2
1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dijadikan indikator tunggal untuk menyatakan adanya perbaikan kesejahteraan rakyat. Fenomena kemiskinan sangat
meluas. Dengan mendasarkan pada UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ada tujuh kategori penyandang masalah kesejahteraan sosial
yang masih harus ditangani di Jawa Tengah. Seperti kemiskinan dengan lima juta seratus jiwa, keterlantaran, dengan empat ratus tiga puluh ribu jiwa, kecacatan
dengan dua ratus tiga puluh sembilan ribu sembilan jiwa, keterpencilan dengan tiga belas ribu jiwa, ketunaan dan penyimpangan perilaku dengan enam puluh tiga
ribu jiwa, korban bencana dengan seratus tujuh puluh sembilan ribu jiwa dan terakhir korban tindak kekerasan dan pekerja migran dengan seribu sembilan ratus
jiwa. Dari data tersebut, kemiskinan menduduki jumlah kontribusi terbanyak dalam masalah kesejahteraan sosial.
Keluarga dengan kesejahteraan yang lebih tinggi memiliki kualitas hidup yang baik. Upaya mengangkat derajat kesejahteraan sosial, dapat dipandang
sebagai bagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sehingga mereka mampu
menjalankan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai yang layak bagi kemanusiaan [1]. Dalam penelitian ini akan dilakukan
penggolongan kabupaten kabupaten di Jawa Tengah tahun 2009 ke dalam kelompok miskin atau tidak miskin berdasarkan sektor non ekonomi menurut
variabel kemiskinan rumah tangga, dengan metode yang digunakan adalah Analisis Diskriminan. Analisis Diskriminan dapat digunakan untuk memahami
perbedaan kelompok, analisis relasi antar variabel bebas, dan melihat kontribusi variabel bebas apa saja yang memberi pengaruh kuat atau lemah terhadap variabel
tak bebas. Analisis Diskriminan sendiri adalah cara terbaik untuk menyatakan perbedaan antar bagian dan mengalokasikan suatu objek baru ke dalam kelompok
tersebut.
Badan Pusat Statistik BPS menggunakan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Nilai kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi oleh setiap orang-agar tidak terkategori miskin yang kemudian disebut garis kemiskinan GK. Orang dikatakan miskin jika dalam sebulan
pengeluarannya lebih kecil dari nilai GK [2]. Batasan ini kurang cocok dengan definisi kemiskinan yang multidimensi tidak hanya tergantung terhadap ekonomi.
tidak semua dimensi yang menjelaskan kemiskinan dapat diukur secara statistik. Maka dari itu usulan metode analisis diskriminan ini dalam menentukan
kemiskinan mungkin dapat digunakan sebagai alternatif, selain itu visualisasi dan perhitungan dengan memanfaatkan bahasa R dapat lebih mudah dipahami
daripada menggunakan program lain.
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah menampilkan plot hasil analisis diskriminan, Mengetahui kabupaten di Jawa Tengah yang tingkat kemiskinan
keluarganya masih rendah dan tinggi setelah dianalisis menggunakan analisis diskriminan, Mengetahui variabel kemiskinan rumah tangga yang berpengaruh
dalam kemiskinan keluarga.
3
2. Tinjauan Pustaka