KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN MAJALENGKA.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR HISTOGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional Variabel ... 13

G. Paradigma Penelitian ... 15

H. Anggapan Dasar ... 19

I. Hipotesis ... 20

J. Metodologi Penelitian ... 20

K. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

BAB I I TINJAUAN TEORITIS ... 24

A. Kinerja Mengajar Guru dalam Perspektif Administrasi Pendidikan ... 24

1. Administrasi Pendidikan ... 24

2. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 27

3. Keterkaitan antara Sumber Daya Manusia dengan Mutu Pendidikan ... 29

4. Kinerja Mengajar Guru ... 34

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru ... 44

6. Standar dan Penilaian Kinerja Mengajar Guru ... 46


(2)

B. Motivasi Berprestasi ... 56

1. Motif dan Motivasi ... 56

2. Kebutuhan sebagai Dasar Motivasi ... 61

3. Motivasi Berprestasi ... 65

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 71

5. Dimensi Motivasi Kerja dan Motivasi Berprestasi ... 72

C. Persepsi Guru tentang Supervisi akademik Kepala Sekolah ... 75

1. Persepsi ... 75

2. Supervisi ... 81

3. Ruang Lingkup Supervisi ... 83

4. Supervisi Akademik ... 86

5. Tujuan Supervisi Akademik ... 88

6. Fungsi Supervisi Akademik ... 89

7. Sasaran Supervisi Akademik ... 91

8. Tipe Kepemimpinan dalam Supervisi Akademik ... 92

9. Prinsip Supervisi Akademik ... 94

10. Teknik Supervisi Akademik ... 96

11. Supervisi Akademik Kepala Sekolah... 98

12. Dimensi Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 100

BAB III METODE PENELITIAN ... 102

A. Metode Penelitian ... 102

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 104

1. Populasi ... 104

2. Sampel ... 105

C. Teknik Pengumpulan Data ... 113

1. Studi Dokumenter ... 113

2. Studi Pustaka ... 113

3. Wawancara ... 113


(3)

D. Penyusunan Angket ... 114

1. Kisi-kisi Angket Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 117

2. Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi Guru ... 118

3. Kisi-kisi Angket Kinerja Mengajar Guru ... 119

E. Pengumpulan Data ... 120

1. Penyebaran Angket Uji Coba ... 120

2. Jawaban Responden Angket Uji Coba ... 120

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Uji Coba ... 121

4. Revisi Angket ... 137

5. Penyebaran Angket Jadi dan Penggunaannya untuk Pengumpulan Data ... 138

F. Analisis Data ... 140

1. Kuantifikasi Jawaban Responden ... 141

2. Katagorisasi Jumlah Skor Jawaban Responden ... 142

3. Uji Normalitas Sebaran Data ... 143

4. Analisis Korelasi ... 146

5. Analisis Regresi ... 154

6. Kontribusi ... 155

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 157

A. Hasil Penelitian ... 157

1. Gambaran Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 157

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 161

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 164 4. Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka167


(4)

5. Kontribusi Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru

SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 168

6. Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 169

B. Pembahasan ... 171

1. Gambaran Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Majalengka... 171

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 178

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 181

4. Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka ... 185

5. Kontribusi Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka... 188

6. Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka... 189

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 191

A. Kesimpulan ... 191

B. Implikasi ... 193

C. Rekomendasi ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 200


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Dimensi dan Indikator Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 14

Tabel 1.2. Dimensi dan Indikator Variabel Motivasi Berprestasi Guru ... 15

Tabel 1.3. Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja Mengajar Guru... 15

Tabel 3.1. Populasi Guru SMP Negeri Kabupaten Majalengka ... 105

Tabel 3.2. Klasifikasi SMP Negeri Kabupaten Majalengka Menurut Nilai Akreditasi ... 106

Tabel 3.3. Klasifikasi SMP Negeri Kabupaten Majalengka Menurut Kondisi Daerah ... 108

Tabel 3.4. Kelompok Stratum dan Jumlah Gurunya ... 108

Tabel 3.5. Sampel Per Stratum ... 111

Tabel 3.6. Sampel Per Sekolah Terundi ... 112

Tabel 3.7. Kisi-kisi Angket Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 117

Tabel 3.8. Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi Guru ... 118

Tabel 3.9. Kisi-kisi Angket Kinerja Mengajar Guru ... 119

Tabel 3.10.Validitas Item-item Angket Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 124

Tabel 3.11.Validitas Item-item Angket Motivasi Berprestasi Guru 1 ... 127

Tabel 3.12.Validitas Item-item Angket Motivasi Berprestasi Guru 2 ... 129

Tabel 3.13.Validitas Item-item Angket Kinerja Mengajar Guru ... 135

Tabel 3.14.Pengurangan dan Penomoran Ulang Angket Hasil Revisi ... 138

Tabel 3.15.Rekapitulasi Jumlah Angket yang Disebar, yang Terkumpul dan yang Dapat Digunakan ... 140

Tabel 3.16.Katagori Kondisi Skor Jawaban Responden ... 142

Tabel 3.17.Penolong untuk Menghitung χ2 Variabel Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 144

Tabel 3.18.Penolong untuk Menghitung χ2 Variabel Motivasi Berprestasi Guru ... 145


(6)

Tabel 3.20.Intensitas Korelasi ... 146

Tabel 3.21.Penolong untuk Menghitung Koefisien Korelasi Kendall Tau antara Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 148

Tabel 3.22.Penolong untuk Menghitung Korelasi Ganda Kendall Tau ... 152

Tabel 3.23.Interpretasi Kontribusi... 155

Tabel 4.1. Deskripsi Statistik Variabel Persepsi Guru tentang Supevisi Akademik Kepala Sekolah ... 157

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Persepsi Guru tentang Supevisi Akademik Kepala Sekolah ... 158

Tabel 4.3. Kondisi Dimensi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 159

Tabel 4.4. Kondisi Variabel Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 159

Tabel 4.5. Deskripsi Statistik Variabel Motivasi Berprestasi Guru ... 161

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Berprestasi Guru ... 161

Tabel 4.7. Kondisi Dimensi Motivasi Berprestasi Guru ... 162

Tabel 4.8. Kondisi Variabel Motivasi Berprestasi Guru ... 163

Tabel 4.9. Deskripsi Statistik Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 164

Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 164

Tabel 4.11.Kondisi Dimensi Kinerja Mengajar Guru ... 165


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Berpikir ... 17

Bagan 1.2. Paradigma Asosiatif antar Variabel Penelitian ... 18

Bagan 2.1. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan ... 28

Bagan 2.2. Interelasi Siswa, Tujuan, dan Guru dalam Mengajar ... 39

Bagan 2.3. Alur Kinerja, Motivasi dan Kemampuan Guru ... 56

Bagan 2.4. Saat Kebutuhan Fisiologis Menempati Posisi Paling Kuat Dibanding Kebutuhan Lain ... 63

Bagan 2.5. Saat Kebutuhan Penghargaan Menempati Posisi Paling Kuat Dibanding Kebutuhan Lain ... 64

Bagan 2.6. Saat Kebutuhan Aktualisasi Diri Menempati Posisi Paling Kuat Dibanding Kebutuhan Lain ... 64

Bagan 2.7. Penjabaran Teori Hierarki Kebutuhan Maslow ke dalam Motivasi Kerja ... 65

Bagan 2.8. Ruang Lingkup Supervisi Menurut Arikunto ... 84

Bagan 2.9. Hubungan Perilaku Supervisi, Perilaku Mengajar, Perilaku Belajar dan Hasil Belajar ... 87

Bagan 4.1. Korelasi (τ) dan Kontribusi (KP) Variabel X terhadap Y ... 171

Bagan 4.2. Hubungan Perilaku Supervisi, Perilaku Mengajar, Perilaku Belajar dan Hasil Belajar ... 175


(8)

DAFTAR HISTOGRAM

Histogram 4.1. Variabel Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 158 Histogram 4.2. Variabel Motivasi Berprestasi Guru... 162 Histogram 4.3. Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 165


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Jawaban Responden Angket Uji Coba ... 206

Lampiran 2. Angket ... 210

Lampiran 3. Daftar Jawaban Responden ... 219

Lampiran 4. Karakteristik Responden (359 Guru) ... 259

Lampiran 5. Kondisi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah menurut Item dan Indikator ... 262

Lampiran 6. Kondisi Motivasi Berprestasi Guru menurut Item dan Indikator 265 Lampiran 7. Kondisi Kinerja Mengajar Guru menurut Item dan Indikator ... 268

Lampiran 8. Kondisi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah menurut Karakteristik Responden ... 277

Lampiran 9. Kondisi Motivasi Berprestasi Guru menurut Karakteristik Responden ... 281

Lampiran 10. Kondisi Kinerja Mengajar Guru menurut Karakteristik Responden ... 285

Lampiran 11. Surat Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan / Penelitian dari Direktur SPS UPI Bandung ... 289

Lampiran 12. Surat Izin Survey, Riset dan Penelitian dari Kepala Disdikbudpora Kabupaten Majalengka ... 290

Lampiran 13. Surat Keterangan Telah Malaksanakan Penelitian dari Sekolah Sampel ... 291


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Keberadaan manusia dalam organisasi, termasuk sekolah memiliki posisi yang sangat vital. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang yang bekerja di dalamnya. Orang-orang-orang yang bekerja di sekolah adalah kepala sekolah, guru dan staf tatalaksana. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan pendidikan langsung menuju tujuannya. Gurulah yang secara operasional melaksanakan segala bentuk, pola, gerak dan geliat berbagai perubahan di lini paling depan dalam pendidikan, karena memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1). Pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya terungkap dari bagaimana ia bekerja, atau dengan kata lain dari kinerjanya.

Kinerja personal sekolah terkait dengan produktivitas sekolah, yang merupakan tujuan akhir dari administrasi atau penyelenggaraan pendidikan (Komariah dan Triatna, 2005 : 30). Kinerja adalah proses yang menentukan produktivitas organisasi. Jika produktivitas sekolah diukur dari prestasi belajar siswa, maka hal tersebut sangat tergantung prosesnya, yaitu kinerja mengajar gurunya. Dengan kata lain, secara terbalik, tak akan ada produktivitas berupa prestasi belajar siswa yang berarti tanpa kinerja mengajar guru yang baik.


(11)

2

Sayangnya, kinerja guru dirasakan masih rendah, karena terdapat banyak permasalahan di seputar kinerja mereka. Kondisi tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya, pada saat diskusi panel bertajuk Profesionalisme dan Pendidikan Guru, Selasa, 24 Januari 2006, yang dihadiri panelis dari Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas Fasli Jalal, Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta Paulus Suparno, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Sunaryo Kartadinata, Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman, Koordinator Koalisi Pendidikan Lodi Paat, serta Koordinator Litbang SD Hikmah Teladan Cimahi, Aripin Ali, yang dipandu Soedijarto, Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) sekaligus penasihat PB PGRI - rendahnya kinerja guru mengemuka, bahkan dikaitkan dengan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru, sehingga

Tanpa memperbaiki kinerja guru, semua upaya untuk membenahi pendidikan akan kandas. Kurikulum yang baik, perpustakaan yang lengkap, laboratorium canggih, ketersediaan komputer dan internet nyaris tidak ada artinya untuk memperbaiki mutu pendidikan bila guru-gurunya tidak bermutu dan tidak mencintai profesinya. Guru bermutu adalah guru yang menguasai ilmu yang diajarkan sekaligus menguasai keterampilan mengajar. Guru berkualitas hampir tidak mungkin dilahirkan apabila lembaga pendidikan gurunya tidak berkualitas dan mahasiswanya kelas dua. Masalah itu kait-mengait, dan pada akhirnya bermuara pada sejauh mana bangsa ini menghargai profesi guru (Susahnya Benahi Profesi Guru. http://64.203.71. 11/kompas-cetak/0602/21/humaniora/2455732.htm).

Kustono, melalui makalah seminar nasional yang berjudul Urgensi Sertifikasi Guru dalam rangka Dies Natalis UNY yang ke-43 tanggal 5 Mei 2007 di Yogyakarta, mengaitkan kinerja guru yang rendah dengan kualitas guru yang rendah pula. Ia mengemukakan bahwa bahwa :


(12)

3

Kualitas guru di Indonesia masih tergolong relatif rendah. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualifikasi pendidikan minimal terutama bila mengacu pada amanat UU RI No 14/2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), dan PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas pada tahun 2005 menunjukkan terdapat 1.646.050 (69,45%) guru SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal. Kualifikasi guru dimaksud masing-masing sebagai berikut: guru TK terdapat 91,54%, SD terdapat 90,98%, SMP terdapat 48,05%, dan SMA terdapat 28,84% yang belum memiliki kualifikasi pendidikan S1/D4 (Kustono, 2007). Khusus untuk guru SMP – yang menjadi responden dalam penelitian ini, menurut data tahun 2005 tersebut, guru SMP yang layak mengajar adalah 51,95%. Pada tahun pelajaran 2006 / 2007 ada peningkatan, dari 624.726 guru SMP negeri dan swasta, yang layak mengajar adalah 487.512 guru atau 78,04% (Statistik SMP-Depdiknas, http://www.depdiknas.go.id/statistik/0607/smp0607 /tbl_14i.pdf). Meningkatnya jumlah guru SMP yang layak mengajar tersebut sebagai akibat dari tuntutan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 4 - 5 yang mensyaratkan sertifikasi dengan kualifikasi akademik minimal S1 /D4. Persyaratan tersebut selain menjadikan perekrutan guru baru dari lulusan jenjang pendidikan tersebut, juga mendorong guru yang semula belum berijazah S1 / D4 melanjutkan pendidikannya ke jenjang tersebut. Peningkatan kualifikasi akademik yang ditempuh melalui proses pendidikan tersebut sudah seharusnya meningkatkan kemampuan guru. Namun demikian, tidak serta-merta meningkatkan kinerjanya.

Permadi dan Dadi menemukan guru dalam menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setelah diberlakukan sejak tahun 2006 :

Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan model kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang sekarang disempurnakan menjadi model KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang juga menekankan perlunya ada


(13)

4

berbagai upaya untuk secara mandiri dari guru untuk berkreasi agar pengajaran di kelas menjadi lebih menarik dan menyenangkan, masih jauh dari harapan. Guru masih terlalu kaku dan takut untuk mengambil inisiatif karena pada zaman orde baru selalu karus “mohon petunjuk” dari yang lebih atas (kepala sekolah, pengawas, dan birokrat pemerintah) serta takut disalahkan jika memiliki suatu ide dalam inovasi pembelajaran (Permadi dan Arifin, 2007 : 63).

Sulistyo - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), dalam rangka peringatan Hari Guru Internasional, Minggu, 5 Oktober 2008, mengatakan bahwa kemampuan guru mempersiapkan pembelajaran di kelas masih lemah, guru kurang memiliki gambaran apa yang harus dilakukannya di kelas. Menurutnya, penting untuk menumbuhkan kesadaran internal guru sendiri tentang perbaikan dan perubahan kinerja, guru perlu mengetahui persis kewajiban dan penguasaan kompetensi secara maksimal. Oleh karena itu menurutnya, persoalan peningkatan mutu guru tidak dapat ditawar-tawar lagi, sudah mutlak harus dilakukan, tanpa peningkatan mutu guru, upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kucuran anggaran besar-besaran sia-sia belaka. Sulistiyo mengemukakan semua ini didasarkan pada disertasi hasil penelitiannya dengan menyebar kuesioner, observasi dalam kelas, wawancara mendalam, serta tes psikologi mengenai kemampuan metakognisi guru dalam mempersiapkan pembelajaran, yakni bagaimana guru merancang, memikirkan, dan mengelola bahan ajar. (Mutu Guru Sudah Mutlak Pemerintah Harus Bantu

Memperluas Wawasan Guru.http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/06/

01035533/mutu.guru.sudah.mutlak).

Di kabupaten Majalengka sendiri, sampai saat ini belum ada hasil pengukuran kinerja guru (khususnya guru SMP negeri) kabupaten Majalengka


(14)

5

yang research base. Penilaian kinerja guru yang resmi sendiri justru terselip diantara aspek-aspek lain : (1) kesetiaan, (2) prestasi kerja, (3) tanggung jawab, (4) ketaatan, (5) kejujuran, (6) kerjasama, (7) prakarsa, dan (8) kepemimpinan dalam Daftar Penilaian Pekerjaan PNS (DP3). Aspek ke delapan tidak disertakan untuk menilai guru, kecuali guru tersebut menjadi kepala sekolah. Instrumen yang didasarkan pada PP Nomor 10 tanggal 15 Mei 1979, selain terlalu umum, sehingga tidak sepenuhnya cocok untuk mengukur kinerja profesi tertentu termasuk guru, tiap aspek yang dinilainya pun tidak memiliki parameter yang jelas, sehingga peskorannya yang berkisar dari 0 - 100 untuk setiap aspek bisa ditafsirkan secara berbeda. Padahal yang harus didahulukan sebelum melakukan penilaian kinerja adalah mendefinisikan pekerjaan, yaitu menguraikan kewajiban dan standar suatu pekerjaan (profesi), karena penilaian kinerja berarti membandingkan antara kinerja pegawai sesungguhnya dengan standar pekerjaan yang didefinisikan sebelumnya (Dessler, 2006 : 327). Dengan demikian, untuk menilai atau mengukur kinerja mengajar guru diperlukan instrumen (format) khusus yang sesuai dengan tuntutan (standar) profesional guru dalam mengajarnya.

Secara umum, A. Dale Timple mengemukakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Mangkunegara, 2007 : 15). Beberapa peneliti telah memilih faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja guru sesuai dengan interest masing-masing. Hasil penelitian mereka penulis pelajari sebagai bagian dari studi awal sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya.


(15)

6

Yang pertama adalah hasil penelitian Wuviani (2005) yang meneliti kinerja guru dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru”. Ia membatasi faktor-faktor tersebut pada tiga variabel, yaitu (1) kualifikasi pendidikan, (2) motivasi kerja guru, dan (3) kepemimpinan kepala sekolah. Dengan populasi guru SMAN di kota Bandung, Wuviani menemukan, bahwa ketiganya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru, dengan rincian : (1) kualifikasi pendidikan sebesar 37,40%, (2) motivasi kerja guru sebesar 45,20%, dan (3) kepemimpinan kepala sekolah sebesar 51,80%. Secara bersama-sama ketiganya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru sebesar 67,00%. Sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain.

Kemudian, Riduwan (2006) meneliti kinerja dosen dengan judul ”Kontribusi Kompetensi Profesional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dosen (Studi pada Universitas Jendral Achmad Yani Kota Cimahi)”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi profesional secara signifikan memberikan kontribusi sebesar 30,46%, dan moivasi kerja sebesar 61,94% terhadap kinerja dosen. Secara simultan keduanya memberikan kontribusi terhadap kinerja dosen secara signifikan sebesar 90,00%, dan sisanya sebesar 10,00% merupakan pengaruh faktor lain.

Terakhir, Husdarta (2007 : 12 - 25) melakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani”. Berdasarkan teori yang dipelajarinya, ia menemukan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru harus mempertimbangkan faktor internal dan eksternal guru. Ia mengidentifikasi lima variabel yang mempengaruhi kinerja guru, yaitu (1) layanan


(16)

7

supervisi, (2) kepemimpinan kepala sekolah, (3) fasilitas pembelajaran, (4) kompetensi, dan (5) motivasi berprestasi. Dengan metode penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data kuesioner, sampel sebanyak 150 guru olah raga SD yang ditarik melalui random sampling technique. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani dengan besaran : (1) layanan supervisi 5,70%, (2) kepemimpinan kepala sekolah 17,20%, (3) fasilitas pembelajaran 6,10%, (4) kompetensi 13,90%, dan (5) motivasi berprestasi 12,60%. Pengaruh kelima variabel secara bersama-sama adalah 55,40%, sisanya 44,60% pengaruh dari variabel lain.

Terdapatnya hubungan yang signifikan antara berbagai variabel dengan kinerja guru yang tercermin dalan judul-judul tesis dan desertasi para peneliti tersebut, menunjukkan betapa banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru.

Dua faktor atau variabel lain yang penulis duga memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja mengajar guru adalah motivasi berprestasi guru dan supervisi akademik kepala sekolah terhadap guru.

Motivasi berprestasi merupakan bagian dari motivasi kerja yang lebih spesifik dengan karakteristik beroientasi pada keberhasilan, kesempurnaan, kesungguhan dan keunggulan dalam melaksanakan pekerjaan. Penulis memandang faktor tersebut sangat mengagumkan jika dimiliki oleh pegawai, khususnya guru, dan penting dalam medukung kinerja mereka.

Supervisi merupakan upaya pembinaan agar semua faktor yang mempengaruhi pegawai tidak menggangu kinerja mereka, melainkan sebaliknya,


(17)

8

menggiringnya menjadi potensi untuk bekerja secara profesional. Upaya ini menjaga pegawai sehingga mereka tetap on the track. W. Edwards Deming, ahli kualitas, menggarisbawahi pentingnya supervisi atau pengawasan sebagai bagian dari manajemen mutu keseluruhan (total). Ia mengemukakan bahwa ”pada dasarnya, kinerja karyawan lebih merupakan fungsi dari pelatihan, komunikasi, alat, dan pengawasan . . . .” (Dessler, 2006 : 322). Aktivitas supervisi berupaya untuk melakukan perbaikan yang terus menerus (continuous improvement), pencapaian kualitas dan ketercapaian tujuan yang lebih baik (Dessler, 2006 : 323). Jenis supervisi dalam dunia pendidikan disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya. Salah satunya adalah supervisi akademik yaitu supervisi pendidikan yang berupaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran melalui peningkatan kemampuan profesional guru (Satori, 2004 : 3). Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah penulis pandang penting karena merupakan rangkaian dari aktivitas quality assurance dalam pendidikan. Penilaian terhadap aktivitas supervisi akademik kepala sekolah secara kedinasan dilakukan oleh pengawas sekolah, namun dalam penelitian ini, penulis mencoba meneliti supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah ini berdasarkan persepsi guru yang disupervisinya.

Dengan latar belakang masalah seperti yang dipaparkan di atas, penulis melakukan penelitian yang berfokus pada kinerja guru dengan judul ”Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka”.


(18)

9 B.IDENTIFIKASI DAN BATASAN MASALAH

Jika dirinci, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru. Faktor-faktor tersebut bisa bersumber dari diri guru itu sendiri (internal), dan bersumber dari luar guru (eksternal).

Yang tergolong faktor internal guru antara lain : 1. Kesehatan

2. Kecacatan 3. Gender 4. Minat 5. Sikap

6. Kemampuan

7. Motivasi berprestasi 8. Persepsi 9. Kepercayaan

10. Komitmen

11. Tingkat pendidikan 12. Pengalaman kerja,

dan lain-lain.

Yang tergolong faktor eksternal guru antara lain : 1. Kebijakan

pemerntah

2. Manajemen sekolah 3. Supervisi akademik

4. Iklim sekolah 5. Sarana prasarana 6. Siswa yang

dihadapi

7. Pendapatan 8. Kehidupan sosial,

dan lain-lain.

Karena terbatasnya waktu dan dana, dalam penelitian ini penulis membatasi masalahnya pada dua faktor internal guru yang mempengaruhi kinerja mengajarnya, yaitu variabel motiovasi berprestasi guru dan variabel persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah. Adapun guru dan kepala sekolah yang dimaksudkan dalam kedua variabel tersebut adalah guru dan kepala SMP negeri di kabupaten Majalengka.

Alasan untuk memilih variabel motivasi berprestasi guru SMP negeri di kabupaten Majalengka adalah :

1. Belum terukurnya motivasi berprestasi guru SMP negeri dalam wilayah kabupaten Majalengka.


(19)

10

2. Motivasi berprestasi guru merupakan kunci keunggulan guru, yang akan berimbas pada keunggulan siswa, keunggulan sekolah dan keunggulan proses dan produk pendidikan nasional.

Sedangkan alasan memilih variabel persepsi guru tentang supervisi akademik kepala SMP negeri di kabupaten Majalengka adalah :

1. Kegiatan supervisi akademik merupakan rangkaian dalam penjaminan mutu pendidikan, tapi sering terabaikan oleh kepala sekolah. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Willis (Satori, 1989 : 100), yang menemukan bahwa kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan pekerjaan kantor dan menghadiri rapat-rapat yang sifatnya berisi masalah-masalah administratif. Di negeri kita sendiri disinyalir bahwa pengawasan internal kurang berjalan dengan baik, termasuk supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah kepada guru. Hal ini dimuat dalam harian Radar Semarang : ”Secara teoritis kepala sekolah telah banyak menyusun perencanaan supervisi guru di kelas, namun dengan dalih kesibukan tugas pokok lainnya pelaksanaan supervisi belum banyak dilakukan” (Eriyadi, 2008).

2. Supervisi akademik merupakan salah satu dimensi standar kompetensi kepala sekolah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah / Madrasah, BSNP, 2007 b : 10, 18, 26) yang perlu diketahui implementasinya.

3. Gurulah yang paling menyaksikan (melihat), mendengar, dan merasakan sendiri bagaimana kepala sekolah melakukan supervisi akademik kepada mereka secara aktual (empiris) di sekolah tempat mereka bekerja.


(20)

11

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah deskripsi empiris persepsi guru tentang perilaku supervisi akademik kepala SMP negeri di kabupaten Majalengka?

2. Bagaimanakah deskripsi empiris motivasi berprestasi guru SMP negeri di kabupaten Majalengka?

3. Bagaimanakah deskripsi empiris kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka?

4. Berapa besar kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka? 5. Berapa besar kontribusi motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar

guru SMP negeri di kabupaten Majalengka?

6. Berapa besar kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui dan menganalisis deskripsi persepsi guru tentang perilaku supervisi akademik kepala sekolah SMP negeri di kabupaten Majalengka. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis deskripsi motivasi berprestasi guru SMP

negeri di kabupaten Majalengka.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis deskripsi kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka.


(21)

12

4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya kontribusi motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka. 6. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya kontribusi persepsi guru tentang

supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini, setidak-tidaknya ada dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis menekankan manfaat penelitian ini dari segi ilmiah dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah pengembangan ilmu administrasi pendidikan khususnya fungsi supervisi, dan perilaku organisasional pendidikan menyangkut motivasi berprestasi dan kinerja mengajar guru.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Dengan mengetahui deskripsi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah, motivasi berprestasi guru dan kinerja mengajar guru, maka gambaran


(22)

13

ketiga variabel tersebut bisa menjadi bahan masukan bagi dinas pendidikan dalam menentukan kebijakan dan pembinaan pegawai, khususnya guru dan kepala sekolah.

b. Dengan mengetahui besarnya kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru, maka stakeholders pendidikan, khususnya kepala sekolah dan pengawas sekolah mendapat masukan untuk mengarahkan dan membina guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang dipimpin dan dibinanya.

c. Dengan mengetahui besarnya kontribusi motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru, maka stakeholders pendidikan, khususnya kepala sekolah dan pengawas sekolah bisa mengkondisikan terciptanya kinerja mengajar guru yang prima.

d. Dengan mengetahui besarnya kontribusi persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru, maka stakeholders pendidikan, terutama departemen (pemerintah pusat) dan dinas pendidikan (pemerintah daerah) bisa menentukan kebijakan yang kondusif dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Secara operasional persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai penafsiran atau pemahaman guru berdasarkan penglihatan, pendengaran dan perasaannya tentang perilaku


(23)

14

supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran terhadap guru SMP negeri di kabupaten Majalengka. Persepsi guru berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang didasarkan atas hasil pengamatan (persepsi) guru tentang aktivitas supervisi akademik yang dilakukan atasannya, sehingga dimensi dan indikator dari variabel ini adalah dimensi dan indikator dari supervisi akademik kepala sekolah itu sendiri, yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1.

Dimensi dan Indikator Supervisi Akademik Kepala Sekolah

DIMENSI INDIKATOR

Perencanaan supervisi akademik

Program perencanaan supervisi akademik Buku catatan supervisi akademik

Instrumen supervisi akademik Jadwal supervisi akademik Pelaksanaan supervisi akademik

Introduksi supervisi akademik

Penentuan sasaran supervisi akademik Teknik supervisi akademik

Kepemimpinan supervisi akademik Tindak lanjut supervisi akademik Pembinaan

Rewards dan Punishment

2. Motivasi Berprestasi Guru (X2)

Secara operasional motivasi berprestasi guru dalam penelitian ini didefinisikan sebagai dorongan atau keinginan guru SMP negeri di kabupaten Majalengka untuk mencapai kesuksesan, kesempurnaan bahkan keunggulan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Adapun dimensi dan indikator dari variabel motivasi berprestasi guru dapat dilihat dalam berikut :


(24)

15

Tabel 1.2.

Dimensi dan Indikator Variabel Motivasi Berprestasi Guru

DIMENSI INDIKATOR

Motif Berprestasi

(Dorongan atau keinginan untuk berprestasi)

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan harga diri Keinginan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri Harapan Berprestasi (Usaha

untuk berprestasi)

Tanggungjawab

Keberhasilan (kesuksesan) Competitiveness dan keunggulan Insentif Insentif intrinsik

3. Kinerja Mengajar Guru (Y)

Secara operasional kinerja mengajar guru dalam penelitian ini didefinisikan sebagai jumlah dan mutu proses dan hasil kerja yang dicapai guru SMP negeri di kabupaten Majalengka dalam melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan mengajarnya. Adapun dimensi dan indikator dari variabel kinerja mengajar guru dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1.3.

Dimensi dan Indikator Variabel Kinerja Mengajar Guru

DIMENSI INDIKATOR

Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan program tahunan Penyusunan program semesteran Penyusunan silabus

Penyusunan RPP Pelaksanaan Pembelajaran Pembukaan pelajaran

Proses Pembelajaran Penutupan pelajaran

Evaluasi Pembelajaran Evaluasi proses dan atau hasil pembelajaran siswa Evaluasi pembelajaran (KBM)

G. PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan asosiatif antar variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2006 : 45 dan Sugiyono,


(25)

16

2007 : 5). Sebelum sampai pada paradigma penelitian seperti yang dimaksud Sugiyono, penulis jelaskan terlebih dahulu mengenai kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini : Kinerja mengajar guru merupakan praktek profesionalisme guru dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan (nasional), melalui pembinaan perilaku belajar siswa yang menentukan prestasi belajarnya. Prestasi belajar siswa menggambarkan sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai. Tingkat ketercapaian tujuan ini memberikan feedback kepada guru. Kinerja mengajar guru itu sendiri tidak independen, melainkan dipengaruhi faktor lain yang secara garis besarnya meliputi faktor internal guru dan faktor eksternal guru. Di antara faktor internal dimaksud adalah faktor motivasi berprestasi guru, dan faktor persepsi guru tentang supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah kepada guru dalam me-manage sekolah. Kedua faktor internal guru yang mempengaruhi kinerja mengajar guru, dan kaitannya dengan perilaku belajar siswa, prestasi belajar siswa dan tujuan pendidikan tersebut dapat divisualisasikan dalam bagan berikut :


(26)

17

Bagan 1.1. Kerangka Berpikir

Adapun paradigma penelitian yang menunjukkan hubungan asosiatif antar variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah (X1) dihipotesiskan berkorelasi

dengan kinerja mengajar guru (Y). Analisis korelasinya menentukan besarnya

PERILAKU BELAJAR SISWA PROFESIONALISME GURU :

Kinerja Mengajar Guru 1. Perencanaan Pembelajaran 2. Pelaksaaan Pembelajaran 3. Evaluasi Pembelajaran

FAKTOR EKSTERNAL GURU

- Manajemen sekolah: - Perencanaan (planning) - Pengorganisasian (organizing) - Penggerakan (actuating)

- Pengkoordinasian (coordinating)

- Pengarahan (directing)

- Pengawasan (controlling) :

- Supervisi Akademik Kepala Sekolah :

1. Perencanaan program supervisi akademik 2. Pelaksanaan program supervisi akademik 3. Tindak lanjut hasil supervisi akademik

- Lingkungan tempat kerja (sekolah) - Pendapatan

- Kehidupan sosial

FAKTOR INTERNAL GURU - Fisik

- Psikis - Persepsi :

- Persepsi Guru tentang

Supervisi Akademik Kepala Sekolah

- Kepercayaan - Kompetensi

- Motivasi :

- Motivasi Berprestasi Guru: 1. Motif berprestasi

2. Harapan berprestasi 3. Insentif (intrinsik)

- Tingkat pendidikan - Status kepegawaian - Pengalaman kerja - Gender

PRESTASI BELAJAR SISWA TUJUAN PENDIDIKAN F E E D B A C K


(27)

18

koefisien korelasi (r, τ, ρ) X1Y yang diperlukan untuk menghitung besarnya

konribusi (KP) dari X1 terhadap Y. Kedua, motivasi berprestasi guru (X2)

dihipotesiskan berkorelasi dengan kinerja mengajar guru (Y). Analisis korelasinya menentukan besarnya koefisien korelasi (r, τ, ρ) X2Y, yang diperlukan untuk

menghitung besarnya konribusi (KP) dari X2 terhadap Y. Ketiga, persepsi guru

tentang supervisi akademik kepala sekolah (X1)dihipotesiskan berkorelasi dengan

motivasi berprestasi guru (X2). Analisis korelasinya menentukan besarnya

koefisien korelasi (r, τ, ρ) X1X2 yang diperlukan untuk menghitung besarnya

konribusi (KP) dari X1 terhadap X2. Terakhir, keempat, secara simultan persepsi

guru tentang supervisi akademik kepala sekolah (X1) dan motivasi berprestasi

guru (X2)dihipotesiskan berkorelasi dengan kinerja mengajar guru (Y). Analisis

korelasi ganda ketiga variabel tersebut menentukan besarnya koefisien korelasi ganda (R, M, ρ) X1X2Y, yang didasarkan pada besarnya koefisien korelasi X1X2,

X2Y dan X1X2. Koefisien korelasi ganda X1X2Y sendiri diperlukan untuk

menghitung besarnya kontribusi (KP) simultan dari X1 dan X2 terhadap Y.

Visualisasi paradigma asosiatif antara variabel X1, X2 dan Y yang diuraikan di

atas, ada pada bagan berikut :

Bagan 1.2

Paradigma Asosiatif antar Variabel Penelitian

(R, M, ρ) X1X2Y

KP X1X2Y

(r, τ, ρ) X1Y

KP X1Y

(r,τ,ρ) X1X2

KP X1X2

(r, τ, ρ) X2Y

KP X2Y

X1

X2

Y


(28)

19

Keterangan :

X1 =persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah

X2 =motivasi berprestasi guru

Y = kinerja mengajar guru r,τ,ρ = koefisien korelasi sederhana

R, M = koefisien korelasi ganda (multiple) KP = koefisien penentu (determinan)

ε

= epsilon

H. ANGGAPAN DASAR

1. A. Dale Timple mengemukakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kemampuan dan sifat keras dalam bekerja. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi (Mangkunegara, 2007 : 15). 2. Persepsi itu penting dalam studi perilaku organisasi karena perilaku manusia

didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas yang ada, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dunia seperti yang dipersepsikan adalah dunia yang penting dari segi perilaku (Robbins, 2007 : 170).

3. ”The end result of supervisory effort is improved student behavior or learning. While instructional supervision seldom impacts directly on student behavior, it contributes to this ultimate goal of the organization through its influence on teacher behavior . . .” (Alfonso et al., 1981 : 45). Dewasa ini di negara kita


(29)

20

4. ”Motif berprestasi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja (performance)

seseorang . . . ” (Uno, 2007 : 30).

I. HIPOTESIS

Rumusan masalah yang telah dikemukakan di muka dijawab dengan hipotesis kerja atau alternatif (Ha) sebagai berikut :

1. Persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka.

2. Motivasi berprestasi guru memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka.

3. Persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru SMP negeri di kabupaten Majalengka.

J. METODE PENELITIAN

Karena enam rumusan masalah yang telah dikemukakan memiliki karakteristik :

1. Menunjuk pada suatu populasi dan sampel (guru SMP negeri di kabupaten Majalengka),

2. Bermaksud untuk menentukan suatu generalisasi (sekabupaten Majalengka), 3. Memerlukan data kuantitatif dengan analisis kuantitatif (statistika) dengan


(30)

21

4. Tidak meneliti peristiwa baik yang telah terjadi (ex post facto), maupun yang berlangsung di masa lalu (sejarah),

5. Tidak memerlukan kelompok kontrol dan tidak dikontrol dengan ketat (eksperimen),

6. Bukan mengenai kebijakan administrator pada suatu organisasi pendidikan (policy research),

7. Tidak bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien (action research), dan

8. Bukan merupakan evaluasi dari suatu program,

maka metode penelitian yang digunakan adalah metode survey.

K. POPULASI DAN DAN SAMPEL PENELITIAN

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru SMP negeri di kabupaten Majalengka, baik PNS maupun non PNS. Jumlahnya menurut data yang diperoleh dari Disdikbudpora Kabupaten Majalengka pada bulan Juli 2009 adalah sebanyak 1954 guru.

Alasan penulis sehingga menggunakan guru sebagai populasi dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini berjudul ”Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka”. Jadi secara eksplisit tertuju kepada guru.


(31)

22

2. Guru adalah orang yang langsung melihat, mendengar, dan merasakan (mengalami) bagaimana kepala sekolah melakukan supervisi akademik kepada dirinya. Dengan kata lain, guru adalah orang yang dapat memotret pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan atasannya.

3. Guru adalah orang yang paling tahu tentang kondisi psikologis dirinya, termasuk motivasi berprestasi yang dimilikinya.

4. Guru adalah orang yang melaksanakan kegiatan mengajar, karena itu guru pula yang paling tahu kinerja mengajarnya.

5. Guru adalah profesional yang telah mendalami evaluasi pendidikan dan senantiasa obyektif dalam mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa. Mereka pun penulis asumsikan akan konsisten dengan sikap obyektifitasnya ketika harus mengungkapkan pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah, dan mengungkapkan motivasi berprestasi serta kinerja mengajar dirinya sendiri.

6. Dipilihnya guru SMP negeri di kabupaten Majalengka berkaitan dengan salah satu satuan pendidikan yang menjadi perhatian penulis sebagai pengawas satuan pendidikan menengah yang di lingkungan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga (Disdikbudpora) Kabupaten Majalengka meliputi SMP, SMA dan SMK. Dalam hal ini penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengawas pendidikan menengah dan dinas pendidikan tempat penulis bekerja.


(32)

23

Karena jumlah populasi yang besar, penulis tidak menggunakan seluruhnya, melainkan menggunakan sampel yang merepresentasikan populasi. Jumlah dan teknik sampling-nya dibahas dalam Bab III.


(33)

102 BAB III

METODE PENELITIAN

A.METODE PENELITIAN

”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2006 : 1). Dikatakan cara ilmiah berarti penelitian harus didasarkan pada karakteristik keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis, sehingga data yang didapatkan obyektif, reliabel dan valid. Hasilnya berguna untuk memahami dan memecahkan masalah. Enam masalah yang perlu dipecahkan, paralel dengan tujuan pemecahannya telah dirumuskan dalam Bab I. Sebagai cara untuk memecahkan masalah, Sugiyono (2006 : 4 - 20) membagi jenis penelitian (1) menurut tujuannya menjadi penelitian murni dan penelitian terapan, (2) menurut metodenya menjadi penelitian survey, penelitian ex post facto, penelitian eksperimen, penelitian naturalistik, policy research, action research, penelitian evaluasi, dan penelitian sejarah, (3) menurut tingkat eksplanasi menjadi penelitian deskriptif, penelitian komparatif, dan penelitian asosiatif, dan (4) menurut jenis data dan analisisnya menjadi penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif dan gabungannya.

Dengan menggunakan visi Sugiyono, maka penelitian yang penulis lakukan dengan judul ”Kontribusi Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMP Negeri di Kabupaten Majalengka” berkarakteristik :


(34)

103

1. Menurut tujuannya, seperti yang dikemukakan pada Bab I, penelitian ini memiliki manfaat atau keguanaan teoritis (murni) dan praktis (terapan). Gay (Sugiyono, 2006 : 6) menyatakan bahwa sebenarnya sulit membedakan antara penelitian murni dan terapan, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum.

2. Menurut metode penelitiannya, seperti dikemukakan dam Bab I, penelitian ini tergolong penelitian survey. Menurut Kerlinger penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi dengan mempelajari sampel dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel, baik sosiologis maupun variabel psikologis (Sugiyono, 2006 : 7). Menurut David Kline (Sugiyono (2006 : 7) penelitian dengan metode ini pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya dalam metode penelitian eksperimen, generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila sampelnya representatif.

3. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong asosiatif. Menurut Sugiyono (2006 : 11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Sebelum melakukan analisis korelasi antar variabel pada tingkat asosiatif, penelitian ini pun menjelaskan tiap variabelnya secara mandiri berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian nomor 1, 2


(35)

104

dan 3 pada Bab I. Dengan demikian tingkat eksplanasi penelitian yang penulis lakukan sekaligus deskriptif, karena penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel tanpa membandingkan atau menghubungkannya dengan variabel lain (Sugiyono (2006 : 11).

4. Menurut jenis data dan analisisnya, penelitian ini secara umum menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2006 : 14). Kuantifikasi pada penelitian ini terjadi saat skoring dalam skala pengukuran alternatif jawaban angket.

Dengan demikian, secara keseluruhan, metode penelitian yang benar untuk digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survey.

B.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi

”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2006 : 90). Sesuai dengan alasan yang dikemukakan dalam Bab I, penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SMP negeri di kabupaten Majalengka, baik PNS maupun non PNS. Sampai Juli 2009 ada 63 SMP di kabupaten Majalengka yang telah resmi berstatus negeri. Adapun jumlahnya menurut data yang diperoleh dari Disdikbudpora Kabupaten Majalengka pada bulan Juli 2009, dari ke-63 SMP negeri terdapat 1954 guru, dengan rincian per sekolah terlihat dalam tabel berikut :


(36)

105

Tabel 3.1.

Populasi Guru SMP Negeri Kabupaten Majalengka

NO SMP NEGERI GURU JML NO SMP NEGERI GURU JML

1 SMPN 1 Argapura 24 33 SMPN 2 Ligung 20

2 SMPN 2 Argapura 16 34 SMPN 3 Ligung 26

3 SMPN 1 Banjaran 32 35 SMPN 1 Maja 49

4 SMPN 2 Banjaran 18 36 SMPN 2 Maja 19

5 SMPN 1 Bantarujeg 31 37 SMPN 3 Maja 28

6 SMPN 2 Bantarujeg 24 38 SMPN 4 Maja 29

7 SMPN 1 Cigasong 25 39 SMPN 1 Majalengka 49

8 SMPN 1 Cikijing 43 40 SMPN 2 Majalengka 58

9 SMPN 2 Cikijing 35 41 SMPN 3 Majalengka 65

10 SMPN 1 Cingambul 33 42 SMPN 4 Majalengka 40

11 SMPN 1 Dawuan 23 43 SMPN 5 Majalengka 19

12 SMPN 2 Dawuan 34 44 SMPN 6 Majalengka 29

13 SMPN 1 Jatitujuh 34 45 SMPN 1 Malausma 28

14 SMPN 2 Jatitujuh 25 46 SMPN 1 Palasah 30

15 SMPN 1 Jatiwangi 56 47 SMPN 2 Palasah 24

16 SMPN 2 Jatiwangi 55 48 SMPN 1 Panyingkiran 33

17 SMPN 3 Jatiwangi 25 49 SMPN 2 Panyingkiran 25

18 SMPN 4 Jatiwangi 23 50 SMPN 1 Rajagaluh 37

19 SMPN 1 Kadipaten 48 51 SMPN 2 Rajagaluh 25

20 SMPN 2 Kadipaten 25 52 SMPN 3 Rajagaluh 27

21 SMPN 3 Kadipaten 23 53 SMPN 1 Sindang 22

22 SMPN 1 Kasokandel 37 54 SMPN 1 Sindangwangi 23

23 SMPN 2 Kasokandel 17 55 SMPN 2 Sindangwangi 24

24 SMPN 1 Kertajati 44 56 SMPN 1 Sukahaji 38

25 SMPN 2 Kertajati 18 57 SMPN 2 Sukahaji 26

26 SMPN 1 Lemahsugih 20 58 SMPN 1 Sumberjaya 34

27 SMPN 2 Lemahsugih 17 59 SMPN 2 Sumberjaya 34

28 SMPN 3 Lemahsugih 26 60 SMPN 3 Sumberjaya 28

29 SMPN 1 Leuwimunding 55 61 SMPN 1 Talaga 53

30 SMPN 2 Leuwimunding 28 62 SMPN 2 Talaga 19

31 SMPN 3 Leuwimunding 26 63 SMPN 3 Talaga 16

32 SMPN 1 Ligung 37

Jumlah 1954

2. Sampel

Karena populasinya cukup besar (1954 guru), ditambah keterbatasan dana, tenaga dan waktu, penulis memutuskan untuk menggunakan sampel. ”Sampel


(37)

106

adalah bagian dari jumah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyono, 2006 : 91).

Seperti dikemukakan dalam tinjauan teoritis Bab II bahwa kinerja mengajar guru, motivasi berprestasi guru, dan persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah dipengaruhi banyak faktor, baik yang berada di dalam maupun di luar sekolah tempat guru bertugas. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk mengelompokkan sekolah menurut kesamaan kondisi atau karakteristik di dalam dan di luarnya.

Pertama, yang dimaksud dengan pengelompokkan berdasarkan karakteristik di dalamnya adalah pengelompokkan atau klasifikasi sekolah menurut kesamaannya dalam kemampuan mengimplementasikan standar nasional pendidikan yang menyangkut kurikulum, proses pembelajaran, kompetensi lulusan, penilaian, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Dengan kata lain klasifikasi ini didasarkan nilai akreditasi sekolah. Menurut data yang diperoleh bulan Juli 2009 dari UPA (Unit Pelaksana Akreditasi) Kabupaten Majalengka dan Disdikbudpora Kabupaten Majalengka, semua SMP negeri (63 sekolah) di kabupaten Majalengka sudah diakreditasi, dengan nilai A dan B. Klasifikasi menurut nilai akreditasi yang diperolehnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Klasifikasi SMP Negeri Kabupaten Majalengka Menurut Nilai Akreditasi

NO

SMP NEGERI DENGAN NILAI AKEDITASI A

NO

SMP NEGERI DENGAN DENGAN NILAI AKEDITASI B


(38)

107

2 SMPN 2 Banjaran 2 SMPN 2 Argapura

3 SMPN 2 Bantarujeg 3 SMPN 1 Bantarujeg

4 SMPN 1 Cikijing 4 SMPN 1 Cigasong

5 SMPN 1 Jatitujuh 5 SMPN 2 Cikijing 6 SMPN 1 Jatiwangi 6 SMPN 1 Cingambul

7 SMPN 2 Jatiwangi 7 SMPN 1 Dawuan

8 SMPN 3 Jatiwangi 8 SMPN 2 Dawuan

9 SMPN 4 Jatiwangi 9 SMPN 2 Jatitujuh 10 SMPN 1 Kadipaten 10 SMPN 2 Kadipaten 11 SMPN 3 Kadipaten 11 SMPN 2 Kasokandel 12 SMPN 1 Kasokandel 12 SMPN 1 Kertajati 13 SMPN 3 Lemahsugih 13 SMPN 2 Kertajati 14 SMPN 1 Leuwimunding 14 SMPN 1 Lemahsugih 15 SMPN 2 Leuwimunding 15 SMPN 2 Lemahsugih

16 SMPN 3 Ligung 16 SMPN 3 Leuwimunding

17 SMPN 1 Maja 17 SMPN 1 Ligung

18 SMPN 4 Maja 18 SMPN 2 Ligung

19 SMPN 1 Majalengka 19 SMPN 2 Maja 20 SMPN 3 Majalengka 20 SMPN 3 Maja 21 SMPN 4 Majalengka 21 SMPN 2 Majalengka 22 SMPN 6 Majalengka 22 SMPN 5 Majalengka 23 SMPN 2 Panyingkiran 23 SMPN 1 Malausma 24 SMPN 2 Rajagaluh 24 SMPN 1 Palasah

25 SMPN 1 Sindang 25 SMPN 2 Palasah

26 SMPN 1 Sindangwangi 26 SMPN 1 Panyingkiran 27 SMPN 2 Sukahaji 27 SMPN 1 Rajagaluh 28 SMPN 2 Sumberjaya 28 SMPN 3 Rajagaluh

29 SMPN 1 Talaga 29 SMPN 2 Sindangwangi

30 SMPN 2 Talaga 30 SMPN 1 Sukahaji

31 SMPN 3 Talaga 31 SMPN 1 Sumberjaya

32 SMPN 3 Sumberjaya

Kedua, yang dimaksud dengan pengelompokkan menurut karakteristik di luar sekolah adalah klasifikasi menurut kondisi daerah tempat sekolah berada, yang didasarkan pada (1) aksesibilitas guru ke tempat kerjanya (ketersediaan jalan, dan alat transportasi umum), dan (2) dukungan sarana-prasarana penunjang pembelajaran (toko buku, ATK, layanan fotocopy, dll.). Berdasarkan hasil diskusi dengan pengawas satuan pendidikan menengah (SMP, SMA dan SMK) Disdikbudpora kabupaten Majalengka, diperoleh klasifikasi SMP negeri Kabupaten Majalengka menurut kondisi ”tempat tinggalnya”, sebagai berikut :


(39)

108

Tabel 3.3.

Klasifikasi SMP Negeri Kabupaten Majalengka Menurut Kondisi Daerah

NO KOTA NO TRANSISI NO DESA

1 SMPN 1 Cikijing 1 SMPN 1 Argapura 1 SMPN 2 Argapura 2 SMPN 1 Jatitujuh 2 SMPN 1 Banjaran 2 SMPN 2 Banjaran 3 SMPN 1 Jatiwangi 3 SMPN 1 Bantarujeg 3 SMPN 2 Bantarujeg 4 SMPN 2 Jatiwangi 4 SMPN 1 Cigasong 4 SMPN 1 Dawuan

5 SMPN 1 Kadipaten 5 SMPN 2 Cikijing 5 SMPN 2 Jatitujuh

6 SMPN 1 Kasokandel 6 SMPN 1 Cingambul 6 SMPN 4 Jatiwangi

7 SMPN 1 Leuwimunding 7 SMPN 2 Dawuan 7 SMPN 2 Kadipaten

8 SMPN 1 Majalengka 8 SMPN 3 Jatiwangi 8 SMPN 2 Kasokandel

9 SMPN 2 Majalengka 9 SMPN 3 Kadipaten 9 SMPN 2 Kertajati

10 SMPN 3 Majalengka 10 SMPN 1 Kertajati 10 SMPN 3 Lemahsugih 11 SMPN 4 Majalengka 11 SMPN 1 Lemahsugih 11 SMPN 2 Ligung 12 SMPN 1 Palasah 12 SMPN 2 Lemahsugih 12 SMPN 3 Ligung 13 SMPN 1 Rajagaluh 13 SMPN 2 Leuwimunding 13 SMPN 2 Maja

14 SMPN 1 Sukahaji 14 SMPN 3 Leuwimunding 14 SMPN 3 Maja

15 SMPN 1 Sumberjaya 15 SMPN 1 Ligung 15 SMPN 5 Majalengka

16 SMPN 1 Talaga 16 SMPN 1 Maja 16 SMPN 2 Panyingkiran

17 SMPN 4 Maja 17 SMPN 2 Rajagaluh

18 SMPN 6 Majalengka 18 SMPN 3 Rajagaluh

19 SMPN 1 Malausma 19 SMPN 1 Sindang

20 SMPN 2 Palasah 20 SMPN 2 Sindangwangi

21 SMPN 1 Panyingkiran 21 SMPN 2 Talaga

22 SMPN 1 Sindangwangi 22 SMPN 3 Talaga 23 SMPN 2 Sukahaji

24 SMPN 2 Sumberjaya

25 SMPN 3 Sumberjaya

Dengan mengkombinasikan dua strata nilai akrediasi (A dan B) dengan tiga strata kondisi daerah (kota, transisi, desa), didapat enam kelompok strata, yaitu :

Tabel 3.4.

Kelompok Stratum dan Jumlah Gurunya

a. Kelompok SMPN daerah kota dengan nilai akreditasi A

b. Kelompok SMPN daerah kota dengan nilai akreditasi B

1 SMPN 1 Cikijing 43 1 SMPN 2 Majalengka 58

2 SMPN 1 Jatitujuh 34 2 SMPN 1 Palasah 30

3 SMPN 1 Jatiwangi 56 3 SMPN 1 Rajagaluh 37


(40)

109

5 SMPN 1 Kadipaten 48 5 SMPN 1 Sumberjaya 34

6 SMPN 1 Kasokandel 37 7 SMPN 1 Leuwimunding 55 8 SMPN 1 Majalengka 49 9 SMPN 3 Majalengka 65 10 SMPN 4 Majalengka 40

11 SMPN 1 Talaga 53

JUMLAH 535 JUMLAH 197

c. Kelompok SMPN daerah transisi dengan nilai akreditasi A

d. Kelompok SMPN daerah transisi dengan nilai akreditasi B

1 SMPN 1 Banjaran 32 1 SMPN 1 Argapura 24

2 SMPN 3 Jatiwangi 25 2 SMPN 1 Bantarujeg 31

3 SMPN 3 Kadipaten 23 3 SMPN 1 Cigasong 25

4 SMPN 2 Leuwimunding 28 4 SMPN 2 Cikijing 35

5 SMPN 1 Maja 49 5 SMPN 1 Cingambul 33

6 SMPN 4 Maja 29 6 SMPN 2 Dawuan 34

7 SMPN 6 Majalengka 29 7 SMPN 1 Kertajati 44

8 SMPN 1 Sindangwangi 23 8 SMPN 1 Lemahsugih 20

9 SMPN 2 Sukahaji 26 9 SMPN 2 Lemahsugih 17

10 SMPN 2 Sumberjaya 34 10 SMPN 3 Leuwimunding 26

11 SMPN 1 Ligung 37

12 SMPN 1 Malausma 28

13 SMPN 2 Palasah 24

14 SMPN 1 Panyingkiran 33 15 SMPN 3 Sumberjaya 28

JUMLAH 298 JUMLAH 439

e. Kelompok SMPN daerah pedesaan dengan nilai akreditasi A

f. Kelompok SMPN daerah pedesaan dengan nilai akreditasi B

1 SMPN 2 Banjaran 18 1 SMPN 2 Argapura 16

2 SMPN 2 Bantarujeg 24 2 SMPN 1 Dawuan 23

3 SMPN 4 Jatiwangi 23 3 SMPN 2 Jatitujuh 25

4 SMPN 3 Lemahsugih 26 4 SMPN 2 Kadipaten 25

5 SMPN 3 Ligung 26 5 SMPN 2 Kasokandel 17

6 SMPN 2 Panyingkiran 25 6 SMPN 2 Kertajati 18

7 SMPN 2 Rajagaluh 25 7 SMPN 2 Ligung 20

8 SMPN 1 Sindang 22 8 SMPN 2 Maja 19

9 SMPN 2 Talaga 19 8 SMPN 3 Maja 28

10 SMPN 3 Talaga 16 10 SMPN 5 Majalengka 19

11 SMPN 3 Rajagaluh 27 12 SMPN 2 Sindangwangi 24

JUMLAH 224 JUMLAH 261

Agar sampel yang diambil dari populasi itu benar-benar representatif dan dapat meminimalisir sampling error, pengambilan sampel harus dilakukan dengan teknik sampling yang sesuai dengan karakteristik populasi.


(41)

110

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling meliputi : simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportione stratified random sampling, dan area (cluster) random sampling.

Sedangkan nonprobability sampling meliputi : sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball

sampling (Sugiyono, 2006 : 93).

Dengan karakteristik sekolah tempat guru bekerja yang berstrata seperti dijelaskan di atas, maka pengambilan sampelnya menggunakan teknik

proportionate stratified sampling. Penarikan sampel dengan teknik tersebut

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung sampel keseluruhan dengan rumus Taro Yamane, yang digunakan untuk menghitung sampel dari populasi yang sudah diketahui jumlahnya

n . . N = jumlah populasi, dan d = tingkat presisi. Dengan N = 1954 dan presisi sebesar 5%, maka sampel keseluruhannya adalah : n

, = , , , 332,0306 ≈

333 guru atau responden. 2. Menghitung sampel per stratum

Dengan menggunakan rumus n n. ni = jumlah sampel proporsional per stratum

Ni = jumlah populasi per stratum

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel keseluruhan


(42)

111

Hasilnya terlihat dalam tabel berikut : Tabel 3.5. Sampel Per Stratum

STRATUM POPULASI

SAMPEL PER STRATUM MENURUT

RUMUS PEMBULATAN

a. Kelompok SMPN daerah kota dengan nilai akreditasi A

535 91,17 91 guru

b. Kelompok SMPN daerah kota dengan nilai akreditasi B

197 33,57 34 guru

c. Kelompok SMPN daerah transisi dengan nilai akreditasi A

298 50,80 51 guru

d. Kelompok SMPN daerah transisi dengan nilai akreditasi B

439 74,81 75 guru

e. Kelompok SMPN daerah pedesaan dengan nilai akreditasi A

224 38,17 38 guru

f. Kelompok SMPN daerah pedesaan dengan nilai akreditasi B

261 44,48 44 guru

JUMLAH 1954 333,00 333 guru

3. Menghitung sampel per sekolah

Karena jumlah guru tiap sekolah tidak merata, maka untuk menentukan sekolah yang gurunya jadi sampel, dilakukan pengundian sekolah untuk tiap stratum sampai jumlah guru dari sekolah-sekolah tersebut memenuhi jumlah sampel stratum terkait. Jika sampel suatu stratum tercukupi oleh satu sekolah terundi, dengan jumlah guru yang sesuai maka jumlah itu yang digunakan, jika lebih maka sisanya tak diambil. Jika sampel suatu stratum baru tercukupi oleh lebih dari satu sekolah terundi, dan jumlah keseluruhannya lebih dari sampel stratum tersebut, maka jumlah sampel tiap sekolah terundi dari stratum tersebut diperhitungkan secara proporsional dengan rumus n n.


(43)

112

ni = jumlah sampel proporsional per sekolah

Ni = jumlah guru satu sekolah

N = jumlah guru dari sekolah terundi dalam satu stratum n = jumlah sampel per stratum

Hasil pengundian, dan sampel guru per sekolah terundi sesuai hitungan rumus tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.6.

Sampel Per Sekolah Terundi

KELOMPOK STRATUM SAMPEL PER STRATUM SMP NEGERI TERUNDI JML GURU JML GURU SEKOLAH TERUNDI DLM SATU STRATUM SAMPEL PER SEKOLAH a.Kelompok SMPN

daerah kota dengan nilai akreditasi A

91 guru

SMPN 3

Majalengka 65

120

49 guru SMPN 2 Jatiwangi 55 42 guru b.Kelompok SMPN

daerah kota dengan nilai akreditasi B

34 guru SMPN 1

Rajagaluh 37 37 34 guru

c.Kelompok SMPN daerah transisi dengan nilai akreditasi A

51 guru

SMPN 1 Banjaran 32

55

30 guru SMPN 3

Kadipaten 23 21 guru

d.Kelompok SMPN daerah transisi dengan nilai akreditasi B

75 guru

SMPN 2 Dawuan 34

84

30 guru SMPN 2

Lemahsugih 17 15 guru SMPN 1

Panyingkiran 33 30 guru e.Kelompok SMPN

daerah pedesaan dengan nilai akreditasi A

38 guru

SMPN 2

Bantarujeg 24

51

18 guru

SMPN 3 Ligung 26 20 guru

f.Kelompok SMPN daerah pedesaan dengan nilai akreditasi B

44 guru

SMPN 2 Argapura 16

68

10 guru SMPN 3 Maja 28 18 guru SMPN 2

Sindangwangi 24 16 guru

JUMLAH 333 guru 13 SMPN 414 414 333 guru

Untuk kepentingan analisis lebih lanjut yang berkaitan dengan karakteristik guru (jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pelajaran, staus kepegawaian, masa kerja, dan pangkat / golongan gaji), angket akan disebar ke semua jumlah guru SMP negeri terundi, yaitu sebanyak 414 guru.


(44)

113

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk keperluan pengumpulan data, penulis menggunakan teknik-teknik berikut :

1. Studi Dokumenter

Studi dokumenter diartikan sebagai usaha untuk memperoleh data dengan jalan menelaah catatan-catatan yang disimpan sebagai dokumen atau files. Teknik ini ditempuh untuk memperoleh data-data mengenai jumlah guru dan nilai akreditasi SMP negeri di kabupaten Majalengka.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka diartikan sebagai teknik untuk memperoleh data atau informasi dari berbagai tulisan ilmiah baik cetak maupun elektronik yang menunjang penelitian dan bahasan tesis ini. Teknik ini ditempuh untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai masalah yang diteliti, terutama dalam menentukan arah, metoda dan landasan teoritis penelitian.

3. Wawancara

Wawancara atau lebih tepatnya diskusi diartikan untuk memperoleh data secara face to face dengan orang yang mengetahui informasi yang diperlukan. Yang dalam hal ini adalah para Pengawas Dikmen Disdikbudpora Kabupaten Majalengka. Dikatakan diskusi karena penulis sendiri merupakan pengawas dari unit kerja tersebut, ikut terlibat mengajukan pendapat. Teknik ini ditempuh untuk mendapatkan data mengenai kondisi daerah tempat sekolah berada dalam rangka stratifikasi populasi, mengingat belum ada pemetaan sekolah (SMP) menurut kondisi daerahnya.


(45)

114 4. Angket (Kuesioner)

Kuesioner atau angket pada dasarnya adalah suatu daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk diisi responden. Ditinjau dari cara menjawabnya, angket dibagi dua, yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka adalah angket yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya atau jawabannya, sedangkan angket tertutup adalah angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban sehingga responden tinggal menadai salah satu pilihan yang paling sesuai dengan pendapat atau keadaannya. Dalam penelitian ini digunakan hanya angket tertutup. Teknik ini ditempuh untuk mengukur variabel penelitian.

Berbeda dengan teknik pengumpulan data pertama, kedua dan ketiga yang tidak memerlukan persiapan yang berarti, teknik pengumpulan data yang ketiga yaitu angket, memerlukan serangkaian kegiatan untuk menyusunnya sampai bisa digunakan sebagai instrumen penelitian.

D. PENYUSUNAN ANGKET

Angket dalam penelitian ini merupakan instrumen penelitian yang utama. Sebagai alat ukur variabel, sesuai dengan jumlah variabelnya penelitian ini menggunakan tiga angket. Ketiga angket merupakan angket tertutup yang diformat menjadi dua bagian namun disajikan kepada responden dalam kemasan satu set.

Bagian pertama adalah item (pernyataan) yang berupa perilaku hasil penjabaran dari variabel. Untuk keperluan ini, terlebih dahulu melakukan


(46)

langkah-115

langkah (1) identifikasi variabel-variabel yang terdapat dalam judul penelitian, (2) penjabaran variabel menjadi sub-sub variabel atau dimensi-dimensi, (3) penjabaran sub variabel atau dimensi menjadi indikator-indikator, (4) penjabaran indikator menjadi deskriptor-deskriptor, dan (5) perumusan deskriptor menjadi item atau butir-butir instrumen (Riduwan, 2007 b : 32 - 55). Butir-butir instrumen tersebut merupakan operasionalisasi spesifikasi atau operasionalisasi dari teori masing-masing variabel yang diuraikan pada Bab II, dan telah didefinisikan secara operasional sampai pada dimensi dan indikatornya pada Bab I.

Bagian kedua adalah jawaban terhadap item angket (bagian satu), yang tak lain merupakan skala untuk mengukur item. Skala pengukuran ”merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif” (Sugiyono, 2006 : 105).

Terdapat beberapa skala pengukuran, antara lain : skala nominal yang akan menghasilkan data nominal, skala ordinal yang akan menghasilkan data ordinal, skala interval yang akan menghasilkan data interval, dan skala rasio yang akan menghasilkan data rasio (Sugiyono, 2006 : 106).

Riduwan dan Akdon (2007 : 11 - 15) menjelaskan keempat sekala tersebut. Menurut mereka, skala nominal adalah skala yang paling sederhana, disusun berdasarkan jenis atau katagori. Contoh data nominal, misalnya katagori warna kulit : 1 hitam, 2. kuning, dan 3. putih. Angka dalam skala nominal hanya simbol bilangan untuk membedakan satu karakteristik dengan karakteristik lainnya. Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari peringkat


(47)

116

tertingi sampai terendah atau sebaliknya. Contoh data ordinal misalnya data mengenai kejuaraan olah raga, kepangkatan militer dan sebagainya. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data lain dengan bobot yang sama. Misalnya mengenai waktu : menit, jam, hari. Kemudian skor ujian : A, B, C dan D. Ada jarak dari skor berapa sampai skor berapa yang tergolong A, dan seterusnya. Skala rasio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak (tidak pernah negatif) dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya mengenai umur dan timbangan. Berkaitan dengan analisis statistik, data nominal dan data ordinal dianalisis dengan statistik non parametrik, sedangkan data interval dan data rasio dianalisis dengan statistik parametrik.

Untuk mengukur gejala sosial, yang terdiri dari (1) perilaku dan kepribadian, dan (2) aspek budaya dan lingkungan sosial, lebih banyak menggunakan skala interval. Sesuai dengan variabel yang akan diukur, yaitu berupa perilaku manusia dalam organisasi sekolah, penelitian ini menggunakan skala interval. Menurut Sugiyono (2006 : 106), skala interval yang sering digunakan dalam mengukur perilaku sosial dan kepribadian adalah skala sikap, skala moral, skala partisipasi sosial, dan tes karakter (Sugiyono, 2006 : 106). Dalam penelitian ini digunakan skala sikap. Skala sikap yang banyak dikenal antara lain (1) skala Likert, (2) skala Guttman, (3) skala semantic differential, (4) rating scale, dan (5) skala Thurstone (Sugiyono, 2006 : 107, Riduan dan Akdon, 2007 : 16).

Berkaitan dengan aneka jenis skala sikap, jawaban yang disediakan dalam instrumen penelitian ini mengikuti skala Likert. ”Jawaban setiap instrumen yang


(48)

117

menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif” (Sugiyono, 2006 : 107). Dalam hal ini, penulis menyusunnya berdasarkan frekuensi. Terdiri dari lima opsi kontinum (gradasi), bergerak dari frekuensi tinggi ke frekuensi rendah untuk dipilih responden (guru) : (1) SS = Sangat Sering, (2) S = Sering, (3) KK = Kadang-Kadang, (4) J = Jarang, dan (5) TP = Tidak Pernah.

Adapun kisi-kisi angket, sesuai dengan variabel yang diukurnya adalah sebagai berikut :

1. Kisi-kisi Angket Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Tabel 3.7.

Kisi-kisi Angket Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR DESKRIPTOR ITEM NO JML % Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah Perencanaan supervisi akademik Program perencanaan supervisi akademik

Program tahunan 1 1 4,348 Program

semesteran

2 1 4,348

Buku catatan supervisi akademik

Penyiapan buku catatan

3 1 4,348

Instrumen supervisi akademik Lembar observasi, angket, pedoman wawancara, dll.

4 1 4,348

Jadwal supervisi akademik

Penyiapan jadwal 5 1 4,348 Publikasi jadwal 6 1 4,348 Pelaksanaan supervisi akademik Introduksi supervisi akademik Penyuguhan hasil supervisi sebelumnya

7 1 4,348

Penentuan sasaran supervisi akademik

Penentuan sasaran 8 1 4,348

Teknik supervisi akademik

Classroom visit 9 1 4,348 Classroom

observation

10 1 4,348 Pertemuan

individual

11 1 4,348 Penilaian oleh

guru sendiri

12 1 4,348 Rapat 13 1 4,348 Diskusi kelompok 14 1 4,348 Demonstrasi

pembelajaran

15, 16


(49)

118 Studi banding 17 1 4,348 In house training

(IHT)

18 1 4,348 Kepemimpinan

supervisi akademik

Kepemimpinan yang demokratis

19 1 4,348

Tindak lanjut supervisi akademik

Pembinaan Pembinaan berdasarkan hasil penilaian

20 1 4,348

Rewards dan Punishment

Rewards 21 1 4,348 Punishment 22 1 4,348 Menyikapi

rewards dari luar

23 1 4,348

Jumlah 23 100

2. Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi Guru

Tabel 3.8.

Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi Guru

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR DESKRIPTOR ITEM NO JML % MOTIVASI BER-PRESTASI Motif (Dorongan atau keinginan) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan harga diri

Keinginan menjadi guru 1, 2, 3

3 12,5 Keinginan mendapat

penghargaan kerja

4, 5 2 8,3 Keinginan untuk

memprioritaskan prestasi

6, 7 2 8,3 Dorongan untuk

memenuhi kebutuhan aktualisasi diri

Keinginan untuk

mengerahkan potensi diri

8, 9 2 8,3 Antusiasme kerja 10,

11

2 8,3 Harapan

(Berusaha)

Tanggungjawab Kesiapan menanggung resiko pekerjaan

12 1 4,225 Penuntasan pekerjaan 13 1 4,225 Kepercayaan diri dan

Independensi

14, 15

2 8,3 Keberhasilan (kesuksesan) Pencapaian target pekerjaan 16, 17

2 8,3 Competitiveness dan keunggulan Competitiveness hasil pekerjaan 18, 19, 20

3 12,5

Penanganan tugas yang menantang

21 1 4,225 Insentif Insentif intrinsik Enjoyment menjadi guru 22,

23

2 8,3 Dedikasi 24 1 4,225


(1)

200 DAFTAR PUSTAKA

Alfonso et al. (1981). Instructional Supervision, A Behavioral System.Boston, London, Sydney, Toronto : Allyn and Bacon, Inc.

Arikunto, Soeharsimi. (2004). Dasar-dasar Supervisi. Jakarta : PT. Rieneka Cipta.

BSNP. (2006 a). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : BSNP.

BSNP. (2006 b). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : BSNP.

BSNP. (2007 a). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah. Jakarta : BSNP.

BSNP. (2007 b). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah / Madrasah. Jakarta : BSNP.

BSNP. (2007 c). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta : BSNP.

Bobko, Philip. (1977). ”A Note On Moran’s Measure of Multiple Rank Correlation”. Psychometrika, Vol 42, no.2 June 1977. page 311.

Cokroaminoto. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu. [Online]. Tersedia: http://performance.blogetery.com /2007/06/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-individu-respon-untuk-zaenul/). [11 April 2009]. Danim, Sudarwan. (2008). Kinerja Staf dan Organisasai. Bandung : CV. Pustaka

Setia.

Daryanto, H.M. (2006). Administrasi Pendidikan. Jakatra: Rineka Cipta.

Degeng. Komparasi Pembelajaran Behaviorisme dengan Konstruktivisme. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/12/14/ komparasi-pembelajaran-behaviorisme-dengan konstruktivisme/). [11 April 2009].

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka. Depdikbud. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka.


(2)

201 Depdikbud. (1999). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen,

Direktorat Dikmenum.

Depdiknas. (2006 a). Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Depdiknas. (2006 b). Panduan Umum Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Depdiknas. (2008 a). Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta : Direktorat Jenderal PMPTK.

Depdiknas. (2008 b). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta : Direktorat Jenderal PMPTK.

Dessler, Gary. (2006). Manajemen sumber Daya Manusia, Jiid 1. Jakarta : PT. Indeks.

Dictionary of Vocational Psychology. [Online]. Tersedia: http://

vocationalpsychology.com/term_nAch.htm. [31 Desember 2008]. Djatmiko, Yayat Hayati. (2003). Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta.

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga.

Erhans. (2003). Microsoft Office XP. Jakarta : Pt. Ercontara Rajawali dan WIT. Eriyadi, Sri. (2008). Supervisi Kepala Sekolah Semakin Terabaikan. [Online].

Tersedia : http://www.radarsemarang.com/community/artikel-untukmu-guruku/3122-supervisi-kepala-sekolah-semakin-terabaikan-.html.

Hamalik, Oemar. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan, Malayu S.P. (2007 a). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasibuan, Malayu S.P. (2007 b). Organisasi dan Motivasi, Dasar Pemikiran Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.

Husdarta, J.S. (2007). ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani”. Mimbar Pendidikan. 3, 12 - 25.


(3)

202 Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif. Bandung : Bumi Aksara.

Kustono, Djoko (2007). Urgensi Sertifikasi Guru. Makalah Seminar Nasional Dalam Rangka Dies UNY ke-43 tanggal 5 Mei 2007 di Yogyakarta. Dalam Setiawan, Ngadirin PENGEMBANGAN MODEL AUDIT KINERJA GURU DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI PENDIDIK. [Online]. Tersedia: http://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id/data/file/2008/ makalah_peserta/45_Ngadirin_PENGEMBANGAN%20MODEL%20AUDI T%20KINERJA%20GURU%20.pdf. [11 April 2009].

Luthans (2002). Organizational Behavior. New York : McGraw-Hill.

Makmun, Abin Syamsudin. (2005). Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2007). Evaluasi Konerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. (2006). Human Resource Management, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. McMillan, H. James dan Schumacher, Sally. (2001). Research in Education, A

Conceptual Introduction. New York dll. : Longman.

Microsoft Corporation. (2007). Encarta Dictionaries, Microsoft® Encarta® 2008 (software).

Mutu Guru Sudah Mutlak Pemerintah Harus Bantu Memperluas Wawasan Guru. [Online]. Tersedia:http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/06/01035533/ mutu.guru.sudah.mutlak. [10 Pebruari 2008].

Nawawi, Hadari. (1983). Administrasi Pendidikan. Jakarta : PT. Gunung Agung. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (Materi Penataran KTSP 2007).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Materi Penataran KTSP 2007).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun


(4)

203 2006 tentang Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Materi Penataran KTSP 2007).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.

Perception (Psychology), Encyclopedia Article. [Online]. Tersedia :

http://encarta.msn.com/encyclopedia_761571997/Perception_(psychology) html. [3 Nopember 2009].

Persepsi. [Online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi). [3 Nopember 2009].

Permadi, Dadi dan Arifin, Daeng. (2007). Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Bandung : PT. Sarana Panca Karya Nusa.

Pratisto, Arif. (2005). Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Purwanto, M. Ngalim. (2002). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan dan Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta.

Riduwan dan Kuncoro, Engkos Achmad. (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta.

Riduwan. (2006). Kontribusi Kompetensi Profesional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dosen (Studi pada Universitas Jendral Achmad Yani Kota Cimahi. Tesis pada PPS UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Riduwan. (2007 a). Metode dan Teknik Menyususn Tesis. Bandung : Alfabeta. Riduwan. (2007 b). Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta. Robbins, Stephen P. et al. (2003). Foundations of Management. Pearson

Education Australia : Prentice Hall.

Robbins, Stephen P. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Indeks.

Rosari, Renati Winong (ed.). (2007). Microsoft Office 2007. Semarang : Penerbit Andi dan Wahana Komputer.

Sagala, H. Syaiful. (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.


(5)

204 Sallis, Edward. (2007). Total Quality Management in Education, Manajemen

Mutu Pendidikan. Jogjakarta : IRCiSoD.

Satori, Djam’an. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar. Desertasi pada PPS IKIP Bandung, tidak diterbitkan.

Satori, Djam’an. (2004). Paradigma Baru Supervisi Pendidikan untuk Peningkatan Mutu dalam Konteks Peranan Pengawas Sekolah dalam Otonomi Daerah. Makalah pada Seminar Peranan Pengawas dalam Otonomi Daerah 17 Maret 2004. Bandung : APSI Provinsi Jawa Barat. Seyfarth, John T. (2002). Human Resources Management for Effective School.

Boston : Allyn and Bacon.

Siagian, Sondang P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta : Paramadina.

Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Bandung : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Statistical Glossary, Weighted Mean. [Online]. Tersedia : http://www.statistics. com/resources/glossary/w/wmean.php. [20 Juni 2009].

Statistik Depdiknas. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/statistik/0607 /smp_0607/tbl_14i.pdf. [8 April 2009].

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Supardi. Supervisi. [Online]. Tersedia: http://www.batukota.go.id/slibmedia/ Arsip%20Pembangunan/3145-08%20Supervisi %20P.%20Supardi.pdf). [31 Desember 2008].

Susahnya Benahi Profesi Guru (Kompas, Selasa, 21 Februari 2006). [On line]. Tersedia : http://64.203.71.11/kompascetak/0602/21/humaniora/2455732. htm. [10 Pebruari 2009].

Sutermeister, Robert A., (1976) People and Productivity, New York: Mc. Graw. Hill Book Company.

Teacher Performance Management. [Online]. Tersedia: http://www.minedu. govt.nz/~/media/MinEdu/Files/EducationSectors/PrimarySecondary/School


(6)

205 OpsEmploymentConditions/TeacherPerformanceManagement.pdf. [22 Ma-ret 2009].

Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : P.T. Rajagrafindo Perkasa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno, Hamzah B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer. (1998). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Wikipedia. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Weighted_mean. [22 Maret 2009].

Wijaya, (2000). Statistik Nonparametrik (Aplikasi Program SPSS). Bandung : Alfabeta.

Wuviani, Via. (2005). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. Tesis pada FPS UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Zenzen, Thomas G. (2002). Achivement Motivation - A Research Paper Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Master of Science Degree Industrial / Technology Education Approved: 2 Semester Credits, Investigation Advisor, The Graduate College, University of Wisconsin-Stout. Tersedia : http://www.uwstout.edu/lib/thesis/2002/2002zenzent.pdf. [31 Desember 2008].


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU SMKN BISNIS MEDAN.

0 2 35

KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI Kontribusi Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Dan Komunikasi Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru Serta Dampaknya Pada Kinerja Guru SMP Negeri 2 Wonogiri

0 1 19

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 17

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 2 46

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

1 8 54

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN KARAWANG.

0 0 50

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN:Studi tentang Persepsi Guru atas Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Indramayu.

7 30 69

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 1 114

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

0 0 14

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SDN

0 2 10