PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA HALANGAN RATU KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH

DI DESA HALANGAN RATU KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2014

Oleh

ANESYA PUSPITA

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami putus sekolah dengan jumlah 255 orang dan di ambil 15% sebagai sampel yaitu 34 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket, wawancara dan dokumentasi serta analisis data menggunakan statistik dengan model regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis menunjukan bahwa: 1. Terdapat pengaruh antara lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. 2. Terdapat pengaruh antara persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. 3. Terdapat pengaruh antara lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.

kata kunci : lingkungan sosial, persepsi orang tua tentang pendidikan, anak putus sekolah


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Anesya Puspita dilahirkan di Pesawaran, Lampung pada tanggal 01 April 1993.Anak kedua dari pasangan Bapak Asun Lukman Hakim dan Ibu Yuwana.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain:

1. Sekolah Dasar Negeri 01 Halangan Ratu diselesaikan pada tahun 2004

2. SMP PGRI Pejambon, diselesaikan pada tahun 2007

3. SMA Negeri 5 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2010

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.


(7)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat Yang tak terhitung, salawat beriring salam selalu tercurah

Kepada Rosullullah Muhammad SAW

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati Kupersembahkan sebentuk karya sederhana ini kepada :

“Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang selalu menjadi Semangat dala hidupku, kesabarn dan do’a dalam setiap

Sujudmu, serta harapan dalam setiap tetes keringatmu

untuk menanti keberhasilanku”

kakak dan adik-adikku tersayang serta segenap keluarga

besarku yang selalu memberikan do’a semangat serta

dukungannya kepadaku.

Serta


(8)

MOTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai

sesuatu padahal itu amat buruk bagimu.

Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”


(9)

Bismillahirrohmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan Terhadap Anak Putus Sekolah Di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negari Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta pentunjuk dari Bapak Dr. Irawan Suntoro, M. Si. selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing I, yang telah memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan proposal skripsi. Dan juga, Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd. M.Pd selaku pembimbing II, terimakasih atas kesediaanya dalam membimbing dan memberikan motivasi dalam bimbingannya. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(10)

Lampung.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd. M.Pd. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekaligus selaku pembahas I penulis yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam skripsi ini.

7. Bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd selaku Pembahas II, terimakasih atas masukan, saran dan kritikannya pada penulis.

8. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. terima kasih atas bantuan, saran dan masukan serta kritik kepada penulis.

9. Bapak Susilo, S.Pd, M.Pd. terima kasih atas bantuan, saran dan masukan serta kritik kepada penulis.

10. Bapak Rohman, S.Pd, M.Pd. terima kasih atas bantuan, saran dan masukan serta kritik kepada penulis.

11. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

14. Terimakasih untuk Adik-adik Desa Halangan Ratu yang telah bersedia menjadi responden dan mengisi angket penelitia ini.

15. Teristimewa untuk kedua sosok yang sangat luar biasa dalam kehidupanku, Ayah dan Ibu terkasih. Terimaksih atas setiap iringan doa, pengorbanan serta kasih sayang kalian. Aku akan meneruskan perjalanan selanjutnya, memasuki kehidupan yang sebenarnya, terimakasih atas setiap kepercayaan yang telah diberikan.

16. Untuk Kakak ku yang aku sayangi, Edya Mustika serta ketiga adikku Windra Andrean, Rilly Anzuna dan Lucya Fatima, terima kasih atas dukungan doa dan cinta kasih yang telah diberikan kepada ku, kita luar biasa dan yang paling penting kita adalah satu. Percayalah.

17. Keluarga besarku yang selalu berdo’a untuk menanti keberhasilanku. 18. Untuk Ahmad Edy Saputra terima kasih atas doa, kasih sayang dan

motivasinya. Semoga semua harapan dapat tercapai sehingga kita sama-sama berhasil.

19. Para sahabat seperjuangan di kampus: Feni Desna Sari, Resta Melisa B, Tantri Puji A, Septiana K, Ade Yulia, Fitri Diana Sari, Muklas Nurahman, Evi andesva, Novi Noor Fachriah, Dian Puspita Ningrum dan Hikmah Fito’ah terimakasih untuk motivasi dan kebersamaan kita. seluruh teman-teman PKn 2010 tanpa terkecuali , terimakasih atas kekompakan dalam suka maupun duka. Semoga dengan selesainya kuliah kita bukan akhir dari kebersamaan kita.


(12)

tawanya.

21. Teman-teman seperjuangan KKN PPL SMP Negeri 03 Lambu Kibang Tulang Bawang Barat (opa yadi, oma siti, papa singgih, mama nurul, abang hendra, kak dita, nduk cimu juwiza si pucuk dan ade alla) terima kasih atas kebersamaan dan inspirasinya.

22. Untuk sahabat kecilku Oktina Shunan dan para Bella (Restika citra, mega selvia, sari winda putri). Daing, makyai, yai vika, boim ,boy dan yuni terima kasih atas motivasi dan canda tawa yang menjadikan hari-hari menjadi indah.

23. Teman-temanku dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang kalian berikan mendapat pahala dari Allah SWT. Kepada Allah SWT. Segalanya penulis serahkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, Universitas Lampung dan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis

Anesya Puspita NPM. 1013032006


(13)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

SURAT PERNYATAAN... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

MOTO ... viii

SANWACANA... ... . ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

2. Ruang lingkup Subyek ... 10

3. Ruang Lingkup Obyek ... 10

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 10

5. Ruang Lingkup Waktu ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 11

1. Pengertian Pengaruh... 11

2. Pengertian Anak Putus Sekolah ... 11

2.1 Pengertian Anak ... 11

2.2 Pengertian Putus Sekolah ... 13

2.3 Pengertian Anak Putus Sekolah ... 14


(14)

3.2 Lingkungan Pergaulan Teman Sebaya ... 20

3.3 Lingkungan Keluarga ... 22

3.4 Lingkungan Masyarakat ... 27

4. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan ... 31

4.1Pengertian Persepsi ... 31

4.2 Pengertian Orang Tua ... 32

4.3 Pengertian Pendidikan ... 33

4.4 Persepsi Orang Tua yang Keliru Tentang Pendidikan . 37 B. Kerangka Pikir ... 37

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 41

B. Langkah-Langkah Penelitian ... 42

C. Pelaksanaan Penelitian ... 45

1. Persiapan Administrasi... 45

2. Penelitian di Lapangan ... 45

3. Pengolahan dan Analisis Data ... 46

D. Populasidan Sampel ... 46

E. Tehnik Sampling ... 47

F. Variable Penelitian ... 48

G. Devinisi Konseptual dan Oprasional ... 48

1. Devinisi Konseptual ... 48

2. Devinisi Oprasional ... 49

H. Tehnik Pengumpulan Data ... 50

1. Teknik Pokok ... 50

2. Teknik Penunjang... 51

I. Instrument Penelitian ... 51

1. Uji Validitas ... 52

2. Uji Reabilitas ... 52

J. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 54

K. Teknik Analisis Data ... 58

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62

1. Letak Administrasi ... 62

2. Keadaan Penduduk ... 64

3. Perangkat Desa ... 65

B. Deskripsi Data ... 67

1. Penyajian Data Lingkungan Sosial ... 67


(15)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan... 107 b. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 jumlah kepala keluarga dan jenis pekerjaan penduduk ... 3

Tabel 1.2 jumlah keluarga yang memiliki anak putus sekolah ... 6

Tabel 3.1 data keluarga yang memiliki anak putus sekolah ... 47

Tabel 3.2distribusi hasil uju coba angket dari 10 responden diluar populasi tentang pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang opendidikan terhadap anak putus sekolah untuk item ganjil (X) ... 55

Tabel3.3distribusi hasil uju coba angket dari 10 responden diluar populasi tentang pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang opendidikan terhadap anak putus sekolah untuk item genap (Y) ... 55

Tabel 4.3 distribusi antara item ganjil (X) dengan Item genap (Y) mengenai pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang opendidikan terhadap anak putus sekolah ... 56

Tabel 4.1 luas desa Halangan Ratu ... 62

Tabel 4.2 batas-batas desa halangan ratu ... 63

Tabel 4.3 distribusi sarana peribadatan dan sarana umum desa Halangan Ratu ... 64

Tabel 4.4 distribusi penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dan jenis pekerjaan penduduk ... 65

Tabel 4.5 distribusi penduduk berdasarkan etnis dan jenis kelamin ... 65

Tabel 4.6 distribusi frekuensi indikator lingkungan kelurga ... 68

Tabel 4.7 distribusi frekuensi indikator teman sebaya ... 70

Tabel 4.8 distribusi frekuensi indikator lingkungan keluarga ... 71

Tabel 4.9 distribusi frekuensi indikator lingkungan sosial... 73

Tabel 4.10 distribusi frekuensi indikator perhatian orang tua ... 76

Tabel 4.11 distribusi frekuensi indikator harapan ... 78


(17)

Tabel 4.15 uji korelasi variabel (X1) terhadap variabel (Y) ... 87

Tabel 4.16 uji persamaan regresi variabel (X1) terhadap (Y) ... 87

Tabel 4.17 uji determinasi variabel (X1) terhadap (Y) ... 88

Tabel 4.18 uji korelasi variabel (X2) terhadap (Y) ... 89

Tabel 4.19 uji persamaan regresi variabel (X2) terhadap (Y) ... 89

Tabel 4.20 uji determinasi variabel (X2) terhadap (Y) ... 90

Tabel 4.21 uji korelasi dan determinasi variabel (X1) dan variabel (X2) terhadap variabel (Y) ... 91


(18)

1. Surat Pembantu Dekan 1 FKIP Unila 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian 5. Kisi-Kisi Angket

6. Angket Penelitian


(19)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir……… 39 Gambar 4.1 Bagan Susunan Perangkat Desa……… 66 Gambar 4.2 Histagram Pengaruh Lingkungan Sosial……… 74 Gambar 4.3 Histagram Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang

Pendidikan……… 82 Gambar 4.5 Histagram Minat Anak Untuk Kembali Sekolah………… 85


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada dasarnya pendidikan merupakan kegiatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang dan memiliki tujuan untuk menjadikan manusia dewasa dan berkualitas serta dapat mengabdikan dirinya kepada masyarakat.

Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematis agar dapat mencapai tujuan dan menghasilkan perubahan-perubahan yang positif yang berpengaruh pada kehidupan sosial. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia hidup maju, sejahtera dan bahagia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan diri membentuk disiplin hidup.

Seperti kita ketahui bahwa pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi pembangunan bangsa sehingga pemerintah Indonesia menggalakkan wajib belajar 9 tahun bagi seluruh warga Negara Indonesia Konsep tentang


(21)

pendididkan wajib belajar dinyatakan dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 34 yang berbunyi :

1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. 3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan

oleh lembaga pendidikan. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 4. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pasal di atas menegaskan bahwa masyarakat di Indonesia diwajibkan untuk mengikuti program wajib belajar 9 tahun pada jenjang pendidikan dasar (SD) dan dan menengah (SMP) yang berguna untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Tetapi pada kenyataannya niat baik pemerintah belum sepenuhnya di tanggapi secara serius oleh sebagian besar masyarakat karena kenyataannya masih banyak anak yang mengalami putus sekolah.

Di Provinsi Lampung khususnya di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran masih banyak anak-anak yang tidak menyelesaikan pendidikannya, baik di tingkat dasar maupun di tingkat menengah. Hal ini tentu disebabkan oleh banyak faktor, selain faktor kondisi ekonomi masyarakat yang berbeda-beda, kurangnya kemauan anak untuk mengenyam pendidikan, disisi lain juga ada faktor pengaruh lingkungan sekitar (pergaulan) yang sangat mempengaruhi anak.

Pada perspektif lain, menyatakan persepsi orang tua tentang pendidikan masih sangat minim sehingga pendidikan sering dianggap tidak terlalu penting bagi sebagian besar masyarakat yang ada di desa halangan ratu yang dominan


(22)

berprofesi sebagai petani tahunan. Sebagian besar orang tua mengatakan bahwa tanpa bersekolahpun anak-anak mereka masih bisa bekerja dan bertahan hidup, sehingga pendidikan yang tinggi dianggap tidak mampu menjamin cemerlangnya masa depan.

Fenomena anak putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dan hanya sampai pada tamatan SMP banyak terjadi di kalangan remaja yang berdomisili di Desa Halangan Ratu. Sebagian dari mereka telah melanjutkan sekolah ke tingkat menengah tetapi juga mengalami putus sekolah sebelum sempat mendapatkan ijazah. Pada umumnya mereka masih berada di usia produktif antara 13-18 tahun. Sebagian besar mereka memanfaatkan sebagian waktu luang untuk mencari uang demi membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tabel 1.1 Jumlah Kepala Keluarga dan Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Halangan Ratu tahun 2013

No Responden

Jumlah Total Keluarga

(KK)

Jenis Pekerjaan

Penduduk Desa Halangan Ratu (Per KK) Petani PNS Wiraswasta Ojek Buruh

1 RT 1 115 97 8 5 2 3

2 RT 2 83 65 2 10 3 3

3 RT 3 103 69 7 17 10

4 RT 4 99 66 2 13 18

5 RT 5 101 60 4 15 5 17

6 RT 6 124 51 15 24 14 20

7 RT 7 94 60 22 12

8 RT 8 61 39 1 11 5 5

Jumlah 780 507 39 117 39 78

Jumlah Keseluruhan 780

Sumber: Data Primer Kepala Desa Halangan Ratu

Penduduk Halangan Ratu mencapai 780 kepala keluarga yang bermata pencarian menanam padi hampir hanya sekali dalam satu tahun, dan selebihnya mereka


(23)

menggantungkan hidup dari pekerjaan buruh sebagai penopang kebutuhan hidup. Dengan persentase jumlah penduduk sebanyak 65% bekerja sebagai petani, 5% sebagai pegawai negeri, 15% sebagai wiraswasta, 5% bekerja sebagai tukang ojek dan 10% sisanya bekerja sebagai buruh pabrik yang rata-rata bekerja di tanah rantau.

Dikalangan masyarakat Halangan Ratu, putus sekolah sudah menjadi hal yang biasa karena adanya anggapan bahwa setinggi-tingginya sekolah pasti akan menjadi seorang petani ketika tua nanti. Hal ini juga yang mempengaruhi para orang tua membiarkan anak-anaknya mengalami putus sekolah dan tidak sampai melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan.

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yang tinggal di desa Halangan Ratu, Bapak Sahwan menjelaskan penyebab banyaknya anak yang putus sekolah adalah :

1. Pengaruh faktor lingkungan sosial, mayoritas penyebab putusnya sekolah anak di desa halangan ratu adalah suasana rumah yang tidak harmonis menyebabkan anak lebih nyaman berdekatan dengan teman yang ada dilingkungan sekitarnya. Mereka mencari jati diri lewat temen-temannya. Pengaruh teman yang tidak baik yang sering terjadi adalah malas mengerjakan tugas dari guru sehingga prestasi belajar menurun, bermain game online ber jam-jam di warnet dan akhirnya sering sekali membolos. Hal inilah yang menjadi faktor utamanya.


(24)

2. Faktor kondisi ekonomi masyarakat, berdasarkan data yang didapat dari kelurahan desa halangan ratu bahwa sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani, peternak, pengusaha furniture, buruh bangunan, pegawai negeri sipil dan tukang ojek.

3. Faktor pendukung lain adalah minimnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan dan kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua. Kebanyakan orang tua beranggapan bahwa sekolah itu belum terlalu penting dan tidak menjamin keberhasilan di masa depan, padahal orang tua mampu menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang tertinggi. Kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua menyebabkan anak senang berada diluar rumah dan mengikuti hal-hal yang bersifat negatif seperti bermain game online, merokok, mendatangi hiburan orgen tunggal dimalam hari, coba-coba dan terjerumus kedalam narkoba kemudian menjadi pengedar kecil dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah.

Namun antara faktor ekonomi, keluarga dan lingkungan sosial memang saling berkaitan. Dampak anak putus sekolah membuat mereka akan menjadi pengangguran karena mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terampil. Hal tersebut pada akhirnya bisa menjadikam mereka pelaku tindak kriminal.


(25)

Tabel 1.2. Jumlah keluarga yang memiliki anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu tahun 2013

No Responden

Jumlah Keluarga yang memiliki anak putus sekolah (KK) Jumlah remaja tamatan SD

Jumlah remaja tamatan SMP

1 RT 1 8 7 16

2 RT 2 11 4 21

3 RT 3 20 11 28

4 RT 4 13 6 21

5 RT 5 16 15 21

6 RT 6 25 12 32

7 RT 7 16 4 20

8 RT 8 10 3 4

Jumlah 119 62 163

Jumlah keseluruhan 225

Sumber : Data Primer Kepala Desa Halangan Ratu.

Tabel di atas menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran adalah berjumlah 119 KK yang tersebar di 8 Rukun Tetangga dengan jumlah 62 orang tamatan SD dan 163 tamatan SMP sehingga jumlah keseluruhan 225 anak yang mengalami putus sekolah.

Fenomena banyaknya anak putus sekolah inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Lingkungan Sosial dan Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan Terhadap Anak Putus Sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014”


(26)

B.Identifiksi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, di dapat identifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Banyak anak yang mengalami putus sekolah bahkan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lanjutan.

2. Lingkungan sosial mempengaruhi banyak anak putus sekolah 3. Jenis pekerjaan orang tua

4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah: 1. Anak Putus Sekolah

2. Lingkungan Sosial Anak

3. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah?

2. Adakah pengaruh persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah?

3. Adakah pengaruh linkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah?


(27)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan:

1. Pengaruh lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.

2. Pengaruh persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014

3. Pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.

2. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pengetahuan terutama ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya menggambarkan dan membahas tentang Hak dalam mendapatkan pendidikan yang layak khususnya bagi anak putus sekolah.


(28)

2. Kegunaan Praktis. a. Bagi orang tua

Memberikan pengertian terhadap pihak orang tua tentang pentignya arti pendidikan.

b. Sekolah

Memberikan pengertian tentang pentingnya pendidikan terhadap anak atau siswa.

F. Ruang lingkup penelitian. 1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan dalam kajian PKn sebagai pendidikan kewarganegaraan.

2. Ruang lingkup objek penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah pengaruh lingkunngan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di desa halangan ratu kecamatan negeri katon kabupaten pesawaran tahun 2014.

3. Ruang lingkup subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014


(29)

4. Ruang lingkup wilayah penelitian

Wilayah penelitian ini berada di Desa Halangan Ratu kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

5. Ruang lingkup waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan dengan no surat 7202/UN26/3/PL/2013 oleh Dekan Fakultas Keguruan Universitas Lampung Pada Tanggal 13 Desember 2013.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pengaruh

Pengaruh dapat di artikan sebagai usaha yang berkembang yang memperjuangkan dan mengusahakan suatu kepentingan tertentu.

Menurut Badudu dan Zain dalam Martini (2010:10) pengaruh adalah :

1. Daya yang menyebabkan sesuatu terjadi

2. Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain 3. Tunduk atau mengikuti karena kekuatan orang lain

Berdasarkan pendapat di atas maka pengaruh merupakan daya yang ada dan timbul dari seseorang atau benda yang mempengaruhi atau ikut serta dalam pembentukan kepribadian seseorang yang mengakibatkan perubahan perilaku seseorang atau sekelompok masyarakat.

2. Anak Putus Sekolah 2.1 Pengertian Anak

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Anak (jamak: anak-anak) adalah “seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum


(31)

mengalami masa pubertas’. Anak juga merupakan keturunan ke dua dimana kata “anak” menunjuk pada lawan kata orang tua. Dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 1 ayat 1 berbunyi “anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan anak.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak merupakan manusia yang hidup setelah orang yang melahirkannya (orang tua). Anak merupakan tali penerus cita-cita orang tua dimasa yang akan datang.

Kohlberg dalam Putri Dwi Puspita (2012: 12) mengemukakan beberapa teori perkembangan anak antara lain:

1. Tingkat Pra-konvensional

Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupu orang dewasa juga dapat menunjukkan penelaran dalam tahap ini. Seorang yang berada pada tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung.

2. Tingkat konvensional

Tingkat konvensional umumnya ada pada diri remaja atau orang dewasa. Orang yang ada ditahap ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat.


(32)

3. Tahap Pasca-Konvensional

Tingkatan pasca-konvensional juga dikenal sebagai tingkat berprinsip. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa manusia mengalami perkembangan tahap-tahap dalam kehidupan, dan pendidikan adalah hal yang sangat menentukan dalam mengarahkan anak agar menjadi lebih baik lagi sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan di masa yang akan datang.

2.2 Pengertian Putus Sekolah

Putus sekolah merupakan keadaan dimana berhentinya kegiatan sekolah seorang peserta didik secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan karena berbagai faktor sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan keahlian melalui pendidikan formal serta tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Lembaga pendidikan yang dimaksudkan disini ialah lembaga pendidikan formal yaitu sekolah formal baik di tingkat dasar dan menengah. Dimana sekolah merupakan suatu lembaga sosial, yang bukan hanya sekedar lembaga yang berperan untuk menyiapkan anak-anak agar mampu menjalani hidup di kemudian hari. Disekolah terdapat


(33)

aturan-aturan baru yang diperkenalkan kepada anggota masyarakat yang menjadi peserta didik, dan aturan ini bisa tidak sama atau malah bertentangan dengan aturan-aturan yang ada dirumah atau di masyarakat.

Selanjutnya M.N. Syam dalam Dwi Puspita (2012:18) mengemukakan bahwa “sekolah merupakan bentuk usaha manusia untuk membina kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan budaya”

Sekolah memiliki peranan untuk mengantarkan anak yang belum dewasa ke tingkat kedewasaannya. Sesudah tingkat ini tercapai maka orang beranggapan bahwa tanggung jawab mendidik anak bagi orang tua dan guru telah berakhir. Anak yang sudah desawa di anggap telah mampu atas kekuatan diri sendiri untuk menghadapi segala sesuatu dalam kehidupan. Dan atas dasar pendidikan yang telah diperoleh sebelumnya maka si anak berusaha sendiri mencari solusi bagi permasalahan yang dijumpai dalam hidupnya.

Hadri Nawawi dalam Sri Atikah (2004: 19) membagi fungsi sekolah menjadi tiga, yaitu:

1. Membantu anak-anak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dimasa yang akan datang

2. Membantu anak-anak mempelajari cara menyelesaikan masalah-masalah kehidupan baik secara individu maupun kelompok


(34)

3. Membantu anak-anak mengembangkan sosialisasi masing-masing agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dalam bentuk masyarakat yang dinamis sebagai Warga Negara suatu bangsa.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah suatu lembaga sosial dan institusi yang berfungsi untuk mambantu anak-anak memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan keahlian serta mengembangkan sosialisasi anak dalam menyesuaikan diri di masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa putus sekolah adalah suatu keadaan dimana anak-anak atau remaja tidak dapat melanjutkan atau meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sehingga anak tidak dapat memperoleh pengetahuan, ilmu, keterampilan serta keahlian dari institusi pendidikan.

2.3 Pengertian Anak Putus Sekolah

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Menurut Departemen Pendidikan di Amerika Serikat (MC Millen Kaufman, dan Whitener, 1996) mendefinisikan bahwa “Anak putus


(35)

sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau peserta didik yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya”. UU No. 23 tahun 2002 menjelaskan bahwa “anak terlantar yakni anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar, baik kebutuhan fisik, mental dan spritualnya”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak putus sekolah adalah anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dikarenakan beberapa hal baik yang berasal dari dalam diri anak maupun dari luar diri anak yang tentunya berpengaruh terhadap pola pikir anak tentang dunia pendidikan.

2.4 Penyebab Anak Putus Sekolah

Ada beberapa kendala yang menyebabkan anak mengalami putus sekolah yaitu :

a. Faktor internal

Alasan mengapa anak mengalami putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh keadaan yang ada disekeliling anak, tetapi berasal dari dalam dirinya sendiri.

Kurangnya minat anak untuk belajar adalah factor yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan pendidikan anak. Minat anak untuk belajar dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang ada disekitar anak yang kurang baik sehingga mendorong anak bermalas-malasan untuk sekolah.


(36)

Berkurangnya minat anak untuk sekolah dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, khususnya perhatian terhadap pendidikan anak.

b. Faktor eksternal

Beberapa faktor yang mempengaruhi anak sehingga mengalami putus sekolah selain minat dari dalam dirinya sendiri ialah latar pendidikan orang tua, kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak, kurangnya pendapatan keluarga, kondisi tempat tinggal anak, dan pengaruh teman sebaya.

2.5 Akibat Anak putus sekolah

Sekolah menyiapkan peserta didik untuk hidup eksis dalam dunia kerja dan fungsional dalam masyarkat, mengembangkan kebudayaan dan partisipasi sosial, menciptakan individu yang berdaya saing tinggi, melahirkan manusia yang berani bertanggung jawab dan memiliki kepekaan serta kepedulian yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan keadaan disekitarnya.

Apabila kebutuhan sekolah dapat dipenuhi dengan baik maka tidak menutup kemungkinan pendidikan dapat berperan secara maksimal dalam kehidupan yang tentunya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa serta dapat mengangkat harkat martabat manusia. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang mengalami putus sekolah,


(37)

hal ini tentunya akan menghambat proses pengikisan pengangguran dan menyebabkan tersendatnya pembangunan ekonomi.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah: 1. menambah jumlah pengangguran

2. kerugian dimasa depan bagi anak, orang tua dan masyarakat 3. menjadi beban bagi orang tua

4. memiliki wawasan yang kurang luas dan kurang terbuka

5. anak yang putus sekolah akan berakibat menjadi tenaga yang tidak terampil sehingga memungkinkan mereka menjadi pelaku tindak kriminal

Akibat putus sekolah dalam kehidupan sosial ialah semakin banyaknya jumlah kaum pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Masalah pengangguran ini di negara kita merupakan masalah yang sudah sedemikian hebatnya, hingga merupakan suatu hal yang harus ditangani lebih serius. Anak-anak yang putus sekolah dapat pula mengganggu keamanan. Karena tidak ada kegiatan yang menentu, sehingga kadang-kadang dapat menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar.

Anak-anak nakal dengan kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk mabukan, menipu, menodong, dan sebagainya. Produktifitas anak putus sekolah dalam pembangunan tidak seluruhnya dapat mereka kembangkan, padahal semua anak indonesia memiliki potensi untuk maju.


(38)

Akibat yang disebabkan anak putus sekolah sangat banyak, diantaranya adalah kenakalan remaja, tawuran, kebut-kebutan di jalan raya, minum– minuman dan perkelahian, akibat lainnya juga adalah perasaan minder dan rendah diri, banyak orang yang menganggur. Itu dikarenakan banyak sekali anak yang tidak mempunyai ijasah, maupun tidak adanya pembekalan skiil bagi mereka yang putus sekolah. Hanya dengan generasi penerus yang terdidik dan cerdas serta bermoral, maka hari depan bangsa bisa dibayangkan titik terangnya. Namun pendidikan di Indonesia semakin lama semakin mahal. Program pendidikan gratis yang diterapkan pemerintah pun masih dianggap belum efektif dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.

3. Lingkungan Sosial

3.1 Pengertian Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan bagian dari lingkungan hidup yang terdiri dari struktur sosial. Struktur sosial merupakan pola dari hak dan kewajiban individu dalam suatu system interaksi, yang terwujud dalam rangkaian-rangkaian hubungan hubungan sosial yang relatif stabil dalam jangka waktu tertentu. Status dan peranan bersumber dari penggolongan yang ada didalam masyarakat yang bersangkutan, dan berlaku menurut situasi sosial dimana interaksi sosial itu terwujud sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok masyarakat untuk dapat melakukan suatu tindakan tindakan serta perubahan perubahan perilaku masing-masing individu.


(39)

Lingkungan sosial biasanya terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

3.2 Lingkungan Pergaulan Teman Sebaya

Sebagai mahkluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, kita pasti akan membutuhkan orang lain dalam setiap kegiatan. Teman adalalah kawan, sahabat atau orang-orang yang sama-sama berbuat atau bekerja. Teman sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesaamaan tingkat usia, kegiatan dan sebagainya. Hartup dalam Martini (2010: 22) “menyatakan bahwa teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau kedewasaan yang sama”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya sebagai interaksi individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar diantara kelompoknya.

Kelompok teman sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak dan remaja pada lingkungan sosial. Mereka mulai belajar bergaul dan berinteraksi dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Ini dilakukan agar mereka mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebayanya sehingga timbul rasa senang dan aman.

Hartup dalam Martini (2010: 24) mengidentifikasi empat fungsi teman sebaya, yaitu:


(40)

1. Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi (emotional resources) baik untuk memperoleh rasa senang atau beradaptasi terhadap stress

2. Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (congnitif resources) untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan. 3. Hubungan teman sebaya sebagai konteks dimana keterampilan

sosial dasar (misal keterampilan komunitas sosial, keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk kelompok) diperoleh atau ditingkatkan.

4. Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya bentuk-bentuk hubungan lainnya (misalnya hubungan dengan saudara sekandung) yang lebih harmonis dikalangan prasekolah telah terbukti dapat memperhalus hubungan.

Anak merupakan manusia muda yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai bekal dirinya untuk menghadapi kehidupan yang lebih luas, anak perlu mendapatkan bimbingan dan binaan dari orang-orang yang lebih tua dalam lingkungan dan keluarganya, anak-anak membutuhkan orang lain dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian anak secara psikologis ialah anak merupakan mahkluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak akan mungkin mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Teman yang kita temui dalam pergaulan sehari-hari dapat mendatangkan nilai-nilai yang positif dan negatif.

a. Yang Bersifat Positif

Anak yang berteman dengan orang yang berpendidikan dan berilmu pengetahuan akan mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri. Teman akan membantu dan memotifasi anak dalam belajar menuntut ilmu.


(41)

Bila anak menemui kesulitan maka akan mudah bertanya dan meminta pendapat dan bimbingan kepada teman dekatnya.

Selain itu bergaul dengan teman yang memiliki ilmu pengetahuan juga akan mendatangkan ketentraman, karena kita dapat diterima dilingkungan dimana kita tinggal, dengan demikian bisa terjalin kerja sama yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari.

b. Yang Bersifat Negatif

Berteman dengan orang baik dalam berpikir dan bertingkah laku akan mendatangkan manfaat yang baik pula bagi anak. Anak yang memiliki teman sebaya yang rata-rata tidak bersekolah maka baik secara langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku anak tersebut. Hal ini akan menimbulkan gangguan bagi anak baik dirumah maupun disekolah dan berdampak negatif bagi kelangsungan pembelajaran.

Bila anak bergaul dengan anak yang tidak bermoral/akhlak yang tidak baik,pada suatu saat nanti akan terpengaruh dan turut melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, disebabkan rasa setia kawan dan lain-lain yang dapat menjerumus anak dan akhirnya akan mengganggu kegiatan belajar di sekolah maupun dirumah.

3.3 Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan lingkungan sosial yang berhubungan langsung dengan individu,


(42)

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, pertama dan utama dan merupakan lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Fungsi utama orang tua disini adalah :

1. Sebagai pengalaman pertama masa anak-anak

2. Menjamin kehidupan dan perkembangan emosional anak 3. Menanamkan dasar pendidikan moral

4. Mengajarkan pendidikan agama bagi anak-anak.

Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sebaliknya keluarga yang pecah/broken home merupakan keluarga yang tidak disertai dengan hadirnya salah satu anggota keluarga yaitu ayah atau ibu sebagai salah satu orang tua karena kematian atau perceraian

Berdasarkan pengertian di atas, keluarga adalah kelompok social yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga yang utuh bukan hanya sekedar utuh dalam arti berkumpulnya ayah, ibu dan anak tetapi utuh dalm arti yang sebenarnya yaitu utuh secara fisik dan psikis.

a. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua

Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah merupakan faktor yang akan mempengaruhi anak sehingga menyebabkan anak mengalami putus sekolah dalam usia sekolah. Dalam UU Sisdiknas


(43)

tahun 2003 “menyatakan bahwa: orang tua berperan serta dalam pemilihan satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya”.

Sementara mengutip pendapat Dalyono (2005: 130), mengemukakan bahwa “sementara tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya” hal tersebut dimungkinkan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan tua maka akan semakin luas tingkat pengetahuan yang dimiliki, maka orang tua yang berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.

Tingkat pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau bahkan tidak sekolah sama sekali akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, hal ini tentu akan sangat berbeda dengan cara berpikir orang tua yang memiliki latar pendidikan yang tinggi.

Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat sama sekali cenderung kepada hal hal yang bersifat tradisional dan kurang menghargai arti penting pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas pada kemampuan membaca dan menulis saja, karena mereka berpendapat tingginya tingkat pendidikan hanya untuk mendapatkan potensi sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), sehingga sekolah merupakan kegiatan yang membuang waktu, biaya dan tenaga. Mereka lebih menyukai anaknya


(44)

melakukan hal-hal yang lebih nyata misalnya bekerja membantu mereka, selain itu anak-anak harus menempuh serangkaian tes seleksi dan ujian yang memakan waktu, biaya dan banyak energy untuk masuk sekolah. Namun, ada sebagian orang tua yang memiliki persepsi bahwa pendidikan itu penting sehingga meski orang tuanya berpendidikan rendah, anak mereka bisa menjadi sarjana, walaupun hal ini masih jarang di temukan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka tingkat pendidikan orang tua secara langsung atau tidak, ada kaitannya dengan pendidikan yang dicapai oleh anak, mengingat orang tua memiliki otoritas dan kewengangan yang besar dalam kehidupan anak.

b. Lemahnya Ekonomi Keluarga

Dalam bahasa Yunani, Ekonomi berasal dari kata Oikos dan Nomos. Oikos berarti rumah tangga (house hold) sedang Nomos berarti aturan, kaidah atau pengelolaan. Jadi secara sederhana “ekonomi dapat di artikan sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan atau cara pengelolaan suatu rumah tangga” (Deliarnov 1997, 7)

Setiap Orang tua memiliki kewajiban untuk menafkahi anak-anaknya, tidak pandang laki-laki maupun perempuan, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang bersifat jasmani dan rohani tentu membutuhkan suatu tindakan-tindakan yaitu dengan jalan bekerja.


(45)

Dengan bekerja maka orang tua akan memperoleh pendapatan untuk menafkahi kebutuhan anak-anaknya.

Seseorang dapat dikatakan mempunyai pendapatan atau penghasilan jika mampu memberikan sumbangan berupa uang yang diperoleh dari bekerja. Menurut Richard G. Lipsey dan Peter O. Stainer dalam Sri Atikah Murni (2004: 23) pendapatan dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Pendapatan berupa uang dari suatu rumah tangga ialah

pendapatan yang diukur dengan unit-unit uang, sekian banyak dollar dan sen dalam setiap bulan atau per tahun.

2. Pendapatan sesungguhnya, yaitu dari suatu rumah tangga ialah tenaga dari pendapatan yang bukan berupa uang yaitu jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan tersebut.

Pendapatan merupakan upah yang diterima seseorang, yaitu berupa sejumlah uang guna pemenuhan kebutuhan yang didapat setelah melakukan suatu pekerjaan.

Kurangnya pendapatan menyebabkan lemahnya keadaan ekonomi suatu keluarga. Keluarga dengan ekonomi yang rendah biasanya menyebabkan orang tua harus bekerja keras untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sehingga pendidikan anak kurang diperhatikan dengan baik. Banyak anak yang membantu bekerja demi memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Apalagi mereka yang sudah tidak bersekolah dan menjadi buruh di tanah rantau, adalah suatu kebanggan tersendiri jika setiap pergantian bulan dapat mengirimi uang kepada orang tua yang ada dikampung halaman dan merasakan enaknya membelanjakan uang hasil jerih payah sendiri. Jelas disini


(46)

bahwa lemahnya kondisi ekonomi keluarga juga merupakan faktor pendukung kelanjutan pendidikan anak, sebab tanpa adanya biaya yang cukup maka harapan akan mendapatkan pendidikan yang baik bisa sirna. Hal seperti inilah yang dapat mengakibatkan seorang anak mengalami putus sekolah.

3.4 Lingkungan Masyarakat

Tetangga atau masyarakat merupakan lingkungan sosial yang juga dapat mempengaruhi anak putus sekolah atau bahkan menjadi anak yang tidak bersekolah sama sekali. Beberapa definisi masyarakat menurut Soerjono Soekamto, (1986: 20) menyatakan sebagai berikut:

1. Masyarakat merupakan suatu satu kesatuan dan memiliki tata cara dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan mengenai pengwasan tingkah laku serta kebebasanya.

2. Masyarakat adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah dan hidup bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan. Corak dan ragam yang dialami seseorang dipengaruhi oleh masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, salah satunya pengaruh terhadap pembentukan kebiasaan-kebiasaan maupun pengaruh terhadap keagamaan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa masalah kehidupan anak bukan saja berlangsung di dalam rumah tangga dan sekolah, tetapi sebagian besar kehidupannya berada dalam masyarakat yang lebih luas. Kehidupan dalam masyarakat merupakan lingkungan yang ketiga bagi anak yang juga salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan mereka. Karena dalam lingkungan masyarakat inilah anak menerima bermacam-macam pengalaman baik yang sifatnya positif maupun yang sifatnya negatif. Hal ini menunjukkan


(47)

bahwa anak akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.

A.H. Harahap dalam Martini (2010: 26) mengemukakan bahwa “Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang cukup kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak remaja yang sulit dikontrol pengaruhnya”. Orang tua dan sekolah adalah lembaga yang khusus, mempunyai anggota tertentu, serta mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang pasti dalam mendidik anak. Berbeda dengan masyarakat, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan. Berlaku untuk segala tingkatan umur dan ruang lingkup yang sangat luas. masyarakat merupakan lingkungan yang ketiga bagi anak yang juga salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan mereka. Karena dalam lingkungan masyarakat inilah anak menerima bermacam-macam pengalaman baik yang sifatnya positif maupun yang sifatnya negatif.

a. Kondisi Tempat Tinggal

Roni Setiawan (2013: 32) mengemukakan bahwa “kondisi sekitar tempat anak tinggal adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu kegiatan belajar mengajar”. Oleh sebab itu sudah seharusnya lingkungan masyarakat dapat berperan dan ikut serta di dalam membina kepribadian anak-anak ke arah yang lebih positif. Untuk membina agar kepribadian anak menjadi baik dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara baik agar proses pendidikan berjalan baik dan lancar.


(48)

Adanya kontak yang saling berhubungan akan membantu si anak membuka wawasan dan pikiran ke arah yang positif dan lebih maju, dalam hubungan ini pula jika anak tidak mempunyai filter diri untuk menyaring informasi yang ada, maka anak juga akan cepat terkena dampak negatif dari lingkungan masyarakat disekitar tempat tinggal.

b. Suasana Lingkungan

Suasana lingkungan sebenarnya sangat mempengaruhi proses belajar bagi anak. Lingkungan yang tentram, sejuk, aman dan damai akan menghasilkan dampak yang positif bagi anak, sebaliknya, suasana lingkungan yang dipenuhi dengan keributan, masalah, hingar bingar dan carut marut kehidupan akan mengganggu proses belajar anak, baik di rumah, sekolah dan masyarakat.

Adanya gangguan di lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dipastikan segera mampengaruhi proses belajar anak yang tentunya berhubungan dengan tingkat prestasi dan pembentukan kepribadian anak.

c. Pandangan Masyarakat Terhadap pendidikan

Pandangan masyarakat terhadap pendidikan juga berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pandangan masyarakat yang maju tentu berbeda dengan masyarakat yang kurang mementingkan arti pendidikan, masyarakat


(49)

yang maju tentu pendidikan mereka maju pula, demikian pula anak-anak mereka akan menjadi bertambah baik pula pendidikannya dibandingkan dengan orangtua mereka.

Maju mundurnya suatu masyarakatnya,bangsa dan Negara juga ditentukan dengan maju mundurnya pendidikan yang dilaksanakan. Pada umumnya masyarakat tradisional kurang memahami arti pentinya pendidikan¸ sehingga kebanyakan anak-anak mereka tidak sekolah atau putus sekolah. Hal tersebut bisa terjadi karena mereka beranggapan sekolah sangat sulit, merasa tidak mampu, buang waktu banyak, lebih baik baik bekerja sejak anak-anak, ajakan membantu orangtua, tujuan mereka menyekolahkan anaknya sekedar bisa membaca dan menulis, juga karena anggapan mereka tujuan akhir dari sekolah adalah untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), hal ini tentu karena kurang memahami arti, fungsi dan tujuan pendidikan.

Masyarakat yang tradisional jika memahami fungsi dan tujuan pendidkan nasional pada akhirnya akan menjadi masyarakat yang maju dan berkembang. Masyarakat masyarakat yang tradisional juga beranggapan bahwa sekolah itu pada dasarnya sedikit sekali yang sesuai dengan kehendak mereka, misalnya begitu tamat sekolah lagsung mendapatkan pekerjaan, sekolah hendaknya tidak memerlukan biaya yang banyak, dan tidak memerlukan waktu yang lama.


(50)

Mungkin jika pendidikan itu sesuai dengan kehendak mereka maka masyarakatpun juga akan mendukungnya, namun semua itu hanya keinginan mereka tanpa harus berjuang dan berusaha secara semaksimal.

4.Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan 4.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan proses berpikir untuk memberikan suatu penilaian terhadap sesuatu yang dapat di pengaruhi melalui jalur formal dan non formal. Persepsi merupakan proses menginterprestasikan rangsangan input dan kesan-kesan sensoris dengan menggunakan alat penerima informasi.

Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi individu tentang kenyataan. Persepsi setiap individu dalam menilai sesuatu akan berbeda-beda tergantung pada faktor yang mempengaruhinya, diantaranya:

a. Faktor pengetahuan b. Faktor pengalaman

c. Faktor cakrawala atau wawasan d. Faktor proses belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi jelas jadi terletak dari dalam diri pembentuk perepsi atau dalam diri objek yang diartikan.


(51)

Suatu objek dapat diasumsikan secara berbeda-beda antara seorang dengan orang yang lain. Menurut Sarlito Wirawan dalam Istika Nurita (2010:11) hal ini disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu:

1. Perhatian, yaitu biasanya seseorang tidak menanamkan seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus tetapi akan memfokuskan perhatian terhadap satu atau dua objek saja. Perbedaan focus inilah yang menimbulkan perbedaan persepsi. 2. Set, yaitu harapan seseorang akan rangsangan yang timbul

3. Kebutuhan, kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut

4. System nilai, system nilai yang berlaku dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi yang timbul.

5. Ciri kepribadian

4.2 Pengertian Orang Tua

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun yang umum dimasyarakat kita orang tua adalah sepasang Ibu dan Bapak yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Orang tua adalah orang pertama yang kita kenal dan banyak mengajarkan hal-hal yang belum kita ketahui.

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan luas dan bertingkah laku baik. Oleh karena itu, orang tua akan bertanggung jawab dan berupaya keras memenuhi kebutuhan anak untuk dapat mengikuti pendidikan hingga pada jenjang yang tertinggi agar si anak dapat meraih kesuksesan dan cita-cita yang ingin dicapai. Seorang Ibu memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, selain sebagai pemelihara, ibu merupakan guru besar bagi anak yang mendidik anak-anaknya hingga mereka menjadi anak yang baik dan berguna bagi masyarakat. Disamping itu, ayah juga tak kalah penting


(52)

dan memegang peran yang sangat fundamental bagi kehidupan anak-anaknya. Selain sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab menafkahi keluarga, sosok ayah juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut perkembanagn anak, baik secara fisik maupun yang bersifat psikis.

Menurut Argandi Suwandi dalam Putri Dwi Puspita (2012: 23) “kunci pertama mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan orang tua, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung pada budi pekerti orang tua”.

Berdasarkan pernyataan di atas jelas bahwa orang tua memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian seorang anak, karena mau tidak mau anak akan meniru bagaimana cara orang tuanya bersikap dan bertingkah laku.

4.3 Pengertian Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Pendidikan memiliki tugas mempersiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan agar dapat memenuhi tuntutan zaman. Seperti yang


(53)

diketahui oleh masyarakat umum, pendidikan merupakan suatu aspek penting bagi pembangunan bangsa, oleh sebab itu hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan produk pendidikan adalah kunci keberhasilan pembangunan suatu Negara. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan penduduk. Suwarno dalam Dasril (2009:15) berpendapat bahwa “pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani manusia agar dapat menunjukkan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dari penghidupan manusia selaras dengan alamnya dan masyarakat serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.”

Menurut UU No 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa pendidikan sangat dibutuhkan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting


(54)

karena pendidikan dapat menjadikan seseorang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara.

Untuk mengukur tingkat pendidikan formal, Simanjuntak dalam Dasril (2009:15) mengemukakan bahwa

Pendidikan yang telah ditempuh seseorang melalui jenjang sekolah, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengeh Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi (PT). dengan pendidikan maka seseorang akan memiliki suatu kelebihan kemampuan untuk berpikir kedepan untuk memenuhi kesempurnaan hidup dan kebahagiaan dimasa yang akan datang

Pendidikan anak dalam keluarga adalah hal yang sangat penting untuk memperbaiki tingkatan hidup keluarga. Pendidikan memiliki peranan dalam meningkatkan kemampuan individu dalam mengelola usaha maupun meningkatkan produksi. Tingkat pendidikan yang belum mencukupi sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.

Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal disekolah, berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Pendidikan selain berfungsi sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, juga sebagai usaha sadar manusia sebagai serangkaian tindakan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terencana untuk membina dan menggabungkan kemampuan baik jasmani maupun rohani.


(55)

1. Pendidikan Formal

Merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah secara teratur, bertingkat dan terdapat syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah member mandat kepada sekolah sebagai lembaga utamanya agar dapat mendidik dan mengajarkan berbagai jenis ilmu kepada anak-anak.

2. Pendidikan Informal

Pendidikan ini bias didapat dari kegiatan sehari-hari, sejak seorang lahir sampai mati. Pendidikan informal dapat kita temui dalam keluarga, teman, dan masyarakat sekitar tempat tinggal dalam pergaulan sehari-hari. Dari konsep ini dapat kita ketahui bahwa pendidikan informal merupakan pendidikan diluar institusi yang mencakup ruang lingkup yang sangat luas yang berfungsi membentuk karasteristik seseorang dan pandangan tentang dimensi manusia dan lingkungannya.

3. Pendidikan Non Formal

Merupakan pendidikan yang teratur, dengan sadar dilkukan tetapi tidak memiliki aturan yang terlalu ketat layaknya pendidikan formal.

Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu usaha menyiapkan manusia agar mampu berdiri sendiri, menjadi anggota masyarakat dan berdaya guna dalam pembangunan nasional.


(56)

4.4 Persepsi Orang Tua Yang Keliru Tentang Pendidikan

Menurut Dalyono (2005:130) “persepsi orang tua yang kurang memberikan dukungan kepada anaknya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi cenderung klasik, apalagi bagi anak perempuan yang di anggap tidak bisa lepas dari kodratnya,yaitu sebagai seorang ibu rumah tangga dan bagi anak laki-laki sebagai kepala rumah tangga”. Pendidikan diberikan secukupnya saja, asalkan anak mereka mampu menulis dan membaca agar dapat mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka masih meyakini bahwa pendidikan formal bukanlah satu-satunya cara untuk mencapai keberhasilan, apalagi jika keberhasilan tersebut ditinjau dari segi materi.

B.Kerangka Pikir

1. Pengaruh lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain dan selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan sosial manusia dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan suatu tindakan tindakan atau perubahan perubahan perilaku dari masing masing individu. .

Suasana lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perkembangan anak. Lingkungan sosial yang mengangap pendidikan


(57)

adalah hal yang tidak penting akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap anak sehingga banyak anak yang mengalami putus sekolah.

2. Pengaruh persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah.

Persepsi merupakan suatu proses berpikir yang memberikan penilaian, pendapat bahkan anggapan yang dapat dipengaruhi oleh orang lain. Setiap orang tua memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang pendidikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, pengalaman, wawasan/cakawala serta proses belajar, orang tua yang memiliki persepsi buruk tentang pendidikan akan melahirkan tindakan yang keliru. Mereka meyakini pendidikan bukanlah satu-satunya cara untuk mencapai keberhasilan sehingga pendidikan yang diberikan kepada anak hanya diberikan secukupnya saja sebatas kemampuan membaca dan menulis.

3. Pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah

Pada umumnya masyarakat pedesaan kurang memahami arti penting pendidikan. Tidak sedikit orang tua di Desa Halangan Ratu memiliki persepsi yang keliru tentang pendidikan. Menurut mereka tingginya tingkat pendidikan hanya untuk mendapatkan profesi sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga sekolah di anggap tidak terlalu penting, sulit dan hanya membuang waktu serta biaya. Akan jauh lebih baik jika anak-anak mereka bekerja mencari uang untuk membantu perekonomian keluarga sehinga anak-anak hanya disekolahkan untuk


(58)

sekedar bisa membaca dan menulis serta mendapatkan ijazah untuk mendapatkan suatu pekerjaan.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir

C.Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.

Variabel X1 Lingkungan sosial

1. lingkungan keluarga 2. teman sebaya 3. lingkungan

masyarakat

Variabel X2

Persepsi orang tua tentang pendidikan

1. perhatian 2. harapan 3. kebutuhan

Variabel Y

Anak Putus Sekolah 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah


(59)

2. Ada pengaruh persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.

3. Ada pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.


(60)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode kerja yang dilakukan dalam penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengumpulkan data serta bagaimana penelitian di lapangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode deskriptif kwantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasional. Korelasional merupakan suatu model penelitian yang menitik beratkan pada masalah atau peristiwa yang sedang berlangsung dan memberikan gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi yang ada.

Metode korelasional merupakan metode yang mampu menggambarkan satu persatu variabel serta digunakan untuk :

1. Mengukur hubungan antara berbagai variable

2. Meramalkan variabel tidak bebas dari pengetahuan kita terhadap variabel bebas.


(61)

Dengan menggunakan metode deskriptif ini penulis ingin memaparkan dan menganalisis data data secara objektif serta dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan yang faktual dan jelas sejauh mana pengaruh lingkungan pergaulan dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di desa halangan ratu kecamatan negeri katon kabupaten pesawaran tahun 2014.

B. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan di lapangan. Hal ini dilakukan agar penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Adapun Langkah-langkah penelitian yang penulis lakukan secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah mengajukan judul kepada Dosen Pembimbing Akademik pada tanggal 13 Desember 2013, dimana judul yang diajukan ialah Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan Terhadap Anak Putus Sekolah Di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2013 dan disetujui oleh dosen pembimbing akademik. Langkah selanjutnya kemudian diajukan kepada Ketua Program Studi PKn sekaligus ditentukan Pembimbing Utama yaitu Dr. Irawan Suntora, M.S. dan Pembimbing Pembantu yaitu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd.


(62)

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapatkan surat Izin Penelitian Pendahuluan dari Dekan FKIP Unila No. 7202/UN26/3/PL/2013, penulis melakukan penelitian pendahuluan di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.Maksud dari penelitian pendahuluan ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang hal-hal yang akan diteliti dalam rangka menyusun skripsi yang ditunjang dengan beberapa literatur arahan dari dosen pembimbing.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tersebut dibuatlah proposal penelitian untuk diseminarkan. Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing II pada tanggal28Maret 2014 kemudian disetujui oleh pembimbing I pada tanggal 25 April2014serta disahkan oleh Ketua Program Studi PPKn. Langkah selanjutnya adalah mendaftarkan seminar, kemudian disepakati seminar proposal yang dilaksanakan untuk mendapatkan masukan-masukan dan saran dari dosen pembahas pada tanggal 7 Mei 2014.

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Setelah seminar proposal, kemudian penulis melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan saran-saran dan masukan dari dosen pembahas dari hasil seminar proposal tersebut. Kemudian setelah proses perbaikan selesai penulis melakukan pengesahan komisi pembimbing yang disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II serta disahkan oleh ketua jurusan pendidikan IPS dan oleh dekan FKIP UNILA. Selanjutnya, berdasarkan


(63)

surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh dekan FKIP UNILA No: 1223 /UN26/3/PL/2014 yang ditunjukan kepada kepala desa halangan ratu maka penelitian ini dimulai dilakukan.

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang akan ditujukan kepada responden (anak putus sekolah) yang berjumlah 225 orang dengan sampel 15% dari jumlah responden yaitu berjumlah 34 orang dengan jumlah pertanyaan 20 soal disertai dengan tiga (3) alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam penyusunan angket tersebut ialah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi angket tentang pengaruh lingkungan social dan perepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di desa halangan ratu kecamatan negeri katon kabupaten pesawaran tahun 2014.

2. Membuat item pertanyaan angket tentang pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di desa halangan ratu kecamatan negeri katon kabupaten pesawaran tahun 2014.

3. Melakukan konsultasi angket yang akan digunakan dalam penelitian kepada pembimbing I dan pembimbing II guna mendapat masukan saran dan persetujuan.

4. Menyebarkan angket kepada responden setelah mendapat persetujuan dari pembimbing I dan pembimbing II, selanjutnya peneliti


(64)

mengadakan uji coba angket kepada sepuluh (10) orang sebagai responden diluar sampel yang sebenarnya.

5. Uji Coba Angket

Tahap pertama yang akan dilakukan yaitu uji coba angket kepada sepuluh orang responden di luar sampel. Uji coba angket ini digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat reliabilitas soal. Namun sebelum itu angket dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Pembimbing I dan Pembimbing II guna meminta persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan maka angket dapat disebarkan. Hasil uji coba angket yang telah diisi oleh sepuluh orang responden di luar sampel dikonsultasikan kembali kepada Pembimbing, lalu setelah dinyatakan cukup maka angket dapat dipergunakan untuk melakukan penelitian kepada responden yang sesungguhnya.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Administrasi

Membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila dengan Nomor 1223 /UN26/3/PL/2014 yang ditujukan kepada Kepala Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

2. Penelitian di Lapangan

Pelaksanaan penelitian di lapangan pada tanggal 1-3 Juni 2014 dengan menyebarkan angket kepada anak putus sekolah yang


(65)

berjumlah 34 orang dengan jumlah 34 angket yang telah dilengkapi dengan 20 butir pertanyaaan serta kemungkinan jawaban yang akan dipilih responden.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data penelitian ini dengan cara mempelajari, mengkaji dan mengkelompokan data penelitian. Data yang sudah diperoleh, dikelompokan dan dianalisis untuk memperoleh gambaran nyata tentang hasil dalam penelitian.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiono (2008:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengalami putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.


(66)

Tabel 3.1. Data keluarga yang memiliki anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu tahun 2012

No Responden Jumlah Keluarga (KK)

Jumlah remaja tamatan SD

Jumlah remaja tamatan SMP

1 RT 1 8 7 16

2 RT 2 11 4 21

3 RT 3 20 11 28

4 RT 4 13 6 21

5 RT 5 16 15 21

6 RT 6 25 12 32

7 RT 7 16 4 20

8 RT 8 10 3 4

Jumlah 119 62 163

Jumlah keseluruhan 225

Sumber : data primer kepala desa Halangan Ratu

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010:144) “apabila subyek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Selanjutnya bila subyeknya lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Jumlah sampel pada penelitian ini diambil 15% dari jumlah total remaja yang mengalami putus sekolah, yaitu dengan jumlah kesluruhan 225 sehingga sampelnya berjumlah 34 siswa.

E. Tekhnik Sampling

Karena jumlah sampel yang diteliti lebih dari 100 orang maka penelitian ini memakai sampel random yaitu mencampurkan subjek di dalam populasi, sehingga semua subjek-subjek di dalam populasi dianggap sama dan memperoleh kesempatan (chance) yang sama pula untuk dipilih menjadi


(67)

sampel. Karena jumlah remaja yang mengalami putus sekolah berjumlah 225 maka sampelnya berjumlah 34 jiwa.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variable bebas dalam penelitian ini ialah variable yang mempengaruhi, yaitu lingkungan pergaulan (X1) dan persepsi orang tua tentang pendidikan (X2).

2. Variabel Terikat (Y)

Variable terikat dalam penelitian ini ialah anak putus sekolah yang ada di desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

G. Devinisi Konseptual dan Oprasional 1. Devinisi Konseptual

Devinisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

a. Lingkungan sosial merupakan bagian dari lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam melakukan tindakan-tindakan atau perubahan-perubahan perilaku pada masing-masing individu.

b. Persepsi orang tua tentang pendidikan merupakan suatu proses berpikir yang menghasilkan penilaian, pendapat dan anggapan tentang pendidikan yang dapat dipengaruhi oleh orang lain.


(68)

c. Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perilaku orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak dan tidak memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

2. Devinisi Oprasional

Devinisi oprasional dalam penelitian ini adalah :

a. Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan pola pikir, perkembangan dan tingkat pendidikan anak. Indikator penilaian nya yaitu :

1. lingkungan keluarga 2. teman sebaya

3. lingkungan masyarakat

b. Persepsi orang tua tentang pendidikan merupakan penilaian, anggapan dan pendapat orang tua tentang seberapa penting arti pendidikan bagi anak. Indikator penilaiannya adalah:

1. Perhatian 2. Set/harapan 3. Kebutuhan

c. Anak putus sekolah adalah suatu keadaan dimana anak-anak atau remaja tidak dapat melanjutkan atau meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sehingga anak tidak dapat memperoleh pengetahuan,


(69)

ilmu, keterampilan serta keahlian dari institusi pendidikan. Indikator penilaiannya adalah:

1. Anak yang mengalami keterlantaran 2. Peserta didik yang tidak tamat belajar

3. Anak yang kebutuhannya tidak terpenuhi secara wajar baik fisik, mental dan spiritual.

H. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pokok

1.1 Teknik Angket

Menurut Sugiyono (2011:199) teknik angket adalah “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Adapun angket yang igunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, “merupakan angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karasteristik dirinya dengan cara memberikan tanda (x) atau (v)”. Sasaran angket adalah remaja dan orang tua di desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran..


(70)

Kriteria pengukurannya ialah (a), (b), (c) dengan alternatif jawaban yang masing-masing mempunyai skor bobot yang berbeda-beda yaitu:

1. Alternatif jawaban yang mendukung diberi skor 3 2. Alternatif jawaban yang cukup mendukung diberi skor 2 3. Alternatif jawaban yang tidak mendukung diberi skor 1

Berdasarkan hal di atas maka dapat diketahui nilai tertinggi adalah 3 dan nilai terendah adalah 1.

2. Teknik Penunjang

2.1 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berasal dari data primer dan sumber skunder. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat dan mencari data bahan-bahan tertulis yang tercatat dalam bentuk data yang validitasnya tisak diragukan lagi. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pihak kelurahan Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran

I. Instrumen Penelitian

Uji persyaratan instrument dilakukan dengan uji coba angket untuk mengetahui validitas dan reliabilitas setiap item atau butir pertanyaan yang diajukan kepada responden.


(71)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu tindakan yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen sesuai dengan pendapat Syofian Siregar (2012:162) “ validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it succesfully measure the phenomenon).

Berdasarkan pendapat diatas validitas merupakan tingkat kepercayaan dan kekuatan instrumen penelitian yang dilakukan dengan indicator pengaruh. Untuk uji validitas dilihat dari logika validity dengan cara “judgement”

yaitu dengan cara mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian dilakukan perbaikan atau revisi seperlunya.

2. Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dinyatakan baik bila mempunyai tingkat reliabilitas yang baik pula yakni ketetapan suatu alat ukur. Dimana ketetapan alat ukur ini akan menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Pendapat Suharsimi Arikunto (2010:221) bahwa “reliabilitas adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data instrumen tersebut sudah baik”.

Uji rebiabilitas angket dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:


(72)

1. Menyebarkan angket kepada 10 orang diluar responden

2. Untuk menguji reliabilitas angket dan tes digunakan teknik belah dua atau ganjil genap

3. Mengkorelasikan kelompok ganjil dan genap dengan Korelasi Product Moment yaitu:

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y = Skor gejala X

= Skor gejala Y N = Jumlah sampel (Suharsimi, 2010:331)

4. Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu:

rxy =

Keterangan:

rxy = Koefisien reliabilitas seluruh tes rgg = Koefisien korelasi item x dan y

5. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai berikut:


(1)

b = 1,2,3,4 ialah koefisien-koefisien regresi, dan

X = 1,2,3,4 adalah harga-harga variabel bebas 1,2,3,4 yang disubtitusikan ke dalam persamaan regresi di atas dalam rangka memprediksi nilai variabel Y (Sudjana, 2005:347).

Selanjutnya untuk membedakan dengan korelasi antara dua variabel X dan Y, yang telah dinyatakan dengan r, maka untuk mengukur derajat hubungan antara tiga variabel atau lebih, akan digunakan simbol R, maka R ditentukan oleh rumus:


(2)

109

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data yang telah diuraikan mengenai pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara lingkungan sosial terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Ini berarti semakin baik lingkungan sosial anak maka akan semakin sedikit anak yang mengalami putus sekolah.

2. Ada pengaruh antara persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah di Desa Halangan Ratu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Ini berarti semakin baik persepsi orang tua tentang pendidikan maka semakin sedikit anak yang mengalami putus sekolah.


(3)

Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Ini berarti semakin baik lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan maka akan semakin sedikit anak yang mengalami putus sekolah dan sebaliknya, semakin buruk lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan maka akan semakin banyak anak putus sekolah.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai pengaruh lingkungan sosial dan persepsi orang tua tentang pendidikan terhadap anak putus sekolah, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi remaja, khususnya anak putus sekolah agar dapat kembali melanjutkan proses belajar di sekolah dan belajar secara maksimal agar memiliki filter diri sehingga tidak dapat dipengaruhi dengan mudah oleh hal-hal yang berdampak negatif.

2. Bagi orang tua seharusnya orang tua bertanggung jawab penuh atas pendidikan anaknya. Orang tua hendaknya berkomunikasi dengan baik kepada anak, memberikan perhatian, arahan dan bimbingan kepada anak serta sudah seharusnya menyadari bahwa pendidikan formal penting bagi pembentukan perkembangan kepribadian dan masa depan anak.


(4)

111

3. Bagi masyarakat, sebaiknya masyarakat yang merupakan bagian dari lingkungan sosial ikut serta dalam memberikan perhatian, arahan dan bimbingan kepada anak, khususnya anak putus sekolah yang tidak dapat kembali melanjutkan sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau kursus keterampilan yang bertujuan menambah ilmu wawasan. Selain itu hendaknya tokoh masyarakat atau organisasi masyarakat setempat dapat mengkaji ulang system budaya dan kebiasaan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada.

4. Bagi Pemerintah, sebaiknya pihak pemerintah mengadakan sosialisasi dan memberikan bantuan kepada masyarakat dan orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi anak sehingga dapat mengurangi besarnya angka putus sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul halik.2014.masalah putus sekolah dan pengangguran. http://abdulhalik11.blogspot.com/2014/01/14

Ahmad Sudrajat. 2008. Konsep-menejemensekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2014/01/15

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Bina Aksara

Badudu dan Zaini, 1994. Pengaruh perkembangan anak. Halaman 103 Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta

Dwi Puspita, Putri. 2012. Pengaruh factor ekonomi terhadap anak putus sekolah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Manihuruk. 2012. Metode Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Martini, 2010.Pengaruh Lingkungan Sosial miskin terhada peningkatan jumlah anak putus sekolah tingkat sekolah dasar. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Putu Ari,2014.Wajib Belajar http://putu77ari.blogspot.com/2014/01/14. Roni Setiawan, 2013. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Desa Tidak

Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang Sekolah Lanjutan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Rumini Sri dan Sundari Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta


(6)

Sarjanaku. Pengertian pendidikan menurut para ahli. http://www.sarjanaku.com/2014/01/14.

Undang-undang Republik Indonesia No. 34 tentang wajib belajar

Soedjono, Soekamto.1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta Sugiono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Sugiono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung Tingkat pendidikan formal. 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia/2014/01/13. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Hary Jaya Presido. Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002. Tentang Perlindungan Anak. Hary Jaya Presido. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEADAAN EKONOMI DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI DESA KEDAMAIAN KECAMATAN KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 16 62

PENGARUH POLA KAMPANYE TERHADAP SIKAP POLITIK MASYARAKAT DESA PURWOREJO KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN

1 28 47

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DASAR DI DESA SUMBER JAYA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2015

5 19 60

ANALISIS PENGARUH SOSIAL EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, DAN LINGKUNGAN GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT ANAK PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN PURBA, KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 2 31

PENGARUH JENJANG PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DESA Pengaruh Jenjang Pendidikan Orang Tua Terhadap Persepsi Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2013/20

0 2 15

PENDAHULUHAN Pengaruh Jenjang Pendidikan Orang Tua Terhadap Persepsi Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 3 5

PENGARUH JENJANG PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DESA Pengaruh Jenjang Pendidikan Orang Tua Terhadap Persepsi Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2013/2

0 0 13

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN KECAMATAN BULU KABUPATEN PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2014.

0 2 13

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN TAHUN 2014 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2014.

0 2 13

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA UJUMBOU KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

0 0 14