistic)

berubah menjadi pemerintahan yang memberikan kewenangan atau otonomi

daerah lebih luas, khususnya kabupaten/ kota (decentralistic). Namun,

tingkatan pemerintahan di Indonesia tetap terdiri dari tiga tingkat

pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah


(30)

c. Adanya pengaruh proses politik

Dengan adanya sistem otonomi tersebut, pendapatan pajak atau bukan pajak

dialokasikan juga kepada pemerintah ditingkat yang lebih bawah dangan dana

perimbangan melalui mekanisme akuntansi “transfer” Pemerintah pusat akan melakukan transfer dana perimbangan ke pemerintah daerah.

d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah Penyerahan kekuasaan pengelolaan keuangan negara kepada pemerintah

daerah menyebabkan pengalihan pengelolaan dana tanggung jawab

penggunaannya. Hal ini merupakan Gubernur, Bupati dan Walikota

mengajukan anggaran kepada Dewan perwakilan rakyat di daerah,

melaksanakan anggaran, dan membuat pertanggungjawaban berupa laporan

keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat yang bersangkutan setelah

diperiksa oleh badan pemeriksa yang ditetapkan undang- undang.

2.1.3.2.2 Tujuan Akuntansi Pemerintah

Menurut Deddi Nordiawan akuntansi pemerintahan mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1. Tujuan pertanggungjawaban 2. Tujuan manajerial

3. Tujuan pengawasan

(Deddi Nordiawan, 2006:7)

Dari tujuan-tujuan akuntansi pemerintahan diatas dapat diuraikan sebagai


(31)

1. Tujuan pertanggungjawaban

Dalam tujuan pertanggungjawaban pemerintah harus memberikan

informasi keuangan secara lengkap, memberikan informasi keuangan

secara cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat.

2. Tujuan manajerial

Dalam tujuan manajerial, memberikan informasi keuangan untuk

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian

anggaran, perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan penilaian

kinerja pemerintah adalah tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan

adanya akuntansi pemerintah.

3. Tujuan pengawasan

Memiliki arti bahwa informasi yang dihasilkan akuntansi pemerintahan

harus memungkinkan untuk terselenggarakan pemeriksaan oleh aparat

pengawas.

Dari keterangan tersebut di atas, diharapkan dengan adanya akuntansi

pemerintah, mampu membangun hubungan kepercayaan yang baik antara

pemerintah baik pusat maupun daerah dengan masyarakat melalui informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mensejahterakan


(32)

2.1.3.2.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintah

Karakteristik dari akuntansi pemerintahan menurut Mardiasmo sebagai berikut :

“Karakteristik akuntansi pemerintahan disebabkan karena adanya lingkungan yang mempengaruhi. Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan kompleks dan turbulence”.

Mardiasmo (2009:3) Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik

meliputi beberapa faktor yaitu :

a. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik tersebut adalah

pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, perubahan pendapatan perkapita

(GNP/GDP), struktur produksi, tenaga kerja. Arus modal dalam negeri,

cadangan devisa, nilai tukar mata uang, utang dan bantuan luar negeri,

infrastruktur, teknologi, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dan sektor

informal.

b. Faktor politik

Beberapa faktor politik yang mempengaruhi sektor publik adalah hubungan

Negara dengan masyarakat, legitimasi pemerintah, tipe rezim yang berkuasa,

ideologi Negara, elit politik dan massa, jaringan internasional dan


(33)

c. Faktor kultural

Organisasi sektor publik dipengaruhi oleh beberapa faktor kultural yaitu

keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya. Selain itu, sistem nilai di

masyarakat, historis, sosiologi masyarakat, karakteristik masyarakat dan

tingkat pendidikan sangat mempengaruhi.

d. Faktor demografi

Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara

lain pertumbuhan penduduk, struktur usia penduduk, migrasi dan tingkat

kesehatan.

2.1.3.3 Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah

Pengertian Akuntansi keuangan daerah menurut Halim adalah:

“proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan ) dari entitas pemerintah daerah pemda (kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda (Kabupaten, kota, atau provinsi). “

(Abdul Halim, 2008 : 42)

Pengertian Akuntansi Keuanagn Daerah menurut Mursyidi adalah :

“Akuntansi keuangan daerah merupakan mekanisme akuntansi yang memproses transaksi keuangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Akuntansi pemerintah juga meluas pada semua entitas yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, misalnya yayasan sosial, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).”


(34)

2.1.3.4 Dasar HukumAkuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia khususnya yang mengatur

mengenai keuangan negara;

b. Indische Comptabiliteitswet (ICW)/Undang-Undang Pembendaharaan

Indonesia (UUPI);

c. Undang-Undang APBN;

d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan

daerah;

e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah;

f. Keputusan Presiden (Keppres) tentang Pelaksanaan APBN;

g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan

pusat dan daerah.

Apabila terdapat pertentangan antara standar akuntansi keuangan

pemerintah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka yang

berlaku adalah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Sebagai penjabarannya, di bidang administrasi keuangan daerah, berbagai

peraturan perundangan yang lebih operasionalpun dikeluarkan. Beberapa

peraturan yang relevan disebut disini adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


(35)

b. Undang-Undang No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

(SAP).

c. Undang-Undang No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah.

d. Undang-Undang No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

e. Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

g. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.59 Tahun 2007 tentang perubahan

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengubah Permendagri

No.13 Tahun 2006.

Dari peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut di

atas, maka dapat diketahui bahwa hasil akhir yang diharapkan adalah adanya

akuntabilitas publik dalam pengelolaan keuangan daerah.

2.1.4 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Untuk menentukan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability

discharge), perlu ditetapkan entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan

entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan

pemerintah. Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat

pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai


(36)

a. Pemerintah Daerah secara keseluruhan.

b. DPRD, Pemerintah Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota, Dinas pemerintah

tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota dan Lembaga Teknis Daerah

Propinsi/Kabupaten/Kota.

Penetapan dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan

pada pengertian bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas

suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah daerah, dinas merupakan suatu unit kerja

yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah.

2.1.4.1Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Pemerintah Daerah pada saat ini telah dituntut untuk bisa menghasilkan

Laporan Pertanggungjawaban yang memiliki nilai akuntabilitas dan transparansi

yang tinggi. Untuk dapat menghasilkan LPJ tersebut tentunya memerlukan sarana

dan prasarana yang memadai, disertai dengan pembelajaran terhadap sumber daya

manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah agar dapat memahami dan

melaksanakan sistem yang baru dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah.

Menurut Abdul Halim akuntansi keuangan daerah dapat di definisikan sebagai berikut :

“Suatu proses identifikasi, pengukuran, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) yang dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan”.


(37)

Pengertian akuntansi pemerintah daerah maka Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah (SAKD) menurut Mahmudi menyatakan bahwa:

“Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Daerah.”

(Mahmudi , 2011:223) Prosedur yang dimaksudkan disini adalah proses pengidentifikasian,

pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) suatu

organisasi. Yang dimaksud dengan pengidentifikasian adalah pengidentifikasian

transaksi ekonomi, agar dapat membedakan mana transaksi yang bersifat ekonomi

dan mana yang tidak. Proses selanjutnya adalah pengukuran transaksi ekonomi

yaitu dengan menggunakan satuan uang. Proses tersebut menggunakan sistem

pencatatan dan dasar akuntansi tertentu. Pelaporan transaksi ekonomi akan

menghasilkan laporan keuangan yang merupakan hasil akhir proses akuntansi.

Dasar atau basis akuntansi merupakan salah satu asumsi dasar dalam

akuntansi yang penting. Hal ini disebabkan asumsi ini disebabkan asumsi ini

menentukan kapan pencatatan suatu transaksi dilakukan, yang tidak dikenal dalam

tata buku keuangan daerah selama era pra reformasi keuangan daerah.

Berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 yang terdapat pada pasal 232 menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah merupakan :

“Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan komputer”.


(38)

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) merupakan sistem akuntansi yang

terdiri dari seperangkat kebijakan, standar dan prosedur yang dapat menghasilkan

laporan yang relevan, andal dan tepat waktu untuk menghasilkan informasi dalam

bentuk laporan keuangan yang akan digunakan oleh pihak intern dan ekstern

pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi. Sehingga dimensi dari

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari :

1. Kebijakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),

2. Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),

3. Sistem Akuntansi Sumber Daya Manusia, dan

4. Sistem Teknologi Informasi.

2.1.4.2 Faktor–Faktor Penyususnan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Namun untuk menyusun sistem akuntansi sektor publik, menurut Indra Bastian perlu mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu :

1. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip kecepatan 2. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip keamanan 3. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip

keekonomisan

(Indra Bastian, 2007:31) Dari faktor-faktor penyusunan system akuntansi keuangan daerah diatar

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip kecepatan, yaitu


(39)

diperlukan secara tepat waktu dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan

kualitas yang diperlukan.

2. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip keamanan. Hal ini

berarti bahwa sistem akuntansi harus dapat membantu menjaga keamanan

harta milik organisasi. Untuk menjaga keamanan harta milik organisasi,

sistem akuntansi harus disusun dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

pengawasan internal.

3. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip keekonomisan. Hal

ini berarti biaya untuk menyelenggarakan sistem akuntansi harus dapat

ditekan sehingga relatif tidak mahal. Dengan kata lain, penyelenggaraan

sistem akuntansi perlu mempertimbangkan biaya versus manfaat (cost versus

benefit) dalam menghasilkan suatu informasi.

2.1.5 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk

melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai

yang digunakan untuk kegiatan umum perusahaan.

2.1.5.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Pengertian pengeluaran kas manurut Mulyadi adalah:

“Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai yang digunakan untuk kegiatan umum perusahaan.”


(40)

Mahmudi menyatakan bahwa, sistem akuntansi pengeluaran kas adalah: “Serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan pengeluaran kas pada SKPD atau pada SKPKD yang dapat dilaksanakan secara manual maupun terkomputerisasi.”

(Mahmudi , 2011:29)

Menurut Depdiknas Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas:

“Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu proses, cara,

perbuatan mengeluarkan alat pertukaran yang diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lainnya yang dapat diambil sewaktu- waktu.”

(Depdiknas, 2003:535)

Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan adalah untuk membayar berbagai macam transaksi, maka prosedur pengawasannya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Semua Pengeluaran uang yang relatif cukup besar menggunakan cek. b. Dibuat laporan kas setiap hari.

c. Dipisahkan antara yang menulis cek, menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran perusahaan.

d. Diselenggarakan kas kecil untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan yang sifatnya rutin.

e. Diadakan pemeriksaan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk


(41)

kegiatan perusahaan. Sistem Akuntansi pokok yang digunakan untuk

melaksanakan pengeluaran kas yaitu sistem akuntansi pengeluaran kas dengan

cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas dengan melalui dana kas kecil.

2.1.5.2 Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah Pengertian prosedur/sistem akuntansi pengeluaran kas oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 :

“Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengiktisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.”

(Permendagri No 13 Tahun 2006, 2008: 94) Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas daerah merupakan sistem yang

diguakan untuk mencatat seluruh transaksi pengeluaran kas meliputi serangkaian

kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan, dan

mempertanggung jawabkan pengeluaran uang yang berada dalam pengelolaan

SKPKD dan / atau SKPD.

2.1.5.2.1 Fungsi Terkait dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas yaitu:

“Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD”


(42)

Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

1. PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas melakukan

pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas. Dengan mencantumkan

uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas berkenaan.

2. Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam

buku besar rekening berkenaan.

3. Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan SKPD.

2.1.5.2.2 Dokumen yang digunakan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD

dan/atau SKPKD terdiri atas:

1. Surat Penyediaan Dana (SPD) 2. Surat Perintah Membayar (SPM)

3. Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya 4. SP2D

5. Bukti transfer 6. Nota debit bank

7. Buku jurnal pengeluaran kas 8. Buku besar

9. Buku besar pembantu

(Permendagri No 13 Tahun 2006, 2008 : 95)

Dari dokumen-dokumen yang disebutkan diatas dapat diuraikan sebagai


(43)

1. Surat Penyediaan Dana (SPD)

Dokumen yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

sebagai media atau surat yang yang menunjukkan tersediannya dana untuk

diserap/ direalisasi.

2. Surat Perintah Membayar (SPM)

Dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran untuk mengajukan Surat

Perintah pencairan dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh Bendahara

Umum Daerah (BUD) atau Kuasa BUD.

3. Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya Dokumen sebagai tanda bukti pembayaran.

4. SP2D

Dokumen yang diterbitkan oleh BUD atau Kuasa BUD untuk mencairkan

uang pada bank yang telah ditunjuk.

5. Bukti transfer

Dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.

6. Nota debit bank

Dokumen atas bukti dari bank yang menunjukkan adanya transfer uang

keluar dari rekening kas umum daerah.

7. Buku jurnal pengeluaran kas

Merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk

mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang


(44)

8. Buku besar

Merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk

memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal

pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening aset , kewajiban,

ekuitas, dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

9. Buku besar pembantu

Merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk

mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun buku

besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

2.1.5.2.3 Sistem/Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintahan Daerah Sistem akuntansi pengeluaran kas menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 pasal 196 sampai 226 mengatur mengenai Penatausahaan Pengeluaran Kas:

1. Surat Penyediaan Dana (SPD)

SPD adalah Surat Penyediaan Dana, yang dibuat oleh BUD (Bendahara

Umum Daerah dalam rangka manajemen kas daerah. SPD digunakan untuk

menyediakan dana bagi tiap-tiap SKPD dalam waktu tertentu. Informasi

dalam SPD menunjukan secara jelas alokasi tiap kegiatan.

1. Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas

menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD).

2. SPD disiapkan oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) untuk

ditandatangani oleh PPKD. Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan


(45)

2. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

1. Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD,

bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran(SPP)

kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggara melalui PPK-SKPD.

2. SPP terdiri dari:

a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);

b. SPP Ganti Uang (SPP-DU);

c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan

d. SPP Langsung (SPP-LS).

3. Pengajuan SPP dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana

sampai dengan jenis belanja.

a. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh

bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka

pengisian uang persediaan.

b. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh

bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka

tambahan uang persediaan.

c. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh

bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka


(46)

d. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh

bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK/SKPD dalam rangka

ganti uang persediaan.

e. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh

bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka

tambahan uang persediaan. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus

mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian

kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam peraturan kepala

daerah. Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1

(satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum

daerah. Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU

digunakan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus

dipertanggungjawabkan.

f. Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji

dan tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dilakukan oleh bendahara pengeluaran guna

memperoleh persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran melalui PPK-SKPD.

3. Surat Perintah Membayar (SPM)

1) Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah, pengguna


(47)

2) Dalam hal dokumen SPP dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah,

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menolak menerbitkan SPM.

3) Dalam hal pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berhalangan,

yang bersangkutan dapat menunjuk penjabat yang diberi wewenang untuk

menandatangani SPM. Penerbitan SPM paling lama 2 (dua) hari kerja

terhitung sejak diterimanya dokumen SPP. Penolakan penerbitan SPM

paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP.

SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan

SP2D.

1. Dokumen-dokumen yang digunakan oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran dalam menatausahakan pengeluaran perintah

membayar mencakup:

a. Register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS; dan

b. Register surat penolakan penerbitan SPM.

2. Penatausahaan pengeluaran perintah membayar dilaksanakan oleh

PPK-SKPD. Setelah tahun anggaran berakhir, pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM yang

membebani tahun anggaran berkenaan.

4) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

1. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang

diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang


(48)

2. Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat

pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran.

3. Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat

pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran.

4. Dalam hal dokumen SPM dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan

SP2D.

5. Dalam hal dokumen SPM dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah

dan/atau pengeluaran tersebut melampau pagu anggaran, kuasa BUD

menolak menerbitkan SP2D.

6. Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dpat menunjuk

pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.

5) Surat Pertanggungjawaban Pengeluaran (SPJ)

Bendahara pengeluaran secara administratif wajib

mempertanggungjawabkan pengunaan uang persediaan/ganti uang

persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui

PPK-SKPD.


(49)

36 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai

dengan pendapat Sugiyono mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut: “Objek Penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan guna tertentu tentang suatu hal atau objektif, valid dan reliabel tentang suatu hal (variabel tertentu).”

(Sugiyono, 2009:58) Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari

penelitian ini adalah Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas pada Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

instansi pemerintahaan BPLHD Provinsi Jawa Barat, dipilihnya instansi

pemerintahaan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki data yang diperlukan

untuk penyusunan tugas akhir ini.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pada umumnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian


(50)

Adapun menurut Sogiyono yaitu :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

(Sogiyono, 2009:2) Sedangkan menurut Iwan satibi, menjelaskan metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Secara subtantive, metode penelitian cenderung menunjukkan pada tipe atau model penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.”

(Iwan Satibi, 2011:75) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

merupakan sebuah strategi dalam melakukan penelitian yang terdiri dari

tahapan-tahapan, dan merupakan cara ilmiah diman bertujuan untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan dalam tujuan tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode deskriptif. Pengertian dari Metode Analisis Deskriptif adalah sebagai

berikut:

Pengertian Metode Deskriptif menurut menurut Sugiyono:

“Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”


(51)

Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini

digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti. Dengan

menggunakan metode deskriptif penulisan mengambarkan keadaan yang

sebenarnya tentang objek yang diteliti. Jadi metode penelitian ini mengambarkan

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi Jawa Barat.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian dibutuhkannya teknik pengumpulan data yang

dapat menunjang kegiatan penelitian tersebut. Adapun pengertian teknik

pengumpulan data menurut para ahli diantaranya:

Menurut Andi Supangat menyatakan bahwa pengertian data adalah: “Bentuk jamak dari data, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang membentuknya dapat berupa, angka-angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya”.

(Andi Supangat,2007:2) Teknik penggumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai

berikut :

a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan perusahaan

tempat penulis melakukan penelitian pada Badan Pengelolaan Lingkungan


(52)

yang ada yang mendukung dalam penelitian ini. Peneliti melakukan penelitian

pada bagian administrasi pada BPLHDProvinsi Jawa Barat.

b. Wawancara / Interview

Penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pimpinan atau petugas yang

dinilai berkaitan langsung dengan masalah yang dibahas serta

bertanggungjawab atas instansi tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang

diperoleh dari perpustakaan maupun dari BPLHD Provinsi Jawa Barat.

3.2.2 Sumber Data

Sebuah data memiliki informasi namun sebuah data juga harus memiliki

kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana

data tersebut diolah. Sumber data yang diperoleh penulis merupakan data yang

didapat langsung dari BPLHD Provinsi Jawa Barat.

Adapun pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto sumber data adalah :

“Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh.”


(53)

Sumber data yang di gunakan penulis yaitu data primer. Berikut adalah

pengertian data primer:

Menurut Husein Umar data primer adalah sebagai berikut :

“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dan wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.”

(Husein Umar, 2011:42) Jadi data primer adalah data yang diperoleh secara langsung meliputi

dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur

organisasi, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Data primer yang

digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah wawancara dengan staff

administrasi pada BPLHD Provinsi Jawa Barat berkaitan dengan penelitian yang

akan diteliti yakni sistem akuntansi pengeluaran kas pada BPLHD Provinsi Jawa


(54)

71

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dan pembahasan yang telah

penulis uraikan pada bab sebelumnya mengenai Sistem Akuntansi Pengeluaran

Kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat,

maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Sistem dan Prosedur Akuntansi

Pengeluaran kas berupa Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung

yang sah telah dilakukan sesuai dengan sistem dan prosedur akuntansi

dalam peraturan perundangan dimana ada pemisahan tugas yang jelas dan

adanya pertanggungjawaban untuk setiap pengeluaran kas sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

2. Dalam pelaksanaan pengeluaran kas telah didukung dengan

dokumen-dukumen terkait yaitu Salinan Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat

Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), Surat

Perintah Pencairan Dana (SP2D), dan Surat Pertanggungjawaban(SPJ)

disertai dengan dokumen transaksi yang melengkapi sistem akuntansi


(55)

5.2 Saran

Sebagai implikasi dari kesimpulan yang disampaikan, penulis ingin

memberikan saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi perbaikan instansi

khususnya dalam sistem akuntansi pengeluaran kas pada BPLHD provinsi Jawa

Barat, yaitu :

1. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas telah sesuai dengan

Peraturan Pemerintah dalam Negeri, Sebaiknya BPLHD Provinsi Jawa

Barat mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan tersebut dan sebisa

mungkin menghindari kelalaian atau niat yang tidak baik dari oknum yang

tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan dari kesempatan

yang ada dengan lebih meningkatkan pengawasan khususnya dalam

pengeluaran kas baik yang dilakukan dari atasan masing-masing atau dari

bagian-bagian lain yang saling berkaitan. Sehingga penyimapangan atau

penyahgunaan wewenang dapat dihindari.

2. Dalam mengatasi kendala yang bias saja terjadi dalam pelaksanaan sistem

akuntansi pengeluaran kas yaitu dengan dalam mengontrol para pelaksana


(1)

Adapun menurut Sogiyono yaitu :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

(Sogiyono, 2009:2) Sedangkan menurut Iwan satibi, menjelaskan metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Secara subtantive, metode penelitian cenderung menunjukkan pada tipe atau model penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.”

(Iwan Satibi, 2011:75) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan sebuah strategi dalam melakukan penelitian yang terdiri dari tahapan-tahapan, dan merupakan cara ilmiah diman bertujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan dalam tujuan tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Pengertian dari Metode Analisis Deskriptif adalah sebagai berikut:

Pengertian Metode Deskriptif menurut menurut Sugiyono:

“Metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”


(2)

38

Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti. Dengan menggunakan metode deskriptif penulisan mengambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti. Jadi metode penelitian ini mengambarkan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian dibutuhkannya teknik pengumpulan data yang dapat menunjang kegiatan penelitian tersebut. Adapun pengertian teknik pengumpulan data menurut para ahli diantaranya:

Menurut Andi Supangat menyatakan bahwa pengertian data adalah: “Bentuk jamak dari data, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang membentuknya dapat berupa, angka-angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya”.

(Andi Supangat, 2007:2) Teknik penggumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan perusahaan tempat penulis melakukan penelitian pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat dan mencatat semua informasi


(3)

yang ada yang mendukung dalam penelitian ini. Peneliti melakukan penelitian pada bagian administrasi pada BPLHDProvinsi Jawa Barat.

b. Wawancara / Interview

Penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pimpinan atau petugas yang dinilai berkaitan langsung dengan masalah yang dibahas serta bertanggungjawab atas instansi tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang diperoleh dari perpustakaan maupun dari BPLHD Provinsi Jawa Barat.

3.2.2 Sumber Data

Sebuah data memiliki informasi namun sebuah data juga harus memiliki kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data tersebut diolah. Sumber data yang diperoleh penulis merupakan data yang didapat langsung dari BPLHD Provinsi Jawa Barat.

Adapun pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto sumber data adalah :

“Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh.”


(4)

40

Sumber data yang di gunakan penulis yaitu data primer. Berikut adalah pengertian data primer:

Menurut Husein Umar data primer adalah sebagai berikut :

“Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dan wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.”

(Husein Umar, 2011:42) Jadi data primer adalah data yang diperoleh secara langsung meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Data primer yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah wawancara dengan staff administrasi pada BPLHD Provinsi Jawa Barat berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti yakni sistem akuntansi pengeluaran kas pada BPLHD Provinsi Jawa Barat.


(5)

71 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya mengenai Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur sistem akuntansi pengeluaran kas pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran kas berupa Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang sah telah dilakukan sesuai dengan sistem dan prosedur akuntansi dalam peraturan perundangan dimana ada pemisahan tugas yang jelas dan adanya pertanggungjawaban untuk setiap pengeluaran kas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Dalam pelaksanaan pengeluaran kas telah didukung dengan dokumen-dukumen terkait yaitu Salinan Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), dan Surat Pertanggungjawaban(SPJ) disertai dengan dokumen transaksi yang melengkapi sistem akuntansi pengeluaran kas.


(6)

72

5.2 Saran

Sebagai implikasi dari kesimpulan yang disampaikan, penulis ingin memberikan saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi perbaikan instansi khususnya dalam sistem akuntansi pengeluaran kas pada BPLHD provinsi Jawa Barat, yaitu :

1. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah dalam Negeri, Sebaiknya BPLHD Provinsi Jawa Barat mempertahankan kepatuhan terhadap peraturan tersebut dan sebisa mungkin menghindari kelalaian atau niat yang tidak baik dari oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada dengan lebih meningkatkan pengawasan khususnya dalam pengeluaran kas baik yang dilakukan dari atasan masing-masing atau dari bagian-bagian lain yang saling berkaitan. Sehingga penyimapangan atau penyahgunaan wewenang dapat dihindari.

2. Dalam mengatasi kendala yang bias saja terjadi dalam pelaksanaan sistem akuntansi pengeluaran kas yaitu dengan dalam mengontrol para pelaksana teknis kegiatan, sehingga tidak terjadi kelalaia.