Pengaruh Konsep Diri, Motivasi Berprestasi, dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji

(1)

(2)

iii

ABSTRAK

PENGARUH KONSEP DIRI, MOTIVASI BERPRESTASI

DAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

TERHADAP KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU

SMP DI KECAMATAN TANJUNG RAYA MESUJI

Oleh RAHMANIA

Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh: 1) konsep diri terhadap kompetensi paedagogik guru, 2) motivasi berprestasi terhadap kompetensi paedagogik guru, 3) supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru, serta 4) konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah secara simultan terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan metode ex post facto. Sampel menggunakan rumus Slovin sebanyak 110 dari 152 guru yang mengajar di SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji. Data diperoleh melalui angket dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasional dan regresi baik secara sederhana maupun ganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan korelasi Product Moment dan korelasi ganda, yang sebelumnya telah dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Hasil penelitian sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh yang positif antara konsep diri terhadap kompetensi paedagogik guru, mengandung arti bahwa semakin baik konsep diri guru maka semakin baik pula kompetensi paedagogiknya, 2) Terdapat pengaruh yang positif antara motivasi berprestasi terhadap kompetensi paedagogik guru, mengandung arti bahwa semakin baik motivasi berprestasi guru maka semakin baik pula kompetensi paedagogiknya, 3) Terdapat pengaruh yang positif antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru, mengandung arti bahwa semakin baik supervisi akademik kepala sekolah maka semakin baik pula kompetensi paedagogik guru, 4) terdapat pengaruh yang positif antara konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru, mengandung arti bahwa semakin baik konsep diri dan motivasi berprestasi guru serta persepsi guru mengenai supervisi akademik kepala sekolah maka semakin baik pula kompetensi paedagogiknya.

Kata kunci: konsep diri, motivasi berprestasi, supervisi akademik kepala sekolah dan kompetensi paedagogik guru


(3)

ii

ABSTRACT

THE INFLUENCE BETWEEN SELF CONCEPT, ACHIEVEMENT MOTIVATION AND ACADEMIC SUPERVISION OF PRINCIPAL TOWARD PAEDAGOGIC COMPETENCE OF TEACHERS ON

JUNIOR HIGH SCHOOLS IN TANJUNG RAYA DISTRICT IN MESUJI

By RAHMANIA

The purpose of this research is to describe and analyze the influence between: 1) self concept toward paedagogic competence of teachers, 2) achievement motivation toward paedagogic competence of teachers, 3) academic supervision of principal toward paedagogic competence of teachers, also 4) self concept, achievement motivation and academic supervision of principal simultaneously toward paedagogic competence of teachers on junior high schools in Tanjung Raya district in Mesuji. The kind of this research is quantitative by using method of ex post facto. The samples use Slovin formula as much 110 from 152 teachers who teach on junior high schools in Tanjung Raya district in Mesuji. Data are obtained from questionnaire and documentation, then analyzed by used correlational technique and regression both simple and double. Hypothesis test is done by Product Moment correlation and double correlation, which have been done before with normality and homogeneity test.

The results of this research are: 1) there is positive influence between self concept toward paedagogic competence of teachers, it means that getting better self concept of teachers, the paedagogic competence of teachers will be better too, 2) there is positive influence between achievement motivation toward paedagogic competence of teachers, it means that getting better achievement motivation of teachers, the paedagogic competence of teachers will be better too 3) there is positive influence between academic supervision of principal toward paedagogic competence of teachers, it means that getting better academic supervision of principal, the paedagogic competence of teachers will be better too, also 4) there is positive influence between self concept, achievement motivation and academic supervision of principal toward paedagogic competence of teachers, it means that getting better self concept, achievement motivation of teachers and teachers perception about academic supervision of principal, the paedagogic competence of teachers will be better too.

Key words: self concept, achievement motivation, academic supervision of principal and paedagogic competence of teachers


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama Rahmania lahir di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 6 Juni 1985, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Suharbi Akip, BE. SE. dan Ati Sulastri. Pendidikan formal ditempuh dari SDN 6 Candimas Abung Selatan lulus pada tahun 1994, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 7 Lampung Utara dan lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Kotabumi dan lulus pada tahun 2003. Di tahun yang sama melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Dr.Soetomo Surabaya jurusan Sastra Inggris dan lulus pada tahun 2008, pada tahun 2012 melanjutkan Pendidikan pada Program Pascasarjana S2 FKIP Universitas Lampung jurusan Manejemen Pendidikan.

Pengalaman bekerja pada tahun 2009-2010 pernah menjadi guru di SMKN 1 Kotabumi dan di tahun yang sama pernah menjadi dosen STMIK Surya Intan Kotabumi, pada tahun 2011 sampai saat ini menjadi guru di SMPN 4 tanjung raya Mesuji.


(8)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah penulis telah diberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul: ”Pengaruh Konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji”. Penulisan tesis ini adalah suatu proses dalam rangka untuk mendapatkan gelar Magister Manajemen Pendidikan di program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Seluruh pihak yang telah mendukung, membantu pada proses pembuatan tesis ini baik yang langsung maupun yang tidak langsung penulis mengucapkan terima kasih. Pada kesempatan ini penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryanto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas bimbingan dan saran yang diberikan.

3. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.

4. Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembimbing 1


(9)

5. Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Pendidikan dan sebagai dosen yang memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam transfer ilmu manajemennya.

6. Dr. Sumadi, M.S., selaku pembahas tesis penulis, atas bimbingan, motivasi dan semangat yang diberikan sehingga selesainya tesis ini.

7. Dr. Supomo Kandar,M.S., selaku pembimbing 2, atas masukan, arahan, bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Seluruh dosen Program studi Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Unversitas Lampung yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis selama di perkuliahan.

9. Seluruh staf administrasi Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

10.Keluarga besar SMPN 4 Tanjung Raya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. 11.SMPN 1 Tanjung Raya, SMPN 2 Tanjung Raya, SMPN 3 Tanjung Raya,

SMP Al- Falaq, SMP Setia Bhakti, MTS Rahdatul Ulum, MTS Nurul Whaton, SMP Al-Azhar.

12.Kedua orang tua dan mertuaku tercinta, adik-adikku Randi Fikar, A.Md.AK. dan Rachmanto, ST. yang memberikan bantuan dorongan dan motivasi serta jasanya sehingga terselesaikan tesis ini.


(10)

penulis agar dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

14.Semua teman-temanku seperjuangan di MP4 terutama mbak asih, yuk yuliza, bu aris yang selalu memberikan bantuan dan semangat kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Semoga atas bantuan, motivasi dan dorongan yang diberikan mendapatkan balasan dari allah SWT. Semoga tesis ini dapat berguna dan memberikan kontribusi di dunia pendidikan yang selalu berubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Mesuji, Maret 2014 Penulis,


(11)

ii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

II. KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1Kompetensi Paedagogik ... 15

2.1.1 Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan ... 20

2.1.2 Pemahaman Terhadap Peserta Didik ... 20

2.1.3 Pengembangan Kurikulum/ Silabus ... 22

2.2Konsep Diri ………....………. 23

2.2.1 Pengertian Konsep Diri ……….. 23

2.2.2 Jenis-jenis Konsep Diri …...………... 26

2.2.3 Ciri-ciri Konsep Diri ...………... 27


(12)

iii

2.3.1 Teori Motivasi ... 31

2.3.2 Faktor Pengaruh Motivasi Berprestasi ... 36

2.4 Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 38

2.4.1 Pengertian Supervisi ... 38

2.4.2 Karakteristik Supervisi ... 40

2.4.3 Faktor Pengaruh Berhasil Tidaknya Supervisi ... 40

2.4.4 Tujuan dan Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pengajaran ………. 41

2.4.5 Teknik-teknik Supervisi ………. 42

2.4.6 Supervisi Akademik ... 45

2.5 Penelitian yang Relevan ... 50

2.6 Kerangka Pikir ... 54

2.7 Hipotesis Penelitian ... 58

III. METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Desain Penelitian ... 59

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 60

3.3 Variabel Penelitian... 64

3.3.1 Variabel Terikat ... 64

3.3.2 Variabel Bebas ... 64

3.3.3 Definisi Konseptual Variabel …………...……… 64

3.3.4 Definisi Operasional Variabel ... 65

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 72

3.4.1 Studi Dokumentasi ……… 72

3.4.2 Teknik Angket ……… 72

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74

3.5.1 Uji Validitas ………... 74

3.5.2 Uji Reliabilitas ………... 78

3.7 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 83


(13)

iv

3.7.4 Pengujian Hipotesis ... 85

3.7.5 Uji Signifikansi Regresi... 88

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 89

4.1.1 Variabel Kompetensi Paedagogik Guru ... 91

4.1.2 Variabel Konsep Diri ... 92

4.1.3 Variabel Motivasi Berprestasi ... 94

4.1.4 Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 95

4.2 Uji Prasyarat Analisis Regresi ... 96

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 97

4.2.2 Uji Homogenitas ... 100

4.2.3 Uji Linieritas ... 101

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 106

4.3.1 Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 106

4.3.2 Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 109

4.3.3 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 111

4.3.4 Pengaruh Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 114

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

4.4.1 Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 117

4.4.2 Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 119

4.4.3 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 121


(14)

v

Paedagogik Guru ... 123

4.5 Keterbatasan Penelitian ... 117

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Implikasi ... 122

5.3 Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA... 134 LAMPIRAN


(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data laporan hasil kegiatan kepengawasan sekolah tahun pelajaran

2012/2013 pada tingkat SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji ... 8

3.1 Populasi dan sampel penelitian ... 60

3.2 Skala Likert kompetensi paedagogik ... 65

3.3 Kisi-kisi instrumen kompetensi paedagogik guru ... 66

3.4 Skala Likert konsep diri ... 67

3.5 Kisi-kisi instrumen konsep diri ... 67

3.6 Skala Likert motivasi berprestasi ... 68

3.7 Kisi-kisi instrumen motivasi berprestasi ... 69

3.8 Skala Likert supervisi akademik kepala sekolah ... 70

3.9 Kisi-kisi instrumen supervisi akademik kepala sekolah ... 70

3.10 Daftar interpretasi nilai r (validitas instrumen) …………...………….. 74

3.11 Hasil perhitungan validitas kompetensi paedagogik guru ... 75

3.12 Hasil perhitungan validitas konsep diri ... 76

3.13 Hasil perhitungan validitas motivasi berprestasi ... 77

3.14 Hasil perhitungan validitas supervisi akademik kepala sekolah ... 78

3.15 Daftar interpretasi nilai r (reliabilitas instrumen) ………...…... 80

3.16 Statistika reliabilitas kompetensi paedagogik guru ... 81


(16)

vii

3.19 Statistika reliabilitas supervisi akademik kepala sekolah ... 82

4.1Data statistik dasar variabel penelitian ... 91

4.2 Distribusi skor variabel kompetensi paedagogik guru ... 91

4.3 Distribusi skor variabel konsep diri ... 93

4.4 Distribusi skor variabel motivasi berprestasi ... 94

4.5 Distribusi skor variabel supervisi akademik kepala sekolah ... 95

4.6 Hasil uji normalitas variabel penelitian ...…………...………….. 97

4.7Rangkuman hasil pengujian normalitas Kolmogorov Smirnov ... 98

4.8 Analisis test of homogeneity of variances ... 100

4.9 Ikhtisar uji homogenitas ... 101

4.10Uji linieritas antara konsep diri terhadap kompetensi paedagogik guru ... 102

4.11 Uji linieritas antara motivasi berprestasi terhadap kompetensi paedagogik guru ... 103

4.12 Uji linieritas antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru ... 104

4.13 Hasil uji analisis regresi pengaruh konsep diri terhadap kompetensi paedagogik guru ... 105

4.14 Hasil uji analisis regresi pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi paedagogik guru ... 106

4.15 Hasil uji analisis regresi pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru ... 108

4.16 Hasil uji analisis regresi ganda pengaruh konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru ... 110


(17)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Uji Coba Angket ... 135

2. Data Validitas dan Reliabilitas ... 141

3. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 167

4. Data Angket Penelitian ... 175

5. Frequencies Table ... 195

6. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 203

7. Hasil Uji Linieritas ... 205

8. Hasil Analisis Regresi Konsep Diri Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 213

9. Hasil Analisis Regresi Motivasi Berprestasi Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 214

10. Hasil Analisis Regresi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru ... 215

11. Hasil Analisis Regresi Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru .. 216


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan bangsanya, karena dengan pendidikan yang berkualitas diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas pula, dan pada akhirnya dapat mendukung perkembangan pembangunan nasional. Pendidik yang berkualitas dapat tercipta melalui proses pembelajaran yang berkualitas pula.

Mutu proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peran dan tugas guru di sekolah, karena guru secara langsung berhadapan dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan. Menurut Sardiman (2005:125) yang menyatakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.


(19)

Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dan dapat menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha tersebut antara lain merupakan tugas dan tanggung jawab guru di sekolah.

Tugas guru sebagai pendidik menyandang persyaratan tertentu sebagai mana tertuang di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Beberapa upaya yang dilakukan, yaitu berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi paedagogik guru. Perubahan dan


(20)

pembaharuan pendidikan sangat bergantung pada “what the teachers do and think” atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi paedagogik guru. Menurut Murphi dalam Mulyasa (2009:8) menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitas dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran.

Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan No 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa standar kompetensi pedagogik guru terdiri dari:

(a)menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (f) memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun terhadap siswa, (h) menyelenggarakan penilaian juga evaluasi proses dan hasil belajar, (i) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Ada beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap meningkatnya kompetensi paedagogik guru, yaitu konsep diri, motivasi berprestasi, supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan budaya sekolah. Konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental. Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya


(21)

yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

Motivasi berprestasi harus ada dalam jiwa guru. Motivasi berprestasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi berprestasi dalam psikologi sebagai pendorong semangat kerja. Bila tidak punya motivasi, maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik. Keberhasilan guru dalam mengajar karena dorongan/ motivasi ini sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan guru dalam bekerja seperti kurikulum, sarana dan prasarana sekolah, kepala sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas.

Bila guru dalam melakukan pekerjaan mempunyai motivasi berprestasi, ia akan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai keberhasilan. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan berusaha keras untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam suatu pekerjaan. Ia akan bahagia atas keberhasilan yang diperolehnya. Perasaan bahagia itu akan mendorong dirinya untuk bekerja lebih giat, tekun dan penuh tanggung jawab serta bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan padanya. Sebaliknya, orang yang mempunyai motivasi berprestasi rendah lebih suka memiliki pekerjaan yang mudah dan menghindari pekerjaan yang sulit. Hal ini menunjukkan adanya rasa kurang bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

Setiap orang dalam suatu organisasi berusaha untuk memahami harapan-harapan yang diarahkan kepadanya dan mencoba untuk menentukan harapan yang perlu


(22)

dipenuhi. Apapun tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada guru, ia akan berusaha untuk melaksanakan secara baik agar mencapai hasil yang baik.

Pada dasarnya, setiap orang yang bekerja menginginkan pekerjaan yang dilakukan dapat berhasil, seperti kenaikan pangkat tepat waktu dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Namun tidak semua keinginan itu dapat tercapai dengan mulus. Birokrasi yang dilalui terkadang dapat membuat sikap apatis dan menurunkan motivasi untuk berprestasi dalam bekerja.

Bekerja tanpa motivasi akan cepat bosan, karena tidak ada unsur pendorongnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya gairah kerja guru, agar mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Menurut Uno (2010: 47) bahwa guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik.

Bila tidak punya motivasi, maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik atau jika ia mengajar karena hanya terpaksa saja dan tidak ada kemauan yang berasal dari dalam diri guru tersebut. Hal tersebut menurut Winardi (2001: 207) yang menyatakan motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya sekitar imbalan moneter dan imbalan non-moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan.


(23)

Para guru mempunyai cadangan energi potensial pada diri masing-masing guru, bagaimana energi tersebut akan dilepaskan atau digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Menurut McClelland dalam Hasibuan (2003: 163) yang menyatakan bahwa energi yang dilepaskan karena didorong oleh kekuatan motivasi dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Selanjutnya, menurut Mc. Clelland bahwa hal-hal yang memotivasi seseorang adalah kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kompetensi paedagogik guru di sekolah adalah supervisi akademik yang diberikan oleh kepala sekolah. Supervisi akademik dalam hal ini adalah mengenai persepsi guru terhadap pelaksanaan pembinaan dan bimbingan akademik yang diberikan oleh kepala sekolah sehingga berdampak terhadap kompetensi paedagogik guru.

Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2010 tentang standar kepala sekolah ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Supervisi akademik kepala sekolah didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam me-laksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Selain dipengaruhi oleh konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah, kompetensi paedagogik juga dapat dipengaruhi oleh iklim sekolah


(24)

dan budaya sekolah. Iklim sekolah atau suasana lingkungan kerja di sekolah adalah segala sesuatu yang dialami oleh guru dan warga sekolah ketika berinteraksi di dalam lingkungan sekolah. Penciptaan iklim yang berorientasi pada prestasi dan mementingkan pekerja dapat memperlancar pencapaian hasil yang diinginkan. Semua iklim kerja merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh semua orang termasuk guru. Iklim kerja diperlukan untuk menjalankan kehidupan, mengkondisikan sekelompok orang dan mencapai tujuan organisasi bersama dalam sebuah tim. Iklim yang berprestasi merupakan dorongan yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri guru untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga tujuan akan tercapai.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah menciptakan budaya sekolah yang dapat menumbuhkan konsep diri dan motivasi berprestasi guru agar memiliki kompetensi paedagogik yang tinggi. Budaya sekolah merupakan interaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu.

“Berdasarkan laporan Balitbang Depdiknas tahun 2002, dari 1.054.859 guru SD di

Indonesia ternyata hanya sekitar 30% yang layak mengajar di kelas dihadapan para siswa dan yang selebihnya tidak layak. Untuk guru SLTP, SMU, dan SD

angkanya hampir sama”(www.suaramerdeka.com/harian.htm).

Berikut ini dikemukakan hasil laporan kegiatan kepengawasan sekolah tahun pelajaran 2012/2013 pada 152 guru tingkat SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji adalah:


(25)

Tabel 1.1Data Hasil Kegiatan Kepengawasan Akademik Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Tingkat SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji

No Objek Pengamatan Keterangan

1 Pengembangan silabus dan RPP 106guru (70%) belum

mengembangkan silabus dan RPP 2 Kreativitas dalam membuat media

pembelajaran

91 guru (60%) kurang

berkreativitas dalam membuat media pembelajaran

3 Analisis hasil evaluasi 61 guru(40%) belum melakukan analisis hasil evaluasi

Sumber : Hasil Laporan Kegiatan Kepengawasan Sekolah TP 2012/2013

Penulis mencoba mengkaji fenomena yang terjadi pada guru-guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji yang terdiri dari 9 SMP dengan jumlah kurang lebih 152 orang belum memenuhi harapan Pemerintah, lembaga, orangtua ataupun masyarakat. Secara umum persoalan tersebut meliputi kualitas supervisi akademik kepala sekolah yang masih tergolong rendah. Masih banyak guru yang belum memahami prinsip-prinsip pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), masih banyak guru yang belum menggunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik peserta didik, masih banyak guru yang belum merancang soal yang mengacu pada indikator, dan tidak membuat pedoman penskoran, dan sebagian besar guru belum menggunakan hasil evaluasi untuk merancang perogram remedial dan pengayaan. Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan itu dengan membina dan mengembangkan metode-metode dan prosedur pengajaran yang lebih baik.

Selain itu sebagian guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan konsep diri yang belum optimal dan mereka kurang termotivasi untuk mengajar, hal ini dapat


(26)

dilihat dari guru yang belum tepat waktu dalam bertugas, sering datang terlambat dan pulang sebelum waktunya, sebagian guru belum memiliki kualifikasi akademik S1 dan juga sebagian guru belum membuat perangkat pembelajaran.

Iklim sekolah belum memenuhi standar pendidikan yang diharapkan, ini dapat dilihat dari lingkungan sekolah yang belum tertata, sebagian gedung sekolah mulai rusak, hanya sebagian kecil saja sekolah yang memiliki sumber belajar seperti perpustakaan, alat peraga dan laboratorium.

Guru merupakan anggota utama dalam sekolah, karena guru memainkan peranan yang paling penting untuk mendidik murid-murid di sekolah menuju ke arah pembentukan warga negara yang berilmu dan berakhlak mulia. Secara ringkasnya guru memainkan peranan penting dalam merealisasikan strategi tentang jalannya proses pendidikan dalam suatu daerah tertentu. Walau bagaimanapun tugas dan tanggung jawab guru tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna sekiranya para guru menghadapi konsep diri yang belum optimal, kurang termotivasi untuk mengajar, supervisi akademik kepala sekolah yang kurang baik, suasana budaya sekolah dan iklim sekolah yang tidak kondusif.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Sebagian guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan konsep diri yang belum optimal.


(27)

1.2.2 Guru kurang termotivasi untuk berprestasi, sehingga kompetensi paedagogik guru menurun.

1.2.3 Beragamnya motivasi berprestasi guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji sehingga tingkat prestasinya juga berbeda.

1.2.4 Belum semua Kepala Sekolah SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji menjalankan peranan sebagai supervisor dengan baik.

1.2.5 Sebagian Kepala Sekolah SMPdi Kecamatan Tanjung Raya Mesujibelum menggunakan metode, perangkat dan teknik supervisi akademik yang benar.

1.2.6 Beberapa SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji iklim sekolahnya belum terorganisir dengan baik.

1.2.7 Sebagian guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji belum optimal dalam penguasaan kompetensi paedagogik.

1.3 Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasi masalah guna menghindari salah penafsiran dan menyesuaikan dengan kemampuan peneliti. Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Kompetensi paedagogik guru. 1.3.2 Konsep diri guru

1.3.3 Motivasi berprestasi


(28)

1.4 Rumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep diri terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji? 1.4.2 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi

terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji?

1.4.3 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji?

1.4.4 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolahterhadapkompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1.5.1 Pengaruh konsep diri terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji.

1.5.2 Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji.

1.5.3 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji.


(29)

1.5.4 Pengaruhkonsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kompetensi paedagogik guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis maupun manfaat praktis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi khasanah Program Studi Magister Manajemen Jurusan Ilmu Pendidikan dalam hal pengaruh konsep diri, supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap komepetensi paedagogik guru di jenjang Sekolah Menengah Pertama.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: 1.6.2.1Bagi kepala sekolah

Hasil penelitian ini sebagai alat untuk introspeksi diri dalam melaksanakan kepemimpinannya.

1.6.2.2Bagi guru

Hasil penelitian ini sebagai masukan agar dapat meningkatkan konsep diri dan motivasi berprestasi guru sehingga dapat meningkatkan kompetensi paedagogiknya untuk menjadi guru profesional.


(30)

Hasil penelitian agar dapat dijadikan pertimbangan untuk ikut meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan sumber daya manusia yaitu guru.

1.6.2.4Bagi pihak terkait (Dinas Pendidikan Kabupaten Mesuji)

Hasil penelitian agar dapat ditindaklanjuti untuk menetapkan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan cara-cara supervisi kepala sekolah dan memotivasi berprestasi guru sehingga dapat meningkatkan kompetensi paedagogik guru.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri, Motivasi Berprestasi dan Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Paedagogik Guru SMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji” sebagai berikut:

1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini merupakan bagian dari ilmu manajemen pendidikan yang khusus mengkaji tentang perilaku individu dalam suatu organisasi pendidikan.

1.7.2 Objek penelitian: kompetensi paedagogik guru, konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah.

Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau


(31)

silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Konsep diri adalah pandangan atau persepsi, pikiran, perasaan dan sikap individu mengenai dirinya dan hubungannya dengan orang lain, yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, yang akan mengarahkan serta mempengaruhi tingkah laku individu. Motivasi berprestasi guru adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat dalam bekerja seorang pendidik atau guru, yang menimbulkan motif, harapan, dan insentif.

Supervisi akademik kepala sekolah didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

1.7.3 Subjek penelitian: guru-guruSMP di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji. 1.7.4 Tempat dan waktu penelitian: Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah

menengah pertama di Kecamatan Tanjung Raya Mesuji, yaitu SMPN 1 Tanjung Raya, SMPN 2 Tanjung Raya, SMPN 3 Tanjung Raya, SMPN 4 Tanjung Raya, SMP Setia Bhakti, SMP Al-Falaq, MTs Rahdatul Ulum, MTs Nurul Whaton, MTs Al-Azhar. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan November 2013 sampai dengan bulan Januari 2014.


(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi Paedagogik

Paedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan bagaimana mendidik sebaik-baiknya. Sedangkan menurut pengertian Yunani, paedagogik adalah ilmu menuntun anak yang membicarakan masalah atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik, pendidik dan sebagainya. Oleh sebab itu paedagogik dipandang sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan. (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/)

Kompetensi paedagogik merupakan bagian dari kemampuan profesional guru di bidang pendidikan. Kompetensi paedagogik merupakan sejumlah kemampuan guru dalam mendidik dan membimbing anak mencapai kedewasaan.

Menurut Sadulloh (2010: 2) bahwa paedagogik adalah ilmu mendidik, lebih menitikberatkan kepada pemikiran tentang pendidikan. Suatu pemikiran tentang bagaimana mendidik dan membimbing anak. Sedangkan paedagogik berarti pendidikan yang lebih menekankan kepada praktik menyangkut kegiatan pendidik dan membimbing anak. Paedagogik merupakan suatu teori dan kajian secara teliti,


(33)

kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya, mengenai hakikat manusia dan hakikat anak, hakikat proses dan hakikat tujuan pendidikan.

Konsep di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran guru harus mampu merencanakan atau menyusun skenario yang tepat sehingga mampu membawa anak didik menuju kepada pencapaian hasil belajar yang maksimal. Artinya bahwa profesi yang disandang oleh guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan siswa memiliki perilaku yang diharapkan. Dengan demikian guru dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogik.

Menurut Uyoh (2010: 1) bahwa paedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi, paedagogik mencoba untuk menjelaskan seluk beluk pendidikan anak karena paedagogik merupakan teori pendidikan anak. Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan atau mentransformasikan pengetahuan kepada anak di sekolah melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani atau kata hati, sehingga ia sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat manusia dan menghargai sesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan, sehingga mampu menghadapi permasalahan hidupnya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa paedagogik merupakan ilmu mendidik yang bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan pengalaman serta sikap. Jadi kompetensi paedagogik


(34)

menegaskan bahwa guru harus memiliki berbagai keterampilan, seperti membuat persiapan mengajar, penguasaan bahan, mampu menerapkan strategi pendekatan pada siswa, mampu menerapkan berbagai metode dan sebagainya. Dengan demikian interaksi guru dengan siswa mendukung pada upaya mentransfer pengetahuan dan pengalaman.

Menurut Supriadi (2002: 75) yang menyatakan tentang lima ciri suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi, yakni: 1) Pekerjaan memiliki fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan oleh warga masyarakat. Mereka yang bekerja dalam profesi dapat menyebut profesi itu sebagai ladang pengabdian kepada masyarakat; 2) Pekerjaan itu menuntut adanya keterampilan atau bidang keahlian tertentu, yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan; 3) Untuk memperoleh keterampilan atau keahlian tersebut didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu; 4) Ada kode etik yang menjadi pedoman bagi anggotanya dalam berperilaku dan melaksanakan tugas-tugas profesionalnya serta disertai dengan sanksi tertentu; dan 5) Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka mereka yang bertugas dalam bidang pekerjaan itu berhak memperoleh imbalan finansial dengan sistem penggajian yang memadai. Kemampuan paedagogik sebagai bagian dari profesionalitas guru didukung oleh tiga hal yang amat penting, yakni keahlian, komitmen dan keterampilan. Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sejak lama pemerintah telah berupaya untuk merumuskan perangkat standar kompetensi guru.

Kemudian menurut Hakim (2008: 195) bahwa kemampuan paedagogik adalah kemampuan dalam mengelola pembelajaran, diantaranya ditandai dengan


(35)

kemampuan guru mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan, serta kebutuhan dan kesiapan siswa. Melalui pembelajaran guru juga dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima dan menyerap serta memahami keterkaitan antara konsep pengetahuan dan nilai.

Memperhatikan pendapat di atas menunjukkan bahwa melalui kompetensi paedagogik guru dituntut bisa menciptakan situasi belajar yang efektif, dapat menghemat waktu dan tenaga serta mampu mencapai tujuan yang ditentukan. Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, maka telah ada pengakuan formal dan sekaligus tuntutan tentang tugas dan peranan guru dan dosen sebagai pendidik profesional. Pengakuan tentang itu ditegaskan dalam beberapa pasal tentang tugas utama guru

dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik dan profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Selajutnya menurut Hakim (2008: 240) Mendidik dan mengajar siswa memiliki makna yang berbeda dengan mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik dan mengajar bermakna membantu pengembangan dan pembentukan pribadi siswa (aspek intelektual/ kognitif, sosial, afektif dan psikomotorik) sedang transformasi ilmu pengetahuan hanya meningkatkan penguasaan informasi dalam ilmu pengetahuan (aspek intelektual/kognitif).


(36)

Salah satu indikator profesi keguruan adalah adanya kompetensi paedagogik namun tidak setiap guru memiliki kompetensi paedagogik baik. Kompetensi paedagogik sebagai tingkatan keterampilan, ada yang berada pada taraf

“keterampilan konsep” yang didukung oleh konsep dan teori tertentu. Pada taraf keterampilan teknis dapat dikatakan sebagai “vokasional” sedangkan pada taraf

yang lebih tinggi baru dikatakan “profesional”.

Guru secara terminologi, menurut Nawawi (2008: 124) adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara khusus, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang bertanggungjawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian ini, bukan hanya orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi orang tua juga harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anaknya untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.

Menurut Tafsir (2008: 125) bahwa guru adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Berdasarkan pengertian ini, maka guru tidak merupakan suatu profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada seseorang di bidang pendidikan dan pengajaran. Konsepsi di atas menunjukkan bahwa status guru merupakan profesi yang dimiliki oleh seseorang karena adanya bakat yang dibentuk atau dipersiapkan sesuai dengan dasar keilmuan, keterampilan dan kompetensi keguruan.

Secara konseptual unjuk kerja guru menurut Sadulloh (2010: 146) mencakup 5(lima) aspek kemampuan yaitu: (1) merancang skenario pembelajaran, (2)


(37)

merumuskan tujuan, (3) membimbing siswa, (4) membangkitkan aktifitas anak dan (5) membentuk disiplin pada siswa.

Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Muhaimin (2009:75) dijelaskan bahwa kompetensi paedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi paedagogik yang merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, menurut Mulyasa (2009:55) sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

2.1.1 Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan

Guru sebagai tenaga pendidik yang sekaligus memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara ini, terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami wawasan dan landasan kependidikan sebagai pengetahuan dasar. Pengetahuan awal tentang wawasan dan landasan kependidikan ini dapat diperoleh ketika guru mengambil pendidikan keguruan di perguruan tinggi.

2.1.2 Pemahaman Terhadap Peserta Didik

Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Tujuan guru mengenal siswa-siswanya adalah agar guru dapat membantu pertumbuhan dan


(38)

perkembangannya secara efektif, menentukan materi yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dan kegiatan-kegiatan guru lainnya yang berkaitan dengan individu siswa.

Dalam memahami siswa, guru perlu memberikan perhatian khusus pada perbedaan individual anak didik, antara lain:

2.1.2.1Tingkat Kecerdasan

Kecerdasan seseorang terdiri dari beberapa tingkat yaitu: golongan terendah adalah mereka yang IQ-nya antara 0-50 dan dikatakan idiot. Golongan kedua adalah mereka yang ber-IQ antara 50-70 yang dikenal dengan golongan moron yaitu keterbatasan mental. Golongan ketiga yaitu mereka yang ber-IQ antara 70-90 disebut sebagai anak lambat atau bodoh. Golongan menengah merupakan bagian yang besar jumlahnya yaitu golongan yang ber-IQ 90-110. Mereka bisa belajar secara normal. Sedangkan yang ber-IQ 140 ke atas disebut jenius, mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari golongan lainnya.

2.1.2.2Kreativitas

Setiap orang memiliki perbedaan dalam kreativitas baik inter maupun intra individu. Orang yang mampu menciptakan sesuatu yang baru disebut dengan orang kreatif. Kreativitas erat hubungannya dengan intelegensi dan kepribadian. Seseorang yang kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi dan suka hal-hal yang baru.


(39)

2.1.2.3Kondisi Fisik

Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak. Guru harus memberikan layanan yang berbeda terhadap peserta didik yang memiliki kelainan seperti diatas dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka. Misalnya dalam hal jenis media yang digunakan, membantu dan mengatur posisi duduk dan lain sebagainya.

2.1.2.4Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif, psikologis dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan juga berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik manusia. Perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap dan merupakan proses kematangan. Perubahan ini merupakan hasil interaksi dari potensi bawaan dan lingkungan.

2.1.3 Pengembangan Kurikulum/ Silabus

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi yang meliputi kemampuan fisik, intelektual, emosional dan moral agama. Dalam proses belajar mengajar, kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus sesuai dengan kebutuhan peserta didik sangat penting, agar


(40)

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan dapat menyenangkan siswa.(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/).

Sejalan dengan itu Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 menyatakan kompetensi guru adalah kompetensi yang meliputi kompetensi kepribadian, paedagogik, sosial dan profesional. Secara sederhana kompetensi paedagogik dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Pemahaman terhadap peserta didik b. Perancangan pembelajaran

c. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis d. Evaluasi hasil belajar

e. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2.2 Konsep Diri

2.2.1 Pengertian Konsep Diri

Menurut Atwater dalam Desmita (2009: 24) konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas lima bentuk, yaitu: (1) gambaran diri, (2) ideal diri cita-cita dan harapan, (3) harga diri, (4) peran status pekerjaan dan bermasyarakat, dan (5) identitas.

Menurut Burns dalam Desmita (2009: 25) konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan antara diri kita sendiri. Sedangkan menurut Pemily dalam Desmita (2009: 25) mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan


(41)

kompleks dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari invidu tersebut. Sementara itu Cawages dalam Desmita (2009: 26) menjelaskan konsep diri mencakup seluruh pandangan invidu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.

Konsep diriadalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu Mulyasa (2009: 7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.

Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Menurut William D. Brooks dalam Rakhmat (2005: 105) bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan


(42)

kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya.

Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki, padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.


(43)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagai mana yang kita harapkan. Pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

2.2.2 Jenis-jenis Konsep Diri

Menurut Hurlock dalam Mudjiran (2007: 136) membagi konsep diri menjadi empat bagian yaitu:

1. Konsep Diri Dasar

Konsep diri dasar meliputi persepsi mengenai penampilan, kemampuan dan peran status dalam kehidupan, nilai-nilai, kepercayaan, serta aspirasinya. Konsep diri dasar cenderung memiliki kenyataan yang sebenarnya.

2. Konsep Diri Sementara

Konsep diri sementara adalah konsep diri yang sifatnya hanya sementara saja dijadikan patokan. Apabila tempat dan situasi berbeda, konsep-konsep ini dapat menghilang. Konsep diri sementara ini terbentuk dari interaksi dengan lingkungan dan biasanya dipengaruhi oleh suasana hati, emosi dan pengalaman baru yang dilaluinya.

3. Konsep Diri Sosial

Konsep diri sosial timbul berdasarkan cara seseorang mempercayai persepsi orang lain tentang dirinya, jadi tergantung dari perkataan dan perbuatan orang


(44)

lain pada dirinya, misalnya seorang anak yang selalu dikatakan nakal. Konsep diri sosial diperoleh melalui interaksi sosial dengan orang lain. Positif atau negatif konsep diri sosial ini tergantung dari perlakuan kelompok pada invidu. Konsep diri sosial merupakan awal mulai dasar pembentukan invidu. 4. Konsep Diri Ideal

Konsep diri ideal terbentuk dari persepsi seseorang dan keyakinan oleh apa yang terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Konsep diri ini berhubungan dengan pendapat individu mengenai keadaan fisik dan psikologisnya. Konsep diri ideal ini menurut Hurlock dapat menjadi kenyataan apabila berada dalam jangkauan kehidupan nyata.

Menurut Strang dalam Mudjiran (2007: 137) memperkenalkan empat konsep yang mendasar tentang konsep diri yaitu

1. Konsep diri menyangkut pemahaman seseorang tentang kemampuan peranan dan penghargaan terhadap diri sendiri.

2. Konsep diri itu tidak tetap, tetapi terjadi perubahan yang bernuktuasi dari waktu ke waktu, dari pengalaman ke pengalaman.

3. Konsep diri sosial adalah pendapat seseorang tentang bagaimana orang lain memandang dirinya tentang kemampuan sosialnya.

4. Konsep diri ideal dan konsep diri realita. Konsep diri ideal yaitu konsep diri seseorang seperti yang diharapkannya. Konsep diri realita artinya konsep diri yang benar-benar sesuai dengan kemampuan dan segala sesuatu yang kenyataannya memang dimiliki seseorang.


(45)

2.2.3 Ciri-ciri Konsep Diri

Menurut Brooks & Emmert dalam Desmita ( 2009: 28) ada dua macam konsep diri yaitu:

2.2.3.1 Konsep Diri Positif memiliki ciri-ciri:

1. Yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah. 2. Merasa setara dengan orang lain.

3. Menerima pujian tanpa rasa malu.

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. 5. Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek

kepribadian yang tidak disenangi dan ingin berubah.

2.2.3.2 Konsep Diri Negatif memiliki ciri-ciri: 1. Sangat Peka Terhadap Kritik.

Orang yang memiliki konsep diri negatif sangat tidak senang terhadap kritik yang ditujukan kepadanya sehingga ia akan mudah marah atau naik pitam apabila dikritik. Bagi orang yang memiliki sikap seperti ini koreksi sering kali dipersepsi dengan usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.

2. Responsif Terhadap Pujian.

Orang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa sangat senang terhadap segala macam pujian yang ditujukan kepadanya. Sehingga segala bentuk pujian dan tindakan yang menjunjung harga diri akan menjadi perhatian utamanya.


(46)

Sebagai konsekuensi dari sikap yang kedua di atas, orang ini akan bersikap hipokratis terhadap orang lain. Ia akan selalu mengeluh dan merendahkan apapun dan siapapun orang itu.

4. Merasa Cemas.

Orang yang memiliki konsep diri negatif akan selalu merasa cemas karena ia selalu merasa dirinya tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan sehingga ia cenderung bereaksi terhadap orang lain sebagai musuh. Ia tidak mempersalahkan dirinya tapi ia akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang berlaku. 5. Bersikap Pesimis Terhadap Kompetisi.

Orang yang memiliki konsep diri negatif akan bersikap pesimis terhadap kompetisi dan akan selalu berusaha untuk menghindari kompetisi yang dianggap dapat menjatuhkan harga dirinya. Hal ini terungkap dari keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

2.2.4 Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Berzonsky bahwa aspek konsep diri (Sandhaningrum, 2009: 227) adalah a. Aspek fisik, yaitu bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu bayang terlihat secara fisik yang dimilikinya seperti tubuh, kesehatan, pakaian penampilan.

b. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang diperankan individu mencakup hubungan antara individu dengan keluarga dan individu dengan lingkungan.


(47)

c. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.

d. Aspek akademis, meliputi kependidikan, materi mata pelajaran, ilmu pendidikan, kesadaran untuk belajar, perhatian terhadap buku dan nilai yang dicapai.

Berdasarkan pendapat para ahli, mengenai aspek-aspek konsep diri dalam ilmu psikologi dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki berbagai aspek yang mempengaruhi setiap individu seiring berjalannya waktu dalam mengembangkan konsep diri seseorang yang ada dalam proses kehidupan.

2.2.5 Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri

Menurut Mudjiran (2007: 140), usaha guru untuk mengembangkan konsep diri pada siswanya yaitu:

1. Memberikan penguatan dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan bagi siswa memperoleh penguatan.

2. Memberi sokongan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa tersokong dan di setujui.

3. Selalu berfikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.

4. Menciptakan situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang sukses yaitu belajar dengan siswa aktif.

5. Menghargai usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan hasil usaha mereka.


(48)

6. Berusaha mengembangkan bakat dan keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa berguna dan berarti.

7. Suka menyokong dan memberikan penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.

8. Tidak suka bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan menguasai berbagai konsep yang di ajarkan.

9. Hubungan sosial guru dan siswa yang hangat bukan mengkritik, mencela atau menghukum.

10. Lingkungan sekolah yang menimbulkan perasaan sukses dalam diri setiap siswa dengan berbagai cara.

11. Berfikir positif dalam menilai penampilan fisik dan psikis siswa.

2.3 Motivasi Berprestasi 2.3.1 Teori Motivasi

Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah tujuan tertentu adalah motivasi. Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya didorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha agar memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mitchell yang dikutip oleh Winardi (2001: 1) yang menyatakan bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya


(49)

pengarahan dan persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang ditujukan ke arah pencapaian tujuan. Menurut Winardi (2001: 2) bahwa motivasi merupakan sebuah determinan penting bagi kinerja individual. Jelas kiranya bahwa ia bukan satu-satunya determinan, karena masih ada variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya seperti upaya (kerja) yang dikerahkan dan pengalaman kerja sebelumnya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudarwan Danim (2004: 2) yang menyatakan motivasi (motivation) diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Dalam arti kognitif, motivasi dapat diasumsikan sebagai aktivitas individu untuk menentukan kerangka dasar tujuan penentuan perilaku untuk mencapai tujuan itu. Dalam arti afeksi, motivasi bermakna sikap dan nilai dasar yang dianut oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak. Kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang dimaksudkan di atas merupakan akumulasi faktor-faktor internal dan eksternal (internal and external factors). Faktor internal (internal factors) bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal (external factors) bersumber dari luar individu. Faktor internal dapat pula disebut sebagai akumulasi aspek-aspek internal individu, seperti kepribadian, intelegensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, dan kemauan, spirit, antusiasme dan sebagainya. Faktor eksternal bersumber dari lingkungan, apakah itu lingkungan fisik, sosial, tekanan, dan regulasi keorganisasian. Faktor internal dan eksternal itu berinteraksi dan diaktualisasikan oleh individu dalam bentuk kapasitas untuk kerja


(50)

(working performance) atau kapasitas produksi, baik yang dapat dikuantifikasi secara hampir pasti maupun yang bersifat variabilitas.

2.3.1.1Teori McClelland

Kebutuhan akan prestasi, walaupun tidak dikemukakan secara tegas dalam Hasibuan (2003:168) bahwa McClelland mengemukakan teorinya yaitu Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi McClelland. Teori ini memiliki pendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan karena dorongan: kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan.

Hal-hal yang memotivasi seseorang adalah:

a. Kebutuhan akan prestasi (need for Achievement= n. Ach), merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena itu, n.Ach akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreati-fitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai kinerja yang maksimal. Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai kinerja yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar. Pada akhirnya akan memiliki serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.


(51)

b. Kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation= n.Af), menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Oleh karena itu, n.Af ini merangsang gairah bekerja karyawan karena setiap orang menginginkan hal-hal: kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati sebab setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement) dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Seseorang karena kebutuhan n.Af akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

c. Kebutuhan akan kekuasaan (need for Power= n.Pow), merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan. n.Pow akan merangsang dan memotivasi gairah kerja karyawan serta me-ngarahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuh-kan secara sehat oleh manajer dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk bekerja giat.

Jadi, teori McClelland menyatakan bahwa ada 3 tipe dasar kebutuhan motivasi yaitu kebutuhan untuk prestasi (need for Achievement), kebutuh-an akkebutuh-an afiliasi (need for Affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for Power).


(52)

McClelland dalam Uno B (2009: 47) memberi ciri-ciri yang ada pada individu yang mempunyai motivasi berprestasi/ pencapaian yang tinggi; suka membuat kerja yang berkaitan dengan prestasi, suka mengambil resiko yang sederhana, lebih suka membuat kerja yang mana individu itu bertanggungjawab bagi keberhasilan kerja itu, suka mendapat kemudahan tentang kerja itu, lebih mementingkan masa depan daripada masa se-karang, masa yang telah lalu dan tabah apabila menemui kegagalan. Sifat-sifat tersebut dikatakan sebagai puncak yang membedakan seseorang. Seseorang individu itu lebih berhasil daripada individu yang lain karena mereka mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi. Keinginan ini memberi mereka motivasi untuk bekerja dengan lebih tekun. Selanjutnya, McClelland menyatakan bahwa motivasi berprestasi bukan suatu yang boleh diwarisi. Disebabkan pengaruh situasi disekitarnya, maka motivasi berprestasi boleh dibentuk mengikut cara tertentu.

Uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi guru adalah mengarahkan dan mendorong seorang guru untuk melakukan tindakan dan mengatasi segala tantangan juga hambatan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Indikator dalam motivasi berprestasi seorang guru dalam kajian penelitian ini adalah: a. Upah yang adil dan layak

b. Kesempatan untuk maju atau promosi c. Pengakuan sebagai individu

d. Keamanan bekerja e. Tempat kerja yang baik f. Penerimaan oleh kelompok g. Perlakuan yang wajar h. Pengakuan akan prestasi


(53)

j. Melaksanakan tugas dengan target yang jelas

2.3.1.2Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori ini pada mulanya dipengaruhi oleh Abraham Maslow pada tahun 1954. Ia menyatakan bahwa manusia mempunyai berbagai keperluan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu diwujudkan dalam beberapa tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan tersebut. Lima hierarki keperluan mengikuti Maslow adalah kebutuhan:

a. Faali (fisiologis): antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lain.

b. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.

c. Sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima dengan baik, dan persahabatan.

d. Penghargaan: mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi dan prestasi; dan fakor hormat eksternal seperti status pengakuan dan perhatian.

e. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi; mencakup pertumbuhan, mencapai potensialnya dan pemenuhan diri.

2.3.2 Faktor Pengaruh Motivasi Berprestasi

Motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada


(54)

bawahan atau pengikut. Hal tersebut sesuai dengan Hasibuan (2003:65) yang menyatakan bahwa motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. Menurut Wahyusumidjo (2003:176), motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul atau diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang yang disebut faktor intrinsik atau faktor di luar diri seseorang yang disebut faktor ekstrinsik. Motivasi seseorang dipengaruhi oleh stimuli kekuatan intrinsik yang ada pada diri seseorang/individu yang bersangkutan, stimuli eksternal mungkin juga dapat mempengaruhi motivasi, tetapi motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahyusumidjo (2003:95) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi antara sikap, kebutuhan dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan, motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri disebut dengan faktor intrinsik dan faktor yang di luar diri seseorang disebut faktor ekstrinsik.

Selanjutnya faktor intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal dalam mencapai tujuan, maka motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata butuh, ingin, hasrat dan penggerak semua sama dengan motif yang asalnya dari kata motivasi.


(55)

Guru memerlukan motivasi-motivasi yang berasal dari luar dirinya yang tentu saja sangat perlu diperhatikan oleh manajer atau kepala sekolah. Namun demikian motivasi berprestasi merupakan hal yang dimulai dari dalam diri guru itu sendiri. Dorongan dari dalam diri sendiri itulah yang akan membuat lebih berhasil daripada dorongan dari luar. Menurut Santrock dalam Uno (2009:66) yang menyatakan motivasi terbagi dalam dua jenis: Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang. Motivasi ini sering disebut “motivasi

murni” misalnya, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan perasaan diterima.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri seseorang. Misalnya, kenaikan pangkat, pujian, hadiah dan sebagainya.

2.4 Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Pada supervisi akademik kepala sekolah ini akan diuraikan tentang pengertian supervisi, karakteristik supervisi, faktor supervisi, tujuan supervisi, teknik supervisi dan supervisi akademik.

2.4.1 Pengertian Supervisi

Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul (ethimology), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam perkataan itu (semantic). Secara etimologis, supervisi

dibahasakan dari bahasa Inggris “supervision” artinya pengawasan. Sedangkan supervisi secara etimologis, menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi dapat terdiri dari beberapa atau dua buah kata super + vision : super = atas dan vision = lihat, tilik, awasi (Ahmad Rucky, 2001: 73). Makna yang


(56)

terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat atau mengawasi orang-orang yang disupervisi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto (2003:32) yang menyatakan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Menurut Jones dalam Mulyasa (2009:155), supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan.

Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2010 tentang standar kepala sekolah, ditegaskan bahwa salah satu kompetensi yang

harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. “Supervisi

pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan

tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien”. Pelaksanaan

supervisi oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap profesional guru.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai


(57)

pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik, yaitu: (1) harus langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses belajar mengajar, (2) perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara offisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program yang direncanakan, (3) tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.

2.4.2 Karakteristik Supervisi

Menurut Mulyasa (2009: 112), salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan (2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan (3) Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah (4) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru (5) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan (6) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan dan umpan balik (7) Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan (8) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.


(1)

paling kuat, setelah itu motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kompetensi paedagogik guru.

Hasil penelitian berupaya memaksimalkan kompetensi paedagogik guru perlu memperhatikan ketiga variabel yang mempengaruhinya tersebut, yaitu konsep diri, motivasi berprestasi dan supervisi akademik kepala sekolah. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi paedagogik guru dapat dilakukan dengan meningkatkan konsep diri dan motivasi berprestasi guruserta kepemimpinan kepala sekolah.

5.2.1 Implikasi yang Berkenaan dengan Konsep Diri

Usaha guru untuk mengembangkan konsep diri dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:menciptakan situasi belajar yang kondusif; selalu berfikir positif tentang penampilan diri dan permasalahan yang dihadapi; berusaha mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai pelatihan guna memajukan wawasan dan ilmu yang dimiliki.

5.2.2 Implikasi yang Berkenaan dengan Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi perlu diperhatikan dan dikembangkan oleh guru dan kepala sekolah sehingga dapat berperan dalam kompetensi paedagogiknya. Hal ini tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa ada rangsangan dari luar diri sendiri. Meningkatnya motivasi berprestasi bagi guru akan membangkitkan kompetensi paedagogik yang diharapkan. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa untuk mencapai kompetensi paedagogik guru yang tinggi, maka motivasi berprestasi tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi paedagogik, karena faktor tersebut


(2)

merupakan pendukung dalam membangkitkan semangat dan gairah guru dalam menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya.

Selanjutnya, agar seorang guru dapat mempunyai kompetensi paedagogik yang baik, guru harus memiliki kemampuan untuk bekerja, tidak cukup hanya memiliki sikap, minat, tetapi juga motivasi dan kapasitas atau kecakapan (capacity) untuk bekerja. Kapasitas tersebut antara lain meliputi kemampuan, bakat, keterampilan, latihan, peralatan dan teknologi yang dapat digunakan untuk bekerja.

Agar motivasi berprestasi guru dapat meningkatkan kompetensi paedagogik guru, maka perlu adanya upaya yang dilakukan antara lain: menumbuhkan keinginan guru untuk berprestasi, memberikan kesempatan guru untuk maju dan berkarier, menjalin hubungan dengan atasan dan status, memberikan keamanan pekerjaan dan kehidupan pribadi, memberikan tempat kerja yang baik dan menyenangkan, memberikan gaji atau imbalan yang layak, memberi pengakuan dan penghargaan, memberikan kepercayaan melakukan pekerjaan dan perlakuan adil.

5.2.3 Implikasi yang Berkenaan dengan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Persepsi guru atas supervisi akademik kepala sekolah adalah pandangan guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di sekolahnya. Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas supervisi akademik kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan kompetensi paedagogik guru di samping faktor yang lainnya. Sehingga persepsi guru atas supervisi akademik kepala sekolah harus menjadi bagian yang terintegratif dari kompetensi paedagogik guru.


(3)

Supervisi akademik perlu diperhatikan oleh guru dan dilaksanakan oleh kepala sekolah sehingga dapat berperan dalam kompetensi paedagogik guru. Hal ini tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa ada rangsangan dari luar diri sendiri. Artinya kepala sekolah harus dapat melakukan supervisi akademik yang benar guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan supervisi akademik kepada guru akan membangkitkan kompetensi paedagogik yang diharapkan. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa untuk mencapai kompetensi paedagogik guru yang tinggi, maka supervisi akademik tidak dapat dilepaspisahkan dengan kompetensi paedagogik, karena faktor tersebut merupakan pendukung dalam menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya. Sehingga persepsi guru atas supervisi akademik kepala sekolah menjadi bagain yang terintegratif dari kompetensi paedagogik guru.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian seperti diuraikan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

5.3.1 Saran untuk Guru

Kepada guru agar dapat menciptakan konsep diri dan motivasi berprestasi yang tinggi dan kesadaran menumbuhkannya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor luar saja, tetapi yang lebih penting adalah yang berasal dari diri sendiri (motivasi intrinsik) yakni upaya peningkatan kompetensi paedagogik dan profesinya.


(4)

5.3.2 Saran untuk Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya melakukan peningkatan kualitas supervisi akademik kepala sekolah yang dapat memberikan pengaruh terhadap bawahannya serta diciptakannya suasana kerja yang kondusif sehingga warga sekolah merasa nyaman berada di lingkungan sekolah.

5.3.3 Saran untuk UPT Dinas Pendidikan

5.3.3.1 Melakukan pembenahan pengawasan supervisi kepala sekolah dan pelatihan kepemimpinan kepala sekolah yang lebih baik untuk menjamin dihasilkannya kualitas yang baik pula.

5.3.3.2 Analisis dan pemetaan kebutuhan sekolah dalam kebijakannya dan memberikan dukungan yang baik dengan memberikan perhatian baik moral maupun material.

5.3.4 Saran untuk Peneliti Lainnya

5.3.4.1 Dengan keterbatasan pada penelitian ini, tentunya hasil penelitian ini tidaklah sempurna, sehingga diharapkan dapat menerima saran dan kritik yang membangun dari peneliti selanjutnya.

5.3.4.2 Bagi para peneliti mengenai kompetensi paedagogik guru selanjutnya diharapkan kiranya dapat dijadikan acuan untuk pengembangan teori yang ada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. Rucky. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka. Anoraga, Panji. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Renika Cipta.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit EDC.

Depdiknas. 2007. Peraturan Mendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Paedagogik Guru. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2010. Peraturan Mendiknas RI No. 13 tahun 2010 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hadi, Sutrisno. 2009. Analisis Regresi. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Hakim. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Hasibuan, H. Malayu. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hartono. 2003. Data Balitbang Depdiknas Tahun 2002 . www.suaramerdeka.com/harian.htm. diakses tanggal 1 Oktober 2012. http:// id.shvoong.com/social-sciences/psychology/pengertian-konsep-diri

Irianto, Agus. 2009. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mudjiran. 2007. Buku Ajar. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. Muhaimin. 2009. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru.

Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(6)

Nawawi, Hadari. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Prasojo. 2011. Manajemen Sumber Daya. Bandung: Pustaka Setia.

Purwanto. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rucky, Achmad. 2001. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka. Sadulloh. 2010. Perilaku Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Sandhaningrum. 2009. Perkembangan Peserta Didik (Remaja) Padang: FIP IKIP Padang.

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, A. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriadi. 2002. Etika Birokrasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Tafsir. 2008. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Gravindo Sejati.

Trihendradi, C. 2012. Step by Step SPSS 20 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Uno, B. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Uyoh. 2010. Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Grasindo. Wahyusumidjo. 2003. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Galia Indonesia. Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Remaja


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI MANAJERIAL DAN KOMPETENSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

12 102 77

PENGARUH KONSEP DIRI, MOTIVASI BERPRESTASI DAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU SMP DI KECAMATAN TANJUNG RAYA MESUJI

0 11 113

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SD SE DABIN III TEGAL BARAT KOTA TEGAL

6 78 269

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT.

0 0 26

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 17

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 1 102

KONTRIBUSI MOTIVASI BERPRESTASI, DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, TERHADAP KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG.

0 0 135

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS SIKAPAT DAN SIPAYUNG KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

0 1 76

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK DAN PEMBERIAN MOTIVASI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP SINTANG

0 0 12

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SDN

0 2 10