TINGKAT KESESUAIAN PERAIRAN TELUK CIKUNYINYI UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERIPANG

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KESESUAIAN PERAIRAN TELUK CIKUNYINYI UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERIPANG

Oleh

AGUNG KUSUMA

Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung merupakan salah satu perairan potensial yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan khususnya budidaya teripang. Analisis kesesuaian perairan yang tepat merupakan indikator awal keberhasilan usaha budidaya sesuai dengan jenis komoditas dan teknologi budidaya yang akan diterapkan. Ketersediaan informasi mengenai lokasi ideal bagi pengembangan budidaya merupakan salah satu kendala dalam budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai kondisi perairan Teluk Cikunyinyi dan menganalisa tingkat kesesuaian kualitas perairan Teluk Cikunyinyi untuk budidaya teripang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan November 2013. Proses analisis sampel air dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Pengambilan sampel meliputi parameter fisika, kimia dan biologi air yang diambil dari 5 titik sampling. Penentuan titik sampling dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode matching dan scoring. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perairan Teluk Cikunyinyi termasuk dalam kriteria tidak sesuai yaitu daerah yang mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut


(2)

ABSTRACT

SUITABILITY LEVEL WATERS OF CIKUNYINYI BAY FOR AQUACULTURE DEVELOPMENT OF SEA CUCUMBER

By

AGUNG KUSUMA

Cikunyinyi Bay, Pesawaran District, Lampung Province is one of the untapped potential waters for aquaculture activities, especially the cultivation of cucumbers. Analysis of the suitability of the water right is an early indicator of success cultivation according to the type of commodity and aquaculture technologies that will be applied. Availability of information about the location is ideal for the cultivation of an obstacle in cultivation. The purpose of this study was to describe the condition of the waters of Cikunyinyi Bay and analyzing the quality of the waters of Cikunyinyi Bay suitability for cultivation of cucumbers. The research was conducted in October and November 2013, the water sample analysis process carried out in the Water Quality Laboratory, Center for Mariculture Development Lampung. Sample parameters include physics, chemistry and biology of water taken from five sample points. Determination of sampling points is done by using purposive sample method. Data analysis in this study using matching and scoring method. The research concludes that the waters of Cikunyinyi Bay included in the criteria does not match the area that has a permanent barrier, thus preventing any possibility of treatment in the area


(3)

(4)

TINGKAT KESESUAIAN PERAIRAN

TELUK CIKUNYINYI UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERIPANG

(Skripsi)

Oleh

AGUNG KUSUMA

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian ... 4

2. Teripang Pasir (Holothuria scabra) ... 6

3. Siklus Hidup Teripang Di Perairan ... 8

4. TerjaDinya Reproduksi Teripang Sampai Menjadi Larva ... 9

5. Teluk Cikunyinyi ... 17

6. Grafik Oksigen Terlarut Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 26

7. Grafik Oksigen Terlarut Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 27

8. Grafik Suhu Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 27

9. Grafik Suhu Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 28

10. Grafik Kedalaman Perairan Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 29

11. Grafik Kedalaman Perairan Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari .... 29

12. Grafik Kecepatan Arus Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 30

13. Grafik Kecepatan Arus Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 30

14. Grafik Kecerahan Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 31

15. Grafik Kecerahan Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 31

16. Grafik Salinitas Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 33

17. Grafik Salinitas Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 33


(6)

xvii

19. Grafik Konsentrasi pH Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 34

20. Grafik Kandungan Nitrat Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 35

21. Grafik Kandungan Nitrat Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 36

22. Grafik Kandungan Fosfat Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 37

23. Grafik Kandungan Fosfat Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Sore Hari ... 37

24. Grafik Kandungan Klorofil-a Di Teluk Cikunyinyi Pada Waktu Pagi Hari ... 38


(7)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Parameter Kualitas Air Laut Untuk Pembenihan Teripang ... 7

2. Peralatan Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 18

3. Koordinat Pengambilan Sampel ... 19

4. Kategori Tingkat Kesesuaian Perairan ... 21

5. Matrik Kesesuaian Budidaya Teripang ... 24

6. Kisaran Parameter Fisika Kualitas Air Teluk Cikunyinyi ... 25

7. Parameter Kimia Dan Biologi Teluk Cikunyinyi ... 32


(8)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Pengujian Kualitas Air Parameter Fosfat ... 44

2. Pengujian Kualitas Air Parameter Klorofil-a ... 45

3. Rata-Rata Kandungan Oksigen Terlarut Di Teluk Cikunyinyi ... 46

4. Rata-Rata Suhu Di Teluk Cikunyinyi ... 46

5. Rata-Rata Konsentrasi Salinitas Di Teluk Cikunyinyi ... 46

6. Rata-Rata Konsentrasi pH Di Teluk Cikunyinyi ... 46

7. Rata-Rata Kedalaman Perairan Di Teluk Cikunyinyi ... 47

8. Rata-Rata Konsentrasi Kecerahan Di Teluk ... 47

9. Rata-Rata Kandungan Nitrat Di Teluk Cikunyinyi ... 47

10. Rata-Rata Kandungan Fosfat Di Teluk Cikunyinyi ... 47

11. Rata-Rata Kandungan Klorofil-a Di Teluk Cikunyinyi ... 48


(9)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DEDIKASI ... viii

SANCAWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Kerangka Pikir ... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teripang ... 5

2.1.1. Ekologi Teripang ... 6

2.1.2. Daur Hidup dan Reproduksi ... 7

2.2. Parameter Fisika dan Kimia dan Biologi ... 8

2.2.1. Suhu ... 10

2.2.2. Salinitas ... 10


(10)

xiv

2.2.4. Oksigen Terlarut ... 12

2.2.5. Kecerahan ... 12

2.2.6. Kedalaman Perairan ... 12

2.2.7. Kecepatan Arus ... 13

2.2.8. Klorofil-a ... 13

2.2.9. Nitrat Perairan ... 14

2.3 Teknik budidaya teripang dengan konstruksi kurung ... 14

2.3.1. Bahan ... 15

2.3.2. Cara pemasangan ... 15

2.3.3. Pemilihan benih ... 15

2.3.4. Teknik Budidaya ... 16

2.3.5. Cara Panen ... 17

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ... 19

3.3. Metode Penelitian ... 19

3.3.1. Metode Penentuan Lokasi ... 19

3.3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 20

A. Fisika Air ... 20

B. Kimia Air ... 21

C. Biologi Air ... 21

3.4. Metode Analisis Data ... 21

3.4.1. Analisis Kesesuaian Perairan Budidaya Teipang Pasir ... 21

3.5. Penilaian Lokasi Budidaya Teripang Pasir ... 22

3.5.1. Variabel Primer ... 22

3.5.2. Variabel Sekunder ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Parameter Fisika ... 26

4.2. Parameter Kimia dan Biologi ... 33


(11)

xv

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 42 5.2. Saran ... 42


(12)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Pengujian Kualitas Air Parameter Fosfat ... 44

2. Pengujian Kualitas Air Parameter Klorofil-a ... 45

3. Rata-Rata Kandungan Oksigen Terlarut Di Teluk Cikunyinyi ... 46

4. Rata-Rata Suhu Di Teluk Cikunyinyi ... 46

5. Rata-Rata Konsentrasi Salinitas Di Teluk Cikunyinyi ... 46

6. Rata-Rata Konsentrasi pH Di Teluk Cikunyinyi ... 46

7. Rata-Rata Kedalaman Perairan Di Teluk Cikunyinyi ... 47

8. Rata-Rata Konsentrasi Kecerahan Di Teluk ... 47

9. Rata-Rata Kandungan Nitrat Di Teluk Cikunyinyi ... 47

10.Rata-Rata Kandungan Fosfat Di Teluk Cikunyinyi ... 47

11.Rata-Rata Kandungan Klorofil-a Di Teluk Cikunyinyi ... 48


(13)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Parameter Kualitas Air Laut Untuk Pembenihan Teripang ... 7

2. Peralatan Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 18

3. Koordinat Pengambilan Sampel ... 19

4. Kategori Tingkat Kesesuaian Perairan ... 21

5. Matrik Kesesuaian Budidaya Teripang ... 24

6. Kisaran Parameter Fisika Kualitas Air Teluk Cikunyinyi ... 25

7. Parameter Kimia Dan Biologi Teluk Cikunyinyi ... 32


(14)

(15)

(16)

(17)

Sebaik-baiknya manusia adalah paling banyak bermanfaat bagi sesamanya

(Nabi Muhammad SAW)

Perhatikan Pikiranmu ; Mereka menjadi kata-kata Perhatikan kata-katamu ; Mereka menjadi perbuatan Perhatikan perbuatanmu ; Mereka menjadi kebiasaan Perhatikan kebiasaanmu ; Mereka menjadi karakter

Perhatikan karaktermu ; Dia menjadi takdirmu (Lou Tzu)

Setiap banyak pasti memilih, setiap memilih pasti ada yang terbuang, namun tak selamanya yang terpilih itu bahagia

dan tak selamanya yang terbuang itu sakit (B.J. Habibie)


(18)

Persembahan

Kupersembahkan skripsi ini untuk

keluargaku tercinta

Ayah dan Ibuku tersayang

Kakakku (Abang Asdi) dan

Adik-adikku (Fitri (alm),

Tini,Hesti,Sony,Hendi,Dian)

Serta untuk almamaterku


(19)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talangpadang, Tanggamus pada tanggal 24 Desember 1989, sebagai anak ke dua dari delapan bersaudara, dari pasangan Bapak Heltoni dan Ibu Susanti. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aishiyah Talangpadang pada tahun 1996, tamat dari Sekolah Dasar Negeri 1 Talangpadang pada tahun 2001. Menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 1 Gisting pada tahun 2004. Penulis tamat pendidikan di SMA Negeri 1 Talangpadang pada tahun 2007.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Universitas Lampung pada Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota pengkaderan dan sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pertanian Unila (HMI-KPU).

Penulis pernah mengikuti Praktik Umum di Balai Pelestarian Perikanan Perairan

Umum (BPPPU) Cianjur dengan judul “Pembenihan Ikan Barbir (Puntius conchonius)” pada tahun 2011. Dalam rangka meraih gelar Sarjana S1 Penulis melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Kesesuaian Perairan Teluk Cikunyinyi Untuk Pengembangan Budidaya Teripang” yang bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis tingkat kesesuaian perairan Teluk Cikunyinyi untuk budidaya teripang.


(20)

(21)

(22)

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya perikanan sebagian besar terbatas pada usaha penangkapan atau pengumpulan dari alam. Kegiatan penangkapan yang tidak berkesinambungan dan berlebihan (over fishing) dapat berakibat menurunnya populasi dan kelestarian sumberdaya perikanan itu sendiri. Meskipun beberapa sumberdaya perikanan mempunyai sifat dapat pulih kembali (renewable), namun apabila dilakukan penangkapan secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Budidaya laut merupakan alternatif yang akan mengurangi ketergantungan pada usaha penangkapan.

Peningkatan usaha budidaya laut di Teluk Lampung mengalami peningkatan baik dari luas lahan maupun organisme yang dibudidayakan. Tumpang tindih pemanfaatan dan pengelolaan Teluk Lampung menjadi ancaman terhadap sumberdaya perairan tersebut. Salah satu bagian Teluk Lampung yang potensial untuk dijadikan pengembangan budidaya laut adalah Teluk Cikunyinyi. Teluk Cikunyinyi merupakan perairan yang tenang karena dilindungi oleh pulau-pulau kecil dan berada di pesisir Lampung tepatnya di Desa Gebang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

Teripang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang potensial. Kandungan nutrisi yang tinggi mengakibatkan teripang memiliki nilai jual yang tinggi. Semakin besar teripang semakin besar pula harganya. Teripang kering di


(24)

2 pasar China dapat mencapai harga hingga 2.950 dollar Amerika (Rp 34 juta) per kilogram (Brann, 2014). Teripang merupakan komoditi ekspor yang dipasarkan dalam beberapa bentuk produk, diantaranya yaitu produk olahan makanan, suplemen kesehatan dan campuran bahan kosmetik. Pasaran utama dari teripang tersebut diantaranya beberapa negara eropa, Jepang, Malaysia, dan Amerika. Sementara negara pemasok utama teripang dipasaran internasional salah satunya adalah Indonesia (Martoyo dkk, 1994).

Oleh karena adanya potensi Teluk Cikunyinyi yang berkarakter perairan yang tenang, sangat tepat sebagai lahan budidaya teripang. Mengingat potensi teripang yang mempunyai nilai nutirisi dan nilai jual yang tinggi. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai analisis kelayakan perairan yang tepat bagi budidaya teripang di Perairan Teluk Lampung Kabupaten Pesawaran khususnya di Teluk Cikunyinyi.

1.2. Kerangka Pikir

Pesisir Pesawaran yang merupakan bagian dari Teluk Lampung, mempunyai potensi cukup besar sebagai tempat pengembangan budidaya laut. Teluk Lampung yang terlindung oleh pulau-pulau kecil menyebabkan daerah tersebut memiliki potensi untuk dijadikan lokasi budidaya. Mengingat besarnya potensi pesisir Pesawaran, mendorong para pengusaha membuka usaha budidaya laut. Peningkatan pengelolaan lahan di Pesisir Pesawaran dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas perairan sehingga dapat mengakibatkan kegagalan dalam suatu budidaya. Pemilihan lokasi yang tidak tepat merupakan faktor terbesar penyumbang kegagalan dalam budidaya perairan.


(25)

3 optimal, diperlukan analisis kesesuaian perairan untuk budidaya. Hal tersebut harus didukung oleh ketersediaan data suatu perairan yang akan digunakan sebagai lokasi budidaya untuk mencapai produksi perikanan yang optimal.

Pengetahuan akan tingkat kesesuaian lokasi Perairan Pesisir Pesawaran salah satunya di Teluk Cikunyinyi untuk budidaya teripang yang mempunyai nilai jual serta nilai nutrisi yang tinggi akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha budidaya laut yang lestari. Sebaliknya, ketidaksesuaian dalam pemilihan lokasi dapat menyebabkan kegagalan pada usaha budidaya teripang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kesesuaian perairan Teluk Cikunyinyi untuk budidaya teripang berdasarkan kualitas air.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi lingkungan perairan Teluk Cikunyinyi dengan parameter kualitas perairan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya teripang sehingga akan menghasilkan produksi yang optimal dan lestari.


(26)

4 Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN PERAIRAN TELUK CIKUNYINYI

DATA PARAMETER FISIKA, KIMIA, BIOLOGI TELUK

CIKUNYINYI

PERSYARATAN TEKNIS BUDIDAYA TERIPANG

TINGKAT KESESUAIAN UNTUK BUDIDAYA TERIPANG MENGGUNAKAN METODE

MATCHINGDANSCORING PENGOLAHAN DATA

LOKASI BUDIDAYA TERIPANG YANG SESUAI


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teripang

Secara garis besar klasifikasi dari beberapa jenis teripang menurut Barnes (1968); (Martoyoet al.2007) adalah sebagai berikut :

Filum : Echinodermata Sub filum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Sub kelas : Apidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuridae Genus : 1.Holothuria

2.Muelleria 3.Stichopus

Sistem pencernaan pada semua kelompok teripang dibangun oleh unit yang sama, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus, rektum, kloaka, dan anus (Hyman 1955, Feral & Massin 1982,dalamAziz 1996).

Teripang merupakandeposit feederatau pemakan endapan dansuspension feeder atau pemakan materi tersuspensi (Aziz, 1996). Pada umumnya teripang bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari (Bakus, 1973 dalam Hartati, dkk., 2005). Menurut Hartati, dkk., (2005) aktifitas makan teripang berada dalam 2 kelompok yaitu teripang yang selalu diam pada permukaan pasir tapi selalu makan setiap


(28)

6 saat dan Teripang yang bergerak dengan volume makan 2-3 kali sehari, sisa waktunya digunakan berlindung dengan menggali dipermukan pasir atau berlindung di bawah karang.

2.1.1 Ekologi Teripang

Kegiatan budidaya teripang akan optimal jika dalam pemilihan lokasi budidaya tepat. Hal tersebut disebabkan lokasi atau tempat pemeliharaan teripang adalah tempat yang secara langsung mempengaruhi kehidupannya.

Jenis teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting biasanya menempati dasar goba (lagoon) atau di luar tubir (out reef) dengan kedalaman 5-30 m. Sedangkan jenis teripang yang bernilai ekonomis sedang dan sederhana menempati daerah yang lebih dangkal, seperti padang lamun, daerah pertumbuhan alga dan daerah rataan terumbu dengan kedalaman kurang dari 2 m (Setiabudi, dkk., 1993dalamRusyani dkk., 2003).

Gambar 2. Teripang pasir (Holothuria scabra) (Martoyoet al.,2007) Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai mulai dari daerah pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam. Teripang biasanya hidup


(29)

7 di daerah berpasir yang bercampur pecahan karang dan banyak ditumbuhi tumbuhan laut atau lamun. Menurut Martoyo (2007) masing-masing jenis teripang memiliki habitat yang spesifik, misalnya habitat teripang susu dapat ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir campur lumpur di kedalaman 1 - 40 m, tapi lebih sering ditemukan diperairan dangkal yang di tumbuhi lamun sedangkan teripang koro dan teripang pandan banyak ditemukan diperairan yang lebih dalam.

Menurut Penggabean, (1987) dalam Qodri dkk., (2003) beberapa kriteria paramater kualitas air laut yang memenuhi syarat untuk pembenihan teripang baik secara fisik dan kimia adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Laut Untuk Pembenihan Teripang

Parameter Nilai Kisaran

. Suhu b. Salinitas

. Alkalinitas d. Keasaman (pH)

. DO . Fosfat

. NH3

h. Aluminium Sulfat . Kecerahan

. NO2

k. NO3

24-33oC 29-33o/oo

80-120 mg/l 7-8,5 4-8 mg/l < 0,1 mg/l < 0,5 mg/l < 1,5 mg/l

> 5 m < 0,1 mg/l < 0,5 mg/l

2.1.2 Daur Hidup dan Reproduksi

Teripang hidup di alam terdiri atas dua fase yaitu sebagai planktonik dan bentik, planktonik hidup melayang-layang di air, pada masa larva yaitu stadia aurikularia hingga diolaria, sedangkan sebagai bentik hidup melekat pada substrat atau benda lain pada stadia penctactula hingga menjadi teripang dewasa (Shokita et al, 1993)


(30)

8 Gambar 3. Siklus Hidup Teripang di Perairan (Shokitaet al, 1993)

Keterangan: 1.Tahapan gastrula 2.Larva auricularia 3.Larva gastrula 4.Larva doliolaria 5.Larva pentactula

Alur perkembangan tidak langsung: Telur yang telah dibuahi 1-2-4-5-larva-dewasa

Alur Perkembangan langsung : Telur yang telah dibuahi 1-3-4-5-larva-dewasa

Teripang bersifat dioceos atau gonochoristic yaitu adanya individu jantan dan betina namun tidak terlihat adanya dimorfisma kelamin, perbedaan hanya terlihat dengan melakukan pengamatan terhadap gonadnya (Darsono, 1999). Perkawinan teripang biasanya berlangsung secara eksternal atau di luar tubuh. Sel telur dan sperma masing-masing dihasilkan oleh individu jantan dan betina dengan cara disemprotkan. Telur yang sudah dibuahi akan menetas beberapa hari


(31)

9 kemudian setelah menjadi larva akan turun dan berada di dasar perairan sampai menjadi juvenile (Martoyo, 1994)

Gambar 4. Proses Terjadinya Reproduksi Teripang Sampai Menjadi Larva (searah jarum jam) (Martoyoet al.2007)

Teripang umumnya memijah pada perairan di sekitar lingkungan tempat hidupnya. Menurut Darsono (1999) terjadi indikasi bahwa aktifitas gonad teripang berkaitan dengan pola musiman di daerah setempat sehingga pemijahan Teripang terjadi sepanjang tahun.

Walaupun Teripang yang ada di daerah tropis memijah sepanjang tahun, akan tetapi ada puncak pemijahan yang hanya terjadi beberapa bulan dalam setahun. Dalam penelitian Darsono (1999) terjadi awal matang gonad sampai matang gonad terjadi pada bulan April, November dan September. Siklus reproduksi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu suhu dan perubahan salinitas, karena masuknya air tawar sewaktu musim hujan berlangsung dapat menyebabkan pemijahan pada teripang dan organisme laut tropis lainnya.


(32)

10 2.2 Parameter Fisika Kimia dan Biologi

2.2.1 Suhu

Suhu perairan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi pola kehidupan biota akuatik seperti penyebaran, kelimpahan dan mortalitas. (Brower et.al, 1990 dalam Maharani, 2007). Suhu secara langsung berpengaruh terhadap proses metabolisme semua organisme laut dan menurut Sukarno, (1981) dalam Maharani, (2007) suhu dapat membatasi sebaran hewan makrobenthos secara geografik dan suhu yang optimal untuk pertumbuhan hewan makrobenthos berkisar antara 25 - 31 °C. Hal tersebut sesuai bahwa suhu yang baik untuk kehidupan teripang berkisar antara 220C–320C (Sutaman 1993)

2.2.2 Salinitas

Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air penting yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pembernihan teripang. Di habitatnya, teripang diketahui hidup pada perairan karang dan berpasir umumnya salinitas di perairan tersebut adalah 29 – 35(Qodri dkk., 2003). Oleh karena itu lokasi sebaiknya tidak berdekatan dengan muara sungai, karena pada lokasi demikian salinitas air laut umumnya fluktuatif. Pada musim kemarau salinitas tinggi, tetapi pada musim penghujan pengaruh air tawar dari sungai akan menurunkan salinitas secara drastis. Salinitas air yang tidak sesuai dengan kebutuhan teripang dapat mengganggu kesehatannya, karena secara fisiologi salinitas akan mempengaruhi fungsi organ osmoregulator teripang. Perbedaan salinitas air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan keseimbangan. Kondisi tersebut mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap kondisi yang kurang mendukung tersebut,


(33)

11 sehingga dapat merusak sistem pencernaan dan transportasi zat-zat makanan dalam darah.

Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran dan kehidupan plankton (faktor terbatas). Dimana salinitas yang sesuai akan menjadi tempat berlindung bagi organisme yang masih muda (larva atau juvenil). Biasanya hal tersebut terjadi di daerah estuari karena daerah ini mempunyai salinitas yang cukup rendah karena banyaknya muara sungai yang mengalir dan adanya curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun. Menurut Rustam (2006) salinitas optimum untuk kehidupan teripang adalah 30–33 ppt.

2.2.3 pH

Nilai pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan organisme di dalam perairan. Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada organisme air, hal tersebut disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga aktivitas pernapasan tinggi dan selera makan berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005 dalam Kangkan, 2006). Perairan yang terdapat padang lamun, koral maupun daerah hutan bakau biasanya memiliki kisaran pH optimum, sehingga sangat sesuai jika dipilih sebagai lokasi pembenihan teripang. Menurut Martoyo (1994) pH air yang optimum untuk kehidupan teripang adalah 6,5 - 8,5.

2.2.4 Oksigen Terlarut

Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu : kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005 dalam Kangkan, 2006). Daya larut


(34)

12 oksigen di dalam perairan dapat berkurang disebabkan oleh naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas (Maharani, 2007).

Oksigen yang ada dalam air dapat masuk melalui difusi dengan udara bebas, hasil fotosintesis dari tanaman dalam air dan adanya aliran air baru. Syarat kandungan oksigen terlarut untuk lokasi kehidupan teripang adalah 4-8 ppm (Rusyani dkk., 2003).

2.2.5 Kecerahan

Tingkat kecerahan suatu perairan identik dengan kejernihan perairan yang bersangkutan. Pada perairan yang tingkat kecerahannya tinggi dapat dipastikan bahwa tersuspensinya partikel rendah dan kandungan bahan organiknya rendah pula. Syarat mutlak untuk budidaya teripang dalam parameter kecerahan perairan berkisar antara 50-150 cm (Sutaman, 1993).

2.2.6 Kedalaman Perairan

Secara alami teripang hidup pada kedalaman perairan yang berbeda-beda menurut besarnya. Semakin dangkal perairan semakin dipengaruhi oleh pasang surut, karena daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Menurut Rustam (2006) lokasi untuk budidaya teripang sebaiknya pada kisaran kedalaman air antara 0,50-1,50 m pada air surut terendah.

2.2.7 Kecepatan Arus

Informasi ini diperlukan untuk mengetahui arah dan besarnya masa air yang mengalir serta mengetahui penyebaran limbah, sedimen atau bahan lainnya.


(35)

13 Aliran masa air diukur pada suatu titik yang tetap. Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biota perairan. Arus dapat menyebabkan teraduknya substrat dasar berlumpur yang berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya fotosintesa. Pada saat yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplai makanan, kelarutan oksigen, penyebaran plankton dan penghilangan CO2maupun

sisa-sisa produk biota laut (Romimohtarto, 2003). Menurut Martoyo (1994) lokasi budidaya teripang harus terlindung dari pengaruh arus, gelombang maupun angin yang besar karna dapat dapat merusak sarana budidaya dan menyulitkan perngelolaan budidaya. Lokasi yang terlindung dari pengaruh tersebut biasa ditemukan di perairan teluk, laguna, atau perairan terbuka yang terlindung oleh gugusan pulau atau karang penghalang.

2.2.8 Klorofil-a

Sifat - sifat plankton memiliki pigmen yang lengkap mulai dari klorofil-a hingga klorofil-c, sehingga kadang diberi nama berdasarkan warnanya. Kesuburan perairan, salah satu indikatornya dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a (Basmi, 2000 dalam Kangkan 2006). Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil, mampu melaksanakan reaksi fotosintesa menghasilkan senyawa organik. Pigmen klorofil-a merupakan pigmen yang paling besar dan dominan dibandingkan dengan klorofil-b atau klorofil-c. Kandungan klorofil-a mempunyai hubungannya positif antara total fitoplankton dan klorofil-a (Akbulut, 2003dalam Kangkan 2006).

2.2.9 Nitrat Perairan

Senyawa nitrogen dalam air laut terdapat dalam tiga bentuk utama yang berada dalam keseimbangan yaitu amoniak, nitrit dan nitrat. Menurut Boyd


(36)

14 (1982), tingkat toksitas amoniak tak berion berbeda-beda untuk tiap spesies, tetapi ada kadar 0,6 mg/l dapat membahayakan organisme tersebut. Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yakni badai listrik, organisme pengikat nitrogen, dan bakteri yang menggunakan amoniak. Amoniak biasanya timbul akibat kotoran organisme dan hasil aktifitas jasad renik dalam proses dekomposisi bahan organik yang kaya akan nitrogen. Tingginya kadar amoniak biasanya diikuti naiknya kadar nitrit, mengingat nitrit adalah hasil dari reaksi oksidasi amoniak oleh bakteri Nitrosomonas. Tingginya kadar nitrit terjadi akibat lambatnya perubahan dari nitrit ke nitrat oleh bakteri Nitrobakter (Qodri dkk., 2003). Nitrat dapat menyebabkan menurunnya oksigen terlarut, penurunan populasi ikan, air cepat tua dan bau busuk. Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525–0,6645 mg/l (Winanto, 2004dalamkangkan 2006).

2.3 Teknik budidaya teripang dengan konstruksi kurung

Menurut KKP 2012, Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya teripang adalah

Dasar perairan terdiri dari pasir, pasir berlumpur, berkarang, dan ditumbuhi tanaman lamun

Terlindung dari angin kencang dan arus/gelombang yang kuatTidak tercemar dan bukan daerah konflik serta mudah dijangkau

Kedalaman perairan lokasi antara 50-150 cm pada saat surut terendah dan sirkulasi air terjadi secara sempurna


(37)

15 A. Bahan

Balok berukuran (5x7x200) cmWaring nilon ukuran mata 0,2 cm

Tali ris dari nilon dan papan yang tahan airTali pengikat atau paku anti karat

B. Cara Pemasangan

Tiang dipancang pada dasar perairan sedalam 0,5 m

Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan waringWaring yang telah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan

Papan yang telah disambung dengan waring dibalut lalu ditanam ke dalam lumpur (30 cm)

Bila tidak ada papan bagian ujung waring ditanam ke dalam lumpur sedalam 30 cm kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam sepanjang 15 cm

Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan

C. Pemilihan Benih

Pilih benih yang seragam baik jenis maupun ukuranBenih yang baik adalah tubuhnya berisi dan tidak cacat

Hindari benih yang diangkut dalam waktu lama (lebih 1 jam) dan dalam keadaan bertumpuk (padat)

Hindari benih yang telah mengeluarkan cairan berwarna kuning

Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam hari atau pada saat suhu rendah dan menggunakan wadah yang berisi substrat pasir khususnya pada sistem pengangkatan terbuka


(38)

16 D. Teknik Budidaya

Benih teripang dengan berat awal 40-60 g ditebar ke dalam kurung tancap dengan kepadatan 5-6 ekor/m2.

Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada suhu rendah.

Sebelum benih ditebar ke dalalm kurung tancap, adaptasikan terlebih dahulu agar dapat diketahui vitalitas maupun jumlah benih.

Selama pemeliharaan diberikan kotoran ayam atau kotoran ayam yang dicampur dedak halus sebanyak 0,1 kg/m2 setiap minggu sekali. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih dan diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung dan dilakukan pada saat air surut.

Pada sistem ini teripang yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang. Masa pemeliharaan selama 4-5 bulan.

E. Cara Panen

Pemeliharaan teripang telah siap panen saat mencapai ukuran konsumsi (300-500 g) selama 4-5 bulan. Panen dilakukan pada saat air surut terendah, dan dilakukan beberapa kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau lumpur. Untuk mengetahui apakah teripang sudah terpanen semuanya, dilakukan pengecekan pada air pasang, karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Analisis parameter kimia air laut dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Penelitian dilakukan mencakup 3 tahapan yaitu survei lapangan, pengumpulan data dan analisis data. Ketiga tahapan tersebut dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2013

Gambar 5. Teluk Cikunyinyi


(40)

18 3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat di Tabel 2.

Tabel 2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

Variabel Satuan Alat Metode analisis

sampel

Suhu oC Water quality checker In situ

Kecerahan Meter Secchi disk In situ

Kedalaman Meter echosounder In situ

Salinitas ppt Water quality checker In situ

Kecepatan arus m/detik Current meter In situ

Fosfat dan Nitrat mg/l Spektrofotometer IKM/5.4.6.BBPBL-L

Klorofil-a mg/l Spektrofotometer Laboratorium

pH Water quality checker In situ

Oksigen terlarut mg/l Water quality checker In situ

Titik koordinat stasiun GPS In situ

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis kesesuaian lahan di Teluk Cikunyinyi melalui pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi air laut serta melakukan pembobotan berdasarkan kualitas air yang sesuai untuk budidaya teripang.

3.3.1 Metode Penentuan Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Teluk Cikunyinyi. Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi, dan data sekunder lainnya. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan menggunakan metodepurposive samplingyakni mencari lokasi perairan yang mudah dalam penanganan budidaya, lokasi sampling berjarang tidak lebih dari 500 meter dari bibir pantai. Lokasi pengambilan sampel sebanyak 5 stasiun yang mewakili semua kondisi perairan lokasi penelitian (budidaya,fresh


(41)

19 water run off). Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan menggunakan Global Positioning System(GPS).

Tabel 3. Titik Koordinat Pengambilan Sampel

Stasiun Koordinat Keterangan (LU) (LS)

1 5°26’54.79”S 93°82’85.71”T Bagian utara terdapat mangrove, sebelah timur terdapat karang, bagian selatan dan barat kosong 2 5°27’3.19”S 93°82’58.87”T Bagian barat dan selatan terdapat

pantai berpasir, bagian utara dan timur kosong

3 5°26’54.36”S 93°82’53.48”T Bagian utara terdapat bekas tambak, bagian selatan barat dan timur kosong

4 5°27’7.65”S 93°82’41.25”T Bagian timur dan selatan terdapat pantai berpasir berkarang, bagian utara kosong, bagian barat lokasi mangrove

5 5°26’34.45”S 93°82’42.79”T Bagian barat terdapat muara sungai, bagian timur terdapat tambak udang, mangrove dan bagian selatan kosong bagian utara terdapat lokasi

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel parameter fisika, kimia dan biologi perairan dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB, dan juga pada sore hari, yaitu pada pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 5 stasiun yang mewakili seluruh perairan di Teluk Cikunyinyi. Pengambilan sampel dilakukan setiap seminggu sekali selama 4 minggu dan setiap pengambilan sampel dilakukan 2 kali pengulangan. Sampel yang dapat diukur secara langsung dilakukan secara in situ sedangkan sampel yang lain dianalisis di laboratorium


(42)

20 Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Berikut adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian:

A. Parameter Fisika

Penelitian parameter Fisika dilakukan secara in situ, Variabel yang diukur adalah kedalaman perairan, kecerahan air, suhu perairan, kecepatan arus, substrat dasar perairan dan sainitas

B. Parameter Kimia

Penelitian untuk variable pH dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ, sedangkan variabel fosfat dan nitrat dilakukan pengujian lebih lanjut dilaboratarium. Tata cara pengujian sampel fosfat dan nitrat dapat dilihat di lampiran `1.

C. Parameter Biologi

Variabel yang diukur adalah klorofil-a dilakukan pengujian lebih lanjut dilaboratarium. Tata cara pengujian sampel klorofil-a dapat dilihat di lampiran`2.

3.4. Metode Analisis Data

Tahapan berikut adalah analisis kesesuaian perairan dengan pembuatan matrik kesesuaian tersebut.

3.4.1 Analisis Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Teripang

Penyusunan matrik kesesuaian perairan merupakan dasar dari analisis keruangan melalui skoring dan faktor pembobot. Hasil skoring dan pembobotan dievaluasi sehingga didapat kelas kesesuaian yang menggambarkan tingkat


(43)

21 kesesuaian dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Tingkat kesesuaian dibagi atas empat kelas (Radiartadkk., 2004) dapat dilihat ditabel 4 yaitu :

Tabel 4. Kategori Tingkat Kesesuaian Perairan

Tingkat Kesesuaian Keterangan

Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikan masukan atau tingkat perlakukan yang diberikan

Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakukan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diperlukan.

Kelas S3 : Sesuai Bersyarat (Marginally Suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan.

Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable)

Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.

Matrik kesesuaian perairan disusun melalui kajian pustaka dan pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui variabel syarat yang dijadikan acuan dalam pemberian bobot.

3.5. Penilaian Lokasi untuk Budidaya Teripang

Lokasi pengembangan budidaya teripang mempunyai kriteria yang dikelompokan sebagai berikut :

3.5.1. Variabel Primer


(44)

22 budidaya baik kelangsungan hidup maupun keberlangsungan usaha. Jika syarat tidak terpenuhi dapat menyebabkan kegagalan dari usaha budidaya yang diinginkan. Variabel primer tersebut terdiri atas:

1. Substrat Dasar Perairan

Teripang pada umumnya memanfaatkan bahan organik yang terdapat di dalam pasir, habitat Teripang memanfaatkan tiga sumber makanan yaitu plankton, detritus, dan kandungan organik pada pasir dan lumpur. Sehingga substrat yang berada di dasar perairan sangat menentukan hidupnya teripang diperairan.

2. Salinitas dan Kecepatan Arus

Parameter kualitas air penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya teripang. Perubahan salinitas dapat mengganggu proses osmoregulasi teripang dan kecepatan arus yang terlalu rendah dapat menyebabkan kurang makannya teripang, karena teripang bersifatfilter feeder. 3. Oksigen terlarut dan kedalaman perairan

Rendahnya oksigen terlarut didalam perairan dapat mengganggu nafsu makan teripang dan kedalaman perairan penting untuk menghindari teripang dari kekeringan yang dapat mengganggu kehidupannya

4. Kecerahan

Tingkat kecerahan perairan bersangkutan dengan tinggi rendahnya kandungan bahan organik, parameter tersebut sangat penting bagi teripang karena teripang bersifatdeposit feeder.

3.5.2. Variabel Sekunder


(45)

23 suatu kegiatan usaha budidaya. Syarat tersebut diperlukan agar kehidupan biota lebih optimum, agar kehidupan lebih baik. Variabel tersebut meliputi:

1. Suhu

Secara umum suhu perairan nusantara mempunyai perubahan suhu baik harian maupun tahunan biasanya berkisar antara 27°C – 32ºC dan hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kegiatan budidaya (Romimohtarto, 2003).

2. Klorofil-a

Klorofil-a dianggap variabel tersier karena tidak berhubungan langsung dengan kultivan yang dibudidayakan. Tetapi variabel tersebut merupakan salah satu penyusun kesuburan perairan dan membantu ketersediaan oksigen terlarut di perairan melalui kegiatan fotosintesa (Kangkan, 2006).

Berdasarkan pembagian syarat-syarat tersebut, maka disusun matrik kesesuaian dengan sistem penilaian yang disajikan pada Tabel 5.

Total skor dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian lahan budidaya teripang berdasarkan karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung dengan perhitungan (DKP, 2002) :

Total skor

Total skoring =. x 100%

Total Skor Max.

Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian lahan sebagai berikut:

85–100% = Sangat Sesuai (S1) 75,00–84% =Sesuai (S2)

65–74 % =Sesuai marginal (S3)


(46)

24 Tabel 5. Matrik Kesesuaian Budidaya Teripang

PARAMETER KLAS Angka Penilaian (A) BOBOT B SKOR (A)X(B) SUMBER Substrat Dasar Perairan

Berpasir dan Pecahan Karang, Pasir berlumpur, Lumpur 5 3 1 4 20

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006) Salinitas Perairan

(ppt)

30,0–33,0 5

3

15 Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006

28,0–29,0 3 9

≤ 28 dan ≥33 1 3

Oksigen Terlarut (mg/l)

4,0–8,0 ≥ 3,0 –3,9

≤ 2,9

5

2

10 Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006

3 6

1 2

Kecepatan Arus (cm/detik)

30,0–50,0 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993) 20–29,9 dan 50–

74,9 3 6

≤ 19,9 dan ≥75 1 2

Kecerahan Perairan (meter)

0,50 - 1,50 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993)

1-5 - 5 3 6

≤ 0,5 dan ≥ 5 1 2

pH

7,0–8,50 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993)

6,0–6,9 dan 8,6–8,9 3 6

≤6,0 dan ≥9.0 1 2

Kedalaman Perairan (meter)

1 –1,5 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006

1,5 - 5,0 3 6

≤ 1 dan ≥ 5,0 1 2

Suhu Perairan (°C)

28,0–32,0 5

1

5

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993) 24,0–27,0 dan 30,0–

33,0 3 3

<24,0 dan ≥33 1 1

Klorofil-a (µg/l)

≥10 5

1

5

Effendy (2003)

4–10 3 3

≤4 1 1

Nitrat (mg/l)

0.23 - 0,67 5

0,5

2,5

Winanto (2004)dalam Kangkan (2006)

0,10-0,22 dan 0,67-4.0 3 1,5

<0,1 & >4.1 1 0,5

Fosfat (mg/l)

≤0,020-0.050 5

0,5

2,5

Winanto (2000)dalam Kangkan (2006)

≥0.050 3 1,5

< 0.020 1 0,5


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Hasil skoring yang didapatkan pada semua stasiun di perairan Teluk Cikunyinyi, masuk dalam kategori tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan terdapat variabel primer yang tidak sesuai bagi kehidupan teripang yaitu material dasar perairan yang berupa lumpur dikarenakan lokasi teluk Cikunyinyi merupakan masuknya aliran air sungai sehingga terjadi pengendapan subtrat berupa lumpur.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu diadakannya penelitian lebih lanjut khususnya pada parameter fisika yaitu material dasar pada perairan Teluk Cikunyinyi mengingat habitat teripang hidup berada disubtrat pasir berlumpur.


(48)

42 DAFTAR PUSTAKA

Apha. 2005. Standart Methods for The Examination of Water and Wastewater, 16th Edition. American Public Health Association, Washington DC. 76 pages Aziz, A. 1996.Makan dan Cara Makan Berbagai Jenis Teripang. Oseana: XXI (4): 43

59.

Brann M. 27 Juli 2014. http://www.australiaplus.com/indonesian/2014-04-29/harga-teripang-makin-meningkat/1302720

Balai Budidaya Laut Dirjen Perikanan Budidaya. 2003. Pembenihan Teripang Pasir: Seri Budidaya Laut No. 11. DKP Lampung

Boyd, C.E.1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture Development in Aquaculture and Fish Science, Vol. 9 Elsevier Scientific Pub. Comp. 318 p Darsono, P. 1999. Perkembangan Pembenihan Teripang Pasir, Holothuria Scabra

Jaegar, di Indonesia.Oseana.XXIV (3) : 35 - 45

Darsono, P. 2009.Pemeliharaan Induk Teripang Pasir, Holothuria Scabra, dalam Bak Pemeliharaan.Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.35(2): 257-271

Dinas Kelautan dan Perikanan Pesawaran (DKP). 2010. http://dkp.pesawarankab.go.id/ index.php

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hartati R., Widianingsih dan Pringgenies D. 2005. Teknologi Penyediaan Pakan Bagi Teripang Putih (Holothuria scabra). Laporan Kegiatan Hibah Bersaing. Universitas Diponegoro. 38 hal

Hartoko, A., 2000. Teknologi Pemetaan Dinamis Sumberdaya Ikan Pelagis Melalui Analisis Terpadu Karakter Oseanografi dan Data Satelit NOAA, Landsat_TM dan SeaWIFS_GSFC di Perairan Laut Indonesian. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Dewan Riset Nasional, Jakarta

Kkp. 2012. Budidaya Teripang. 24 april 2014. Jurnal kelautan dan Perikanan http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7518/budidaya-teripang-Hulothuria-Scabra

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa tenggara Timur.Tesis Megister.Universitas Diponegoro. Semarang


(49)

43 Kasry, A. 2009. Kesuburan Perairan Waduk Nagedang Ditinjau dari Konsentrasi Klorofil-a Fitoplankton, Kuantan Singingi Riau. Berkala Perikanan Terubuk. 37(2) : 48-59

Mainassy, B., N. V. Huliselan, S. F. Tuhumury, J. J. Wattimury. 2005. Penentuan Lokasi Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Ichthyos. 4(2): 69-80s.

Martoyo, J. Nugroho A, T. Winanto. 2007. Seri Agribisnis : Budidaya Teripang. Jakarta: Penebar Swdaya. Surabaya.

Martoyo, J. S., M.A. Nugroho dan T. Winarto. 1994.Budidaya Teripang. Penebar Swadaya Surabaya.

Radiarta, N., S.E Wardoyo, B. Priono dan O. Praseno. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi Pengembangan Budidaya Laut di Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan IndonesiaVol. IX (1) : 67-79. Rusyani E., Dwiyanti N., Erawati L. 2003. Biologi Teripang Pasir (Holothuria

scabra). Pembenihan Teripang Pasir: Seri Budidaya Laut No. 11. hal 3-7 Rustam. 2006. Budidaya Teripang. Pelatihan Budidaya Laut: Yayasan Mattirotasi.

Makassar

Romimohtarto, K. 2003.Kualitas Air dalam Budidaya Laut.www.fao.org

Satria, G.G.A. 2014. Kelimpahan Jenis Teripang di Perairan Tebuka dan Perairan Tertutup di Pulau Panjang Jepara, Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. 3(1) :108-115

Shokita, S., K.Kakazu, A.Tomori and T.Toma (Eds.). 1991. Aquaculture in tropical areas. Midori Shobo Co. Ltd., Tokyo, Japan. 360p.

Sutaman. 1993.Petunjuk Praktis Budidaya Teripang.Kanisius. Yogyakarta

Maharani, W., H. 2007. Kajian Kualitaas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis Megister. Universitas Diponegoro. Semarang

Qodri, A.H.A., Dhoe. B. S., Mustamin dan Sudjiharno. 2003. Biologi Teripang Pasir (Holothuria scabra). Pembenihan Teripang Pasir: Seri Budidaya Laut No. 11. hal 8-14

Yulianto, H. 2013. Pemetaan Sebaran Spasial Kualitas Air Unsur Hara Perairan Teluk Lampung. Jurnal Ilmu perikanan dan Sumberdaya Perairan. Aquasains 2(1): 113-117


(50)

44

L A M P I R A N


(1)

suatu kegiatan usaha budidaya. Syarat tersebut diperlukan agar kehidupan biota lebih optimum, agar kehidupan lebih baik. Variabel tersebut meliputi:

1. Suhu

Secara umum suhu perairan nusantara mempunyai perubahan suhu baik harian maupun tahunan biasanya berkisar antara 27°C – 32ºC dan hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kegiatan budidaya (Romimohtarto, 2003).

2. Klorofil-a

Klorofil-a dianggap variabel tersier karena tidak berhubungan langsung dengan kultivan yang dibudidayakan. Tetapi variabel tersebut merupakan salah satu penyusun kesuburan perairan dan membantu ketersediaan oksigen terlarut di perairan melalui kegiatan fotosintesa (Kangkan, 2006).

Berdasarkan pembagian syarat-syarat tersebut, maka disusun matrik kesesuaian dengan sistem penilaian yang disajikan pada Tabel 5.

Total skor dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian lahan budidaya teripang berdasarkan karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung dengan perhitungan (DKP, 2002) :

Total skor

Total skoring =. x 100%

Total Skor Max.

Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian lahan sebagai berikut:

85–100% = Sangat Sesuai (S1) 75,00–84% =Sesuai (S2)

65–74 % =Sesuai marginal (S3)


(2)

24 Tabel 5. Matrik Kesesuaian Budidaya Teripang

PARAMETER KLAS Angka Penilaian (A) BOBOT B SKOR (A)X(B) SUMBER Substrat Dasar Perairan

Berpasir dan Pecahan Karang, Pasir berlumpur, Lumpur 5 3 1 4 20

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006)

Salinitas Perairan (ppt)

30,0–33,0 5

3

15 Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006

28,0–29,0 3 9

≤ 28 dan ≥33 1 3

Oksigen Terlarut (mg/l)

4,0–8,0 ≥ 3,0 –3,9

≤ 2,9

5

2

10 Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006

3 6

1 2

Kecepatan Arus (cm/detik)

30,0–50,0 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993) 20–29,9 dan 50–

74,9 3 6

≤ 19,9 dan ≥75 1 2

Kecerahan Perairan (meter)

0,50 - 1,50 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993)

1-5 - 5 3 6

≤ 0,5 dan ≥ 5 1 2

pH

7,0–8,50 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993)

6,0–6,9 dan 8,6–8,9 3 6

≤6,0 dan ≥9.0 1 2

Kedalaman Perairan (meter)

1 –1,5 5

2

10

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993), Rustam

(2006

1,5 - 5,0 3 6

≤ 1 dan ≥ 5,0 1 2

Suhu Perairan (°C)

28,0–32,0 5

1

5

Martoyo dkk (1994), Sutaman (1993) 24,0–27,0 dan 30,0–

33,0 3 3

<24,0 dan ≥33 1 1

Klorofil-a (µg/l)

≥10 5

1

5

Effendy (2003)

4–10 3 3

≤4 1 1

Nitrat (mg/l)

0.23 - 0,67 5

0,5

2,5

Winanto (2004)dalam

Kangkan (2006)

0,10-0,22 dan 0,67-4.0 3 1,5

<0,1 & >4.1 1 0,5

Fosfat (mg/l)

≤0,020-0.050 5

0,5

2,5

Winanto (2000)dalam

Kangkan (2006)

≥0.050 3 1,5

< 0.020 1 0,5


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Hasil skoring yang didapatkan pada semua stasiun di perairan Teluk Cikunyinyi, masuk dalam kategori tidak sesuai. Hal tersebut dikarenakan terdapat variabel primer yang tidak sesuai bagi kehidupan teripang yaitu material dasar perairan yang berupa lumpur dikarenakan lokasi teluk Cikunyinyi merupakan masuknya aliran air sungai sehingga terjadi pengendapan subtrat berupa lumpur.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu diadakannya penelitian lebih lanjut khususnya pada parameter fisika yaitu material dasar pada perairan Teluk Cikunyinyi mengingat habitat teripang hidup


(4)

42

DAFTAR PUSTAKA

Apha. 2005. Standart Methods for The Examination of Water and Wastewater, 16th Edition. American Public Health Association, Washington DC. 76 pages Aziz, A. 1996.Makan dan Cara Makan Berbagai Jenis Teripang. Oseana: XXI (4): 43

59.

Brann M. 27 Juli 2014. http://www.australiaplus.com/indonesian/2014-04-29/harga-teripang-makin-meningkat/1302720

Balai Budidaya Laut Dirjen Perikanan Budidaya. 2003. Pembenihan Teripang Pasir: Seri Budidaya Laut No. 11. DKP Lampung

Boyd, C.E.1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture Development in Aquaculture and Fish Science, Vol. 9 Elsevier Scientific Pub. Comp. 318 p Darsono, P. 1999. Perkembangan Pembenihan Teripang Pasir, Holothuria Scabra

Jaegar, di Indonesia.Oseana.XXIV (3) : 35 - 45

Darsono, P. 2009.Pemeliharaan Induk Teripang Pasir, Holothuria Scabra, dalam Bak Pemeliharaan.Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.35(2): 257-271

Dinas Kelautan dan Perikanan Pesawaran (DKP). 2010. http://dkp.pesawarankab.go.id/ index.php

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hartati R., Widianingsih dan Pringgenies D. 2005. Teknologi Penyediaan Pakan Bagi Teripang Putih (Holothuria scabra). Laporan Kegiatan Hibah Bersaing. Universitas Diponegoro. 38 hal

Hartoko, A., 2000. Teknologi Pemetaan Dinamis Sumberdaya Ikan Pelagis Melalui Analisis Terpadu Karakter Oseanografi dan Data Satelit NOAA, Landsat_TM dan SeaWIFS_GSFC di Perairan Laut Indonesian. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Dewan Riset Nasional, Jakarta

Kkp. 2012. Budidaya Teripang. 24 april 2014. Jurnal kelautan dan Perikanan http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7518/budidaya-teripang-Hulothuria-Scabra

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa tenggara Timur.Tesis Megister.Universitas Diponegoro. Semarang


(5)

Kasry, A. 2009. Kesuburan Perairan Waduk Nagedang Ditinjau dari Konsentrasi Klorofil-a Fitoplankton, Kuantan Singingi Riau. Berkala Perikanan Terubuk. 37(2) : 48-59

Mainassy, B., N. V. Huliselan, S. F. Tuhumury, J. J. Wattimury. 2005. Penentuan Lokasi Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Ichthyos. 4(2): 69-80s.

Martoyo, J. Nugroho A, T. Winanto. 2007. Seri Agribisnis : Budidaya Teripang. Jakarta: Penebar Swdaya. Surabaya.

Martoyo, J. S., M.A. Nugroho dan T. Winarto. 1994.Budidaya Teripang. Penebar Swadaya Surabaya.

Radiarta, N., S.E Wardoyo, B. Priono dan O. Praseno. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi Pengembangan Budidaya Laut di Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan IndonesiaVol. IX (1) : 67-79. Rusyani E., Dwiyanti N., Erawati L. 2003. Biologi Teripang Pasir (Holothuria

scabra). Pembenihan Teripang Pasir: Seri Budidaya Laut No. 11. hal 3-7 Rustam. 2006. Budidaya Teripang. Pelatihan Budidaya Laut: Yayasan Mattirotasi.

Makassar

Romimohtarto, K. 2003.Kualitas Air dalam Budidaya Laut.www.fao.org

Satria, G.G.A. 2014. Kelimpahan Jenis Teripang di Perairan Tebuka dan Perairan Tertutup di Pulau Panjang Jepara, Jawa Tengah. Universitas Diponegoro. 3(1) :108-115

Shokita, S., K.Kakazu, A.Tomori and T.Toma (Eds.). 1991. Aquaculture in tropical areas. Midori Shobo Co. Ltd., Tokyo, Japan. 360p.

Sutaman. 1993.Petunjuk Praktis Budidaya Teripang.Kanisius. Yogyakarta

Maharani, W., H. 2007. Kajian Kualitaas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis Megister. Universitas Diponegoro. Semarang

Qodri, A.H.A., Dhoe. B. S., Mustamin dan Sudjiharno. 2003. Biologi Teripang Pasir (Holothuria scabra). Pembenihan Teripang Pasir: Seri Budidaya Laut No. 11. hal 8-14

Yulianto, H. 2013. Pemetaan Sebaran Spasial Kualitas Air Unsur Hara Perairan Teluk Lampung. Jurnal Ilmu perikanan dan Sumberdaya Perairan. Aquasains 2(1): 113-117


(6)

44