PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG Spirulina sp. DALAM PAKAN TERHADAP PENINGKATAN KECERAHAN WARNA IKAN SUMATRA (Puntius tetrazona)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG Spirulina sp DALAM PAKAN TERHADAP PENINGKATAN KECERAHAN WARNA

IKAN SUMATRA (Puntius tetrazona)

Oleh NURON NAFSIHI

Ikan Sumatra (Puntius tetrazona) merupakan salah satu ikan hias asli Indonesia yang banyak ditemukan di perairan umum Sumatera dan Kalimantan, mempunyai warna dan bentuk tubuh menarik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.Nilai estetis ikan hias tergantung pada jenis, warna, ukuran dan bentuk tubuhnya. Semakin bagus warna dan bentuk tubuhnya akan menambah nilai jualnya. Karotenoid merupakan komponen alami utama pembentuk pigmen warna yang berpengaruh pada warna oranye dan hitam pada ikan. Spirulina sp. merupakan salah satu sumber karotenoid. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan terhadap peningkatan kecerahan warna ikan Sumatra. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima perlakuan (penambahan tepung Spirulina sp. sebanyak 0%, 0,3%, 0,6%, 0,9%, dan 1,2% dalam pakan) dan tiga kali ulangan. Pakan diujikan pada ikan sumatra berukuran panjang ± 3 - 5 cm yang dipelihara di akuarium berukuran 50x40x40 cm3. Parameter yang diukur meliputi peningkatan kecerahanwarna, pertumbuhan panjang, pH, suhu dan DO. Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan berpengaruh terhadap peningkatan kecerahan warna ikan Sumatra (Puntius tetrazona). Parameter kualitas air dalam penelitian menunjukan perkembangan yang normal dengan berkisar DO 3-5 mg/L, suhu 25-29 0 C, dan pH 6-8.


(2)

ABSTRACT

The Utilization of Spirulina sp. Flour to Increase the Brightness of Sumatra Fish (Puntius tetrazona)

By

NURON NAFSIHI

Sumatra fish (Puntius tetrazona) is one of Indonesian endemic fishes that is found in the open fresh waters of Sumatra and Borneo. It has an interesting colors, and high economic value. The economic value of the ornamental fish dependen on the type, color, size and shape.. Carotenoids are natural components of the primary colors of pigment-forming effect on the colors orange and black in fish color. Spirulina sp. Is one source of carotenoids. This research was aimed to study the effect of the addition of flour Spirulina sp. in feed to increase the brightness of the color of the Sumatra fish. The experimental design was a completely randomized design (CRD) with five treatments (addition of flour Spirulina sp. As much as 0%, 0.3%, 0.6%, 0.9%, and 1.2% in feed) and three replicates. The fishes were approximately 3-5 cm in length it an were cultured in aquarium of 50x40x40 cm3 in size. Variables there were measured including the incresing of brightness, growth, pH, temperature and DO. The results showed that the addition of flour Spirulina sp. to feed increased the brightness of Sumatra fish (Puntius tetrazona), variables of water quality in the research showed normal range for fish culture, there were DO of 3-5 mg/L, temperature of 25-29 0C, and a pH of 6-8.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 13 September 1991, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sahrin, SH. dan Ibu Yulistina.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu Taman kanak-kanak Aisyah Bandar Lampung diselesaikan padatahun 1998, Sekolah Dasar di SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP N 23 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Tanjung Karang diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan pada tahun 2010 terdafar Mahsiswa Jurusan Manajamen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Lampung Prastya Mandiri Group.

Penulis aktif dalam organisasi UKMP (Unit Kegiatan Mahasiswa Peneitian) Universitas Lampung sebagai anggota Bidang Dana Usaha periode 2010-2011, HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila) sebagai Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat periode 2010-2011 dan Bedahara Umum


(8)

HIDRILA periode 2011-2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Oceonografi, Teknologi Pembenihan Ikan, Biologi Laut, dan Manajemen Kesehatan Ikan.

Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di PT. Bukit Asam Tarahan Lampung tahun 2008, Praktik Umum (PU) di Balai Besar Air Tawar (BBAT) Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2012 , melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dengan di Desa Tanjung Menang, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji pada tahun 2013 dan Magang di Dinas Pariwisata Provinsi Lampung pada tahun 2013.

Pada tahun 2014, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina sp pada Pakan Buatan Terhadap Kecerahan Warna Ikan Sumatra (Puntius tetrazona)” dan Skripsi

Ekonomi dengan judul “Pengaruh Budaya Oraganisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Lampung”.


(9)

Persembahan

Tiada yang maha pengasih dan maha

penyayang selain Engkau Ya Allah...

Puji syukur, ku panjatkan pada

Allah SWT

atas Curahan rahmat dan

karunia-Mu ya

Allah,

hamba

dapat

menyelesaikan

penyusunan Skripsi sebagai tugas akhir

ku. Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda

Sahrin, SH dan Ibunda Yulistina.

Terimalah kado mungil ini yang

kupersembahkan hanya untuk mama papaku

tercinta. Aku anakmu ingin memberikan

yang terbaik agar kalian bangga terhadap

ku. Betapa tak ternilai kasih sayang dan

pengorbanan kalian padaku yang senantisa

mendoakanku dalam setiap sujudmu.

Terimakasih atas dukungan moril maupun

materil untukku selama ini. Semoga ini

menjadi awal kebanggaan kalian

terhadapku.

Kakak dan adikku tercinta Ria Widya

Astuti S.Pd. dan Innamaa Trina yang

menjadi motivasiku untuk menjadi suksses,

terima kasih atas dukungan yang telah

diberikan.


(10)

Tak lupa ku ucapkan juga terimakasih

kepada

teman-teman Budidaya Perairan

Angkatan 2009

sebagai teman-teman

seperjuangan yang telah memberikan cerita

penuh warna selama masa perkuliahan

Seseorang

yang kelak akan menjadi

pendamping hidup ku dan menjadi Iman di

dalam hidup ku.

Serta untuk

Almamater

yang ku banggakan

Universitas Lampung


(11)

MOTO

“...

kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang

akan berbuat lebih banyak, mata yang akan menatap

lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke atas,

lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan

hati yang

akan bekerja lebih keras, serta mulut yang

akan selalu berdoa

...”

- 5cm.

Selalu berusaha sampai akhir


(12)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina sp pada Pakan Buatan terhadap Kecerahan Warna Ikan Sumatra (Puntius tetrazona)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarana Budidaya Perairan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehinga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

2. Papa dan Mama tercinta (Bapak Sahrin, SH. dan Ibu Yulistina ) kakak dan adik ku tersayang (Uni Ria dan Innama ) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan moral dan material, dan do’a-do’anya selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi.


(13)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Utama Skripsi yang telah mendidik dan memotivasi selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

5. Bapak Dr. Supono S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi Kedua yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya dalam membimbing, memotivasi, memberi saran dan kritik selama proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Mahrus Ali S.Pi.. M.P. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, motivasi selama proses penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen serta Staf Administrasi Program Studi Budidaya Perairan atas ilmu dan bimbingannya selama perkuliahan.

8. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan perhatian, semangat,

dukungan dan do’a-do’anya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi. 9. Jelita Noviantina, S.Pi., seseorang yang telah banyak membantu dalam proses

mendapatkan gelar ini. Terimakasih atas perhatian, kesabaran, kasih sayang,

semangat, dorongan, do’a dan bantuan yang sangat berarti selama proses

penyusunan skripsi.

10.Tri Agusaputra, S.Pi. (Ogie) selaku teman perjuangan untuk mendapatkan gelar yang sangat membanggakan ini, terimakasih atas kesabaran, motivasi, suka duka yang telah dilalui selama proses penyusunan skripsi.


(14)

11.Bintang, supra, beni, sandy, agus, tomang, rifki, regent, karina, dian, uty, yuni, tari, rahmat, tari, panca, okta dan teman-teman yang lainnya, selaku sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan, motivasi, canda tawa, suka duka, serta semua kenangan yang takkan terlupakan. Terimakasih telah menjadi teman terbaikku, tetaplah menjaga silaturahmi.

12.Kakak Tingkat dari Angkatan 2004-2008 dan Adik Tingkat dari Angkatan 2010-2014 yang telah memberikan dukungan.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna sebagai bahan referensi dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perikanan.

Bandar Lampung, 14 Desember 2014


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ……….………. vii

DAFTAR GAMBAR ………..………... viii

DAFTAR TABEL ……… ix

I. PENDAHULUAN ………..………… 1

A. Latar Belakang ………..……… 1

B.Tujuan Penelitian ………...……….. 2

C.Manfaat ………..……….. 2

D.Kerangka Pikir ………...……… 2

E. Hipotesis ………...……… 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ………..……… 5

A.Aspek Biologi Ikan Sumatra ……… 5

A.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sumatra ……… 5

A.2 Habitat Ikan Sumatra …………..……….. 6

A.3 Pakan dan Kebiasaan Makan ………….………. 7

B. Kromatofor ………..………. 7

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Warna Ikan Hias …... 9

1. Kualitas Air ……… 9

a. Suhu ………. 10

b. Tingkat Keasaman (pH) ……… 10

2. Cahaya ………... 10

3. Pakan ………... 11

a. Protein ………. 12

b. Lemak ……… 12

c. Karbohidrat ………... 12

d. Vitamin ………. 13

e. Mineral ………. 13


(16)

E. Spirulina sp ……...……… 16

F. Pertumbuhan ………... 19

III. METODE PENELITIAN ……..………. 20

A. Waktu dan Tempat ………..……… 20

B. Alat dan Bahan Penelitian …….……… 20

B.1Alat Penelitian ……….………...………… 20

B.2 Bahan Penelitian ……..………... 20

a. Ikan Uji ………..…………..………... 20

b. Bahan Baku Pakan Ikan ……… 21

C. Rancangan Penelitian ………..……… 21

D. Prosedur Penelitian …….……….. 23

D.1 Persiapan Wadah Penelitian ……...………... 23

D.2 Pembuatan Pakan ………..……… 23

D.3 Masa Adaptasi ………….……….………... 23

E. Pelaksana Penelitian ………..………... 23

E.1 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan ……..………. 23

E.2 Pengamatan Intensitas Warna dan Pertumbuhan Panjang Mutlak …. 23 E.3 Pergantian Air dan Pengontrolan Kualitas Air ….……… 24

F. Parameter Yang Diamati …….………... 24

F.1 Peningkatan Intensitas Warna diukur Menggunakan M-TCF …… 24

F.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ……….. 25

F.3 Pengukuran Kualitas Air ………... 25

G. Analisis Data ……….. 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 29

A. Hasil ……….. 29

A.1. Pengamatan Intensitas Warna ……… 29

A.1.1. Pengamatan Warna Hitam Pada Ikan Sumatra ……… 29

A.1.2. Pengamatan Warna Kuning Pada Ikan Sumatra ……… 30

A.1.3 Pengamatan Panjang Mutlak ………... 31

A.2. Kualitas Air ………... 33

B. Pembahasan ………. 34


(17)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 39

V.1. Kesimpulan ……… 39

V.2. Saran ………. 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Hasil analisa nutrisi Spirulina sp...……….…..……….…….. 19 Tabel 2. Kandungan Karoten dalam Spirulina sp……… ….………. 19 Tabel 3. Komposisi bahan baku pakan ikan yang digunakan

sesuai perlakuan………. 22 Tabel 4. Kandungan beta karoten dalam pakan perlakuan ……….. 22 Tabel 5. Nilai rata-rata intensitas warna hitam ikan Sumatra

selama 60 hari pemeliharaan……….……….. 28 Tabel 6. Nilai rata-rata intensitas warna kuning ikan Sumatra

selama 60 hari pemeliharaan ……….. 30 Tabel 7. Nilai rata-rata panjang ikan Sumatra selama 60 hari pemeliharaan…32 Tabel 8. Parameter Kualitas Air selama penelitian ……….. 33


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ……….……... 4

Gambar 2. Ikan Suamtra (Puntius tetrazona)……….... 6

Gambar 3. Letak dan Bentuk Sel Kromatofor Pada Ikan………..…………. 8

Gambar 4. Tepung Spirulina sp……….………... 16

Gambar 5. Grafik PeningkatanIntensitas Warna Hitam Ikan Sumatra Selama Penelitian………..,,,,,,,,... 29

Gambar 6. Grafik Rata-rata selisih dan standar Deviasi peningkatan intensitas warna hitam Ikan Sumatra ……… 29

Gambar 7. Grafik PeningkatanIntensitas Warna Kuning Ikan Sumatra Selama Penelitian……… .30

Gambar 8. Grafik Rata-rata Selisih dan Standar Deviasi Peningkatan Intensitas Warna Kuning Ikan Sumatra ……… 31

Gambar 9. Peningkatan Panjang Sumatra Selama Penelitian……….. 32


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan hias merupakan komoditi estetis yang berfungsi menambah kesegaran, keindahan dan kesejukan lingkungan. Ikan Sumatra (Puntius tetraona) merupakan

salah satu ikan hias asli Indonesia yang banyak ditemukan di perairan umum pulau Sumatera dan Kalimantan, mempunyai warna dan bentuk tubuh menarik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nilai estetis yang dihasilkan tergantung pada jenis ikan, warna, ukuran dan bentuk tubuh ikan. Semakin bagus warna dan bentuk tubuhnya akan menambah nilai jualnya. Warna pada ikan disebabkan sel pigmen (kromatofor) yang terletak pada lapisan epidermis. Tingkat kecerahan warna pada ikan tergantung pada jumlah dan letak pergerakan kromatofor (Sally, 1997 ; Walin, 2002, dalam Niken, 2012). Sel pigmen dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori warna dasar, yaitu hitam (melanofor), kuning (xanthofor), merah atau oranye (erythrofor), sel refleksi kemilau (iridofor), dan putih (leukofor) (Anderson, 2000). Kromatofor pada lapisan epidermis memiliki kemampuan berubah untuk menyesuaikan dengan lingkungan dan aktifitas seksual (Irianto, 2005). Salah satu penyebab perubahan warna karena adanya stress lingkungan seperti cahaya matahari, kualitas air, dan kandungan pigmen dalam pakan (Bachtiar, 2002).

Komponen utama pembentuk pigmen warna adalah karatenoid yang merupakan komponen pigmen alami yang memberikan kontribusi cukup baik


(21)

2

pada warna merah dan orange (Sulawesty, 1997). Karotenoid yang dominan pada ikan adalah astaxanthin. Karotenoid banyak ditemukan pada kulit, cangkang dan kerangka luar hewan air seperti moluska, krustacea dan ikan. (Gupta dan Jha, 2006). Secara umum ikan akan menyerap astaxanthin dari pakan dan menggunakannya langsung sebagai sel pigmen warna merah (Lesmana, 2002).

Salah satu sumber makanan yang mengandung karotenoid jenis astaxanthin adalah Spirulina sp. Sprulina merupakan mikro alga yang dapat di manfaatkan untuk mempengaruhi kecerahan warna ikan (Fitriyati, 2003). Pada ikan hias air tawar yang diberi pakan Spirulina sp membuat warna ikan hias tersebut lebih berkilau ( Sasson, 1991 dan Erhenberg, 1980). Untuk menghetahui pengaruh penambahan Spirulina sp ke dalam pakan buatan yang dapat mempengaruhi kecerahan warna ikan sumatra, maka dilakukanlah penelitian ini.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan tepung Spirulina sp dalam pakan terhadap peningkatan intensitas warna Ikan Sumatra.

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang pengaruh penambahan tepung Spirulina sp dalam pakan terhadap intensitas kecerahan warna pada ikan sumatra.

D. Kerangka Pikir

Warna ikan sumatra kuning cerah dengan 3 garis lebar atau pita hitam lebar. Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang


(22)

3

sampai ke pangkal ekor. Sirip berwarna merah oranye kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam.(Darti et al., 2007)

Dalam meningkatkan kecerahan warna ikan sumatra perlu dilakukan perbaikan tingkat warna ikan sumatra yang menjadi daya tarik para konsumen. Salah satu cara untuk meningkatkan intensitas warna tersebut telah dicoba dengan pemberian suplemen tambahan dalam pakan seperti astaxanthin sintetik, lycantin, dan tepung kepala udang (Latscha, 1990). Bahan suplemen yang relatif mahal menjadi kendala bagi pembudidaya ikan sumatra, sehingga perlu dicari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan menghasilkan suplemen pencerah warna yang mudah dan murah dan berkualitas.

Salah satu suplemen adalah Spirulina sp yang merupakan mikroalga atau sianobakteri yang mampu tumbuh dalam berbagai kondisi budidaya. Menurut Sasson (1991) dan Erhenberg (1980), ikan hias air tawar yang diberi pakan Spirulina sp membuat warna ikan hias lebih berkilau. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan Spirulina sp ke dalam pakan terhadap kecerahan warna ikan sumatra. Komposisi pigmen yang terkandung dalam Spirulina sp adalah phycocyanin, chlorophyll-a, dan carotene. (Vonshak, 2008 ).

Penambahan Tepung Spirulina sp diharapkan dapat meningkatkan intensitas warna ikan sumatra sehingga tampak lebih menarik. Karena di dalam Tepung Spirulina sp mengandung kandung karoten yang cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan penelitian dalam meningkatkan intensitas warna ikan sumatra melalui penambahan Tepung Spirulina sp sehingga didapatkan ikan sumatra dengan peningkatan intensitas warna yang lebih baik, sehingga nilai jual ikan sumatra meningkat. Secara umum kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


(23)

4

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 = τi = 0 (Tidak ada pengaruh pemberian tepung Spirulina sp terhadap peningkatan intensitas warna ikan sumatra).

H1 = τi ≠ 0 (Minimal terdapat satu pengaruh perlakuan pemberian tepung Spirulina sp terhadap peningkatan intensitas warna ikan sumatra).

Penambahan sumber karotenoid dalam pakan Budidaya Ikan Hias Air Tawar

Ikan Sumatra

Penambahan sumber karotenoid alami

(Spirulina sp)

jumlah sel kromatofor meningkat Meningkatkan intensitas warna Corak dan

warnamenarik Nilai Jual tinggi

warna menjadi lebih menarik


(24)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Biologi Ikan Sumatra

A.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sumatra Klasifikasi ikan sumatra sebagai berikut : Fillum : Chordata

Kelas : Actinopterygii Subkelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Puntius

Spesies : Puntius tetrazona

Morfologi Ikan Sumatra yang berukuran kecil, dengan panjang total (beserta ekor) mencapai 70 mm. Tubuh berwarna kekuningan dengan empat pita tegak berwarna gelap, pita yang pertama melewati mata dan yang terakhir pada pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna, 22-25 buah dengan hanya 8-9 sisik terdepan yang berpori. Batang ekor dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar setengah kali panjang standar (tanpa ekor). Sekitar mulutnya, sirip perut dan ekor berwarna kemerahan. Sirip punggung dan sirip dubur berwarna hitam, namun warna hitam pada sirip punggung dibatasi oleh garis merah (Richo, 2010).


(25)

6

Ikan Sumatra memiliki bentuk tubuh memanjang pipih ke samping. Pada tubuhnya yang berwarna kuning terdapat empat buah garis berwarna hitam kebiruan memotong badannya. Keempat garis tersebut berjejer satu buah di bagian kepala melewati mata dan tutup insang, dua buah di bagian badan, dan satu buah lagi di pangkal ekor (Atom, 2009). Adapun morfologi dari ikan sumatra dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ikan sumatra ( Puntius tetrazona)

A.2 Habitat Ikan Sumatra

Ikan sumatra berasal dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumatera dan Kalimantan. Penyebaran benih ikan sumatra di daerah banjiran sepanjang sungai Batang Hari mulai dari terusan sampai ke londerang pada musim penghujan. Penyebaran ikan sumatra mulai dari Muara Tembesi sampai Dusun Teluk Kayu Putih Kabupaten Tebo. Habitat ikan ini banyak ditemukan berkumpul di perairan yang tenang (tidak berarus deras). Suhu untuk pertumbuhan adalah 24-28oC.

Daerah sungai dengan kondisi air ber pH yang agak asam antara 5,0 - 7,0 suhu 24-300C merupakan habitat ikan sumatra. Perairan jernih dengan batu-batuan dasar merupakan tempat sumatra tinggal. Anak-anak sumatra hidup di daerah yang berarus lemah, dasar lumpur dan keruh dengan kedalaman 5-10 m.


(26)

7

Sementara induknya berada di daerah dengan arus kuat (hulu) yang jernih dan kasar berpasir dan bebatuan maximum kedalaman adalah sekitar 2 m.

A.3 Pakan dan Kebiasaan Makan

Ikan sumatra termasuk ikan omnivora atau pemakan apa saja walaupun pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan sungai maka pakannya adalah organisme dasar perairan seperti cacing rambut (Tubifex sp). Cacing rambut merupakan salah satu pakan yang baik karna mengandung pigmen yang dapat memperindah warna sumatra atau larva insekta dasar seperti cacing darah (Chironomus sp.) dan pellet dengan kandungan protein 30%.

B. Kromatofor

Warna yang terlihat pada tubuh ikan dasarnya dihasilkan oleh sel-sel pigmen (kromatofor) yang terletak pada lapisan epidermis. Kromatofor memiliki membran yang membawa butiran pigmen. Kromatofor memberikan warna yang berbeda-beda dan hanya satu warna ditemukan dalam satu kromatofor (Selly, 1997).

Menurut Anderson (2000), warna dasar cromatophore dibagi ke dalam lima kelompok warna yaitu warna merah dan oranye (eritrophora), kuning (xantophora), hitam (melanophora), putih (leucophora) dan refleksi warna kemilau (iridophora).

Menurut Sally (1997), perubahan warna yang terjadi pada ikan dipengaruhi oleh letak pergerakkan butiran pigmen dalam sel. Pergerakan butiran pigmen kromatofor yang tersebar di dalam sel menyebabkan sel tersebut dapat menyerap sinar dengan sempurna sehingga terjadi peningkatan warna sisik yang


(27)

8

menyebabkan warna sisik menjadi lebih terang dan jelas, sedangkan butiran pigmen yang berkumpul di dekat nukleus menyebabkan penurunan warna sisik sehingga warna terlihat lebih gelap dan memudar (Gambar 3)

Gambar 3. Letak dan Bentuk Sel Kromatofor Pada Ikan

Perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan pigmen di dalam kromatofor disebut perubahan fisiologis, sedangkan perubahan warna yang disebabkan oleh pertambahan dan penurunan jumlah pigmen dalam kromatofor merupakan perubahan warna morfologis. Perubahan sel pigmen ini disebabkan oleh stres karena lingkungan, kurang sinar matahari, penyakit atau kekurangan pakan terutama komponen warna dalam pakan (Sulawesty, 1997).

Menurut Evans (1993), pada prinsipnya pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan tersebut kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel saraf menuju otot, sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh organisme menjadi lebih terang dan jelas.


(28)

9

Hormon yang bertanggung jawab terhadap proses pigmentasi ada tiga yaitu Melanocyte Stimulating Hormon (MSH), Melanin Concentrating Hormon (MCH), dan Melatonin (MT). MSH atau Melanocyte Stimulating Hormon diproduksi di bagian tengah lobus dari kelenjar hipofisis, dengan sel target sel pigmen kromatofor. Hormon tersebut menyebabkan pigmen tersebar di dalam sel, sehingga warna sisik terlihat terang dan jelas. Melanin Concentrating Hormon (MCH) diproduksi di bagian ujung lobus dari kelenjar hipofisis dengan sel target pigmen kromatofor. Hormon tersebut menyebabkan pigmen berkumpul dalam sel dan memberikan efek yang lebih pucat pada warna sisik ikan. Hormon ketiga yang memberikan pengaruh pigmentasi pada ikan adalah Melatonin (MT) yang diproduksi di kelenjar epifis. Sel target hormon tersebut adalah sel pigmen kromatofor yang menyebabkan granula pigmen berkumpul dalam sel, sehingga terjadi penurunan warna (Sally, 1997).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Warna Ikan Hias

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas warna ikan hias ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya tetap yaitu genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya, dan pakan yang mengandung gizi tinggi dan sumber karoten (Sulawesty, 1997).

1. Kualitas air

Kualitas air yang baik memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas warna dan kesehatan ikan hias. Salah satu kriteria kualitas


(29)

10

air yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan. Ikan akan hidup sehat dan berpenampilan prima di lingkungan dengan kualitas air yang sesuai (Satyani, 2005). Parameter kualitas air yang penting meliputi suhu dan pH.

a. Suhu

Menurut Boyd (1990), suhu air sangat berpengaruh bagi kehidupan ikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan pemijahan ikan. Peningkatan suhu dapat mempengaruhi metabolisme ikan sehingga terjadi pemecahan karotenoprotein menjadi protein dan karoten yang kemudian menghasilkan pigmen warna merah (Latscha, 1990). Suhu ideal bagi ikan hias tropik berkisar antara 25 sampai 32oC (Boyd, 1990). Fluktuasi perubahan suhu direkomendasikan tidak lebih dari 5oC, terutama dalam proses pergantian air atau proses transportasi.

b. Tingkat Keasaman (pH)

Nilai pH merupakan indikasi air bersifat asam, basa, atau netral, pH menentukan proses kimiawi dalam air, karena pH yang terlalu asam atau basa mengakibatkan ikan menjadi stess sehingga ikan berwarna pucat dan gerakannya lambat. Nilai pH yang optimal untuk ikan hias umumnya berkisar antara 6 sampai 7 (Satyani, 2005).

2. Cahaya

Selain kualitas air yang dapat mempengaruhi peningkatan warna pada ikan adalah cahaya. Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi warna berbeda dengan ikan yang dipelihara di tempat gelap karena adanya perbedaan reaksi melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan cahaya yangada (Said dan Supyawati, 2005). Kondisi cahaya terang memberikan penampilan warna yang lebih baik daripada cahaya gelap karena pada kondisi cahaya terang melanofor menjadi terkonsentrasi di sekitar nukleus,


(30)

11

sel nampak berkerut dan membuat kulit ikan tampak lebih cemerlang (Storebaken and Hong, 1992).

3. Pakan

Usaha budidaya ikan yang semakin intensif menuntut tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan (Mujiman, 2001). Pakan alami memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak bebas hama penyakit yang dibawanya, tersedianya dalam jumlah terbatas dan kesinambungannya kurang terjamin (Nasution, 2000).

Guna mengatasi masalah tersebut di atas, perlu tersedianya pakan buatan. Pakan buatan adalah pakan yang diramu dari beberapa macam bahan, yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus sebagaimana yang dikehendaki (Mujiman, 2001).

Dengan meramu berbagai macam bahan, maka nilai gizinya dapat diatur. Demikian pula halnya dengan selera makan ikan dan daya cernanya, karena bahan baku pakan yang halus akan mudah dicerna di dalam usus ikan. Selain itu penggunaan pakan buatan sangat praktis dan dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama (Mujiman, 2001).

Bentuk dan sifat pakan buatan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan masing-masing jenis, ukuran mulut dan umur ikan. Selain itu, kehalusan bahan baku penting untuk diperhatikan karena bahan baku pakan yang halus akan mudah dicerna di dalam usus ikan (Mujiman, 2001).

Selain kualitas bahan baku yang baik, keseimbangan gizi yang cukup akan sangat mempengaruhi penampilan ikan, mempercepat pertumbuhan dan mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu, pakan yang diberikan harus


(31)

12

mengandung gizi tinggi dan seimbang yang di dalamnya mengandung nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan sumber karotenoid. a. Protein

Kebutuhan protein secara proposional pada ikan kecil lebih besar dibandingkan ikan dewasa karena protein lebih banyak dibutuhkan untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhan. Fungsi protein bagi ikan antara lain mengganti sel-sel yang rusak dan zat pembangun sel jaringan tubuh (Sahwan, 2003).

b. Lemak

Lemak merupakan sumber energi bagi ikan setelah protein. Selain itu lemak juga digunakan untuk memacu pertumbuhan. Bagi ikan koi lemak menjadi penting karena mengandung asam lemak. Trigliserida dan fospolipid yang merupakan komponen penting untuk membentuk membran. Kandungan pada pakan ikan berkisar antara 4-18% (Mujiman, 2001).

Lemak yang baik bagi ikan adalah lemak dari golongan asam lemak tak jenuh yang dikenal dengan istilah PUFA (Polyunsaturated fatty acid) (Nasution, 2000). Asam lemak tersebut banyak terdapat dalam tepung kepala udang, tepung cumi-cumi dan lain-lain (Mujiman, 2001).

c. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam pakan ikan. Ikan membutuhkan karbohidrat sebesar 2,5-20%. Karbohidrat berasal dari bahan makanan nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan berkisar antara 10-50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada jenis ikan dan kemampuannya menghasilkan enzim amilase (Sutihat, 2003).


(32)

13

d. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang sangat penting peranannya dalam kehidupan ikan. Walaupun tidak berfungsi sebagai sumber energi, tetapi vitamin dibutuhkan sebagai katalisator (pemacu) terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh (Mujiman, 2001). Jumlah vitamin yang dibutuhkan relatif kecil tetapi sangat menentukan pertumbuhan dan kesehatan ikan.

e. Mineral

Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme dan mempertahankan keseimbangan osmosis (Sutihat, 2003). Jangkaru (1974) dan Sutihat (2003) menambahkan bahwa kadar mineral dalam pakan ikan sebaiknya berkisar antara 1-2%. Jenis mineral yang dibutuhkan ikan antara lain kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), natrium (Na), klor (Cl), besi (Fe), yodium (I), dan seng (Zn). (Mujiman, 2001).

Walaupun bukan makanan dalam arti yang sebenarnya, air juga diperlukan dalam kehidupan ikan. Ikan membutuhkannya karena untuk berlangsungnya proses metabolisme dan pembentukan cairan tubuh. Kandungan air dalam pakan berkisar antara 70-90% berat basah tanpa menghiraukan kandungan bahan-bahan kerasnya misalnya cangkang, tulang, duri dan lain-lain (Sutihat, 2003).

D. Karotenoid

Ikan hias dikatakan menarik apabila warnanya kontras atau komposisi warnanya menarik. Untuk meningkatkan kecerahan warna pada ikan hias dapat dilakukan dengan memberikan pakan yang mengandung zat warna atau


(33)

14

karotenoid (Lesmana, 2002). Menurut Anderson (2000), karotenoid adalah suatu pigmen alami yang dapat ditemukan pada hewan, tanaman dan mikroorganisme.

Karotenoid tidak dapat disintesis oleh sebagian besar hewan termasuk ikan, sehingga harus ditambahkan pada pakan. Secara fisiologi karotenoid berfungsi sebagai senyawa bioaktif dalam pakan akuakultur untuk meningkatkan pigmentasi, produksi, respirasi intra sel, daya tahan penyakit dan stress, pertumbuhan dan daya tahan hidup ikan dan udang (Lesmana, 2002). Sumber karotenoid banyak terdapat pada tumbuhan, hewan, alga, dan bakteri. Karetonoid pada tumbuhan banyak ditemukan pada kulit buah tomat, wortel, dan bayam. Contoh sumber karotenoid yang terdapat pada alga adalah Spirulina sp, hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Spirulina sp sebanyak 1% dari komposisi pakan akan meningkatkan kecerahan warna merah ikan koi selama 5 minggu perlakuan (Fitriyati, 2006).

Karotenoid merupakan senyawa yang disebut terpenoid, yaitu senyawa organik hidrokarbon yang kompleks (Lesmana, 2002). Karotenoid juga merupakan sekelompok pigmen merah, oranye, dan kuning yang dapat ditemukan baik pada buah, umbi maupun daun tanaman, juga dalam daging hewan yang mengkonsumsi tanaman yang mengandung karoten. Menurut Latscha (1990), karotenoid dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu karoten dan xantrofil. Karoten adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari gugus karbon dan hidrogen,

contohnya alfa karoten (α–karoten) dan beta karoten ( –karoten).

Xantrofil terdiri dari gugus karbon, hidrogen, dan oksigen, contohnya taraxanthin, lutein dan astaxanthin. Karotenoid yang dominan pada ikan adalah astaxanthin. Astaxanthin adalah karotenoid yang paling banyak digunakan dalam


(34)

15

penelitian beberapa tahun terakhir ini (Johnson, 1991; Mara, 2010). Menurut Latscha (1990), astaxanthin adalah warna dasar yang akan diserap dan dideposit sebagai pigmen warna merah. Kebanyakan ikan air tawar dapat mengubah astaxanthin menjadi lutein yang menghasilkan warna kuning dan dapat mengubah astaxanthin menjadi zeaxanthin yang berwarna jingga (Torrissen dan Ronald,1998).

Astaxanthin merupakan suatu pigmen merah yang terdapat secara alamiah pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahan ini secara alamiah dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan sehari-hari. Berdasarkan sumbernya, astaxanthin dibagi atas 2 bagian yakni : astaxanthin alami (natural astaxanthin) dan astaxanthin buatan (synthetic astaxanthin) (Hoffmann, 1993).

a. Astaxanthin alami (natural astaxanthin)

Menurut Hoffmann (1993) astaxanthin alami adalah jenis astaxanthin yang didapatkan dari produsen primer seperti tanaman, phytoplankton atau mikroorganisme seperti bakteri dan alga atau seperti jenis udang rebon, udang krill atau sisa buangan kepala udang.

b. Astaxanthin buatan (synthetic astaxanthin)

Astaxanthin sintetis merupakan astaxanthin yang paling banyak digunakan dalam pakan ikan. Astaxanthin sintetis berasal dari carophyll pink yangmerupakan suatu produk inovatif dengan suatu beadlet (menyerupai butiran manik-manik) tanaman. Komposisi utama bahan pewarna sintetis didominasi oleh bahan astaxanthin bebas (free astaxanthin) yang sangat berbeda dengan pewarna alami yang didominasi oleh astaxanthin ester dengan rumus kimia C10H52O24 (Hoffmann, 1993).


(35)

16

Penggunaan sumber astaxanthin alami dirasa baik karena bahan tersebut penyediaannya berkesinambungan, terjamin sehingga harganya cukup stabil dan kandungan nutrisinya pun bersaing dengan bahan baku lainnya. Dibandingkan dengan astaxanthin sintetis yang penyediaan tidak berkesinambungan serta tidak terjamin dan harganya cukup mahal (Shahidi dan Synowiecki, 1992).

E. Spirulina sp

Spirulina spadalah organisme mikroskopis dan merupakan prokariot berfilamen (Belay, 2002).Kualitas Spirulina sp sangat dipengaruhi sinar matahari, mineral dan nutrisi dalam air. Kandungan beta karoten akan semakin tinggi apabila kuantitas sinar matahari yang diperoleh maksimum (Tietze, 2004 dalam Candra, 2011). Spirulina sp mengandung protein dalam jumlah yang cukup tinggi. Kandungan protein Spirulina sp bervariasi dari 50%, hingga 70% dari berat keringnya. Adapun bentuk Tepung Spirulina sp dapat dilihat di Gambar 5.

Gambar 4. Tepung Spirulina sp

Spirulina sp merupaka jenis mikroalga (cynobacteria) atau bakteri yang mengandung kloorofil dan dapat bertindak sebagai organisme yang bisa melakukan fotosisntesis untuk membuat makanan sendiri. Bentuknya spiral, mengandung fikosianin tinggi sehingga warna cenderung hijau biru. Spirulina sp dapat tumbuh dengan baik di danau, air tawar, air laut, dan media tanah. Spirulina


(36)

17

sp juga memiliki kemampuan untuk tumbuh di media yang mempunyai alkalinitas tinggi (pH 8,5 – 11), dimana mikroorganisme lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik dalam kondisi ini. Suhu terendah untuk Spirulina sp hidup adalah 150C dan pertumbuhan optimal pada 350C-400C (Kebede dan Ahlregen, 1996)

Penggunaan biomassa ganggang ini sebagai pakan ikan hias berkaitan dengan senyawa zeaksantin, suatu pigmen ksantofil yang berfungsi untuk meningkatkan warna ikan tersebut. Zeaksantin dilaporkan mampu meningkatkan pigmentasi ikan dan udang (Cohen et al., 1993). Penelitian pemberian pakan Spirulina sp kepada ikan Cyprinuscarpio dengan dosis 2,5% dari berat badan ikan menunjukkan terjadinya pigmentasi orange cerah (Umesh dan Seshagiri, 1984). Ciferi (1983) juga melaporkan bahwa pemberian pakan Spirulina sp mampu meningkatkan warna ikan hias tertentu.

Pemanfaatan sebagai pakan ikan lebih praktis karena biomassa basah dapat ditebarkan langsung ke dalam kolam pembiakan ikan. Hasil penelitian Thomas dan Raja (1980) tentang pemanfaatan Spirulina sp sebagai pakan ikan dengan sistem mono dan polikultur menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan Spirulina sp secara nyata mampu meningkatkan berat badan ikan. Produk yang sama dapat memperbaiki mutu warna ikan emas koki dan napoleon.

Sebagai bahan pangan fungsional, Spirulina sp mengandungbahan-bahan aktif secara intraseluler yang memiliki khasiat kesehatan dan bernilai

ekonomis tinggi, antara lain :

1. Berbagai vitamin dan karotenoidaantara lain: b-karotena (provitamin A) untuk kesehatan mata, asam nikotinat, riboflavin (vit. B2), thiamin (vit. B1),


(37)

18

sianokobalamin (vit. B12), tokoferol (vit. E), senyawa karotenoida (termasuk santofil) dan lain-lainnya (Richmond, 1987; Ciferi, 1983).

2. Berbagai asam lemak tak jenuhpenting bagi kesehatan, antara lain asam - linolenat (GLA) (Cohen et al., 1987). GLA berguna untuk pengobatan hiperkolesterolemia (Ishikawa et al., 1989), sindroma prahaid (Horrobin, 1983), eksema atopik (Biagi et al., 1988) dan memiliki efek antitrombotik (Suzuki, 1991). Asam lemak tak jenuh majemuk dalam Spirulina sp juga berperan sebagai nutrisi otak untuk peningkatan kecerdasan anak.

3. Enzim superoksida dismutase (SOD) merupakan senyawaan pengusir radikal bebas dan antikanker. Dalam dunia farmasi, SOD digunakan sebagai bahan aktif kosmetika guna melindungi kulit dari radiasi sinar UV dan menghambat proses penuaan kulit.

4. Fikosianinatau fikobiliprotein, suatu protein yang mengandung gugus tetrapirol sehingga berwarna biru kehijauan (cyan). Senyawa ini berperan dalam detoksifikasi merkuri, logam berat lainnya, dan obat-obatan kimiawi. Dalam bidang lainnya, fikosianin dapat digunakan sebagai pewarna pada reaksi imunologi deteksi HIV, serta sebagai zat warna alami.

5. Kandungan proteinyang tinggi (65-70%) dan kemudahan dicerna (digestibility) merupakan sebagian faktor yang menyebabkan ganggang ini berpotensi sebagai sumber protein sel tunggal untuk suplemen pangan/makanan kesehatan (Tabel 1).


(38)

19

Berikut merupakan kandungan nutrisi Spirulina sp : Tabel 1. Hasil analisa nutrisi Spirulina sp

Kandungan Nutrisi Jumlah (%)

Vonshak (1997) LAB IPB (2013)

Protein 55-70 39,63

Lemak 6-8 0,3

Air 3-7 10,83

Mineral 7-13 -

Serat Kasar 8-10 17,27

Karbohidrat 15-25 13,35

Tabel 2. Kandungan Karoten dalam Spirulina sp

No. Jenis Uji Unit Hasil

Analisis Metode 1 Total Karoten mg/1000g 5.82 Spektrofotometri

F. Pertumbuhan

Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan berat atau panjang rata-rata pada umur tertentu. Pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan, sedangkan faktor luar antara lain: kualitas dan kuantitas pakan, kualitas air dan ruang gerak (Huet, 1971).


(39)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian B.1 Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 50x40x40 cm3 sebanyak 15 buah, penggiling pakan, oven, instalasi aerasi, timbangan digital, Modifed Toca Color Finder (M-TCF), thermometer, DO meter, pH meter, serokan, baskom, dan alat tulis.

B.2 Bahan penelitian

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Ikan uji

Ikan uji berupa benih ikan sumatra berasal dari pedagang ikan sumatra di kawasan Tanjung Karang, Bandar Lampung dengan ukuran panjang ± 3 - 5 cm.


(40)

21

b. Bahan baku pakan ikan

Bahan baku pakan yang digunakan terdiri dari Spirulina sp, tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, premix dan tepung tapioka (Lampiran Tabel 3).

C. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan yaitu :

Perlakuan A : pemberian pakan tanpa penambahan Spirulina sp dalam formulasi pakan (kontrol).

Perlakuan B : pemberian pakan dengan penambahan 0,3% Spirulina sp dalam formulasi pakan.

Perlakuan C : pemberian pakan dengan penambahan 0,6% Spirulina sp dalam formulasi pakan.

Perlakuan D : pemberian pakan dengan penambahan 0,9% Spirulina sp dalam formulasi pakan.

Perlakuan E : pemberian pakan dengan penambahan 1,2% Spirulina sp dalam formulasi pakan.

Komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan sumatra disajikan pada Tabel 3.


(41)

22

Tabel 3. Komposisi bahan baku pakan ikan yang digunakan sesuai perlakuan

Bahan Pakan Perlakuan

A kontrol

B C D E

Tepung ikan 38,71% 38,41% 38,11% 37,81% 37,51%

Tepung Spirulina sp 0% 0,3% 0,6% 0,9% 1,2%

Tepung kedelai 19,34% 19,34% 19,34% 19,34% 19,34% Tepung jagung 29,95% 29,95% 29,95% 29,95% 29,95%

Tepung tapioca 7% 7% 7% 7% 7%

Minyak ikan 2% 2% 2% 2% 2%

Minyak jagung 1% 1% 1% 1% 1%

Premix 2% 2% 2% 2% 2%

Jumlah 100% 100% 100% 100% 100%

Tabel 4. Kandungan beta karoten dalam pakan perlakuan No. Perlakuan

Konsentrasi Spirulina sp (mg/1000g) Konsentrasi Beta Karoten(mg/1000g) Jumlah (ppm)

1. A 0 5,82 0

2. B 0,3 5,82 1,746

3. C 0,6 5,82 3,492

4. D 0,9 5,82 5,238

5. E 1,2 5,82 6,984

Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah:

Yij = µ + σi +єij

Keterangan:

Yij :Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum

σi : Pengaruh pemberian pakan ke-i

єij :Galat percobaan pada Perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i : Perlakuan pakan A, B, C


(42)

23

D. Prosedur Penelitian

D.1 Persiapan wadah penelitian

Persiapan yang dilakukan adalah sterilisasi akuarium ukuran 50x40x40cm3,kemudian diisi air hingga ketinggian 20 cm (volume 42 liter) dan dilengkapi dengan instalasi aerasi.

D.2 Pembuatan pakan

Pakan yang digunakan berupa pakan buatan yang dibuat dari bahan baku tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, tepung tapioka, minyak ikan, minyak jagung dan premix (proses pmbuatan pakan Lampiran 1 dan komposisi pakan Lampiran 3) .

D.3 Masa Adaptasi

Ikan sumatra yang digunakan dalam penelitian diaklimatisasi selama 7 hari agar ikan tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dan jenis pakan yang diberikan. Ikan dipilih yang normal, sehat dan tidak sakit dengan panjang tubuh ±3-5 cm. Ikan ditebar dengan padat penebaran 7 ekor/akuarium. E. Pelaksanaan Penelitian

E.1 Pemeliharaan dan pemberian pakan

Benih ikan sumatra dipelihara selama 60 hari. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB, dengan feeding rate (FR)5%. E.2 Pengamatan intensitas warna dan pertumbuhan panjang mutlak

Pengamatan intensitas warna ikan sumatra dilakukan oleh 5 orang panelis yang tidak mengalami gangguan mata seperti buta warna, rabun, dan penyakit mata lainya. Pengamatan dilakukan secara visual setiap 10 hari pada pukul


(43)

24

10.00WIB, warna ikan sumatra dibandingkan dengan kertas M-TCF yang telah diberi nilai atau pembobotan dan setiap ikan diberi tanda (tagging). Pengamatan panjang ikan di lakukan selama penelitian setiap sehari satu kali.

E.3 Pergantian air dan pengontrolan kualitas air

Pergantian air total dilakukan setiap 10 hari pada pagi hari sebelum pemberian pakan. Kotoran dan sisa pakan di dasar akuarium disifon setiap hari. Setalah penyifonan dilakukan penambahan air menggunakan air berasal dari tandon yang telah diaerasi selama 24 jam dan memiliki kualitas yang sama dengan media pemeliharaan (DO, pH dan suhu).

F. Parameter yang diamati

Parameter yang diamati meliputi peningkatan intensitas warna dan parameter kualitas air.

F.1. Pengukuran Peningkatan Intensitas Warna

Pengukuran peningkatan intensitas warna ikan sumatra sebelumnya dilakukan pemberian nilai atau pembobotan pada kertas warna M-TCF, pembobotan dimulai dari nilai terkecil 1,2,3 hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah pekat dan warna hitam muda hingga hitam pekat. Pengamatan intensitas warna ikan sumatra dilakukan setiap 10 hari selama 60 hari dan warna yang diamati adalah warna orange dan hitam. Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan warna ikan dengan kertas warna M-TCF dan diamati oleh 5 orang panelis dengan syarat berbadan sehat dan tidak buta warna.


(44)

25

Wm = Wt - Wo

Pada pengamatan warna pertama semua warna ikan ditandai dan untuk selanjutnya peningkatan warna ke arah yang lebih kontras diberi nilai 1, 2, 3, sampai 30, sehingga akan didapatkan selisih antara nilai warna awal dan nilai warna di akhir penelitian.

F.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pengujian pertumbuhan dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh tepung Spirulina sp. pada ikan sumatra. Pertumbuhan yang diamati meliputi pertambahan panjang tubuh ikan setiap 10 hari sekali selama 60 hari. Pertumbuhan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Effendie, 1997) :

Keterangan : Wm : pertumbuhan panjang mutlak (g) Wt : panjang ikan pada waktu t (g) Wo : panjang awal penelitian (g)

F.3. Pengukuran parameter kualitas air

Pengukuran kualitas air meliputi suhu, derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut di lakukan tiap hari sekali pada pukul ± 08.00 WIB selama penelitian.

1. Suhu

Suhu diartikan sebagai derajat panas dan dingin suatu perairan. Suhu yang tinggi (>32 0C) atau rendah (<250C) dapat mempengaruhi beberapa proses kimia yang terjadi di perairan. Misalnya proses respirasi dan oksidasi yang akan berlangsung dua sampai tiga kali lipat lebih cepat dengan kenaikkan suhu sebesar


(45)

26

100C (Sunarya, 2008). Suhu air yang baik untuk kelangsungan hidup ikan antara 19 – 30 0C (Effendi, 2003).

2. Oksigen Terlarut (DO)

Konsentrasi oksigen yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam perairan ialah mendekati atau di atas 3 ppm (Duodorot dan Warren, 1969). Oksigen terlarut (DO) sangat essesial bagi ikan untuk bernafas dan merupakan komponen utama dalam metabolism (Wardoyo, 1975).

Pada waktu siang hari, fotosintesis menyebabkan meningkatnya kosentrasi DO dan kosentrasi DO tertinggi pada waktu sore hari. Pada waktu malam hari, fotosintesis berhenti sehingga menyebabkan kosentrasi DO turun (Boyd, 1990). Kandungan oksigen yang baik untuk kelangsungan hidup ikan mas adalah minimal 5 -7 ppm (Cahyono, 2001).

3. pH

Istilah “pH” merujuk kepada kosentrasi ion hidrogen dalam air atau yang lebih umum istilah pH merujuk pada kondisi air yang dalam keadaana asam atau basa. Untuk tujuan praktis, air dengan pH 7 dikatakan bukan sebagai asam maupun basa dan disebut netral. Ketika pH berada di bawah 7, air dikatakan sebagai asam. Air dengan pH lebih dari 7 dikatakan basa (Boyd, 1990).

Boyd (1982) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pH air dengan kehidupan ikan. pH yang mematikan bagi ikan adalah 4 atau kurang dan 11 atau lebih. Pada pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9 – 9,5, dalam waktu yang lama akjan mempengaruhia reproduksi dan pertumbuhan. Ikan mampu hidup di air dengan kisaran pH 3,5 – 10, tapi untuk keperluan budidaya diperlukan nilai pH antara 6,5 – 9 (Sunarya, 2008). Kandungan pH yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah 7,5 – 8,5 (Djarijah, 2005).


(46)

27

G. Analisis Data

Pengaruh perlakuan terhadap peningkatanintensitas warna ikan sumatra dianalisis dengan analisis ragam (ANARA) pada selang kepercayaan 95%. Jika hasil uji berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% (Gasperz, 1991).


(47)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penambahan tepung Spirulina sp 1,2 % dalam pakan memberikan pengaruh yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang lain dalam peningkatan intensitas warna ikan Sumatra.

B.Saran

Perlu Diadakan penelitian lanjutan yang menggunakan penambahan tepung Spirulina sp diatas 1,2% agar warna pada ikan Sumatra dapat lebih berkualitas dan memiliki daya tarik lebih tinggi dari yang sebelumnya.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Consumer. Hoffman-La Roche Limited, Cambridge Ontario NIR 5X9. Canada.

Atom. 2009. Budidaya ikan sumatra. Penebar Swadaya. Jakarta. Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia. Jakarta

Belay, A. 2002. Spirulina sp (Arthrospira) as a nutritional and therapeutic supplement in health management. T. J. Amer. Nutr. Association 5(2): 27-48.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Manajemen For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. 318 p.

Boyd, CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company inc. New York.

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 95 hal.

Candra, B.A. 2011. Karakteristik Pigmen Fikosianin dari Spirulina sp fusiformis yang Dikeringkan dan Diamobilisasi. Skripsi Departemen Teknologi Hasil Perairan ; Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Cohen, Z., M. Reungjitchachawali, W. Siangdung, and M. Tanticharoen. 1993.

Production and Partial Purification of •-linolenic Acid and Some Pigments from Spirulina sp platensis. J. Appl. Phycol. 5:109:115.

Djarijah, A.S. 2005. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantara. 162 hlm.

Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Erhenberg 1980 dalam Sasson, A. 1991. Culture of microalgae in achievement and evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris . France. 104p.


(49)

Fitriyati, 2003. Pengaruh Pemberian Spirulina sp platensis Dengan Kadar Yang Berbeda Terhadap Tingkat Perubahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio Lynn) Jenis Kohaku. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertania Bogor.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. 427 hlm.

Gupta, S.K. and Jha, A.K. 2006.Use of Natural Carotenoids for Pigmentation in Fishes.Central Institute of Fisheries Education, 7-Bunglows. India.

Hoffmann, 1993. Carophyll Pink, Nature identical astaxanthinfor aquaculture. AFAQ.

Huet, M. 1971. Textbook Of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book itd. London.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan dan Teleostei. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jendral Perikanan. Bogor.

Jirasak T, Achariya S, and Nantarika C. 1999. Effect Of Astaxanthin On The Pigmentation Of Goldfish Carassius auratus. Faculty of veterinary science. Chulalongkorn University, Bangkok 10330. Thailand.

Kabede and Ahlgren, G. 1996. Optimum Growth Conditions and Light Ultization Efficiency of Spirulina sp platensis (Arthospira Fusiformis) from Lake Chitu, Ethiopia. Hydrobial., 332: 99-109.

Latscha, T. 1990. Carotenoids Their Nature And Significance In Animal Feeds. F. Hoffman-La Roche ltd. Switzerland.

Lesmana Darti, S., Mundriyanto, H., Subandiyah, S., Chumaidi, Sudarto, Taufik, P. 2007. Teknologi Pembenihan Ikan Sumatra Skala Laboratorium. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar. Depok.

Lesmana. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya : Jakarta. 66 hlm. Liao, W. L. Nur-E-Burhan, S. A., Okada. S., Matsui. T. and Yamaguchi. K.

(1993). Pigmentation of cultured black tiger prawn by feeding with a Spirulina – supplemented diet. Nippon Suisan Gakkaishi, 59: 165.

Lingga dan Susanto, 1995,. Ikan Hias Air Tawar. Penerbit Penebar Swadaya : Jakarta


(50)

Luna, LG. 1960. Manual of histological staning methods of the armed forces institute of pathology. 3rd edition. McGraw-Hill Book Company. New York, New York, USA.

Marquez, F. J. K. Sasaki, T. Kakizono, N. Nishio and S. Nagai. 1993. Growth Characteristic of Spirulina sp platensis in Mixotrophic and Heterotrophic Conditions. J. Ferment. Bioeng. 76(5): 408-410.

Marquez, F. J., N. Nishio and S. Nagai. 1995. Enhancement of Biomass and Pigment Production During Growth of Spirulina sp Platensis in Mixotrophic Culture. J.Chem. Tech. Biotechnol. 62: 159-164.

Mujiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nasution, SH. 2000. Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta. New, MB. 1983. Feed And Feeding of Fish and Shrimp. United Nation

Development Programme Food and Agriculture Organization. Rome. Niken, P. D. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang Dalam Pakan

Terhadap Pigmentasi Warna Pada Ikan Koi (Cyprinus Carpio Lynn) Jenis Kohaku. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Richmond, A. 1987. Spirulina sp. In: Borowitzka. M.A. and L.J. Borowitzka (ed.). Microalgae Biotechnology, Cambridge University Press, 85-121. Said, S.D. Supyawati, W.D., dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan

Kondisi Cahaya Terhadap Penampilan Warna ikan Pelangi Merah (Glossolepis incises) Jantan. Jakarta. Fakultas Biologi. Universitas Negeri Jakarta.

Sally, E. 1997. Pigmen Granula Transport in Cromatophores. Departement of Biologi Buckell University. Lewisbrug.

Sasson, A. 1991. Culture of microalgae in achievement and evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris . France. 104p.

Satyani, D. 2005. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Satyani, D. dan Sugito, S. 1997. Astaxanthin Sebagai Sumber Pakan Untuk Peningkatan Warna Ikan Hias. Warta PenelitianPerikanan Indonesia. 3(1) : 6-8.


(51)

Shahidi, F. and 1. Synowicki. 1992. Quality amd composional characteristic of Newfaunland shellfish processing discard In "Advance In Chitin and Chitosan". J. Brine, P.A Sadford and IP. Zikakis (Eds.). Elsevier Applied Science. London.

Singh, G., R.M. Kotharri, R.K. Sharma, and V. Ramamurthy. 1995. Enhancement of Spirulina spBiomass Productivity by a Protein Hydrolysate. Appl. Biochem.Biotech., 50: 285-290.

Storebakken, T. and Hong, KN. 1992. Pigmentation of rainbow trout. Aquaculture.

Sterba, G. 1969. Freswater fishes of The Word. The Pet library Ltd. New York. 877p.

Sulawesty, F. 1997. Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepsis insicus) Jantan Dengan Menggunakan Karotenoid Total Dari Rebon. LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia. Puslitbang Limnologi LIPI.

Sutihat, A. 2003. Pengaruh Astaxanthin Dalam Pakan Buatan Terhadap Peningkatan Warna Dan Pertumbuhan Ikan Rainbow Merah. Skripsi. Jakarta; Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.

Suzuki, O. 1991. Recent Trends of Oleochemicals by Biotechnology. PORIM International Palm Oil Conference - Chemistry and Technology. Malaysia, 221-230.

Thomas, S. and G. Raja. 1980. Spirulina sp Algae in Rural Pisciculture in Umesh, B.V. and S. Seshagiri. 1984. Phycotechnology -Spirulina spas Feed and Food, Monograph Series on Engineering Photosynthetic Systems 17. 4-8. Utomo. N.B.P., O. Carman, dan N. Fitriyati . 2006. Pengaruh Penambahan

Spirulina Plantesis Dengan Kadar Berbeda Pada Pakan Terhadap Tingkat Intensitas Warna Merah Pada Ikan Koi Kohaku ( Cyprinus Carpio L. ). Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intitut Pertanian Bogor, Kampus Dermaga, Bogor 16680.


(52)

Vonshak A. 2008. Spirulina sp platensis (Artrospira) – Physiology, Cell-Biology and Biotechnology. Taylorand Franciz. Ltd. Brispol

Walin, M. 2002. Nature’s Palette How Animals, Including Humans, Produce

Colours. Departement of Zoology Goteborg University. Sweden. Wardoyo, S. T. H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor. 41 hal.


(1)

39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penambahan tepung Spirulina sp 1,2 % dalam pakan memberikan pengaruh

yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang lain dalam peningkatan

intensitas warna ikan Sumatra.

B.Saran

Perlu Diadakan penelitian lanjutan yang menggunakan penambahan tepung

Spirulina sp diatas 1,2% agar warna pada ikan Sumatra dapat lebih berkualitas


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Consumer. Hoffman-La Roche Limited, Cambridge Ontario NIR 5X9. Canada.

Atom. 2009. Budidaya ikan sumatra. Penebar Swadaya. Jakarta. Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia. Jakarta

Belay, A. 2002. Spirulina sp (Arthrospira) as a nutritional and therapeutic supplement in health management. T. J. Amer. Nutr. Association 5(2): 27-48.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Manajemen For Pond Fish Culture. Elsevier

Scientific Publishing Company. Amsterdam. 318 p.

Boyd, CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company inc. New York.

Cahyono, B. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta. 95 hal.

Candra, B.A. 2011. Karakteristik Pigmen Fikosianin dari Spirulina sp fusiformis yang Dikeringkan dan Diamobilisasi. Skripsi Departemen Teknologi Hasil Perairan ; Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Cohen, Z., M. Reungjitchachawali, W. Siangdung, and M. Tanticharoen. 1993. Production and Partial Purification of •-linolenic Acid and Some Pigments from Spirulina sp platensis. J. Appl. Phycol. 5:109:115.

Djarijah, A.S. 2005. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantara. 162 hlm.

Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Erhenberg 1980 dalam Sasson, A. 1991. Culture of microalgae in achievement

and evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural

Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris . France. 104p.


(3)

Fitriyati, 2003. Pengaruh Pemberian Spirulina sp platensis Dengan Kadar Yang Berbeda Terhadap Tingkat Perubahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio Lynn) Jenis Kohaku. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertania Bogor.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. 427 hlm.

Gupta, S.K. and Jha, A.K. 2006.Use of Natural Carotenoids for Pigmentation in Fishes.Central Institute of Fisheries Education, 7-Bunglows. India.

Hoffmann, 1993. Carophyll Pink, Nature identical astaxanthinfor aquaculture. AFAQ.

Huet, M. 1971. Textbook Of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book itd. London.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan dan Teleostei. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jendral Perikanan. Bogor.

Jirasak T, Achariya S, and Nantarika C. 1999. Effect Of Astaxanthin On The

Pigmentation Of Goldfish Carassius auratus. Faculty of veterinary

science. Chulalongkorn University, Bangkok 10330. Thailand.

Kabede and Ahlgren, G. 1996. Optimum Growth Conditions and Light Ultization Efficiency of Spirulina sp platensis (Arthospira Fusiformis) from Lake Chitu, Ethiopia. Hydrobial., 332: 99-109.

Latscha, T. 1990. Carotenoids Their Nature And Significance In Animal Feeds. F. Hoffman-La Roche ltd. Switzerland.

Lesmana Darti, S., Mundriyanto, H., Subandiyah, S., Chumaidi, Sudarto, Taufik, P. 2007. Teknologi Pembenihan Ikan Sumatra Skala Laboratorium. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar. Depok.

Lesmana. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya : Jakarta. 66 hlm. Liao, W. L. Nur-E-Burhan, S. A., Okada. S., Matsui. T. and Yamaguchi. K.

(1993). Pigmentation of cultured black tiger prawn by feeding with a Spirulina – supplemented diet. Nippon Suisan Gakkaishi, 59: 165.

Lingga dan Susanto, 1995,. Ikan Hias Air Tawar. Penerbit Penebar Swadaya : Jakarta


(4)

Luna, LG. 1960. Manual of histological staning methods of the armed forces institute of pathology. 3rd edition. McGraw-Hill Book Company. New York, New York, USA.

Marquez, F. J. K. Sasaki, T. Kakizono, N. Nishio and S. Nagai. 1993. Growth Characteristic of Spirulina sp platensis in Mixotrophic and Heterotrophic Conditions. J. Ferment. Bioeng. 76(5): 408-410.

Marquez, F. J., N. Nishio and S. Nagai. 1995. Enhancement of Biomass and Pigment Production During Growth of Spirulina sp Platensis in Mixotrophic Culture. J.Chem. Tech. Biotechnol. 62: 159-164.

Mujiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nasution, SH. 2000. Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta. New, MB. 1983. Feed And Feeding of Fish and Shrimp. United Nation

Development Programme Food and Agriculture Organization. Rome. Niken, P. D. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang Dalam Pakan

Terhadap Pigmentasi Warna Pada Ikan Koi (Cyprinus Carpio Lynn) Jenis Kohaku. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Richmond, A. 1987. Spirulina sp. In: Borowitzka. M.A. and L.J. Borowitzka (ed.). Microalgae Biotechnology, Cambridge University Press, 85-121. Said, S.D. Supyawati, W.D., dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan

Kondisi Cahaya Terhadap Penampilan Warna ikan Pelangi Merah (Glossolepis incises) Jantan. Jakarta. Fakultas Biologi. Universitas Negeri Jakarta.

Sally, E. 1997. Pigmen Granula Transport in Cromatophores. Departement of Biologi Buckell University. Lewisbrug.

Sasson, A. 1991. Culture of microalgae in achievement and evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris . France. 104p.

Satyani, D. 2005. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Satyani, D. dan Sugito, S. 1997. Astaxanthin Sebagai Sumber Pakan Untuk

Peningkatan Warna Ikan Hias. Warta PenelitianPerikanan Indonesia. 3(1)


(5)

Shahidi, F. and 1. Synowicki. 1992. Quality amd composional characteristic of Newfaunland shellfish processing discard In "Advance In Chitin and Chitosan". J. Brine, P.A Sadford and IP. Zikakis (Eds.). Elsevier Applied Science. London.

Singh, G., R.M. Kotharri, R.K. Sharma, and V. Ramamurthy. 1995. Enhancement of Spirulina spBiomass Productivity by a Protein Hydrolysate. Appl. Biochem.Biotech., 50: 285-290.

Storebakken, T. and Hong, KN. 1992. Pigmentation of rainbow trout. Aquaculture.

Sterba, G. 1969. Freswater fishes of The Word. The Pet library Ltd. New York. 877p.

Sulawesty, F. 1997. Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepsis

insicus) Jantan Dengan Menggunakan Karotenoid Total Dari Rebon.

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia. Puslitbang Limnologi LIPI.

Sutihat, A. 2003. Pengaruh Astaxanthin Dalam Pakan Buatan Terhadap

Peningkatan Warna Dan Pertumbuhan Ikan Rainbow Merah. Skripsi.

Jakarta; Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.

Suzuki, O. 1991. Recent Trends of Oleochemicals by Biotechnology. PORIM

International Palm Oil Conference - Chemistry and Technology. Malaysia,

221-230.

Thomas, S. and G. Raja. 1980. Spirulina sp Algae in Rural Pisciculture in Umesh, B.V. and S. Seshagiri. 1984. Phycotechnology -Spirulina spas Feed and Food, Monograph Series on Engineering Photosynthetic Systems 17. 4-8. Utomo. N.B.P., O. Carman, dan N. Fitriyati . 2006. Pengaruh Penambahan

Spirulina Plantesis Dengan Kadar Berbeda Pada Pakan Terhadap Tingkat

Intensitas Warna Merah Pada Ikan Koi Kohaku ( Cyprinus Carpio L. ).

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intitut Pertanian Bogor, Kampus Dermaga, Bogor 16680.


(6)

Vonshak A. 2008. Spirulina sp platensis (Artrospira) – Physiology, Cell-Biology and Biotechnology. Taylorand Franciz. Ltd. Brispol

Walin, M. 2002. Nature’s Palette How Animals, Including Humans, Produce Colours. Departement of Zoology Goteborg University. Sweden.