Bimbingan dan Konseling Islam, Autis, Pengalaman orangtua
d Ikhlas menerima ketentuan allah atas dirinya
2 Aktualisasi rukun islam dalam kehidupan sehari-hari.
a Meninggalkan segala bentuk sirik
b Mendirikan solat wajib dan solat sunah secara benar
c Melakukan puasa wajib dan sunah secara benar
5
d Nuansa konseling islam.
Peran utama konselor dalam konseling dengan pendekatan ini adalah sebagai pengingat, yaitu sebagai orang yang mengingatkan individu yang di bimbing dengan
cara allah. Dikatakan mengingatkan sebab, konseling dengan pendekatan ini adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan kembali kepada fitrah.
Maka dalam membantu individu pun dilakukan sesuai dengan cara-cara yang di ajarkan allah dalam al-
Qur’an dalam surat an-Nahl 16, ayat 125 yaitu a dengan cara yang terbaik, dengan rujuka yang paling benar atau bebas dari kesalahan, dan
mendatangkan manfaat atau kebaikan yang paling benar, b dengan ucapan yang menyentuh hati dan mengantar kepada kebaikan, agar ucapan itu bisa menyentuh hati
maka perlu keteladanan dari yang menyampaikannya.
6
2. Autis
a. Anak autis
Anak autis adalah anak yang menderita gangguan perkembangan pervasive pervasive developmental disorders secara khas gangguan ini ditandai dengan distorsi perkembangan
fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan ketrampilan sosial dan berbahasa, seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan
5
Anwar Sutoyo. Bimbingan dan Konseling Islam,hal.217
6
Anwar Sutoyo. Bimbingan dan Konseling Islam,hal.218
motorik. Menurut sebuah hasil penelitian, tingkat pervalensi dari autisme ini diperkirakan empat sampai lima per 10.000 anak mengalami gangguan autisem. Anak yang mengalamai
gangguan autisme menunjukkan kurang respon terhadap orang lain,dan memunculkan respons yang aneh terhadap berbagai macam aspek lingkungan di sekitarnya, yang semua ini
berkembang pada masa 30 bulan pertama anak. Terkadang para ahli gangguan perkembangan anak menjelaskan gangguan ini dengan nama gangguan autisme infantile.
7
Autism juga bisa disebut prerilaku abnormal. Istilah ini memiliki arti yang bermacam- macam.kadang-kadang dipakai untuk menunjukkan aspek batiniah kepribadian, aspek perilaku
yang langsung dapat diamati, atau keduanya. Kadang-kadang hanyalah perilaku spesifik tertentu.
8
b. Ciri-ciri anak autis.
Dari hal ini jika seorang anak terkena autis, gejala yang tampak antara anak satu dengan yang lain berbeda, gejalaauts sangatlah bervariasi. Sebagian anak berperilaku
hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri sendir, berikut ada 18 ciri-ciri anak autis: 1
Sulit bersosialisasi dengan anak lainnya. 2
Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya. 3
Tidak pernah atau jarang sekali kotak mata. 4
Tidak peka terhadap rasa sakit. 5
Lebih suka menyendiri, sifatnya agak menjauhkan diri. 6
Suka benda-benda yang berputarmemutarkan benda. 7
Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan.
7
Triantoro Safaria, Autisme, Yogyakarta:Graha Ilmu 2005,hal,3-4
8
A. Supratiknya, mengenal perilaku abnormal,Yogyakarta:kanisius1995,hal,12
8 Hiperaktifmelakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak melakukan
apa pun terlalu pendiam 9
Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka menggunakan isyarat atau menunjuk dengan tangan dari pada kata-kata.
10 Menunut hal yang sama; menentang perubahan atas hal-hal yang bersifat rutin.
11 Tidak peduli bahaya.
12 Menekuni permainan dengan cara aneh dalam waktu lama.
13 Mengulangi kata atau kalimat, tidak berbahasa biasa echolalia.
14 Tidak suka di peluk disayang atau menyayangi.
15 Tidak tanggap dengan isyarat kata-kata, bersikap seperti orang tuli.
16 Tidak berminat dengan metode pengajaran yang biasa.
17 Suka mengamukmemperlihatkan kesedihan tanpa alasan yang jelas tantrums.
18 Kecakapan motorik kasarmotorik halus yang seimbang seperti tidak mau menendang
bola namun dapat menumpuk balok-balok.
9
Jadi, dari uraian konsep-konsep diatas, maka bisa di simpulkan bahwa mendeskripsikan tentang pengalaman orang tua yang berhasil membimbing anaknya yang autis dalam perspektif
bimbingan konseling islam, sehingga anak tersebut menjadi sukses dan bisa di terima di masyarakat umum.
c. Faktor dan dampak dari penyandang autis.
Diketahui akhir-akhir ini, anak autis sering lahir dari pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan tinggi. Karena menurut prnelitian hasil yang di dapat adalah daerah
yang di tempati pasangan yang berpendidikan tinggi, di temukan banyak anak autis di
9
Aqila Smart, anak cacat bukan kiamat, , Yogyakarta:katahati 2010,hal.60
bandingkan daerah yng di tempati oleh pasangan dengan pendidikan yang sedang-sedang saja. Namun, ada pula yang mengatakan anak autis juga terlahir dari pasangan yang sudah
berumur.
10
berikut adalah beberapa faktor dan dampak dari autis. 1
Vaksin yang mengandung thimerosal. Thimerosal merupakan zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena
banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan thimerosal di Negara maju. Nanum, entah bagaimana halnya di Negara berkembang.
2 Televisi.
Semakin maju suatu Negara, biasanya interaksi antara anak dan orangtua semakin berkurang karena berbagai hal. Kompensasinya, TV sering digunakan
sebagai penghibur anak. Ternyata, ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab utisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya.
3 Genetik
Ini adalah dugaan awal dari penyebab autis. Telah lama di ketahui bisa di turunkan dari orangtua kepada anaknya. Namun, tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi
lainnya. Salah satu contohnya adalah anak-anak yang lair dari ayah yang berusia lanjut memiliki kasus lebih besar untuk menderita autis meskipun ayangnya normal.
4 Makanan
Mengingat dari sebelumnya. Penelitian pun menemukan peyebab mengapa kasus ADHD mengingat pada tahun itu. Hasil penelitian itu
11
menunjukkan pada zat kimia yang ada pada makanan modern dicurigai sebagai penyebab utama meningkatnya
10
Aqila smart, anak cacat bukan kiamat, hal. 57
11
Aqila smart, anak cacat bukan kiamat, hal.60-62
kasus ini. Ketika zat-zat pada makanan tersebut dihilangkan, kasus ADHD menurun secara drastis.
5 Radiasi langsung pada bayi.
Sebuah riset dalam sekala besar menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang ultrasonik berlebihan akan cenderung menjadi kidal. Dengan makin banyaknya radiasi
di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan menyebabkan autis. 6
Asam folat Zat ini bisa di berikan pada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin.
Hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sebesar 30. Namun, di lain pihak, tingkat autis pada janin meningkat.
7 Sekolah lebih awal.
Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa menyekolahkan anak lebih awal akan memicu timbulnya autis. Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autis
sebetulnya bisa sembuh membaik dengan berada dalam lingkup orangtuanya. Namun, karena justru di pindahkan di lingkungan asing yang berbeda, beberapa anak jadi
mengalami shock,dan bakat autisnya menjadi muncul sangat jelas.
d. Dampak anak autis.
1 kesulitan dalam interaksi dengan orang lain
anak autis menunjukkan perbedaan yaitu cara interaksinya yang unik. Mereka jarang melakukan kontak mata, tidak banyak tersenyum, dan tidak menunjukkan ekspresi
emosi seperti anak-anak lainnya. Bila tertarik pada seseorang, anak autis biasanya meniru
gerak-gerik orang tersebut dan mengikuti kemanapun dia pergi. Cara ini bukannya mereka banyak teman, melainkan justru membuat teman-temannya menjauh.
2 Hambatan berbicara dan berkomunikasi
Anak autis biasanyaberbicara cukup baik tetapi kesulitan dalam hal belajar kata- kata abtrak. Jauh lebih mudah mengerti kata-kata benda karena bisa dilihat dan bisa di
pegang, selain bahasa komunikasi non verbal mereka juga bermasalah. Sikap tubuh mereka sering menunjukkan ketidakinginnan untuk berdekatan, atau sebaliknya berdiri
terlalu dekat dengan lawan bicara sehingga orang lain jadi risih. Nada suara mereka cenderung monoton, seringkali bicara terlalu keras, atau terlalu cepat.
12
3 Tingkah laku repetitif dan minat yang sempit.
Tingkah laku ini sering di sebut stimulasi diri atau stimming yang biasanya muncul saat mereka frustasi, marah atau sangat senang. Selain itu mereka sukapada
rutinaitas yang kaku dan menjadi marah atau cemas bila terjadi perubahan tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Bahkan perubahan susunan barang-barang di rumah dan
di sekolah juga bisa menimbulkan emosi negatif. 4
Gangguan tingkah laku. Ada anak autis yang tampak tenang dan gembira selama di biarkan melakukan
kegiatan yang di sukainya. Tetapi bila dilarang atau disuruh melakukan sesuatu yang tidak di sukai, mulai muncul tingkah laku agresif. Dalam sekejab kegembiraan mereka
berubah menjadi tangisan dan amukan. Tidak jarang orang di dekat mereka menjadi sasaran pukulan, gigitan bahkan tendangan berkekuatan tinggi.
13
3. Pengalaman orangtua dalam menangani anak autis.
12
Adriana S. Ginanjar,Menjadi orangtua istimewa,Jakarta: DIAN RAKYAT, 2008, hal,24
13
Adriana S. Ginanjar,Menjadi orangtua istimewa,25
Dalam menghadapi anak autis, kita harus mengetahui kebiasaan anak itu, pada umumnya anak autis tidak suka diperlakukan kasar, keras, ataupun omongan-omongan yang
bersifat memerintah, hendaknya kita harus membiasakan apa saja yang dia lakukan. Kalaupun kebiasaan itu salah hendaklah kita arahkan ke hal yang lain dengan cara tidak memarahinya.
Kita arahkan ke hal yang positif, contoh bangun pagi solat, sehari harus solat lima waktu, jika sudah dewasa harus mencuci pakaiannya sendiri, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
kehidupannya sehari-hari. Pengalaman seorang ibu yang mempunayi anak autis ini anaknya sngat mandiri, dari umur empat tahun dia sudah bisa tidur sendiri, dan pada usia tujuh tahun
sudah bisa cebok, mandi sendiri, dan mempersiapkan keperluhan sekolahnya sendiri, dari situ ada peran ibu yang selalu menerima anaknya apa adanya tidak di tutup-tutupi, contoh di
bawanya anak ibu ini kemana saja, baik ke kampus,maupun ke rapat nasional atau pun ke rapat internasional. Bila ibu ini rapat dia tidak berprilaku agresif dan cenderung diam duduk manis,
dia juga bisa bersosialisasi dengan siapa saja,karena dari kecil dia sering di ajak ibunya ke pertemuan,undangan,dengan tanpa rasa malu ibu ini mengajaknya. Ibunya selalu
memperkenalkan anaknya kepada teman-temannya yang bertemu dengan dia,dan anaknya sangat terbuka sekali sekaligus tidak memalukan.
Ibu ini sangat bangga kepada anaknya, menginjak dewasa dia menjadi asisten ibunya sendiri, secara tidak langsung, dengan membawakan buku, menyiapkan leptop, bila ibunya ke
kampus, dan mempersiapkan bolpoin dan kertas bila perlu maka pada saat akir bulan ibunya memberikan uang imbalan sebesar 300 ribu dan ibunya berkata ini adalah gaji mu, karena kamu
bekerja pada mama, dan dia kelihatan mengerti, dan ternyata uang tersebut biasa dia pakai untuk membelikan baju keponakannya, traktir orang di sekitarnya dan masih banyak lagi, dan
sebagian dia tabung. Itulah sekilas pengalaman ibu yang berhasil merawat anaknya yang autis,
kesimpulannya, bergantung pada kita bagaimana cara kita membuat dia mandiri, tanpa membedakan dengan saudaranya yang normal, memberi pengertian dengan sudaranya, dan
jangan pernah menyembunyikan dia dari orang lain jangan merasa malu mempunyai anak autis, itu sangat tidak membantu anak untuk berkembang, yang penting yang lebih terhadap
anak autis, dan sabar.
14
Selain itu interaksi yang baik antara orangtua dan anaknya yang dilandasi cinta kasih akan mampu membuka jalan bagi di temukannya kebahagiaan. Unuk itu. Orangtua perlu
memahami keterbatasan anak dan menemukan hal-hal positifnya. Lalu, mendapatkan target- target sesuai kondisi anak. Cinta kasih yang diberikan orangtua bagi penanganan anaknya bisa
menjadi awal dari sebuah harapan yang lebih baik.
15
a. Sikap orang tua terhadap anak autis.
1 Jangan terlalu larut dalam kesedihan.
Setiap orangtua pada awalnya pasti memiliki perasaan kecewa jika mengetahui anaknya menderita autis. Namun, kesadaran orangtua juga sangat penting bagi mental
anak. Orangtua yang sadar pentingnya pergaulan dan perkembangan bagi anak akan membantu memberikan motivasi bagi anakautis.
16
2 Lihat ke depan dan tetap konsisten bahwa anak pasti bisa.
Anak yang memiliki kekurangan juga dapat berprestasiakan membangun suatu harapan bahwa mereka pasti bisa menjadi lebih baik dari sekarang.
3 Pahami kesukaan dan hal-hal yang tidak di sukai si anak
14
HR,Hsdianah, Autis pada Anak,Yogyakarta:Nuha Medika.2013,hal.112
15
Aqila Smart. Anak cacat bukan kiamat,hal, 57
16
Aqila smart, anak cacat bukan kiamat, hal:55
Anak autis cukup sensitif terhadap lingkungan dan benda-benda di sekitarnya jika mereka suka, mereka akan merasa nyaman dan terlarut dalam aktivitasnya. Namun,
jika tidak suka, mereka tidak segan untuk memberontak, marah, berteriak. Sebisa mungkin hindarkan dari hal-hal yang tidak disukainya.
17
4 Berikan rutinitas yang menyenangkan.
Orangtua perlu memberikan gambaran pada anak tentang aktivitas yang akan dilaluinya dalam keseharian. Misalnya, saat bangun tidur, mereka perlu mandi, ganti
baju, dan berangkat sekolah. Gambaran tersebut akan menjadi rutinitas yang menyenagkan bagi anak. Jika suatu saat orangtua ingin mengubah kebiasaan tersebut,
misalnya dengan menggantikan makan malam dirumah dengan di rumah makan, sebelumnya perlu di berikan gambaran ulang. Menunjukkan aktifitas yang akan dilalui
akan membuat anak merasa nyaman.
18
b. Upaya orangtua menangani anak autis.
Agar penerapan prosedur pengukuhan berjalan denagn baik dan efektif maka ada beberapa syarat penting yang perlu di pahami oleh orang tua, yaitu:
1 Menyajikan pengukuhan respon seketika.
Agar hasil dari penerapan prosedur respon positif ini berjalan efektif penyajian respon di berikan seketika ketika perilaku di jalankan oleh anak. Misalnya ketika ibu
melihat anaknya mampu berjalan kemudian ibu pun seketika itu juga bertepuktangan memuji anaknya sambil tersenyum berkata, wah, anak pintar ini ya atau ketika ayahnya
melihat anaknya bisa mengucapkan sepatah kata yang punya arti, “pa mimik ….haus…..”
17
Ratih putri pratiwi, afin murtingsih, kita sukses mengasuh anak berkebutuhan kusus,Yongyakarta: ar- ruzzmedia,2013, hal: 88
18
Ratih putri pratiwi, afin murtingsih, kita sukses mengasuh anak berkebutuhan kusus,hal.89
kemudian ayahnya pun memberikan susu pada anaknya, mengapa penyajian responnya harus seketika, hal ini untuk menghindari perilaku tadi belum dislipin.
19
2 Memilih pengukuhan respon yang tepat.
Memilih pengukuhan atau respon yang tepat karena tidak semua anak akan menyukai satu jenis pengukuhan seperti permen, atau main boneka. Anak laki-laki tentu
tidak menyukai mainan boneka, tapi anak perempuan tentu lebih menyukainya. Bisa saja anak tidak menyukai permen, tapi lebih menyukai coklat. Untuk itu orang tua perlu
memahami pengukuhan seperti apa yang lebih menarik buat anaknya. 3
Mengatur kondisi situasional. Kadang-kadang pengukuhan di berikan kepada setting keadaan, waktu, dan tempat
yang telah ditentukan. Sebagai contoh, ibu hanya akan memberikan permen pada jam 09.00 setelah makan pagi jika anaknya mampu berbicara dengan kata-kata yang jelas. Hal
ini untuk mencegah agar anak mau makan pagi dan terhindar dari sakit perut akibat permen yang di berikan.
20
4 Menentukan kualitas pengukuhan.
Perlu juga menentukan seberapa banyak pengukuhan yang akan di berikan terutama berkaitan dengan pengukuhan konkrit. Pertimbangan yang menjadi acuahan
adalah keadaan deprivasinya, serta pertimbangan seberapa besar usaha atau perilaku positif yang dimunculkan anaknya. Contoh jika anak mampu membersihkan kamarnya
maka orang tua akan memberikan 5 buah permen beserta pujian pada anaknya. 5
Memilih kualitas kebaruan pengukuhan.
19
Triantoro Safaria, Autisme,Yogyakarta:Graha Ilmu 2005hal: 199
20
Triantoro Safaria, Autisme,hal,200
Pengukuhan yang diberikan apada anak baik itu pengukuhan konkrit ataupun simbolik sebaiknya selalu bervariasi sehingga ada nilai kebaruannya. Karena
bagaimanapun sesuatu yang monoton akan menimbulkan kejenuhan, tetapi sesuatu yang mempunyai nilai kebaruan akan cenderung lebih menarik minat anak.
6 Memberikan contoh pengukuhan.
Kadang-kadang pada awalnya anak perlu diberikan contoh geratis dari pengukuhan yang akan di berikan. Hal ini disebabkan agar anak mengetahui dan
merasakan kenikmatan pengukuhan tersebut juka pengukuhannya berupa makanan dan minuman. Namu setelah anak merasakan kelezatan makanan itu maka makanan itu
menjadi pengukuhnya yang menarik bagi anak itu.
21
7 Menangani persaingan asosiasi.
Kadang dalam hidup anak ada faktor lain yang memengaruhi sehingga pengukuhan yang diberikan menjadi tidak efektif. Untuk itu orang tua perlu menganalisis
faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pengukuhannya. Jika terdapat faktor yang menyaingi tersebut maka faktor itu harus dikalahkan atau dihilangkan. Jika tidak
memungkinkan maka pengukuhan yang diberikan pada anak harus diperbesar atau ditambah agar pengaruhnya menjadi lebih kuat daripada faktor pesaingnya.
8 Mengatur jadwal pengukuhan.
Jadwal pemberian pengukauhan adalah aturan yang di anut oleh pemberi pengukuhan dalam menentukan di antara sekian kali suatu perilaku yang timbul, kapan
atau yang mana yang akan mendapat pengukuhan. Ada dua macam jadwal pengukuhan, 1 jadwal pengukuhan terus menerus ialah jadwal yang di berikan terus-menerus setiap
21
Triantoro Safaria, Autisme,hal,201
perilaku-sasaran muncul. 2 jadwal pengukuha berselang atau jadwal pengukuhan sebagian, jadwal ini di berikan tidak terus-menerus hanya sebagian saja yang
mendapatkan pengukuhan.
22
9 Pemadaman.
Cara ini dilakukan oleh orang tua dengan tidak memberikan baik pengukuhan positif atau pun pengukuhan negatif seolah-olah orang tua tidak memperdulikan anaknya.
Kadang-kadang bagi anak, pemberian pengukuhan negatif atau hukuman oleh orang tua merupakan pengukuhan positif bagi anak. Contoh ketika orang tua memarahi anak
perilaku anak semakin menjadi-jadi perilakunya, hal ini menandakan kemarahan orang tua pada anak sebagai pengukuhan positif. Artinya anak merasa mendapat perhatian
darinorang tuanya. Dengan pemadaman ini orang tua tidak memarahi anak atau memberikan hadiah pada anak dan anak merasa di biarkan oleh orang tua dan ank secara
sadar akan diam dan tidak mengamuk lagi.
23
10 Hukuman.
Pemberian hukuman menurut modifikasi perilaku adalah pemberian stimulus yang mengikuti suatu perilaku yang dimana perilakuini menyebabkan pemberhentian atau
cenderung tidak berulang. Metode hukuman ini bisa berbentuk verbal atau non verbal dan bisa juga stimulus aveksi yang menyakitkan.
24
11 Time-out penyishan sesaat
Penyisihan sesaat adalah prosedur yang memindahkan sumber pengukuhan untuk sementara waktu, bila perilaku sasaran muncul sehingga amak tidak dapat memperoleh
22
Triantoro Safaria, Autisme,hal,202
23
Triantoro Safaria, Autisme,hal,204
24
Triantoro Safaria, Autisme,hal,205
pengukuhan iersebut. Kesempatan anak untuk mendapatkan pengukuhan ditiadakan untuk sementara waktu.
25
12 Pengekangan singkat.
Metode ini di lakukan dengan mengapit kedua lengan anak sehingga anak tidak bisa bergerak lagi. Namun selama melakukan pengekangan singkat ini jangan berbicara
pada anak atau berinteraksi pada anak. Kalau selama pengekangan ini orang tua berbicara pada anak maka prosedur ini bisa di anaggap sebagai pengukuan positif berupa perhatian.
Akinatnya perilaku anak tidak malah berkurang namun akan cenderung meningkat Karen anak menginginkan pengekangan sesaat tersebut yang dianggapnya sebagai pengukuhan
positif karena mendapatkan perhatian ataupun permainan baru.
26
c. Kunci sukses orangtua dalam menangani anak autis.
Langkah-langkah apa saja yang di inginkan anak autis, inilah beberapa hal tentang kunci sukses dalam menangani anak autis:
1 Jangan lupa bahwa, di atas segalanya, anak autis adalah seorang anak.
Setiap anak yang diberikan memiliki pilihan, kebiasaan, perilaku, dan reaksi mereka sendiri. Setiap anak mempunyai hal-hal yang tidak mereka sukai,
dan juga yang mereka suka. Autistik tidak mengubah kenyataan itu. Cara mendisiplinkan yang saya gunakan adalah pendekatan tingkah laku jika dengan
dengan pemahaman maka akan sulit. Fokuslah pada penyediaan dukungan yang dibutuhkan anak untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan mengubah perilaku
nakal menjadi tindakan yang lebih baik dan tersusun.
27
25
Triantoro Safaria, Autisme,hal:206
26
Triantoro Safaria, Autisme,hal,208
27
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
Seperti anak pada umumnya, anak yang menderita autisme bisa berkelakuan buruk. Anak-anak tidak selalu mengikuti peraturan, dan kadang semua
anak memiliki kesulitan mengendalikan diri mereka sendiri ketika merasa kesal. Menjadi autis seharusnya tidak menjadikan anak untuk tidak mentatati peraturan
dari kewajiban mengikuti peraturan, tetapi di satu sisi, anak autis juga tidak seharusnya dihukum karena cara mereka mengekspresikan diri. Cara yang benar
seharusnya melibatkan pengajaran mengendalikan diri dan bagaimana memenuhi kebutuhan denagan cara yang tersusun.
28
2 Bersabarlah.
Meskipun kadang Anda menjadi frustrasi ketika mencoba memahami tingkah laku anak, namun penting untuk mengingat bahwa kuncinya adalah sabar.
Seiring waktu, dengan menggunakan strategi yang dibahas di bawah ini, anak Anda yang autis akan mempelajari cara yang lebih baik untuk bertingkah laku. Hal ini
tidak akan terjadi dalam semalam. Jadi ketika mereka tidak memperhatikan Anda atau sepertinya tidak
mendengarkan dan mengikuti apa yang Anda katakan, jangan langsung menyimpulkan bahwa mereka melakukan itu untuk membuat Anda jengkel. Ada
sesuatu yang mungkin sedang mengganggu konsentrasi mereka. 3
Tangani krisis dengan hati-hati. Banyak dari apa yang Anda pikir sebagai tingkah laku buruk pada anak
autis muncul dalam bentuk krisis. Kadang sangat sulit bereaksi terhadap hal ini bila berhadapan dengan anak yang lebih kecil atau yang tidak menggunakan
28
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
komunikasi verbal untuk berekspresi ketika mereka kesal. Apa yang mungkin tampak seperti amukan tingkah laku buruk pada beberapa anak sebenarnya
adalah usaha untuk mengekspresikan kebutuhan mereka, menghadapi pengalaman sensoris yang meresahkan, atau menangani stres.
sebaiknya, Anda perlu membuat rencana untuk membantu mengajari anak menghindari krisis itu sendiri. Taktik klasik . seperti setrap, bisa menjadikan
semuanya lebih buruk karena membuat anak lebih kesal dan menghilangkan rasa bahwa mereka memiliki kendali atas keputusan mereka sendiri. Sebaliknya,
mengajari anak untuk mengambil “jeda” dan mengajarkan teknik menenangkan diri akan memberdayakan anak agar bisa mengelola waktu dan emosi serta
mendorongnya untuk mengatur diri sendiri. 4
Jangan berteriak pada anak. Berteriak pada anak, mencoba menjadi orang tua yang suka memerintah
atau menunjukkan terlalu banyak kekuasaan dapat membuat anak cemas dan bingung. Ketika menghadapi kecemasan, anak bisa menjadi sangat gelisah dan
kacau. Mungkin mereka mulai menunjukkan amarah, berteriak atau menjerit. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjaga agar suara tetap rendah, meskipun
sangat frustrasi. Mereka juga bisa menunjukkan tingkah laku yang membahayakan diri
sendiri seperti membenturkan kepala pada sesuatu. Diskusikan tentang tingkah laku pengganti dengan seorang terapis. Sebagai contoh, anak yang sering
membenturkan kepalanya dapat menggoyangkan kepala dengan cepat untuk menghilangkan stres tanpa membahayakan dirinya sendiri.
29
5 Menciptakan Rutinitas untuk Mengurangi Kebutuhan Mendisiplinkan Anak.
Memastikan langkah-langkah berikut ini agar dilaksanakan secara teratur, sangat penting karena sulit menerapkan strategi yang ditujukan untuk
mendisiplinkan anak autis bila tidak ada konsistensi dalam cara mendisiplinkan atau pengawasan anak yang tidak memadai.
30
6 Miliki rutinitas dan struktur yang sudah jadi dan mapan.
Atur tempat yang sudah ditetapkan untuk melakukan aktivitas. Rutinitas umum dalam hidup anak sangat penting agar mereka dapat memahami dunia dan
merasa aman. Ketika Anda membuat rutinitas, Anda juga akan bisa mengerucutkan alasan tingkah laku anak yang berlebihan.
7 Gunakan jadwal bergambar untuk menciptakan ketertiban.
Jadwal bergambar membantu menjelaskan aktivitas apa yang harus dilakukan anak selanjutnya. Jadwal bergambar merupakan bantuan yang luar biasa
bagi orang tua untuk membimbing anak autis melalui berbagai aktivitas yang akan mereka jalani dalam satu hari. Jadwal seperti ini membantu memperbaiki struktur
dalam hidup anak terutama bila anak yang menderita autisme memiliki kesulitan mengikuti gambaran aktivitas mereka sehari-hari. Berikut adalah beberapa ide
bagaimana menggunakan jadwal bergambar
.31
29
ibid
30
ibid
31
ibid
Anda dan anak dapat mengetahui tugas dengan “mencentang” aktivitas yang sudah selesai.
Anda dan anak dapat membawa jam dekat dengan tempat aktivitas untuk menentukan kerangka waktu dalam setiap aktivitas.
Bantu anak mendesain dan melukis semua gambar tersebut sehingga dia merasa lebih terhubung.
Simpan gambar di dalam buku, tempelkan pada papan atau dinding sehingga anak dapat mengacu pada gambar itu bila mereka menginginkannya.
32
8 Konsisten dengan jadwal.
Ini membantu anak merasa aman. Bila suatu perubahan harus dilakukan, sampaikan pemberitahuan dan penjelasan kepada anak, sehingga perubahan itu
tidak terasa begitu mengejutkan. 9
Sesuaikan jadwal sedikit-sedikit ketika anak tumbuh besar. Meskipun seharusnya jadwal secara relatif tetap konsisten, bukan berarti
tidak ada ruang untuk perkembangan aktivitas dan disiplin anak ketika mereka tumbuh dan berkembang secara alami sebagai individu.
Sebagai contoh, Anda mungkin sudah menjadwalkan olahraga sebagai aktivitas setelah makan siang. Namun bila anak merasakan perutnya sakit setiap
kali, mereka mungkin mulai bertingkah kesakitan sebelum tiap sesi olahraga. Ini tidak berarti Anda harus mengikuti aktivitas yang sudah dijadwalkan karena takut
akan “membingungkan” anak bila jadwal diubah. Sebaliknya, semua bisa dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan anak dengan cara terbaik. Untuk kasus
32
ibid
seperti itu, jadwal bisa diubah sehingga olahraga dilakukan sebelum makan siang. Bicarakan perubahan tersebut dengan anak sehingga dia mengerti.
10 Pastikan ada pengawasan yang cukup untuk anak.
33
Pengawasan ini termasuk mengetahui kapan dan di mana anak membutuhkan “masa tenang” misalnya setelah pulang sekolah. Masa tenang
sangat relevan bila anak merasa terlalu banyak yang terjadi dan indra mereka kelebihan beban. Ketika anak tertekan atau kesal karena rangsangan berlebihan
tersebut, ini merupakan indikasi perlunya masa tenang. Cukup bawa anak Anda ke tem
pat aman dan tenang, izinkan anak “rileks” dalam lingkungan yang biasa di bawah pengawasan santai. Contohnya adalah membiarkan anak menggambar di
ruang yang tenang sementara Anda duduk di sampingnya membaca buku. 11
Selesaikan masalah tidur atau medis. Jika anak tidak mendapat cukup tidur maupun merasa nyeri atau sakit,
wajar bila mereka mengekspresikan kesakitan dengan cara yang mungkin
disalahartikan sebagai “tingkah laku bermasalah”
34
12 Ciptakan hubungan langsung antara disiplin dan tingkah laku bermasalah.
Mendisiplinkan anak segera setelah terjadinya tingkah laku bermasalah sangat penting. Kadang, sebagai orang tua, memilih mana yang lebih penting
merupakan langkah cerdas. Jika Anda menunggu terlalu lama untuk memberi hukuman, anak mungkin akan bingung kenapa mereka dihukum. Bila sudah lama
33
ibid
34
ibid
waktu berlalu hingga anak tidak bisa menghubungkan hukuman dengan tingkah laku yang mana, lebih baik dibiarkan saja.
35
Jika anak belajar dengan baik melalui taktik visual, buat satu rangkaian gambar yang menjelaskan bagaimana tingkah laku mereka yang buruk
mengakibatkan hukuman dan tingkah laku baik mengarah pada hadiah. Ini akan membantu anak memahami hubungan antara tingkah laku buruk dan disiplin.
13 Miliki tingkatan disiplin yang berbeda-beda.
Jangan bergantung pada satu hukuman atau tipe hukuman tertentu. Harus ada skala yang menentukan hukuman yang diberikan menurut tingkat keparahan
tingkah laku. Sarana disiplin yang Anda terapkan harus bergantung pada tingkat
keparahan masalah. Autisme bukan hanya sekadar satu gangguan. Autisme adalah satu spektrum gangguan. Jadi semua anak dan semua masalah tingkah laku tidak
memiliki satu solusi atau pengobatan tunggal. Semua jenis gangguan tersebut harus diatasi dengan cara berbeda tergantung pada anak itu sendiri dan tingkat
keparahan tingkah laku.
36
14 Ketahui bahwa konsistensi dalam usaha mendisiplinkan sangat penting.
Anak perlu membuat asosiasi bahwa tingkah laku yang tidak diinginkan akan mengarah pada hasil yang tidak diinginkan dan bahwa hasil yang tidak
menyenangkan itu akan ditindaklanjuti tidak peduli siapa yang memberikan disiplin.
37
35
ibid
36
ibid
37
ibid
15 Pilih bentuk disiplin yang menurut Anda akan sangat berhasil untuk anak.
Setelah Anda mengetahui cara disiplin seperti apa yang paling berhasil untuk anak, pilih beberapa dan terus ikuti. Sebagai contoh
.
a Jangan menyerah pada tingkah laku buruk. Ini memberi pesan pada anak
bahwa tingkah laku mereka tidak dapat diterima. Uraikan dengan jelas bahwa tingkah laku tersebut kontraproduktif misalnya, Ibu tidak bisa mengerti
kalau kamu berteriak. Maukah kamu tenang sebentar dan mengatakan apa yang salah?.
b Dengan sabar ingatkan anak tentang strategi memenangkan diri yang bisa
mereka gunakan, seperti mengambil napas dalam dan berhitung. Tawarkan untuk melakukan strategi tersebut bersama-sama.
c Gunakan strategi kehilangan hadiah sebagai konsekuensi. Jika anak bersikap
tidak tepat, kehilangan hadiah dapat dipertimbangkan sebagai bentuk hukuman oleh anak.
38
16 Hindari disiplin yang berupa rasa sakit fisik, seperti memukul, menampar, atau
paparan terhadap rangsangan intens. Menanggapi kekerasan dengan kekerasan lebih hebat dapat menanamkan
keyakinan pada anak bahwa bersikap keras ketika merasa marah itu boleh dilakukan. Jika Anda sangat marah kepada anak, lakukan strategi penenangan diri
yang sama yang Anda ingin dilakukan anak. Ini mendorong anak untuk meniru Anda ketika dia merasa marah atau frustrasi.
39
38
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
39
ibid
17 Hindari mengecap anak “buruk” atau “salah”.
Tunjukkan tingkah laku keliru pada anak dengan cara yang mendorong tindakan korektif. Misalnya, katakan pada anak:
a “Ayah bisa melihat kamu benar-benar kesal, tetapi berteriak tidak akan ada
gunanya. Maukah kamu menarik napas dalam bersama ayah? b
“Mengapa kamu menjatuhkan diri ke lantai? Apakah kamu marah tentang masalah toko tadi?”
c “Ayah tidak mengerti bila kamu melakukan itu. Ayo kita cari cara yang lebih
baik untuk memberi tahu ayah ketika kamu kesal. 18
Ciptakan sistem hadiah yang langsung berhubungan dengan tingkah laku baik. Serupa dengan hukuman, anak perlu memiliki pemahaman bahwa sebagai
hasil langsung dari tingkah laku yang tepat, mereka menerima hadiah seperti pujian atau medali. Seiring waktu, cara ini akan menciptakan perubahan tingkah
laku dan dapat membantu mendisiplinkan seorang anak.
40
19 Buat peringkat aktivitas apa yang paling disukai anak, dan apa yang paling tidak
dia sukai. Beri angka pada tingkat kesukaan anak dalam berbagai kegiatan atau
hadiah dari yang sedikit dia suka sampai yang sangat dia suka. Buat daftar untuk melacak peringkat ini. Anda bisa menggunakan aktivitas tersebut untuk
menghadiahi tingkah laku yang diinginkan dari anak atau ketika mereka menghentikan tingkah laku tertentu yang negatif atau tidak pantas. Meskipun
awalnya ini terdengar seperti “suap”, tetapi kenyataannya tidak demikian bila
40
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
diterapkan dengan benar. Penerapan sistem hadiah harus didasarkan pada menghadiahi tingkah laku yang benar, tidak untuk menghentikan tingkah laku
yang buruk.
41
Gunakan teknik ini dengan santai dan tidak terlalu sering. Misalnya, Ibu bangga sekali pada caramu bersikap di toko yang berisik itu. Kita punya waktu
bebas sore ini. Maukah kamu membaca buku bergambar dengan ibu? 20
Terbuka pada ide baru tentang mendisiplinkan dan menghadiahi anak. Setiap anak berbeda dan setiap anak autis itu berbeda. Apa yang mungkin
dianggap sebagai hukuman atau “membosankan” bagi satu anak bisa menjadi hadiah besar bagi anak autis, dan sebaliknya. Karenanya penting untuk kreatif dan
terbuka pada ide baru tentang konsep hukuman maupun hadiah dalam area mendisiplinkan anak. Kualifikasi: selalu pikirkan tentang disiplin dengan hati-hati
sebelum menerapkannya. Apakah Anda akan merasa nyaman melakukan hal yang sama pada anak yang tidak autis? Kalau tidak, maka praktik disiplin tersebut
destruktif atau kasar.
42
21 Atur sistem hadiah.
Ada beberapa cara untuk melakukan ini, tetapi berikut dua sistem hadiah teratas:
a Membuat bagan tingkah laku yang mencakup keterangan bahwa tingkah laku
baik diberi hadiah lewat stiker atau tanda di bagan. Jika anak menerima cukup
41
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
42
ibid
tanda di bagan maka mereka mendapat hadiah. Tawarkan untuk melibatkan anak dengan mengizinkannya menempel stiker.
b Sistem suvenir adalah sistem yang sangat umum diterapkan. Pada dasarnya,
tingkah laku baik dihadiahi dengan suvenir stiker, koin, dll.. Nantinya suvenir ini dapat diganti menjadi hadiah. Sistem ini kerap dirancang melalui
kontrak dengan anak menurut tingkah laku mereka dan dengan demikian mungkin sulit diterapkan untuk kebanyakan anak yang lebih kecil.
43
22 Puji anak Anda.
Bicaralah dengan jelas dalam nada yang lebih tenang ketika menghadiahi anak. Bersuara terlalu keras dapat merangsang mereka secara berlebihan atau
membuat mereka kesal. Pujilah usahanya dibanding hasil. Ini termasuk memuji mereka karena berusaha mencapai tujuan. Menghargai ketekunan dan usaha
daripada hasil akan lebih bernilai untuk anak autis. Jika anak tidak mengerti kata-kata yang diucapkan, tambahkan hadiah
kecil bersamaan dengan pujian Anda. Menunjukkan ketulusan dan kegembiraan karena tingkah laku anak yang tepat dapat meningkatkan frekuensi tingkah laku
tersebut.
44
23 Beri anak hadiah sensoris.
Ini kadang lebih sulit diberikan seperti hadiah biasa, tetapi hadiah yang baik mencakup hadiah yang juga mendorong aktivitas sensoris. Namun, hati-hati
43
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
44
http.id.wikihow.commendisiplinkan anak autis,10.29.2015. 1.27 pm
jangan sampai berlebihan merangsang anak, karena ini dapat membuat mereka kesal. Hadiah-hadiah ini bisa meliputi:
a Penglihatan: Sesuatu yang senang dilihat anak, misalnya buku perpustakaan
baru, air mancur, binatang ikan sangat baik, atau melihat model pesawat terbang.
b Suara: musik halus dan syahdu yang menenangkan dari instrumen lembut
seperti piano, atau menyanyikan sebuah lagu. c
Rasa: Ini lebih dari sekadar makan. Hadiah ini termasuk mencicipi berbagai makanan yang mereka suka
– aneka buah manis, sesuatu yang asin dan jenis makanan yang menurut anak nikmat.
d Aroma: Sediakan berbagai aroma untuk dibedakan anak: eukaliptus,
lavendel, jeruk, atau berbagai jenis bunga. e
Sentuhan: Pasir, kolam bola, air, kemasan makanan seperti bungkus keripik, plastik gelembung, jeli atau lilin mainan.
45
4. Penanganan anak autis Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam.
a. Bersabar dan iklas
Sabar dan iklas menerima apa yang sudah di titipkan sang maha pencipta kepada orangtua merupakan kunci utama kebahagiaan hidup anda. Sesungguhnya manusia tidak
berhak menolak apa yang sudah di berikan tuhan kepadanya. Apaun pemberian-Nya itulah yang terbaik dan paling baik di antara yang terbaik. Apalagi, seorang anak. Anak
merupakan amanah yang di titipkan kepada kita. Jadi, sudah kewajiban kita merawat dan menjaganya sebagai bebtuk rasa terimakasih kita terhadap allah.
46
45
ibid
46
Aqila smart, anak cacat bukan kiamat, hal:15
b. Cinta dan penerimaan.
Anak autis harusnya diberikan limpahan cinta dan penerimaan terhadap kondisi anak. Bila anak merasa tetap di cintai walaupun memiliki banyak kekurangan, maka ia
merasa aman dan percaya diri. Anak anak akan lebih bahagia menghadapi hari-harinya dan nantinya akan lebih optimal dan mengembangkan diri.
47
c. Biasakan anak untuk bersopan santun.
Meskipun anak autis cenderung tidak bisa diam, mereka tetap bisa diarahkan untuk bersopan santun saat makan, mereka perlu menahan diri untuk duduk diam. Arahkan yang
baik dan terus menerus akan mampu mengarahkan anak kapan mereka bisa bertindak sangat aktif dan kapan harus menahan diri untuk diam.
48
B.Penelitian terdahulu yang relefan. Kajian kepustakaan adalah sebuah studi tentang penelusuran beberapa judul baik skripsi maupun
karya ilmiah yang ada di perpustakaan dengan tujuan bahwa skripsi yang dilakukan oleh peniliti benar- benar penelitian yang belum diangkat sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu
yang relevan: Skripsi Farhan Setiawan 2010 dengan judul Pola penanganan anak autis di yayasan sayap
ibu YSI Yogyakarta. Dalam penelitian ini mengkaji tentang penaganan anak autis yang di selenggarakan di yayasan sayab ibu, penelitian ini mekedepankan gambaran anak-anak penderita autis
dan model penanganan anak autis di yayasan kasih ibu. Persamaan dari skripsi ini adalah objek yang
47
Adriana S. Ginanjar,Menjadi orangtua istimewa,19-20
48
Ratih putri pratiwi, afin murtingsih, kita sukses mengasuh anak berkebutuhan kusus,hal.91
di kaji adalah anak autis, perbedaan dari skripsi ini ialah pengalaman orang tua dalam menangani anak autis di desa wonorejo.
Skripsi Ayu Tri Oktafiani 2010 dengan judul kemandirian anak autis. Dalam penelitian ini mengkaji tentang berapa besar kemandirian anak autis dan bagaimana peran orang tua dalam
membimbing anaknya. Persamaan dari skripsi ini adalah objek yang di kaji adalah anak autis, perbedaan dari skripsi ini ialah pengalaman orang tua dalam menangani anak autis di desa wonorejo.
Skripsi Fuad aminuddin 2010 dengan judul Pengalaman ibu yang memiliki anak autis di taman harapan makasar, dalam penelitian ini mengkaji tentang pengalaman ibu yang memiliki anak
autis dan menghasilkan 7 tema gangguan anak autis. Persamaan dari skripsi ini adalah objek yang di kaji adalah anak autis dan pengalaman orangtua, perbedaan dari skripsi ini ialah membimbing anak
autis dilihat dari segi bimbingan konseling islam.
BAB III
Penyajian data A.
Deskripsi umum Objek Penelitian. Deskripsi objek penelitian ini menekankan pada orang tua anak yang
mengalami autis, pengalaman orang tuadalam menangani anak yang autis sehingga menjadi sukses, butuh proses panjang dalam membimbing dan
menangani anak autis. 1.
Lokasi penelitian Penelitian dil
akukan di rumah “Sri” jl. Wonorejo rungkut komplek perumahan wisma indah. Peneliti memilih keluarga
“Sri” karena keluarga tersebut merupakan keluarga yang memiliki anak yang berkebutuhan khusus atau autis. Anak ini mengalami autis sejak
kecil, sejak berusia tiga tahun. Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 satu bulan, dimulai
pada bulan juni 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Alasan waktu tersebut dipilih karena peneliti ingin mendapatkan data selama satu bulan
di tempat penelitian. Selain Waktu tersebut merupakan waktu yang tepat bagi peneliti karena peneliti sudah tidak terlalu disibukkan dengan jadwal
kegiatan perkuliahan. Berdasarkan data penelitian pengalaman orang tua dalam
menangani anaknya yang autis sangat baik karena dalam kenyataannya anak autis bisa di terima bekerja selayaknya orang normal biasa.
Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan maka orang tua anak autis ini mau di wawancarai agar bisa memberikan inspirasi bagi
orang tua lain agar tidak putus asa jika mereka memiliki anak autis. Lokasi penelitian ini di komplek perumahan Wisma Indah blok:N
17 kelurahan Wonorejo kecamatan Rungkut Surabaya. Batas wilayah.
Batas Wilayah Kelurahan wonorejo
Batas Kelurahan
Kecamatan
Utara Semampir
sukolilo Selatan
Medokan Rungkut
Timur Laut
Rungkut Barat
Penjaringan Rungkut
Lingkungan juga menentukan sejauh mana keberhasilan mendididk anak, contoh lingkungan yang kumuh dan kotor tentu
sangat jarang mereka memikirkan kesehatan keluarga, karena kesehatan diri sendiri saja tidak terjaga. Lain halnya dengan
lingkungan yang bersih nyaman. Mereka lebih menjaga keluarga mereka dan memperhatikan lingkungan. Dari situ ketika saya
mengobservasi, ternyata lingkungan sekitar sangat mendukung tentang keadaan keluarga ini, walaupun ada juga yang kurang paham
akan keluarga ini dan mencaci anak autis tersebut. 58
Lingkungan di area perumahan yang padat penduduk, tidak kumuh, tertata rapi, dan para warga, tetangga sekitar juga sebagian
besar berpendidikan. Banyak warga yang bekerja di kantor, atau jadi pegawai. Lingkungannya juga mendukung tentang pertumbuhan
anak, di lingkungan komplek perumahan ini keluarga ini membimbing anak-anaknya sehingga menjadi sukses dalam segi
agama lingkungan di komplek ini juga memegang teguh agamanya masing-masing karena di komplek ini tidak seratus persen muslim
ada agama-agama lain yang tinggal di komplek ini, tidak menutup kemungkinan keluarga ini adalah keluarga yang peduli akan
pendidikan dan sangat perhatian kepada anak-anaknya. Tetangga di komplek perumahan banyak yang simpati terhadap keluarga ini
tetapi ada juga yang acuh dengan keluarga dan terkesan membenci karena mempunyai anak autis, tetapi permasalahan seperti itu tidak
di hiraukan keluarga ini yang penting keluarga ini bisa membimbing dengan baik anak-anaknya.
2. Unit penelitian
Dalam hal ini status keluarga merupakan hal yang penting dalam mengambil data agar permasalahan yang timbul dapat kita lihat
melalu status keluarga, apakah keluarga itu harmonis, lengkap, tidak harmonis, atau keluarga yang tidak lengkap. Ada beberapa poin
dalam mengambil data diantaranya: a.
Kondisi keluarga.
Yang menjadi objek penelitian ini adalah, keluarga yang sederhana, harmonis, keluarga yang lengkap, yang memiliki tiga
anak, dimana keluarga ini saling bahu membahu antara satu dengan yang lain, keluarga ini adalah keluarga yang utuh, dilihat dari kasat
mata keluarga ini seperti tidak ada masalah. Di masyarakat pun di kenal sebagai keluarga yang harmonis,
jarang sekali keluarga ini bermasalah dengan orang lain dan sering ber sosialisasi dengan tetangga sekitar. Keluarga ini ramah dan
berpendidikan, disamping itu keluarga ini tekun beribadah. Banyak yang mengatakan keluarga ini keluarga bahagia. Dari wawancara
dengan tetangga sekitar banyak yang memuji keluarga ini karena telah berhasil mendidik anaknya sehingga menjadi sukses apalagi
ketika berbicara tentang anak pertamanya yang mengalami autis pasti mengatakan orang tuanya telah berhasil dan sangat sabar dalam
membimbing anaknya. Tetapi ada juga yang merasa iri dengan keluarga ini, dan mencaci keluarga ini karena mempunyai anak yang
autis tetapi keluarga ini tidak menghiraukan cacian itu. Menurut hasil wawancara, lingkungan sekitar kususnya
tetangga banyak yang mendukung mas banyak yang menyarankan anak kami di bawa ke sekolah SLB tetapi karena anaknya sendiri
yang tidak mau untuk di bawa ke sekolah SLB, jadi saya lebih mengurus anak saya sendiri dengan bantuan nenek ketika saya
sedang mengajar.
Didit ketika bermain dengan teman-temannya kadang ada saja yang menjahilinya, lalu ada tetangga yang melerai karena
tetangga saya sudah paham dengan keadaan anak saya, tetapi ada juga yang tidak mau tahu tentang keadaan anak saya tidak
memaklumi contohnya ketika anak saya penasaran dengan warna mobil tertentu namanya juga anak autis pasti ketika melihat barang
yang di sukai emosi mereka tidak terkontrol, dan ketika itu si pemilik mobil keluar dan marah-marah ke anak saya katanya
mobilnya di rusak, padahal anak saya cuman melihat dan memegang mobil aja tidak merusak, dari itu meskipun keluarga dan lingkungan
baik adajuga yang kurang paham akan kenakalan anak autis. Dari segi pendidikan keluarga ini merupakan keluarga yang
terdidik dan mengutamakan pendidikan. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja sebagai karyawan PDAM, Ibu bekerja sebagai Guru
SMPN di Surabaya. Dilihat dari segi ekonomi keluraga ini adalah keluarga yang
cukup dan mampu karena dilihat dari kedua orang tua sama-sama bekerja, jadi keluarga ini mampu dalam segi ekonomi.
Dari segi agama keluarga ini juga mementingkan agama dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dalam segi beribadah juga di
perhatikan anak-anaknya selalu dituntut untuk beribadah dan selalu berbuat kebaikan dimana pun anak-anaknya berada contoh dalam
mencari pekerjaan dituntut untuk mencari pekerjaan yang halal, selalu diingatkan sholat, puasa suanah, sholat sunah, dan lain-alain.
b. Susunan Keluarga
Komposisi keluarga terdiri dari Ayah, Ibu, Nenek, Anak. Dari wawancara yang di lakukan, keluarga ini mempunyai tiga anak dan
semuanya laki-laki, ayah sebagai kepala keluarga, ibu sebagai wanita karir tentunya merangkap sebagai ibu rumahtangga dan bekerja juga
sekaligus membimbing anak-anaknya untuk supaya lebih baik, terutama kepada anak pertama yang mengalamai autis.
Ayah sebagai kepala keluarga juga bertugas menjaga semua keluarga sebagai tempat berlindung, selain bekerja, ayah juga
mendidik anaknya, mengarahkan anaknya, sebagai sosok ayah dia berperilaku tegas, ketika ada kesalahan, dia memberi tindakan
punishment atau hukuman kepada anak-ankanya yang salah, tanpa terkecuali, dan ketika anaknya berbuat baik atau berprestasi dia
memberikan hadiah, pada saat liburan ayahnya selalu mengajak pergi kemana saja. Sebulan sekali pasti di sempatkan untuk rekreasi
bersama keluarga, supaya hubungan orang tua dan anak bisa tambah akrab. jadi figur seorang ayah ini sangat berperan dalam keluarga.
Ibu sebagai pembimbing anak-anaknya dan dia pun juga bekerja tetapi dia selalu memberikan perhatian kepada anak-
anaknya dan melebihkan kepada anak pertama karena dia butuh perhatian yang sangat banyak, kebetulan ibu ini menjadi guru SMP
dan setiap jam kosong dia langsung meninggalkan sekolah tempat dia mengajar, hanya demi merawat anaknya yang pertama atau yang
autis ini. Dia tidak sempat ngobrol dengan teman-teman atau guru-
guru yang lain ketika jam kosong. Setiap ada rapat, acara sekolah, pertemuan guru-guru, atau pun acara pernikahan ibunya selalu
membawa anaknya yang pertama atau anaknya yang autis ini agar selalu terawasi ibunya, dia pun tidak nakal, tidak, rewel, bahkan dia
lebih bisa diam daripada ketika di rumah. Itulah peran ibu, selain iu dia selalu menasihati anak-anaknya setiap ada kesalahan yang
mereka perbuat. Peran atau figur seorang nenek juga bisa membantu untuk
membimbing anak-anaknya, nenek juga berperan aktif dalam mengasuh anak pertama keluarga ini ketika ibu dan ayah sedang
bekerja peran nenek sangat penting dalam mengarahkan ke hal yang baik, misalnya ketika anak pertama bertingkah laku di luar batas
maka tugas nenek mengingatkan cucunya, kadang juga saat ke tiga anaknya di rumah dan ibunya masik bekerja, maka tugas neneklah
yang memebimbing anaknya, berkat tuntunan seorang nenek anak dari keluarga ini bisa lebih baik. Ketika ibu dan ayahnya ke luar kota
untuk urusan kerja anak-anak sering di asuh nenek, mulai dari merawat, membimbing, menegur, dan mengarahkan cucu-cucunya
sehingga cucu-cucunya ada yang merawat. Anak pertama sebagai kakak, di sini dia mendereita autis
sebagai kakak tentunya biasanya memberi contoh dan menjaga adik- adikya tetapi karena ada faktor lain sehingga dia tidak bisa
mengemban tugas seperti layaknya kakak pada umumnya. justru dia
yang harus di jaga oleh adik-adiknya karena dia memang mempunyai kelainan yaitu autis.
Anak kedua yaitu sebagai penengah tentunya dialah yang memberi contoh atau yang menjaga adik dan kakaknya. Dalam ke
sehariannya anak ke dua ini yang senantiasa menjaga kakaknya ketika bermain di luar rumah. Dia sangat perhatian sekali kepada
kakaknya sampai-sampai dia membela kakaknya ketika di jahili temannya pada waktu kecil. Anak ke dua ini sangat perhatian ke
kakaknya. Menurut wawancara yang saya terima, ketika kecil SD selalu mengingatkan kakaknya ketika sang kakak bertindak nakal
atau usil, dia selalu mengarahkan kakaknya untuk tidak melakukan hal-hal yang aneh-aneh. Contoh: usil memegang-megang mobil
orang, corat-coret tembok. Anak ketiga ini merupakan anak terakhir disamping dia juga
menjaga kakaknya yang pertama dia juga menghormati kakaknya yang ke dua karena itu dia juga ikut andil dalam menjaga kakaknya
yang pertama. c.
Kondisi Anak dalam Keluarga Kondisi anak dalam keluarga memang sangat di perhatikan
dalalam kesehariannya, kondisi anak yang autis ini sangat butuh perhatian dari keluarga terlebih perhatian kepada ibu, keluarga ini
tidak membeda-bedakan anak mereka satu dengan yang lain. Kasih sayang terhadap anak mereka sama pada umumnya tetapi pada poloa
penerapannya yang lebih di pantau adalah perhatian kepada anak
pertama, karena anak pertama mengalami autis sehingga membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan kedua anak
mereka yang lain. Anak pertama mendapatkan kasihsayang yang sama dengan
anak ke dua dan ke tiga, tetapi karena butuh bimbingan yang lebih jadi orang tua menitik beratkan membimbing anak pertama. Pada
waktu usia 5-10 tahun Anak pertama selau dalam pengawasan orang tua ketika dia berbuat yang tidak wajar. Orang tua pun pasti
mengingatkan, menasihati dan anak pun perlahan-lahan mengerti walaupun kadang perbuatan itu diulanginya lagi. Karena takut
berbuat hal yang diluar batas. Dia selalu diajak kemana-mana agar mudah dalam pengawasan orang tua, jika di tinggal di rumah ada
figur seorang nenek yang mengawasi dia, setiap hari selalu dalam pamtauan orang tua. dan anakpun merasa ada yang selalu
memperhatikannya bila ada kesalahan dalam tindakan yang tidak wajar.
Anak kedua adalah anak yang normal, dia selalu mengingatkan kakaknya jika kakaknya merbuat usil, dan dia selalu
melindungi kakaknya apabila kakaknya di ganggu teman-temannya. Dia sudah tahu bahwa kakaknya mempunyai kelainan atau autis,
setiap hari dia ajak bermain apa saja, mobil-mobilan, perang- perangan, bermain sepedah keliling komplek, bermain apa saja,
nonton tekevisi bersama, main vidio game, dia lakukan bersama kakaknya. Sampai ketika kakaknya bermain dan tidak pulang-
pulang adiknya lah yang mencari sampai ke mana-mana. Anak kedua ini lah yang sangat mengerti tentang keadaan kakaknya.
Anak ketiga adalah anak yang pendiam dia juga sayang dengan kakaknya yang pertama, tetapi tidak seperhatian anak kedua,
yang paling susah di atur adalah anak ke 3 dia mungkin anak yang terakhir oleh sebab itu dia agak manja, dalam keluarga
kenakalannya itu wajar karena mungkin pergaulan di sekolahnya yang menyebabkan dia agak nakal, oleh karena itu dia sering kena
marah oleh orangtuanya. Kenakalan anak memang wajar terjadi apalagi anak-anak itu
masih kecil dalam keluarga ini pun juga mengalami masa dimana anak-anaknya nakal dan suka membuat orangtua jengkel. Tetapi
bagaimana caranya orang tua bisa menghadapi semua ini. Dalam wawancara saya, ibunya menceritakan pengalaman anaknya ketika
bertengkar, kata beliau banyak sekali masalah yang sering saya alami ketika anak-anak masih kecil, kadang mintak mainan, kadang
mintak ini, itu, dan lainnya. Ketika sudah di belikan mainan yang sama masih saja salah satu dari anak saya merebut milik saudaranya
entah itu kakaknya atau adiknya, kadang juga bertengkar karena hal yang sepeleh entah mainannya di pinjam tidak di kembalikan, atau
bercanda terlalu berlebihan. Tetapi saya memaklumi ketika anak saya yang autis nakal karena memang anak autis itu emosionalnya
tidak bisa terkendali. d.
Seorang Anak Autis dan problemnya dalam keluarga
Dalam keluarga ini ada seorang anak autis, dimana anak ini berbeda dengan anak lain baik sikap, tindakan, atau perilakunya
, perilaku tersebut dalam seksi wawancara telah di jelaskan ada
beberapa perilaku yang sering dia lakukan adalah: mempertahankan satu keinginan atau lebih dengan cara
yang berbeda dengan yang lain memukul-mukul tembok, menendang-nendang, terpaku pada satu kegiatan rutinitas yang tidak
ada gunanya, seperti selalu mencium makanan sebelum dimakan ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang, seringkali sangat
terpukau pada benda atau bagian-bagian benda. Ada beberapa perilaku lainnya. Contoh dari perilaku
destruktif adalah anak mencakar, menjambak, menggigit, meludah ke orang atau ke sembarang tempat, memukul, menarik dengan kuat,
mencekik, menendang, merobek lembar tugas, melempar benda apa saja di dekatnya, dan banyak perilaku lainnya.
ada kalanya anak ini sulit berkonsentrasi, sulit di kendalaikan, dan tidak bisa diam. Dan kebiasaan yang lain
adalah naik-turun meja, berlarian, mondar-mandir, keluar-masuk kelas, dan
berpindah-pindah tempat duduk dalam jangka waktu yang sangat singkat tanpa mengetahui apa tujuan dari perilakunya.
Didit sejak kecil sudah mengalami autis ketika umur tiga tahun cicri-ciri autis sudah Nampak dalam dirinya, mulai dari susah
berjalan, tidak bisa konsentrasi, dan cara menulis tangannya masih kaku, pada waktu SD dia mengalami susuah untuk berfikir dan
hiperaktif didit selalu mendapat nilai jelek di sekolah kemampuan IQnya tergolong rendah tetapi kemampuan bersosial sangat tinggi
dalam wawancara sanya dengan ibunya dia sekolah hannya sampek SMP dan ketika dia beranjak ke SMA dia sudah tidak mau sekolah,
jadi orang tuanya mengikutkan sekolah kejar paket, untuk hiperaktifnya dia sangat hiperaktif tidak bisa diam lari kesana kesini,
bongkar barang-barang, mobil tetangga di corat-coret, pokoknya benda apa yang dia lihat dan dia menyukainya pasti akan di otak-
atik dan dia tidak mau tahu walaupun orang lain sudah memperingatkannya. Sejak saat itu Didit di periksakan ke dokter
ternyata dia mengalami autis. Dalam hal ini orangtua didit pasti sangatlah shok melihat
anaknya mengidap autis tapi dengan segala upaya orang tuanya memberikan bimbingan dan terapi-terapi, dalam kesehariannya didit
dikenal anak yang baik dalam bidang sosial, tetapi dari segi IQ dia termasuk anak yang kurang pintar, karena hiperaktifnya termasuk
dalam kategori autis. Dalam mendengar dia tidak suka bunyi bunyi yang keras seperti bunyi bel, bunyi petir, bunyi musik keras, dia
selalu menutup telinga setiap mendengar bunyi itu. Di mana pun dia berada ketika mendengar suara tersebut, kadang ketika dia melihat
atau bermain dengan barang yang di sukainya dia tidak akan mendengar ketika di panggil.
Pada waktu umur dua tahun dia sulit bicara, dia hanya bisa bicara ibu, ayah, dan terkesan ketika kata-kata yang keluar dari
mulutnya pasti di ulang-ulang dengan makna yang tidak jelas, bisanya hanya menirukan kata-kata orang lain dan terkesan tidak
bisa memberikan kata sambung. Lemah dalam pengucapan atau Kontrol suara, lemah dalam
pengucapan ketika mendengar kata-kata sulit dia hanya diam dan tidak bisa merespon kata-kata sulit yang di bicarakan orang lain, dan
dia tidak bisa mengontrol suaranya terkesan seperti teriak-teriak, padahal sebenarnya dia hanya mengekspresikan bicaranya dia,
karena dia tidak bisa mengontrol tempo suara dan tidak bisa membedakan kapan harus bicara keras dan kapan harus bicara pelan.
ketika usia 5 tahun dia tidak bisa menulis, kata dokter sarap motoriknya sangat kurang berfungsi jadi perluh adanya terapi yang
agak lama untuk bisa menjadi normal. Pada saat umur 6 tahun Didit suka naik-naik meja lompat kesana-
kemari pada saat itu dia majat pohon karena anak autis tidak takut akan bahaya, maka dia memanjat pohon yang tingginya sekitar 5 meter dia
panjat sampai atas dan katanya ia ingin memanjat aja, dan ibunya pun sudah melarangnya tetapi tidak di hiraukannya.
Dia tidak bisa diam dan selalu jahil, dan di tempat dia tinggal selalu di kucilkan tetangga karena memang seorang anak yang autis
memang emosinya tidak terkontrol jadi orang biasa melihat dari sebelah mata. Di rumah orang ketika ada barang yang di sukainya dia langsung
mengambil dan memberantakan barang itu dan memilih-milih barang yang di senanginya untuk di pinjam, kadang dia bersepedah jauh
meninggalkan rumah dan taktau arah tujuan tau-atau singgah di rumahnya orang dan mintak air minum. Tetapi dia memiliki kemampuan
sosial atau jiwa sosial yang tinggi. Sering membantu temannya, memberikan minum pada teman-temannya ketika selesai bermain,
menolong orang yang membutuhkan tumpangan, membersihkan selokan dan ikut kerja bakti apa bila diadakan kerja bakti.
B. Deskripsi Pengalaman Orang Tua dalam Memangani Anaknya.
1. Sikap Orang Tua terhadap anak autisnya.
“Sebelumnya ia tampak normal. Responnya pun masih normal. Jika dipanggil misalnya, ia akan menoleh dan melihat siapa yang
memanggilnya itu,” kenang ibu perempuan berdarah Jawa itu. Orang
Tua Didit mengaku memang melihat ada yang berbeda dengan perkembangan putera sulungnya sejak bayi.
Cara bicara Didit yang lambat dan tidak jelas sebelumnya dianggap Ibunya dan keluarga hanyalah masalah keterlambatan
pertumbuhan saja. Dan mereka yakin. Didit pasti bisa berbicara layaknya anak normal seiring dengan pertumbuhan usianya nanti. Dan Didit pun
sempat mengikuti sekolah taman kanak-kanak dengan sesama anak normal lainnya.
Namun hingga enam bulan kemudian, anggapan itu tenyata keliru. Didit belum menampakkan perubahan. Bahkan, perilaku Didit
tampak semakin tidak seperti biasanya. Hal inilah yang akhirnya menyadarkan Ibunya bahwa ia perlu memeriksakan apa sebenarnya yang
terjadi pada anaknya itu. Karena kurangnya informasi tentang kelainan
Didit, Ia pun segera membaca panduan tumbuh kembang anak yang
diperoleh dari posyandu dan menemukan adanya proses perkembangan yang kurang sesuai. Tanpa harus berlama-lama, ia segera
mengkonsultasikan putranya ke psikolog. Ibunya kemudian membawa
Didit ke RS. Dokter Soetomo. Dokter pertama yang ditemuinya adalah dr Dadang Sharief
spesialis anak yang mengatakan, Didit mengalami masalah gangguan pada pencernaan.
Dugaan-dugaan diagnosa yang belum jelas tentang kelainan yang terjadi pada Didit sempat membuat Orangtuanya bingung.
Hingga akhirnya atas rujukan dr Dadang Syarif sendiri, ibunya pun bertemu dengan dr Meli Kurniawati Seorang psikister. Kebetulan
waktu itu dr Meli Kurniawati sedang mengadakan penelitian tentang anak autis. Dan atas diagnosa sang dokter, Didit difonis positif mengidap
autis.“Dokter langsung tahu setelah memeriksa tingkah laku Didit,”Dan menyarankan agar Didit menjalani terapi rutin.
Didit bisa menjalani terapi selama enam tahun karena terkendala masalah dari didit sendiri yang sudah tidak mau di terapi .“Terus terang
saya akui, sebagai orang tua yang masih muda, waktu itu kami masih bisa secara finansial tapi, pengalaman merawat anak autis kurang, dan
anaknya pun ketika di ajak ke sekolah SLB dia tidak mau” Maka dengan terpaksa kami pun kembali merawat Didit dengan layaknya anak biasa
dengan harapan bisa pulih seperti anak normal lainnya, kami juga mendapat dukungan dari orangtua dan keluarga. Orangtua Didit
mendapat respon dan dukungan dari sanak saudaranya namun kenyataan yang terjadi masih ada juga keluarga kami yang tidak bisa menerima,
yang bahkan tidak menerima kenyataan yang menimpa Didit. Meski demikian, Orangtua Didit tidak menyerah. “Ibu dan ayah
Didit berusaha berjuang sendiri dengan di dukung Neneknya, dengan keadaan yang serba kecukupan,” kata Ibunya. Dengan keterbatasan itu,
Orangtua Didit pun merawat Didit sendirian. “Selama 10 tahun Didit kami rawat di rumah dengan berobat jalan serta beberapa terapi di
antaranya terapi mengurangi hiperaktif,” katanya. Disamping dia merawat Didit dia merawat adik-adiknya yang masik kecil dengan
bantuan nenek sangat menolong meringankan pekerjaan orangtuanya Didit. Ibu muda ini hanya merawat anaknya dengan mengandalkan obat-
obat yang di dapat dari rumah sakit dan terapi-terapi secara rutin, serta rekaman otak.
Hingga menginjak usia remaja, Didit merasa bosan dengan terapi dan mengkonsumsi obat, Meski demikian, tak banyak harapan pada
Didit. Harapan yang hampir sama bagi ibu yang juga memiliki anak penderita autis, Harapan yang sangat sederhana sebenarnya.
“Bisa mandiri saja sudah cukup,” kata Ibunya. kini Didit sudah bisa mandiri Bagi Orangtuanya, menerima kenyataan memiliki anak
menderita autis awalnya sangatlah tidak mudah. Apalagi Didit adalah putra pertamanya dari perkawinan
mudanya. Rasa minder pun sering dialaminya. Tapi perasaan itu justru
menyadarkannya bahwa ia harus menerima Didit bagaimanapun ia adanya
“ Kalau
bukan orangtua yang berusaha mendekatkan diri, maka semakin sulit bagi penderita autis untuk hidup berkembang seperti yang
diharapkan,” katanya. Orangtua Didit pun mengaku semakin sadar akan makna cinta sesungguhnya. Juga semakin sadar bahwa anak adalah
titipan Tuhan yang bagaimanapun ia adanya haruslah dijaga dan dibesarkan
dengan ikhlas.
Bahkan dengan
rasa syukur.
“Jika Didit tidak menderita autis, mungkin cinta saya tidak sebesar ini. Jika Didit tumbuh normal, mungkin saya tidak akan merasakan
kebahagiaan yang pasti tidak dirasakan orangtua lain,” tambahnya. Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak autis seperti ini memang
berbeda dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh orangtua yang memiliki anak normal. Orangtua Didit mengaku akan bahagia jika
misalanya, Didit menunjukkan ekspresinya ketika dipanggil oleh ibunya; jika ia berbicara dengan baik atau ketika anaknya itu mampu melakukan
hal lain yang bisa dila kukan anak normal, meski tak banyak.“Mungkin
kedengaran biasa saja bagi orang lain. Tapi itulah kebagiaan saya sebagai orang tua yang memiliki anak pengidap autis,” katanya dengan raut
wajah sedih. Pengalaman
itu sekaligus membuat ia semakin sayang kepada Didit. “Saya dan suami akan merawatnya semampu kami. Apa pun akan
kami lakukan demi Didit. Sebab inilah tanggung jawab kami sebagai orangtua.
2. Upaya-upaya yang dilakukan Orangtua dalam menangani anaknya yang
autis. Awalnya orangtua Didit mengupayakan ke posyandu terdekat,
dari situ, ia pun segera membaca panduan tumbuh kembang anak yang
diperoleh dari posyandu dan menemukan adanya proses perkembangan yang kurang sesuai. Tanpa harus berlama-lama, ia segera
mengkonsultasikan putranya ke psikolog, dari situ, orangtua didit berusaha mengupayakan terapi autis di RS. Dokter Soetomo.
Dokter pertama yang ditemuinya adalah dr Dadang Sharief spesialis anak yang mengatakan, Didit mengalami masalah gangguan
pada pencernaan. Hingga akhirnya atas rujukan dr Dadang Syarif sendiri, orangtua
pun bertemu dengan dr Meli Kurniawati Seorang psikister. Kebetulan waktu itu dr Meli Kurniawati sedang mengadakan penelitian tentang
anak autis. Dan atas diagnosa sang dokter, Didit difonis positif mengidap autis
Didit bisa menjalani terapi selama enam tahun karena terkendala masalah biaya.“Terus terang saya akui, sebagai orang tua yang masih
muda, waktu itu kami masih bisa secara finansial tapi kurang pengalaman, dan orangtua sudah mengusahakan di sekolahkan di
sekolahan SLB anaknya pun ketika di ajak ke sekolah SLB dia tidak mau” Maka dengan terpaksa kami pun kembali merawat Didit dengan
layaknya anak biasa dengan harapan bisa pulih seperti anak normal lainnya.
Meski sangat sulit, Orangtua Didit tidak menyerah. “Ibu dan ayah Didit berusaha berjuang sendiri dengan di dukung Neneknya, dengan
keadaan yan g serba kecukupan,” kata Ibunya. Dengan keterbatasan itu,
Orangtua Didit pun merawat Didit sendirian. “Selama 10 tahun Didit kami rawat di rumah dengan berobat jalan serta beberapa terapi di
antaranya terapi mengurangi hiperaktif,” katanya. Disamping dia merawat Didit dia merawat adik-adiknya yang masik kecil dengan
bantuan nenek sangat menolong meringankan pekerjaan orangtuanya Didit.
Ibu muda ini hanya merawat anaknya dengan mengandalkan obat-obat yang di dapat dari rumah sakit dan terapi-terapi secara rutin.
serta rekaman otak. Selain mendidik dengan pengetahuan umum dia juga mendidik secara agama, orangtua didit menyarankan agar didit lebih giat
solat lima waktu, pada waktu SD dididt di suruh belajar mengaji meskipun dia tidak sampai al-quran orangtuanya menyuruhnya agar
tetapmengaji, selain itu dia juga mendidik anaknya agar selalu jujur dalam segala ahal, mencari rizki yang halal, dan bekerja dengan
giat,dengan itu anak-anaknya bisa sukses. Hingga menginjak usia remaja, Didit merasa bosan dengan terapi
dan mengkonsumsi obat, Meski demikian, tak banyak harapan pada Didit. Harapan yang hampir sama bagi ibu yang juga memiliki anak
penderita autis, Harapan yang sangat sederhana sebenarnya.
“Bisa mandiri saja sudah cukup,” kata Ibunya. kini Didit sudah bisa mandiri Bagi Orangtuanya, menerima kenyataan memiliki anak
menderita autis awalnya sangatlah tidak mudah. Apalagi Didit adalah putra pertamanya dari perkawinan
mudanya. Rasa minder pun sering dialaminya. Tapi perasaan itu justru menyadarkannya bahwa ia harus menerima Didit bagaimanapun ia
adanya. “Kalau bukan orangtua yang berusaha mendekatkan diri, maka
semakin sulit bagi penderita autis untuk hidup berkembang seperti yang diharapka
n,” katanya. Orangtua Didit pun mengaku semakin sadar akan makna cinta sesungguhnya. Juga semakin sadar bahwa anak adalah
titipan Tuhan yang bagaimanapun ia adanya haruslah dijaga dan dibesarkan dengan ikhlas. Bahkan dengan rasa syukur. “Jika Didit tidak
menderita autis, mungkin cinta saya tidak sebesar ini. Jika Didit tumbuh normal, mungkin saya tidak akan merasakan kebahagiaan yang pasti
tidak dirasakan orangtua lain,” tambahnya. Kebahagiaan orangtua yang
memiliki anak autis seperti ini memang berbeda dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh orangtua yang memiliki anak normal. Orngtua Didit
mengaku akan bahagia jika misalanya, Didit menunjukkan ekspresinya ketika dipanggil oleh ibunya;
Jika ia
berbicara dengan baik atau ketika anaknya itu mampu melakukan hal lain yang bisa dilakukan anak normal, dan sekarang didit
menjadi anak yang bisa dikatakan sudah berkurang autisnya dan bisa bekerja layaknya anak normal lainnya.
3. Kunci sukses orangtua dalam menagngani anaknya yang autis.
Tentang kunci suskses Orang tua Didit dalam membimbing nya sehingga menjadi sukses. Dapat di lihat di tabel berikut :
Tabel wawancara Pengamat
Orang tua assalammualaikum
waalaikum salam
menurt ibu, tahu bahwa anak ibu mengalami autis sejak usia berapa?
sejak umur 5 tahun, sebabnya sering jatuh pada waktu itu, dari situ saya
kok merasa anak saya ada kelainan, saya merasa sedih dan gelisah, tetapi
sudah saya pasrahkan kepada allah jadi harus diterima apa adanya karena
semua anak adalah titipan allah.
Apakah tanda-tandanya dia anak autis?
Ada, tanda-tandanya dia kaku dalam hal menulis, tidak bisa berkonsentrasi,
hiperaktif. Selalu semaunya sendiri, pada waktu itu masik kecil dia selalu
teriak-teriak tidak jelas, jika ada hal yang dia sukai maka dia akan sangat
menyukainya, misalnya dia melihat mobil, mobil itu di lihat, di pegang-
pegang, di naiki dll. Dalam hal ini yang membuat tetangga tidak suka.
Apakah dia juga sulit bersosialisasi dengan orang lain?
Tidak , dia kalau bersosialisasi dengan orang lain tidak ada rasa minder, jiwa
sosialnya tinggi, kalau disuruh orangtua pasti dia mau, disuruh
membeli apa saja dia selalu mau melaksanakannya, ada kebaikan yang
pernah dia lakukan, ketika dia melihat nenek-nenek menunggu bemo di
depan rumah, dia merasa iba dengan nenek itu karena sudah lama
menunggu bemo tidak kunjung datang, lalau dia mengambil sepedah motor
dan mengantarkan nenek itu ke berating.
Bagaimana cara ibu membimbing anaknya yang autis padahal ibu juga
wanita karir? Selain ada neneknya yang selalu
menemani jika saya sedang bekerja, karena anak saya masik kecil-kecil
semua. Setiap saya ada jam kosong pasti saya pulang kerumah, untuk
melihat anak saya, wlaupun di rumah ada pembantu, saya tetep membimbing
anak saya sendiri. Tidak akan saya serahkan ke orang lain kecuali
keluarga terdekat, nenek, ayah, atau saudara.
Bila membimbing mas didit apakah sulit?
Kadang sulit sekali, harus di berikan kedisiplinan dikerasi biasanya yang
bertindak adalah ayahnya, kalu saya tidak bisa untuk mengerasi anak.
Apakah mas didit di terapi? ya, di terapi, berbagai macam terapi
yang saya lakukan agar anak saya sembuh.mulaiterapi untuk
hiperaktifnya, terapi autisnya, terapi listrik, pernah juga saya bawa ke
paranormal, berbagai usaha yang telah saya lakukan.
Kemana biasanya mas didit di terapi? Biasanya saya bawak di RS. Dr.
Soetomo, atau di RS. Haji. Setiap seminggu sekali, malah pada waktu
daia usia tujuh tahun ada dokrer yang meneliti tianagkat autis anak saya,
ketika itu dokter itu sedang melakukan penelitian, dan saya di anjurkan
menterapi terus lalau saya terapi terus selama beberapa tahun.
Dalam satu bulan berapa kali terapi? Satu minggu sekali, anak saya di
terapi, sampai-sampai anak saya di
buat penelitian dengan dokter di karangmenjangan RS. Dr. Soetomo
itu pada waktu SD. Bagai mana pengalaman ibu dalam
membimbing anaknya? Yang penting sabar, jangan pernah
mengeluh, apa lagi di rumah itu si didit tidak di sukai banyak orang,
kadang adeknya yang pertama itu yang selalu ngemong kakaknya.
Apakah ada keluhan dari tetangga karena kenakalan anak?
Dia usil sekali dan suka teriak-teriak, dan sempet ada laporan dari tetangga
karena sangat usil dan hiperaktif. Dari segi ibu membimbing didit
apakah ibu terapkan keimanan bagai mana?
Pasti saya arahkan ke agama, Dia solat, mengaji dan dia lakukan rutin
setiap hari, dalam hal solat meskipun sangat cepat dia tetep melakukan solat
lima waktu, bahkan solat tahajud, duha pasti dia lakukan.untuk mengajidia
sempet mengaji tetapi arena dia tidak mampu ya, saya biarkan.
Kelebihan anak ibu dalam hal apa? Dalam segi socialnya dia sangat baik,
dia pada waktu SMP dia ringan tangan, dulu ada orang tua nenek-
nenek, mau menunggu bemo lalau
bemonya gak dating-datang lalu didit mengantarkan dengan sepeda motor.
Apakah ada beban dalam membimbing anaknya yang autis?
Dibilang beban ya beban tetapi karena sudah kodratnya di beri anak autis,
saya terima dengan iklas, dan saya juga mengarahkan agar dia selalu
berbuat baik, dilarang jahat pada orang lain. Carri rezeki yang halal.
Untuk terapi atau usaha apa saja yang sudah anda lakukan?
Di bawa ke dokter, terapi listrik, terapi dari paranormal, dan dari anaknya
sendiri juga ingin sembuh. Apakah ada perhatian lebih dari anak-
anaknya yang lain? Ada perhatian lebih dari anak-anak
saya yang lain, karena dia autis. Ada kecemburuan dari anak-anak
yang lain? Ya tidak ada yang cemburu, semuanya
mengerti bahwa kakaknya yang pertama itu sakit dan saya sudah
mengingatkan kepada anak saya bahwa harus menjaga kakaknya,
malah anak saya yang kedua itu selalu melindungi kakaknya. Ketika kakanya
berbuat buruk tidak terkendali atau berbuat usil, maka adeknya itu yang
melarangnya agar supaya tidak melakukan hal itu, dan ketika
kakaknya di jahili temannya maka adeknya yang melindunginya.
Sikap ibu ketika anaknya yang autis berontak?
Saya tuturi, saya dudukkan pokoknya tidak saya kasar lah, tetapi kalok sama
ayahnya langsung di hukum. Dan yang bertugas sebagai pemberi hukuman
adalah ayahnya, jika dia salah saya selalu bilang ke ayahnya, karena yang
di takuti adalah anyahnya. Langsung ayahnya memberikan hukuman dan
setelah itu dia baru mengerti dan tidak mengulanginya lagi, kalau sama saya
taakan takut, ketika sudah selesai di beri hukuman baru saya bilangi bahwa
yang dia lakukan adalah salah. Berobat dari umur berapa?
Dari umur 5-10 tahun itu selalu saya bawa ke dokter setiap satu minggu
sekali. Pada waktu itu pada umur 5 tahun saya terapi hiperaktifnya, lalu
setiap minggu saya kontrolkan ke dokternya, itu saya lakukan setiap satu
minggu duakali selama kurang lebih 5 tahun.
Kunci sukses untuk menangani anak autis?
Sabar ketika dia berontak, di beritahu dan di beri perhatian lebih. Saya beri
tahu bahwa kalok selalu berbuat tidak baik maka allah akan marah, harus
bisa menjadi baik kepada orang lain tidak boleh jahat kepada orang lain.
Bagaimana Pengalaman untuk selalu bersabar?
Ya selalu sabar dalam membimbing anak saya, kadang ya di kerasi, kalau
aneh-aneh ya di kerasi kalau tidak aneh-aneh ya di berikan kasih sayang.
Bagai mana cara anda memfokuskan kepada anak autis anda?
Ya terus diawasi, kalok saya kerja maka ada neneknya yang menjaganya,
ada juga ketika saya ada jam kosong maka saya bergegas pulang, melihat
anak saya, ketika saya ada acara apa saja pasti saya ajak anak saya yang
autis ini, tetapi sebelumnya saya nasihati jika di ajak ibu kemana saja
harus diam tidak boleh bandel,nanti kalokmasik bandelibu tidak akan
mengajak kamu lagi, dan dia pun menuruti apa yga di katankan saya.
Memang awalnya sangat sulit karena harus setiap saat menasihati dia, tapi
karena udah terbiasa maka dia sudah tau.
Bagaimana caranya jika memberi tahu anak anda yang autis?
Tidak berteriak kepada anak, karena saya juga tidakbisa untuk memarahi
anak terlalu keras, ketika saya ingin mengarahkan anak saya ke hal yang
baik saya menasihatinya atsau lebih suka mengalihkan perhatian ke hal
yang di sukai anak, misalnya ketika anak saya bermain di luar rumah dan
saya panggil tidak langsung pulang maka saya membunyikan sepeda
motor dan mereka pun langsung bergegas pulang.
Bagaimana caranya memberi contoh anak anda agar anak anda selalu
tertib? Saya selalu menggambarkan
kedisplinan anak saya dengan berbagai macam contoh sesuai kenyataan,
biasanya saya contohkan kepada anak saya jadilah seperti tokoh ini karena
orangnya baik meskipun pekerjaannya mengambil sampah tetapi halal dll
Apakah ada pengawasan yang cukup bagi anak ibu yang autis?
Ada, biasanya kalok siang neneknya yang mengawasi,karena saya sedang
mengajar, dan ketika setelah duhur
baru saya yang bertugas menawasinya sampai dia tidur malam, kalau tidak di
awasi maka dia akan bermain keluar rumah dan keluar entah kemana. Maka
dari itu kalau saya sudah selesai mengajar dan ketika ada jam kosong
langsung pulang kerumah, melihat apakah anak saya baik-baik saja.
Bagaimana caranya untuk menghindari memukul, menampar,
atau mencubit? Ya saya selalu menahan karena ada
perasaan tidak tega dengan anak, apa lagi itu anak saya sendiri, ya selain dia
autis juga dia anak pertama kami jadi perasaan seorang ibu jika dia nakal
dan nakalnya itu karena sesuatu hal karena ada kelainan jadi mau gimana
lagi harus sabar dan menerima.
Dari hasil wawancara peneliti dengan ibu tersebut terdapat 5 point kata kunci sukses dakam nenangani anak autis, yaitu:
a. Bersabarlah.
Meskipun kadang Anda menjadi frustrasi ketika mencoba memahami tingkah laku anak, namun penting untuk mengingat bahwa kuncinya adalah
sabar. Seiring waktu, dengan menggunakan strategi yang dibahas di bawah ini, anak Anda yang autis akan mempelajari cara yang lebih baik untuk
bertingkah laku. Hal ini tidak akan terjadi dalam semalam.
Jadi ketika mereka tidak memperhatikan Anda atau sepertinya tidak mendengarkan dan mengikuti apa yang Anda katakan, jangan langsung
menyimpulkan bahwa mereka melakukan itu untuk membuat Anda jengkel. Ada sesuatu yang mungkin sedang mengganggu konsentrasi mereka.
b. Jangan berteriak pada anak.
Berteriak pada anak, mencoba menjadi orang tua yang suka memerintah atau menunjukkan terlalu banyak kekuasaan dapat membuat
anak cemas dan bingung. Ketika menghadapi kecemasan, anak bisa menjadi sangat gelisah dan kacau. Mungkin mereka mulai menunjukkan amarah,
berteriak atau menjerit. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjaga agar suara tetap rendah, meskipun sangat frustrasi.
Mereka juga bisa menunjukkan tingkah laku yang membahayakan diri sendiri seperti membenturkan kepala pada sesuatu. Diskusikan tentang
tingkah laku pengganti dengan seorang terapis. Sebagai contoh, anak yang sering membenturkan kepalanya dapat menggoyangkan kepala dengan cepat
untuk menghilangkan stres tanpa membahayakan dirinya sendiri. c.
Gunakan jadwal bergambar untuk menciptakan ketertiban. Jadwal bergambar membantu menjelaskan aktivitas apa yang harus
dilakukan anak selanjutnya. Jadwal bergambar merupakan bantuan yang luar biasa bagi orang tua untuk membimbing anak autis melalui berbagai aktivitas
yang akan mereka jalani dalam satu hari. Jadwal seperti ini membantu memperbaiki struktur dalam hidup anak terutama bila anak yang menderita
autisme memiliki kesulitan mengikuti gambaran aktivitas mereka sehari-hari. Berikut adalah beberapa ide bagaimana menggunakan jadwal bergambar
Anda dan anak dapat mengetahui tugas dengan “mencentang” aktivitas yang sudah selesai.
Anda dan anak dapat membawa jam dekat dengan tempat aktivitas untuk menentukan kerangka waktu dalam setiap aktivitas.
Bantu anak mendesain dan melukis semua gambar tersebut sehingga dia merasa lebih terhubung.
Simpan gambar di dalam buku, tempelkan pada papan atau dinding sehingga anak dapat mengacu pada gambar itu bila mereka menginginkannya.
d. Pastikan ada pengawasan yang cukup untuk anak.
Pengawasan ini termasuk mengetahui kapan dan di mana anak membutuhkan “masa tenang” misalnya setelah pulang sekolah. Masa
tenang sangat relevan bila anak merasa terlalu banyak yang terjadi dan indra mereka kelebihan beban. Ketika anak tertekan atau kesal karena rangsangan
berlebihan tersebut, ini merupakan indikasi perlunya masa tenang. Cukup bawa anak Anda ke tempat aman dan tenang, izinkan anak “rileks” dalam
lingkungan yang biasa di bawah pengawasan santai. Contohnya adalah membiarkan anak menggambar di ruang yang tenang sementara Anda duduk
di sampingnya membaca buku. e.
Hindari disiplin yang berupa rasa sakit fisik, seperti memukul, menampar, atau paparan terhadap rangsangan intens.
Menanggapi kekerasan dengan kekerasan lebih hebat dapat menanamkan keyakinan pada anak bahwa bersikap keras ketika merasa
marah itu boleh dilakukan. Jika Anda sangat marah kepada anak, lakukan
strategi penenangan diri yang sama yang Anda ingin dilakukan anak. Ini mendorong anak untuk meniru Anda ketika dia merasa marah atau frustrasi.