a. Identifikasi Potensi terjadinya Risiko Kredit
Risiko kredit yang berupa kredit bermasalah bisa terjadi karena 2 pihak. Yaitu pihak intern dan ekstern bank.
Pihak intern bank berupa : Kebijakan pemberian kredit yang terlalu ekspansif. Dengan
menyetujui pemberia kredit yang mengandung risiko kredit tinggi. Alasannya adalah karena adanya hubunga dengan penguasa atau
ketatnya persaingan antar bank membuat bank menurunkan standar seleksi, sehingga NPL akan semakin tinggi.
Itikad kurang baik dari oknum bank, dengan adanya debitur fiktif. Oknum tersebut lebih mengutamakan kepentingannya dari pada
kepentingan bank. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit akan memicu
penyimpangan-penyimpangan yang akan mengakibatkan kegagalan dalam pelunasa kreditnya kelak.
Pihak ekstern berupa: Kegagalan usaha debitur. Ini bisa terjadi secara murni gagal usaha
debitur, namun juga terkadang ada debitur yang nakal dengan memanipulasi laporan keuangan sehingga seakan-akan debitur
mengalami kebangkrutan. Adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan suku bunga kredit
maupun kebijakan makro lainnya. Musibah yang terjadi kepada debitur yang tidak melakukan
pengamanan penutupan asuransi.
b. Penggolongan kredit bermasalah
Penggolongan atas risiko tersebut semakin memudahkan bank dalam memberikan perlakuan dan kebijakan sesuai dengan klasifikasi kredit.
Pemberian surat peringatan adalah cara yang digunakan BII untuk mengingatkan debitur akan tunggakannya. Adapun klasifikasi surat
peringatan diatur sebagai berikut:
18
Keterlambatan hari Jenis Surat Peringatan
1-8 9-15
16-30 31-60
61-75 Surat Pemberitahuan
Surat Peringatan 1 Surat Peringatan 2
Surat Peringatan 3 Surat Peringatan dari Lawyer
penyitaan jaminan, gugatan perdata, gugatan pailit
c. Meminimalkan risiko
Dalam menangani kredit bermasalah bank membuat suatu kebijakan dalam meminimalkan risiko kredit yang harus ditanggungnya. Dalam
meminimalkan risiko, proses penanganan debitur ini berlaku bagi debitur yang terbukti mendapatkan kesulitan pembayaran baik pokok dan atau
bunga dan atau denda namun masih mempunyai prospek kemampuan membayar dimasa mendatang. Ada 3 tahap yang diambil oleh BII untuk
menangani kredit bermasalah. Yaitu restrukturisasi kredit, reklasifikasi kredit, pelunasan secara tunai, dan agunan yang diambil alih. Dan jiak
semua upaya penyelamatan kredit sudah tidak efektif lagi dan tidak punya prospek, maka langkah terakhir yang dilakukan oleh BII adalah melakukan
kebijakan hapus buku dan hapus tagih.
1. Restrukturisasi Kredit