Hasil Penelitian KENDALA PEMBIASAAN NILAI- NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI MINOMARTANI I KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN.

50

B. Hasil Penelitian

Bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang ditemui peneliti di lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Aspek yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah kendala guru dalam pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dimengerti dan dipahami. Tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 8. Penelitian ini menggunakan interpretasi data secara deskriptif berupa uraian kalimat sebagai berikut. 1. Pengetahuan Guru di SD Negeri Minomartani I Tentang Nilai-Nilai Nasionalisme a. Pemahaman Guru Tentang Nilai-nilai Nasionalisme Keberhasilan guru dalam membiasakan nilai-nilai nasionalisme tergantung dari pemahaman guru tentang nilai-nilai nasionalisme sendiri. Nilai-nilai nasionalisme yang dipahami guru akan diterapkan guru ketika berinteraksi dengan siswa ketika dalam kegiatan pembelajaran maupun saat di luar kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil wawancara, pemahaman guru tentang nilai-nilai nasionalisme adalah perasaan mencintai bangsa dan tanah air, bangga dengan identitas nasional, mempunyai sikap toleransi, tanggungjawab dan disiplin. Hal ini sesuai 51 dengan pendapat ibu “ST” yang menyatakan bahwa “nilai-nilai nasionalisme itu seperti mencintai bangsa dan negara dan juga mempunyai sikap toleransi dan disiplin juga mencerminkan nila i nasionalisme”. b. Nilai-nilai Nasionalisme yang dibiasakan di SD Negeri Minomartani I Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme sangat banyak, sehingga tidak semua nilai dapat dibiasakan kepada siswa sekaligus. Oleh karena itu pihak sekolah terutama guru hanya mengambil beberapa nilai- nilai nasionalisme yang dirasa perlu dan penting bagi perkembangan siswa seusia sekolah dasar, meskipun dalam pelaksanaannya guru juga tidak jarang membiasakan nilai-nilai nasionalisme yang lain. Mencermati analisis hasil wawancara halaman 153 yaitu nilai nasionalisme yang dibiasakan kepada peserta didik di SD Negeri Minomartani I adalah disiplin, toleransi, tanggungjawab dan kejujuran. Hasil wawancara di atas juga didukung dengan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 april 2014 di ruang kelas III ketika kegiatan pembelajaran, guru meminta siswa yang belum melaksanakan tugas piket untuk membersihkan ruang kelas, hal ini untuk membentuk sikap tanggungjawab siswa, selain itu guru juga menasihati dan menegur siswa agar bisa tertib dan disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil wawancara dan observasi di atas juga didukung dengan dokumentasi kegiatan pembelajaran dan juga rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, dalam RPP yang disusun guru memuat nilai-nilai nasionalisme seperti 52 disiplin, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai nasionalisme yang dibiasakan pada siswa di SD Negeri Minomartani I adalah disiplin, toleransi, tanggungjawab dan kejujuran. c. Pentingnya Nilai-nilai Nasionalisme Nilai-nilai nasionalisme penting dimiliki untuk membentuk sikap, karakter dan perilaku siswa yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme, seperti disiplin, tanggungjawab, toleransi, dan kejujuran sehingga siswa bisa menerapkannya di mana saja. Mencermati analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 153 tentang pentingnya nilai-nilai nasionalisme adalah agar siswa dapat mengembangkan karakter dan sikap cinta dan bangga pada bangsa dan negara sehingga menumbuhkan nasionalisme yang tinggi dan kuat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari bapak “N” yang menyatakan bahwa: “Bukan hanya penting mas, tetapi harus. Harus ditanamkan sejak dini pada anak tentang nilai-nilai nasionalisme, karena dengan adanya kemajuan teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini tidak mungkin dihadapi tanpa nilai-nilai nasionalisme, karena nanti nilai-nilai kebangsaan kita akan habis ditelan oleh arus globalisasi, oleh karena itu dalam rangka wawasan kebangsaan anak memang harus ditanamkan tentang nilai- nilai nasionalisme.” Pernyataan di atas juga didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan pada hari senin tanggal 07 april 2014, saat peringatan upacara bendera, kepala sekolah mengingatkan kepada siswanya agar mau meneladani sikap para pahlawan, selain itu siswa-siswa juga diingatkan agar mau ikut melestarikan kebudayaan Indonesia agar 53 tidak tergusur oleh budaya dari luar. Siswa-siswa juga diingatkan untuk selalu bersikap jujur dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto yang dilaksanakan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai nasionalisme penting dimiliki agar siswa dapat membentengi diri untuk menghadapi arus perkembangan teknologi dan globalisasi yang semakin berkembang dengan cepat, sehingga tidak melunturkan nilai-nilai kebangsaan dengan cara membiasakan nilai-nilai nasionalisme pada siswa sejak dini. Nilai-nilai nasionalisme juga penting dimiliki agar siswa bisa mengetahui cara bersikap, berperilaku, sopan santun dan mengembangkan sikapperilaku yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme seperti disiplin, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran di mana saja. 2. Pembiasaan Nilai-nilai Nasionalisme di SD Negeri Minomartani I a. Pembiasaan Nilai-nilai Nasionalisme di dalam Kegiatan Pembelajaran Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I dilaksanakan guru dalam berbagai kegiatan, baik ketika dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 154 saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga membentuk dan mengembangkan karakter siswa, salah satunya nasionalisme. Guru membiasakan nilai-nilai nasionalisme pada siswa dengan memberikan pesan-pesan moral, bercerita, meneladani para pahlawan, dan 54 menyanyikan lagu-lagu wajib dan lagu daerah. Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat dari ibu “ST” selaku wali kelas III yang mengungkapkan bahwa: “Iya mas, contohnya dengan cara menyanyikan lagu-lagu wajib dan juga lagu-lagu daerah untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, selain itu juga dengan cara menasihati dan mengingatkan anak-anak untuk berpakaian rapi dan sopan”. Hasil wawancara di atas juga didukung dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9, 15 dan 16 april 2014, di ruang kelas III dan ruang kelas VI. Pada saat memasuki kelas siswa-siswa dibiasakan untuk berbaris dengan tertib dan saling bersalaman, kemudian siswa masuk ke dalam kelas dengan tertib, sebelum memulai kegiatan pembelajaran siswa memulai dengan do’a seperti dengan kepercayaan masing-masing, guru juga meminta siswa untuk menyanyikan lagu wajib dan lagu nasional di sela-sela pembelajaran untuk meningkatkan semangat siswa, selain itu sebelum mengakhiri pembelajaran guru juga memberikan pesan-pesan moral kepada siswa. Berdasarkan hasil wawancara di atas, observasi yang dilakukan peneliti di lapangan dan dokumentasi foto kegiatan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme yang ada di SD Negeri Minomartani I juga dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaannya dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya dengan memberikan apersepsi, menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu daerah dan juga mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme ke dalam mata pelajaran yang diajarkan. Guru selain mengjarkan materi pelajaran juga 55 membentuk dan mengembangkan nilai-nilai nasionalisme siswa, seperti kedisiplinan, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran. b. Pembiasaan Nilai-Nilai Nasionalisme di luar Kegiatan Pembelajaran Saat di luar kegiatan pembelajaran pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan, mencermati analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 155 tentang pembiasan nilai-nilai nasionlisme di luar kegiatan pembelajaran di SD Negeri Minomartani I dilakukan dalam peringatan upacara bendera setiap hari senin, pelaksanaan ekstra kurikuler pramuka, tari daerah dan peringatan hari-hari besar nasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari ibu “ST” yang menyatakan bahwa: “Oh iya mas, kalau disini untuk membiasakan nilai-nilai nasionalisme sekolah mengadakan ekstrakurikuler pramuka, tari jathilan, peringatan hari-hari besar nasional dan pemilihan masdiajeng dengan memakai busana pakaian daerah, selain itu pada saat istirahat kalau ada siswa yang sedang makanminum dinasihati untuk mencuci tangan terlebih dahulu dan juga menasihati untuk membuang sampah pada tempatnya agar siswa-siswa terbiasa untuk hidup tertib. Selain itu pada saat melaksanakan upacara bendera menegur siswa yang tidak serius melaksanakan upacara, selain itu juga dengan memberikan contoh untuk bersikap siap, hormat, dan istirahat.” Pernyat aan di atas juga didukung oleh pendapat dari “FN” salah satu siswa dari kelas III yang menyatakan bahwa: “Di sekolah setiap hari senin selalu diadakan peringatan upacara bendera”. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 7, 8, dan 11 april 2014. Sekolah mengadakan peringatan upacara bendera setiap hari senin, guru juga memberikan teladan pada siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan, hal 56 ini dapat dilihat dari bapak “SW” yang memberikan nasihat pada siswa yang membuang sampah sembarangan. Siswa-siswa juga selalu menjabat tangan bapakibu guru ketika tiba di sekolah, selain itu siswa juga selalu mengadakan latihan baris berbaris setiap pagi. Kegiatan-kegiatan tersebut juga untuk membentuk kedisiplinan dan rasa tanggungjawab siswa. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto, dapat disimpulkan bahwa pembiasaan nilai-nilai nasionalisme yang ada di SD Negeri Minomartani I juga dilaksanakan di luar kegiatan pembelajaran, Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I luar kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan dan program sekolah, misalnya dengan cara memperingati upacara bendera setiap hari senin, melaksanakan ekstrakurikuler pramuka dan tari daerah, memperingati hari-hari besar nasional, mengadakan pemilihan masdiajeng dengan cara memakai pakaian daerah. Pelaksanaan berbagai macam program sekolah tersebut bertujuan untuk membentuk nilai-nilai nasionalisme siswa, seperti disiplin, tanggungjwab, toleransi dan kejujuran. 3. Kendala Pembiasaan Nilai-nilai Nasionalimse di SD Negeri Minomartani I SD Negeri Minomartani I dalam melaksanakan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan dalam pembiasaan nilai-nilai nasionalisme, kendala yang dihadapi guru di SD Negeri Minomartani I dalam pembiasaan nilai-nilai nasionalisme dijabarkan dalam uraian di bawah. 57 a. Kendala Pembiasaan Nilai-Nilai Nasionalisme di dalam Kegiatan Pembelajaran 1 Kompetensi a Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang Mengintegrasikan Nilai-Nilai Nasionalisme Sebelum melaksanakan tugas mengajar dan mendidik, seorang guru diwajibkan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, hal ini diperlukan agar kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Mencermati analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 156 sebelum melaksanakan tugas mengajarnya guru di SD Negeri Minomartani I juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, akan tetapi guru di SD Negeri Minomartani I masih mengalami kesulitan dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, terutama untuk mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme, nilai-nilai yang juga disampaikan pada siswa seperti kedisiplinan, kejujuran, toleransi dan tanggungjawab, hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh ibu “ST” selaku wali kelas III yang menyatakan bahwa: “Kalau dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP terus terang memang agak mengalami kesulitan mas, terutama untuk memadukan materi pelajaran dengan nilai- nilai nasionalisme”. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh hasil observasi yang dilaksanakan peneliti di dalam kegiatan pembelajaran pada tanggal 9, 10, 15 dan 16 april 2014. Guru masih mengalami kesulitan dalam 58 mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme, sebagian besar kegiatan pembelajaran hanya dilaksaanakan dengan ceramah dan mencatat, nilai- nilai nasionalisme hanya diberikan dalam kegiatan menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah. Bahkan kadang guru juga tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dulu sebelum mengajar. Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi dan dokumentasi foto tentang kegiatan pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dapat disimpulkan bahwa guru di SD Negeri Minomartani I masih mengalami kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme, seperti kedisiplinan, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran ke dalam mata pelajaran. Pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran guru juga masih merasa kesulitan untuk melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disiapkan. b Penggunaan Media Belajar Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran membutuhkan media belajar untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 156 guru di SD Negeri Minomartani I dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran jarang menggunakan media belajar, hal ini karena ketersediaan media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I kurang mencukupi sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru jarang menggunakan media belajar sehingga kegiatan belajar hanya dilakukan dengan ceramah, selain 59 itu kondisi media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I banyak yang rusak. Pernyataan di atas didukung oleh ibu “AS” selaku wali kelas I yang menyatakan bahwa: “Bapakibu guru di sini jarang yang menggunakan media mas, jadi ya cuma ceramah. Soalnya tempat penyimpanan medianya diletakkan di dalam ruanagan kepala sekolah yang jarang dibuka mas, jadi ruangannya apek dan lembab, medianya juga banyak yang sudah rusak karena kurang terawatt, jadi bapkibi guru banyak yang merasa malas untuk mengambilnya”. Hal senada juga diungkapkan oleh “MYG” salah satu siswa kelas VI yang menyatakan bahwa: “bapakibu guru ketika mengajar jarang yang menggunakan media”. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh hasil observasi yang dilaksanakan peneliti di dalam kegiatan pembelajaran pada tanggal 9, 10, 15 dan 16 april 2014. Guru di SD Negeri Minomartani dalam kegiatan pembelajaran hanya menggunakan gambar pahlawan sebagai media belajar, kegiatan pembelajaran juga sebagian besar dilakukan dengan metode ceramah. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto tentang kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa guru-guru di SD Negeri Minomartani I pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih banyak menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah, media yang digunakan hanya menggunakan gambar pahlawan yang sudah ditempel di dalam kelas. Hal ini karena fasilitas media belajar yang ada di sekolah masih sangat terbatas dan banyak yang rusak karena kurang terawat, 60 sehingga penggunaan media belajar dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari kreatifitas guru sendiri. 2 Beban Kurikulum Beban kurikulum yang harus dipelajari siswa SD sangat banyak dan kompleks, sehingga tidak semua materi pelajaran dapat diserap oleh siswa. Berdasarkan analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 157 guru merasa beban kurikulum yang harus diajarkan sangat banyak, selain itu alokasi waktu yang disediakan tidak sebanding dengan banyaknya materi pada kurikulum yang harus diajarkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh ibu “ST” selaku wali kelas III yang mengungkapkan bahwa: “Iya mas, soalnya kurikulum pendidikan itu sering mengalami perubahan, padahal kurikulum yang lama belum bisa dipraktekkan dengan baik, tetapi sudah mengalami perubahan kurikulum yang baru”. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh hasil observasi yang dilaksanakan peneliti di dalam kegiatan pembelajaran pada tanggal 9, 10, 15 dan 16 april 2014. Saat mengikuti kegiatan pembelajaran siswa mengalami kesulitan untuk menyerap semua materi pelajaran yang diberikan guru sehingga guru harus mengulangi penjelasannya sampai berkali-kali, dalam menyampaikan pelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah agar dapat menyelesaikan semua materi yang harus diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto dalam kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa beban kurikulum 61 berpengaruh pada pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I, kurikulum yang harus dipelajari siswa sangat banyak dan kompleks sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyerap isi materi pelajaran yang diberikan, selain itu alokasi waktu yang diberikan tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus diajarkan. Beban kurikulum yang begitu banyak menyebabkan guru lebih memprioritaskan pada pengembangan aspek pengetahuan siswa, sehingga pengembangan aspek afektif siswa kurang mendapatkan perhatian. 3 Sarana dan Prasarana Keberhasilan kegiatan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme tergantung dari ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Ketersediaan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri Minomartani I dapat dijelaskan sebagai berikut. a Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan mempunyai banyak manfaat bagi pengembangan pengetahuan siswa, perpustakaan juga merupakan sarana yang dapat digunakan oleh siswa untuk menambah pengetahuannya dengan membaca. Berdasarkan analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 158 SD Negeri Minomartani I juga memiliki fasilitas ruang perpustakaan, akan tetapi kondisi ruang perpustakaan yang ada di SD Negeri Minomartani I kondisinya tidak begitu baik, ruangannya kotor dan sempit, selain itu juga kurang 62 mendapatkan perawatan, sehingga tidak banyak siswa yang mau berkunjung ke perpustakaan. Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat dari “MY” salah satu siswa dari kelas VI yang mengungkapkan bahwa: “Nggak mas, bukunya banyak yang rusak, tempatnya jug a kotor mas”. Hasil wawancara di atas juga didukung oleh hasil observasi yang dilaksanakan peneliti pada tangga 8 april 2014, sarana yang ada di ruang perpustakaan di SD Negeri Minomartani I masih terbatas, di ruang perpustakaan hanya terdapat 1 buah meja dan 1 buah kursi untuk membaca buku, selain itu ruang perpustakaan juga digunakan untuk menyimpan hasil kerajinan siswa dan meja tenis, sehingga tempatnya semakin sempit. Kondisi ruang perpustakaan juga kurang nyaman dan kotor. Fasilitas buku-buku yang ada di perpustakaan SD Negeri Minomartani I kondisinya juga sudah banyak yang rusak dan tua, Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto ruang perpustakaan dapat disimpulkan bahwa fasilitas ruang perpustakaan yang ada di SD Negeri Minomartani I kurang lengkap, ruangan perpustakaan kurang nyaman, sempit dan kotor. Meja dan kursi yang ada di perpustakaan untuk membaca buku juga sangat terbatas karena cuma disediakan 1 meja dan 1 kursi panjang untuk membaca. Fasilitas buku yang ada di perpustakaan juga masih terbatas karena sekolah baru bisa menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan mata pelajaran pokok, sedangkan untuk buku bacaan yang lain sekolah 63 belum bisa menyediakan karena keterbatasan anggaran yang dimiliki, kondisi buku yang ada juga sudah banyak yang rusak dan tua. b Ketersediaan Media Pembelajaran Media belajar digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme. Kelengkapan media belajar yang dimiliki sebuah sekolah berbeda-beda, tergantung dari anggaran yang dimiliki sekolah. Kelengkapan media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I sudah cukup baik, akan tetapi jumlahnya masih terbatas dan banyak yang rusak. Hal ini sesuai dengan pendapat dari bapak “N” yang menyatakan bahwa: “Kalau di sini ya cuma menggunakan standar pelayanan minimal saja mas, jadi apabila ada tuntutan untuk lebih baik lagi ya harus menggunakan yang lebih baik, selain itu tergantung dari kreatifitas dari bapakibu guru sendiri dalam membiasakan nilai- nilai nasionalisme, kadang-kadang menggunakan media pembelajaran, kadang juga menyampaikan nilai-nilai nasionalisme melalui kegiatan bercerita, dan kadang juga cuma melihat filmvideo mas, tetapi masih sederhana. Sementara untuk sarana penunjang seperti buku-buku kita baru bisa menyediakan buku-buku yang wajib dulu, karena kita masih terbentur dengan adanya anggaran mas, untuk buku-buku yang lain sekolah kita belum mampu. Sedangkan untuk media ya cuma dari kreatifitas guru mas, untuk penambahannya dilakukan dengan cara sedikit- sedikit, sekarang sudah punya proyektor 1, LCD 1, dan tape recorder 1, besok ditambahi lagi, karena kebetulan sekarang ini dana bos boleh dipakai untuk membeli media pembelajaran.” “MYG” salah satu siswa kelas VI juga menyatakan bahwa: “bapakibu guru ketika mengajar jarang yang menggunakan media”. Hal senada juga peneliti temukan pada saat melaksanakan observasi pada tanggal 08 april 2014. Media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I tampak kurang terawat dan banyak yang rusak. 64 Media belajar di SD Negeri Minomartani I hanya disimpan di dalam ruang kepala sekolah. Saat melaksanakan observasi pada tanggal 9, 10, 15 dan 16 april 2014 peneliti juga menemukan bahwa pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran guru jarang yang menggunakan media belajar, media yang digunakan hanya sebatas pada gambar. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto tentang media belajar, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I belum cukup lengkap. Hal ini karena keterbatasan anggaran yang dimiliki sekolah. Media belajar yang ada juga sudah banyak yang rusak dan kurang terawat. Meski tersedia media pembelajaran seperti LCD dan komputer, akan tetapi guru belum menggunakannya secara maksimal karena sebagian besar guru belum dapat mengoperasikannya. c Ruangan dan Peralatan Latihan Menari Tari Daerah SD Negeri Minomartani I mempunyai program ekstrakurikuler tari daerah yang diselenggarakan setiap hari kamis, ekstrakurikuler ini diadakan untuk siswa kelas I-III. Ekstrakurikuler tari daerah ini bertujuan agar siswa-siswa dapat mencintai dan bangga dengan kebudayaan asli Indonesia, selain itu juga untuk melestarikan budaya asli Indonesia agar tidak hilang dan punah. Berdasarkan analisis hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 159 kegiatan ekstrakurikuler tari daerah ini dilaksanakan di dalam kelas, karena sekolah belum mempunyai ruangan khusus untuk berlatih tari. Hal ini menyebabkan 65 ruang gerak siswa menjadi terbatas karena tempatnya terlalu sempit. Pernyataan di atas juga didukung oleh Ibu “AS” selaku wali kelas I yang menyatakan bahwa: “Kalau latihan menari di dalam kelas mas, soalnya sekolah belum mempunyai ruangan untuk berlatih menari, jadi cuma menggunakan ruang kelas, nanti meja sama kursinya ditarik ke belakan g mas, sehingga menjadi lebih luas”. Hal senada juga diungkapkan oleh “ADT” salah satu siswa kelas III yang menyatakan bahwa: “kegiatan latihan tari daerah dilaksanakan di dalam kelas”. Hasil wawancara di atas juga didukung hasil observasi peneliti pada hari kamis tanggal 17 april 2014, siswa-siswa kelas III setelah pulang sekolah mengadakan latihan tari daerah di dalam kelas, latihan tari yang diajarkan adalah tari jathilan. Sedangkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari kamis tanggal 17 april 2014, siswa-siswa tampak sedang berlatih tari daerah jathilan, siswa-siswa membawa sendiri peralatan menari, seperti cemeti, slendhang dan kuda-kudaan. Sekolah hanya menyediakan tape recorder dan kaset. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi foto latihan tari daerah dapat disimpulkan bahwa SD Negeri Minomartani I belum mempunyai ruangan khusus untuk berlatih tari daerah, saat latihan tari daerah dilakukan di dalam kelas dengan cara menarik meja dan kusi ke belakang agar lebih luas, akan tetapi ruangan kelas yang digunakan masih tetap kurang luas sehingga membatasi ruang gerak siswa dalam berlatih menari. Sekolah juga belum menyediakan 66 peralatan menari untuk latihan ekstrakurikuler tari daerah, sehingga siswa-siswa membeli peralatan menari dengan swadaya. Sekolah hanya hanya memfasilitasi guru pelatih dan perlengkapan seperti tape recorder dan kaset untuk menari. SD Negeri Minomartani I juga belum mempunyai ruangan khusus untuk menyimpan peralatan tari daerah siswa. Peralatan tari siswa hanya disimpan di dalam kelas, sehingga kondisi kelas menjadi kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. b. Kendala Pembiasaan Nilai-Nilai Nasionalisme di luar Kegiatan Pembelajaran 1 Lingkungan Keluarga Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di sekolah dapat berjalan dengan maksimal apabila terdapat dukungan dan peran dari orang tua siswa. Lingkungan keluarga terutama orang tua juga harus memberikan perhatian kepada siswa, tanpa dukungan dan peran dari orang tua siswa pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di sekolah tidak akan berjalan maksimal. Mencermati analisis data hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 160 tentang lingkungan keluarga, dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga siswa di SD Negeri Minomartani I kurang memberikan perhatian dan dukungan kepada anaknya, karena sebagian besar orang tua siswa sibuk untuk mencari nafkah dan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat dari bapak “SW” selaku wali kelas VI dengan menjelaskan bahwa: “Saya kira itu tergantung dari pengawasan dari guru dan orang tua mas, jadi antara guru dan orang tua siswa harus terjalin komunikasi 67 yang baik, karena di sekolah pengawasan guru hanya terbatas, sedangkan waktu siswa lebih banyak dihabiskan di lingkungan keluarga”. Hal senada juga diungkapkan oleh “AB” salah satu siswa kelas VI yang menyatakan bahwa: “bapakibu jarang yang menemani belajar, karena tidak bisa jadi belajar sendiri”. Hasil wawancara di atas juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada hari sabtu tanggal 29 maret pada kegiatan pertemuan antara wali kelas dengan orang tua siswa. Dalam kegiatan itu sebagian besar orang tua siswa menyerahkan tugas mendidik dan mengajar anaknya pada pihak sekolah. Hal ini karena orang tua siswa yang sebagian besar sibuk untuk mencari nafkah, sehingga orang tua kurang bisa memberi perhatian pada anaknya. Tingkat pendidikan orang tua siswa yang masih rendah juga mempengaruhi pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I. Orang tua siswa menyerahkan semua tugas perkembangan anaknya pada pihak sekolah, baik perkembangan pengetahuan maupun sikap anak, hal ini karena orang tua siswa belum sepenuhnya tahu tentang pentingnya peranan dan perhatian orang tua pada perkembangan anaknya, karena tingkat pendidikan yang masih rendah. Tanpa dukungan dan peran dari orang tua untuk memberikan bimbingan dan perhatian pada anak, pembiasaan nilai-nilai nasionalisme yang dilaksanakan di sekolah tidak akan berjalan maksimal. 68 Pernyataan di atas juga didukung dokumentasi foto data orang tua siswa di SD N Minomartani I, dalam data orang tua siswa tersebut dapat ditemukan jika tingkat pendidikan orang tua siswa masih rendah. Orang tua siwa sebagian besar hanya menyelesaikan tingkat pendidikannya sampai jenjang sekolah menengah pertama SMP. Berdasarkan hasil wawancara di atas, hasil observasi dan dokumentasi foto tentang data orang tua siswa dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan keluarga siswa belum mendukung pembiasaan nilai-nilai nasionalisme, sebagian besar orang tua siswa belum memberikan perhatian dan dukungan pada anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua siswa sibuk untuk mencari nafkah dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang masih rendah, sehingga anak tidak mendapatkan perhatian yang cukup, selain itu saat anak belajar di rumah orang tua siswa juga tidak mendampingi anaknya untuk belajar. Tingkat pendidikan dan pekerjaan yang dimiliki orang tua membuat siswa tidak mendapatkan perhatian secara penuh. Orang tua seolah-olah menyerahkan tanggung jawab penuh kepada pihak sekolah untuk mendidik putra-putri mereka, yang seharusnya dilakukan secara seimbang baik dari pihak keluarga yang memberikan perhatian kepada perkembangan anak mupun pihak sekolah yang bertugas mengembangkan apa yang sudah diajarkan oleh orang tua di rumah ditambah ilmu pengetahuan yang diperlukan siswa. 69 2 Pengaruh Perkembangan Teknologi Hampir dalam setiap kegiatan manusia tidak lepas dari peran teknologi, banyak sekali manfaat yang diperoleh dari perkembangan teknologi yang semakin lama semakin canggih dan modern. Salah satunya adalah penggunaan internet dan hand phone, bahkan anak-anak yang masih sekolah ditingkat sekolah dasar sudah mahir dan terbiasa menggunakan internet dan hand phone. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern tersebut apabila tidak diimbangi dengan peran serta dari orang tua dan guru untuk mengawasi anak maka dapat menimbulkan dampak negatif. Berdasarkan analisis data hasil wawancara pada lampiran 7 halaman 160 tentang pengaruh perkembangan teknologi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh perkembangan teknologi mempengaruhi pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I apabila tidak anak tidak diberikan pengawasan pada saat menggunakannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan penjelasan yang diutarakan oleh ibu “ST” selaku wali kelas III mengungkapkan bahwa: “Oh iya mas, contohnya saja HP. Kalau di sekolah anak sudah dibiarkan untuk membawa HP, anak akan lebih fokus pada HP yang dibawa, sehingga untuk kegiatan yang lain perhatian anak akan kurang mas, sehingga bisa mempengaruhi prestasi anak. Nah ini kembali lagi pada perhatian dan pengawasan pada orang tua mas, padahal dengan membawa HP bisa menyebabkan anak berperilaku egois dan juga kurang bersoisalisasi dengan orang lain, kepeduliaan anak pada teman- temannya juga menjadi kurang mas”. Hal senada juga diungkapkan oleh “IVN” salah satu siswa kelas VI yang menyatakan bahwa: “membawa hand phone ke sekolah untuk dipakai main game ”. 70 Pernyataan di atas didukung dengan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 maret 2014, pada saat istirahat sebagian siswa menghabiskan waktu istirahatnya dengan bermain hand phone, bahkan pada pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 april 2014 di dalam kegiatan pembelajan, ada siswa yang bermain dengan hand phone saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan wawancara, hasil observasi dan dokumentasi foto siswa yang bermain dengan hand phone dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi yang semakin berkembang cepat mempengaruhi pembiasaan nilai-nilai nasionalisme pada siswa, hal ini dapat dilihat pada saat istirahat di mana siswa menghabiskan waktunya untuk bermain dengan hand phone, sehingga mengurangi interaksi dan sosialisasi dengan teman-temannya, selain itu pada saat pelajaran ada beberapa siswa yang sibuk bermin-main dengan hand phone sehingga menurunkan prestasi anak di sekolah.

C. Pembahasan