PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG Spirulina sp. DALAM PAKAN TERHADAP KECERAHAN WARNA IKAN KOMET (Carassius auratus)

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF Spirulina sp. SUPPLEMENTATION TO THE COLOUR OF COMET (Carassius auratus)

By Tri Agusaputra

Comet fish (Carassius auratus) is one of freshwater fish commodity that has bright colour and attractive shaped. One of the effort to increase brightness of the comet fish is by adding a source of carotenoid in the feed. The research aim is to increase intensity of comet fish colour by adding a source of carotenoid such as Spirulina sp. flour into the feed. Completely Randomized Design (CRD) was used in this research, with different addition of powdered Spirulina sp. (0%, 0.3%, 0.6%, 0.9%, and 1.2%) in the feed as a treatment. All treatments were replicated three times. The parameter that were analyzed include increased colour brightness fish, absolute weight and length growth and cell observation kromatofor. The increase of brightness of comet fish was measured using (modifed Toca Colour Finder) and observation kromatofor cells (descriptive analysis). ANOVA results indicated that the addition of Spirulina sp. powder in feed influence the increase in colour brightness and absolute weight and length growth. The addition of 1.2% powdered Spirulina sp. give the best results with the average increase of 7.52 in the colour of the fish, the growth in the absolute weight of 8.75 grams and 4.66 cm long growth. Water quality condition during the study was still in optimum condition, the temperature range 27 to 28 oC, pH ranged from 6.12 to 6.22 and DO ranges from 5.70 to 6.37 ppm.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG Spirulina sp. DALAM PAKAN TERHADAP KECERAHAN WARNA IKAN KOMET (Carassius auratus)

Oleh

Tri Agusaputra

Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang memiliki corak warna yang cerah dan memiliki bentuk yang menarik. Salah satu upaya untuk meningkatkan kecerahan warna ikan komet dengan cara menambahkan sumber karotenoid dalam pakan. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kecerahan warna ikan komet dengan menambahkan sumber karotenoid berupa tepung Spirulina sp. yang dicampurkan pada pakan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan penambahan tepung Spirulina sp. yang berbeda (0%, 0,3%, 0,6%, 0,9%, dan 1,2%) dalam pakan sebagai perlakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil pengukuran yang dianalisis meliputi peningkatan kecerahan warna ikan, pertumbuhan berat mutlak dan panjang serta pengamatan sel kromatofor. Peningkatan kecerahan warna ikan komet diukur/dibandingkan menggunakan (Modifed Toca Colour Finder) dan pengamatan sel kromatofor (analisis secara deksiriptif). Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung Spirulina sp. dalam pakan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecerahan warna dan pertumbuhan berat mutlak dan panjang. Penambahan 1,2% tepung Spirulina sp. memberikan hasil terbaik dengan rerata peningkatan 7,52 pada warna ikan, pertumbuhan berat mutlak 8,75 gram serta pertumbuhan panjang 4,66 cm. Parameter kualitas air selama penelitian dalam batas layak untuk pemeliharaan, suhu berkisar 27 – 28 oC, pH berkisar 6,12 - 6,22 dan DO berkisar 5,70-6,37 ppm.


(3)

(4)

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG Spirulina sp. PADA PAKAN TERHADAP KECERAHAN WARNA IKAN KOMET (Carassius auratus)

Oleh Tri Agusaputra

\

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 5

2. Morfologi Ikan Komet ... 6

3. Filamen Spirulina sp. ... 10

4. Rata-rata peningkatan kecerahan warna ikan komet berdasarkan rerata selisih pembobotan M-TCF... 27

5. Peningkatan kecerahan warna ikan komet berdasarkan pembobotan M-TCF. ... 28

6. Pengamatan Sel Kromatofor Awal dan Akhir Penelitian ... 29

7. Peningkatan bobot tubuh ikan komet ... 30

8. Pertumbuhan berat mutlak ikan komet ... 31

9. Peningkatan panjang ikan komet ... 32


(6)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... ... 1

B. Tujuan Penelitian... ... 3

C. Manfaat ... 3

D. Kerangka Pikir... 3

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Komet... 6

1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Komet ... 6

2. Habitat Ikan Komet ... 8

3. Pakan dan Kebiasaan Makan ... 8

B. Spirulina sp. ... 9

1. Morfologi Spirulina sp. ... 9

2. Habitat Spirulina sp. ... 10

3. Kandungan Spirulina sp. ... 11

C. Faktor-faktor yang Mempengruhi Kecerahan Warna Ikan Hias ... 12

1. Kromatofor ... 12


(7)

xiv III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ... 20

B. Alat dan Bahan ... 20

1. Alat Penelitian ... 20

2. Bahan Penelitian ... 20

C. Rancangan Penelitian ... 21

D. Prosedur Penelitian ... 22

1. Persiapan Wadah Penelitian ... 22

2. Pembuatan Pakan ... 22

E. Masa Adaptasi ... 22

F. Pelaksanaan Penelitian ... 23

1. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan ... 23

2. Pengamatan Kecerahan Warna dan Pertumbuhan Berat Mutlak ... 23

3. Pergantian Air dan Pengontrolan Kualitas Air... 23

G. Parameter yang diamati ... 24

1. Kecerahan Warna Menggunakan M-TCF ... 24

2. Pengamatan Sel Kromatofor ... 24

3. Pertumbuhan Berat Mutlak ... 25

4. Pengukuran Kualitas Air ... 25

H. Analisis Data ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 26

1. Uji Protein dan Karoten Spirulina sp. ... 26

2. Pengamatan Peningkatan Kecerahan Warna ... 26

3. Sel Kromatofor. ... 28

4. Pertumbuhan Berat Mutlak dan Panjang Ikan Komet... 30

4.1 Pertumbuhan Berat Mutlak. ... 30

4.2 Pertumbuhan Panjang... 31

5. Kualitas Air. ... 33


(8)

xiv V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... ... 42 B. Saran ... ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Proses Pembuatan Pakan Ikan ... 49

2. Perhitungan Formulasi Pakan ... 50

3. M-TCF yang disusun ulang dengan sesuai kebutuhan penelitian ... 56

4. Analisis Sidik Ragam Kecerahan Warna Ikan Komet ... 57

5. Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Berat Mutlak dan Panjang Ikan Komet 5.1. Pertumbuhan Berat Mutlak ... 60

5.2 Pertumbuhan Panjang... 63

6. Dokumentasi selama Penelitian 6.1. Alat dan Bahan yang digunakan selama Penelitian ... 65

6.2. Kegiatan selama Penelitian ... 68

7. Tahapan Pembuatan Preparat Histologi Kromatofor ... 69

8. Hasil Uji Karoten Spirulina sp. ... 72

9. Hasil Uji Proksimat Spirulina sp ... 73

10. Hasil Uji Protein Tepung Ikan Rucah, Tepung Jagung, Tepung Kedelai. 74 11. Hasil Uji Proksimat Pakan Masing-masing Perlakuan ... 75


(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(11)

(12)

(13)

“MOTO HIDUP”

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Muhammad ali)

ى ف

„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟

(HR.Turmudzi)

“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu

(menggilasmu)”


(14)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Almamaterku tercinta

Universitas Lampung

Kedua orangtuaku dan kedua kakakku yang selalu memberikan semangat serta kebahagiaan dan kasih sayang

Sahabat-sahabatku dan semua orang yang selalu mendoakan dan memberiku semangat untuk keberhasilanku


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 05 Agustus 1991, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Martin Munandar dan Ibu Septina.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu Taman Kanak-Kanak di TK Islam Al- Istiqomah Tangerang diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Dasar di SDN 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kampus diantaranya sebagai anggota Dep. Seni dan Olah Raga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian 2009-2010, anggota bidang Minat Bakat HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung) 2010-2011, Ketua Umum HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung) periode 2011-2012, Sekretaris Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian 2012-2013.


(16)

Penulis juga pernah mengikuti Seminar Kewirausahaan yang diadakan oleh Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia, Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) oleh BEM Fakultas Pertanian.

Pada bulan Juli-Agustus tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa Barat selama 40 hari

dengan judul “Teknik Pembenihan Huna Capit Merah (Cherax quadricarinatus) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa Barat“. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Tanjung Menang Kecamatan Mesuji Timur Kabupaten Mesuji pada bulan Februari-Maret tahun 2013.

Tahun 2014, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina sp. pada Pakan terhadap Kecerahan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)“.


(17)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya penulis haturkan atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina sp. pada Pakan terhadap

Kecerahan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian. (2) Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan dan

selaku pembimbing kedua yang telah membimbing, mendukung dan memberikan saran dalam proses penyusunan skripsi.

(3) Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si selaku pembimbing utama yang tak pernah lelah dalam membimbing, memotivasi serta memberikan nasehat dalam proses penyusunan skripsi.

(4) Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc. selaku penguji utama yang telah memberikan masukan, kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.

(5) Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan nasehat selama kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi.


(18)

(6) Kepada Bapak Ibu Dosen Budidaya Perairan yang telah memberikan motivasi dan saran dalam penyelesaian skripsi.

(7) Ibu Ismini, Mas Ngadiman Bambang R. dan Mba Trinanda Mega Kusuma yang telah memberikan motivasi serta membantu dalam memfasilitasi pada saat kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi.

(8) Mas Febri Nugroho dan ibu Dra. Rini Purnomowati selaku pembimbing di BBPBL (Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut) yang telah memberikan dukungan serta membantu dalam menyelesaikan penelitian.

(9) Kedua orangtuaku tersayang Martin Munandar dan Septina yang tidak henti-hentinya untuk memberikan kasih sayang, motivasi dan doa kepadaku dalam menyelesaikan skripsi.

(10) Kepada abangku Noga Novrian, S.Pi., Mbaku Martina Novita, A.md beserta suaminya Kiyai Sofyan Niaga, S.P., Keponakanku yang lucu Zainina Fyanita Ramadhani, Adinda sepupuku Yordan Herin, yang tiada hentinya untuk memberikan motivasi dan doa untuk menyelesaikan skripsi, serta seluruh keluarga besarku tersayang yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil.

(11) Riska Emilia Sartika Dauhan, S.Pi., beserta keluarga yang telah memberikan semangat dan do’a untuk meraih hasil yang terbaik.

(12) Rekan-rekan seperjuangan penelitian Nuron Nafsihi dan Karina Noviyanti, S.Pi., terima kasih atas kekompakan dan kebersamaan selama penelitian dan menyusun skripsi semoga silahturahmi selalu terjaga.


(19)

(13) Teman-teman seperjuangan Beni.F.M, Bintang Ubamnata, Agus Arianto, Dedi Hermanto, Octa Purnama, Mufit Budi Aji, S.Pi., Mu’arif, S.Pi., Panca Putra Kurniawan, Rahmad Hidayat, S.Pi, Ridho Ilhami S.Pi, Supra Jaya Perdana, Sandi Putra, Agus Tri Maulana, S.Pi., Dian Puja Kusuma, dan angkatan 2009 lainnya yang selalu ceria dan kompak, kebersamaan selama kuliah maupun di luar kuliah. Kebersaman dengan keluh kesah yang selalu dirindukan jangan dilupakan.

(14) Teman-teman Alumni SD 2 Merapi, Alumni SMP Al-Azhar 3, Alumni SMA Al-azhar 3, teman-teman PU (Praktik Umum) dan KKN (Kuliah Kerja Nyata), teman-teman Klub Basket Blue Army, serta semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih telah memberikan motivasi selama ini dalam penyelesaian skripsi.

(15) Abang-abang dan mba-mba alumni dari angkatan 2004-2008 serta adik-adik angkatan 2010-2013 yang telah memberikan motivasi dan do’a selama ini dalam penyelesaian skripsi.

(16) Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang perikanan.

Bandar Lampung, September 2014


(20)

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia yang beriklim tropis memiliki potensi ikan hias mencapai 300 juta ekor/tahun dan terdiri atas 240 jenis ikan hias laut dan 226 jenis ikan hias air tawar (Lingga dan Susanto, 2003). Salah satu ikan hias air tawar yang telah berhasil dibudidayakan adalah ikan Komet (Carassius auratus).

Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu komoditas ikan hias air tawar yang memiliki corak warna yang cerah dan memiliki bentuk yang menarik, karena memiliki bentuk tubuh mirip dengan ikan koki dan ikan koi. Ikan komet mempunyai perbedaan dengan ikan mas koki yaitu ukuran tubuh ikan komet yang lebih kecil dari ikan mas koki dan terdapat tonjolan daging (sungut) kecil di atas lubang hidungnya serta memiliki bentuk ekor seperti ikan mas koki dengan kombinasi warna kuning, jingga, emas, dan putih (Kottelat dkk, 1993).

Ikan komet termasuk ikan hias yang banyak digemari, sehingga sering diadakan kontes ikan hias bagi pemilik ikan komet, ikan komet merupakan ikan yang mudah dipelihara di kolam maupun di akuarium. Ikan komet selalu tersedia di setiap penjual ikan hias, sehingga harga jual cenderung stabil.

Nilai jual ikan komet dipengaruhi oleh kecerahan warna tubuhnya, semakin cerah maka nilai jual ikan komet semakin mahal. Warna cerah pada ikan terjadi karena adanya sel pigmen (kromatofor) yang terletak pada lapisan


(22)

2

epidermis. Tingkat kecerahan warna pada ikan bergantung pada jumlah dan letak pergerakkan kromatofor (Sally, 1997 & Walin, 2002). Menurut Irianto (2005), kromatofor pada lapisan epidermis memiliki kemampuan berubah untuk menyesuaikan dengan lingkungan dan aktifitas seksual. Salah satu penyebab perubahan warna ikan karena adanya faktor lingkungan seperti cahaya matahari, kualitas air, dan kandungan pigmen dalam pakan (Bachtiar, 2002).

Komponen utama pembentuk pigmen warna adalah karotenoid yang merupakan komponen pigmen alami warna merah dan oranye (Sulawesty, 1997). Karotenoid yang dominan pada ikan adalah astaksantin. Secara umum ikan akan menyerap astaksantin dari pakan dan menggunakannya langsung sebagai sel pigmen warna merah (Lesmana, 2002). Karotenoid merupakan pigmen organik yang terdapat secara alami pada kromoplas tanaman, organisme fotosintesis seperti alga (Spirulina sp., Dunaliella sp.) serta beberapa jenis jamur dan bakteri.

Salah satu sumber nutrisi yang mengandung karotenoid jenis astaksantin adalah Spirulina sp. Mikroalga Spirulina sp. dapat digunakan sebagai bahan alami untuk meningkatkan kualitas kecerahan ikan komet terutama terhadap fenotipe warnanya. Menurut Erhenberg (1980) dalam Sasson (1991), pada ikan hias air tawar yang diberi pakan Spirulina sp. dapat membuat warna ikan hias tersebut menjadi lebih cerah. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan Spirulina sp. ke dalam pakan terhadap kecerahan warna ikan komet.


(23)

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung Spirulina sp. pada pakan terhadap kecerahan warna dan pertumbuhan ikan komet (Carassius auratus).

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembudidaya ikan hias serta masyarakat luas tentang pengaruh penambahan bahan alami berupa tepung Spirulina sp. dalam pakan terhadap kecerahan kecerahan warna ikan komet.

D. Kerangka Pikir

Upaya untuk meningkatkan kecerahan warna ikan komet perlu dilakukan, karena kecerahan warna ikan komet yang menjadi daya tarik bagi para konsumen. Untuk meningkatkan kecerahan warna tersebut telah dicoba dengan pemberian suplemen tambahan dalam pakan seperti astaksantin sintetik dan lycantin. Bahan suplemen tambahan yang relatif mahal menjadi kendala bagi pembudidaya ikan komet, sehingga perlu dilakukan suatu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menghasilkan suplemen pencerah warna yang lebih murah dan berkualitas.

Alternatif pengganti suplemen tambahan tersebut adalah pemanfaatan mikroalga seperti Spirulina sp. yang merupakan bahan alami yang memiliki kandungan astaksantin tinggi. Penelitian Landau (1992) menyimpulkan bahwa Spirulina sp. kering mempunyai kandungan sel pigmen fikosianin mencapai 20% dari bobot keringnya. Menurut Erhenberg (1980) dalam Sasson (1991), pada ikan hias air tawar yang diberikan pakan Spirulina sp. dapat membuat warna ikan hias menjadi lebih cerah.


(24)

4

Komposisi pigmen yang terkandung dalam Spirulina sp. adalah fikosianin, klorofil, dan karoten (Vonshak, 2002). Salah satu cara untuk meningkatkan kecerahan warna ikan komet adalah dengan menambahkan tepung Spirulina sp. sehingga nilai jual ikan komet meningkat.

Usaha budidaya ikan yang semakin intensif menuntut tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan (Mujiman, 2001). Pakan alami memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak bebas hama penyakit yang dibawanya, tersedianya dalam jumlah terbatas dan kesinambungannya kurang terjamin (Nasution, 2000). Guna mengatasi masalah tersebut, perlu tersedianya pakan buatan. Pakan buatan adalah pakan yang diramu dari beberapa macam bahan, yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus sebagaimana yang dikehendaki (Mujiman, 2001).

Dengan meramu berbagai macam bahan pakan, maka nilai gizi pada pakan dapat diatur sesuai dengan keperluan ikan. Demikian pula halnya dengan selera makan ikan dan daya cernanya. Selain itu penggunaan pakan buatan sangat praktis dan dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama (Mujiman, 2001). Secara umum kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


(25)

5

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. H0 : σi = 0 Penambahan Spirulina sp. dalam pakan buatan tidak berpengaruh

terhadap kecerahan warna dan pertumbuhan ikan komet.

2. H1 : σi ≠ 0 Penambahan Spirulina sp. dalam pakan buatan berpengaruh

terhadap kecerahan warna dan pertumbuhan ikan komet. Penambahan sumber

karotenoid dalam pakan Budidaya Ikan Hias Air Tawar

Ikan Komet dan Ikan Hias Lainnya

Penambahan sumber karotenoid alami tepung

Spirulina sp.

Jumlah sel kromatofor meningkat

Meningkatkan kecerahan warna


(26)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Ikan Komet

1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Komet

Menurut Goenarso (2005), identifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Carassius Spesies : Carassiusauratus


(27)

7

Ikan komet memiliki keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang unik, oleh karena itu ikan komet digemari oleh masyarakat. Morfologi ikan komet relatif menyerupai dengan morfologi ikan mas. Karakteristik yang membedakan dari ikan komet dan ikan mas adalah bentuk siripnya. Ikan komet mempunyai bentuk sirip yang lebih panjang dari ikan mas, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Perbedaan ikan komet jantan dan betina. Ikan komet jantan memiliki sirip dada panjang dan tebal, kepala tidak melebar, tubuh lebih tipis (ramping), sedangkan ikan komet betina memiliki sirip dada relatif pendek dan luar tipis, kepala relatif kecil dan bentuknya agak meruncing, tubuh lebih tebal (gemuk) (Lingga dan Heru. 1995).

Bentuk tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak (compressed) mulutnya terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham secara umum. Sebagian besar tubuh ikan komet ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik. Sisik ikan komet termasuk sisik sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip punggung berseberangan dengan sirip perut. Gurat sisi pada ikan komet tergolong lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Partical Fish Keeping, 2013).

Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga


(28)

8

berumur 7 hingga 12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping, 2013).

1. Habitat Ikan Komet

Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam aquarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 20 % air aquarium atau kolam setiap minggunya. Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan terhadap penyakit, hal tersebut disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oleh sisa pakan dan feses dari ikan komet yang banyak (kotoran).

Ikan komet adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Untuk bagian substrat dasar aquarium atau kolam dapat diberi pasir atau krikil, ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk ikan yang hidup dengan suhu rendah 15 – 20o C tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang tinggi sekitar 27 – 30oC. Adapun konsentrasi DO di atas 5 ppm dan pH 5,5 - 9,0. Hal tersebut khususnya diperlukan saat ikan komet akan memijah (Partical Fish Keeping, 2013).

2. Pakan dan Kebiasaan Makan

Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ikan. Pakan yang diberikan harus mudah dicerna dan memiliki efisiensi yang tinggi. Menurut Jangkaru (1974), pakan alami adalah pakan yang telah tersedia dalam tempat hidup ikan, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang terdiri atas berbagai


(29)

9

campuran bahan yang sudah diolah dengan sedemikian rupa sehingga bentuk alamiah bahan bakunya tidak tampak.

Ikan komet di alam merupakan ikan omnivora yaitu ikan pemakan segalanya seperti krustasea kecil, tumbuhan, serangga kecil, dan detritus. Dalam budidaya ikan komet pakan yang biasa diberikan adalah pelet untuk ikan hias (Lingga dan Heru. 2003).

B. Spirulina sp.

1. Morfologi Spirulina sp.

Spirulina sp. adalah sianobakteri yang mampu tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan. Spirulina sp.merupakan salah satu jenis dari mikroalga yang banyak dimanfaatkan oleh manusia, biasa hidup di danau atau perairan yang memiliki kadar garam. Karena memilki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Spirulina sp. adalah sianobakteria yang berbentuk filamen yang menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang bernilai tinggi antara lain karotenoida (Tripanji & Suharyanto, 2001).

Spirulina sp. memiliki karakteristik yang termasuk ke dalam : Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanopheceae Bangsa : Nostocales Suku : Oscillatoriacaeae Marga : Spirulina

Jenis : Sprulina sp.

Jenis alga berbentuk filamen spiral beraturan yang merupakan rantai yang berwarna hijau kebiruan berbentuk silindris. Filamen merupakan koloni sel dan dapat bergerak sepanjang sumbunya. Filamen ini merupakan rangkaian sel yang


(30)

10

disebut trikoma. Ukuran trikoma berkisar 20-30 µm dan lebar 6-8 µm. Umumnya bentuk sel ini dapat terdiri atas salah satu bentuk seperti discus, isodiametris atau silindris. Spirulina sp. yang berukuran kecil berdiameter 1-3 µm, sedangkan yang berukuran besar 3-12 µm. Dalam keadaan tertentu Spirulina sp. dapat mencapai panjang 20 µm. Sel filamen Spirulina sp. dan bentuk Spirulina sp (Tripanji & Suharyanto, 2001). Filament Spirulina sp. dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Filamen Spirulina sp. Sumber : Henrikson (2009). 2. Habitat Spirulina sp.

Spirulina sp. termasuk organisme yang mudah dalam beradaptasi pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda, dengan demikian dapat dibudidayakan pada media yang berbeda-beda. Unsur hara yang diperlukan untuk menumbuhkan Spirulina sp. dapat berasal dari bahan kimia maupun dari larutan hasil pembusukan kotoran hewan atau limbah pada proses pembuatan biogas dengan bahan baku kotoran hewan. Spirulina sp. tumbuh subur secara alami di perairan payau dan laut. Daerah yang baik sebagai tempat tumbuh dan berkembang biak adalah daerah yang kondisinya banyak terkena sinar matahari, variasi suhu tidak besar dan curah hujan sedang (Tripanji & Suharyanto, 2001).


(31)

11

3. Kandungan Spirulina sp.

Penggunaan Spirulina sp. sebagai pakan ikan hias memiliki nilai tambah karena dapat meningkatkan kecerahan warna ikan serta berfungsi sebagai sumber protein untuk pertumbuhan dan peningkatan kekebalan tubuh ikan dibandingkan dengan pelet. Spirulina sp. dapat menambah kecerahan warna pada ikan komet karena memiliki kandungan karoten yang didalamnya terdapat senyawa astaksantin dengan memberikan pigmen berwarna merah.

Sebagai bahan pangan fungsional, ganggang S. platensis mengandung bahan-bahan aktif secara intraseluler yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain :

1. Berbagai vitamin dan karotenoid antara lain: -karoten (provitamin A) untuk kesehatan mata, asam nikotinat, riboflavin (vit. B2), thiamin (vit. B1), sianokobalamin (vit. B12), tokoferol (vit. E), senyawa karotenoida (termasuk santofil) dan lain-lainnya (Richmond, 1987; Ciferi, 1983).

2. Berbagai asam lemak tak jenuh penting bagi kesehatan, antara lain asam - linolenat (GLA) (Cohen et al., 1987).

3. Enzim superoksida dismutase (SOD) merupakan senyawa radikal bebas dan antikanker.

4. Fikosianin atau fikobiliprotein, suatu protein yang mengandung gugus tetrapirol sehingga berwarna biru kehijauan (cyan). Senyawa ini berperan dalam detoksifikasi merkuri, logam berat lainnya, dan obat-obatan kimiawi. Dalam bidang lainnya, fikosianin dapat digunakan sebagai pewarna pada reaksi imunologi deteksi suatu penyakit, serta sebagai zat warna alami.


(32)

12

5. Kandungan protein yang tinggi (65-70%) dan kemudahan dicerna (digestibility) merupakan sebagian faktor yang menyebabkan ganggang ini berpotensi sebagai sumber protein sel tunggal untuk suplemen pangan/makanan kesehatan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerahan Warna Ikan Hias

Kecerahan warna ikan hias air tawar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal berasal dari dalam tubuh ikan seperti kromatofor dan karotenoid, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungannya.

1. Kromatofor

Pewarnaan ikan pada dasarnya berhubungan dengan pigmen pada kulit. Ada dua macam sel khusus yang memberikan warna terhadap ikan, kromatofor dan iridosit. Kromatofor terletak pada bagian epidermis kulit dan di antara sisik serta mengandung butiran pigmen sebagai sumber warna. Kromatofor dapat bergerak dalam sitoplasma atau menumpuk pada permukaan kulit. Iridosit dapat disebut sebagai sel cermin, karena mengandung materi pemantul yang memantulkan warna dari luar tubuh ikan (Lagler et al. 1977).

Secara umum warna ikan ditimbulkan oleh sel-sel warna (sel pigmen; kromatofor) yang dikendalikan oleh satu, dua atau lebih gen. Menurut Fox dalam Lagler et al. (1977) sel warna pada ikan dikelompokkan menjadi lima golongan, yaitu melanofor (sel pembawa warna hitam), santofor (sel pembawa warna kuning), eritrofor (sel pembawa warna merah dan kuning), iridofor (sel warna untuk refleksi) dan leukofor (sel warna berupa butiran putih).

Menurut Sally (1997) perubahan warna yang terjadi pada ikan dipengaruhi oleh letak pergerakkan butiran pigmen dalam sel. Pergerakan butiran pigmen kromatofor yang tersebar di dalam sel menyebabkan sel tersebut dapat menyerap


(33)

13

sinar dengan sempurna sehingga terjadi peningkatan warna sisik yang menyebabkan warna sisik menjadi lebih terang dan jelas, sedangkan butiran pigmen yang berkumpul di dekat nukleus menyebabkan penurunan warna sisik sehingga warna terlihat lebih gelap dan memudar .

Perubahan warna yang diakibatkan oleh aktivitas pergerakan pigmen di dalam kromatofor disebut perubahan fisiologis, sedangkan perubahan warna yang disebabkan oleh pertambahan dan penurunan jumlah pigmen dalam kromatofor merupakan perubahan warna morfologis. Perubahan sel pigmen ini disebabkan oleh stres karena lingkungan, kurang sinar matahari, penyakit atau kekurangan pakan terutama komponen warna dalam pakan (Sulawesty, 1997).

2. Karotenoid

Ikan hias dikatakan menarik apabila warnanya kontras atau komposisi warnanya menarik. Untuk meningkatkan kecerahan warna pada ikan hias dapat dilakukan dengan memberikan pakan yang mengandung zat warna atau karotenoid (Lesmana, 2002). Menurut Anderson (2000), karotenoid adalah suatu pigmen alami yang dapat ditemukan pada hewan, tanaman dan mikroorganisme.

Karotenoid tidak dapat disintesis oleh sebagian besar hewan termasuk ikan, sehingga harus ditambahkan pada pakan. Secara fisiologi karotenoid berfungsi sebagai senyawa bioaktif dalam pakan budidaya untuk meningkatkan pigmentasi, produksi, respirasi intra sel, daya tahan penyakit dan stress, pertumbuhan dan daya tahan hidup ikan dan udang (Lesmana, 2002). Sumber karotenoid banyak terdapat pada tumbuhan, hewan, alga, dan bakteri. Pada tumbuhan karetonoid banyak ditemukan pada kulit buah tomat, wortel, dan bayam. Salah satu sumber karotenoid yang terdapat dalam mikroalga adalah Spirulina sp., hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Spirulina sp.


(34)

14

sebanyak 1% dari komposisi pakan akan meningkatkan kecerahan warna merah ikan koi selama 5 minggu perlakuan (Fitriyati, 2006).

Karotenoid merupakan senyawa yang disebut terpenoid, yaitu senyawa organik hidrokarbon yang kompleks (Lesmana, 2002). Karotenoid juga merupakan sekelompok pigmen merah, oranye, dan kuning yang dapat ditemukan baik pada buah, umbi maupun daun tanaman, juga dalam daging hewan yang mengkonsumsi tanaman yang mengandung karoten. Menurut Latscha (1990), karotenoid dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu karoten dan xantofil. Karoten adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri atas gugus karbon dan hidrogen, contohnya alfa karoten (α–karoten) dan beta karoten ( –karoten).

Xantofil terdiri atas gugus karbon, hidrogen, dan oksigen, contohnya taraxanthin, lutein dan astaxanthin. Karotenoid yang dominan pada ikan adalah astaxanthin. Menurut Bell et al. (2000), astaxanthin memiliki fungsi biologis yang berhubungan dengan pertumbuhan, reproduksi dan antioksidan pada salmon dan udang. Astaxanthin adalah karotenoid yang paling banyak digunakan dalam penelitian beberapa tahun terakhir ini (Johnson, 1991 & Mara 2010). Menurut Latscha (1990) astaxanthin adalah warna dasar yang akan diserap dan dideposit sebagai pigmen warna merah. Kebanyakan ikan air tawar dapat mengubah astaxanthin menjadi lutein yang menghasilkan warna kuning dan dapat mengubah astaxanthin menjadi zeaxanthin yang berwarna jingga (Torrissen & Ronald, 1998).

Astaksantin merupakan pigmen merah oranye pada alga, mikroorganisme dan crustacea. Penggunaan sumber astaxanthin alami lebih baik karena bahan tersebut penyediaannya berkesinambungan, terjamin sehingga harganya cukup stabil dan kandungan nutrisinya pun bersaing dengan bahan baku lainnya.


(35)

15

Dibandingkan dengan astaxanthin sintetis yang penyediaan tidak berkesinambungan serta tidak terjamin dan harganya cukup mahal (Shahidi & Synowiecki, 1992).

Warna merupakan salah satu parameter dalam penentuan nilai ikan hias. Semakin cerah warna suatu jenis ikan, maka semakin tinggi nilainya. Dengan demikian para pencinta ikan hias akan berusaha untuk mempertahankan keindahan warna tersebut. Perubahan warna yang sering terjadi adalah karena adanya perubahan jumlah pigmen. Salah satu penyebabnya adalah adanya stres lingkungan antara lain cahaya matahari, kualitas air, dan kandungan pigmen dalam pakan. Faktor makanan memiliki pengaruh dalam pembentukan warna ikan hias, oleh sebab itu perlu diberikan pakan yang dapat mendukung penampakan warna tersebut. Umumnya ikan yang berwarna merah atau kuning membutuhkan pakan yang memiliki kandungan karotenoid lebih tinggi untuk mempertahankan keindahan wamanya. Pada ikan individu jantan karotenoid akan diakumulasikan pada epidermis kulit sehingga tampak cerah, sedangkan pada individu betina karotenoid akan disimpan dalam gonad untuk mempertahankan kualitas gonadnya (Storebaken & Hong, 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan warna ikan hias ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya tetap yaitu genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya, dan pakan yang mengandung gizi tinggi dan sumber karoten (Sulawesty, 1997).


(36)

16

1. Kualitas air

Kualitas air yang baik memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas warna dan kesehatan ikan hias. Salah satu kriteria kualitas air yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan. Ikan akan hidup sehat dan berpenampilan prima di lingkungan dengan kualitas air yang sesuai (Satyani, 2005). Parameter kualitas air yang penting meliputi suhu, pH dan DO.

a. Suhu

Menurut Boyd (1990), suhu air sangat berpengaruh bagi kehidupan ikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan pemijahan ikan. Peningkatan suhu dapat mempengaruhi metabolisme ikan sehingga terjadi perubahan warna merah dari karoten (Latscha, 1990). Suhu ideal bagi ikan hias tropik berkisar antara 25oC -32oC (Boyd, 1990). Fluktuasi perubahan suhu direkomendasikan tidak lebih dari 5oC, terutama dalam proses pergantian air atau proses transportasi.

b. Tingkat Keasaman (pH)

Nilai pH merupakan indikasi air bersifat asam, basa, atau netral, pH menentukan proses kimiawi dalam air, karena pH yang terlalu asam atau basa mengakibatkan ikan menjadi pasif dalam bergerak, karena ikan kurang baik dalam keadaan air yang kotor, sehingga ikan berwarna pucat dan gerakannya lambat. Nilai pH yang optimal untuk ikan hias umumnya berkisar antara 6-7 (Satyani, 2005).

c. DO (Dissolved Oksigen)

Konsentrasi oksigen terlarut DO (Dissolved Oksigen) merupakan salah satu parameter penting dalam kualitas air. Nilai DO menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin tinggi nilai DO pada air,


(37)

17

mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang baik untuk pemeliharaan ikan. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar dan kurang layak untuk pemeliharaan ikan. Nilai DO pada kualitas air yang kurang layak untuk pemeliharaan ikan akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan proses pernafasan ikan. Untuk memperoleh produksi optimal, kandungan oksigen harus dipertahankan diatas 5 ppm. Bila kandungan oksigen sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya akan terhambat (Daelami, 2001).

2. Cahaya

Selain kualitas air, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan warna pada ikan adalah cahaya. Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi warna berbeda dengan ikan yang dipelihara di tempat gelap karena adanya perbedaan reaksi melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan cahaya yang ada (Said et al, 2005). Kondisi terang memberikan penampilan warna yang lebih baik dari pada kondisi yang gelap karena pada kondisi terang melanofor menjadi terkonsentrasi di sekitar nukleus, sel nampak berkerut dan membuat kulit ikan tampak lebih cemerlang (Storebaken and Hong, 1992).

3. Pakan

Bentuk dan sifat pakan buatan harus disesuaikan ukuran mulut dan umur ikan serta kebiasaan makan masing-masing jenis ikan. Selain itu, kehalusan bahan baku penting untuk diperhatikan karena bahan baku pakan yang halus akan mudah dicerna di dalam usus ikan (Mujiman, 2001).


(38)

18

Selain kualitas bahan baku yang baik, keseimbangan gizi yang cukup akan sangat mempengaruhi penampilan ikan, mempercepat pertumbuhan dan mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu, pakan yang diberikan harus mengandung gizi tinggi dan seimbang yang di dalamnya mengandung nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan sumber karotenoid. D. Pertumbuhan

Menurut Effendie (2003), pertumbuhan adalah perubahan ukuran, baik berat maupun panjang dalam waktu tertentu yang biasanya dinyatakan dengan pertumbuhan mutlak. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan berat atau panjang rata-rata pada umur tertentu. Pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain: keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan, sedangkan faktor luar antara lain: kualitas dan kuantitas pakan, kualitas air dan ruang gerak (Huet, 1971). New (1983) menyatakan, energi yang berasal dari pakan dibutuhkan pertama untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan pergerakan, kemudian digunakan untuk pertumbuhan. Pakan dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan yang meliputi pertambahan panjang dan bobot serta untuk menunjang kelangsungan hidup (Jangkaru, 1974).

Menurut Susanto (2002), pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Banyak sedikitnya pakan yang diberikan dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, baik bobot maupun panjang. Menurut Kiranarini (1985), ikan yang dipelihara memerlukan pakan dengan gizi yang tinggi seperti, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral sehingga ikan yang dibesarkan dapat tumbuh dengan baik. Ikan membutuhkan protein yang digunakan untuk pertumbuhan, serta ikan memerlukan lemak sebagai


(39)

19

sumber energi dalam memelihara bentuk tubuh. Chumaidi et al, (1990) menyatakan bahwa Artemia mengandung protein sebanyak 50–60%. Emulsi kuning telur mengandung protein sebanyak 12,8%, dan pellet tepung mengandung protein sebanyak 27,5% (Mujiman, 1985).


(40)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2014 di Laboratorium Budidaya Perikanan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) untuk pembuatan preparat histologi.

B. Alat dan Bahan 1. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 sebanyak 15 buah, mesin penggiling pakan, instalasi aerasi, timbangan digital, Modifed Toca Color Finder (M-TCF), mikroskop, tissue prosesor automatic, liquid parafin dispenser, mikrotom, waterbath, floating bath, strimin, termometer, DO meter, pH meter, serokan, baskom, dan alat tulis.

2. Bahan penelitian

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Ikan uji

Ikan uji berupa ikan komet berasal dari pedagang ikan komet di kawasan Tanjung Karang, Bandar Lampung serta berasal dari indukan yang sama dengan ukuran 6-7 cm dengan berat rata-rata 4-5 gram dan umur rata-rata ± 2 bulan sebanyak 108 ekor.


(41)

21

b. Bahan baku pakan ikan

Bahan baku pakan yang digunakan terdiri atas Spirulina sp., yang berasal dari PTPN VII Unit Usaha Bekrie Lampung Tengah, tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, premix dan tepung tapioka.

C. Rancangan Penelitian

Berdasarkan uji kandungan karoten pada Spirulina sp. dengan hasil 5,82 mg/1000 gram, maka pada penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan yaitu:

Perlakuan A : 0% Spirulina sp. dari jumlah pakan. Perlakuan B : 0,3% Spirulina sp. dari jumlah pakan. Perlakuan C : 0,6% Spirulina sp. dari jumlah pakan. Perlakuan D : 0,9% Spirulina sp. dari jumlah pakan. Perlakuan E : 1,2% Spirulina sp. dari jumlah pakan. Pada masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah:

Yij = µ + σ

i +

єij

Keterangan:

Yij : Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j

µ

: Nilai tengah umum

σ

i

: Pengaruh pemberian pakan ke-i

єij : Galat percobaan pada Perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i : Perlakuan pakan A, B, C


(42)

22

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Wadah

Penelitian

Persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan akuarium dengan ukuran 60x40x40cm3, kemudian akuarium dibersihkan, dibilas dengan air bersih dan dikeringkan selama 24 jam. Setelah kering akuarium diisi air hingga ketinggian 30 cm atau dengan volume 48 liter air dan dilengkapi dengan instalasi aerasi.

2. Pembuatan Pakan

Pakan yang digunakan berupa pakan buatan, bahan baku terdiri dari tepung ikan, tepung Spirulina sp., tepung kedelai, tepung jagung, tepung tapioka, minyak ikan, minyak jagung dan premix. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian kandungan protein dan karoten dari tepung Spirulina sp.. Pengujian dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Tekhnologi Pangan IPB, pada bulan Agustus tahun 2013. Hasil pengujian terhadap sampel tepung Spirulina sp. menunjukkan bahwa dalam Spirulina sp. yang digunakan mengandung kadar air 10,83 %, kadar abu 18,62 %, protein 39,63 %, lemak 0,3 %, karbohidrat terdapat serat kasar 17,27 % dan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) 13,35 %, dan memiliki kandungan karoten 5,82 % (Lampiran 1 dan 2).

E. Masa Adaptasi

Ikan komet yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 4 hari dengan tujuan agar ikan menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan dan jenis pakan yang diberikan. Ikan dipilih dan digunakan sebagai ikan uji yang berbentuk normal dan sehat dengan bobot relatif sama. Ikan tersebut ditebar ke dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm3 dengan volume air 48 liter dan padat penebaran 7 ekor pada setiap akuarium.


(43)

23

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Benih ikan komet berukuran 4-5 cm dipelihara selama 60 hari dalam akuarium sebanyak 7 ekor atau dengan padat tebar 1 ekor/6 liter air pada setiap akuarium. Pemberian pakan tiga kali sehari pada pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB. dan 16.00 WIB, dengan feeding rate (FR) 3% dari bobot tubuh ikan pada tiap ulangan dan perlakuan.

2. Pengamatan Kecerahan Warna dan Pertumbuhan Berat Mutlak

Pengamatan yang dilakukan adalah peningkatan kecerahan warna ikan komet menggunakan M-TCF yang diamati oleh 5 orang panelis dari hari pertama sampai akhir penelitian selama 60 hari. Syarat-syarat menjadi penelis adalah tidak mengalami gangguan pada mata seperti buta warna, rabun, dan penyakit mata lainnya. Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna asli ikan dengan warna yang ada di setiap warna M-TCF, setiap warna diberi nilai atau pembobotan. Sedangkan pengukuran pertumbuhan berat mutlak dan panjang ikan komet menggunakan timbangan digital dan penggaris besi. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari pada pukul 07.00 WIB.

3. Pergantian Air dan Pengontrolan Kualitas Air

Pergantian air total dilakukan setiap 10 hari yakni pada pagi hari sebelum pemberian pakan. Pengontrolan kualitas air dilakukan setiap hari dengan menyifon kotoran dan sisa pakan yang ada di dasar akuarium. Pengisian air dilakukan kembali menggunakan air yang berasal dari tandon yang memiliki kualitas yang sama dengan media pemeliharaan.


(44)

24

G. Parameter yang diamati

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap kecerahan warna menggunakan M-TCF, perhitungan jumlah sel kromatofor, pertumbuhan berat mutlak dan kualitas air.

1. Kecerahan Warna Menggunakan M-TCF

Pengamatan terhadap kecerahan warna ikan komet sebelumnya dilakukan pemberian nilai atau pembobotan pada kertas warna M-TCF, pembobotan dimulai dari terkecil 1,2,3 hingga skor terbesar 30 dengan gradasi warna dari orange muda hingga merah pekat. Pengamatan kecerahan warna ikan komet dilakukan setiap 10 hari sekali selama 60 hari dan warna yang diamati adalah warna merah. Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan warna asli ikan pada kertas warna TCF dan diamati oleh 5 orang dengan 1 orang memegang per perlakuan untuk keakuratan data. Adapun tingkat konsistensi dari 5 orang panelis tersebut adalah baik atau konsisten.

Pada pengamatan selama 60 hari, ikan yang digunakan selama penelitian ditandai dengan memotong sebagian sirip ekor yang bertujuan untuk membedakan antar ikan dalam pengamatan kecerahan warna dan pertumbuhan berat serta pertumbuhan panjang, selanjutnya peningkatan warna ke arah yang lebih kontras diberi nilai 1, 2, 3, sampai dengan 30, sehingga akan didapatkan selisih antara nilai warna awal dan nilai warna di akhir penelitian (Lampiran 3).

2. Pengamatan Sel Kromatofor

Pengamatan sel kromatofor pada lapisan epidermis ikan dilakukan pada awal dan akhir penelitian, metode yang digunakan adalah teknik pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (H&E). Sebelum dilakukan pengamatan sel kromatofor,


(45)

25

Wm = Wt - Wo

dilakukan pembuatan preparat jaringan. Pembuatan preparat jaringan dilakukan dengan mengambil sampel kulit ikan di bagian punggung, kemudian sampel dipotong menjadi potongan-potongan kecil, dehidrasi, dan penyusupan. Setelah pembuatan preparat jaringan dilakukan pengamatan jumlah sel kromatofor secara deksriptif. (Luna, 1960; Jirasak et al, 1999).

3. Pertumbuhan Berat Mutlak

Pengukuran pertumbuhan dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung Spirulina sp. pada ikan komet. Pertumbuhan yang diukur meliputi pertambahan berat tubuh ikan setiap 10 hari sekali selama 60 hari.

Keterangan : Wm : pertumbuhan berat mutlak (g) Wt : bobot ikan pada waktu t (g) Wo : berat rata-rata awal penelitian (g) 4. Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air meliputi suhu, derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut.

H. Analisis Data

Data peningkatan kecerahan warna ikan komet (pembobotan M-TCF) dan pertumbuhan berat mutlak ikan komet dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila hasil uji berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan pada taraf α: 0,05 (Gasperz, 1991). Hasil pengamatan sel kromatofor setiap perlakuan dianalisis secara deksriptif.


(46)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan berpengaruh terhadap peningkatan kecerahan warna dan berat mutlak ikan komet (Carassius auratus). A.Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan untuk meningkatkan warna ikan hias jenis lain.


(47)

43

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto Edy dan Liviawaty Evi. 2005. Pakan Ikan. Penerbit Kanisius ( Anggota IKAPI). Jl. Cempaka 9, Deresan Yogyakarta.

Amin, M.I. 2012. Peningkatan Kecerahan Warna Udang Red Cherry (Neocaridina heteropoda) Jantan melalui Pemberian Astaxanthin dan Canthaxanthin dalam Pakan. Jurnal Perikanandan Kelautan Vol. 3, No 4. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 10 hlm.

Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Consumer. Hoffman-La Roche Limited, Cambridge Ontario NIR 5X9. Canada.

Aslianti, T., A. Priyono, dan T. Setia-dharma. 1993. Pengaruh pemberian ransum pakan yang berbeda terhadap kelangsungan hidup larva bandeng, Chanos chanos Forsskal. J. Penelitian Budidaya Pantai, 9(1):59-66.

Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia. Jakarta.

Bell, J. G., J. McEvoy, D. R. Tocher, and J. R. Sargent. 2000. Depletion of α tocopherol and astaxanthin in Atlantic salmon (Salmo salar) affects autoxidative defense and fatty acid metabolism. J. Nutr. 130: 1800-1808. Boyd, CE. 1990. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier

Scientific Publishing Company inc. New York.

Ciferi, O. 1983. Spirulina, the Edible Microorganism. Microbiol. Rev. 47(4):551-578.

Chumaidi, S., I. Yunus, M. Sahlan R. Utari, A. Prijadi, P. Imanto, Hartati, Bastiawan, Z. Jangkaru, dan R. Arifudin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. PHP/KAN/PT/12/1990. Jakarta.

Cohen, Z. A., Vonshak, and A. Richmond. 1987. Fatty Acid Composition of Spirulina Strain Grown Under Various Environmental Conditions. Phytochem.26:2255-2258.

Daelami, D.A.S 2001. Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta. 166 hal.


(48)

44

Dewi P.N., Santoso .L., dan Hudaidah .S. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan terhadap Pigmentasi Warna pada Ikan Koi (Cyprinus carpio Lynn) Jenis Kohaku. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Perairan. Universitas Lampung.

Effendie, M.I. 2003. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm

Fitriyati, 2006. Pengaruh Pemberian Spirulina platensis dengan Kadar yang Berbeda terhadap Tingkat Perubahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio Lynn) Jenis Kohaku. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertania Bogor.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. 427 hlm.

Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gunawan, A. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus tricolor) terhadap Perubahan Kecerahan Warna Benih Ikan Koi Jenis Kohaku (Cyprinus carpio). Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.Jatinangor. 35 hlm.

Henrikson Robert. 2009. Eart Food Spirulina. Printed in the United States of America. Published by Ronore Enterprises, Inc. PO Box 909, Hana, Maui, Hawaii 96718 USA.

Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book itd. London.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jendral Perikanan. Bogor.

Jirasak T, Achariya S, and Nantarika C. 1999. Effect Of Astaxanthin on The Pigmentation of Goldfish Carassius auratus. Faculty of veterinary science. Chulalongkorn University, Bangkok 10330. Thailand.

Johnson, EA. 1991. Astaxanthine From Microbial Source. Crit. Rev. In Biotecnology.

Kiranarini, I.S. 1985. Pengaruh Tingkat Substitusi Penggunaan Tepung Ikan dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpi). Skripsi Fakultas Pertanian UNDIP. Semarang.


(49)

45

Kottleat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S.Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions. Hong Kong. Page 344.

Kurniawati, Iskandar, dan Subhan Ujang. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina platensis pada Pakan terhadap Peningkatan Warna Lobster Air Tawar Huna Merah (Cherax quadricarinatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjadjaran.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.E. Miller & D.R.M. Passiono. 1977. Ichtyology. John Willey and Sons, New York. 506 p.

Landau, M. (1992). Introduction to Aquaculture. JhonWiley & Sons.Inc. Canada:76-79.

Latscha, T. 1990. Carotenoids Their Nature and Significance In Animal Feeds. F. Hoffman-La Roche ltd.Switzerland.

Lesmana. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya : Jakarta. 66 hlm. Liao, W. L. Nur-E-Burhan, S. A., Okada. S., Matsui. T. and Yamaguchi. K.

(1993). Pigmentation of cultured black tiger prawn by feeding with a Spirulina – supplemented diet. Nippon Suisan Gakkaishi, 59: 165.

Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya : Jakarta.

Lingga, P. dan H, Susanto. 1995. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Luna, LG. 1960. Manual of histological staning methods of the armed forces institute of pathology. 3rd edition. McGraw-Hill Book Company. New York, New York, USA.

Mara, K. I. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan Buatan terhadap Peningkatan Warna Ikan Rainbow Merah (Glossolepis incises Weber).Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Mujiman. A. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Mujiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murtidjo, A.B. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.


(50)

46

New, M.B. 1983. Feed and Feeding of Fish and Shrimp. United Nation Development Programme Food and Agriculture Organization. Rome. NRC, 1997 dalam Cholik, F. 1985. Artemia (Kegunaan Biologi dan Kulturnya).

Jaringan Informasi Perikanan Indonesia. INFIS Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.

ParticalFishKeeping,http://www.Particalfishkeeping.co.uk/pfk/pages/em.php..new s==547.accessed 12 September 2013.

ParticalFishkeeping,2011.http://www.particalfishkeeping.co.uk/pfk/pages/em.php. news=547. Diakses 12 September 2013.

Richmond, A. 1987. Spirulina. In: Borowitzka. M.A. and L.J. Borowitzka (ed.). Microalgae Biotechnology, Cambridge University Press, 85-121.

Said, S.D. Supyawati, W.D., dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi Cahaya terhadap Penampilan Warna ikan Pelangi Merah (Glossolepis incises) Jantan. Jakarta. Fakultas Biologi. Universitas Negeri Jakarta.

Sally, E. 1997. Pigmen Granula Transport in Cromatophores. Department of Biologi Buckell University. Lewisbrug.

Sasson, A. 1991. Culture of microalgae in achievement and evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris . France. 104p.

Satyani, D. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Satyani, W. H., A. S. Mubarak, A. T. Mukti san Ninin, C. 2009. Penambahan Wortel Sebagai Sumber Beta Karoten Alami dengan Beberapa Metode Pengolahan pada Pakan terhadap Peningkatan Warna Biru Lobster Red Claw (Cherax quadricarinatus). Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol. 8(1):19-27.

Shahidi, F. and I. Synowicki. 1992. Quality and composional characteristic of Newfaunland shellfish processing discard In "Advance In Chitin and Chitosan". J. Brine, P.A Sadford and IP. Zikakis (Eds.). Elsevier Applied Science. London.

Simpson, K. L., T. Katayama and C. O. Chichester. 1981. Carotenoid in Fish Feed. p:102-103. In: Carotenoid as Colorants and Vitamin A Precursors. Academic Press, Publishers, New York- San Francisco.

Storebakken, T. and Hong, K.N. 1992. Pigmentation of rainbow trout. Aquaculture.


(51)

47

Sulawesty, F. 1997. Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepsis insicus) Jantan dengan Menggunakan Karotenoid Total dari Rebon. LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia. Puslitbang Limnologi LIPI.

Susanto, H. 2002. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta. Torrissen, J. and Ronald, W. 1998.Pigmentation of Salmonoid Carotenoid

Deposition and Metabolism.Aquatic Sciences Volume I. Washington. Tripanji dan Suharyanto, 2001.Optimization Media from Low-COH Nutrient

Sources for Growing Spirulina plantesis and Carotenoid Production”, Menara Perkebunan.

Utomo. N.B.P., O. Carman, dan N. Fitriyati . 2006. Pengaruh Penambahan Spirulina Plantesis dengan Kadar Berbeda pada Pakan terhadap Tingkat Kecerahan Warna Merah pada Ikan Koi Kohaku ( Cyprinus Carpio L. ). Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intitut Pertanian Bogor, Kampus Dermaga, Bogor 16680.

Vonshak, A. 2002. Use of Spirulina Biomass, In: Vonshak, A. (ed.), Spirulina platensis (Arthrospira) Physiology Cell Biology and Biotechnology, Taylor & Francis. London, pp. 159-173.

Wallin, M. 2002. Nature’s Palette How Animals, Including Humans, Produce

Colours. Department of Zoology Goteborg University. Sweden. Wilkens, J.D. 1998. Clownfishes. Microcosm, Shelburne, Vermont. 240 pp.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan berpengaruh terhadap peningkatan kecerahan warna dan berat mutlak ikan komet (Carassius auratus). A.Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan untuk meningkatkan warna ikan hias jenis lain.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto Edy dan Liviawaty Evi. 2005. Pakan Ikan. Penerbit Kanisius ( Anggota IKAPI). Jl. Cempaka 9, Deresan Yogyakarta.

Amin, M.I. 2012. Peningkatan Kecerahan Warna Udang Red Cherry (Neocaridina heteropoda) Jantan melalui Pemberian Astaxanthin dan Canthaxanthin dalam Pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No 4. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 10 hlm.

Anderson, S. 2000. Salmon Colour and Consumer. Hoffman-La Roche Limited, Cambridge Ontario NIR 5X9. Canada.

Aslianti, T., A. Priyono, dan T. Setia-dharma. 1993. Pengaruh pemberian ransum pakan yang berbeda terhadap kelangsungan hidup larva bandeng, Chanos chanos Forsskal. J. Penelitian Budidaya Pantai, 9(1):59-66.

Bachtiar, Y. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. Agromedia. Jakarta.

Bell, J. G., J. McEvoy, D. R. Tocher, and J. R. Sargent. 2000. Depletion of α tocopherol and astaxanthin in Atlantic salmon (Salmo salar) affects autoxidative defense and fatty acid metabolism. J. Nutr. 130: 1800-1808. Boyd, CE. 1990. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier

Scientific Publishing Company inc. New York.

Ciferi, O. 1983. Spirulina, the Edible Microorganism. Microbiol. Rev. 47(4):551-578.

Chumaidi, S., I. Yunus, M. Sahlan R. Utari, A. Prijadi, P. Imanto, Hartati, Bastiawan, Z. Jangkaru, dan R. Arifudin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. PHP/KAN/PT/12/1990. Jakarta.

Cohen, Z. A., Vonshak, and A. Richmond. 1987. Fatty Acid Composition of Spirulina Strain Grown Under Various Environmental Conditions. Phytochem.26:2255-2258.

Daelami, D.A.S 2001. Usaha Pembenihan Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta. 166 hal.


(3)

Dewi P.N., Santoso .L., dan Hudaidah .S. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan terhadap Pigmentasi Warna pada Ikan Koi (Cyprinus carpio Lynn) Jenis Kohaku. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Perairan. Universitas Lampung.

Effendie, M.I. 2003. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm

Fitriyati, 2006. Pengaruh Pemberian Spirulina platensis dengan Kadar yang Berbeda terhadap Tingkat Perubahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio Lynn) Jenis Kohaku. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertania Bogor.

Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. 427 hlm.

Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gunawan, A. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Bayam (Amaranthus tricolor) terhadap Perubahan Kecerahan Warna Benih Ikan Koi Jenis Kohaku (Cyprinus carpio). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 35 hlm.

Henrikson Robert. 2009. Eart Food Spirulina. Printed in the United States of America. Published by Ronore Enterprises, Inc. PO Box 909, Hana, Maui, Hawaii 96718 USA.

Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book itd. London.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jendral Perikanan. Bogor.

Jirasak T, Achariya S, and Nantarika C. 1999. Effect Of Astaxanthin on The Pigmentation of Goldfish Carassius auratus. Faculty of veterinary science. Chulalongkorn University, Bangkok 10330. Thailand.

Johnson, EA. 1991. Astaxanthine From Microbial Source. Crit. Rev. In Biotecnology.

Kiranarini, I.S. 1985. Pengaruh Tingkat Substitusi Penggunaan Tepung Ikan dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpi). Skripsi Fakultas Pertanian UNDIP. Semarang.


(4)

Kottleat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S.Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions. Hong Kong. Page 344.

Kurniawati, Iskandar, dan Subhan Ujang. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina platensis pada Pakan terhadap Peningkatan Warna Lobster Air Tawar Huna Merah (Cherax quadricarinatus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjadjaran.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.E. Miller & D.R.M. Passiono. 1977. Ichtyology. John Willey and Sons, New York. 506 p.

Landau, M. (1992). Introduction to Aquaculture. JhonWiley & Sons.Inc. Canada:76-79.

Latscha, T. 1990. Carotenoids Their Nature and Significance In Animal Feeds. F. Hoffman-La Roche ltd.Switzerland.

Lesmana. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya : Jakarta. 66 hlm. Liao, W. L. Nur-E-Burhan, S. A., Okada. S., Matsui. T. and Yamaguchi. K.

(1993). Pigmentation of cultured black tiger prawn by feeding with a Spirulina – supplemented diet. Nippon Suisan Gakkaishi, 59: 165.

Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya : Jakarta.

Lingga, P. dan H, Susanto. 1995. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Luna, LG. 1960. Manual of histological staning methods of the armed forces institute of pathology. 3rd edition. McGraw-Hill Book Company. New York, New York, USA.

Mara, K. I. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan Buatan terhadap Peningkatan Warna Ikan Rainbow Merah (Glossolepis incises Weber).Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Mujiman. A. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Mujiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murtidjo, A.B. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.


(5)

New, M.B. 1983. Feed and Feeding of Fish and Shrimp. United Nation Development Programme Food and Agriculture Organization. Rome. NRC, 1997 dalam Cholik, F. 1985. Artemia (Kegunaan Biologi dan Kulturnya).

Jaringan Informasi Perikanan Indonesia. INFIS Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.

ParticalFishKeeping,http://www.Particalfishkeeping.co.uk/pfk/pages/em.php..new s==547.accessed 12 September 2013.

ParticalFishkeeping,2011.http://www.particalfishkeeping.co.uk/pfk/pages/em.php. news=547. Diakses 12 September 2013.

Richmond, A. 1987. Spirulina. In: Borowitzka. M.A. and L.J. Borowitzka (ed.). Microalgae Biotechnology, Cambridge University Press, 85-121.

Said, S.D. Supyawati, W.D., dan Noortiningsih. 2005. Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi Cahaya terhadap Penampilan Warna ikan Pelangi Merah (Glossolepis incises) Jantan. Jakarta. Fakultas Biologi. Universitas Negeri Jakarta.

Sally, E. 1997. Pigmen Granula Transport in Cromatophores. Department of Biologi Buckell University. Lewisbrug.

Sasson, A. 1991. Culture of microalgae in achievement and evaluation. United Nation Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) Place de Pontenry, Paris . France. 104p.

Satyani, D. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Satyani, W. H., A. S. Mubarak, A. T. Mukti san Ninin, C. 2009. Penambahan Wortel Sebagai Sumber Beta Karoten Alami dengan Beberapa Metode Pengolahan pada Pakan terhadap Peningkatan Warna Biru Lobster Red Claw (Cherax quadricarinatus). Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol. 8(1):19-27.

Shahidi, F. and I. Synowicki. 1992. Quality and composional characteristic of Newfaunland shellfish processing discard In "Advance In Chitin and Chitosan". J. Brine, P.A Sadford and IP. Zikakis (Eds.). Elsevier Applied Science. London.

Simpson, K. L., T. Katayama and C. O. Chichester. 1981. Carotenoid in Fish Feed. p:102-103. In: Carotenoid as Colorants and Vitamin A Precursors. Academic Press, Publishers, New York- San Francisco.

Storebakken, T. and Hong, K.N. 1992. Pigmentation of rainbow trout. Aquaculture.


(6)

Sulawesty, F. 1997. Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepsis insicus) Jantan dengan Menggunakan Karotenoid Total dari Rebon. LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia. Puslitbang Limnologi LIPI.

Susanto, H. 2002. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta. Torrissen, J. and Ronald, W. 1998.Pigmentation of Salmonoid Carotenoid

Deposition and Metabolism.Aquatic Sciences Volume I. Washington. Tripanji dan Suharyanto, 2001.Optimization Media from Low-COH Nutrient

Sources for Growing Spirulina plantesis and Carotenoid Production”, Menara Perkebunan.

Utomo. N.B.P., O. Carman, dan N. Fitriyati . 2006. Pengaruh Penambahan Spirulina Plantesis dengan Kadar Berbeda pada Pakan terhadap Tingkat Kecerahan Warna Merah pada Ikan Koi Kohaku ( Cyprinus Carpio L. ). Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intitut Pertanian Bogor, Kampus Dermaga, Bogor 16680.

Vonshak, A. 2002. Use of Spirulina Biomass, In: Vonshak, A. (ed.), Spirulina platensis (Arthrospira) Physiology Cell Biology and Biotechnology, Taylor & Francis. London, pp. 159-173.

Wallin, M. 2002. Nature’s Palette How Animals, Including Humans, Produce Colours. Department of Zoology Goteborg University. Sweden.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

8 152 61

Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)

4 118 62

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG SPIRULINA PADA PAKAN BUATAN TERHADAP INTENSITAS WARNA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus)

11 39 39

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG Spirulina sp. DALAM PAKAN TERHADAP PENINGKATAN KECERAHAN WARNA IKAN SUMATRA (Puntius tetrazona)

9 67 52

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI Daphnia sp YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG SPIRULINA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KOMET (Carassius auratus)

2 26 34

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI Daphnia sp YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG SPIRULINA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KOMET (Carassius auratus)

0 0 10

Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

0 0 11

KATA PENGANTAR - Pengaruh Konsentrasi Tepung Spirulina platensis pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

0 0 12

Efektivitas penambahan tepung buah karamunting (rhodomyrtus tomentosa) kedalam pakan komersil terhadap performa kecerahan warna ikan komet (carassius auratus). - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 14

Efektivitas penambahan tepung buah karamunting (rhodomyrtus tomentosa) kedalam pakan komersil terhadap performa kecerahan warna ikan komet (carassius auratus). - Repository Universitas Bangka Belitung

0 3 6