ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp. ) BERDASARKAN PARAMETER KUALITAS AIR DI TELUK CIKUNYINYI

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA
RUMPUT LAUT (Eucheuma sp. ) BERDASARKAN PARAMETER
KUALITAS AIR DI TELUK CIKUNYINYI
Candra1, Tarsim,S.Pi.M.Si.2 dan Herman Yulianto,S.Pi.M.Si.2
ABSTRAK

Rumput laut (Eucheuma sp. ) merupakan salah satu komoditi laut yang
sangat populer dalam perdagangan dunia. Teluk Cikunyinyi adalah salah satu
wilayah di Teluk Lampung yang memiliki potensi untuk menunjang aktifitas
perikanan. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan indikator keberhasilan suatu
usaha budidaya, Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis tentang kesesuaian
perairan untuk keberlangsungan suatu usaha budidaya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis tingkat kesesuaian perairan Teluk Cikunyinyi untuk
budidaya rumput laut berdasarkan parameter fisika-kimia dan biologi air laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013. Analisis sampel
air dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut, Lampung. Titik koordinat penelitian diambil sebanyak 6 titik.
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Sedangkan
metode penentuan lokasi titik sampling menggunakan metode purposive
sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode matching dan
skoring. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Teluk Cikunyinyi kurang

cocok untuk budidaya rumput laut, hal ini dikarenakan memiliki nilai kesesuaian:
sesuai marginal ( 4 titik sampling) dan tidak sesuai (2 titik sampling).

Kata Kunci: Teluk Cikunyinyi, Rumput laut, analisis kesesuaian perairan

1)

Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Alamat : Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Corresponding Author: jrtbp@yahoo.com
2)

ANALYZE OF AQUATIC SUITABILITY FOR SEAWEED CULTURE
(Eucheuma sp.) BASED OF WATER QUALITI PARAMETERS AT
CIKUNYINYI BAY
Candra1, Tarsim,S.Pi.M.Si.2 dan Herman Yulianto,S.Pi.M.Si.2
ABSTRACT

Seaweed (Eucheuma sp.)the is one of marine popular commodities in

world trade. Cikunyinyi bay the is one of areas in Lampung Bay which has a
relatively high potential for fisheries activities. The selection of location is an
indicator of the success farming, Therefore it is necessary to do an analysis water
suitability for marine culture. The purpose of this study is to analyze Cikunyinyi
Bay suitability seaweed culture by water quality parameters. This study was
conducted in October-November 2013. Analysis of water samples was conducted
in the Laboratory of Water Quality, Center of Mariculture Development,
Lampung. There are six coordinates points were taken. The method in this
research is descriptive exploratory method. While the method of determining the
location of the sampling point using purposive sampling method. Analysis of the
data in this study using the matching and scoring method. From the research that
has been conducted Cikunyinyi Bay less suitable for culture of seaweed, this is
because the value suitability: marginally suitable (4 sampling points) and not
suitable (2 sampling points).

Key words: Cikunyinyi Bay, Seaweed, analyze of water suitability

1) Student of Aquaculture, University of Lampung
2) Lectures of Aquaculture, University of Lampung
Address: Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Corresponding Author: jrtbp@yahoo.com

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA
RUMPUT LAUT (Eucheuma sp. ) BERDASARKAN PARAMETER
KUALITAS AIR DI TELUK CIKUNYINYI

( Skripsi )

Oleh
CANDRA

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Adiluwih, Pringsewu tanggal 17 Oktober
1989, sebagai anak ke Empat dari Delapan bersaudara,


dari

pasangan Bapak Suyoto dan Ibu Suwarsi.
Penulis menyelesaikan pendidikan, tamat dari Sekolah Dasar Negeri 3 Adiluwih
pada tahun 2001. Menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Adiluwih pada
tahun 2004. Penulis tamat pendidikan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada tahun
2007 dan aktif dalam kegiatan ROHIS.

Penulis

kemudian

melanjutkan

pendidikan ke jenjang S1 di Universitas Lampung Jurusan Budidaya Perairan
masuk pada tahun 2007. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi
Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota
bidang Kerohanian pada tahun 2008/2009 dan sebagai anggota bidang Minat dan
Bakat pada tahun 2009/2010. Mengikuti Lk 1 Himpunan Mahasiswa Islam pada

tahun 2008/2009.
Penulis

pernah mengikuti Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan

Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Ciherang dengan judul “Pembenihan Ikan
Mas Koki (Carassius auratus)” pada tahun 2011 dan melakukan penelitian judul ”
Analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut

(eucheuma sp. )

berdasarkan parameter kualitas air di Teluk Cikunyinyi” pada Oktober sampai
November 2013.

Persembahan
Kupersembahkan skripsi ini untuk
keluargaku tercinta
Ayah dan Ibuku tersayang
Kakak-kakakku (Mas Supri, Mbak Yuli,
Mas Aris) dan Adik-Adikku (Septianto,

Septiono,Wahyu waluyo, Wahyuni)
Serta untuk almamaterku

SANWACANA

Alhamdulillahirrobbil’alamin..
Puji

syukur

penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan
(S.Pi.) pada program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian

Universitas


Lampung dengan judul “Analisis kesesuaian untuk budidaya rumput laut (Eucheuma
sp) berdasarkan parameter kualitas air di Teluk Cikunyinyi”. Dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas lampung.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Tarsim,S.Pi.M.Si, selaku dosen Pembimbing I yang senantiasa
memberikan arahan dan bimbingannya.
4. Bapak Herman Yulianto, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing II atas
bimbingan, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Limin Santoso,.S.Pi, M.Si selaku dosen pembahas atas segala saran
dan bimbinganya.
6. Bapak Wardyanto, S.Pi, M.P, selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis.
7. Seluruh dosen dan Staf Tata Usaha Budidaya Perairan atas ilmu dan
bimbinganya selama ini.

8. Ayah dan Ibu tercinta atas semua doa, dukungan, kasih sayang, perhatian
dan semangat kepada penulis demi kelancaran, keselamatan, dan
kesuksesan.
9. Untuk kakak-kakakku, Mas supri, Mbak yulianti, Mas Aris, adikku
Septianto, Septiono, wahyu waloyo dan Wahyuni serta keponakankeponakanku

atas

doa,

dukunganya,

semangat,

keceriaan

serta

kesabarannya, doa selama ini.
10. Untuk sahabat-sahabatku tercinta, Heri “gembul” Gunawan, Angga

“Gajul” Julian DP, Herman Apryan ”mijan” Musanni “otan”, Jhonatan
“Ijonk” Aditya MU, Edi “Bendol” Purwanto, dan Agung Kusuma, Ari
hinata, dwi saka randy, Tika, remon fernandes atas bantuan, dukungan,
semangat, keceriaan dan persahabatan selama dari awal kuliah hingga saat
ini, semoga selalu tetap terjalin sampai kapan pun.
11. Untuk Kanda dan Yunda tercinta, Kang Hasyim Ashari,Bang Edo, Bang
Adi, Bang Tulus, Bang Leo Tubagus, Kang Bowo Puja Kusuma, Kang
Bayu Setyawan, yang telah memberikan semangat, nasihat, dan masukan
kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

12. Lalu untuk semua teman-teman angkatan 2007 dan adik-adik tingkat dari
angkatan 2008 sampai 2012 dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,


Candra
NPM. 0714111029

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ x
Daftar Gambar ..................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
D. Manfaat ...................................................................................................... 3
E. Kerangka Pemikiran................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput Laut ............................................................................................. 5
B. Aspek Lingkungan Rumput Laut .............................................................. 7
B. Metode Penanaman ................................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 15

B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 16
C. Metode Penelitian ...................................................................................... 17
C.1. Metode Umum .................................................................................. 17
C.2. Metode Khusus ................................................................................. 17
C.3. Metode Penentuan Lokasi ................................................................. 17
D. Metode Pengambilan Sampel .................................................................... 18
D.1. Fisika Air ........................................................................................ 18
D.2. Kimia Air ........................................................................................ 18
D.3. Biologi Air ..................................................................................... 18
E. Analisis Kesesuaian Budidaya Rumput Laut ............................................. 18
F. Penilaian untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut ........................................ 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A .Keadaan Umum Lokasi ........................................................................... 24
B. Parameter Fisika
B.1. Kecepatan Arus ................................................................................. 24
B.2. Salinitas ........................................................................................... 25
B.3 Suhu .................................................................................................. 27
B.4 Kecerahan ......................................................................................... 28
B.5.Kedalaman Perairan .......................................................................... 29
B.6. Material Dasar Perairan ................................................................... 31
C. Parameter Kimia
C.1.. Nitrat ............................................................................................... 32
C.2. Fosfat ............................................................................................... 33
C.3. Oksigen Terlarut (DO)..................................................................... 34
C.4. Derajat Keasaman (pH) ................................................................... 36
D. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput laut...................38
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 44
B. Saran .......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Lokasi Titik Koordinat Penelitian .................................................................. 16
2. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian .................................................. 16
3. Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi budidaya Rumput Laut. 23
4. Hasil Scoring penelitian Rumput Laut di Teluk Cikunyinyi .......................... 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 4
2. Rumput laut Eucheuma sp. ............................................................................ 6
3. Metode penanaman Rumput Laut ................................................................... 14
4. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................... 15
5. Grafik Kecepatan Arus di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ....................... 25
6. Grafik Kecepatan Arus sore di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ............... 25
7. Grafik Salinitas pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ........................... 26
8. Grafik Salinitas Arus di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari .......................... 26
9. Grafik Suhu pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ................................. 27
10. Grafik Suhu di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ..................................... 28
11. Grafik Kecerahan pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ...................... 29
12. Grafik Kecerahan di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari .............................. 29
13. Grafik Kedalaman pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ..................... 30
14. Grafik Kedalaman di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari............................. 31
15. Grafik Kandungan nitrat pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ........... 32
16. Grafik Kandungan nitrat di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ................... 33
17. Grafik kandungan fospat pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ........... 34
18. Grafik kandungan fospat di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari .................. 34
19. Grafik Oksigen terlarut pagi di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ............. 35
20. Grafik Oksigen terlarut di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ..................... 35
21. Grafik Derajat Keasaman di Teluk Chikunyinyi pada Pagi Hari ................. 37
22. Grafik Derajat Keasaman di Teluk Chikunyinyi pada Sore Hari ................. 37

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Rumput laut adalah sumberdaya hayati yang telah dimanfaatkan

masyarakat

Indonesia

sebagai

mata

pencarian,

dan

beberapa

wilayah

menjadikannya mata pencarian utama. Rumput laut merupakan salah satu
komoditas sumberdaya laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
mudah dibudidayakan serta biaya produksi yang rendah. Banyak negaranegara maju yang memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku produksinya,
salah satunya adalah bahan baku kosmetik. Karena peluang ekonomi yang tinggi
banyak masyarakat Indonesia membudidayakan rumput laut (Neksidin, 2013).
Eucheuma sp adalah salah satu jenis rumput laut yang banyak
dimanfaatkan

untuk

kegiatan

budidaya

di

berbagai negara Asia Pasifik

termasuk Indonesia. Indonesia telah meningkatkan produksi rumput laut jenis ini
dari 3.257.427 ton pada tahun 2012 menjadi 3.501.583 ton pada tahun 2013
dan diperkirakan kenaikan 7,5 % (Neksidin, 2013). Euchema menghasilkan
karaginan jenis kappa. Karagenan dimanfaatkan pada industri makanan, industri
kosmetik, obat-obatan, tekstil, dan sebagai materi dasar dari aromatic
diffuser (Hasanah, 2013).

1

Faktor utama keberhasilan kegiatan budidaya rumput laut adalah
pemilihan lokasi yang tepat. Penentuan lokasi dan kondisi perairan harus
disesuaikan

dengan metode budidaya yang akan digunakan. Tumbuhan laut

termasuk makroalga atau rumput laut berinteraksi dengan lingkungan kualitas
airnya. Diantara faktor lingkungan tersebut adalah ketersediaan cahaya, suhu,
salinitas, arus, dan ketersediaan nutrien (Neksidin, 2013).
Teluk Cikunyinyi berada di Pesisir Lampung tepatnya di Desa Gebang,
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Teluk Cikunyinyi merupakan
perairan yang tenang karena dilindungi oleh Pulau Tegal di depannya. Oleh karena
itu wilayah ini memiliki potensi pengembangan budidaya khususnya budidaya
rumput laut.

B.

Permasalahan
Potensi perairan, kelayakan budidaya, teknologi budi daya yang mudah,

masa tanam pendek, dan ketersediaan tenaga kerja setempat merupakan modal
potensial bagi perkembangan usaha budi daya rumput laut di perairan Teluk
Chikunyinyi. Tetapi pada kenyataannya jumlah pembudidaya yang tertarik pada
usaha budidaya rumput laut masih rendah. Berdasarkan kondisi di atas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya kurangnya informasi tentang
potensi usaha budidaya rumput laut dan kurangnya data kualitas perairan yang
mendukung kegiatan budidaya rumput laut. Oleh karena itu penelitian tentang
analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut (Eucheuma sp)
berdasarkan parameter kualitas air di Teluk Cikunyinyi penting untuk dilakukan.

2

C.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Menganalisis tingkat kesesuaian perairan Teluk Cikunyinyi untuk budidaya
rumput laut berdasarkan kualitas air.

D.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak pihak

terkait dalam usaha pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran terutama
Teluk Cikunyinyi, sehingga akan tercipta pengelolaan sumberdaya alam yang
lestari dan berkelanjutan.

3

E.

Kerangka Pikir Penelitian
Pengolahan dan pemanfaatan perairan
Teluk Cikunyinyi

Budidaya rumput laut

Data parameter fisika, kimia, biologi
Teluk Cikunyinyi

Penentuan lokasi budidaya
rumput laut

Pengolahan data

Analisa kesesuaian untuk budidaya rumput
laut dengan metode matching dan skoring

Kesesuaian lahan budidaya
rumput laut

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Rumput laut
Rumput laut atau seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional

untuk jenis alga yang banyak di panen di laut. Rumput laut atau alga yang sering
kali di terjemahkan “seaweed” bukan “sea grass” yang sering di sebut dengan
lamun

(Cornelia,

2005).

Dari

segi

marfologinya,

rumput

laut

tidak

memperlihatkan perbedaan antara akar, batang, dan daun. Secara keseluruhan,
tumbuhan ini mempunyai bentuk yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda.
Bentuk-bentuk tersebut hanyalah thallus. Bentuk thallus bermacam-macam,
antara lain: bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan
sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomous (percabangan dua terus
menerus), pectinate (berderet searah pada sat sisi thallus utama), pinnate
(bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang seling),
verticillate (cabangnya berpusat melingkari sumbu utama) dan ada juga yang
sederhana tidak bercabang. (Hasanah, 2013)

B.

Eucheuma sp.
Menurut

Cornelia (2005), taksonomi

dari

Eucheuma

sp.

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio

: Rhodophyta

Kelas

: Rhodophyceae
5

Bangsa

: Gigartinales

Suku

: Soliericeae

Marga

: Eucheuma

Jenis

: Eucheuma spLin

Menurut Wibowo (2012), rumput laut jenis Eucheuma cottoni tergolong
dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Ciri-ciri umum antara lain terdapat
tonjolan-tonjolan (nodules) dan duri (spines), thallus berbentuk silindris atau
pipih, bercabang-cabang tidak teratur, berwarna hijau kemerahan bila hidup dan
bila kering berwarna kuning kecoklatan. Untuk lebih jelas rumput lau dapat dilihat
pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Rumput laut Eucheuma sp.
Perkembangbiakan rumput laut Eucheuma sp. terbagi menjadi 2 cara,
yaitu:
1) Reproduksi Generatif
Pada peristiwa perbanyakan secara generatif, rumput laut yang
diploid (2n) menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini kemudian
menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina yang masing-masing
bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak. Selanjutnya rumput
laut jantan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan
6

menghasilkan sel telur Apabila kondisi lingkungan memenuhi persyaratan
akan menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zygot yang
tumbuh menjadi tanaman rumput laut.
2) Reproduksi Vegetatif
Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui
perkawinan, dimana perkembangbiakannya dapat dilakukan dengan cara
stek/memotong cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan
rumput laut tersebut merupakan thallus muda, masih segar, berwarna
cerah dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur lumut
atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari penyakit

C.

Aspek Lingkungan Rumput Laut
Pemilihan lokasi merupakan hal terpenting dalam suatu usaha rumput laut.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efesien dalam budidaya rumput laut
hendaknya memilih lokasi yang sesuai dengan ekobiologi (persyaratan tumbuh)
rumput laut
Neksidin (2013) menyebutkan beberapa syarat pemilihan lokasi untuk
budidaya rumput laut yaitu :
(1) lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari ancaman angin topan,
(2) lokasi sebaiknya tidak mempunyai fluktuasi salinitas yang besar,
(3) lokasi budidaya harus memiliki nutriet yang cukup untuk perkembangan,
(4) perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga,
(5) lokasi perairan harus terjangkau transportasi untuk mengurangi biaya,
(6) lokasi budidaya harus dekat dengan tenaga kerja,
(7) lokasi harus berkondisi mudah menerapkan budidaya.
7

C.1.

Kecerahan dan Kekeruhan
Cornelia (2005) mengatakan bahwa persaingan untuk mendapatkan cahaya

dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi penyebaran spesies rumput
laut. Kecerahan perairan menentukan jumlah intensitas cahaya matahari yang
masuk ke dalam suatu perairan. Kemampuan daya tembus cahaya matahari ke
perairan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan-bahan organik
maupun anorganik yang tersuspensi di perairan, kepadatan plankton, jasad renik
dan detritus.
Kekeruhan merupakan faktor pembatas

proses fotosintesis dan

produktifitas primer perairan karena mempengaruhi penetrasi cahaya matahari
dalam suatu perairan. Disamping itu kekeruhan merupakan gambaran optik dari
suatu air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang dipancarkan dan
diserap oleh partikel partikel perairan (Heryati, 2011).
Kekeruhan salah satunya disebabkan oleh adanya zat zat organik yang
terurai, jasad- jasad renik, lumpur dan tanah liat atau zat-zat koloid yaitu zat-zat
terapung yang mudah mengendap (Efendii, 2003).

C.2.

Arus, Gelombang, dan Pasang Surut
Pergerakan air adalah faktor ekologi utama yang mengontrol kondisi

komunitas rumput laut. Arus dan gelombang mempunyai pengaruh yang besar
terhadap aerasi, transport nutrien dan pengadukan air. Pengadukan air ini
bertujuan untuk menghindari fluktuasi suhu yang besar (Heryati, 1991).
Arus dianggap
karena

penting diantara

faktor-faktor oseanografi

massa air dapat menjadi homogen dan pengangkutan

lainya

zat-zat hara

berlangsung dengan baik dan lancar. Pergerakan air dapat menghalangi
8

butiran-butiran sedimen dan epifit pada thallus sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Menurut Adnan (2012), arus yang baik untuk budidaya
rumput laut berkisar antara 0,2 – 0,4 m/detik. Arus yang tinggi dapat
menimbulkan terjadi kerusakan tanaman budidaya seperti dapat patah, robek,
ataupun terlepas dari subtratnya. Selain itu penyerapan zat hara akan terhambat.
Gelombang atau ombak sangat berpengaruh dalam kegiatan budidaya
rumput laut. Menurut Jaya (2009), untuk kegiatan budidaya rumput laut
tinggi ombak tidak lebih dari 30 cm. Ombak yang terlalu besar dapat
menyebabkan kekeruhan perairan sehingga dapat menghambat fotosintesis,
selain itu ombak yang besar dapat menyulitkan tanaman untuk menyerap
nutrisi sehingga dapat menghambat pertumbuhan
Gerakan massa air memudahkan rumput laut menyerap zat hara,
membersihkan kotoran yang ada dan melangsungkan pertukaran CO2 dan O2.
Arus yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik. Tinggi
gelombang tidak lebih dari 30 cm. arus yang lebih cepat dan ombak yang terlalu
tinggi dapat mengakibatkan kerusakan rumput laut, seperti patah, robek, ataupun
terlepas dari subtratnya. Selain itu penyerapan zat hara akan terhambat dan air laut
akan keruh (Efendi, 2003).
Frekuensi pasang juga merupakan faktor kritis untuk kehidupan dan
pertumbuhan rumput laut di wilayah intertidal. Pola pasang semidiurnal yang
memiliki frekuensi yang lebih besar dari pasang diurnal lebih menyokong
bermacam macam populasi rumput laut (Cornelia, 2005).

9

C.3.

Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

rumput laut. Suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan fotosintesis sampai
suatu titik tertentu. Kecepatan fotosintesis akan meningkat sesuai dengan
peningkatan temperatur (Heryati, 2011).
Suhu air permukaan perairan di Indonesia umumnya berkisar 28–31 °C.
Suhu permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah

hujan,

penguapan, kelembaban

cahaya

udara, kecepatan

angin

dan

intensitas

matahari. Oleh karena itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pola arus
musiman (Jaya, 2009).
Kemampuan

Eucheuma sp sangatlah bervariasi tergantung pada

lingkungan dimana tumbuhan tersebut hidup. Temperatur optimum untuk
budidaya Eucheuma sp adalah 20-25 °C (Syamsiah,2007) . Sedangkan menurut
Jaya (2009) suhu air untuk budidaya Eucheuma sp di Indonesia berkisar 20-28°C .

C.4.

Kecerahan
Sedikitnya sinar matahari yang menembus ke dalam perairan sangat

bergantung dari kecerahan air. Semakin cerah perairan tersebut akan
semakin dalam cahaya yang menembus ke dalam perairan. Penetrasi cahaya
menjadi rendah ketika tingginya kandungan partikel tersuspensi di perairan dekat
pantai akibat aktivitas pasang surut dan juga tingkat kedalaman.
Cahaya sangat diperlukan oleh rumput laut untuk proses fotosintesis.
Banyak sedikitnya cahaya sangat berpengaruh terhadap produksi spora dan
pertumbuhanya .

10

Pembentukan spora dan pembelahan sel dapat dirangsang oleh cahaya
merah adanya cahaya matahari yang berlebihan dapat mengakibatkat warna
menjadi putih, layu karna hilangnya protein pada tumbuhan (Neksidin, 2013)

C.5.

Kedalaman Perairan
Kedalaman suatu perairan yang digunakan sebagai tempat budidaya

rumput laut untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal tergantung pada
radiasi cahaya matahari. Menurut Neksidin (2013) kedalaman ideal untuk
pertumbuhan rumput laut dengan metode dasar adalah 0,3-0,6 m pada saat surut
terendah. Hal ini dengan tujuan untuk mencegah kekeringan bagi rumput laut.
Kedalaman

perairan berhubungan erat dengan produktivitas, suhu

vertikal, penetrasi cahaya, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan.
Hal ini berhubungan dengan tekanan yang yang diterima di dalam air,
sebab tekanan bertambah seiring dengan

bertambahnya kedalaman (Patang,

2010).

C.6.

Salinitas
Salinitas merupakan faktor penting karena setiap organisme laut memiliki

toleransi yang berbeda terhadap salinitas untuk kelangsungan hidupnya (Rasyid,
2005). Menurut Patang (2010) salinitas perairan untuk budidaya rumput laut
berkisar antara 28 - 34 ppt (yang optimal sekitar 33 ppt).
Salinitas adalah garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut
dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Salinitas dinyatakan bahwa dalam air

11

laut terlarut bermacam-macam garam terutama NaCl, selain itu terdapat pula
garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Adnan, 2012).
Kebanyakan makroalga atau rumput laut mempunyai toleransi salinitas
yang rendah

terhadap perubahan

salinitas. Begitu

Eucheuma spatau K. alvarezii merupakan jenis rumput

pula dengan spesies
laut

yang

bersifat

stenohaline. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap fluktuasi salinitas yang
tinggi. Salinitas dapat berpengaruh terhadap proses osmoregulasi pada tumbuhan
rumput laut .

C.7.

Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) adalah ukuran tentang besarnya kosentrasi ion

hidrogen dan menunjukkan apakah air itu bersifat asam atau basah dalam
reaksinya (Utojo et al, 2007). Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai
petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan masih tergantung pada
faktor-faktor lain.
Suatu organisme hidup mempunyai toleransi tertentu terhadap derajat
keasaman (pH), karena pH juga merupakan faktor penting dalam suatu budidaya.
Menurut Wibowo (2012) derajat keasaman (pH) yang baik untuk pertumbuhan
optimal Eucheuma sp. adalah 7 - 9 dengan kisaran optimum 7,3 - 8,2.

C.8.

Zat Hara (Nutrien)
Penyerapan zat hara dilakukan melalui seluruh bagian tanaman. Selama ini

ketersediaan zat hara tidak menjadi faktor penghambat untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat terjadi karena adanya sirkulasi massa air. Akan tetapi, kita
12

harus waspada pada unsur-unsur yang diserap oleh rumput laut karena rumput laut
dapat menyerap logam berat Pb dan Hg. Logam berat ini tidak berakibat
berbahaya bagi rumput laut tetapi berakibat berbahaya bagi manusia
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme
dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama
pembentukan protein. Di perairan nitrogen ditemukan dalam bentuk amoniak,
nitrat, nitrit serta beberapa senyawa nitrogen organik lain. Nitrat adalah nitrogen
utama di perairan alami dan merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan alga
(Wardjan, 2005)
Phosfat (P) merupakan unsur penting bagi semua aspek kehidupan
terutama berfungsi dalam tranformasi energi metabolik. Fosfat tidak dapat
digantikan oleh unsur lain. Beberapa jenis alga mampu menyerap phosphat
melebihi kebutuhannya dan mampu menyerap phosfat pada konsentrasi yang
rendah
Senyawa phosfat merupakan penyusun fosfolipida penting sebagai
penyusun membran dan terdapat dalam jumlah besar. Energi yang dibebaskan dari
hidrolisis pirofosfat dan berbagai ikatan fosfat organik digunakan untuk
mengendalikan berbagai reaksi kimia (Restiana dan Diana, 2009).

D. Metode Penanaman
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode long line.
Metode Long Line

adalah cara membudidayakan rumput laut dikolom air

(eupotik) dekat permukaan perairan dengan menggunakan tali yang dibentangkan
dari satu titik ke titik yang lain dengan panjang 25-50 m, dalam bentuk lajur lepas

13

atau terangkai dalam bentuk segiempat dengan bantuan pelampung dan jangkar
(Jaya, 2013).
Bibit rumput laut diikat pada tali yang panjang, selanjutnya dibentangkan
di perairan. Teknik budidaya rumput laut dengan metode ini menggunakan tali
sepanjang 30 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung
besar. Pada setiap jarak 1 meter diberi pelampung berupa botol bekas dan pada
jarak 5 m diberi pelampung berupa bola. Pada saat pemasangan tali utama harus
diperhatikan arah arus pada posisi sejajar atau sedikit menyudut untuk
menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya Bibit rumput laut
sebanyak 50 gram diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak tanam rumput laut
40 cm dengan banyaknya bibit masing-masing jarak ikat tanam yaitu 30 bibit.
Untuk lebih jelas model long line dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Model Penanaman Rumput Laut Metode Long Line
14

III. METODE PENELITIAN

A.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung. Untuk lebih jelas lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 di
bawah ini.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

15

Penelitian ini secara umum mencakup 3 tahapan yaitu: survei lapangan,
pengumpulan, serta pengolahan data dan analisis data. Ketiga tahapan tersebut
dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2013. Proses pengolahan data
sampel dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut, Lampung. Lokasi titik koordinat penelitian dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Lokasi titik koordinat penelitian
Stasiun

B.

1
2
3
4

Koordinat
(LU)
(LS)
5°26’54.79”S
93°82’85,71”T
5°27’3.19”S
93°82’58,87”T
5°27’7.65”S
93°82’41,25”T
5°26’54.36”S
93°82’53,48”T

5
6

5°26’34.45”S
5°27’54.64”S

93°82’42,79”T
93°82’48,79”T

Keterangan
SebelahUtara dekat Lokasi Mangrove
Sebelah Selatan Pantai Berpasir
Sebelah Timur, Pecahan Karang
Sebelah Barat, Dengan Lokasi
Mangroove
Sebelah Barat daya, Dengan Tambak
Sebelah Barat laut, Masuk Aliran Air
Sungai

Alat dan Bahan
Peralatan penelitian terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian
Parameter
Oksigen terlarut
Suhu
Kecerahan
Kedalaman
Salinitas
Kecepatan arus
Fosfat
Nitrat
pH
Fitoplankton
Klorofil-a
Material dasar perairan
Koordinat lapangan

Satuan
Mg/l
ºC
Meter
Meter
Ppt
m/detik
Mg/l
Mg/l
Sel/liter
Sel/liter

Alat/Metode
Water quality checker
Water quality checker
Secchi disk
Portable Depth Sounder
Water quality checker
Current meter
Ascorbic acid method
Brucine sulfat methode
Water quality checker
Mikroskop,sedgwickrafter
Spectrofotometer
GPS

Keterangan
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ
Laboratorium
Laboratorium
In situ
Laboratorium
Laboratorium
In situ
In situ

16

C.

Metode Penelitian

C.1. Metode Umum
Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode survei dengan
melakukan pengamatan terhadap parameter fisika, kimia, dan biologi perairan.

C.2. Metode Khusus
Metode khusus yang dilakukan terkait dengan tujuan penelitian adalah:
1) Analisis kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut di Teluk Chikunyinyi
2) Analisis kesesuaian rumput laut dengan pembobotan kualitas air dengan
memperhatikan variabel kualitas air yang paling menentukan untuk di Teluk
Chikunyinyi untuk budidaya rumput laut.

C.3.

Metode Penentuan Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan pada lokasi zona pemanfaatan umum

Teluk Chikunyinyi. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data
primer dan sekunder. Pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi, dan
data

sekunder

lainnya.

Penentuan

titik

pengamatan

dirancang

dengan

menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel sebanyak
6 stasiun yang mewakili semua kondisi perairan lokasi penelitian. Koordinat
pengambilan sampel dicatat dengan bantuan Global Positioning System (GPS)

D. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel parameter fisika, kimia dan biologi perairan yang
dilakukan dengan pertimbangan pasang dan surut air laut. Sampel yang dapat
diukur secara langsung dilakukan secara in situ, sedangkan sampel yang harus

17

dianalisis lebih lanjut, dibawa ke Laboratorium Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut Lampung (BBPBL). Berikut ini adalah data yang dikumpulkan
selama penelitian.

D.1.

Fisika Air
Suhu perairan diukur dengan menggunakan water quality checker (walk

lab), Sedangkan kecerahan air diukur dengan menggunakan secchi disk pada
tiap-tiap titik sampling (cm).

D.2.

Kimia Air
pH, oksigen terlarut, dan salinitas perairan

diukur pada tiap titik

sampling. pH diukur dengan menggunakan pH meter, oksigen terlarut dengan
DO

meter

dan salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer.

Pengukuran Nitrat dilakukan dengan metode Brucine sulfat methode
(Syamsiah, 2007). Sedangkan pengukuran Fosfat dilakukan dengan metode
Ascorbic acid methode (Neksidin, 2013).

E. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput laut
Untuk mendapatkan kelas kesesuaian maka dibuat matrik kesesuaian perairan
untuk parameter fisika, kimia dan biologi. Penyusunan matrik kesesuaian perairan
merupakan dasar dari analisis keruangan melalui skoring dan faktor pembobot.
Hasil skoring dan pembobotan di evaluasi sehingga didapat kelas kesesuaian yang
menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu.
Tingkat kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu :

18

1) Kelas S1 : sangat sesuai (Highly Suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan
tidak akan menaikan masukan atau tingkat perlakukan yang diberikan
2) Kelas S2 : cukup sesuai (Moderately Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakukan yang harus diterapkan. Pembatas ini
akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diperlukan.
3) Kelas S3 : sesuai marginal (Marginally Suitable)
Daerah

ini

mempunyai

pembatas-pembatas

yang

serius

untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan
lebih meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan.
4) Kelas N : tidak sesuai (Not Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui kajian pustaka dan
pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui variabel syarat yang dijadikan
acuan dalam pemberian bobot. Karena itu, variabel yang dianggap penting dan
dominan menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan variabel
diatas, maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi
terhadap variabel syarat, diperlukan sebagai data penunjang.

19

F.

Penilaian untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut (Sea Weed)

F.1.

Variabel Primer
Syarat utama yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan. Jika syarat ini tidak terpenuhi dapat menggagalkan budidaya
yang diinginkan. variabel yang termasuk dalam variabel primer adalah :

1) Kecepatan Arus
Variabel ini dianggap penting karena berkaitan dengan proses
pertukaran dan

pengangkutan unsur

hara, transpor sedimen dan

pengrusakan struktur komunitas perairan. Pada saat yang lain, variabel
ini penting bagi sistem penjangkaran dan penempelan kotoran pada
tallus rumput laut.
2) Fosfat dan Nitrat
Variabel Phosfat dan nitrat merupakan nutrien yang diperlukan bagi
tumbuhan air dalam pembentukan protein maupun aktivitas metabolisme.
3) Kecerahan
Kecerahan merupakan variabel yang berhubungan dengan besarnya
penetrasi cahaya kedalam perairan. Energi sinar matahari dibutuhkan
oleh tallus rumput laut dalam mekanisme fotosintesis. Karena itu,
kecerahan memegang peranan sangat penting dalam menentukan lokasi
budidaya rumput laut.
4) Suhu
Variabel ini dianggap penting karena berkaitan dengan proses
fotosintesis dan pengaturan energi hasil fotosintesis. Pada saat yang lain,
variabel ini penting bagi sistem penentuan lokasi budidaya rumput laut.

20

F.2.

Variabel Sekunder
Variabel ini merupakan syarat optimal yang harus dipenuhi oleh
suatu kegiatan usaha budidaya rumput laut. Syarat ini diperlukan bagi
kehidupan biota/tumbuhan agar lebih baik. Yang termasuk dalam peubah
sekunder adalah :

1) Kedalaman Perairan.
Variabel

ini

dianggap

penting

karena

berkaitan

dengan

pembangunan instalasi budidaya, maupun keberlangsungan usaha. Pada
saat yang sama, perairan yang terlalu dalam memungkinkan kemampuan
penetrasi cahaya tidak maksimal. Semakin dalam suatu perairan akan
semakin berkurang penetrasi cahaya. Sebaliknya perairan yang terlalu
dangkal dapat menyebabkan bervariasinya suhu dan padatan tersuspensi.
2) Salinitas
Keberadaan variabel ini dilaporkan peubahannya selalu kecil di
daerah tropis.

Tetapi dengan melihat kondisi lingkungan budidaya

rumput laut yang cukup potensial bagi aktifitas pasut, maka keberadaan
peubah cukup penting.
3) Klorofil- a
Variabel ini tidak berhubungan langsung dengan rumput laut.
Konsentrasi klorofil-a di perairan mengikuti jenis dan besarnya jumlah
fitoplankton. variabel ini merupakan salah satu indikator dalam penentuan
kesuburan perairan. Pada saat yang lain pigmen ini, diperlukan untuk
mekanisme fotosintesis mikroalga.
4) Material Dasar Perairan

21

Variabel ini berhubungan dengan kebiasaan hidup dan sifat
fisiologis. Beberapa kejadian dapat ditoleransi, tetapi untuk keadaan yang
ekstrim tidak dapat menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup
biota tersebut dengan baik. Karena itu, rumput laut membutuhkan dasar
perairan yang relatif stabil untuk alga makro tumbuh di perairan laut.
Dengan pembagian syarat-syarat tersebut, maka disusun matrik kesesuaian
dengan sistem penilaian pada Tabel 3.
Tabel 3. Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput

Laut
Parameter
Oksigen Terlarut
(mg/l)

Kedalaman
Perairan (meter)

Material Dasar
Perairan

Kecepatan Arus
(cm/detik)

Kecerahan
Perairan (meter)

Klas

Angka Penilaian
(A)

4,0 – 8,0
≥ 3,0 – 3,9
≤ 2,9
6 s/d 15
3s/d 5
≤ 3 dan ≥
15

5
3
1
5
3

coral
sand
sand/slilt

5
3
1
5

30,0 – 50,0
20 – 29,9
dan 50 –
74,9
≤ 19,9 dan
≥75
5 s/d 10
3 s/d 5
≤ 3 atau
>10

Bobot
B
2

Efendi (2003),
Neksidin (2013)

2

Neksidin (2013)
Salmin(2000)

2

Restiana (2009),
Syamsiah (2007)

3

Rasyid (2005)

2

Efendi (2003),
Neksidin (2013)

1

3

Sumber

1
5
3
1

22

Parameter

Suhu Perairan
(° C)

Salinitas
Perairan (ppt)

pH

Fosfat (mg/l)

Nitrat (mg/l)

Klas

Angka Penilaian
(A)

28 – 30
24–27dan
30 – 33
0,2
0.10 - 0,50
0.01 -