Pengantar Teori Marxis tentang Hukum

183

PENGANTAR MENGENAI TEORI MARXIS TENTANG HUKUM
Oleh:
Endra Wij aya
Fakult as Hukum Universit as Pancasila Jakart a

Abst ract
The opi nion of Kar l Mar x becomes t he i nspi rat ion f or t he appear ance of t he cr it i cal phi l osophy i n
t he f iel d of economi cs, soci al , pol i t i c and l aw. The spi r it i s t o cri t i cize t he capi t al i sm syst em t hat
assumed of negat ive ef f ect f or t he human l i f e. When t hose opi nion is came int o t he l aw, it br ing t he
cr i t i ci sm t o at t endance of l aw i n capi t al ist societ y. In capi t al i st soci et y, l aw i s not a f r ee val ue, i t ’ s
not neut r al char act er and al ways r el at ed wi t h t he economi c f act or and al so exist ing pol i t i cs.
Kat a Kunci : t eori marxis dan sist em kapit alisme

A. Pendahuluan
Tulisan ini berupaya unt uk memaparkan
sedikit hal t ent ang hukum dari sudut pandang
(perspekt if ) marxis. Oleh karena it u, t ulisan
ini lebih t epat didudukkan sebagai t ulisan
pengant ar unt uk membuka pemahaman mengenai t eori marxis t ent ang hukum.

Yang pat ut mendapat kan perhat ian pert ama-t ama ket ika membicarakan masalah
hukum dari perspekt if marxis adalah, bahwa
Karl Marx sendiri t idak pernah menghasilkan
suat u karya yang dapat disebut sebagai “ t eori
t ent ang hukum” yang ut uh. 1 Marx sendiri lebih
t epat dikat akan sebagai seorang pemikir,
f ilsuf , sekaligus akt ivis di bidang ekonomi dan
polit ik. 2 Upaya unt uk merancang secara lebih

belaj aran ilmu hukum, bahwa masalah hukum
it u dilihat dari sudut pandang yang l egal
posi t i vi sm 3, hukum dilihat sebagai sesuat u
yang bebas nilai at au t idak t erkait sama sekali
dengan f akt or sosial dan kepent ingan polit ik.
Krit ik t erhadap sudut pandang sepert i it u
sudah banyak dilont arkan oleh para ahli
hukum, misalnya sepert i yang dilakukan oleh
Sat j ipt o Rahardj o melalui gagasan “ Hukum
Progresif ” -nya at au j uga oleh Robert o Unger
sert a Duncan Kennedy dengan Cr it i cal Legal

St udi es-nya (CLS).
Krit ik-krit ik t ersebut pada int inya berpendapat bahwa hukum t idak bisa dilepaskan
dari f akt or-f akt or yang ada di dalam masyarakat , sepert i f akt or nilai, moral, et ika, eko-

lengkap dan menyeluruh t eori hukum dalam
wilayah pemikiran marxis dilakukan oleh para
pengikut t eori Marx (para marxis).
Set idaknya t erdapat 2 (dua) alasan yang
dapat diaj ukan unt uk menj awab pert anyaan
“ Apa perlunya mempelaj ari at au menget ahui
t ema hukum dalam lingkup pemikiran marxis?
Alasan per t ama adalah unt uk memperluas at au memperkaya pemahaman mengenai t eori hukum it u sendiri. Terdapat
kecenderungan dalam kegiat an (proses) pem-

nomi, bahkan polit ik. Lit erat ur yang memuat
krit ik t adi sudah cukup banyak disebarluaskan,
t et api penulis masih melihat adanya kekurangan, yait u t erut ama krit ik yang membahas t eori
ket erkait an ant ara hukum dengan akt ivit as
ekonomi dan polit ik.
Kalaupun ada upaya yang t elah memperkenalkan t eori “ hukum adalah polit ik” , sepert i

melalui beberapa t ulisan yang mengangkat
pemikiran CLS, menurut penulis upaya it u
masih j uga belum cukup. Perlu dipahami,
bahwa CLS memiliki akar pemikiran pada

1

2

Al an Hunt , 2000, “ Marxist Theor y of Law ” , dal am
Dennis Pat t erson ed. , A Compani on t o Phi l osophy of
Law and Legal Theor y, Massachuset t s: Bl ackwel l
Publ ishers Lt d, hl m. 356.
Ken Budha Kusumandaru, 2003, Kar l Mar x, Revol usi ,
dan Sosi al i sme, Yogyakart a: Insi st Press, hl m. 52.

3

Qodri Azizy, “ Menggagas Il mu Hukum Indonesi a” , dal am
Qodri Azizy, et al . , 2006, Menggagas Hukum Pr ogr esi f

Indonesi a, Yogyakart a: Pust aka Pel aj ar, IAIN Wal isongo
Semar ang, dan Program Dokt or Il mu Hukum Uni versit as
Di ponegoro, hl m. vi i.

184

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 3 Sept ember 2008

t radisi krit is yang dikembangkan oleh para
neomarxis. 4 Jadi cukup waj ar apabila t ulisan
t eori marxis t ent ang hukum diperkenalkan
j uga berdampingan dengan t ulisan-t ulisan t ent ang CLS. Tent u upaya sepert i it u akan memberikan pemahaman yang lebih lengkap, baik
bagi t eori hukum pada umumnya, maupun bagi
t eori “ hukum adalah polit ik” pada khususnya.
Alasan kedua adalah unt uk memberikan
alt ernat if pisau analisis dalam memahami

akhirnya t erj adi, t idak peduli apakah perat uran-perat uran
it u

akan
ef ekt if
di
masyarakat at au t idak.
Sebagai krit ik t erhadap pendekat an
posit ivisme hukum, maka yang perlu dilakukan
adalah merubah sudut pandang t erhadap
proses hukum. Proses hukum harus dipandang
sebagai proses yang melibat kan int eraksi
ant armanusia at au “ proses perilaku” , yang di
dalamnya t erkait pula berbagai f akt or, sepert i

f enomena ket idakberdayaan hukum dalam
memberikan rasa keadilan di masyarakat .
Sat j ipt o menyebut kan bahwa t elah t erj adi
proses bekerj anya hukum yang j ust ru “ kont raprodukt if ” . Sat j ipt o bahkan j uga menyebut kan
bahwa “ Hukum yang membawa panj i-panj i
ket erat uran dan ket ert iban, misalnya, t ernyat a dapat menimbulkan suasana yang
sebaliknya. Ia t idak hanya bersif at ordegenik,
melainkan j uga kriminogenik. ” 5

Keadaan hukum sepert i t ersebut di at as
t idak dapat dipecahkan apabila hanya bersandar pada analisis hukum yang posit ivis
(posit ivisme hukum). Posit ivisme hukum menghendaki dilepasnya unsur nilai, moral, et ika,
sosial, dan polit ik dari sist em hukum.
Posit ivisme hukum j uga melihat hukum
semat a-mat a dalam bent uk f ormalnya, 6 maka

f akt or nilai, moral, et ika, sosial, dan polit ik.
Manusialah yang berperan dalam proses hukum, karena perat uran t idaklah akan mempunyai art i apa-apa kalau t idak ada f akt or
manusia yang menj alankannya. 8 Oleh karena
it u, maka diperlukan pendekat an alt ernat if
selain pendekat an yang posit ivis dalam menj awab permasalahan hukum di masyarakat ,
dan pendekat an it u sebaiknya j uga ikut
mempert imbangkan banyak f akt or yang ada di
dalam masyarakat . Pendekat an alt ernat if it u
salah sat unya adalah pendekat an marxis
t ent ang hukum, yang menj adi pokok pembahasan dalam t ulisan ini. Pendekat an marxis
t ent ang hukum bahkan diklaim oleh salah sat u
pemikirnya, Evgeny Pashukanis, sebagai sesuat u yang dibangun berdasarkan kenyat aan
sosial. 9


kemudian yang t erj adi adalah reduksi t erhadap proses hukum, yait u semat a-mat a hanya
sebagai “ proses perat uran. ” 7 Posit ivisme
hukum akan menj awab masalah kemacet an
hukum dalam mencipt akan keadilan dengan
kembali melakukan proses pembent ukan
perat uran yang baru. “ Banj ir” perat uranpun

Sesuai dengan j udul yang dipilih, maka
yang menj adi pokok pembahasan dalam
t ulisan ini adalah mengenai t eori marxis t ent ang hukum. Sebagai t ulisan pengant ar, maka
cukup t epat apabila pembahasan dilakukan
secara deskript if , dengan hanya memaparkan
secara umum beberapa pokok pemikiran yang
ada di dalam t eori marxis t ent ang hukum.

4

5


6

7

FX. Adj i Samekt o, 2005, St udi Hukum Kr i t i s: Kr i t i k
t er hadap Hukum Moder n, Bandung: PT. Cit r a Adit ya
Bakt i, hl m. 35 dan 56. Li hat j uga Ot j e Sal man dan
Ant on F. Susant o, 2004, Teor i Hukum: Mengi ngat ,
Mengumpul kan dan Membuka Kembal i , Bandung: Ref ika
Adit ama, hl m. 124.
Sat j i pt o Rahardj o (a), 2007, Bi ar kan Hukum Mengal i r :
Cat at an Kr i t i s t ent ang Per gul at an Manusi a dan Hukum,
Jakart a: Kompas, hl m. 3.
Fir man
Munt aqo,
2007,
“ Mer et as Jal an
bagi
Pembangunan
Ti pe

Hukum
Pr ogr esi f
mel al ui
Pemahaman t er hadap Per anan Mazhab Hukum Posi t i vi s
dan Non-Posi t i vi s dal am Kehi dupan Ber hukum di
Indonesi a” , dal am Sat j i pt o Rahar dj o (b), Membedah
Hukum Pr ogr esi f , Jakart a: Kompas, hl m. 162.
Rahardj o (a), op. ci t . , hl m. 17.

B. Pembahasan
Dalam lit erat ur-lit erat ur t eori hukum yang
t elah dipublikasikan, t erut ama yang dit ulis
dalam bahasa Indonesia, masih sedikit sekali
dit emui pembahasan yang memadai mengenai
t eori marxis t ent ang hukum. Jika ada, t eori
8

9

Sat j i pt o Rahar dj o (c), 1980, Hukum dan Masyar akat ,

Bandung: Angkasa, hl m. 69.
Evgeny Pashukanis, “ The Gener al Theor y of Law and
Mar xi sm ”
. Diakses pada 22 Jul i 2008.

Pengant ar Mengenai Teori Marxis Tent ang Hukum

185

marxis t ent ang hukum it u pun masih t erbat as
pada hanya salah sat u pendekat an yang ada
dalam t eori marxis t ent ang hukum. Pendekat an yang lazim dij umpai adalah pendekat an
“ st rukt ur dasar (bawah) dan st rukt ur at as
( base-super st r uct ure)” . 10 Padahal dalam t eori
marxis t ent ang hukum masih t erdapat
beberapa pendekat an lainnya yang digunakan
dalam membahas masalah hukum.
Menurut Alan Hunt , t erdapat beberapa

beberapa macam pendekat an t erhadap hukum

yang digunakan oleh para marxis sehingga
mereka menghasilkan t ema-t ema pokok hakikat hukum di at as.
Per t ama, pendekat an “ st rukt ur dasar
(bawah) dan st rukt ur at as ( base-super st r uct ure)” . Pendekat an ini melet akkan hukum
pada st rukt ur at as, dan st rukt ur at as ini meref leksikan apa yang menj adi st rukt ur dasarnya, yait u hubungan produksi kehidupan mat e-

t ema pokok yang dij elaskan oleh para pemikir
marxis mengenai hakikat hukum, yait u: 11
1. Hukum t idak dapat menghindar at au t idak
dapat melepaskan dirinya dari polit ik, at au
bahkan dapat dikat akan, bahwa hukum it u
adalah salah sat u bent uk (perwuj udan) dari
polit ik.
2. Hukum dan negara memiliki hubungan yang
dekat . Hukum memperlihat kan sif at nya
yang “ relat if ot onom” dari negara.
3. Hukum memberikan pengaruh, mencerminkan, at au mengekspresikan kuat nya (besarnya) hubungan ekonomi yang ada.
4. Hukum selalu pot ensial bersif at memaksa
dan
memanif est asikan
(mewuj udkan)
monopoli negara at as alat -alat pemaksa.
5. Isi dan prosedur yang t erkandung dalam
hukum, baik langsung maupun t idak lang-

rial (f akt or ekonomi). 12
Konsep base-super st r uct ur e mendeskripsikan masyarakat yang ada di dunia ini t erbagi
ke dalam 2 (dua) bagian, yait u: st rukt ur dasar
(bawah, basest r uct ur e) dan st rukt ur at as
( super st r uct ur e ). Dalam pembagian sepert i
it u, f akt or ekonomi dilet akkan pada st rukt ur
dasar, sedangkan hal-hal lainnya, sepert i
sist em sosial, hukum, polit ik, agama, seni dan
ilmu penget ahuan dilet akkan pada st rukt ur
at as. Segala proses yang t erj adi pada st rukt ur
at as akan dipengaruhi oleh st rukt ur dasar. 13
Dalam kalimat nya Marx, “ [ adalah] cara produksi kehidupan mat erial [ yang] mengkondisikan proses kehidupan sosial, polit ik, dan
spirit ual pada umumnya” .
Konsep base-super st r uct ur e memiliki
akar pada “ t eori mat erialisme hist oris ( t he

sung, mencerminkan kepent ingan-kepent ingan kelas yang berkuasa.
6. Hukum it u bersif at ideologis. Dengan demikian, hukum it u menunj ukkan dan menyediakan legit imasi kepada nilai-nilai yang
melekat pada (nilai-nilai milik) kelas yang
berkuasa.
Tema-t ema pokok di at as kemudian
mengalami perkembangan lebih lanj ut , sehingga melahirkan varian-varian baru dalam t eori
marxis t ent ang hukum. Set idaknya t erdapat

mat eri al i st i c concept i on of hi st ory )” dari
Marx, yait u bahwa: “ Semua gerakan polit ik,
sosial, int elekt ual dan et is dalam sej arah
didet erminasi oleh cara-cara dengan apa
masyarakat mengorganisasi lembaga-lembaga
sosial mereka dalam hal melaksanakan akt ivit as-akt ivit as produksi, pert ukaran, dist ribusi
dan konsumsi barang-barang. Set iap perkembangan hist oris pent ing pada dasarnya merupakan hasil perubahan-perubahan dalam
cara bagaimana salah sat u di ant ara akt ivit asakt ivit as ekonomis t ersebut dilaksanakan. Hal
t ersebut pada pokoknya merupakan penaf siran
sej arah secara ekonomis” .

10

11

John Gil issen dan Frit s Gorl e, 2005, Sej ar ah Hukum:
Suat u Pengant ar , Bandung: Ref ika Adit ama, hl m. 97
dan 127-128; Meuwissen, 2008, Tent ang Pengembanan
Hukum, Il mu Hukum, Teor i Hukum dan Fi l saf at Hukum ,
dit er j emahkan ol eh B. Ar ief Sidhart a, Bandung: Ref ika
Adit ama, hl m. 72-74; dan Theo Huij bers, 2003, Fi l saf at
Hukum dal am Li nt asan Sej ar ah, Yogyakart a: Kani sius,
hl m. 112, t et api pada hl m. 171-172-nya sudah
menyinggung sedikit pendekat an “ det er minisme yang
l ebih l unak” .
Hunt , op. ci t . , hl m. 355.

12
13

Ibi d, hl m. 358.
Ernest Mandel , 2006, Tesi s-Tesi s Pokok Mar xi sme,
dit er j emahkan ol eh Ign. Mahendr a, Yogyakart a: Resi st
Book, hl m. 90.

186

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 3 Sept ember 2008

Ringkasnya, mat erialisme hist oris mengandung pemahaman bahwa perkembangan
organisasi at au akt ivit as sosial lainnya yang
ada dalam masyarakat dit ent ukan oleh f akt or
ekonomi. Karena dit ent ukan oleh f akt or
ekonomi sepert i it u, maka pendekat an ini
disebut j uga dengan pendekat an “ det erminisme ekonomi” at au sering disebut j uga dengan
“ ekonomisme” . Det erminisme ekonomi merupakan salah sat u ciri khas marxisme klasik

pengaruhi ant arf akt or yang t erdapat di
st rukt ur dasar dan st rukt ur at as.
Proses saling mempengaruhi ant arf akt or
t ersebut lah yang membedakan ant ara det erminisme ekonomi yang “ kuat ” dengan yang
“ lunak” . Pada pendekat an det erminisme ekonomi yang kuat , yang menj adi f akt or
penent unya adalah f akt or ekonomi, yang j uga
berart i bahwa f akt or-f akt or lain yang berada
dalam st rukt ur at as ( super st r uct ure) t idak

(marxisme ort odoks).
Det erminisme ekonomi sudah banyak
mendapat kan krit ik. Para pengkrit ik det erminisme ekonomi menganggap bahwa
det erminisme ekonomi t idak lain adalah reduksionisme, dan gagal memandang keberagaman. Salah sat u di ant ara pengkrit ik it u
adalah seorang marxis, Louis Alt husser. Dia
bahkan mengusulkan “ ot onomi relat if ” superst rukt ur t anpa mengabaikan keberadaan st rukt ur dasar, dan menilai adanya hubungan
t imbal balik ant ara superst rukt ur dengan
st rukt ur dasarnya. 14
Kedua, pendekat an “ det erminisme yang
lebih lunak” . Pendekat an det erminisme yang
lebih lunak ini memandang bahwa f akt or
ekonomi akan menent ukan “ pada akhirnya”
perkembangan organisasi at au akt ivit as sosial

akan mempunyai daya pengaruh sama sekali
ket ika berhadapan dengan f akt or ekonomi.
Ket i ga, adalah pendekat an yang dikembangkan oleh ahli hukum yang berasal dari
Sovyet , Evgeny Pashukanis. Pashukanis melihat
t eori hukum sebagai sebuah permasalahan
(pert anyaan) hist oris. Hal it u berart i, bahwa:
pert ama, pemahaman t erhadap bent uk-bent uk
hukum borj uis memerlukan sebuah pendekat an hist oris, karena hukum adalah hasil dari
suat u t ahap t ert ent u dari perkembangan
masyarakat . Ke dua, Pashukanis melihat t ugas
dari t eori marxis t ent ang hukum adalah unt uk
memperlihat kan (mendemost rasikan) keadaan
alamiah yang bersif at sement ara dari hukum. 16
Hukum ada t idak lain adalah unt uk melenyap.
Teori hukum dari Pashukanis, yait u yang
dikenal dengan “ t eori pert ukaran komodit as

lainnya yang ada dalam masyarakat . 15
Apabila dikait kan dengan proses pembent ukkan hukum, misalnya, maka pendekat an
det erminisme yang lebih lunak t idak akan
langsung menyat akan bahwa karakt er dan isi
dari hukum it u past i dit ent ukan hanya oleh
f akt or ekonomi (st rukt ur dasar). Dalam proses
pembent ukkan hukum, maka segala f akt or
yang ada, sepert i f akt or polit ik, agama, adat ,
dan ilmu penget ahuan, bisa saling berint eraksi
ikut membent uk hukum bersama-sama dengan
f akt or ekonomi. Jadi pendekat an det erminisme yang lebih lunak ini masih menyediakan
ruang bagi t erj adinya proses saling mem-

( t he commodi t y-exchange t heor y )” , melihat
kont rak (perj anj ian) sebagai dasar dari semua
bent uk hukum yang ada ( cont r act as t he f oundat i on of al l l aw ). Kemudian menurut nya,
hukum lahir (t imbul) karena adanya kebut uhan
akan komodit as17 dari proses produksi. Semua
bent uk hukum diarahkan unt uk mendukung
(memperlancar) proses pert ukaran komodit as
yang t erj adi di ant ara subj ek-subj ek yang
bert indak sebagai “ penj aga” dari komodit as
t adi. 18

16

17

14

15

Louis Al t husser , 2004, Tent ang Ideol ogi : Mar xi sme
St r ukt ur al i s, Psi koanal i si s, Cul t ur al St udi es [ Essays on
Ideol ogy] , Bandung: Jal asut ra, hl m. 12.
Hunt , op. ci t . , hl m. 359.

18

M. D. A. Freeman, 1994, Ll oyd’ s Int r oduct i on t o
Jur i spr udence, London: Sweet and Maxwel l Lt d, hl m.
867.
“ Komodit as, ol eh karena i t u, adal ah produk yang
di ci pt akan unt uk di pert ukarkan di pasar, ber beda
dengan produk yang di buat unt uk konsumsi l angsung.
Set iap komodit as harus memil iki nil ai guna maupun nil ai
t ukar” . Lihat Mandel , op. ci t . , hl m. 124.
Freeman, op. ci t . , hl m. 868.

Pengant ar Mengenai Teori Marxis Tent ang Hukum

187

Menurut Pashukanis, pert ukaran komodit as, dari perspekt if hist oris, mendahului
sist em hukum yang t erbent uk darinya. Hanya
dengan perkembangan yang maksimal dari
suat u proses produksi komodit as, maka akan
t erbuka pula kemungkinan bagi perkembangan
bent uk-bent uk hukum. Produksi komodit as
berkembang melalui perdagangan, dan hukum
t umbuh berkembang sebagaimana perdagangan t adi mengalami peningkat an. 19

dirancang dan dikembangkan oleh Pashukanis. 23
Keempat , pendekat an yang mencoba
membangun analisis mengenai hukum dengan
menghubungkannya dengan ideologi. Bagaimanakah hubungan ant ara hukum dengan
ideologi it u?
Collins, dalam karyanya Marxi sm and
Law , mendef inisikan ideologi sebagai sekumpulan ide yang mendominasi yang t imbul

Dengan t erus berkembangnya pert ukaran
komodit as t ersebut , kemungkinan t imbulnya
sengket a akan semakin besar pula, dan sebuah
sist em hukum haruslah hadir unt uk mengat asi
sengket a t adi. Pashukanis menyat akan, “ It i s
di sput es, conf l i ct s of i nt er est , whi ch cr eat e
t he legal f or m, t he legal super st r uct ure ” . 20
Pashukanis percaya bahwa hukum akan
mencapai t ahap perkembangan t ert ingginya di
bawah sist em kapit alisme. Di bawah sist em
kapit alisme, hukum yang berkembang t ent unya adalah j uga sist em hukum yang mendukung kepent ingan kaum borj uis. 21 Tet api
pada t ahap selanj ut nya, ket ika t ahap puncak
masyarakat komunis t ercapai, maka hukum it u
akan ikut melenyap seiring dengan melenyapnya negara.
Pashukanis memang t elah merancang

(lahir) dari dan dibent uk oleh prakt ik-prakt ik
sosial dalam hubungan-hubungan produksi.
Ideologi yang dominan akan muncul di ant ara
kelas para pemilik alat -alat produksi yang
secara bersama-sama memiliki pengalaman
(pemahaman) dan memainkan peranan yang
cenderung sama dalam hubungan-hubungan
produksi. Kemudian hukum sebagai suat u
bent uk perat uran bagi masyarakat , yang
memang sengaj a dicipt akan, muncul dari
dalam ideologi dominan it u. 24 Konkret nya,
nilai-nilai yang ada di dalam ideologi dominan
kemudian dit ransf ormasikan (diwuj udkan) ke
dalam bent uk perat uran-perat uran hukum.
Rangkaian proses t adi membawa konsekuensi,
yait u bahwa hukum menj adi pembawa nilainilai ideologi dominan. 25
Sebelum Collins, seorang marxis asal

t eori marxisnya t ent ang hukum unt uk mendukung (memenuhi) t uj uan-t uj uan polit ik
kaum bolshevik. 22 Misalnya, ket ika kaum bolshevik dengan ideologinya menyakini bahwa
negara, t ermasuk hukum, akan melenyap,
maka t eori hukum yang dirancang dan di
kembangkan oleh Pashukanis pun mendukung
keyakinan t adi. Pashukanis berpendapat bahwa hukum pada akhirnya akan melemah dan
melenyap, sert a kemudian digant ikan oleh
suat u bent uk sist em administ rasi. Melenyapnya hukum it ulah yang kemudian menj adi
simpulan dari t eori pert ukaran komodit as yang

It alia yang bernama Ant onio Gramsci, t elah
pula memberikan pendapat nya mengenai ideologi dominan dalam kait annya dengan hegemoni. Set iap ideologi dominan selalu berusaha
unt uk mempererat f ormasi sosial, yang di
dalamnya t erdapat kelas-kelas sosial, agar
berada di bawah kepemimpinan mereka (kelas
dominan). Upaya unt uk menggiring kelas sosial
lainnya agar mau t unduk di bawah kepemimpinan kelas dominan it ulah yang disebut
dengan hegemoni, dan hukum menj adi salah
sat u inst rumen pent ing dalam proses hegemoni. 26 Gramsci menj elaskan bahwa hegemoni

23
24

19
20
21
22

Ibi d.
Pashukani s, l oc. ci t .
Freeman, op. ci t . , hl m. 869.
Ibi d. , hl m. 867.

25
26

Ibi d. , hl m. 870.
Cost as Douzinas, Ronni e Warringt on dan Shaun McVeigh,
1991, Post moder n Jur i spr udence: The Law of Text i n
t he Text s of Law , London: Rout l edge, hl m. 121.
Hunt , op. ci t . , hl m. 361.
Robert Bocock, 2007, Pengant ar Kompr ehensi f unt uk
Memahami Hegemoni , Bandung: Jal asut r a, hl m. 27.

188

Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 8 No. 3 Sept ember 2008

merupakan penundukkan kelas-kelas sosial
dengan cara-cara yang lebih bersif at konsensus (perset uj uan) daripada penindasan (paksaan). 27 Kelas yang melakukan penundukkan it u
adalah kelas hegemonik.
Apabila penj elasan mengenai hubungan
hukum dengan ideologi dikait kan dengan
konsep base-super st r uct ur e, maka hukum ini
akan hadir baik di st rukt ur dasar maupun di
st rukt ur at as. Hukum hadir di st rukt ur at as

Masih banyak celah kekurangan yang di
harapkan dapat menj adi bahan t ulisan selanj ut nya mengenai t eori marxis t ent ang hukum.
Pembahasan penulis melalui t ulisan kali ini
belum sampai memaparkan pengaruh t eori
marxis t ent ang hukum dalam mendorong t imbulnya aliran-aliran pemikiran dalam ilmu
hukum, belum sampai memaparkan krit ikkrit ik yang dilont arkan t erhadap t eori marxis
t ent ang hukum, dan j uga belum sampai pada

adalah karena hukum it u sendiri muncul dari
bidang ideologi, yang merupakan salah sat u
unsur pada st rukt ur at as. Sedangkan hukum
hadir di st rukt ur dasar adalah karena hukum
it u berf ungsi mengat ur dan memperlancar t erj adinya proses hubungan-hubungan produksi. 28

bent uk-bent uk prakt ik t eori marxis t ent ang
hukum pada l evel negara. Set idaknya, 3 (t iga)
hal it ulah yang diharapkan dapat menj adi inspirasi bagi t ulisan-t ulisan berikut nya mengenai
t eori marxis t ent ang hukum. Sebuah “ undangan” menulis bagi penulis lainnya unt uk berani
mencoba ikut sert a memperkaya pust aka ilmu
hukum di Indonesia.

C. Penutup
Demikianlah pembahasan sekilas mengenai t eori marxis t ent ang hukum. Simpulan
sederhana yang dapat diambil dari pembahasan t ersebut adalah, bahwa para pemikir
marxis, set elah Marx, t elah berupaya merancang dan mengembangkan t eori hukum. Beragam pendekat an t elah mereka gunakan
dalam membahas hakikat hukum, dan walaupun dengan pendekat an yang beragam it u,
t eori hukum yang mereka hasilkan memiliki
ciri khasnya t ersendiri. Hal it u dapat dilihat ,
ant ara lain, pada adanya f akt or-f akt or ekonomi dan polit ik pada pendekat an mereka t erhadap hukum, sert a j uga pada adanya muat an
krit ik t erhadap sist em kapit alisme. Yang disebut kan t erakhir, bahkan dapat dianggap
sebagai sebuah semangat yang cenderung
menj adi khas dalam pemikiran marxis29 yang
selalu mengkrit ik habis-habisan sist em kapit alisme besert a pengaruhnya dalam kehidupan
manusia.

27

28
29

Nezar Pat ri a dan Andi Ar ief , 1999, Ant oni o Gr amsci :
Negar a dan Hegemoni , Yogyakart a: Pust aka Pel aj ar,
hl m. 120-121. Lihat j uga Roger Si mon, 1999, GagasanGagasan Pol i t i k Gr amsci , Yogyakart a: Insist dan Pust aka
Pel aj ar, hl m. 19-22.
Douzinas, Warr ingt on, dan McVeigh, op. ci t . , hl m. 122.
Jonat han Wol f f , 2004, Mengapa Masi h Rel evan
Membaca Mar x Har i Ini ? [ Why Read Marx Today?] ,
Yogyakart a: Mat a Angin, hl m. xii dan 150.

Daftar Pustaka
Alt husser, Louis. 2004. Tent ang Ideol ogi :
Mar xisme St r ukt ur al i s, Psi koanal i si s,
Cul t ur al St udi es [ Essays on Ideol ogy ] .
Bandung: Jalasut ra;
Azizy, Qodri. 2006. “ Menggagas Il mu Hukum
Indonesi a” . Dalam Qodri Azizy, et al . ,
Menggagas Hukum Progr esi f Indonesi a.
Yogyakart a: Pust aka Pelaj ar, IAIN Walisongo Semarang, dan Program Dokt or
Ilmu Hukum Universit as Diponegoro;
Bocock, Robert . 2007. Pengant ar Komprehensi f unt uk Memahami Hegemoni . Bandung: Jalasut ra;
Douzinas, Cost as; Ronnie Warringt on, dan
Shaun McVeigh.
1991.
Post moder n
Jur i spr udence: The Law of Text i n t he
Text s of Law . London: Rout ledge;
Freeman, M.D. A. 1994. Ll oyd’ s Int r oduct ion t o
Jur i spr udence. London: Sweet
and
Maxwell Lt d;
Gilissen, John; dan Frit s Gorle. 2005. Sej ar ah
Hukum: Suat u Pengant ar . Bandung:
Ref ika Adit ama;
Huij bers, Theo. 2003. Fi l saf at Hukum dal am
Li nt asan Sej ar ah. Yogyakart a: Kanisius;
Hunt , Alan. “ Marxist Theory of Law” . Dalam
Dennis Pat t erson ed. 2000. A Compani on

Pengant ar Mengenai Teori Marxis Tent ang Hukum

t o Phi l osophy of Law and Legal Theory .
Massachuset t s: Blackwell Publishers Lt d;
Kusumandaru, Ken Budha. 2003. Kar l Mar x,
Revol usi , dan Sosi al i sme. Yogyakart a:
Insist Press;
Mandel, Ernest . 2006. Tesi s-Tesi s Pokok
Mar xisme. Dit erj emahkan oleh Ign. Mahendra. Yogyakart a: Resist Book;
Meuwissen. 2008. Tent ang Pengembanan Hukum, Il mu Hukum, Teor i Hukum dan Fi l saf at Hukum . Dit erj emahkan oleh B.
Arief Sidhart a. Bandung: Ref ika Adit ama;
Munt aqo, Firman. “ Mer et as Jal an bagi
Pembangunan Ti pe Hukum Pr ogresi f mel al ui Pemahaman t er hadap Per anan Mazhab Hukum Posi t ivi s dan Non-Posi t ivi s
dal am Kehi dupan Ber hukum di Indonesi a” . dalam Sat j ipt o Rahardj o. 2007.
Membedah Hukum Pr ogresi f . Jakart a:
Kompas;
Pashukanis, Evgeny. The Gener al Theor y of
Law and Mar xism . ht t p: / / www. marxist s. org/ archive/ pashukanis/ 1924/ law/
>. Diakses pada 22 Juli 2008;

189

Pat ria, Nezar; dan Andi Arief . 1999. Ant oni o
Gr amsci : Negara dan Hegemoni . Yogyakart a: Pust aka Pelaj ar;
Salman, Ot j e; dan Ant on F. Susant o. 2004.
Teor i Hukum: Mengi ngat , Mengumpul kan dan Membuka Kembal i . Bandung:
Ref ika Adit ama;
Samekt o, FX. Adj i. 2005. St udi Hukum Kr i t i s:
Kr i t i k
t er hadap
Hukum
Modern.
Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i;
Simon, Roger. 1999. Gagasan-Gagasan Pol i t i k
Gr amsci . Yogyakart a: Insist dan Pust aka
Pelaj ar;
Rahardj o, Sat j ipt o. 1980. Hukum dan Masyar akat . Bandung: Angkasa;
---------------------. 2007. Bi ar kan Hukum Mengal i r : Cat at an Kr i t i s t ent ang Per gul at an
Manusi a dan Hukum . Jakart a: Kompas;
Wolf f , Jonat han. 2004; Mengapa Masi h Relevan Membaca Mar x Har i Ini ? [ Why Read
Mar x Today?] . Yogyakart a: Mat a Angin.