sacchariphagus Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Persentase Mortalitas Larva

C. sacchariphagus

Hasil analisis sidik ragam pengaruh jamur entomopatogen terhadap larva C. sacchariphagus dapat dilihat pada tabel 1. Lampiran 3- 9 menunjukkan bahwa penggunaan B. bassiana dan M. anisopliae memberi pengaruh tidak nyata pada pengamatan hari ke-1 sedangkan hari ke-2,3,4,5,6 memberikan pengaruh nyata dan pada pengamatan hari ke-7,8 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap mortalitas larva C. sacchariphagus di laboratorium. Tabel 1. Rataan pengaruh B. bassiana dan M. anisopliae terhadap mortalitas C. sacchariphagus pada pengamatan 1-8 hsa Perlakuan Mortalitas C. sacchariphagus 1-8 hari setelah aplikasia hsa 1 hsa 2 hsa 3 hsa 4 hsa 5 hsa 6 hsa 7 hsa 8 hsa T0 0.00 0.00 d 0.00 c 0.00 d 0.00 c 0.00 b 0.00 c 0.00 d T1 0.00 10.00 bcd 10.00 bc 20.00 bc 23.33 ab 40.00 a 60.00 b 66.67 cd T2 6.67 20.00 abc 20.00 ab 26.67 abc 33.33 ab 53.33 a 66.67 b 73.33 bc T3 6.67 33.33 a 40.00 a 46.67 a 46.67 a 66.67 a 73.33 b 86.67 b T4 6.67 6.67 cd 6.67 bc 6.67 cd 13.33 bc 40.00 a 66.67 b 80.00 bc T5 0.00 13.33 abc 16.67 ab 26.67 ab 40.00 a 46.67 a 73.33 ab 86.67 b T6 6.67 26.67 ab 33.33 a 33.33 ab 46.67 a 66.67 a 86.67 a 100.00 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 pada uji jarak Duncan. T0 Kontrol; T1 B. bassiana 30gr1l; T2 B. bassiana 40gr1l; T3 B. bassiana 50gr1l; T4 M. anisopliae 30gr1l; T5 M. anisopliae 40gr 1l; T6 M. anisopliae 50gr1l, hsa: hari setelah aplikasi Dari Tabel 1 mortalitas pada hari ke-2 dapat dilihat T3 33.33 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yakni T1 10.00, T4 6.67, T0 0.00. Kemudian pada hari ke-3 sampai hari ke-5 mortalitas masih sama seperti hari ke-2 yaitu T3 berbeda nyata dengan T1, T4, T0. Pada hari ke-7 dapat dilihat T6 86.67 berbeda nyata dengan perlakuan T4 66.67, T3 73.33, T2 66.67, T1 60.00, T0 0.00. Hal ini terus terjadi hingga hari terakhir pengamatan 8 HSA, dimana T6 100.00 berbeda nyata dengan perlakuan T2 73.33, T3 86.67, T4 80.00, T5 86.67, sedangkan T1 66.67 merupakan perlakuan yang kurang efektif pada mortalitas larva C. sacchariphagus . Pada pengamatan 4 hsa, dapat dilihat perlakuan T3 46.67 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yakni T1 20.00, T4 6.67, dan T0 0.00. Hal ini ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari masing-masing perlakuan sehingga dapat mempengaruhi mekanisme dan kecepatan masing-masing entomopatogen terhadap larva C. sacchariphagus. Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Prasasya 2008 yang menyatakan bahwa persentase mortalitas larva pada masing-masing perlakuan M. anisopliae dan B. bassianna dengan konsentrasi 40gr1l, 50gr1l menunjukkan berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari masing-masing perlakuan sehingga dapat mempengaruhi dan kecepatan mematikan dari masing-masing entomopatogen terhadap larva. Dapat dilihat bahwa jamur entomopatogen yang di uji tersebut dapat mematikan larva dengan baik. Persentase mortalitas larva C. sacchariphagus pada masing-masing perlakuan jamur entomopatogen menunjukkan perbedaan nyata, perlakuan T6 M. anisopliae 50gr1l air merupakan persentase yang tertinggi pada akhir pengamatan yaitu sebesar 100.00 sedangkan yang terendah perlakuan T1 B. bassianan 30gr1l air sebesar 66.67. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari masing-masing perlakuan sehingga Semakin banyak konidia yang menempel pada inang sasaran maka akan semakin cepat menginfeksi terhadap larva C. sacchariphagus tersebut dan semakin tinggi dosis 18 maka kerapatan konidia jamur tersebut semakin tinggi yang mengakibatkan penetrasi ke tubuh hama tersebut semakin cepat dan mengakibatkan jaringan tubuh C. sacchariphagus rusak. Beda rataan mortalitas larva C. sacchariphagus pada aplikasi B. bassiana dan M. anisopliae pada pengamatan I-VIII dapat dilihat pada Gambar Gambar 6. Histogram pengaruh aplikasi B. bassiana dan M. anisopliae terhadap mortalitas larva C. sacchariphagus pada pengamatan I-VIII Gambar 6. menunjukkan bahwa pada perlakuan T6 terjadi peningkatan mortalitas larva C. sacchariphagus mencapai 100 pada hari ke-8 dan perlakuan T0 Kontrol tetap 0. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi jamur entomopatogen memberikan pengaruh terhadap mortalitas larva C. sacchariphagus, yang mana berdasarkan banyaknya konsentrasi jamur entomopatogen yang disemprotkan ke tubuh larva maka akan semakin banyak pula spora yang akan menginfeksi dan miselium-miselium akan menghasilkan toksin yang disebut detruxin yang akan membunuh larva C. sacchariphagus seperti yang dinyatakan Tanada dan Kaya 1993 bahwa M. anisopliae 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 1 hsa 2 hsa 3 hsa 4 hsa 5 hsa 6 hsa 7 hsa 8 hsa P ersen ta se Mo rt a li ta s L a rv a PENGAMATAN T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 mengandung cyclodepsipeptides, destruxin A,B,C,D dan E, dan desmethildestruxin telah digunakan sebagai insektisida genrasi baru yang cepat dan banyak pada larva akan menyebabkan kematian. 2a. Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus oleh B. bassiana Dari hasil pengamatan penggunaan B. bassiana pada hari kedua sampai hari kedelapan larva C. sacchariphagus yang telah terinfeksi menunjukkan adanya gejala yaitu gerakan larva mulai lamban, nafsu makan berkurang, lemas, mulai kaku, tubuhnya mengalami perubahan warna dan kurang aktif. Hal ini sesuai dengan Karolina dkk 2008 yang menyatakan bahwa gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat nafsu makan larva berkurang mengakibatkan larva menjadi kurang aktif, kemudian kaku dan diikuti perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya telah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih. Larva C. sachariphagus yang terinfeksi B. bassiana mengakibatkan nafsu makan larva berkurang sehingga larva kaku, gerakan mulai lambat kemudian mengeras, lalu mati, pada tubuh larva muncul miselium berwarna putih dan tidak mengeluarkan bau busuk akibat pemberian B. bassiana. Hal ini sesuai dengan Wahyudi 2002 yang menyatakan bahwa toksin yang dihasilkan B. bassiana diantaranya beauverizin yang dapat menghancurkan lapisan lemak dan meningkatkan permeabilitas sel yang dapat menghancurkan ion spesifik sehingga dapat menyebabkan terjadinya transport ion yang abnormal kemudian merusak fungsi sel atau organel sel larva. Pada permukaan tubuh serangga yang telah mati dan menjadi mumi muncul miselium yang berwarna putih, mula-mula hifa muncul pada permukaan tubuh yang lunak atau pada antar segmen. 2b. Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus Oleh M. anisopliae Gejala yang terlihat pada larva C. sacchariphagus yang diaplikasikan M. anisopliae mengakibatkan larva malas bergerak aktifitas makan berkuranglambat, semakin lama tubuhnya akan lemas dan mati serta mengeras yang akhirnya diselimuti oleh miselium. Hal ini menunjukkan bahwa larva telah terinfeksi jamur entomopatogen sesuai dengan Moslim dkk 2007 yang menyatakan Larva yang di infeksi M. anisopliae dicirikan ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau. Larva yang terinfeksi M.anisopliae mengakibatkan nafsu makan berkurang dan mulai ada larva yang mati. Beberapa waktu sesudah mati tubuhnya menjadi keras, kemudian cendawan akan mengadakan penembusan bagian-bagian lunak daripada kulit, bagian kaki, dan perut. Selanjutnya warna putih yang menyelimuti tubuh larva akan berubah menjadi hijau. Hal ini sesuai dengan Novrizan 2002 yang menyatakan Jamur M. anisopliae mengadakan penetrasi kedalam tubuh serangga melalui kontak dengan kulit diantara ruas-ruas tubuh. Mekanisme penetrasinya dimulai dengan menempelkan konidia pada kutikula atau mulut serangga. Bila serangga inang mati, kemudian cendawan putihpada sambungan badan inang kemudian bila spora terbentuk cendawan berubah menjadi hijau gelap. Warna dari miselium entomopatogen berbeda-beda, B. bassiana memiliki ciri-ciri miselium berwarna putih, M. anisopliae miselumnya berwarna hijau tua. 22 21 Jamur entomopatogen tersebut membuat larva menjadi keras dan kering tetapi tidak berbau. A1 A2 Keterangan : A1 dan A2 = Larva C. sacchariphagus dengan perlakuan B. bassiana pada tubuh larva terdapat miselium berwarna putih 22 B B B B 1 B2 Keterangan : B1 dan B2 = Larva C. sacchariphagus dengan perlakuan M. anisopliae pada tubuh larva terdapat miselium berwarna hijau tua 23 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Persentase mortalitas tertinggi 100.00 terdapat pada perlakuan M. anisopliae T6 M. anisopliae dengan konsentrasi 50gr1l dan terendah 66, 67 pada perlakuan T1 B. bassiana dengan konsentrasi 30gr1l. 2. Perubahan morfologi larva C. sacchariphagus yang terinfeksi jamur entomopatogen ditandai dengan ciri aktifitas larva malas bergerak, tubuh larva semakin lemas dan kemudian mati mengeras serta tubuh larva diselimuti oleh miselium. 3. Semakin tinggi dosis jamur entomopatogen yang diinfeksikan ke serangga maka akan semakin besar mortalitas larva. 4. B. bassiana memiliki ciri miselium berwarna putih dan M. anisopliae berwarna hijau tua. Saran Perlu dilaksanakannya pengujian lebih lanjut di lapangan untuk masing-masing perlakuan yang dihubungkan dengan efektifitasnya. DAFTAR PUSTAKA Balse., 1985. Field Trial Manual. Ciba. Geigy. Switzerland. P : 18 Bangun, M.K.1994. Perancangan Percobaan Untuk Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Barnett., 1960. Illustrated Genera of Imperfecty Fungy. Second Edition. Burgess Publishing Company. P : 62 Bent, A.F. and I.C. Yu. 1999. Applications of Molecular Biology to Plant Disease and Insect Resistance. Adv. Agron. 66: 251 −297. Conlong, D. E. and Goebel. 2002. Biological Control of Chilo sacchariphagus Lepidoptera : Crambidae In Macambique: The First Steps. Proc. S. Afr. Sng. Technol. ASS. 76 : 310-320. David, H. 1986, The Internode Borer, Chilo sacchariphagus Bojer Kapur, Breeding Institute, Coimbatore, pp. 121-134. Dewi, M., F.X. Susilo. F.X, dan Pramono S. 2009. Daya Parasitasi Trichogramma Chilonis Ishii Terhadap Penggerek Batang Di Pertanaman Tebu Bergantung Pada Waktu Aplikasi Parasitoid. http:pustakailmiah.unila.ac.id20090704daya-parasitasi-trichogramma- chilonis-ishii-terhadap-penggerek-batang-di-pertanaman-tebu-bergantung- pada-waktu-aplikasi-parasitoid. [8 Juli 2013]. Deptan. 2010. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu. http:www.deptan.go.id. [08 Mei 2013]. Ferron, P. 1985. Fundamental of Plant Phatology. Jhon Willey and Sons Published, New York. P:54. Ganeshan, S and A Rajabalee. 1997. Parasitoid of The Sugarcane Spotted Borrer., Chilo sacchariphagus Lepidoptera : Pyralidae, In Mauritius. Proc. S. Afr. Sng. Technol. ASS. 71 : 87-90. Handiyana, U. 2000. Kajian Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Tebu Di PG Pangka, Kabupaten Tegal Milik PTP Nusantara IX Persero. Skripsi. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Bogor, Bogor. Hal 1-2. Juliadi, D. 2009. Hama Tebu. http:www.deptan.go.id [14 Juli 2013]. Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops In Indonesia. Revised and Translated By P. A. Van der Laan. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. Karolina E, Mahfud, MC, Rachmawati, D., Sarwono dan Fatimah, S. 2008. Pengkajian efektifitas Cendawan Beauveria bassiana Terhadap Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman Krisan. Prosiding seminar Pemberdayaan Petani Melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. KP. Mojosari 16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim Jatim, Faperta Unbra, Diperta Prov, Bappeda. Khasanah, N. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Tongkol Jagung Helicoverpa armigera Hubner. LEPIDOPTERA : NOCTUIDAE dengan Beauveria bassiana strain lokal Pada Pertanaman Jagung Manis Di Kabupaten Donggala. J. Agroland 15 2 : 106-107. Mahr, S., 2003. The Entomopathogen Beauveria bassiana. University of Winconsin, Madison. Diakses dari http:www.entomology.wisc.edumbcnkyf410.html. [14 Juli 2013]. Moslim, R., K. Norman., B.N. Ang., and B.w.Mohd. 2007. Alpication of Powder Formulation of M. anisopliae to Control Orytes rhinoceros in Rotting Oil Palm Residuces Under Leguminous Cover Crop. 19: 332. Nesbitt, B.F, Beevor, P.S, Hall, D.R, Lester, R., dan Williams, J.R. 1980. a Components of the Sex Pheromone of the Female Sugar Cane Borer, Chilo sacchariphagus Bojer Lepidoptera: Pyralidae. Identification and Field Trials. J. Chem. Ecol 6:385-394. Prasasya, A.A. 2008. Uji Efikasi jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo dan Metarrhizium anisopliae Metch Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Pragmatocea castanae Hubner di Laboratorium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Prayogo, Y. 2005. Untuk mempertahankan keefektifan Cendawan Entomopatogen M. anisopliae Untuk Mengendalikan Hama Tanaman Pangan. Jurnal Litbang Pertanian 25 2 : 47-54. Purnomo. 2006. Parasitasi dan Kapasitas Reproduksi Cotesia flavipes Cameron Hymenoptera: Braconidae pada Inang dan Instar yang Berbeda di Laboratorium. J. HPT Tropika 62:87-91. Sunaryo. 2003. Status Masalah Hama –Hama Tanaman Tebu. Bagian Riset dan Pengembangan. Lampung : 3-15. Tanada, Y. and Kaya, H. K., 1993. Insect Pathology. Academic Press. Inc. Publisher Sandiego New York Boston. London Sydney Tokyo Toronto. P : 359-360. Wahyudi, P. 2002. Uji Patogenitas kapang Entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. Terhadap Ulat Grayak Spodoptera litura. Biosfera 19:1-5. Way, M.J., Goebel, F.R. Goebel and Conlong, D.E. 2004. Trapping Chilo sacchariphagus Lepidoptera : Crambidae In Sugarcane Using Synthetic Pheromones. Proc. S. Afr. Sng. Technol. ASS. 71 : 291-294. Yalawar, S., Pradeep, Ajith, K., Venkatesh, H., and Aiddalingappa, R., 2010. Biology of Sugarcane Internode Borer, Chilo sacchariphaghus. J. Agric 231. Lampiran 1. Bagan Penelitian Keterangan : T0 : Kontrol T1 : Suspensi Beuveria bassiana 30gr1l air T2 : Suspensi Beuveria bassiana 40gr1l air T3 : Suspensi Beuveria bassiana 50gr1l air T4 : Suspensi Metarrhizium anisopliae 30gr1l air 28 T0 2 T2 3 T4 1 T4 2 T5 2 T6 3 T5 3 T0 1 T2 1 T2 2 T3 3 T5 1 T6 1 T1 1 T0 3 T1 2 T4 3 T3 2 T3 1 T6 2 T1 3 U T5 : Suspensi Metarrhizium anisopliae 40gr1l air T6 : Suspensi Metarrhizium anisopliae 50gr1l air Lampiran 2 : FOTO PENELITIAN 29 Lampiran 3. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 1 Hari Setelah Aplikasi hsa Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T2 0.00 20.00 0.00 20.00 6.67 T3 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 T5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T6 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 Total 0.00 20.00 60.00 80.00 Rataan 0.00 2.86 8.57 3.81 Transformasi Arcsin Persentase Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05 T1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05 T2 4.05 26.57 4.05 34.67 11.56 T3 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T5 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05 T6 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 Total 28.38 50.89 95.91 175.19 Rataan 4.05 7.27 13.70 8.34 Daftar Sidik Ragam SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 289.55 48.26 0.50 2.85 4.46 tn Galat 14 1351.23 96.52 Total 20 1640.78 FK= 1461.53 Ket: =nyata KK= 0.43153 =sangat nyata tn=tidak nyata 30 Lampiran 4. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 2 Hari Setelah Aplikasi hsa Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T1 0.00 10.00 20.00 30.00 10.00 T2 40.00 0.00 20.00 60.00 20.00 T3 40.00 20.00 40.00 100.00 33.33 T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 T5 10.00 10.00 20.00 40.00 13.33 T6 40.00 20.00 20.00 80.00 26.67 Total 130.00 60.00 140.00 330.00 Rataan 18.57 8.57 20.00 15.71 Transformasi Arcsin Persentase Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05 T1 4.05 18.43 26.57 49.05 16.35 T2 39.23 4.05 26.57 69.85 23.28 T3 39.23 26.57 39.23 105.03 35.01 T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T5 18.43 18.43 26.57 63.43 21.14 T6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79 Total 148.29 102.16 176.11 426.57 Rataan 21.18 14.59 25.16 20.31 Daftar Sidik Ragam SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 2075.63 345.94 3.25 2.85 4.46 Galat 14 1490.51 106.46 Total 20 3566.14 FK= 8664.85 Ket: =nyata KK= 0.17723 =sangat nyata tn=tidak nyata 31 Uji Jarak Duncan SY 4.86 -10.69 -3.91 0.44 4.94 6.89 14.30 18.42 I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41 LSR 0.05 14.74 15.47 15.91 16.20 16.39 16.49 16.59 Perlakuan T0 T4 T1 T2 T5 T6 T3 Rataan 4.05 11.56 16.35 21.14 23.28 30.79 35.01 a b c d 32 Lampiran 5. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 3 Hari Setelah Aplikasi hsa Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T1 0.00 10.00 20.00 30.00 10.00 T2 40.00 0.00 20.00 60.00 20.00 T3 60.00 20.00 40.00 120.00 40.00 T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 T5 10.00 20.00 20.00 50.00 16.67 T6 40.00 20.00 40.00 100.00 33.33 Total 150.00 70.00 160.00 380.00 Rataan 21.43 10.00 22.86 18.10 Transformasi Arcsin Persentase Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05 T1 4.05 18.43 26.57 49.05 16.35 T2 39.23 4.05 26.57 69.85 23.28 T3 50.77 26.57 39.23 116.57 38.86 T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T5 18.43 26.57 26.57 71.57 23.86 T6 39.23 26.57 39.23 105.03 35.01 Total 159.83 110.29 188.78 458.90 Rataan 22.83 15.76 26.97 21.85 Daftar Sidik Ragam SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 2763.76 460.63 3.85 2.85 4.46 Galat 14 1676.78 119.77 Total 20 4440.55 FK= 10028 Ket: =nyata KK= 0.16474 =sangat nyata tn=tidak nyata 33 Uji Jarak Duncan SY 5.16 -11.58 -4.85 -0.52 6.10 6.47 17.52 21.26 I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41 LSR 0.05 15.63 16.41 16.87 17.18 17.39 17.49 17.59 Perlakuan T0 T4 T1 T2 T5 T6 T3 Rataan 4.05 11.56 16.35 23.28 23.86 35.01 38.86 a b c 34 Lampiran 6. Persentase

C. sacchariphagus pada Pengamatan 4 Hari Setelah Aplikasi hsa

Dokumen yang terkait

Dampak beberapa Fungisida terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Metarhizium Anisopliae (Metch) Sorokin di Laboratorium

2 66 101

Uji Efektivitas Bacillus thuringiensis Berliner dan Beauveria bassiana Vui!! Terhadap Ulat Krop Crocidolomia binotalis ZeC (Lepidoptera : Pyralidae) Pada Tanaman Kubis di Laboratorium

2 59 84

Uji Efektifitas Metarrhizium anisopliae (Mecsth) Sorokin dan Beberapa Pelarut Terhadap Mortalitas Oryctes rhinoceros Linn di Laboratorium

0 38 104

Pengaruh Beberapa Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo dan Metarhizim anisopliae Metch. Sorokin dan Ketahanan Beberapa Varietas Cabai Terhadap Hama Thrips spp. di Lapangan

2 53 90

Uji Efektifitas Beauveria bassiana (Balsamo) Dan Daun Lantana camara L. Terhadap Hama Penggerek Umbi Kentang (Phthorimaea operculella Zell.) Di Gudang

1 40 72

Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium

0 39 68

EKSPLORASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, dan JAMUR ANTAGONIS Trichoderma sp PADA BEBERAPA SAMPEL TANAH PERTANAMAN TEMBAKAU

3 43 37

Dampak beberapa Fungisida terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Metarhizium Anisopliae (Metch) Sorokin di Laboratorium

0 0 11

Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

0 0 8

Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

0 0 12