Sikap T1 802013715 Full text

menyebabkan efek negative secara fisik, emosional, dan psikologis didalam masa pacaran. d Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Pacaran Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran menurut Rahayu 2000 : 1 Bersifat fisik, misalnya : memukul, menendang atau menjambak rambut. 2 Bersifat non fisik, misalnya: memaksa, mengekang, cemburu berlebihan dan membatasi diri kita untuk berkembang meskipun dengan alas an cinta. 3 Bentuk lain adalah kekerasan yang bersifat seksual, misalnya perkosaan atau pelecehan seksual. Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran menurut Hadi 2000 1 Kekerasan fisik : kekerasan yang dilakukan oleh anggota badan pelaku atau dengan bantuan alat tertentu. 2 Kekerasan emosional : kekerasan yang cenderung tidak terlalu nyata atau jelas seperti kekerasan fisik. Kekerasan emosional lebih dirasakan atau berdampak pada perasaan sakit hati, tertekan, marah, perasaan terkekang, minder, dan perasaan tidak enak lainnya. 3 Kekerasan seksual : kekerasan yang berkaitan dengan penyerangan seksual atau agresifitas seksual seperti mencium, memeluk dengan paksa, memegang tangan atau meraba-raba kemaluan, selain itu kekerasan seksual juga termasuk pemberian perhatian yang berkonotasi seksual. 4 Kekerasan ekonomi : kekerasan yang berhubungan dengan uang dan barang. Dari bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang diuraikan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kekerasan dalam pacaran meliputi kekerasan fisik, kekerasan non fisik, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran

Faktor-faktor kekerasan dalam pacaran menurut Hadi 2000 adanya ideologi jender dan budaya patriarki yang selalu mengutamakan dan mengunggulkan kaum pria, telah menempatkan pria pada posisi-posisi tertentu sehingga menyebabkan wanita lemah serta dibatasi hak dan wewenangnya untuk mengembangkan diri. Pengertian yang salah tentang makna pacaran, pacaran sering dianggap sebagai bentuk pemilikan atau penguasaan atas diri pasangannya. Adanya upaya untuk mengendalikan perempuan, perempuan dibatasi hak dan wewenangnya untuk mengembangkan diri, adanya anggapan bahwa perempuan harus dikendalikan. Adanya mitos-mitos yang berkembang diseputar pacaran, seperti laki-laki memiliki dorongan seks yang lebih besar daripada perempuan, sehingga dapat dimaklumi kalau laki-laki bersifat lebih agresif, perasaan cinta harus dibuktikan dengan berhubungan seksual, cinta membutuhkan pengorbanan, dan lain-lain. Perasaan inferior pada wanita menyebabkan wanita cenderung bersikap konfromis sebagai upaya untuk tidak mengecewakan pasangan. Kemandirian sangat diperlukan agar wanita lebih dapat menentukan sikap sesuai keinginan dan harapannya, dapat mempertahankan apa yang menjadi keputusannya tanpa dipengaruhi orang lain, selain itu wanita juga akan menolak jika dibatasi ruang geraknya. Kemandirian 1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun dalam Tuty dan Abdul, 2013 kemandirian adalah sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berfikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Menurut Hetherington dalam Afiatin, 1994 kemandirian ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif, kemampuan untuk mengatasi masalah, penuh ketekunan, memperoleh kepuasan dari usaha diri sendiri, serta berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Bathia dalam Afiatin, 1994 kemandirian adalah perilaku yang aktifitasnya diarahkan kepada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah perilaku yang memiliki kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi masalah, penuh ketekunan, memperoleh kepuasan dari usahannya, berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, berfikir dan bertindak original, kreatif, mampu mengendalikan tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, menghargai keadaan dirinya, dan percaya terhadap kemampuan diri.

2. Aspek-aspek Kemandirian

Masrun dalam Tuty dan Abdul, 2013 menjabarkan 5 aspek pokok dari kemandirian yaitu: a. Bebas, ditunjukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri. b. Progresif dan ulet, ditunjukan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan dan mewujudkan harapan c. Inisiatif, adanya kemampuan untuk berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif. d. Pengendalian dari dalam, adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi, kemampuan untuk mengendalikan tindakan serta mempengaruhi lingkungannya dan atas usaha sendiri. e. Kemantapan diri, ditunjukan dengan rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian terdiri dari bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian dari dalam serta kemantapan diri. Menurut Masrun dalam Tuty dan Abdul, 2012 menjabarkan 5 aspek pokok dari kemandirian, salah satunya adalah kebebasan, dengan memiliki kebebasan maka wanita akan dapat menentukan tindakan atas kekerasan yang dialaminya. Selain