70
Pernyataan di atas didukung dengan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 maret 2014, pada saat istirahat sebagian siswa
menghabiskan waktu istirahatnya dengan bermain hand phone, bahkan pada pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 april 2014 di
dalam kegiatan pembelajan, ada siswa yang bermain dengan hand phone saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan wawancara, hasil observasi dan dokumentasi foto siswa yang bermain dengan hand phone dapat disimpulkan bahwa
perkembangan teknologi yang semakin berkembang cepat mempengaruhi pembiasaan nilai-nilai nasionalisme pada siswa, hal ini dapat dilihat pada
saat istirahat di mana siswa menghabiskan waktunya untuk bermain dengan hand phone, sehingga mengurangi interaksi dan sosialisasi dengan
teman-temannya, selain itu pada saat pelajaran ada beberapa siswa yang sibuk bermin-main dengan hand phone sehingga menurunkan prestasi
anak di sekolah.
C. Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, sebagai upaya untuk menjawab
permasalahan yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya dengan menggunakan konsep-konsep yang relevan. Pembahasan mengacu pada
pertanyaan penelitian yaitu kendala pembiasaan nilai nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I, baik kendala pembiasaan nilai-nilai
71
nasionalisme dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran.
Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran tidak
selalu berjalan dengan maksimal, hal ini terjadi karena dalam pembiasaan nilai-nilai nasionalisme terdapat kendala-kendala yang dihadapai, baik
kendala pembiasaan nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran.
Kendala-kendala pembiasaan nilai-nilai nasionalisme yang dihadapi guru di SD Negeri Minomartani I diuraikan sebagai berikut.
1. Kendala Pembiasaan Nilai-Nilai Nasionalisme di dalam Kegiatan
Pembelajaran a.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang Mengintegrasikan Nilai-nilai Nasionalisme
Tugas seorang guru tidak hanya sebatas untuk menyampaikan materi pelajaran saja, tetapi juga membentuk karakter siswa, salah satunya tentang
nilai-nilai nasionalisme. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran guru juga harus bisa membentuk sikap dan karakter siswa dengan cara
mengintegrasikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Nilai-nilai nasionalisme yang akan dibiasakan pada siswa dituangkan ke dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang dibuat oleh guru, sehingga langkah- langkah kegiatan dan tujuan belajar tidak menyimpang dari yang telah
ditentukan.
72
Guru di SD Negeri Minomartani I sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran diwajibkan untuk membuat RPP, dalam menyusun RPP guru
tidak hanya menyusun kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek pengetahuan siswa, tetapi dalam RPP juga harus diintegrasikan tentang nilai-
nilai karakter, salah satunya nilai-nilai nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme yang juga dibiasakan pada siswa di SD Negeri Minomartani I seperti
kedisiplinan, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran, akan tetapi guru di SD Negeri Minomartani I masih merasa kesulitan dalam menyusun RPP yang
mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme karena tidak semua mata pelajaran dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai nasionalisme, hal ini dapat diketahui
dari RPP yang telah guru susun, dalam RPP yang telah disusun tidak memuat tentang nilai-nilai nasionalisme, bahkan sebagian guru ada yang tidak
membuat RPP ketika akan mengajar. Pada saat menyampaikan kegiatan pembelajaran, guru di SD Negeri
Minomartani I juga masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang telah disusun. Kegiatan pembelajaran
lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah dan mencatat, karena guru ingin menyelesaikan semua materi pelajaran, sehingga tidak jarang dalam
kegiatan pembelajaran nilai-nilai nasionalisme yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tidak dapat dilaksanakan oleh guru.
Guru di SD Negeri Minomartani I dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran jarang yang menggunakan media belajar, media belajar yang
digunakan cuma sebatas pada pemanfaatan gambar pahlawan. Kegiatan
73
pembelajaran yang berlangsung lebih banyak dilakukan dengan ceramah dan siswa disuruh untuk mencatat materi pelajaran yang disampaikan guru,
sehingga kegiatan pembelajaran di SD Negeri Minomartani I kurang menarik bagi siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru di SD Negeri Minomartani I masih mengalami kendala dalam melaksanakan pembiasaan
nilai-nilai nasionalisme di dalam kegiatan pembelajaran. Guru masih merasa kesulitan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang
mengintegrasikan nilai-nilai nasionalisme, seperti disiplin, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran, bahkan ada guru yang tidak mempersiapkan RPP
sebelum mengajar. Pada saat menyampaikan kegiatan pembelajaran guru juga jarang menggunakan media belajar, media yang digunakan guru hanya
sebatas dengan menggunakan gambar, hal ini karena media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I banyak yang rusak, selain itu kemampuan guru
di SD Negeri Minomartani I dalam menggunakan media komputer juga belum cukup baik.
b. Beban Kurikulum
Kurikulum merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Banyak dan kompleksnya kurikulum yang harus diselesaikan
guru, membuat sebagian besar guru lebih memfokuskan pada penyelesaian materi kurikulum dari pada membentuk sikap dan karakter siswa, selaian itu
beban kurikulum yang harus diselesaikan guru tidak sebanding dengan
74
alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum.
Guru di SD Negeri Minomartani I dalam kegiatan pembelajaran juga melaksanakan kegiatan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya guru lebih memprioritaskan untuk menyelesaikan semua materi pelajaran dalam kurikulum yang harus diajarkan kepada siswa,
sehingga guru lebih mengembangkan aspek pengetahuan siswa. Materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum juga tidak semuanya memuat
tentang nilai-nilai nasionalisme. Banyaknya materi pelajaran yang harus diajarkan membuat guru di SD
Negeri Minomartani I lebih mementingkan aspek pengetahuan siswa dengan cara mengajarkan semua materi pelajaran kepada siswa, sehingga dalam
kegiatan pembelajaran guru tidak dapat melaksanakan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme, hal ini karena alokasi waktu yang dimiliki guru dalam
melaksanakan pembelajaran sangat terbatas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beban kurikulum
berpengaruh pada pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I, beban kurikulum yang harus diajarkan guru sangat banyak
dan kompleks, selain itu alokasi waktu yang diberikan tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus diajarkan, sehingga guru merasa seperti
dikejar-kejar waktu untuk bisa menyelesaikan target kurikulum yang begitu banyak dengan waktu yang terbatas. Beban kurikulum yang begitu banyak
menyebabkan guru lebih memprioritaskan pada pengembangan aspek
75
pengetahuan siswa, sehingga pengembangan aspek afektif siswa seperti kedisiplinan, tanggungjawab, toleransi dan kejujuran kurang mendapatkan
perhatian. c.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang keberhasilan sebuah
kegiatan. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki mempengaruhi tingkat keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Sarana dan prasarana yang
dimiliki SD Negeri Minomartani I untuk melaksanakan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme sudah cukup baik, akan tetapi sarana dan prasarana yang ada di
SD Negeri Minomartani I belum cukup lengkap sehingga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme.
SD Negeri Minomartani I memiliki media belajar yang dapat digunakan dalam membantu kegiatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, akan tetapi
media belajar yang ada di SD Negeri Minomartani I kondisinya sudah banyak yang rusak karena kurang terawat. Fasilitas media belajar yang dimiliki SD
Negeri Minomartani I sebenarnya sudah cukup baik, SD Negeri Minomartani I telah mempunyai fasilitas komputer dan LCD, akan tetapi sebagian besar
guru di SD Negeri Minomartani I masih mengalami kesulitan dalam menggunakan komputer, sehingga guru di SD Negeri Minomartani I tidak
pernah memanfaatkan media belajar berbasis komputer dalam kegiatan belajar mengajar, padahal sekolah telah memfasilitasi media belajar berbasis
komputer, meskipun jumlah media yang dimiliki belum bisa memfasilitasi
76
semua siswa apabila digunakan oleh guru secara bersamaan karena jumlah media yang dimiliki masih terbatas.
SD Negeri Minomartani I juga telah memiliki fasilitas ruang perpustakaan, Fasilitas ruang perpustakaan yang ada di SD Negeri
Minomartani I kurang lengkap, ruangan perpustakaan kurang nyaman, sempit dan kotor. Meja dan kursi yang ada di perpustakaan untuk membaca buku
juga sangat terbatas karena cuma disediakan 1 meja dan 1 kursi panjang untuk membaca.
Ruangan perpustakaan di SD Negeri Minomartani I juga digunakan untuk menyimpan peralatan olah raga, seperti meja tenis dan hasil kerajinan
siswa, sehingga semakin menambah ruangan menjadi sempit dan kurang teratur, selain itu ruang perpustakaan juga digunakan sebagai ruangan untuk
belajar mata pelajaran pendidikan agama katholik sehingga siswa yang ingin meminjam buku merasa tidak leluasa untuk berkunjung ke perpustakaan,
selain itu buku-buku yang ada di perpustakaan SD Negeri Minomartani I belum cukup lengkap, sekolah baru menyediakan buku-buku yang
berhubungan dengan pelajaran pokok, sementara untuk buku-buku bacaan yang lain sekolah belum menyediakan, kondisi buku yang di perpustakaan
juga sudah banyak yang rusak dan sudah tua. Ruang perpustakaan dapat digunakan siswa sebagai sarana untuk mendapatkan informasi-informasi dan
pengetahuan baru, sehingga wawasan siswa akan bertambah luas. Ketersediaan buku-buku bacaan tentang nasionalisme juga dapat digunakan
siswa untuk mengetahui cara dan manfaat mempunyai nilai-nilai
77
nasionalsime, sehingga siswa bisa mengembangkan sikap-sikap yang mencerminkan nilai nasionalsime, seperti disiplin, tanggungjawab, toleransi
dan kejujuran. SD Negeri Minomartani I juga memiliki kegiatan latihan tari daerah.
Latihan tari yang diajarkan adalah tari jathilan akan tetapi di SD Negeri Minomartani I belum menyediakan peralatan menari untuk siswa, seperti
selendhang, topeng, kuda-kudaan dan pakaian tari. Peralatan menari daerah disediakan sendiri oleh siswa, sehingga ada beberapa siswa yang tidak
mampu untuk membeli peralatan menari. Sekolah hanya memfasilitasi guru menari, tape recorder dan juga kaset. Hal ini karena sekolah belum
mempunyai anggaran yang dapat digunakan untuk membeli peralatan menari siswa
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri Minomartani I belum cukup lengkap
untuk menunjang pelaksanaan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme pada siswa. Sarana dan prasarana terdiri dari kelengkapan media belajar,
ketersediaan fasilitas ruang perpustakaan dan peralatan latihan menari daerah. Fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembiasaan nilai-nilai nasionalsime. 2.
Kendala Pembiasaan Nilai-Nilai Nasionalisme di luar Kegiatan Pembelajaran di SD Negeri Minomartani I
Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I selain mengalami kendala di dalam kegiatan pembelajaran, juga mengalami kendala
78
di luar kegiatan pembelajaran. kendala pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di luar kegiatan pembelajaran terdiri dari dua faktor, 1 lingkungan keluarga dan
2 pengaruh perkembangan teknologi. Kendala pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di luar kegiatan pembelajaran di SD Negeri Minomartani I
dapat diuraikan sebagai berikut. a.
Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam
pembentukan karakter anak. Awal pembentukan karakter anak dimulai dari lingkungan keluarga, selain itu waktu yang dimiliki anak juga lebih banyak
digunakan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan anggota keluarga. Tanpa dukungan dan peran dari lingkungan keluarga, terutama orang tua
pelaksanaan pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di sekolah tidak akan berjalan maksimal.
Lingkungan keluarga siswa di SD Negeri Minomartani I belum bisa berperan secara maksimal dalam pelaksanaan pembiasaan nilai-nilai
nasionalisme, hal ini dapat dilihat dari kondisi lingkungan keluarga siswa di SD Negeri Minomartani I yang sebagian besar terdiri dari keluarga kurang
mampu, selain itu tingkat pendidikan sebagian besar orang tua siswa juga masih rendah sehingga sebagian besar orang tua siswa menyerahkan semua
tugas pendidikan dan pengajaran anaknya pada pihak sekolah. Kurangnya waktu yang dimiliki orang tua untuk berinteraksi dengan anak membuat
orang tua tidak dapat mendidik dan mengembangkan sikap anak, seperti tentang pentingnya memiliki sikap disiplin, tanggungjawab dan kejujuran.
79
Selain itu pemahaman orang tua tentang pentingnya pembiasaan nilai-nilai nasionalisme juga masih kurang, hal ini karena tingkat pendidikan sebagian
besar orang tua siswa juga masih rendah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi
lingkungan keluarga siswa belum mendukung pembiasaan nilai-nilai nasionalisme, orang tua siswa belum memberikan perhatian dan dukungan
pada anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua siswa sibuk untuk mencari nafkah dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang masih rendah, sehingga
anak tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang cukup, selain itu saat anak belajar di rumah orang tua juga tidak mendampingi anaknya untuk
belajar. b.
Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Pengaruh perkembangan teknologi yang semakin pesat berpengaruh
pada pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I. Perkembangan teknologi selain membawa dampak positif juga membawa
dampak negatif. Pihak sekolah dan lingkungan keluarga harus memberikan perhatian pada anak agar tidak terpengaruh pada akibat negatif teknologi.
Siswa-siswa di SD Negeri Minomartani I sebagian besar sudah membawa hand phone ke lingkungan sekolah. Ketika waktu istirahat
sebagian besar siswa menghabiskan waktunya bermain dengan hand phone, dari pada bermain dengan temannya, sehingga mengurang interaksi dan
sosialisasi dengan teman-temannya. Penggunaan hand phone oleh siswa di
80
SD Negeri Minomartani I tidak dilarang, akan tetapi ketika jam pelajaran hand phone harus dimatikan.
Pihak sekolah telah menganjurkan kepada siswa-siswanya untuk tidak membawa hand phone ke lingkungan sekolah, akan tetapi sekolah tidak bisa
memaksa siswa, hal ini karena sebagian siswa membutuhkan hand phone untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Pengawasan dari pihak keluarga
siswa dibutuhkan untuk mengawasi anak, sehingga anak tidak terpengaruh dampak negatif dari teknologi. Dampak dari kecanduan teknologi dapat
menurunkan prestasi belajar anak di sekolah dan juga memunculkan sifat individualistis anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi yang semakin berkembang cepat mempengaruhi pembiasaan nilai-
nilai nasionalisme pada siswa, hal ini dapat dilihat pada saat istirahat di mana sebagian siswa menghabiskan waktunya untuk bermain dengan hand phone,
sehingga mengurangi interaksi dan sosialisasi dengan teman-temannya, selain itu pada saat pelajaran ada beberapa siswa yang sibuk bermin-main dengan
hand phone sehingga menurunkan prestasi anak di sekolah.
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan