1. PENDAHULUAN
Penyaluran kredit perbankan pada sektor konsumsi mengalami peningkatan drastis sejak Indonesia dilanda krisis ekonomi dua belas tahun
yang lalu. Hal ini terjadi karena banyaknya perusahaan besar yang bangkrut sehingga korporasi sangat sedikit menyerap kredit dari bank. Perbankan
kemudian semakin menyadari bahwa peluang di pasar konsumsi semakin besar, dimana tanggungan akibat gagal bayar oleh kreditur yang dihadapi
relatif lebih kecil dibanding dengan kredit pada investasi dan modal kerja.
Dengan peluang bisnis yang cukup menjanjikan, maka kredit konsumsi merupakan produk favorit bagi pelaku bisnis perbankan. Jelas bahwa
ketatnya tingkat persaingan antar bank ini menimbulkan 2 sudut pandang. Dalam sisi positif, kehadiran bank baru memberikan kelancaran dan
kemudahan dalam transaksi perdagangan, dan pada akhirnya meningkat pula jumlah dan nilai transaksi perbankan dan keuangan baik nasional
maupun internasional. Namun dari sisi negatifnya persaingan yang tidak sehat antar pemilik dan pengelola bank pun meningkat. Dampak dari hal ini
sudah banyak nampak, terutama dalam pelanggaran prinsip kehati-hatian berupa overlimit plafon kredit yang melebihi Peraturan Bank Indonesia
maupun kemudahan syarat-syarat kredit tanpa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit kepada nasabahnya.
Dari berbagai jenis bank di Indonesia, kelompok bank asing dan campuran dinilai paling agresif dalam memangkas suku bunga kredit
konsumsi pada tahun lalu 2010. Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A. Johansyah mengatakan kelompok bank asing dan campuran merupakan
kelompok bank yang paling agresif dalam menurunkan suku bunga kredit konsumsi dan suku bunga kredit modal kerja. Bank Indonesia BI mencatat
adanya penurunan suku bunga kredit. Penurunan rata-rata suku bunga kredit tersebut didorong oleh Bank Asing yang menurunkan bunga kredit
konsumsinya hingga 80bps atau 0,8 http:finance.detik.comread2011061211553016584515bank-asing-
turunkan-bunga-kredit-konsumsi-80-bps?nd9911043 .
Dengan keberanian bank asing dalam menurunkan suku bunga kreditnya, BI mencatat bahwa selama tahun 2010-2011, NPL Non
Performing Loan bank asing juga memiliki prosentase paling besar dibanding dengan penggolongan bank lain di Indonesia lampiran 1.
1
PT. BII, Tbk merupakan salah satu bank asing milik Malaysia yang beroperasi di Indonesia. Menurut situs BII, bank ini fokus dibidang
konsumer .
Hal tersebut didorong oleh kontribusi terbesar dari total kredit
konsumsi. Yaitu sebesar 40 , sedangkan kontribusi kredit UKM dan kredit Korporasi masing-masing sebesar 36 dan 24 . Namun meski
secara rata-rata Non Performing Loan kredit bermasalah gross bank asing meningkat, BII justru dapat menurunkan NPL nya. Per September 2011
turun dari 3,52 menjadi 2,54. Penurunan NPL tersebut juga didorong oleh
peran manajemen
risiko kredit
yang efektif
http:www.bii.co.idNewsPagesBII-Records-34-Increase-in-Net-Profit- .
Ketersediaan suatu sistem dan prosedur dalam hal mengendalikan dan mengelola risiko adalah merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
bank. Agar bank terhindar dari kerugian, baik kerugian materi berupa penurunan pendapatan bank ,maupun non materi seperti memburuknya citra
atau reputasi dari suatu bank di mata masyarakat. Pada tingkatan yang lebih tinggi, risiko dapat dikelola sedemikian rupa untuk memberikan penghasilan
yang lebih besar bagi bank. Bank diharapkan mampu mengidentifikasi risiko, mengelola dan memantau agar dampak dari risiko yang mungkin
saja terjadi tidak melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank tersebut.
Menurut info bank, kredit konsumsi perbankan nasional pada 2012 diprediksi akan tetap tumbuh. KPR masih menjadi penyangga utama
pertumbuhan http: www.infobanknews.com201111prospek-kpr-di-
bawah-bayang-bayang-krisis .
Bank Indonesia BI menilai keberanian sejumlah bank asing di Tanah Air menyalurkan kredit sangat tinggi pada tahun 2011. Saat perbankan nasional
mengerem penyaluran kredit pemilikan rumah KPR, bank milik asing justru mengincar bisnis ini. Apalagi, angka penyaluran KPR masih minim,
yakni baru dua persen dari total PDB Produk Domestik Bruto. Sedangkan jumlah penduduk terus meningkat. Hal itu menjadi alasan perbankan asing
mulai mengincar pasar properti di tanah air. Menurut Haryanto EVP Coordinator CMO, PT Bank Mandiri Persero Tbk, penyaluran kredit
rumah di Malaysia dan Singapura sudah mulai jenuh. Karena, sudah hampir semua orang memiliki rumah sendiri, makanya bank asing masuk ke
Indonesia
http:www.ujungpandangekspres.comview.php .
Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk mempelajari
“Bagaimana Penerapan Manajemen Risiko di PT. BII, Tbk di bidang Kredit Pemilikan Ru
mah?”
2
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan manajemen risiko KPR di BII. Hasil penelitian ini diharapkan memberi
manfaat bagi penulis agar dapat meningkatkan wawasan berpikir ilmiah khususnya yang berkaitan dengan konsep manajemen risiko secara nyata di
perbankan Indonesia. Dan bagi pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu khususnya dalam praktisi didunia
perbankan terutama dalam penerapan manajemen risiko penyaluran kredit konsumsi di bidang KPR.
3
2. Kajian Teoritis dan Empiris