4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
PT BII,Tbk merupakan bank yang didirikan pada tahun 1980 dan mencatatkan ke BEI pada tahun 1998 dan menjadi bank swasta di Indonesia.
Sedangkan ia menjadi bank asing setelah diambil alih oleh konsorsium Sorak kepemilikan bank sebesar 51 pada tahun 2003.
i.
Gambaran umum program KPR PT. BII, TBK Jakarta Produk utama :
a. Home Financing KPR: pinjaman yang diberikan untuk pembelian
properti untuk tempat tinggal atau hunian , kecuali untuk ruko rukan, biasanya dengan periode pembayaran dan bunga yang telah ditetapkan.
b. Home equity maxima: pinjaman yang diberikan dengan jaminan properti
yang telah dimiliki untuk mendapatkan uang tunai.
ii. Proses Persetujuan Kredit Pemilikan Rumah BII lampiran 2
iii. Sistem Manajemen Risiko Kredit
Manajemen risiko kredit yang bersifat preventif Merupakan manajemen risiko pada tahap preventif pencegahan. Dimana
pada tahap ini akan dijelaskan prosedur pemberian kredit sampai kepada penagihan dan pemantauan atas kredit yang disetujui. Jika dihubungkan
dengan penerapan manajemen risiko yang diatur oleh Bank Indonesia bagi perbankan di Indonesia, tahap pengawasan aktif pengurus bank dan
kebijakan manajemen risiko kredit pada tahap preventif berperan sebagai kerangka yang memberikan gambaran setiap tanggungjawab dan otorisasi
dari manajemen risiko kredit secara komprehensif. Tahap penetapan limit dimaksudkan untuk meminimalisir potensi kerugian dikemudian hari dengan
prosedur yang ada. Dan tahap identifikasi risiko kredit serta pengukuran risiko kredit masih masuk dalam tahap preventif, karena tahap ini
dimaksudkan sebagai upaya bank dalam mendeteksi adanya potensi risiko kredit dimasa mendatang yang berpengaruh terhadapa usaha perbankan dan
permodalan bank tersebut. Adapun prosedur manajemen risiko pada tahap preventif yang dimaksud:
a Kejelasan dan kelengkapan Informasi tentang calon debitur
Petugas administrasi wajib menjelaskan mengenai persyaratan pengajuan kredit pemilikan rumah yang meliputi dan mengecek ke Sistem Informasi
14
Debitur Bank Indonesia sedang tidak menerima kredit atau pembiayaan modal kerja dan investasi dari bank lain maupun pemerintah, pada saat permohonan
kredit diajukan. Jika calon nasabah masih memiliki debet di dalam sistem Informasi Debitur Bank Indonesia maka diperlukan Surat Roya dari bank asal
wajib dimintakan. Harus lancar selama 3 bulan terakhir pada tanggal verifikasi. Tidak terdaftar dalam negatif AKKI Asosiasi Kartu Kredit
Indonesia
1. Legalitas dokumen calon debitur berupa KTP. Selain itu sekurang-
kurangnya salah satu dari dokumen berikut harus tersedia; Kartu Keluarga, Surat Nikah Akta Cerai akta kematian.
2. Perijinan calon debitur dengan ketentuan plafond kredit sesuai dengan
bidang usaha . 3.
Jenis kredit dan Jangka waktu akan dijelaskan dengan tabel yang menggambarkan jenis kredit pemilikan rumah KPR dan Maxima besrta
jangka waktu yang disesuaikan dengan usia debitur saat kredit berakhir.
b Kriteria kelayakan
Bagian administrasi melakukan pengujian kelayakan atas berkas yang masuk dengan dasar beberapa parameter yang telah dibakukan seperti:
Kewarganegaraan : untuk menjamin bahwa nasabahnya memiliki ikatan hukum yang jelas yang didasarkan pada Undang-undang.
Usaha debitur : untuk mengetahui usaha yang dijalankan nasabah. Untuk memastikan sumber pendapatan debitur serta memastikan usaha debitur
tidak masuk dalam daftar hitam perusahaan, pengalaman kerja dan usaha debitur individu . Dengan asumsi jika ia bisa menjalankan
bisnisnya dengan baik, ia akan mampu melunasi kewajibannya kelak. Cakupan lokasi tempat usaha serta lokasi jaminan, dimana hal itu
mempengaruhi kesiapan operasional BII dalam upaya memperoleh kepastian mengenai perlindungan jaminan debitur.
c Verifikasi
Jika berkas pengajuan kredit yang lolos kriteria kelayakan, maka akan dilanjutkan oleh bagian Account Officer dimana bagian ini mengecek
tentang keberadaan syarat informasi di lapangan yang meliputi pengecekan dokumen dengan pengecekan jaminan. Pengecekan dokumen meliputi;
tempat tinggal, verifikasi tempat bekerja via telepon bagi karyawan , bagi pengusaha dan profesional pengeceka keberadaan kepemilikan perusahaan.
15
Dan pengecekan ke bank asal jika masih terdapat debit kredit di bank tersebut. Sedangkan pengecekan jaminan meliputi:
Melakukan pengecekan sertifikat tanah ke BPN oleh bagian legal.
Tim appraisal melakukan pengecekan ke Dinas Tata Kota jika lokasi berada
diluar hunian real estate.
Penilaian dilakukan oleh penilai internal atau perusahaan penilai independen yang disetujui BII.
Berdasarkan pada nilai pasar dan nilai likuidasi maksimal nilai likuidasi
diatas 80 dari nilai pasar.
Wajib menggunakan penilaian eksternal, jika jumlah pinjaman ≥ Rp 1 miliar.
Dalam hal di cabang BII, apabila tidak ada penilai oleh eksternal tidak
dapat dilakukan, maka dapat menggunakan penilaian internal yang berasal dari cabang BII.
d Proses pengecekan duplikasi
Jika proses verifikasi telah usai, maka sebelum persetujuan pelaksanaan kredit, semua pemohon kredit termasuk pasangan kawin dan penjamin harus
dilakukan pengecekan melalui 3 tahap. Tahap pertama yaitu pemeriksaan oleh BI yang berkaitan dengan sistem informasi debitur, daftar kredit macet, dan
daftar hitam. Tahap yang kedua berkaitan dengan pemeriksaan internal bank, seperti nasabah eksisting dan maksimum eksposur. Dan tahap yang ketiga
adalah daftar hitam internal yang terdiri dari daftar hitam kartu kredit, daftar hitam kredit kendaraan dan kredit rumah, data debitur yang ditolak, debitur
yang masuk remedial.
e Pencairan pinjaman, pembiayaan kembali, pelunasan kredit
a. Pencairan pinjaman : akan dicairkan ke rekening debitur Maxima
sedangkan KPR akan langsung ditranfer ke rekening developer sesuai dengan perjanjian kerja sama dengan developer.
b. Ketentuan pembayaran kembali : baik KPR maupun Maxima memiliki
ketentuan yang sama yaitu, debitur harus membuka rekening di BII, dan angsuran disetor setiap bulan pada tanggal yang telah ditetapkan dan
langsung didebet oleh sistem.
16
c. Pelunasan pembayaran : baik pelunasan penuh maupun sebagian wajib
menyertakan dokumen konfirmasi dari debitur, serta diperkenankan denga biaya denda jika nasabah tidak menyertakannya.
f Penagihan
Proses penagihan yang dilakukan oleh BII kepada debiturnya mula-mula adalah mengklasifikasikan umur tunggakan dari suatu produk, dalam hal ini
produk KPR. Hal ini didasarkan pada jumlah hari yang melampaui tanggal jatuh tempo pembayaran atau disebut DPD Days Past due.
DPD Days Past due Kolektibilitas Lancar
1-90 Dalam perhatian khusus
91-120 Kurang lancar
121-180 Diragukan
180 Macet
Strategi penagihan secara keseluruhan adalah untuk memelihara hubungan dengan nasabah untuk memperkecil kerugian, yaitu bentuk pendekatan
pelayanan untuk penunggakan awal dan pendekatan yang agresif untuk tunggakan selanjutnya.
g Monitoring
Proses monitoring pemantauan kredit dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah. Pemantauan ini hanya berusaha
mengukur dan mengawasi saja. Untuk proses penanganan kredit yang terdeteksi sebagai kredit bermasalah akan ditangani pada proses pengendalian
risiko kredit yang bersifat kuratif.
Manajemen risiko kredit yang bersifat kuratif
Merupakan manajemen risiko pada tahap kuratif perbaikan. Dimana pada tahap ini akan dijelaskan penyebab kredit bermasalah dan prosedur atas
penanganan kredit yang masuk dalam golongan kredit bermasalah. Dari kerangka manajemen risiko yang dibuat oleh Bank Indonesia, tahap
pemantauan risiko kredit dan pengendalian risiko kredit serta sistem pengendalian intern masuk dalam tahap kuratif. Karena pada tahap ini
merupakan upaya dalam evaluasi atas eksposur kredit serta bagaimana cara menangani eksposur kredit tersebut secara tepat agar dapat meminimalisir
kerugian serta upaya dalam menjaga aset, kepatuhan terhadap perundangan yag berlaku serta tidak melakukan penyimpangan dalam hal prinsip kehati-
hatian. Adapun prosedur manajemen risiko kredit pada tahap kurati yang dimaksud:
17
a. Identifikasi Potensi terjadinya Risiko Kredit