STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU PEMBELIAN KERIPIK PISANG DI KOTA METRO

(1)

Ine Indriastuti Abstrak

Keripik pisang telah dikenal luas sebagai oleh-oleh khas Lampung. Kota Metro memiliki potensi pengembangan industri pengolahan keripik pisang. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor perilaku konsumen dan bauran pemasaran dalam keputusan pembelian keripik pisang di Kota Metro, menganalisis faktor-faktor dominan dari perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, serta merumuskan strategi pemasaran berdasarkan perilaku pembelian keripik pisang. Penelitian dilakukan menggunakan metode survey dengan melibatkan 100 orang responden yang diambil dari populasi melalui convenience sampling. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2014. Untuk mengetahui faktor dominan pengambilan keputusan pembelian keripik pisang di Kota Metro digunakan analisis faktor PCA (Principal Component Analysis), sedangkan untuk mengetahui strategi pemasaran digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor dalam keputusan pembelian keripik pisang terdiri dari faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. Faktor dominan dalam keputusan pembelian keripik pisang adalah gaya hidup, harga terjangkau, bentuk dan variasi rasa. Strategi pemasaran keripik pisang yaitu memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen, meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk serta memperluas wilayah pemasaran produk ke wilayah potensial yang belum pernah dijangkau oleh pesaing. Selain itu perlu memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar dan meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah


(2)

Ine Indriastuti Abstract

Banana chips have been widely recognized as an typical icon souvenirs of Lampung. The development of small businesses processing banana chips also occurs at the level of the city, one of them in Metro City. Metro City has the potential development of banana chips processing industry. The purpose of this study are to learn the factors of consumer behavior and marketing mix in buying decision of banana chips, analyze the dominant factors in the customer buying decision of banana chips, and formulate marketing strategies based on consumer buying. This study conducted by survey method and involving 100 respondents that were chosen by convenience sampling. The data was collected in May and to August 2014, and analysed by PCA (Principal Component Analysis). To determine the marketing strategy, researcher used analysis by SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). The results showed that factors in buying decisions consist of cultural factors, social factors, personal factors and psychology factors. The dominant factor in the buying decision was lifestyle, reasonably price, shape and flavor variations of banana chips. The marketing strategies of banana chips must be utilization of the product prices to improve the image of the product for consumers, improving skills and technology, expand the marketing of products to potential region that have never been reached by competitors, utilization of local specialty food products as to obtain a large market opportunity, in addition to increase the carrying capacity of low funds by utilizing the carrying capacity of the goverment.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 April 1984, dari pasangan Bapak

Kumaidi Sani dan Ibu Effie Sulitiawati. Penulis adalah anak kedua dari tiga

bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Cempaka Wangi dan lulus

pada tahun 1995. Setelah lulus dari SD penulis meneruskan pendidikan ke SMP

Negeri 77 Jakarta, lulus pada tahun 1998 kemudian melanjutkan ke SMAN 30

Jakarta dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 tersebut melalui Ujian

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Padjajaran (UnPad) Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman dan

Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2012 penulis mengikuti

pendidikan Pasca Sarjana pada Program Magister Ekonomi Pertanian/Agribisnis

Universitas Lampung.

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 2011 pada Pemerintah

Kota Metro sebagai Penyuluh Pertanian dan ditempatkan di Kantor Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP4K)


(8)

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan dan

semangat, sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah hingga penelitian

dengan judul tesis Strategi Pemasaran Berdasarkan Perilaku Pembelian Keripik

Pisang Di Kota Metro. Tesis merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

jenjang pendidikan pascasarjana (S2) dan memperoleh gelar Magister Sains

Program Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Lampung.

Seiring dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Irfan Affandi, M. Si. dan ibu Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc.

selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Ke dua atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, pengetahuan dan meluangkan waktu yang sangat

berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Prof, Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S. selaku Penguji sekaligus Pengajar dan

Ketua Program Pascasarjana Magister Ekonomi Pertanian/ Agribisnis

Universitas Lampung. Atas masukan, kritik serta saran yang disampaikan,

penulis ucapkan terimakasih, karena sangat berguna bagi penyempurnaan tesis

ini.

3. Bapak Dr. Ir. Raden Hanung Ismono, M.P. selaku pengajar dan pembimbing

akademik atas bantuan dan pengarahannya selama penulis menempuh


(9)

Dr. Dwi Haryono, Dr. M. Irfan Affandi, Dr. FE Prasmatiwi, Dr. Dyah Aring

HL, Ir. Adia Nugraha, M.S., Ir. Eka Kasymir, M.Si., Ir. Suriaty Situmorang dan

Ir. Hurip Santoso, M.S.

5. Mbak Ai dan timnya atas bantuan dan perhatiannya selama penulis mengikuti

pendidikan di Universitas Lampung.

6. Kedua orangtua yang sangat penulis cintai dan muliakan, Bapak Kumaidi Sani,

Ibu Effie Sulistiawati, Ibu Emay Komayasih serta Muchtar Ali (Alm) yang

senantiasa selalu mendoakan penulis dalam setiap langkah dan memberi

semangat agar menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi agama,

keluarga dan masyarakat.

7. Secara khusus untuk suami tercinta yang selalu memberikan doa, bimbingan

dan nasehat Indra Gunawan, S.T, M.T. dan anak-anak bunda tersayang Rehan

Afdhal Pasha dan Hanif Ihsan kamilatas do’a, kesabaran, pengertiandan

keikhlasannya selama mendampingi penulis bekerja dan menempuh

pendidikan. Tesis ini bunda persembahkan untuk anak-anak bunda, semoga

kelak menjadi inspirasi agar selalu bersemangat menempuh pendidikan hingga

kelak bermanfaat bagi agama, masyarakat, nusa dan bangsa.

8. Bapak /ibu kepala SKPD lingkup pertanian Kota Metro Ir. Megawati Karim,

Bapak Suseno, Bapak Samidi. yang telah memberikan kesempatan dan

dukungan bagi penulis untuk menempuh pendidikan pascasarjana di


(10)

Ir. Suarno Sadar, Ir. Desmon, Dina Prihatini, S.P., M.Si., Lidyasari Mas Indah,

S.P., M.Si., Hilmiyati, S.P., M.Si., Siska Yunita, S.P., Maryanti, S.P., Sri

Ermalia, S.P., Tri Ariyanti, S.P., Murti Rahayu, S.P., Dian Megasari, S.P.,

Dyah Rianita S.P., Erfano Agustian, S.P., Sundari Ekawanti, S.P., Rio

Valentino S.P., dan Fadlina Sosiawati, S.P., M.Si. Terimakasih atas

kebersamaan, bantuan dan dukungan moril serta perhatian selama penulis

menempuh pendidikan hingga selesainya penyusunan tesis ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua

pihak yang telah membantu tetapi namanya tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, kiranya Allah SWT memberi balasan yang tak terhingga. Penulis

menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, meskipun demikian semoga

hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

pembangunan daerah, khususnya Kota Metro.

Tanjung Karang, Februari 2015

Penulis


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang dan masalah

Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini

mendukung Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008

mengenai Kebijakan Industri Nasional (KIN) yaitu arahan kebijakan jangka

menengah maupun jangka panjang dalam mempercepat proses industrialisasi

untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional (Kemenperin, 2012). Sektor

industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Salah satu

sektor industri yang memberikan kontribusi terbesar adalah industri pengolahan.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa sektor industri

pengolahan merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk

Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode tahun 2009 sampai dengan 2013

dengan rata-rata rasio sebesar 24,63%. Industri pengolahan merupakan

kegiatan ekonomi mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau


(12)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Pertanian, Peternakan, 15,29 15,29 14,71 14,50 14,43 Kehutanan Dan Perikanan

2. Pertambangan Dan Penggalian 10,56 11,16 11,82 11,80 11,24

3. Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,34 23,97 23,70

4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

5. Bangunan 9,90 10,25 10,16 10,26 9,99

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 13,28 13,69 13,80 13,96 14,33 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 6,31 6,56 6,62 6,67 7,01 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 7,23 7,24 7,21 7,27 7,52

9. Jasa–jasa 10,24 10,24 10,58 10,81 11,02

Produk Domestik Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Produk Domestik Bruto

Tanpa Migas 91,71 92,17 91,60 92,21 92,65

Sumber BPS, 2014 (Catatan: * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara)

Industri pengolahan yang memanfaatkan hasil pertanian disebut agroindustri.

Peran agroindustri adalah sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan,

sumber devisa negara, penyedia input dan pendorong pembangunan wilayah.

Agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian.

Sehingga diharapkan di masa yang akan datang adanya pengembangan

agroindustri yang tangguh, maju dan efisien.

Sub sektor pertanian yang memiliki potensi cerah untuk dikembangkan adalah

buah-buahan. Buah pisang merupakan komoditas unggulan yang memiliki

peluang besar untuk dikembangkan. Jumlah produksi komoditas pisang tahun

2011 dan 2012 membukukan jumlah produksi tertinggi yaitu rata-rata 6,16jt


(13)

industri-industri pengolahan buah pisang. Keripik pisang merupakan salah

satu produk olahan dari buah pisang. Keripik pisang merupakan pangan olahan

yang dapat dijadikan cemilan dan buah tangan. Provinsi Lampung merupakan

salah satu sentra produksi keripik pisang di Indonesia. Keripik pisang telah

dikenal luas sebagaiiconoleh-oleh khas Lampung. Kota Bandar Lampung

merupakan sentra Keberadaan industri keripik terus berkembang dan menjadi

salah satu penyumbang pendapatan daerah dan penyerap tenaga kerja.

Perkembangan industri pengolahan keripik pisang juga terjadi di tingkat

kabupaten/kota, salah satunya di Kota Metro. Kota Metro memiliki potensi

pengembangan industri pengolahan keripik pisang karena :

(1) Kota Metro dikelilingi kabupaten-kabupaten yang memiliki potensi

produksi bahan baku keripik pisang;

(2) Keberpihakan kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam mendukung

perkembangan industri keripik pisang seperti pembentukan sentra produksi,

bantuan, pameran, pelatihan-pelatihan;

Pada kenyataannya, potensi keunggulan di Kota Metro belum dapat menjadikan

sektor agroindustri sebagai pilar pendapatan daerah. Data pada Tabel 2

menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di Kota Metro memberikan

kontribusi relatif kecil (2,78%) dibandingkan dengan sektor lainnya. Struktur

perekonomian Kota Metro selama periode tahun 2009-2013, rata-rata 27,7%

PDRB Kota Metro disumbang oleh sektor-sektor jasa-jasa dan keuangan,


(14)

lapangan usaha di Kota Metro 2009-2013 (Persen)

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012*) 2013*)

1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 11.17 10.99 10.82 10.26 9.89 2 Pertambangan dan Penggalian 0 0 0

3 Industri Pengolahan 3.23 3.00 2.83 2.77 2.78

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.00 1.51 1.49 1.51 1.41

5 Konstruksi 4.56 3.67 3.54 3.50 3.58

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 13.57 13.59 13.32 13.67 13.91

7 Transportasi dan Komunikasi 13.32 13.36 13.17 13.04 13.44 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 22.20 23.94 25.48 26.81 27.77

9 Jasa-jasa 30.36 29.94 29.36 28.43 27.22

PDRB Perkapita 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : BPS, 2013 (Catatan: * Angka revisi)

Minimnya kontribusi sektor primer (Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Perikanan, Pertambangan dan Penggalian) sangat terkait pada kondisi geografi

Kota Metro. Luas daerah Kota Metro yang relatif kecil dan belum adanya

sumber galian yang berarti merupakan faktor hambatan utama pengembangan

sektor berbasis sumber daya alam. Peluang strategis disektor riil yang sangat

mungkin dilakukan adalah dengan peningkatan sektor industri pengolahan.

Struktur sektor industri pengolahan di Kota Metro sangat didominasi oleh

golongan kecil dan mikro yaitu 99,74% (BPS, 2013). Potensi industri kecil

yang sedemikian banyak bila dikembangkan dengan baik akan menjadi kekuatan

strategis bagi perekenomian Kota Metro dan penyediaan lapangan kerja.

Salah satu industri kreatif yang berkembang pesat di Kota Metro adalah usaha


(15)

pertahun dan lokasi strategis Kecamatan Metro Timur sebagai kawasan sentra

industri keripik. Industri keripik pisang terdiri dari industri Tunas, industri

Arjuna, industri Metro Snack dan industri Berkah Jaya. Perkembangan usaha

keripik ini mendorong pengusaha keripik dan Pemerintah Kota Metro untuk terus

meningkatkan pangsa pasar dan menjadikan keripik pisang sebagai salah satu

produk unggulan Kota Metro.

Permasalahan utama dalam pengembangan komoditas, produk dan jenis usaha

(KPJu) unggulan di Kota Metro yang sebagian besar masuk pada kelompok

budidaya pertanian dan agribisnis adalah risiko budidaya yang tinggi akibat

faktor alam yang kadang tidak menentu dan kurangnya kemampuan teknis dan

manajemen serta akses terhadap permodalan (Bank Indonesia, 2013).

Perbaikan pengelolaan dan pengolahan industri ini harus dilakukan dengan lebih

baik agar kualitas dan variasi produk dapat berkembang lagi. Secara nyata

pengembangan industri ini sudah banyak ditunjang oleh kebijakan pemerintah

setempat sebagai penciri khas produksi Lampung.

Menurut Hasyim (2013) produsen harus mempertimbangkan berbagai macam

faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusinya. Pemilihan

distribusi yang efektif akan mampu mendorong peningkatan penjualan yang

diharapkan, namun hasil wawancara terhadap empat pelaku usaha pengolahan

keripik pisang, menyatakan bahwa tantangan dan hambatan utama yang

dihadapi adalah jangkauan pemasaran terbatas dan persaingan harga. Wilayah


(16)

industri tidak mau menanggung biaya pemasaran yang tinggi karena akan

berdampak pada harga jual produk. Sistem penjualan yang diterapkan oleh

keempat industri adalah sistem langsung dan tidak langsung yaitu melalui outlet,

perantara swalayan dan toko oleh-oleh.

Seiring dengan bertambahnya jumlah industri keripik pisang yang ada di Bandar

Lampung, maka dalam pemasaran produknya keempat pelaku industri di Kota

Metro mendapatkan persaingan yang kompetitif. Adanya persaingan tersebut

akan berpengaruh terhadap besarnya pangsa pasar yang diambil oleh industri

keripik pisang di Kota Metro. Data pada Tabel 3 menunjukkan besarnya pangsa

pasar keripik pisang di Bandar Lampung.

Tabel 3. Pangsa pasar keripik pisang di BandarLampung Tahun 2012-2013

No Nama industri Merek dagang

Pangsa pasar keripik pisang (%)

2012 2013

1 Suseno Suseno 60 64

2 Andalas Aroma sejati 32 38

3 Dua panda Dua panda 35 30

4 Tunas panda mas Prismamas 28 34

5 Lain-lain Lain-lain 56 57

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Lampung, 2013

Bertambahnya pesaing industri keripik pisang menyebabkan terjadinya

penurunan volume penjualan industri keripik pisang di Kota Metro. Hal ini


(17)

No Tahun Volume produksi (Kg)

Tunas Arjuna Metro Snack Berkah Jaya

1. 2009 21.300 14.200 0 14.200

2. 2010 18.500 10.300 8.400 13.300

3. 2011 18.100 9.200 11.200 13.400

4. 2012 17.400 8.300 13.300 14.200

5. 2013 17.100 7.500 16.200 14.100

Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pemerintah Metro.2013

Untuk menjamin kelangsungan hidup suatu usaha, aspek pemasaran sangatlah

penting. Aspek pemasaran yang perlu diperhatikan antara lain adalah

penetapan harga, pengembangan produk, distribusi dan promosi. Bila

mekanisme penjualan pemasaran berjalan dengan baik maka akan

meningkatkan jumlah penjualan sehingga akan mampu memaksimalkan

keuntungan yang akan diperoleh usaha (Soekartawi, 2001). Strategi

pemasaran yang tepat akan menjadi titik utama dalam pengembangan industri

ini, disamping pengembangan terhadap variasi produk dan perbaikan kinerja

produksi dan produk kripik.

Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang penting dalam

manajemen pemasaran. Hasil kajiannya akan membantu para pemasar untuk

merancang bauran pemasaran, memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya

dan menetapkan segmentasi (Setiadi, 2003). Dengan mengetahui perilaku

konsumen dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemasar dalam menjalankan

tugasnya. Strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan frekuensi


(18)

yang penting guna menyusun strategi pemasaran. Dengan memahami perilaku

konsumen, pelaku usaha akan mampu membidik target pembeli secara lebih

fokus dan lebih terarah. Dengan kata lain pelaku usaha dapat menjabarkan

dengan lebih jelas tentang sasaran target pembeli yang dimaksud.

Kondisi persaingan yang semakin kompetitif menuntut strategi pemasaran yang

tepat. Strategi pemasaran diarahkan pada pengetahuan tentang perilaku konsumen

dengan cara mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan

pada sasaran yang dipilih. Bauran pemasaran terdiri dari elemen produk, promosi,

distribusi dan harga (Setiadi, 2003). Strategi pemasaran harus disesuaikan menurut

kebutuhan konsumen maupun kebutuhan strategi pesaing. Pelaku usaha dapat

menjabarkan lebih jelas tentang sasaran dan target pembeli untuk selanjutnya

mengarahkan kegiatan pemasaran untuk mencapai target pembeli yang dimaksud.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang ada di atas, maka masalah

penelitian ini secara umum dapat diidentifikasi adalah:

1. Bagaimanakah perilaku konsumen dan bauran pemasaran keripik pisang di

Kota Metro?

2. Apa saja faktor-faktor dominan dalam keputusan pembelian konsumen

keripik pisang di Kota metro?

3. Bagaimanakah strategi pemasaran yang dapat direkomendasikan bagi pelaku


(19)

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mempelajari faktor perilaku konsumen dan bauran pemasaran dalam

keputusan pembelian keripik pisang di Kota Metro.

2. Menganalisis faktor-faktor dominan dalam keputusan pembelian konsumen

keripik pisang di Kota metro.

3. Merumuskan strategi pemasaran berdasarkan perilaku pembelian keripik

pisang di Kota Metro.

.D. Manfaat penelitian

1. Bagi pelaku usaha, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

memberikan wawasan dan pertimbangan yang berkaitan dengan perilaku

konsumen dan bauran pemasaran terhadap pembelian keripik pisang di Kota

Metro sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun strategi pemasaran.

2. Bagi akademisi dan pembaca, penelitian ini dapat memberikan sumber


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Nilai PDB menurut lapangan usaha Tahun 2011-2013 ... 2

2. Produk Domestik Regional Bruto di Kota Metro 2012 ... 4

3. Pangsa pasar keripik pisang di Bandar Lampung ... 6

4. Volume produksi keripik pisang di Kota Metro ... 7

5. Kriteria usaha UMKM menurut UU No. 20 tahun 2008 ... 11

6. Variabel-variabel faktor keputusan pembelian keripik pisang ... 46

7. Kerangka matriks faktor kekuatan (strength) ... 52

8. Kerangka matriks faktor kelemahan (weakness) ... 52

9. Kerangka matriks faktor peluang (opportunities) ... 53

10. Kerangka matriks faktor ancaman (Threats) ... 54

11. Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal perusahaan ... 55

12. Sebaran penduduk kota metro berdasarkan kecamatan Tahun 2013 ... 63

13. Jumlah penduduk kecamatan Metro Timur berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2013... 64

14. Jumlah penduduk kecamatan Metro Tmur berdasarkan mata pencaharian Tahun 2013 ... 65

15. Profil agroindustri keripik pisang di Kota Metro ... 67

16. Sebaran responden berdasarkan usia, 2014 ... 71


(21)

18. Sebaran responden berdasarkan pendapatan, 2014 ... 73

19. Hasil uji validitas faktor-faktor dalam keputusan pembelian keripik pisang di Kota Metro ... 75

20. Hasil uji reliabilitas faktor pembelian keripik pisang ... 77

21. Sebaran responden berdasarkan keputusan pembelian ... 78

22. Tanggapan responden mengenai budaya dan sosial ... 81

23. Tanggapan responden mengenai faktor pribadi dan psikologi ... 82

24. Tanggapan responden mengenai produk dan harga... 83

25. Tanggapan responden mengenai kemudahan akses dan media ... 85

26. KMOBartlett's Test of Sphericitydan MSA ... 89

27. Nilaicommunialitiesanalisis faktor dominan ... 91

28. TotalVariance Explained(initial eigenvalues) analisis faktor ... 92

29. Komponen matrix tingkat keeratan independen pada analisis faktor ... 95

30. NilaiRotated Component Matrixfaktor dominan dalam pembelian keripik pisang di Kota Metro ... 96

31. Visi dan misi pelaku industri keripik pisang di kota Metro ... 103

32. Identifikasi kekuatan dan kelemahan industri keripik pisang ... 104

33. Identifikasi peluang dan ancaman industri keripik pisang ... 105

34. MatriksInternal Factors Evaluation(IFE) industri keripik pisang ... 106

35. MatriksExternal Factors Evaluation(EFE) industri keripik pisang ... 107

36. Strategi prioritas SWOT industri keripik pisang di Kota Metro ... 115

37. Total alternatif skor pada 10 srategi... 117


(22)

Lampiran

39. Uji validitas item pertanyaan faktor pembelian keripik pisang ... 129

40. Uji validitas item pertanyaan faktor pembelian keripik pisang ... 131

41. Hasil uji coba item pertanyaan faktor pembelian keripik pisang ... 133

42. Hasil uji reliabilitas faktor pembelian keripik pisang ... 135

43. Data hasil validitas item soal keputusan pembelian keripik pisang ... 136

44. KMO and Barlett’s Test ... 139

45. NilaiAnti-image Matrix ... 140

46. NilaiCommunalitiesanalisis faktor ... 142

47. NilaiVariance Explained... 143

48. NilaiComponent Matrix ...144

49. Nilai Rotated Component Matrix ... 144

50. Hasil evaluasi faktor internal responden pelaku usaha Tunas ... 145

51. Hasil evaluasi faktor internal responden pelaku usaha Arjuna ... 145

52. Hasil evaluasi faktor internal responden pelaku usaha Metro Snack ... 145

53. Hasil evaluasi faktor internal responden pelaku usaha Berkah jaya ... 146

54. Hasil evaluasi faktor eksternal responden pelaku usaha Tunas ... 147

55. Hasil evaluasi faktor eksternal responden pelaku usaha Arjuna ... 147

56. Hasil evaluasi faktor eksternal responden pelaku usaha Metro Snack ... 147

57. Hasil valuasi faktor eksternal responden pelaku usaha Berkah Jaya ... 147

58. Rekap peringkat faktor internal ... 148

59. Rekap peringkat faktor eksternal ... 148


(23)

61. Rekap bobot faktor eksternal ... 149

62. Matriks QSPM ... 150

63. Total biaya produksi keripik pisang di Kota Metro ... 151

64. Total biaya penyusutan usaha agroindustri keripik pisang ... 152

65. Total biaya tenaga kerja agroindustri keripik pisang ... 155

66. Penerimaan, biaya dan keuntungan per bulan agroindustri keripik


(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pohon industri pisang ... 13

2. Proses pembuatan keripik pisang ... 14

3. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan

faktor-faktor yang mempengaruhi (Engel,et al.1994) ... 15 4. Lima faktor kekuatan Porter (Porter, 1980) ... 26

5. Kerangka pemikiran strategi pemasaran berdasarkan perilaku

konsumen dan bauran pemasaran ... ... 34 6. Matriks SWOT ... 57 7. Kerangka Operasional penelitian ... 60

8. Skor rata-rata penilaian responden terhadap keputusan pembelian

Keripik pisang di Kota Metro ... 87

9. Scree plot... 94 94 10. Peta Matriks Internal Eksternal ... 108


(25)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... viii I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

A. Tinjauan Pustaka .. ... 10 1. Konsep agroindustri ...……….……... 10

2. Usaha kecil ... 11 3. Pohon industri pisang ... 12 4. Proses pembuatan keripik pisang ... 13 5. Perilaku konsumen ... 14 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ... 15 a. Budaya konsumen ... 16 b. Kelas sosial ... 16 c. Karakteristik individu ... 18 d. Faktor psikologi ... 19 7. Bauran pemasaran (Marketing Mix).... 21 a. Produk ... 21 b. Harga ... 22 c. Saluran distribusi ... 23 d. Promosi ... 23 8. Hubungan perilaku konsumen dan bauran pemasaran ... 24 9. Manajemen strategis ... 25 B. Tinjauan penelitian terdahulu ... 28 C. Kerangka pemikiran ... 33


(26)

III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Konsep dasar dan batasan operasional ... 35 B. Metode, lokasi dan waktu penelitian ... 42 C. Pengumpulan data, penentuan responden dan

jumlah responden ... 43 D. Metode analisis data ... 45 1. Uji validitas dan reliabliitas kuesioner ... 45 2. Pengolahan dan analisa data ... 48 3. Strategi pengembangan... 50 4. Analisis SWOT ... 50 a. Tahap pengumpulan data ... 51 b. Teknik pembobotan ... 54 5. Tahap analisis SWOT . ... 56 6. Perencanaan strategi QSPM ... 57

IV. GAMBARAN UMUM ... 61

A. Gambaran umum Kota Metro ... 61 B. Keadaan umum lokasi penelitian ... 63 1. Letak Geografis dan luas wilayah ... 63 2. Keadaan Penduduk ... 64 a. Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan ... 64 b. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 65 3. Profil agroindustri keripik pisang di Kota Metro ... 66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Gambaran umum responden ... 70 B. Uji validitas dan reabilitas ... 74 C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

dalam membeli keripik pisang ... 77 D. Analisis faktor ... 88 1. Pengujian hipotesis pertama ... 88 2. Estimasi Communality... 90 3. Melakukan faktoring dan rotasi ... 92 E. Formulasi strategi pemasaran ... 101 1. Visi, misi dan tujuan industri keripik pisang ... 101 2. Identifikasi lingkungan ... 103 a. Identifikasi lingkungan internal... 103 b. Identifikasi lingkungan eksternal ... 104 3. Matriks IE (Internal Eksternal) ... 107


(27)

4. Matriks SWOT ... 109 5. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) ... 116

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122 B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN ... 129


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep agroindustri

Agroindustri adalah salah satu subsistem dari sistem agribisnis. Agroindustri dapat

diartikan dua hal yaitu : 1) Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama

dari produk pertanian dan kedua bahwa agroindustri dapat diartikan sebagai suatu

tahapan pembangunan yang merupakan kelanjutan dari pembangunan pertanian

(Soekartawi, 1991). 2) Agroindustri adalah suatu kegiatan atau usaha yang

mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan melalui proses

transformasi dengan menggunakan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan,

pengemasan dan distribusi. Karakteristik pengolahan dan derajat transformasi

dapat sangat beragam mulai dari pembersihan, grading dan pengemasan,

pemasakan, pencampuran dan perubahan kimiawi yang menciptakan makanan

sayur-sayuran yang berserat (Austin, 1992).

Beberapa tujuan dari agroindustri antara lain: 1) Memanfaatkan komoditas

pertanian semaksimal mungkin, 2) Memberikan nilai tambah dan dapat

meningkatkan nilai ekonomi pada suatu komoditas, 3) Memperpanjang masa


(29)

menarik serta 5) Mendukung pengembangan budidaya bagi komoditas tersebut.

2. Usaha kecil

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar.

Usaha kecil meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil

informal yaitu berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum

berbadan hukum antara lain seperti pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang

kaki lima. Usaha kecil tradisional adalah usaha menggunakan alat produksi

sederhana yang telah digunakan secara turun temurun atau berkaitan dengan seni

dan budaya. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU ini

digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah usaha,

dapat dilihat pda Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Usaha UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008

No Usaha Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks 50 Juta Maks 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta - 500 juta >300 Juta–2,5 M

3 Usaha Menengah > 500 Juta - 10 M > 2,5 M - 50 M


(30)

tenaga kerja. Definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja tersebut adalah :

1) Industri besar, pekerjanya terdiri dari 100 orang atau lebih

2) Industri sedang, pekerjanya terdiri dari 20-90 orang

3) Industri kecil, pekerjanya terdiri dari 5-11 orang

4) Industri mikro, pekerjanya terdiri dari 1-4 orang

3. Pohon industri pisang

Pisang merupakan jenih buah yang paling umum ditemui tak hanya di perkotaan

tetapi sampai ke pelosok desa. Bagian dari komoditi pisnag yang dapat

dimanfaatkan adalah akar, batang, daun, bunga dan buah. Akarnya dapat

diperbanyak, dibuat tepung, keripik dan getuk. Batangnya dapat dijadikan sebagai

tali, wadah hiasan janur, tanapan wayang kulit dan makanan ternak. Daun dapat

dijadikan sebagai pembungkus makanan ternak. Bunganya dapat dijadikan sebagai

sayuran dan hiasan. Buahnya dapat dibuat menjadi gaplek, tepung, keripik, sale,

selai, dodol, jenang, getuk, anggur dan sari buah.

Tanaman pisang diperbanyak dengan anaknya atau belahan bonggol yang bermata.

Pada saat ini tanaman pisang dapat diperbanyak dengan kultur jaringan. Pisang

ditanam dengan bibit anakan yang telah berdaun lebih dari tiga helai. Pisang tidak

mengenal musim panen karena pisang dapat berbuah setiap saat. Pisang dapat

digunakan sebagai alternatif pangan pokok karena mangandung karbohidrat

yang tinggi, sehingga dapat menggantikan sebagian konsumsi beras dan

terigu. Untuk keperluan tersebut, digunakan buah pisang mentah yang kemudian


(31)

sari buah, jenang maupun keripik pisang (Adisarwanto,2008). Pohon industri

pisang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pohon industri pisang

4. Proses pembuatan keripik pisang

Proses pembuatan keripik pisang yang ada di Kecamatan Metro Timur masih

sederhana dan dilakukan secara manual. Proses pertama dari pisang kepok menjadi

keripik melalui tahap penjemuran, pengupasan, pengirisan, penggorengan,

pengeringan, pengemasan. Peralatan yang digunakan adalah tungku, baskom, pisau

dan talenan untuk mengiris, ember plastik, lilin (untuk merekatkan kantong plastik),

kantong plastik (untuk mengemas), mesin pengering (untuk mengeringkan pisang

Penjemuran Pengupasan Pengirisan Penggorengan Pengeringan Pengemasan Pengeringan Pengeringan Tepung, Keripik, Getuk, dsb Wadah hiasan janur, Makanan ternak. Pembungkus makanan ternak Sayuran, Hiasan Gaplek, Tepung, Keripik Sale, Dodol, Jenang, Getuk, Anggur, Saribuah,dsb.


(32)

kepok, minyak goreng, garam, bahan untukn memberi rasa sesuai selera. Proses

pembuatan pisang menjadi keripik pisang adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Proses pembuatan keripik pisang

5. Perilaku konsumen

Menurut Setiadi (2003) perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, menyimpan dan menghabiskan

barang dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

mengikuti tindakan tersebut. Menurut Shiffman and Kanuk (1994) perilaku

konsumen adalah perilaku yang diperlihatkan konsumen selama proses pencarian

pembelian, penggunaan dan penyimpanan atau pembuangan setelah pemakaian suatu

produk atau jasa untuk memenuhi kepuasan konsumen. Penjemuran

Pengupasan

Pengirisan

Penggorengan

Pengeringan


(33)

Model perilaku konsumen merupakan penyederhanaan dari konsepsi mengenai

bagaimana perilaku konsumen terjadi dan dibentuk oleh peubah-peubah yang

mempengaruhinya. Banyak model yang telah dikembangkan dan salah satunya

dibahas disini adalah model Engel, et al.(1994) yang dikenal dengan Engel, Kollat

dan Blackwell (EKB). Engel,et al.(1994) telah mengembangkan model

komprehensif yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami

proses pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Model perilaku pengambilan keputusan EKB dapat dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3. Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi (Engel,et al.1994)

Pengaruh Eksternal (Pengaruh Lingkungan) 1. Kelas sosial

2. Pengaruh pribadi 3. Keluarga

Perbedaan individu 1. Motivasi dan

keterlibatan 2. Pengetahuan

3. Kepribadian dan gaya hidup Proses keputusan 1. Pengenalan kebutuhan 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternatif 4. Pembelian 5. Evaluasi setelah

pembelian Proses psikologi 1. Pengolahan informasi 2. Pembelajaran 3. Perubahan sikap/perilaku


(34)

budaya konsumen, (2) tingkat sosial, (3) karakteristik pribadi, (4) faktor psikologis

(Kotler, 2000), sedangkan menurut Engel, et al.,(1994), internal konsumen terdiri

atas (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pribadi, (4) keluarga dan (5) situasi.

a. Budaya konsumen

Budaya merupakan karakter sosial konsumen yang membedakannya dari kelompok

kultur yang lainnya (nilai, bahasa, mitos, adat, ritual, dan hukum) yang telah menyatu

dalam kebiasaannya sehari-hari. Mempelajari perilaku konsumen adalah mempelajari

perilaku manusia, sehingga perilaku konsumen juga ditentukan oleh kebudayaan,

yang tercermin pada cara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan akan

bermacam-macam barang dan jasa di pasar (Setiadi, 2003).

Kultur/budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari. Konsumen tidak dilahirkan

untuk spontan mengerti tentang nilai dan norma atas kehidupan sosial mereka.

Melainkan mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan

teman-temannya. Ada tiga efek utama budaya mempengaruhi produk yang digunakan,

yaitu (1) Budaya mempengaruhi struktur konsumsi institusi yang tersedia untuk

pemasaran, (2) Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan,

(3) Budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna di dalam

produk (Setiadi, 2003)

b. Kelas sosial

Manusia sejak ia dilahirkan telah mempunyai dua keinginan yang menyebabkan


(35)

(masyarakat), (2) keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Kedua keinginan tersebut yang menimbulkan kelompok-kelompok sosial (social

groups) di dalam kehidupan manusia ini karena manusia tidak mungkin hidup sendiri.

Pada dasarnya masyarakat memiliki kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian

masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan

anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya

mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan,

dan tempat tinggal. Kelas sosial dibagi atas (1) kelas atas atau kapitalis (2) kelas

menengah atau pekerja dan (3) kelas bawah atau pekerja miskin (Setiadi, 2003).

Kelas atas kapitalis adalah yang melakukan keputusan investasi membentuk

perekonomian nasional, sebagian besar pendapatan berasal dari aset secara turun

temurun. Kelas menengah atas yang terdiri atas manajer tingkat tinggi, profesional,

tamatan universitas dan pendapatan keluarga yang mendekati dua kali rataan

pendapatan nasional. Kelas menengah adalah yang berpendidikan Sekolah

Menengah Umum (SMU), pendapatan terkadang melebihi pendapatan rataan

nasional. Kelas pekerja/karyawan adalah yang pendapatannya cenderung di bawah

rataan pendapatan nasional. Kelas bawah pekerja miskin adalah yang dibayar rendah

dan operasionalnya banyak dari lulusan SMU dan taraf hidup di bawah standar tetapi

di atas garis kemiskinan. Kelas bawah adalah tidak memiliki pekerjaan tetap,


(36)

Bank Dunia. Bank Dunia membagi penduduk ke dalam tiga kelompok, yaitu 40%

penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan sedang dan 20%

penduduk berpendapatan tinggi (Sumarwan, 2003).

c. Karakteristik individu

Keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi atau

individu. Karakteristik tersebut meliputi usia dan siklus hidup, pekerjaan dan

keadaan ekonomi, kepribadian, gaya hidup dan konsep diri. Usia dan tahapan

siklus hidup konsumen mempunyai pengaruh penting terhadap perilaku konsumen.

Seberapa usia konsumen, biasanya menunjukkan produk apa yang menarik baginya

untuk dibeli (Setiadi, 2003).

Selera konsumen pada makanan, pakaian, mobil, mebel dan rekreasi sering

dihubungkan dengan usia. Dihubungkan dengan usia seorang konsumen akan

menempatkan diri pada siklus hidup keluarga(family life cycle). Siklus hidup

keluaga adalah suatu urutan yang teratur dari tahapan di mana sikap dan perilaku

konsumen cenderung berkembang melalui kedewasaan, pengalaman dan perubahan

pendapatan, serta status.

Manajer pemasaran sering mendefinisikan target pasar yang menghubungkan

dengan siklus hidup keluarga, misalnya belum menikah, sudah menikah, punya anak

dan tidak punya anak. Setiap konsumen memiliki kepribadian yang unik.


(37)

dominannya.

Ciri-ciri kepribadian konsumen, misalnya kemampuan untuk beradaptasi, kebutuhan

akan afiliasi (hubungan), sikap agresif, kekuasaan, otonomi, dominasi, rasa hormat,

pertahanan diri, emosionalisme, keteraturan, stabilitas dan kepercayaan pada diri

sendiri. Konsep diri atau persepsi diri adalah bagaimana konsumen mempersepsikan

diri sendiri. Konsep diri meliputi sikap, persepsi, keyakinan dan evaluasi diri.

Sumarwan (2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen sebagian besar tergantung

pada konsep diri, karena konsumen ingin menjaga identitasnya sebagai individu.

Hal ini tergambar pada produk dan merek yang dibeli, tempat dan kartu kredit yang

digunakan akan memberikan gambaran citra diri konsumen. Pengaruh persepsi

konsumen terhadap suatu produk, pemasar dapat mempengaruhi motivasi

konsumen untuk belajar tentang bagaimana berbelanja, dan membeli suatu merek

yang tepat. Kepribadian dan konsep diri ini mencerminkan gaya hidup (life style).

Gaya hidup adalah cara hidup yang diidentifikasikan melalui aktivitas seseorang,

minat dan pendapat.

d. Faktor psikologis

Pilihan pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama, yaitu

motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian (Kotler, 2000).

Motivasi konsumen memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu, diantaranya

beberapa kebutuhan bersifat biologis. Kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis


(38)

bersangkutan didorong hingga mencapai tingkat intensitas memadai. Motif adalah

kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertindak. Setiadi (2003) menjelaskan

bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikesimpulan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi adalah (1) kebutuhan pribadi, (2) tujuan dan persepsi orang

atau kelompok yang bersangkutan, (3) bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan

tujuan-tujuan tersebut agar terealisasikan.

Persepsi seseorang konsumen yang termotivasi siap untuk bertindak, bagaimana

seorang konsumen yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap

situasi tertentu. Menurut Kotler (2000) persepsi adalah proses yang digunakan oleh

konsumen untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasikan

masukan-masukan informasi. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tetapi

juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan

individu bersangkutan. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku konsumen yang

timbul dari pengalamannya, sehingga saat konsumen bertindak pengetahuannya akan

bertambah. Teori pembelajaran mengajarkan bahwa para pemasar dapat membangun

permintaan sebuah produk dengan mengaitkannya pada dorongan yang kuat dan


(39)

Mengubah perilaku konsumen tidaklah mudah, tetapi adanya rangsangan pemasaran

(marketing stimuli)dari perusahaan melalui bauran pemasaran yang mencakup

produk, harga, saluran disrtribusi dan promosi masuk ke dalam kesadaran konsumen,

serta mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen. Bauran pemasaran

mengacu pada paduan strategi produk, distribusi, promosi dan penentuan harga yang

bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan

dengan pasar yang dituju (Cravens, 2000). Perbedaan di dalam bauran pemasaran tidak

terjadi secara kebetulan, karena manajer pemasaran merencanakan strategi pemasaran

untuk mendapatkan keunggulan dibandingkan dengan para pesaingnya dan memberikan

pelayanan yang baik. Dengan mengubah unsur-unsur bauran pemasaran, manajer

pemasaran dapat menyesuaikan dengan saran yang diberikan oleh konsumen. Hal ini

sejalan dengan pendapat Cravens (2000) dan Walker, dkk.,(2003) yang menjelaskan

bahwa peubah bauran pemasaran(marketing mix)digabungkan untuk merancang

strategi penentuan posisi suatu produk pada setiap pasar sasaran.

a. Produk

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu

yang dapat ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui

pemenuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas

organisasi serta daya beli pasar. Hasil penelitian Ramdhani (2011) menyatakan

bahwa pengetahuan konsumen tentang keberadaan produk keripik pisang terbatas

pada merek-merek tertentu, umumnya konsumen hanya dapat mengingat 3 -5 jenis,


(40)

yang dilakukan oleh produsen. Selain merek produk, preferensi konsumen terhadap

mutu perlu menjadi pertimbangan perusahaan dalam merumuskan strategi

pemasaran. Akan tetapi, produk yang beredar di pasar dalam negeri mutucore

productnyamasih tergolong rendah dan sedang, baik yang dikonsumsi oleh

konsumen rumah tangga. Namun, sebenarnya konsumen akhir sangat responsif

terhadap mutu rasa air seduhan dan kemasan, namun kedua faktor ini masih langka

ditawarkan oleh produsen.

Menurut Setiadi (2003), produk tidak hanya meliputi fisik, tetapi juga kemasan,

garansi, pelayanan purna jual, merek, nama baik perusahaan dan nilai kepuasan.

Peter dan Olson (2000) menjelaskan bahwa konsumen dapat memiliki tiga jenis

pengetahuan tentang produk, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakteristik

produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk, dan nilai kepuasan

produk tersebut.

b. Harga

Menurut Setiadi (2003), harga adalah apa yang harus diberikan oleh konsumen

(pembeli) untuk mendapatkan suatu produk. Harga sering merupakan unsur yang

paling fleksibel di antara keempat unsur bauran pemasaran. Selain itu, Engel, dkk

(1994), menerapkan kebijakan harga rendah dibandingkan dengan pesaing dapat

diciptakan, apabila perusahaan memiliki keunggulan bersaing pada biaya rendah(low

cost). Demikian halnya pendapat Kotler (2000), bahwa penetapan dan persaingan


(41)

Ketersediaan produk keripik pisang di pasar, erat kaitannya dengan strategi saluran

distribusi yang digunakan oleh produsen. Saluran distribusi menghubungkan produsen

dengan pengguna akhir produk atau jasa. Saluran distribusi yang efektif dan efesien

memberikan keunggulan strategi yang penting bagi para anggota organisasi atas

saluran-saluran pesaingnya. Pemasaran lokal produk keripik pisang yang telah dikemas dan

telah memiliki merek(brand), disalurkan melalui saluran distribusi tidak langsung

atau melalui perantara, terutama target pasar konsumen akhir (Engel dkk,1994).

Konsumen dalam mengonsumsi keripik pisang tidak ditentukan oleh keinginan yang

sebenarnya,tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor lain, yaitu distribusi/ketersediaan

produk, harga, jumlah dan jenis keripik pisang yang tersedia. Strategi distribusi

berkenaan dengan bagaimana sebuah perusahaan menjangkau pasar sasarannya.

d. Promosi

Strategi promosi adalah perencanaan, implementasi, dan pengendalian komunikasi dari

suatu organisasi kepada para konsumen dan sasaran lainnya. Fungsi promosi dalam

bauran pemasaran adalah untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi dengan setiap

konsumen. Cravens (2000), menjelaskan bahwa strategi promosi mencakup penentuan

(1) tujuan komunikasi, (2) peranan komponen-komponen pembentuk bauran promosi,

(3) anggaran promosi dan (4) strategi setiap komponen bauran. Komponen bauran

promosi mencakup periklanan, penjualan perorangan, promosi penjualan dan

hubungan masyarakat. Untuk merancang komunikasi pemasaran yang efektif, setiap


(42)

(encoding, decoding,respons dan umpan balik) dan gangguan.

8. Hubungan perilaku konsumen dengan bauran pemasaran

Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah suatu rencana yang didesain untuk

mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi

pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku

konsumen, seperti peningkatan kunjungan pada toko tertentu atau pembelian produk

tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran

pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih (Setiadi, 2003).

Pada Tabel 6 dijelaskan bahwa frekuensi perilaku pembelian konsumen dapat

ditingkatkan dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang

diarahkan pada pasar sasaran (target pasar) yang dipilih. Bila perusahaan

menginginkan untuk memperoleh keberhasilan dalam mempengaruhi tanggapan

konsumen di segmen pasar tertentu, maka perusahaan harus merumuskan kombinasi

aspekaspek bauran pemasaran tersebut. Oleh karena itu, perumusan strategi bauran

pemasaran sangat ditentukan oleh karakteristik segmen pasar, yaitu menyangkut

perilaku konsumen dan proses pembelian.

Petter dan Olson (2000) menjelaskan bahwa hubungan antara perilaku konsumen dan

strategi pemasaran sangat penting, bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi

juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan konsumen tentang dirinya sendiri,

berbagai macam tawaran pasar, serta tentang situasi yang tepat untuk melakukan


(43)

hubungannya dengan perilaku konsumen harus dimulai dengan konsep 6 O, yaitu

Occupants :siapa yang ada di pasar konsumen, Objects: apa yang dibeli konsumen,

Occasions :kapan konsumen membeli, Organization :siapa yang terlibat dalam

pembelian, Objectives :mengapa konsumen membeli,dan Operations :bagaimana

konsumen membeli, yang dihubungkan denganmarketing mix.

9. Manajemen strategis

Menurut Fred R. David (2007) manajemen strategis adalah pengetahuan dalam

merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan-keputusan sebuah

organisasi dalam mencapai tujuan. Tujuan manajemen strategis adalah membantu

organisasi untuk merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan

pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional. Manfaat

lainnya adalah hadirnya peluang bahwa proses tersebut menyediakan ruang yang mampu

memberdayakan individu. Menurut Wheelen dan Hunger (2004) model manajemen

strategis terdiri dari empat tahap proses yaituenvironmental scanning(pemantauan

lingkungan),strategy formulation(formulasi strategi),strategy implementation

(implementasi strategi) danevaluation and control(evaluasi dan kontrol). Pada tahap

evaluasi dan kontrol, model manajemen strategis terdiri dari beberapa model, salah

satunya adalah model manajemen strategis menurut QSPM (Quantitative, Strategc

Planning Matrix). Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik

untuk diimplementasikan bagi perusahaan. Strategi perusahaan merupakan pola atau

rencana yang mengidentifikasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan


(44)

untuk mencapai misi yang dicananagkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan

memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut (Wheelen and Hunger,

2000). Porter (1980) menjelaskan bahwa mengetahui siklus hidup industri dan di

mana posisi perusahaan yang dikelola sangat penting untuk menentukan strategi

yang tepat bagi perusahaan. Segmen industri atau segmen pasar industri berada pada

empat fase dasar pengembangan yang berimplikasi pada strategi perusahaan yaitu

fase pengenalan produk (introduction), pertumbuhan (growth), kematangan

(maturity), dan kemunduran (decline).

Teori Lima Kekuatan Porter (1980) menjelaskan 5 faktor utama yang mempengaruhi

daya tarik suatu industri yaitu ancaman pemain baru, persaingan antar kompetitor,

daya tawar pemasok, daya tawar pembeli, dan ancaman produk pengganti. Lima

faktor kekuatan Porter dapat dilihat pada Gambar 4.

Daya tawar menawar Ancaman pendatang

Pemasok baru

Ancaman produk atau Daya tawar menawar

jasa substitusi pembeli

Gambar 4. Lima faktor kekuatan Porter (Porter, 1980) Pendatang

baru

Pemasok Pesaing

industri

Pembeli

Produk substitusi


(45)

yang dapat diperolehnya yaitulow cost strategy, product leadership, customer

intimacy, danlock in strategy.

1. Low cost strategy

Strategi ini berfokus pada penawaran harga yang kompetitif dan digabungkan

dengan kualitas produk yang baik dan konsisten serta kemudahan dan kecepatan

dalam pengiriman produk, proses pembayaran, dan proses klaim apabila

ditemukan cacat pada produk yang ditawarkan. Kualitas merupakan hal yang

paling penting dalam strategi ini. Pengguna strategi ini membatasi pilihan

produk yang ditawarkan dengan hanya menyediakan produk terbatas tapi dapat

memenuhi kebutuhan dan target pelanggannya. Perusahaan juga haru unggul

dalam penambahan kapasitas sehingga dapat tercapai skala ekonomis, baik

dalam proses pembelian, produksi maupun distribusi.

2. Product Leadership

Strategi ini menekankan pada inovasi produk sebagai ujung tombak perusahaan.

Perusahaan yang menerapkan strategi ini cenderung menganggap kecepatan

dalam memasuki pasar (first to market) sebagai prioritas utama. Target pasarnya

adalah kalangan konsumen yang mau membayar lebih untuk keunggulan

fungsional dari produk yang ditawarkan dan umumnya tidak terlalu sensitif

terhadap harga. Proses pengurusan regulasi yang berkaitan dengan peluncuran

(launching)produk baru serta proses perlindungan terhadap hak paten dan merk

merupakan hal-hal yang harus ditindaklanjuti dalam memperkenalkan produk ke


(46)

Strategi ini menitikberatkan pada pembinaan hubungan jangka panjang yang

baik dengan pelanggan. Kualitas, keunikan, dan kelengkapan pelayanan

menjadi prioritas utama. Inovasi difokuskan pada penemuan cara baru untuk

menciptakan nilai bagi pelanggan. Penelitian diarahkan pada pemahaman

mengenai kebutuhan dan preferensi pelanggan di masa mendatang.

4. System Lock-in Strategy

Inti strategi ini adalah menciptakanswitching cost(biaya pindahan) yang tinggi

pada pelanggan yang dimiliki saat ini dan menciptakan biaya pindah yang rendah

pada pelanggan potensial dengan membentuk standar produk yang diterima luas

dalam industri yang bersangkutan serta menawarkan kualitas dan harga yang

terjangkau bagi pelanggan dan komplementor. Kunci sukses strategi adalah pada

kecepatan perusahaan dalam membentuk pasar dan meraih pelanggan yang

sebanyak-banyaknya sehingga produk dari perusahaan dapat dianggap menjadi

standar dalam industri yang bersangkutan.

B. Tinjauan penelitian terdahulu

1. Penelitian terdahulu tentang perilaku konsumen, bauran pemasaran dan keripik pisang

a. Penelitian ini dilakukan oleh Herlambang (2009) tentang strategi pemasaran teh

herbal di kota Bogor berdasarkan perilaku konsumen. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kebiasaan minum teh oleh konsumen telah menjadi budaya

anggota keluarga, frekuensi minum teh herbal satu sampai dua kali, serta dorongan


(47)

mempengaruhi proses keputusan pembelian teh herbal denagn analisis fisik peubah

berganda adalah harga (0,567). Kelengkapan kandungan (0,553) dan merek (0,511).

Untuk itu diperlukan strategi bauran pemasaran yaitu menjaga dan meningkatkan

mutu teh herbal, pemberian potongan harga, promosi produk melalui pameran dan

website serta pelayanan siap antar dan menjamin kontinuitas ketersediaan teh herbal.

Strategi pengembangan pemasaran produk teh herbal yang dapat dilakukan Liza

Herbal adalah strategi S-O dengan meningkatkan produktivitas jaringan pemasaran,

meningkatkan dan menjaga mutu produk, meningkatkan kerjasama kemitraan yang

saling menguntungkan dengan petani herbal dan industri sejenis. Strategi W-O

dengan menekan biaya produksi, diversifikasi produk serta strategi W-T dengan

meningkatkan teknologi produksi dan mutu dengan standar mutu pasar serta

memperbaiki saluran distribusi.

b. Penelitian ini dilakukan oleh Thryanda (2012) tentang strategi pengembangan

program ke mitraan dan bina lingkungan PTPN VII di Kota BandarLampung.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang

Barat Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2007 Kelurahan Segala

Mider dijadikan Sentra Industri Keripik di Bandar Lampung. Responden dalam

penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok agroindustri mitra binaan PTPN

VII yang berjumlah 12 orang. Metode analisis strategi pengembangan kemitraan

yang dilakukan oleh PTPN VII dengan menggunakan matrik Internal Eksternal,

matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Penelitian


(48)

Kota Bandar Lampung dalam PKBL meliputi (a) mengikuti kegiatan pelatihan

teknis yaitu pelatihan manajemen usaha kecil dan (b) mendapatkan dana program

kemitraan bagi yang membutuhkan; 2) Tiga alternatif strategi pengembangan

PKBL PTPN VII yaitu : (a) meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan

memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN; (b) meningkatkan skill

dan penguasaan teknologi; dan (c) memanfaatkan produk sebagai makanan khas

daerah dengan berbagai variasi rasa untuk dapat bersaing dengan kompetitor

produk sejenis.

c. Penelitian ini dilakukan oleh Darmawan (2008) tentang prospek pemasaran dan

strategi pengembangan lembaga keuangan mikro. Penelitian ini bertujuan untuk

pemberdayaan Masyarakat Ekonomi Pesisir (PEMP) ditinjau dari aspek pemasaran,

strategi pengembangan dilihat dari faktor eksternal dan internal. Hasil penelitiannya

meunjukan bahwa sistem pemasaran dengan promosi lebih efektif sehingga program

peningkatan mutu hidup nelayan bisa merata. Dari hasil identifikasi faktor internal

dan eksternal didapatkan alternatif strategi memperkuat jaringan kerjasama,

sosialisasi yang lebih agresif, perbaikan sistem pemasaran, pendekatan yang lebih

intensif untuk membuka wacana dan meningkatkan kesadaran nelayan.

d. Penelitian ini dilakukan oleh Widayani (2004) tentang analisis strategi pemasaran

industri kecil permen karamel susu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil

identifikasi dan evaluasi faktor lingkungan internal industri, kondisi industri kecil

permen karamel susu daerah pekalongan mempunyai beberapa kekuatan, yaitu (1)

kemudahan mendapatkan bahan baku, (2) biaya produksi relatif lebih murah sehingga


(49)

susu) disukai masyarakat. Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi faktor

lingkungan eksternal dan lingkungan internal industri, formualsi strategi yang paling

relevan ditetapkan untuk mengembangkan IK permen karamel susu di daerah

pekalongan yaitu dengan mencari ditributor baru, memanfaatkan kemajuan teknologi,

meningkatkan efektivitas pemasaran melalui kegiatn pameran, memanfaatkan

lembaga perbankan, memanfaatkan kepedulian lembaga pendidikan, LSM atau

pemerintah.

e. Penelitian ini dilakukan oleh Apriyani (2012) tentang strategi pengembangan

skenario usaha keripik pisang di Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UKM keripik

pisang di Bandar Lampung dan menentukan strategi pengembangan UKM keripik

pisang di Bandar Lampung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

prospektif untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa

depan dan mempersiapkan strategi yang perlu dilakukan serta melihat perubahan

di masa depan. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu

keberhasilan usaha keripik pisang dalam rangka peningkatan pangsa pasar dan

produk unggulan Kota Bandar Lampung yaitu kemampuan teknis, kemampuan

formasi, kemampuan manajerial, proses produksi dan ketersediaan bahan baku.

Formulasi strategi pengembangan usaha dilakukan menggabungkan hasil analisis

stakeholders dan analisis prospektif dengan ilkan skenario optimis untuk

pengembangan usaha keripik pisang di Bandar Lampung. Rekomendasi

operasional yang dihasilkan untuk pengembangan keripik pisang di


(50)

kemampuan manajerial pengusaha, (4) proses yang lebih modern, dan (5)

meningkatkan ketersediaan bahan baku.

f. Penelitian ini dilakukan oleh Prihatin (2006) tentang analisis strategi pemasaran

keripik pisang pada perusahaan suseno di Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan

melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi sikap konsumen terhadap keripik

pisang Suseno dengan menggunakan analisis multiatribut Fishbein. Kemudian

mengidentifiaksi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi

proses pemasaran keripik pisang denagn menggunakan matriksInternal Factors

Evaluation(IFE) danExternal Factors Evaluation(EFE). Tahap akhir yaitu

merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan kondisi eksternal dan intenal

yang dihadapi dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Berdasarkan

hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal yang telah dilakukan pada

perusahaan Suseno, maka terdapat hal yang paling mempengaruhi pemasaran keripik

pisang yaitu dilihat dari faktor internal perusahaan yang merupakan pionir dan

pemimpin pasar pada industri keripik pisang. Kelemahan utama yang dimiliki

perusahaan yaitu distribusi hanya di daerah tertentu. Untuk faktor eksternal yang

menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah konsumsi keripik pisnag yang terus

meningkat, sedangkan ancaman terbesar bagi perusahaan Suseno dan merupakan

ancaman yang dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan pada industri tersebut

adalah adanya kenaikan biaya produksi akibat naiknya BBM dan elpiji.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini lebih fokus

pada kajian bauran pemasaran dan perilaku konsumen dalam merumuskan strategi


(51)

menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix),sehingga

harapannya dapat disusun strategi-strategi yang berguna untuk pemasaran

agroindustri keripik pisang.

C. Kerangka pemikiran

Keputusan pembelian produk merupakan suatu tindakan konsumen dalam usaha untuk

memenuhi kebutuhannya mengkonsumsi (keripik pisang) diikuti oleh kepuasan yang

dirasakannya. Meningkatkan penjualan memerlukan strategi pemasaran yang baik dan

memerlukan segmentasi pasar yang sesuai, karena para pedagang atau produsen

mengalami persaingan yang cukup ketat guna menarik konsumen untuk membeli

produknya.

Menurut Setiadi (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

pembelian konsumen terdiri dari faktor budaya, sosial, pribadi, psikologi. Faktor budaya

meliputi kebiasaan (X1), kepraktisan (X2). Sosial meliputi keluarga (X3), lingkungan

(X4), rekomendasi (X5). Faktor pribadi meliputi sumber daya konsumen (X6) dan gaya

hidup (X7). Faktor psikologi meliputi hobi (X8), pengetahuan (X9), trend (X10) dan

persepsi (X11). Perilaku konsumen perlu dianalisis untuk dapat mengetahui keinginan

dan kebutuhan konsumen sehingga produsen dapat menjual produknya sesuai dengan

kebutuhan konsumen. Faktor-faktor bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, tempat

dan promosi. Faktor produk meliputi variasi rasa (X12), tekstur (X13), bentuk (X14),

kemasan (X15), jenis pisang (X16), dan labelisasi (X17). Faktor harga meliputi kategori

harga (X18). Faktor tempat meliputi kemudahan akses (X19). Faktor promosi meliputi


(52)

pandang produsen merupakan perangkat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi

pembeli, sedangkan bila dilihat dari sudut pandang konsumen merupakan perangkat

pemasaran yang menawarkan pilihan manfaat bagi pelanggan. Kerangka pemikiran

yang menggambarkan hubungan antara bauran pemasaran, perilaku konsumen dan

faktor eksternal terhadap keputusan pembelian keripik pisamg di Kota Metro dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka pemikiran strategi pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dan bauran pemasaran(di ubah dari Model EKB - Engel,et al.1994)

Implikasi Strategi Pemasaran Bauran Pemasaran

Produk

Variasi rasa (X12) Tekstur (X13) Bentuk (X14) Kemasan (X15) Jenis pisang (X16 Labelisasi (X17) Harga Harga (X18) Tempat Akses (X19) Promosi Media (X20)

Perilaku Pembelian

1. Pengenalan kebutuhan 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternatif

4. Keputusan pembelian (Y)

5. Pasca pembelian

Perilaku Konsumen

Budaya Kebiasaan (X1) Kepraktisan (X2)

Sosial

Keluarga (X3) Lingk. Kerja (X4) Rekomendasi (X5) Pribadi Daya beli(X6)

Gaya hidup (X7)

Psikologi

Hobi (X8) Pengetahuan (X9) Tren (X10) Persepsi (X11)


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep dasar dan batasan operasional

Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang

akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

penelitian.

Agroindustri adalah subsistem dari sistem agribisnis yang memanfaatkan dan

mempunyai kaitan langsung dengan produk-produk pertanian yang akan

ditransformasikan menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.

Pengolahan pisang adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengolah pisang

menjadi keripik pisang.

Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang amat penting dalam

manajemen pemasaran. Hasil kajiannya akan membantu para pemasar untuk

merancang bauran pemasaran, menetapkan segmentasi, merumuskan perbedaan

produk, memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya dan mengembangkan

riset pemasarannya.

Kebiasaan (X1) adalah melakukan sesuatu berkali-kali dalam mengkonsumsi

suatu produk dalam rentang waktu yang lama. Dalam penelitian ini, variabel


(54)

“sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Indikator kebiasaan terdiri dari kebiasaan konsumsi (X1a) dan kebiasaan

untuk oleh-oleh (X1b).

Kepraktisan (X2) adalah kemudahan dalam menggunakan produk. Variabel

kepraktisan diukur berdasarkan pengaruh kepraktisan terhadap keputusan

responden dalam memilih produk (Setiadi, 2003). Pengukuran dilakukan dengan

skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setuju

dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Pengaruh keluarga (X3) adalah pengaruh rangsangan dari dalam yang

mempengaruhi responden dalam pengambilan keputusan pembelian produk

(Setiadi, 2003). Variabel pengaruh keluarga diukur berdasarkan ada tidaknya

pengaruh ketersediaan dana oleh konsumen untuk membeli keripik pisang.

Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor

3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Pengaruh lingkungan (X4) adalah pengaruh rangsangan dari lingkungan pekerjaan

dan lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi responden dalam memilih

produk. Variabel pengaruh lingkungan diukur berdasarkan pengaruh lingkungan

yang dimiliki terhadap keputusan konsumen membeli keripik pisang. Pengukuran

dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju,

skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Indikator pengaruh

lingkungan terdiri dari lingkungan tempat tinggal (X4a) dan lingkungan tempat


(55)

mempengaruhi responden dalam memilih produk (Setiadi, 2003). Variabel

rekomendasi diukur berdasarkan rekomendasi yang dimiliki terhadap keputusan

konsumen membeli keripik pisang. Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4

dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.Indikator rekomendasi terdiri dari rekomendasi teman (X5a)

dan rekomendasi saudara (X5b).

Sumber daya konsumen (X6) adalah dana di luar kebutuhan pokok yang dimiliki

responden untuk membeli produk (Setiadi, 2003). Variabel sumber daya

konsumen diukur berdasarkan pengaruh sumber daya konsumen yang dimiliki

terhadap keputusan konsumen membeli keripik pisang. Pengukuran dilakukan

dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak

setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Gaya hidup (X7) adalah pola hidup yang ada pada diri manusia yang dicerminkan

oleh hobi konsumen dalam membeli keripik pisang (Setiadi, 2003). Variabel gaya

hidup diukur pengaruhnya terhadap keputusan konsumen membeli keripik pisang.

Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor

3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Hobi (X8) adalah kesukaan yang dilakukan secara terus menerus yang

mempengaruhi responden dalam memilih produk (Setiadi, 2003). Variabel hobi

diukur berdasarkan pengaruh hobi yang dimiliki terhadap keputusan konsumen


(56)

setuju”.

Pengetahuan (X9) adalah informasi yang dimiliki konsumen tentang produk

(Setiadi, 2003). Variabel pengetahuan diukur berdasarkan pengaruh informasi

yang dimiliki terhadap keputusan konsumen membeli keripik pisang. Pengukuran

dilakukan dengan skala likert 1-4 denganskor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju,

skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Trend (X10) adalah suatu produk yang sedang marak dan disenangi oleh

masyarakat luas (Setiadi, 2003). Variabel trend diukur berdasarkan pengaruhnya

terhadap keputusan konsumen membeli keripik pisang. Pengukuran dilakukan

dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak

setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Persepsi (X11) adalah proses saat seseorang menginterpretasikan kesan sensoris

bagi lingkungan (Simamora,2002). Variabel persepsi diukur berdasarkan

pengaruhnya terhadap keputusan konsumen membeli keripik pisang. Pengukuran

dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju,

skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Rasa keripik (X12) adalah variasi rasa yang terdapat pada keripik pisang (Setiadi,

2003). Variabel rasa diukur pengaruhnya terhadap minat konsumen dalam

pemilihan keripik pisang yang akan dibeli. Pengukuran dilakukan dengan skala

likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan


(57)

(Setiadi, 2003). Variabel tekstur diukur berdasarakan pengaruhnya terhadap

keputusan konsumen dalam pemilihan keripik pisang yang akan dibeli.

Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor

3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Bentuk (X14) adalah suatu unsur yang amat penting dalam penghasilan karya seni

yang bersifat realistik (Setiadi, 2003). Variabel bentuk diukur berdasarakan

pengaruhnya terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan keripik pisang yang

akan dibeli. Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat

setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Kemasan (X15) adalah media untuk melindungi suatu produk yang akan disimpan

atau dijual. Variabel kemasan diukur berdasarakan pengaruhnya terhadap

keputusan konsumen dalam pemilihan keripik pisang yang akan dibeli.

Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor

3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Indikator kemasan

terdiri dari keamanan kemasan (X15a) dan desain kemasan (X15b)

(Setiadi, 2003).

Jenis Pisang (X16) adalah jenis pisang yang disenangi oleh masyarakat luas.

Variabel jenis pisang diukur berdasarakan pengaruhnya terhadap keputusan

konsumen dalam pemilihan keripik pisang yang akan dibeli. Pengukuran

dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju,


(58)

produk. Variabel label diukur berdasarakan pengaruhnya terhadap keputusan

konsumen dalam pemilihan keripik pisang yang akan dibeli. Pengukuran dilakukan

dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak

setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Indikator Labelisasi terdiri dari label halal

(X17a), label informatif (X17b) dan tulisan label (X17c) (Setiadi, 2003).

Harga (X18) adalah nilai nominal keripik pisang. Variabel harga diukur

berdasarakan pengaruhnya terhadap keputusan konsumen dalam pemilihan tempat

pembelian keripik pisang yang akan dibeli. Pengukuran dilakukan dengan skala

likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setujudan

skor 1 “sangat tidak setuju”. Indikator harga terdiri dari harga terjangkau (X18a),

kesesuaian harga terhadap kualitas (X18b), harga terhadap kuantitas (X18c), harga

lebih murah dari merek lain (X18d) dan harga promo (X18e) (Setiadi, 2003).

Tempat (X19) adalah lokasi outlet yang memudahkan konsumen dalam

memperoleh keripik pisang yang diinginkan. Variabel tempat diukur berdasarkan

pengaruh kelancaran distribusi dan ketersediaan keripik pisang di outlet terhadap

keputusan konsumen dalam pemilihan keripik pisang yang akan dibeli.

Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor

3 “setuju”, skor 2 “tidak setuju”dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Indikator

tempat terdiri dari lokasi strategis (X19a), kebersihan tempat (X19b) dan

kenyamanan outlet (X19c) (Setiadi, 2003).

Media (X20) adalah saluran untuk menyampaikan informasi dari sumber


(59)

dilakukan dengan skala likert 1-4 dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju,

skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”.

Keputusan pembelian (Y) adalah bagian dari perilaku konsumen, dimana

keputusan pembelian berperan pada penentuan kegiatan-kegiatan individu dalam

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa (Swastha, 1997). Keputusan

pembelian dipengaruhi oleh keterlibatan konsumen terhadap produk, pengetahuan

dan sikap yang dimiliki konsumen. Pengukuran dilakukan dengan skala likert 1-4

dengan skor 4 “sangat setuju”, skor 3 “setuju, skor 2 “tidak setuju dan skor 1 “sangat tidak setuju”. Dalam melaksanakan maksud pembeli, konsumen bisa

mengambil lima sub keputusan yaitu pilihan merek, pilihan produk, pilihan

rekomendasi (Kotler, 1997).

Strategi pemasaran(marketing strategy)adalah suatu rencana yang didesain untuk

mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi

pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku

konsumen, seperti peningkatan kunjungan pada toko tertentu atau pembelian

produk tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan

bauran pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih. Suatu bauran

pemasaran terdiri dari elemen produk, promosi, distribusi dan harga.

Strategi pemasaran agroindustri merupakan rencana yang akan menentukan

tindakan-tindakan pada masa yang akan datang denagn maksud untuk

meningkatkan kualitas kerja dan kemampuan teknis sehingga akan tercapai hasil


(60)

statistika multivariate, dengan menitikberatkan pada data yang mempunyai

hubungan yang sangat erat secara bersama-sama pada gugusan variabel, tanpa

membedakan antara variabel tergantung atau variabel endogen Y dan variabel

bebas atau variabel eksogen X.

Lingkungan internal agroindustri meliputi produk, promosi, distribusi dan harga

dimana secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan agroindustri.

Lingkungan eksternal agroindustri meliputi faktor sosial, pribadi dan psikologi

yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan. Kekuatan

adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif

terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh

agroindustri. Kelemahan adalah keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan,

dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif agroindustri.

Peluang adalah situasi yang menguntungkan dalam lingkungan agroindustri.

Ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan

agroindustri. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) adalah alat untuk

menyusun strategi dan mengevaluasi berbagai strategi alternatif berdasarkan

faktor–faktor keberhasilan eksternal dan internal yang diidentifikasi oleh SWOT.

B. Metode, lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey. Pemilihan lokasi dilakukan secara

sengaja (purposive), yaitu di Kecamatan Metro Timur. Lokasi penelitian ini

dipilih dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Metro Timur merupakan sentra


(61)

berpotensi sebagai pengembangan bisnis yang layak dijadikan sebagai lokasi

penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan

Agustus 2014.

C. Pengumpulan data, penentuan responden dan jumlah responden

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Observasi, dilakukan dengan cara melihat dan mengamati objek penelitian

secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian

2) Wawancara, dilakukan dengan cara tanya jawab langsung antara peneliti

dengan responden baik responden pengusaha maupun responden.

3) Memberikan kuesioner, responden yang dipilih adalah responden yang

memiliki kontribusi besar terhadap perumusan dan pelaksanaan strategi

pemasaran perusahaan.

4) Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh

langsung dari pihak pengusaha dan konsumen. Data sekunder diperoleh dari

referensi.

Pengambilan sampel produsen sekaligus pedagang dilakukan dengan cara sengaja

(purposive). Sampel ditentukan menurut kriteria skala agroindustri berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM). Pengambilan sampel konsumen dilakukan dengan cara

kebetulan (accidental) dengan kriteria konsumen yang datang dan sengaja membeli


(1)

3. Strategi pemasaran berdasarkan perilaku pembelian adalah:

a. Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen.

b. Meningkatkanskilldan penguasaa teknologi untuk meningkatkan citra produk.

c. Memperluas wilayah pemasaran produk ke wilayah yang potensial dan belum pernah dijangkau oleh pesaing.

d. Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar.

e. Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari Pemerintah Kota Metro.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah :

1. Bagi Pemerintah Kota Metro yaitu memberikan pembinaan, pelatihan dan modal dalam proses produksi guna meningkatkan skill dan

penguasaan teknologi agar mampu bersaing dengan pesaing industri sejenis.

2. Bagi pelaku usaha yaitu meningkatkan kegiatan promosi dan

memanfaatkan peluang pasar dengan meningkatkan variasi bentuk dan variasi rasa produk untuk menarik konsumen baru.


(2)

4. Peran para penyuluh setempat agar dapat membantu meningkatkanskill dan keterampilan bagi para pelaku dengan memberikan pembinaan secara terus menerus tentang cara teknis pengolahan hasil. Selain itu para penyuluh perlu meningkatkan kerjasama dengan dinas terkait sebagai bentuk dukungan bagi perkembangan industri keripik pisang di Kota Metro.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto,T.Budidaya Pisang. 2008. Penebar Swadaya. Depok.

Apriyani. 2012.Strategi Pengembangan Skenario Usaha Keripik Pisang di Bandar Lampung. Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2002.Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Arnould, E., L. Price, and Z. George. 2003.Consumers. McGraw-Hill. New York Austin, J. E. 1992.Agroindustrial Project Analysis. London The Jhon Hopkins.

University Press. London.

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kota Metro. 2014. Programa Kecamatan Metro Timur 2013. Metro.

Badan Pusat Statistik. 2014. Berita Resmi Statistik No. 63/08/Th. XVII 5 Agustus 2014. BPS. Jakarta.

--- . 2013.Produk Domestik Regional Bruto Kota Metro2012. BPS. Metro.

Bank Indonesia. 2013.Ringkasan Eksekutif Penelitian Pengembangan

Komoditas/Produk/Jenis usaha Unggulan UMKM 2012 Provinsi Lampung. PT. Primakelola Agribisnis Agroindustri. Jakarta.

Cravens, D.W. 2000.Strategic Marketing. Mc-Graw Hill. New York.

Darmawan. 2008.Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

David, F.R. 2007.Strategic Management : Concept and Cases Ed 11. Pearson Education Inc. Upper Saddle River. New Jersey.

Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan. 2013.Data Industri Kimia, Agro, dan Bahan Bangunan Tahun 2012.Metro.

Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pemerintah Metro. 2013.Pertanian Dalam Angka Edisi 2012. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Metro.


(4)

Griffin, H. 1995.Customer Loyalty, How to Earn it How to Keep it.Books An Imprint of The Free Press. Loxington.

Gunawan,A. 2008.Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Keripik Pisang “Kenali” Pada PD Asa Wira Perkasa Di BandarLampung.Jurnal Bisnis dan Manajemen 4 (2). BandarLampung.

Hasan, A. 2013.Marketing dan Kasus-kasus Pilihan. PT. Buku Seru. Jakarta. Hasyim, A. I. 2013.Tatataniaga Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Herlambang E,S. 2009.Kajian Perilaku Konsumen Terhadap Strategi Pemasaran Teh

Herbal Di Kota Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hunger, D.J., and Wheelen,T.L. 2000.Strategic Management. Prentice Hall.

---. 2004.Strategic Management and Business Policy. Nine Edition. Prentice Hall.

Jansen A. 2012.Pengaruh Atribut Mutu Produk Terhadap Minat Beli Ulang Keripik Maicih. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 2(6). Universitas Indonesia. Jakarta. Johnson, R.A. and Wichern, D.W. 2002.Applied Multivariate Statistical Analysis.

(Fifth edition) Prentice Hall International. Inc, New Jersey.

Kementrian Perindustrian. 2012.Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. http://kemenperin.go.id. Diakses tanggal 3 Februari 2013. Jakarta.

Khristianto, W. 2012.Computer Usage Readiness, Commerce Readiness dan E-Business Readiness Pada Industri Kreatif Subsektor Agribisnis (Studi Pada Usaha Kecil Menengah Keripik Pisang di BandarLampung). Jurnal Administrasi Bisnis, 2 (4 ). Jurusan Administrasi Bisnis. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Kinnear T.C. and J.R. Taylor. 1991. Marketing Research an Applied Approach. Fourth Edition. New York : Mc Graw Hill.

Kuncoro, M. 2002.Metode Kuantitatif Edisi Kedua. AMP ykpn. Yogyakarta. Kotler, P. 2000.Marketing Management. The Millennium Edition. Prentice Hall


(5)

Kotler, P. 1997.Marketing Management: Analysis, Plan- ing, Implementation, and Control,Engteword Cliffs, N.Y.: Prentice-Hall Inc.

Kotler, P, Amstrong G. 2001.Prinsip-prinsip Pemasaran (Terjemahan) Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Mariana, R. 2009.Pengaruh Diferensiasi Produk Keripik Tempe Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Pada Konsumen Keripik Tempe Sanan Di Kota malang).Jurnal Media Pendidikan Gizi dan Kuliner, 1(1). Universitas Negeri Malang. Malang. Natadjaja, L. 2008.Kondisi Desain Kemasan Produk Makanan Ringan dan Minuman

Instant Pada Industri Kecil Di Kabupaten Kediri, Jurnal Ilmu-ilmu Komunikasi, 2 (4). Fakultas Seni dan Desain. Universitas Kristen Petra Surabaya. Surabaya. Noor, J. 2012.Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Kencana

Prenada Media Group. Jakarta.

Nitisusastro, M. 2013.Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan. Alfabetandua. Bandung.

Pemerintah Daerah kota Metro. Tersedia pada www.kotametro.go.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2013. Metro.

Peter, J.P., and J.C Olson. 2000.Consumer Behavior:Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.

Porter, M.E., 1980.Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors. The Free Press. Jakarta.

Prihatin. 2006.Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Pada Perusahaan Suseno di Bandar Lampung. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Radiosunu. 2001.Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Ramdhani Y. 2011. Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Makanan Siap Saji Di Kentucky Fried Chicken Cabang Pajajaran Bogor. Tesis. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santoso , S. 2010. Mastering SPSS 18. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.a Cipta.

Jakarta.

Schiffman, L.G. and L.L. Kanuk. 1994.Consumer Behavior. Prentice-Hall. New Jersey.

Setiadi, N,J. 2003.Perilaku Konsumen. Konsep dan Implikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta.


(6)

Stanton, Wiliam J. 196.Prinsip Pemasaran. Erlanga. Jakarta.

Sudarmiatin. 2009. Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris Pada Jasa Pariwisata(Studi Empiris pada Obyek Wisata Alam di Propinsi Jawa Timur). Jurnal Aplikasi Manajemen, 4 (2). Universitas Negeri Malang. Malang. Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung Sumarwan, U. 2003.Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Supranto, J. 2003. Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

---. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Suliyanto. “Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran”, Ghalia Indonesia,

Bogor, September 2005. Industri Kecil Permen Karamel Susu Di Daerah Pengalengan, Jawa Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thryanda. 2012.Strategi Pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN VII di Kota BandarLampung.Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widayani. 2004.Analisis Strategi Pemasaran Industri Kecil Permen Karamel Susu. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.