183
PENGANTAR MENGENAI TEORI MARXIS TENTANG HUKUM
Oleh:
Endra Wij aya
Fakult as Hukum Universit as Pancasila Jakart a
Abst r act
The opi nion of Kar l Mar x becomes t he i nspi r at ion f or t he appear ance of t he cr it i cal phi l osophy i n t he f iel d of economi cs, soci al , pol i t i c and l aw. The spi r it i s t o cr i t i cize t he capi t al i sm syst em t hat
assumed of negat ive ef f ect f or t he human l i f e. When t hose opi nion is came int o t he l aw, it br ing t he cr i t i ci sm t o at t endance of l aw i n capi t al ist societ y. In capi t al i st soci et y, l aw i s not a f r ee val ue, i t ’ s
not neut r al char act er and al ways r el at ed wi t h t he economi c f act or and al so exist ing pol i t i cs. Kat a Kunci : t eori marxis dan sist em kapit alisme
A. Pendahuluan
Tulisan ini berupaya unt uk memaparkan sedikit hal t ent ang hukum dari sudut pandang
perspekt if marxis. Oleh karena it u, t ulisan ini lebih t epat didudukkan sebagai t ulisan
pengant ar unt uk membuka pemahaman me- ngenai t eori marxis t ent ang hukum.
Yang pat ut mendapat kan perhat ian per- t ama-t ama ket ika membicarakan masalah
hukum dari perspekt if marxis adalah, bahwa Karl Marx sendiri t idak pernah menghasilkan
suat u karya yang dapat disebut sebagai “ t eori t ent ang hukum” yang ut uh.
1
Marx sendiri lebih t epat dikat akan sebagai seorang pemikir,
f ilsuf , sekaligus akt ivis di bidang ekonomi dan polit ik.
2
Upaya unt uk merancang secara lebih lengkap dan menyeluruh t eori hukum dalam
wilayah pemikiran marxis dilakukan oleh para pengikut t eori Marx para marxis.
Set idaknya t erdapat 2 dua alasan yang dapat diaj ukan unt uk menj awab pert anyaan
“ Apa perlunya mempelaj ari at au menget ahui t ema hukum dalam lingkup pemikiran marxis?
Alasan per t ama adalah unt uk mem-
perluas at au memperkaya pemahaman me- ngenai t eori hukum it u sendiri. Terdapat
kecenderungan dalam kegiat an proses pem-
1
Al an Hunt , 2000, “ Marxist Theor y of Law ” , dal am Dennis Pat t erson ed. ,
A Compani on t o Phi l osophy of Law and Legal Theor y, Massachuset t s: Bl ackwel l
Publ ishers Lt d, hl m. 356.
2
Ken Budha Kusumandaru, 2003, Kar l Mar x, Revol usi ,
dan Sosi al i sme, Yogyakart a: Insi st Press, hl m. 52.
belaj aran ilmu hukum, bahwa masalah hukum it u dilihat dari sudut pandang yang
l egal posi t i vi sm
3
, hukum dilihat sebagai sesuat u yang bebas nilai at au t idak t erkait sama sekali
dengan f akt or sosial dan kepent ingan polit ik. Krit ik t erhadap sudut pandang sepert i it u
sudah banyak dilont arkan oleh para ahli hukum, misalnya sepert i yang dilakukan oleh
Sat j ipt o Rahardj o melalui gagasan “ Hukum Progresif ” -nya at au j uga oleh Robert o Unger
sert a Duncan Kennedy dengan Cr it i cal Legal
St udi es-nya CLS. Krit ik-krit ik t ersebut pada int inya ber-
pendapat bahwa hukum t idak bisa dilepaskan dari f akt or-f akt or yang ada di dalam masya-
rakat , sepert i f akt or nilai, moral, et ika, eko- nomi, bahkan polit ik. Lit erat ur yang memuat
krit ik t adi sudah cukup banyak disebarluaskan, t et api penulis masih melihat adanya kekurang-
an, yait u t erut ama krit ik yang membahas t eori ket erkait an ant ara hukum dengan akt ivit as
ekonomi dan polit ik. Kalaupun ada upaya yang t elah memper-
kenalkan t eori “ hukum adalah polit ik” , sepert i melalui beberapa t ulisan yang mengangkat
pemikiran CLS, menurut penulis upaya it u masih j uga belum cukup. Perlu dipahami,
bahwa CLS memiliki akar pemikiran pada
3
Qodri Azizy, “ Menggagas Il mu Hukum Indonesi a” , dal am
Qodri Azizy, et al . , 2006, Menggagas Hukum Pr ogr esi f
Indonesi a, Yogyakart a: Pust aka Pel aj ar, IAIN Wal isongo Semar ang, dan Program Dokt or Il mu Hukum Uni versit as
Di ponegoro, hl m. vi i.
184
Jurnal Dinamika Hukum Vol . 8 No. 3 Sept ember 2008
t radisi krit is yang dikembangkan oleh para neomarxis.
4
Jadi cukup waj ar apabila t ulisan t eori marxis t ent ang hukum diperkenalkan
j uga berdampingan dengan t ulisan-t ulisan t en- t ang CLS. Tent u upaya sepert i it u akan mem-
berikan pemahaman yang lebih lengkap, baik bagi t eori hukum pada umumnya, maupun bagi
t eori “ hukum adalah polit ik” pada khususnya. Alasan
kedua adalah unt uk memberikan alt ernat if pisau analisis dalam memahami
f enomena ket idakberdayaan hukum dalam memberikan rasa keadilan di masyarakat .
Sat j ipt o menyebut kan bahwa t elah t erj adi proses bekerj anya hukum yang j ust ru “ kont ra-
produkt if ” . Sat j ipt o bahkan j uga menyebut kan bahwa “ Hukum yang membawa panj i-panj i
ket erat uran dan ket ert iban, misalnya, t er- nyat a dapat menimbulkan suasana yang
sebaliknya. Ia t idak hanya bersif at ordegenik, melainkan j uga kriminogenik. ”
5
Keadaan hukum sepert i t ersebut di at as t idak dapat dipecahkan apabila hanya ber-
sandar pada analisis hukum yang posit ivis posit ivisme hukum. Posit ivisme hukum meng-
hendaki dilepasnya unsur nilai, moral, et ika, sosial,
dan polit ik
dari sist em
hukum. Posit ivisme
hukum j uga
melihat hukum
semat a-mat a dalam bent uk f ormalnya,
6
maka kemudian yang t erj adi adalah reduksi t er-
hadap proses hukum, yait u semat a-mat a hanya sebagai
“ proses perat uran. ”
7
Posit ivisme hukum akan menj awab masalah kemacet an
hukum dalam mencipt akan keadilan dengan kembali
melakukan proses
pembent ukan perat uran yang baru. “ Banj ir” perat uranpun
4
FX. Adj i Samekt o, 2005, St udi Hukum Kr i t i s: Kr i t i k
t er hadap Hukum Moder n, Bandung: PT. Cit r a Adit ya Bakt i, hl m. 35 dan 56. Li hat j uga Ot j e Sal man dan
Ant on F. Susant o, 2004, Teor i Hukum: Mengi ngat ,
Mengumpul kan dan Membuka Kembal i , Bandung: Ref ika Adit ama, hl m. 124
.
5
Sat j i pt o Rahardj o a, 2007, Bi ar kan Hukum Mengal i r :
Cat at an Kr i t i s t ent ang Per gul at an Manusi a dan Hukum, Jakart a: Kompas, hl m. 3.
6
Fir man Munt aqo,
2007, “
Mer et as Jal an
bagi Pembangunan
Ti pe Hukum
Pr ogr esi f mel al ui
Pemahaman t er hadap Per anan Mazhab Hukum Posi t i vi s dan Non-Posi t i vi s dal am Kehi dupan Ber hukum di
Indonesi a” , dal am Sat j i pt o Rahar dj o b, Membedah Hukum Pr ogr esi f , Jakart a: Kompas, hl m. 162.
7
Rahardj o a, op. ci t . , hl m. 17.
akhirnya t erj adi, t idak peduli apakah per- at uran-perat uran
it u akan
ef ekt if di
masyarakat at au t idak. Sebagai krit ik t erhadap pendekat an
posit ivisme hukum, maka yang perlu dilakukan adalah merubah sudut pandang t erhadap
proses hukum. Proses hukum harus dipandang sebagai proses yang melibat kan int eraksi
ant armanusia at au “ proses perilaku” , yang di dalamnya t erkait pula berbagai f akt or, sepert i
f akt or nilai, moral, et ika, sosial, dan polit ik. Manusialah yang berperan dalam proses hu-
kum, karena perat uran t idaklah akan mem- punyai art i apa-apa kalau t idak ada f akt or
manusia yang menj alankannya.
8
Oleh karena it u, maka diperlukan pendekat an alt ernat if
selain pendekat an yang posit ivis dalam men- j awab permasalahan hukum di masyarakat ,
dan pendekat an it u sebaiknya j uga ikut mempert imbangkan banyak f akt or yang ada di
dalam masyarakat . Pendekat an alt ernat if it u salah sat unya adalah pendekat an marxis
t ent ang hukum, yang menj adi pokok pem- bahasan dalam t ulisan ini. Pendekat an marxis
t ent ang hukum bahkan diklaim oleh salah sat u pemikirnya, Evgeny Pashukanis, sebagai se-
suat u yang dibangun berdasarkan kenyat aan sosial.
9
Sesuai dengan j udul yang dipilih, maka yang menj adi pokok pembahasan dalam
t ulisan ini adalah mengenai t eori marxis t en- t ang hukum. Sebagai t ulisan pengant ar, maka
cukup t epat apabila pembahasan dilakukan secara deskript if , dengan hanya memaparkan
secara umum beberapa pokok pemikiran yang ada di dalam t eori marxis t ent ang hukum.
B. Pembahasan