PERANAN ORANG TUA TERHADAP PENANAMAN NILAI KEJUJURAN ANAK DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT DI DUSUN I DAN II DESA TEBA JAWA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

(1)

ABSTRAK

PERANAN ORANG TUA TERHADAP PENANAMAN NILAI KEJUJURAN ANAK DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT DI DUSUN I

DAN II DESA TEBA JAWA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013

Oleh

Yunia Rahma Utami

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 7-15 tahun di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013, yang berjumlah 242 responden dengan sampel sejumlah 36 responden.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013. Hal ini berarti semakin besar peranan orang tua semakin tinggi tingkat penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah maupun lingkungan keluarga hingga lingkungan masyarakat luas, mengingat bahwa generasi muda juga memiliki kedudukan sama yaitu sebagai bagian masyarakat luas yang kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan dirasakan sangat penting bagi setiap bangsa karena kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa, khususnya bagi negara yang sedang membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

Demikian bidang pendidikan menduduki posisi penting untuk menuju perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Sehingga tujuan pendidikan nasional akan dapat tercapai apabila ada tanggung jawab dari semua pihak. Baik murid, orang tua, guru, pemerintah, lembaga pendidikan (sekolah) serta masyarakat. Sehingga pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari salah satu pihak saja melainkan semua pihak juga harus terlibat. Manusia sepanjang hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni, keluarga, sekolah, dan


(3)

masyarakat. Lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak, tapi merupakan hal yang terpenting adalah keluarga.

Pada masyarakat yang masih sederhana, keluarga mempunyai dua fungsi; fungsi konsumsi dan fungsi produksi. Kedua fungsi ini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi anak. Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuannya. Pada masyarakat semacam ini, orang tua yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup. Orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan. Sampai anak menjadi dewasa dan berdiri sendiri.

Menurut Hurlock (1980:80) interaksi sosial awal terjadi di dalam keluarga. Anak belajar apa yang dianggap benar dan salah dari orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain. Di samping itu stimulasi moral ibu pada anak akan mudah diinternalisasi oleh anak karena kedekatan mereka membantu anak menjadi terbuka dan mencegah anak berperilaku buruk.

Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan utama dalam mempengaruhi perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai peran yang banyak dalam membentuk perilaku dan kepribadian anak serta memberi contoh nyata kepada anak. Karena di dalam keluarga, anggota keluarga bertindak seadanya tanpa dibuat-buat. Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak terbentuk. Walaupun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Orang tua merupakan contoh yang paling mendasar dalam keluarga. Apabila orang tua berperilaku kasar dalam keluarga, maka anak cenderung akan meniru. Begitu juga sebaliknya,


(4)

orang tua yang berperilaku baik dalam keluarga, maka anak juga cenderung akan berperilaku baik.

Tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak manusia yang pribadi dan berguna bagi masyarakat. Kita semua tentu telah mengetahui bahwa pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak-anak berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua mendidik anak-anaknya.

Keadaan tiap-tiap keluarga berbeda-beda pula satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, ada yang kurang mampu. Dan keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya), dan ada pula keluarga yang kecil. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana yang tenang dan tenteram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok, dan sebagainya. Dengan sendirinya, keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak-anak.

Berdasarkan pendapat J. J. Rousseau dalam William (2004:112) kasih sayang orang tua sangat penting membantu anak belajar dan memberikan motivasi yang kuat, hal tersebut terungkap dalam uraian sebagai berikut:

Pendidikan orang tua dan berpengaruh besar terhadap anak-anak adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak dan kodrat yang diterimanya. Orang tua adalah pendidik sejati. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaknya memberikan kasih sayang yang sejati pula.

Hal ini hendaknya kita harus ingat pula bahwa pendidikan berdasarkan kasih sayang saja kadang-kadang mendatangkan bahaya. Kasih sayang


(5)

harus dijaga jangan sampai berubah menjadi memanjakannya. kasih sayang harus dilengkapi dengan pandangan yang sehat tentang sikap kita terhadap anak. Masyarakat sebagai pusat pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.

Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat, dimanapun berada pasti punya karakteristik sendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Pada masyarakat terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Dan norma-norma tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi berikutnya. Penularan-penularan itu dilakukan dengan sadar dan bertujuan, hal ini merupakan proses dan peran pendidikan dalam masyarakat. Sehingga generasi muda sekarang lebih meningkatkan nilai moralnya seperti nilai kejujuran.

Kejujuran adalah dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat. Ini membuktikan bahwa kejujuran sangat penting, supaya hubungan anak dan keluarga dapat terjalin dengan harmonis. Kejujuran juga akan menciptakan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dan akan terciptanya rasa kepercayaan. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan


(6)

peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan luar. Dengan demikian, pada masa anak sangat ideal untuk orang tua menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya.

Kejujuran merupakan kualitas manusiawi melalui mana manusia mengkomunikasikan diri dan bertindak secara benar. Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai kebenaran, termasuk di dalamnya kemampuan mendengarkan, sebagaimana kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mengekpresikan fakta-fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin sebagaimana adanya. Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri (tidak menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi maupun kenyataan batin dalam diri seorang individu.

Peran orang tua dalam keluarga sangat penting dalam mengembangkan atau meningkatkan nilai kejujuran. “Seluruh etika kejujuran dan integritas dimulai sejak dini” Kelly (2005:45). Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini sangat penting dan itu akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa. Selain dapat meningkatkan nilai kejujuran, anak juga akan memiliki integritas yang tinggi dalam hidupnya. Orang tua harus menerapkan kejujuran dalam lingkungan keluarga dan harus memberi contoh atau panutan terhadap anak-anak mereka. Dengan demikian anak


(7)

akan bertumbuh dengan nilai kejujuran yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Orang tua harus mendorong dan mendukung anak untuk berkata jujur, dan tidak meminta anak untuk berkata tidak jujur demi kepentingan orang tua. Selain itu, orang tua juga tidak boleh memanggil anaknya dengan sebutan pembohong karena akan membuat anak bertumbuh menjadi pembohong.

Asas kebohongan yang secara tidak sadar sudah oleh orang tua ajarkan kepada anak memang secara tidak langsung akan memberikan pelajaran kepada anak bahwa apa yang perna orang tua katakan adalah salah. Pembelajaran mengenai kejujuran seharusnya diajarkan sejak dini dengan kejujuran pula. Anak memang jujur pada setiap orang yang bertanya pada dirinya, jadi pelajaran kejujuran itu berasal dari seorang anak-anak yang masih memiliki jiwa yang bersih.

Orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan anaknya dan paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anaknya memiliki peranan yang sangat dominan dalam membentuk sifat jujur sedini mungkin. Berdasarkan pengamatan penulis, anak-anak di lingkungan dusun I dan II Desa Teba Jawa secara umum memiiiki sifat jujur yang baik, hal ini terlihat dari tingkah laku mereka sehari-hari baik yang berupa ucapan maupun perbuatan. Misalnya ketika mereka ditanya sesuatu maka mereka akan menjawab apa adanya. Dalam bermain dengan sesama temannya mereka juga rnenunjukkan sifal jujur. Namun tidak sedikit pula anak-anak yang


(8)

suka berbohong. Juga ketika bermain dengan teman-temannya mereka sering kali berbuat curang.

Pengaruh lingkungan dalam keluarga sangat penting untuk perkembangan moral anak seperti di masyarakat. Pergaulan anak pada lingkungan masyarakat yang jujur dan baik akan tercermin pada didikan orang tua dirumah. Apabila perilaku anak dalam masyarakat baik, maka orang tua berhasil dalam mendidik anak. Sebaliknya apabila anak melakukan hal yang menyimpang dalam hal negatif, maka orang tua tidak maksimal dalam mendidik anak mereka. Berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan beberapa kasus anak yang tidak jujur di lingkungan masyarakat Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran yaitu sebagai berikut.:

Tabel 1.1 Contoh Sikap Tidak Jujur Anak Di Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran

Sumber: Karang Taruna Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kejujuran siswa masih besar. Berdasarkan wawancara terhadap masyarakat, banyak kasus perbuatan tidak jujur yang dilakukan anak, faktor pemicunya antara lain pergaulan terhadap teman sebaya yang tidak baik yang dapat memberikan dampak

No Sikap Tidak Jujur Anak

1 Berkata palsu apabila berbicara kepada teman sebayanya 2 Merusak fasilitas umum di desa secara diam-diam 3 Membicarakan orang lain tidak sesuai dengan kebenaran

yang ada

4 Menggunakan hak orang lain untuk kepentingan sendiri 5 Berbuat curang ketika bermain bersama teman sebaya.


(9)

negatif terhadap perilaku anak. Seperti yang banyak terjadi di desa Teba Jawa, karena seringnya bermain dengan teman sebaya maka apabila temannya melakukan kebohongan maka anak akan ikut melakukan kebohongan pula. Seharusnya orang tua selalu menekankan kepada anaknya agar lebih seleksi dalam memilih teman, karena apabila salah memilih teman akibatnya akan merugikan diri sendiri. Kurangnya perhatian masyarakat yang ikut andil dalam menumbuhkan sikap jujur pada anak mempengaruhi pula tingkat kejujuran yang terjadi. Pada kasus ini banyak masyarakat yang enggan berkomunikasi dengan tetangga yang lain sehingga mereka lebih acuh dengan tidak terlalu memperhatikan apa yang dilakukan anak. Perhatian dari warga sekitar sangat penting dalam menanamkan nilai kejujuran pada anak, dengan menegur anak apabila berbuat kebohongan di lingkungan masyarakat secara tidak langsung akan menanamkan nilai kejujuran pada anak.

Faktor yang sangat mempengaruhi adalah kurangnya perhatian oleh orang tua dalam mendidik anak sehingga menyebabkan semakin tingginya kasus ketidakjujuran yang dilakukan di lingkungan masyarakat yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar. Seperti yang banyak terjadi di desa Teba Jawa, banyak anak yang kurang mendapat perhatian orang tua karena banyak orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, orang tua jarang mengontrol kegiatan anak sehari-hari, terlalu kasar terhadap anak. Hal-hal seperti ini menyebabkan psikologis anak akan terganggu, sehingga akan menyebabkan anak melakukan hal yang tidak jujur untuk mendapat perhatian dari siapa pun. Seharusnya


(10)

orang tua harus sedikit peka dengan keadaan anak, mereka harus tau apa yang dibutuhkan anak, sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

Bertolak dari pentingnya peranan orang tua dalam mensosialisasikan nilai-nilai sebelum seseorang terjun dalam lingkungan pergaulan masyarakat maka dari itu peneliti merasa perlu melakukan tindakan dalam upaya mengatahui pengaruh lingkungan sosial keluarga, maka dari itu peneliti malakukan penelitian yang berjudul “Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan teman sebaya menyebabkan siswa melakukan perbuatan yang tidak jujur.

2. Perhatian dari lingkungan sosial keluarga yang kurang

3. Warga masyarakat yang kurang peduli dan ikut andil dalam menumbuhkan kejujuran pada anak

4. Peran orang tua dalam mendidik anak menentukan besarnya tidaknya tingkat kejujuran anak.


(11)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah masalah di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada peranan orang tua dan penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peranan orang

tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai Moral Pancasila, karena berkaitan dengan perilaku bermasalah.


(12)

1. Sebagai informasi bagi orang tua agar dapat lebih memberikan perhatian yang penuh kepada anak, agar anak tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif di lingkungan masyarakat.

2. Sebagai masukan untuk masyarakat untuk dapat ikut andil dalam memberikan perhatiannya terhadap anak.

3. Sebagai bahan pemikiran bagi masyarakat Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran bahwa masyarakat pentingnya menumbuhkan nilai kejujuran pada anak, sehingga tingkat kasus-kasus ketidakjujuran dalam lingkungan masyarakat dapat berkurang sehingga tidak meresahkan warga masyarakat.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai Moral Pancasila, karena berkaitan dengan perilaku bermasalah.

2. Ruang Lingkup Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah orang tua dan nilai kejujuran anak.


(13)

Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak di Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran.

4. Ruang Lingkup Lokasi

Ruang lingkup lokasi atau wilayah penelitian ini adalah Dusun I dan II Desa Teba Jaya Kabupaten Pesawaran.

5. Ruang Lingkup waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Peranan Orang Tua

a. Pengertian Peranan

Secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok sosial di masyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai dengan kedudukan yang ia miliki. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Peran berarti perangkat tingkah atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”.

Menurut Livinson dalam Soerjono Soekanto (2007:213) menyebutkan bahwa peranan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu masyarakat sebagai individu.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.


(15)

Selain itu menurut Departemen Pendidikan Nasional “peranan adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang yang berkecukupan di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang bersifat khas atau istimewa”.

Selanjutnya, menurut Gross Mason dan Mc Eachern dalam buku David Berry (1995:99), yaitu “peranan adalah harapan-harapan yang dkenakan pada individu-individu yang menempati kedudukan social tertentu.”

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan peranan merupakan tindakan atau perbuatan seseorang dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pemegang kedudukan dan posisi tertentu.

b. Pengertian Orang Tua

Orang tua berperan dalam Pendidikan anak untuk menjadikan Generasi muda berkedudukan. Menurut Abu Ahmadi dalam Hendi Suhendi dan Ramdani Wahtu (2001:4), penjelasan tentang orang tua dalam pendidikan sebagai berikut,

Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada didalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan didalam atau diluar keluarga. Fungsi disini mengacu pada peranan individu dalam mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban.

Didalam lingkungan keluarga orang tualah yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya apabila


(16)

orang tua mencurahkan perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan kebebasan secara serasi.

Seperti yang dikemukakan oleh Thamrin dan Nurhalijah Nasution (1985:8), yakni “orang tua dan anak hendaklah selalu damai dengan demikian akan dapat membangkitkan minat si anak untuk belajar.”

Menurut Miami dalam Zaldy Munir (2010:2) dikemukakan bahwa “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”. Sedangkan menurut Widnaningsih dalam Indah Pertiwi (2010:15) menyatakan bahwa “orang tua merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab yang berat dalam memberikan bimbingan kepada anak-anaknya, tokoh ayah dan ibu sebagai pengisi hati nurani yang pertama harus melakukan tugas yang pertama adalah membentuk kepribadian anak dengan penuh tanggung jawab dalam suasana kasih saying antara orang tua dengan anak.


(17)

Pada keluarga anak pertama kali mengenal lingkungannya, kehidupan di luar dirinya. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, dan yang memperkenalkan semua itu adalah orang tua, sehingga perkembangan anak ditentukan oleh situasi dan kondisi yang ada serta pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh orang tuanya.

c. Macam-macam Peran Orang Tua

Di dalam BKKBN dijelaskan bahwa peran orang tua terdiri dari: a. Peran sebagai pendidik

Orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah. Selain itu nilai-nilai agama dan moral, terutama nilai kejujuran perlu ditanamkan kepada anaknya sejak dini sebagi bekal dan benteng untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. b. Peran sebagai pendorong

Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak membutuhkan dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah.

c. Peran sebagai panutan

Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik dalam berkata jujur maupun ataupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.


(18)

d. Peran sebagai teman

Menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan. Orang tua perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat menjadi informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang kesulitan atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi.

e. Peran sebagai pengawas

Kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan perilaku anak agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh lingkungan baik dari lungkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.

f. Peran sebagai konselor

Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai positif dan negatif sehingga anak mampu mengambil keputusan yang terbaik.

Menurut Maulani dkk dalam Indah Pratiwi (2010:15):

“Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah-ibu dalam bekerja sama dan bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus tertentu baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta emosional anak yang mandiri”

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud peranan orang tua adalah pola tingkah laku dari ayah dan ibu berupa tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk


(19)

mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagai suatu kelompok sosial, keluarga memiliki struktur yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Jika salah satu bagian dari struktur tersebut tidak ada, maka keluarga tersebut dapat dikatakan tidak utuh, akan tetapi keutuhan suatu keluarga tidak hanya dilihat dari keutuhan strukturnya saja tetapi juga dilihat dari keutuhan dalam berinteraksi. Fungsi keluarga menurut Oqbum dalam Soerjono Soekanto (2004:108) diartikan sebagai berikut:

1. Fungsi kasih sayang 2. Fungsi ekonomi 3. Fungsi Pendidikan

4. Fungsi Perlindungan dan penjagaan 5. Fungsi rekreasi

6. Fungsi status keluarga 7. Fungsi agama

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan bahwa keluarga mempunyai fungsi-fungsi yang dapat mendukung seorang anak untuk melangsungkan kehidupannya secara normal dan wajar. Apabila dalam suatu keluarga terjadi suatu disfungsi peranan, maka keharmonisan keluarga akan sulit untuk dicapai.

Menurut Baron, R. A dan Donn Byrne. (2003:150) pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing. 4. Sosialisasi antar anggota keluarga. 5. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.


(20)

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga dikemukakan oleh Slameto (1983:23) adalah sebagai berikut :

1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peran Anak: Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Lebih perinci diungkapkan bahwa peran ibu dalam keluarga berpengaruh besar terhadap prioritas nilai keterbukaan terhadap perubahan pada anak, sedangkan posisi ayah yang rendah berpengaruh terhadap prioritas tinggi terhadap nilai peningkatan diri. Dari aspek gender terungkap bahwa anak laki-laki lebih memprioritaskan nilai-nilai peningkatan diri dan anak perempuan lebih memprioritaskan nilai-nilai transendensi diri.


(21)

Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Melalui lingkungan inilah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan kelurga inilah anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua biasanya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, agar anak tersebut meperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman I siplin dan kebebasan serta penyerasiannya. Pada saat ini orang tua dan anggota keluarga lainnya melakukan sosialisasi melalui kasih sayang, atas dasar kasih sayang itu didik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban, nilai ketentraman dan nilai yang lainnya. Keluarga juga merupakan pelaksana pengawasan sosial yang penting. Banyak norma-norma kelompok yang di pelajari dalam keluarga dan dengan demikian merupakan pembatas tingkah laku yang sesuai. Kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dan kontrol kelembagaan yan mengatur peradilan, perkawinan, peranan-peranan pribadi maupun umum dari suami dan istri merupakan pelajaran yang luas di dalam keluarga. Motivasi dan keberhasilan studi salah satunya di pengaruhi oleh lingkungan keluarga, apakah orang tua terlalu mementingkan disiplin atau memberikan kebebasan dari pada di siplin, ternyata keserasian atau keseimbangan keduanya sangat di perlukan.

Pada lingkungan keluarga orang tualah yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya apabila orang tua mencurahkan perhatian, mengawasi dan bimbingan untuk mendidik anak agar supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan


(22)

hidup pendidikan yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan kebebasan secara serasi.

b. Pengertian Lingkungan Masyarakat

Pada perkembangan hidupnya, manusia di pengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari dirinya sendiri (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri pribadinya (eksternal). Istilah lingkungan psikologi sosial menunjukkan hubungan antara aspek pribadi dan aspek sosial. Lingkungan budaya secara sosiologis merupakan hasil lingkungan sosial, karena jika di lihat dari sudut sosiologis kebudayaan merupakan hasil pergaulan hidup dalam wadah-wadah yang sering di sebut kelompok sosial atau masyarakat.

Lingkungan masyarakat menurut Sri Lestari (2012:190) “lingkungan Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative, yang secara bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut”.

Menurut Abdul Syani (1987:30) “lingkungan Masyarakat adalah berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.” Menurut Koentjaraningrat (2002:144) “lingkungan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi”.


(23)

Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat”.

2. Tinjauan Umum Tentang Penanaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat

a. Pengertian Penanaman Nilai Kejujuran

Sesungguhnya pemahaman sosial anak yang meregulasi perilaku jujur tidaklah bersikap tunggal. Menurut Smetana dalam Sri Lestari (2012:197) bahwa “anak mengembangkan pemahaman sosial berdasarkan interaksi sosial yang dialaminya, yang dapat dipetakan menjadi tiga ranah, yaitu ranah moral, ranah konvensional, dan ranah psikologis”. Ranah moral berkenaan dengan seperangkat aturan yang meregulasi interaksi sosial dan relasi sosial antara individu di masyarakat. Dalam hal ini moralitas diartikan sebagai pemahaman individu atas tuntutan tetang bagaimana individu harus bersikap dan bertindak terhadap orang lain.

Walaupun moralitas dikembangkan melalui individu melalui interaksi sosialnya, namun tidak setiap konsep sosial tergolong moral. Aspek-aspek dari pemahaman individu terhadap sistem sosial, penataan sosial, dan konvensi sosial dibedakan menjadi pemahaman moral. Konvensi sosial diartikan sebagai aturan-atran yang dihasikan melalui kesepakatan-kesepakatan atau perilaku-perilaku yang mengatur interaksi antara


(24)

individu di dalam sistem sosial, yang dijadikan sebagai standar kepantasan.

Interaksi sosial juga memerlukan pemahaman terhadap diri dan orang lain sebagai sistem psikologis. Ranah psikologis diartikan sebagai pemahaman mengenai diri, identitas, kepribadian dan sifat-sifat yang dapat mempengaruhi perilaku sendiri atau orang lain. Perilaku anak yang banyak menyimpang yaitu nilai kejujuran.

Schwartz dan Bilsky (1987:53) mengungkapkan bahwa “nilai merepresentasikan respons individu secara sadar terhadap tiga kebutuhan dasar, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan interaksi sosial, dan kebutuhan akan institusi sosial yang menjamin keberlangsungan hidup dan kesejahteraan kelompok.”

Menurut Mulyana Rohmat (2004:56) Kejujuran atau jujur artinya “apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan pernyataan yang ada.” Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum, untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya, karena jujur itu berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.


(25)

Menurut Abd A’la (2006:8) Jujur juga diartikan adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenarannya.” Dalam praktek dan penerapanya secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran atau kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang bakundan harfiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu yang dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, dan munafik.

Kasmir (2006:72) berpendapat bahwa “kejujuran artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya.” Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993:64) “Jujur berarti berkata yang benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara bahasa dapat berarti perkataan yang sesuai dengan realita dan hakikat sebenarnya.”

Kejujuran merupakan salah satu bagian yang teramat penting bagi kelangsungan hidup manusia di dalam keluarga. Kejujuran di dalam Kehidupan keluarga sangatlah penting apabila diterapkan oleh masing- masing orang atau saudara yang ada di keluarga tersebut. Dengan demikian kejujuran akan tercipta kehidupan yang harmonis di dalam ruang lingkup keluarga. Penanaman kejujuran pada anak akan menimbulkan rasa kesadaran diri akan pentingnya bersikap jujur dalam lingkungan masyarakat. Nilai kejujuran juga akan menjadikan anak


(26)

mempunyai kepribadian yang baik yang akan mereka terapkan di mana pun mereka berada. Pentingnya nilai kejujuran pada masyarakat akan membuat citra yang baik dimata masyarakat. Banyak hal yang membuat anak berbohong. Penyebab anak berbohong yaitu:

a) Takut dimarahin atau dihukum karena berbuat salah

b) Melihat kebohongan yang ada disekitarnya (Orangtua,guru,keluarga) c) Ancaman hukuman bagi kesalahan sang anak

Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menghentikan kebohongan pada anak sejak dini :

a) Menanamkan kesadaran untuk selalu hidup jujur dan menyadari akibat buruk kebohongan.

Orang tua yang memahami arti kejujuran dan akibat buruk kebohongan yang tertulis diatas sekalipun dulunya biasa berbohong dan selalu hidup dalam ketidakjujuran akan mempunyai tekad untuk hidup jujur dan membenci adanya kebohongan. Orang tua yang demikian tdak akan pernah kompromi dengan kebohongan yang ada disekitarnya termasuk anaknya sendiri. Sikap tidak kompromi dengan kebohongan tersebut akan membantu mengubahkan kebohongan pada anak.

b) Membiasakan sikap jujur sebagai budaya didalam kehidupan keluarga.

Anak kecil pintar sekali meniru apa yang dilihat, dan kebohongan dari tingkah laku dan perkataan yang dilakukan orang tua juga akan


(27)

menanamkan kebohongan dalam mental anak kecil tersebut. Apapun itu bentuk kebohongannya sekalipun dalam hal kecil,itu semua terekam dalam memori sang anak.

Janji yang yang tidak ditepati juga menjadi penyebab yang gampang direkam. Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang pastinya tidask ditepati. Jika janji tersebut tidak jadi karena faktor lain,katakan maaf dan kasih pengertian kepada si kecil. Jangan juga menceritakan sesuatu yang mengandung kebohongan karena ketika nantinya sang anak melihat kenyataannya dia akan merekamnya. Jangan gengsi meminta maaf jika ada kesalahan kita dimata anak kita. Sikap gentle kita ini akan direkam menjadi suatu kebaikan nantinya bagi dia.

c) Kesadaran jujur tidak akan dihukum.

Memberi pengertian dan gambaran kepada si kecil tentang kejujuran dan keburukan dari kebohongan. Ajarkan juga si kecil untuk tidak takut mengaku kalau berbuat salah. Kasih pengertian jika dia berbuat salah dan mengaku tidak akan dihukum. Jangan selalu memberikan ancaman untuk suatu kesalahan karena itu menjadi suatu momok yang menakutkan bagi sang anak ketika dia berbuat suatu kesalahan.

d) Komunikasi Yang Baik Dengan Sang Anak

Orang tua harus sering berkomunikasi dengan baik dan terbuka kepada sang anak. Keterbukaan dimulai dariorang tua bisa


(28)

menceritakan apa yang dia lakukan ketika dia pergi/ kerja meninggalkan sang anak. Hal ini akan membuat sang anak juga akan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama dia tidak bersama dengan kita. Tunjukkan sikap yang menyimak dengan baik apa yang diceritakannya, jangan anggap remeh setiap ceritanya. Dan juga berikan apresiasi atas cerita dan kejujuran sang anak tersebut. Jangan lupa memberikan apresiasi yang baik dari orang tua atas kejujuran sang anak dibanding hukuman atas kesalahan yang dibuat.

Masyarakat tempat anak-anak hidup dan bergaul, dengan orang dewasa yang juga memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, melihat orang-orang beperilaku dan menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogjanya dipenuhi oleh yang bersangkutan.

b. Pengertian anak

Menurut M. Syahlan Syafei (2002: 8 -12), anak merupakan hal yang sangat berharga di mata siapapun, khususnya orang tua. Anak adalah perekat hubungan di dalam keluarga, sehingga dapat dikatakan anak memiliki nilai yang tak terhingga. Banyak fenomena membuktikan orang tua rela berkorban demi keberhasilan anaknya. Tidak jarang ditemukan orang tua yang menghabiskan waktu, sibuk bekerja semata-mata hanya untuk kepentingan anak.

Ditinjau dari sisi psikologi, kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan


(29)

perhatian dari orang terdekatnya, khususnya orang tua. Realitanya, banyak anak yang kurang mendapatkan kebutuhan afeksi (kasih sayang), disebabkan orang tua sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki perekonomian keluarga.perbedaan persepsi inilah yang terkadang membuat dilema dalam hubungan antara orang tua dan anak menjadi semakin lemah.

Perhatian dan kasih sayang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Lingkungan rumah disamping berfungsi sebagai tempat berlindung, juga berfungsi sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, seperti kebutuhan bergaul, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mengaktualisasika diri, dan sebagai wahana untuk mengasuh anak hingga dewasa. Dengan kata lain, lingkungan keluarga memiliki andil besar daladm perkembangan psikologi anak.

Kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak tentu saja akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga, apabila orang tua memberikan perhatiannya kepada anak. Anak akan mengganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Sebaliknya, hubungan yang kurang harmonis antara orang tua dan anakakan berdampak buruk terhadap perkembangan anak. Tidak jarang anak terjerumus ke hal-hal negatif dengan alasan orang tua kurang memberikan perhatian kepada anak.


(30)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa bahwa peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Perhatian dan kedekatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orang tua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, sehingga diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak. Kedekatan antara orang tua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas pertemuan antar anggota keluarga perlu ditingkatkan dengan tujuan untuk membangun keutuhan hubungan orang tua dan anak.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Tingkat Lokal

Penelitian ini relevan dengan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Anita Yulaefi (Skripsi). Adapun judul yang relevan dengan penelitian ini adalah “Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Kenakalan Remaja Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Di Desa Semberagung Kecamatan

Sragi Lampung Selatan Tahun 2008.”

Variabel yang diteliti dalam penelitian yang dilakukan oleh Anita Yulaefi yaitu pengaruh lingkungan sosial (X) dan kenakalan remaja mengkonsumsi minuman beralkohol (Y). Kesimpulan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anita Yulaefi adalah adanya pengaruh yang sifnifikan terhadap pengaruh lingkungan sosial terhadap kenakalan remaja


(31)

mengkonsumsi minuman beralkohol Di Desa Semberagung Kecamatan Sragi Lampung Selatan Tahun 2008.

3. Tingkat Nasional

Penelitian ini relevan dengan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Samsul Bahri (Skripsi). Adapun judul yang relevan dengan penelitian ini adalah “Peranan Orang Tua Dalam Sosialisasi Nilai-nilai Keagamaan Anak di Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng”. Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu pendekatan yang melihat objek penelitian sebagai suatu kesuluruhan yang terintegrasi. Studi kasus adalah peneliti melakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kelompok yang menjadi objek peneliti. Untuk itu peneliti ditujukan agar dapat dipelajari secara mendalam dan mendetail tentang peranan orang tua dalam sosialisasi nilai-nilai keagamaan anak di Desa Citta, kecamatan Citta, kabupaten Soppeng.

Kesimpulan dalam penelitian yang dilakukan oleh Samsul Bahri adalah Peran orang tua dalam proses sosialisasi khususnya dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak sangat penting sebagai pembentukan kepribadian/watak anak serta sebagai pedoman agar dapat hidup secara positif sehingga dapat diterima dilingkungan keluarga dan masyarakat, serta dapat menjalankan perintah Allah dengan baik dan menjauhi semua larangannya.


(32)

4. Tingkat Internasional

Penelitian ini relevan dengan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Astill, B.R., Feather, N.T., Keeves, J.P dalam penelitian yang berjudul “A Multilevel Analysis Of The Effect Of Parent, Teacher and School On Students Value”.Social Psychologi Of Education. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa posisi sosial orang tua dan nilai yang dipegang oleh orang tua dan kelompok teman sebaya memiliki pengaruh yang lebih besar kepada remaja daripada pengaruh sekolah dan guru. Lebih perinci diungkapkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi berpengaruh terhadap prioritas nilai keterbukaan terhadap perubahan pada remaja, sedangkan tingkat pendidikan ayah yang rendah berpengaruh terhadap prioritas tinggi terhadap nilai peningkatan diri. Dari aspek gender terungkap bahwa remaja laki-laki lebih memprioritaskan nilai-nilai penngkatan diri dan remaja perempuan lebih memprioritaskan nilai-nilai transendensi diri.

C. Kerangka Pikir

Keutuhan suatu keluarga memberikan suatu konstribusi yang sangat besar terhadap pembentukan watak dan kepribadian seorang karena keluarga mempunyai fungsi sebagai media penanaman nilai-nilai yang berlaku secara umum dalam masyarakat. Orang tua mempunyai peran sangat penting sejalan dengan perkembangan anak pada masa remajanya. Oleh karena itu, orang tua yang berperan dalam mencintai, menyayangi, membimbing, memberi contoh, mengawasi dan menyadarkan ank-anaknya juga berusaha untuk


(33)

memperkenalkan mereka pada lingkungan keluarganya serta dapat membantu mereka dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi anak dalam hidupnya. Hal yang harus didik adalah kejujuran. Karena dengan menanamkan nilai kejujuran pada usia dini, akan membuat anak lebih berkatan jujur dengan apa yang mereka katakan dan mereka perbuat. Sehingga anak akan lebih terbiasa bersikap jujur baik itu di keluarga, sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini akan meneliti peranan orang tua (X) terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013 (Y). guna memberikan gambaran yang jelas tentang kerangka pikir ini, akan disajikan dalam gambar paradigma penelitian berikut:

Gambar 1.

Skema Kerangka Pikir Penelitian Peranan Orang Tua (X)

1. Peran Sebagai Pendidik 2. Peran Sebagai Pendorong 3. Peran Sebagai Panutan 4. Peran Sebagai Teman 5. Peran Sebagai Pengawas 6. Peran Sebagai Konselor

Pananaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat

(Y) 1. Menanamkan

kesadaran

2. Membiasakan sikap jujur

3. Kesadaran jujur tidak akan dihukum 4. Komunikasi yang


(34)

D. Hipotesis

Menurut Koestoro (2006:89) “Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu hal yang masih bersifat sementara tentative”. Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan sementara mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya sampai ada bukti melalui penyajian data.

Rumusan jawaban sementara untuk masalah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: orang tua berperan terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan dilapangan. Hal ini dimaksudkan agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan permasalahan guna pengajuan judul. Setelah menemukan masalah maka peneliti mengajukan dua alternatif judul kepada dosen pembimbing akademik, setelah salah satu judul disetujui, maka pada tanggal 1 Februari 2013 judul diajukan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada saat itu juga disetujui dan sekaligus menetapkan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi.


(36)

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapatkan surat izin penelitian pendahulan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung No. 371/UN26/3/PL/2013 maka peneliti mulai melaksanakan penelitian pendahuluan di dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran.

Penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi, dan keadaan tempat penelitian, untuk mendapatkan data-data dan serta gambaran secara umum tentang berbagai masalah yang akan diteliti dalam

rangka menyusun proposal penelitian ini yaitu, “peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat”, yang ditunjang dengan beberapa litelatur serta arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada peneliti.

Hasil penelitian tersebut dibuat menjadi proposal penelitian untuk diseminarkan. Seminar dilakukan pada tanggal 1 Maret 2013. Tujuan diseminarkan proposal ini adalah untuk mendapatkan masukan-masukan saran dan kritik dari dosen pembimbing dan dosen lainnya serta teman-teman mahasiswa untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Setelah seminar proposal selesai dilaksanakan, peneliti kemudian melakukan perbaikan berdasarkan saran dan masukan dari dosen pembimbing dan dosen pembahas.

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian diajukan untuk mendapatkan persetujuan, maka dilaksanakanlah seminar proposal setelah malalui proses konsultasi/


(37)

bimbingan dan perbaikan-perbaikan proposal dari pembimbing I dan pembimbing II, maka seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2013, yang bertujuan untuk mendapatkan masukan, saran-saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Setelah kegiatan seminar proposal, selanjutnya peneliti melakukan perbaikan yang sesuai dengan masukan dan saran-saran pada saat seminar proposal tersebut, dari dosen pembahas II dan dosen pembahas I.

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan alat pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada responden yang berjumlah 36 orang dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item soal dengan 3 (tiga) alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan angket ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tentang Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013. b. Mengkonsultasikan angket kepada Pembimbing I dan Pembimbing II. c. Setelah angket tersebut disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing

II, angket disebarkan kepada responden.

d. Setelah mendapat persetujuan dari Pembimbinng I dan Pembimbing II, peneliti mengadakan uji coba angket kepada sepuluh orang sebagai responden di luar sampel yang sebenarnya.


(38)

5. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian di lapangan dengan membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan Nomor: 2655/UN26/3/PL/2013 setelah mendapat surat pengantar dari Dekan, selanjutnya peneliti mengadakan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12-13 April 2013.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi saat ini secara sistematis dan menuntut untuk dicarikan jalan keluarnya. Penelitian ini membahas masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat khususnya peran lingkungan sosial keluarga, yaitu peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Berdasarkan penelitian pendahuluan di dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran 2013, diketahui bahwa jumlah seluruh anak yang berusia 7-15 tahun di desa tersebut adalah 242 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(39)

Tabel 3.1 Data Jumlah Anak di Dusun I Dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran

No Nama Dusun Jumlah Anak

1 Dusun I 97

2 Dusun II 145

Jumlah 242

Sumber : Data administratif Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Populasi dalam penelitian ini adalah para anak di dusun I dan II Desa

Teba Jawa Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 242 anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam

penelitian ini. Menurut Sudarwan Danim (2000:89) “sampel/contoh

adalah sub unit populasi survei/populasi survei itu sendiri, yang oleh

peneliti dipandang mewakili populasi target”.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:62) mengemukakan bahwa:

apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:

1.Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana 2.Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena

menyangkut hal banyak sedikitnya data 3.Besarkecilnya resiko yang ditanggung peneliti


(40)

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan data sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik sampling sederhana. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak yang ada di Dusun I dan II yang berjumlah 242 Anak.

Melihat keadaan populasi dalam penelitian ini adalah 242 Anak maka sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan 15% dari jumlah anak yang ada di dusun I dan II Dengan perincian sebagai berikut:

k XjumlahAna R

100 15 

242 100

15

X R

Orang R36

Tabel 3.2 Jumlah Sampel penelitian pada Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

No Nama Dusun Jumlah Anak Sampel

1 Dusun I 97 14

2 Dusun II 145 22

Jumlah 242 36

E.Variabel Penelitian dan Pengukurannya Jenis Variabel

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Variabel Independent)


(41)

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Yaitu penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat (Y)

F. Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual variabel dalam penelitian ini adalah:

Peranan orang tua (X):

Peranan adalah tindakan atau perbuatan seseorang dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pemegang kedudukan dan posisi tertentu. Sedangkan orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas keturunannya dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Penanaman nilai kejujuran dalam lingkungan masyarakat (Y):

Jujur berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum, untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya, karena jujur itu berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.


(42)

2. Definisi Operasional

Peranan orang tua adalah penilaian terhadap lingkungan orang tua yang menjadi tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya.

Indikator-indikator yang dapat mengukur peranan orang tua yaitu: 1. Peran Sebagai Pendidik

2. Peran sebagai pendorong 3. Peran sebagai panutan 4. Peran sebagai teman 5. Peran sebagai

Sementara itu, nilai kejujuran anak adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenarannya. Indikator-indikator yang dapat mengukur penanaman nilai kejujuran anak yaitu:

1. Menanamkan kesadaran 2. Membiasakan sikap jujur

3. Kesadaran jujur tidak akan dihukum 4. Komunikasi yang baik dengan sang anak

G. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah dengan scoring pada alternatif jawaban dari angket yang disebarkan kepada responden.


(43)

a. Peranan orang tua diukur dengan mengunakan angket tertutup. Indikator pengukuran lingkungan sosial keluarga meliputi ayah, dan ibu terhadap nilai kejujuran anak. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a, b dan c

1) Memilih alternatif a diberi nilai 3 (tiga) 2) Memilih alternatif b diberi nilai 2 (dua) 3) Memilih alternatif c diberi nilai 1 (satu)

b. Penanaman nilai kejujuran anak, indikator pengukuran nilai kejujuran anak meliputi menanamkan kesadaran, membiasakan sikap jujur, kesadaran jujur tidak akan dihukum, dan komunikasi yang baik dengan sang anak. Setiap angket mempunyai tiga kemungkinan jawaban a,b dan c.

1) Memilih alternatif a diberi nilai 3 (tiga) 2) Memilih alternatif b diberi nilai 2 (dua) 3) Memilih alternatif c diberi nilai 1 (satu)

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pokok

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket. Dalam penelitian ini angket disebar kepada para anak usia 7-15 tahun di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran untuk mengetahui bagaimanakah peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam ligkungan masyarakat.


(44)

Angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis. Dalam setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing mempunyai bobot atau skor nilai yang berbeda. Menurut

Mohammad Natsir (1999:404) “skor yang diberikan adalah:

a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberikan skor 3

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberikan skor 2 c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberikan skor 1

2. Teknik Penunjang a. Teknik Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu kemudian baru dilakukan wawancara dengan responden mengenai masalah yang diteliti yaitu peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan fakta-fakta yang terjadi pada objek penelitian yaitu di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran.

I. Pelaksanaan Uji Coba Angket 1. Analisis Validitas Angket


(45)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau suatu instrumen. Jadi suatu angket dapat dikatakan valid apabila mempunyai tingkat validitas yang tinggi dan mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item soal dalam penelitian ini ditentukan melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai.

Cara mengetahui validitas angket, peneliti melakukan konsultasi dengan dosen yang ahli dalam penelitian di lingkungan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, khususnya dengan dosen Pembimbing I dan Pembimbing II. Setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

2. Reliabilitas Angket

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu akat pengumpulan data yaitu uji reliabilitas. Menurut

Suharsimi Arikunto (2002:154) reliabilitas menunjukkan bahwa “suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.

Sebuah alat ukur akan dapat dinyatakan baik apabila ia mempunyai reliabilitas yang baik pula, yaitu ketepatan suatu alat ukur. Hal ini dimaksudkan bahwa ketepatan alat ukur ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mengetahui reliabilitas angket yang


(46)

akan digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mengadakan uji coba angket kepada 10 anak di luar responden. Pengolahan data tentang uji coba angket ini digunakan rumus Product Moment, yang kemudian dilanjutkan denagn rumus Spearman Brown.

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam upaya untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Mengadakan uji coba angket kepada 10 orang responden di Dusun I Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran di luar responden sebenarnya.

2) Dari hasil uji coba angket tersebut dikelompokkan ke dalam item ganjil dan item genap, dimana hasil uji coba angket tersebut akan kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1: Hasil Uji Coba Angket Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan dari 10 Orang Di Luar Responden Untuk Item Ganjil (X)

No Resp

Nomor Item Soal Kelompok Ganjil (X) Skor 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

1 2 2 1 3 1 2 2 2 3 2 20 2 1 1 3 2 2 2 3 1 3 2 20 3 1 3 1 3 3 1 3 2 3 2 22 4 1 3 3 3 3 3 3 1 3 2 25 5 1 1 1 3 3 3 2 2 3 2 21 6 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 20 7 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 26 8 1 1 1 3 3 1 2 3 3 3 21 9 2 1 3 2 1 1 2 1 3 1 17 10 1 1 3 1 1 3 1 2 3 1 17 Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Tahun 2013


(47)

Tabel 4 menjelaskan distribusi hasil uji coba angket dari 10 responden di luar sampel untuk item soal kelompok ganjil (X). Dapat diketahui jumlah skor yang diperoleh cukup bervariasi.

Tabel 4.2: Hasil Uji Coba Angket Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak dari 10 orang di luar responden untuk item Genap (Y)

No Resp

Nomor Item Soal Kelompok Genap (Y) Skor 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 2 3 3 3 2 1 3 3 2 2 24 2 2 3 3 1 3 2 2 2 3 2 23 3 1 2 3 3 3 2 3 3 1 2 23 4 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 26 5 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 25 6 1 2 2 3 2 2 2 2 3 1 20 7 2 3 3 3 3 1 3 3 1 1 23 8 1 3 3 1 2 2 2 3 1 3 21 9 1 2 2 3 3 1 3 2 2 1 20 10 1 3 2 1 2 1 2 3 2 2 19 Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Tahun 2013

Tabel 5 menjelaskan tentang distribusi hasil uji coba angket dari 10 orang responden di luar sampel untuk item soal kelompok genap (Y). Dengan jumlah soal sebanyak 20 pertanyaan yang terdiri dari tujuh indikator. Selanjutnya hasil pengolahan masing-masing nomor item soal kelompok ganjil dan item soal kelompok genap didistribusikan ke dalam tabel kerja untuk memudahkan analisis data bagi peneliti. Data tersebut didistribusikan pada tabel 6 berikut ini.


(48)

Tabel 4.3 : Distribusi Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dan Item Soal Kelompok Genap (Y)

No Resp

X Y X2 Y2 XY

1 20 24 400 576 480

2 20 23 400 529 460

3 22 23 484 529 506

4 25 26 625 676 650

5 21 25 441 625 525

6 20 20 400 400 400

7 26 23 676 529 598

8 21 21 441 441 441

9 17 20 289 400 340

10 17 19 289 361 323

Jumlah 209 224 4445 5066 4723

Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Tahun 2013

Dari tabel di atas, dapat diketahui: X = 209

Y = 224 X2 = 4445 Y2 = 5066 XY = 4723

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka untuk mengetahui reliabilitas, selanjutnya dikorelasikan dan diolah dengan rumus


(49)

  

 

 

                   

N y Y N x x N y x XY rXY 2 2 2 2

  

 

 

             10 224 -5066 10 209 -4445 10 224 209 -4723 2 2 XY r              10 50176 -5066 10 43681 -4445 10 46816 -4723 XY r

4445 4368,1



5066 5017,6

6 , 4681 4723     XY r

  

76,9 48,4 4 , 41  XY r 96 , 3721 4 , 41  XY r 01 , 61 4 , 41  XY r 68 , 0  XY r

Langkah selanjutnya adalah mencari realiabilitas alat ukur ini maka dilanjutkan dengan penggunaan rumus Spearman Brown agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut :


(50)

 

gg gg XY r r r   1 2

68 , 0 1 68 , 0 2   XY r 68 , 1 36 , 1  XY r 80 , 0  XY r

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, kemudian peneliti mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas menurut Monase Malo (1989:139) sebagai berikut :

0, 90 – 1,00 = reliabilitas tinggi. 0,50 – 0, 89 = reliabilitas sedang. 0,00 – 0, 49 = reliabilitas rendah.

Hasil analisis yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa item pertanyan mengenai Peranan Orang Tua Terhadap Penanaman Nilai Kejujuran Anak Dalam Lingkungan Masyarakat Di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013 menunjukkan angka koefisien reliabilitas 0,80, korelasi tersebut termasuk korelasi sedang. Berdasarkan reliabilitas di atas, maka angket tersebut dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian selanjutnya.


(51)

J. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah data terkumpul. Untuk menjelaskan bagaimanakah pengaruh karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI SMA Negeri 2 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.

Informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk penguraian, selain itu disajikan dalam bentuk persentasi pada setiap tabel untuk menarik kesimpulan. Adapaun pengolongan data ini adalah menggunakan rumus interval yaitu:

K NR NT

I  

Dimana:

I = Interval kelas

NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah K = Kategori

Kemudian rumus persentase yang digunakan adalah :

% 100

N F

P

Keterangan: P = Persentase

F = Frekuensi pada klasifikasi atau kategori variabel yang bersangkutan N = Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi katagori variabel.


(52)

(Soerjono Soekanto, 1981:269)

Dan untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh maka digunakan dengan kriteria berikut:

76% - 100% = Baik 56% - 75% = Cukup 40% - 55% = Kurang Baik (Suharsimi Arikunto, 1986 : 196)

Adapaun pengolongan data adalah menggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua faktor (Sudjana, 2005: 280), dengan rumus sebagai berikut:

X2 =



 

B j i k i j

Eij

Eij

Oij

2 Keterangan: X2

: Chi Kuadrat

Oij : Banyaknya data yang diharapkan terjadi

k

i j

: Jumlah kolom

Eij : Banyaknya data hasil pengamatan

b

j i

: Jumlah baris

Kriteria uji sebagai berikut: a. Jika X2

hitung lebih besar atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5 % maka hipotesis diterima

b. Jika X2

hitung lebih kecil atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5% maka hipotesis ditolak.


(53)

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefesien kontingen

(Sudjana, 2005:282), yaitu :

C= n

x

x

2 2

Keterangan :

C : Koefesien kontingensi

X2

: Chi Kuadrat

N : Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefesien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Cmaks =

m

m

1

Keterangan:

Cmaks : Koefesien kontingen maksimum

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria I : Bilangan konstan

uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi antar faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor yang lain. (Sudjana, 2005:282)


(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: orang tua berperan terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

Peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat berada pada kategori berperan, maksudnya peran orang tua sebagai pendidik, peran sebagai pendorong, peran sebagai panutan, peran sebagai teman, peran sebagai pengawas, dan peran sebagai konselor. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Perhatian dan kedekatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orang tua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, sehingga diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak. Kedekatan antara orang tua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas pertemuan antar anggota keluarga perlu ditingkatkan dengan tujuan untuk membangun keutuhan hubungan orang tua dan anak. Dengan demikian dapat dikatakan


(55)

bahwa orang tua berperan terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

B. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

1. Bagi orang tua untuk selalu mengotrol dan mengawasi seluruh aktivitas siswa di lingkungan keluarga, sehingga seluruh kegiatan siswa dapat berjalan sesuai dengan program yang telaah dibuat dan disepakati bersama dan para siswa dapat membatasi diri dalam pergaulan sehingga siswa tidak terjerumus dalam perbuatan yang negatif.

3. Bagi para siswa rajinlah belajar dan bersikap baik dalam proses pembelajaran serta kembangkanlah bakat sesuai dengan minat dan bakat yang siswa miliki, sehingga para siswa bisa menekuni dan mengembangkan bakat yang dimiliki dikemudian hari dan memiliki masa depan yang cerah, harus tetap bersemangat untuk menuju gerbang kesuksesan dan yakin bahwa suatu hari kalian bisa meraih cita-cita yang kalian impikan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. 2006. Induk-Induk Akhlaq Terpuji. Yogyakarta; PT. Lukis Pelangi Aksara

Aqib, Zainal. 2001. Pendidikan karakter: Membangun perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung; CV. Yrama Widya

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara

________________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Astill, Feather, Keeves. 2002. A Multilevel Analysis Of The Effect Of Parent, Teacher and School On Students Value. .Social Psychologi Of Education. Australia

Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Chochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta; Rineka Cipta

Danim, Sudarwan. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta

Dariyo, S. 2007. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research. Jogjakarta. Yayasan Fakultas Psikologi UGM.

Hurlock, E .B. .1990. Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.

Jakarta : Erlangga.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Bandung; Sinar Baru

Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty.

Koentjaraningrat. 1983. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.


(57)

Malo, Manase. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kurnia

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung; Alfabeta.

Natsir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus besar bahasa indonesia: edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Satiadarma, P Monty. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta; yayasan Obor Indonesia

Schwartz dan Bilsky (1987). Toward a Universal Psychological Structure Of Human Value.

Journal Of Personality And SocialnPsicology

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta; Rineka Cipta.

Soekanto,Soerjono.2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta;Pineka Cipta.

Sudirman, Arif. 1996. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta; Mediyatama Sarana Perkasa

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung; Tarsito

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Kepribadian.Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada Syafei, M.Syahlan.2002. Bagaimana Mendidik Anak. Ghalia Indonesia. Jakarta.

William, J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta. Bumi Aksara.

Yulaefi, Anita. 2009. Skripsi: Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Kenakalan Remaja Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Di Desa Semberagung Kecamatan Sragi Lampung Selatan Tahun 2008. Lampung; Universitas Lampung


(1)

(Soerjono Soekanto, 1981:269)

Dan untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh maka digunakan dengan kriteria berikut:

76% - 100% = Baik 56% - 75% = Cukup 40% - 55% = Kurang Baik (Suharsimi Arikunto, 1986 : 196)

Adapaun pengolongan data adalah menggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua faktor (Sudjana, 2005: 280), dengan rumus sebagai berikut:

X2 =



 

B j i k i j

Eij

Eij

Oij

2 Keterangan: X2

: Chi Kuadrat

Oij : Banyaknya data yang diharapkan terjadi

k i j

: Jumlah kolom

Eij : Banyaknya data hasil pengamatan

b j i

: Jumlah baris

Kriteria uji sebagai berikut: a. Jika X2

hitung lebih besar atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5 % maka hipotesis diterima

b. Jika X2

hitung lebih kecil atau sama dengan X2

tabel dengan tarif signifikan 5% maka hipotesis ditolak.


(2)

52

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefesien kontingen

(Sudjana, 2005:282), yaitu :

C= n

x

x

2 2

Keterangan :

C : Koefesien kontingensi

X2

: Chi Kuadrat

N : Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefesien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Cmaks =

m

m

1

Keterangan:

Cmaks : Koefesien kontingen maksimum

M : Harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria I : Bilangan konstan

uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi antar faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu makin berkaitan dengan faktor yang lain. (Sudjana, 2005:282)


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: orang tua berperan terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

Peranan orang tua terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat berada pada kategori berperan, maksudnya peran orang tua sebagai pendidik, peran sebagai pendorong, peran sebagai panutan, peran sebagai teman, peran sebagai pengawas, dan peran sebagai konselor. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Perhatian dan kedekatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orang tua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, sehingga diharapkan orang tua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak. Kedekatan antara orang tua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas pertemuan antar anggota keluarga perlu ditingkatkan dengan tujuan untuk membangun keutuhan hubungan orang tua dan anak. Dengan demikian dapat dikatakan


(4)

103

bahwa orang tua berperan terhadap penanaman nilai kejujuran anak dalam lingkungan masyarakat di Dusun I dan II Desa Teba Jawa Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.

B. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

1. Bagi orang tua untuk selalu mengotrol dan mengawasi seluruh aktivitas siswa di lingkungan keluarga, sehingga seluruh kegiatan siswa dapat berjalan sesuai dengan program yang telaah dibuat dan disepakati bersama dan para siswa dapat membatasi diri dalam pergaulan sehingga siswa tidak terjerumus dalam perbuatan yang negatif.

3. Bagi para siswa rajinlah belajar dan bersikap baik dalam proses pembelajaran serta kembangkanlah bakat sesuai dengan minat dan bakat yang siswa miliki, sehingga para siswa bisa menekuni dan mengembangkan bakat yang dimiliki dikemudian hari dan memiliki masa depan yang cerah, harus tetap bersemangat untuk menuju gerbang kesuksesan dan yakin bahwa suatu hari kalian bisa meraih cita-cita yang kalian impikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. 2006. Induk-Induk Akhlaq Terpuji. Yogyakarta; PT. Lukis Pelangi Aksara

Aqib, Zainal. 2001. Pendidikan karakter: Membangun perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung; CV. Yrama Widya

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara

________________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Astill, Feather, Keeves. 2002. A Multilevel Analysis Of The Effect Of Parent, Teacher and School On Students Value. .Social Psychologi Of Education. Australia

Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Chochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta; Rineka Cipta

Danim, Sudarwan. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta

Dariyo, S. 2007. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research. Jogjakarta. Yayasan Fakultas Psikologi UGM.

Hurlock, E .B. .1990. Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.

Jakarta : Erlangga.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Bandung; Sinar Baru

Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty.

Koentjaraningrat. 1983. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.


(6)

Lestari, Sri .2012 .Psikologi Keluarga.Penanaman Nilai Dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga. Jakarta,Kencana Prenada Media group

Malo, Manase. 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kurnia

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung; Alfabeta.

Natsir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus besar bahasa indonesia: edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Satiadarma, P Monty. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta; yayasan Obor Indonesia

Schwartz dan Bilsky (1987). Toward a Universal Psychological Structure Of Human Value.

Journal Of Personality And SocialnPsicology

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta; Rineka Cipta.

Soekanto,Soerjono.2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta;Pineka Cipta.

Sudirman, Arif. 1996. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta; Mediyatama Sarana Perkasa

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung; Tarsito

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Kepribadian.Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada Syafei, M.Syahlan.2002. Bagaimana Mendidik Anak. Ghalia Indonesia. Jakarta.

William, J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta. Bumi Aksara.

Yulaefi, Anita. 2009. Skripsi: Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Kenakalan Remaja Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Di Desa Semberagung Kecamatan Sragi Lampung Selatan Tahun 2008. Lampung; Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA HALANGAN RATU KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014

0 12 85

PERANAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA 12-14 TAHUN DI DUSUN I DESA SEI ROTAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 27

PERANAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI – NILAI AGAMA KRISTEN PADA ANAK DI DESA PARDOMUAN NAULI, KECAMATAN LAGUBOTI, KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

26 117 30

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI PADA ANAK Peran Orang Tua Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budi Pekerti Pada Anak (Studi Eksplorasi pada Anak Pegawai Negeri dan Anak Petani di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tah

0 1 15

PENDAHULUAN Peran Orang Tua Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budi Pekerti Pada Anak (Studi Eksplorasi pada Anak Pegawai Negeri dan Anak Petani di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012).

0 2 6

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI PADA ANAK Peran Orang Tua Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budi Pekerti Pada Anak (Studi Eksplorasi pada Anak Pegawai Negeri dan Anak Petani di Desa Kaling Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tah

0 4 14

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN KEDISIPLINAN SALAT PADA ANAK DI DUSUN BAOK, DESA UJUNG-UJUNG,KECAMATAN PABELAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 - Test Repository

0 0 131

Peranan Orang Tua dalam Mensosialisasikan Nilai-Nilai Keagamaan terhadap Anak di Desa Walenreng Kecamatan Cina Kabupaten Bone - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 101

PERANAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP LINGKUNGAN DI DESA TALANG KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN TAHUN 2015 - UNWIDHA Repository

0 1 19

INTERAKSI DAN PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK PASANGAN ORANG TUA BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI DUSUN TRENCENG, DESA MRICAN, JENANGAN , PONOROGO)

0 0 98