Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

(1)

UJI EFEKTIFITAS JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Balsamo) DAN Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin TERHADAP Chilo sacchariphagus Boj.

(Lepidoptera : Pyralidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

NOVA BERTA SIANTURI/ 090301042 AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

UJI EFEKTIFITAS JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Balsamo) DAN Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin TERHADAP Chilo sacchariphagus Boj.

(Lepidoptera : Pyralidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

NOVA BERTA SIANTURI/ 090301042 AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(3)

Judul Skripsi : Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin

Terhadap Chilo sacchariphagus Boj.

(Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium Nama : Nova Berta Sianturi

NIM : 090301042

Departemen : Agroekoteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

Mengetahui:

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc) Ketua Departemen


(4)

ABSTRAK

Nova Berta Sianturi. 2014. “Uji Efektifitas Jamur entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin terhadap Chilo sacchariphagus Boj (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium”, dibimbing oleh Yuswani Pangestiningsih dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae yang efektif terhadap larva C. sacchariphagus pada taraf konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±25 m dpl mulai bulan Februari sampai Maret 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan, yakni: T0 (Kontrol), T1(B. Bassiana 30gr/1l air), T2 (B. bassiana 40gr/1l air), T3 (B.bassiana 50 gr/1l air, T4 (M. anisopliae 30gr/1l air), T5 (M. anisopliae 40gr/1l air), T6 (M. anisopliae 50gr/1l air). Parameter yang diamati adalah persentse mortalitas larva dan perubahan morfologi larva yang terinfeksi jamur entomopatogen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. bassiana, perlakuan yang efektif yaitu pada perlakuan T2 dan T3 sebesar 73,33% dan 86.67% pada penggunaan M. anisopliae perlakuan yang efektif yaitu pada perlakuan T5 dan T6 sebesar 86.67% dan 100.00%. Perubahan morfologi larva C. sacchariphagus yang terinfeksi jamur entomopatogen terlihat dengan ciri larva menjadi malas bergerak, semakin lama tubuhnya semakin lemas dan mati serta mengeras yang akhirnya diselimuti oleh miselium yang berbeda warna yakni B. basiiana berwarna putih dan M. anisopliae berwarna hijau tua.

Kata kunci : B. bassiana, M. anisopliae, Chilo sacchariphagus, Tebu


(5)

ABSTRACT

Nova Berta Sianturi. 2014. “The Effectivity of Entomopathogenic fungi Beauveria bassiana (Balsamo) and Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin to Chilo sacchariphagus Boj (Lepidoptera:Gracillariidae) in the Laboratory”, supervised by Yuswani Pangestiningsih and Lahmuddin Lubis. The objective of this research was to know the effectivity of entomopathogenic fungi B. bassiana dan M. anisopliae to C. sacchariphagus with different concentration levels. This research was conducted at the Laboratory of Pest, Agroecotechnology Program Study, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera, with altitude ±25 m asl from February until March 2014. The method used Randomized Completely Design non factorial which consist of 7 treatments and 3 replication. The

treatments consist of : T0 (Control), T1(B. bassiana 30gr/1l water), T2 (B. bassiana 40gr/1l water), T3 (B.bassiana 50 gr/1l water), T4 (M. anisopliae

30gr/1l water), T5 (M. anisopliae 40gr/1l water), T6 (M. anisopliae 50gr/1l water). Parameters measured were percentage mortality larva and the change of morphology larva.

The result showed that the most effective B. bassiana is the treatment T2 dan T3 by 73,33% and 86.67% and the most effective M. anisopliae is the treatment of T5 dan T6 by 86.67% and 100.00%. The observation of the change of morphology of larva C. sacchariphagus was as the following: the movement of larva C. sacchariphagus became slow (lazy), the body of the larva was weakening dead and hardening, and finally was covered by different colors of mycelium, i.l. B. bassiana was covered by white mycelium white M. anisopliae was covered by green mycelium.

Keywords: B.bassiana, M. anisopliae, Chilo sacchariphagus, sugar cane


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nova Berta Sianturi lahir di Tarutung pada tanggal 06 November 1991. Merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Drs. Jahuari Sianturi dan Tianggur Sibarani, BA.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: -Lulus dari SD Negeri 173100 di Tarutung pada tahun 2003

-Lulus dari SMP Negeri 2 di Tarutung pada tahun 2006 -Lulus dari SMA Negeri 2 di Tarutung pada tahun 2009

-Tahun 2009 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera, Medan jurusan Agroekoteknologi melalui jalur PMP.

Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan:

-Anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) tahun 2009-2014

-Mengikuti seminar “Optimalisasi Sistem Pertanian untuk Menekan Dampak Perubahan Iklim Guna Terwujudnya Pertanian Berkelanjutan” di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera, Medan pada 26 Mei 2012

-Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN. IV Kebun Bah Birung Ulu Kec. Sidamanik pada tahun 2012

-Asisten Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Sub Hama pada tahun 2013

-Penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara pada bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) Dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada komisi pembimbing Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku Ketua dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP

selaku Anggota yang telah membimbing dan memberikan saran dan kritik serta berbagai masukan kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2014

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penggerek Batang Tebu Bergaris (Chilo sacchariphagus) ... 5

Gejala Serangan ... 8

Pengendalian ... 9

Jamur Beauveria bassiana Balsamo ... 10

Jamur Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian Penyediaan serangga uji ... 15

Penyediaan Jamur Beauveria bassiana dan Metarrhizium anisopliae ... 15

Pembuatan Suspensi Beauveria bassiana dan Metarrhizium anisopliae ... 15

Pengaplikasian Suspensi Jamur Beauveria bassiana dan Metarrhizium anisopliae ... 15

Identifikasi Penyebab kematian serangga uji ... 15

Peubah Amatan Persentase Mortalitas Larva ... 16

Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus yang terinfeksi jamur Entomopatogen ... 16


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Mortalitas C. sacchariphagus ... 17 Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus ... 21 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 24 Saran ... 24 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hlm

Tabel 1. Rataan Pengaruh B. Bassiana dan M. anisopliae terhadap

mortalitas (%) C. sacchariphagus pada pengamatan 1-8 hsa ... 17


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hlm

1. Gambar 1. Telur C. sacchariphagus ... 5

2. Gambar 2. Larva C. sacchariphagus ... 6

3. Gambar 3. Pupa C. sacchariphagus. ... 7

4. Gambar 4. Imago C. sacchariphagus. ... 7

5. Gambar 5. Gejala Serangan C. sacchariphagus ... 8

6. Gambar 6. Histogram pengaruh aplikasi B. bassiana dan M. anisopliae terhadap mortalitas (%) larva C. sacchariphagus pada pengamatan I-VIII ... 19


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hlm

1. Lampiran 1. Bagan Penelitian ... 28 2. Lampiran 2. Foto Penelitian ... 29 3. Lampiran 3. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 1 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 30 4. Lampiran 4. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 2 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 31 5. Lampiran 5. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 3 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 33 6. Lampiran 6. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 4 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 35 7. Lampiran 7. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 5 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 37 8. Lampiran 8. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 6 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 39 9. Lampiran 9. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 7 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 41 10. Lampiran 10. Persentase Mortalitas C. sacchariphagus pada

Pengamatan 8 Hari Setelah Aplikasi (hsa) ... 43


(13)

ABSTRAK

Nova Berta Sianturi. 2014. “Uji Efektifitas Jamur entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin terhadap Chilo sacchariphagus Boj (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium”, dibimbing oleh Yuswani Pangestiningsih dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae yang efektif terhadap larva C. sacchariphagus pada taraf konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±25 m dpl mulai bulan Februari sampai Maret 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan, yakni: T0 (Kontrol), T1(B. Bassiana 30gr/1l air), T2 (B. bassiana 40gr/1l air), T3 (B.bassiana 50 gr/1l air, T4 (M. anisopliae 30gr/1l air), T5 (M. anisopliae 40gr/1l air), T6 (M. anisopliae 50gr/1l air). Parameter yang diamati adalah persentse mortalitas larva dan perubahan morfologi larva yang terinfeksi jamur entomopatogen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. bassiana, perlakuan yang efektif yaitu pada perlakuan T2 dan T3 sebesar 73,33% dan 86.67% pada penggunaan M. anisopliae perlakuan yang efektif yaitu pada perlakuan T5 dan T6 sebesar 86.67% dan 100.00%. Perubahan morfologi larva C. sacchariphagus yang terinfeksi jamur entomopatogen terlihat dengan ciri larva menjadi malas bergerak, semakin lama tubuhnya semakin lemas dan mati serta mengeras yang akhirnya diselimuti oleh miselium yang berbeda warna yakni B. basiiana berwarna putih dan M. anisopliae berwarna hijau tua.

Kata kunci : B. bassiana, M. anisopliae, Chilo sacchariphagus, Tebu


(14)

ABSTRACT

Nova Berta Sianturi. 2014. “The Effectivity of Entomopathogenic fungi Beauveria bassiana (Balsamo) and Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin to Chilo sacchariphagus Boj (Lepidoptera:Gracillariidae) in the Laboratory”, supervised by Yuswani Pangestiningsih and Lahmuddin Lubis. The objective of this research was to know the effectivity of entomopathogenic fungi B. bassiana dan M. anisopliae to C. sacchariphagus with different concentration levels. This research was conducted at the Laboratory of Pest, Agroecotechnology Program Study, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera, with altitude ±25 m asl from February until March 2014. The method used Randomized Completely Design non factorial which consist of 7 treatments and 3 replication. The

treatments consist of : T0 (Control), T1(B. bassiana 30gr/1l water), T2 (B. bassiana 40gr/1l water), T3 (B.bassiana 50 gr/1l water), T4 (M. anisopliae

30gr/1l water), T5 (M. anisopliae 40gr/1l water), T6 (M. anisopliae 50gr/1l water). Parameters measured were percentage mortality larva and the change of morphology larva.

The result showed that the most effective B. bassiana is the treatment T2 dan T3 by 73,33% and 86.67% and the most effective M. anisopliae is the treatment of T5 dan T6 by 86.67% and 100.00%. The observation of the change of morphology of larva C. sacchariphagus was as the following: the movement of larva C. sacchariphagus became slow (lazy), the body of the larva was weakening dead and hardening, and finally was covered by different colors of mycelium, i.l. B. bassiana was covered by white mycelium white M. anisopliae was covered by green mycelium.

Keywords: B.bassiana, M. anisopliae, Chilo sacchariphagus, sugar cane


(15)

PENDAHULUAN Latar belakang

Tanaman tebu (Saccharum officinarum Linn.) merupakan tanaman tropis yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk pembuatan gula. Gula yang dihasilkan dari tebu merupakan satu dari sembilan bahan pokok yang menempati kedudukan yang penting dalam kehidupan masyarakat (Handiyana, 2000).

Perkembangan produksi gula pada sepuluh tahun terakhir juga mengalami penurunan sekitar 1,8% per tahun. Tahun 1994, produksi gula nasional mencapai 2,435 juta ton, sedangkan tahun 2004 hanya 2,051 juta ton. Dekade terakhir, produksi terendah terjadi tahun 1998 dengan volume produksi 1,494 juta ton. Selain penurunan areal, serangan hama penyakit merupakan salah satu penyebab penurunan produktivitas gula. Jika tahun 1990-an produktivitas tebu/ha rata-rata mencapai 76,9/ha, maka tahun 2000-an hanya mencapai sekitar 62,7 ton/ha (Deptan, 2010).

Kebutuhan gula di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun dan hingga

saat ini belum mampu dipenuhi dalam negeri (Hafsah, 2002 dalam Purnomo, 2005). Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi gula nasional secara optimal. Budidaya tanaman tebu yang merupakan faktor kunci penentu produksi gula harus terus menerus diperbaiki. Salah satu kendala dalam budidaya tebu adalah adanya serangan berbagai jenis hama yang terjadi sepanjang pertumbuhan tanaman (Ganeshan dan Rajabalee, 1997).

Kerugian yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanaman tebu diperkirakan mencapai 37% dari total produksi, dan 13% di antaranya karena serangan hama.


(16)

Di Amerika Serikat, kerugian akibat serangan hama jika diuangkan mencapai US$7,70 miliar per tahun atau Rp61,60 triliun per tahun (Bent and Yu, 1999).

Salah satu penghambat potensi produktivitas tebu adalah adanya serangan hama. Hama penting tebu di Indonesia adalah penggerek pucuk (Tryporiza nivella) dan penggerek batang berkilat (Chilo auricilius), penggerek batang bergaris (Chilo sacchariphagus), penggerek batang raksasa (Phragmatocea castanae), kutu bulu

putih (Ceratovaguna lanigera) dan kutu perisai (Aulacaspis spp.), tikus (Rattus

srgentiventer dan R. exulans), lundi (Lepidiota stigma), rayap (Macrotermes gilvus), serta belalang (Valanga nigricornis) (Juliadi, 2009).

Hama utama tanaman tebu antara lain adalah penggerek batang tebu bergaris (C. sacchariphagus Bojer.) dan penggerek batang tebu berkilat (C. auricilius Dugd.). Serangan penggerek batang tebu tersebut mampu menurunkan kualitas maupun kuantitas nilai yang dihasilkan, yang diikuti pula dengan penurunan produksi gula (Dewi, dkk, 2009).

Penggerek batang tebu bergaris (C. sacchariphagus) adalah salah satu hama

yang sangat berbahaya pada tanaman tebu. Serangga hama ini menyerang tanaman tebu sejak dari awal tanam hingga saat panen. Serangan dimulai oleh larva muda yang sangat aktif menggerek daun muda, kemudian turun menuju ruas-ruas batang di bawahnya sampai mencapai titik tumbuh (Purnomo, 2006).

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Beauveria bassiana menghasilkan racun (toksin) yang dapat mengakibatkan paralis secara agresif pada

larva dan imago serangga. Bebrapa jenis racun yang telah berhasil diisolasi dari B. bassiana antara lain beauvericine, beauverolide, isorolide dan zat warna serta

asam oksalat (Mahr, 2003).


(17)

Jamur Metarrhizium anisopliae memiliki spektrum yang sangat luas dan dapat menginfeksi lebih dari 100 spesies dari beberapa ordo serangga seperti

Scapteriscus sp, semut api, Salenopsis invicta, larva kumbang seperti

Oryctes rhinoceros, Phylophaga sp dan Cetina nitida (Prayogo, 2005).

Saat ini telah diteliti dari 750 spesies jamur sebagai penyebab penyakit pada serangga. Setidaknya ada beberapa jenis spesies jamur yang layak dapat dipertimbangkan menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial. Diantaranya adalah Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, verticillium, dan Hirsutella thompsonii (Dinata,2006). Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian pengendalian. Chilo sacchariphagus Boj dengan menggunakan jamur B. bassiana dan M. anisopliae dengan cara membuat suspensi dengan taraf konsentrasi yang berbeda yang kemudian diaplikasikan ke larva C. sacchariphagus bertujuan untuk menekan biaya pengendalian dan mengurangi dampak negatif penggunaan insektisida sehingga dilakukan dengan menggunakan cara pengendalian yang ramah lingkungan seperti pengendalian hayati dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bersifat patogen terhadap serangga hama (entomopatogen).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae yang efektif terhadap larva C. sacchariphagus

pada taraf konsentrasi yang berbeda. Hipotesis Penelitian

- Adanya perbedaan kemampuan menginfeksi antara jamur entomopatogen B. bassiana dan M. anisopliae terhadap larva penggerek batang tebu bergaris C. sacchariphagus.


(18)

- Pada taraf konsentrasi yang berbeda (30gr/1l,40gr/1l,50gr/1l), B. bassiana

dan M. anisopliae memberikan pengaruh berbeda untuk menginfeksi C. sacchariphagus.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Chilo sacchariphagus (Lepidoptera : Pyralidae)

Menurut Nesbitt, dkk (1980), adapun klasifikasi dari penggerek batang tebu bergaris (Chilo sacchariphagus Bojer.) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Pyralidae Genus : Chilo

Spesies : C. sacchariphagus Bojer.

Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara paralel pada permukaan daun yang hijau (Gambar 1). Telur yang baru menetas mempunyai bentuk oval, datar, kilat dan berwarna putih dengan dikelilingi warna hitam sebelum menetas. Telur mempunyai ukuran dengan panjang 0,75-1,25 mm dan rata-rata 0,95 mm. periode inkubasi adalah antara 6 hari dengan rata-rata 5,13 hari (Yalawar dkk, 2010).

Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Sumber

Telur menetas biasanya pagi hari. Larva yang baru menetas berwarna orange berukuran panjang 1,5-2,0 mm dengan kepala berwarna hitam. Larva menghindari cahaya. Larva instar 1 dan 2 lebih menyukai jaringan pelepah daun


(20)

selama 7-8 hari dan menjelang instar 3 akan turun dari pelepah dan mulai menggerek batang. Pada tubuh Larva terdapat bintik-bintik gelap sepanjang permukaan dorsal dan kapsul kepala berwarna coklat (Gambar 2). Larva berganti kulit 6-7 kali dengan lama periode larva 37-54 hari. Larva penggerek ini sangat aktif bergerak yang mengakibatkan kerusakan semakin besar (David, 1986).

Gambar 2. Larva C. sacchariphagus

Sumber

Larva menjelang jadi pupa akan keluar dari liang gerek dan memilih bagian tanaman yang agak kering kemudian setelah 10-18 jam pupa terbentuk. Garis-garis segmen akan semakin jelas dan setelah 1-2 hari warna pupa berubah jadi coklat cerah kemudian akhirnya cokelat tua (Gambar 3). Pupa terletak di dekat lobang atau pintu keluar pada tebu bekas gerekan. Masa pupa 6-7 hari (Kalshoven, 1981).

Gambar 3. Pupa C. sacchariphagus Sumber


(21)

Ngengat muncul pada pagi hari. Pada sayap depan terdapat bintik hitam. Ngengat jantan lebih kecil dan warnanya lebih gelap dari ngengat betina. Ngengat kurang aktif dan hanya sedikit menimbulkan reaksi bila diganggu. Kopulasi terjadi pada tengah malam dan peletakan telur akan terjadi pada hari berikutnya. Ngengat berumur 3-4 hari dan ngengat betina biasanya lebih lama (David, 1986).

Ngengat merupakan serangga yang aktif malam hari (nokturnal), kekuning-kuningan dengan bercak hitam yang tipis pada sayap bagian depan (Gambar 4). Ngengat mengembang dan terbang dengan jarak yang umur ngengat

jantan adalah 4-8 hari dan ngengat betina adalah 4-9 hari (Ganeshan dan Rajabalee, 1997).

Gambar 4. Imago C. sacchariphagus Sumber Gejala Serangan Chilo sacchariphagus

Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di


(22)

sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang (Gambar 5). Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau

kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek (Sunaryo, 2003).

Gambar 5. Gejala Serangan C. sacchariphagus Sumber

Pengendalian Chilo sacchariphagus

Umumnya pengendalian penggerek batang bergaris (C. sacchariphagus) yang digunakan adalah:

1. Secara kultur teknis yaitu sanitasi lahan, penanaman dengan sistem hamparan. 2. Memotong bagian tanaman yang terserang dan membakarnya.

3. Secara mekanis yaitu pengutipan ulat – ulat di lapangan.

4. Secara biologis yaitu dengan memanfaatkan musuh alami berupa pelepasan parasit telur Trichogramma spp., dan parasit larva Cotesia flavipes


(23)

5. Secara kimiawi yaitu dengan pemakaian insektisida yaitu Agrothion 50 EC (3 l/ha), Azodrin 15 WSC ( 5 l/ha) (Sunaryo, 2003).

Salah satu pengendalian penggerek batang bergaris adalah dengan menggunakan perangkap berupa feromon buatan. Hasil percobaan di Marromeu diperoleh bahwa pada sebuah botol tertangkap 14 ngengat C. sacchariphagus selama delapan malam. Jumlah total ngengat tertangkap adalah sebanyak 74 ekor dalam waktu lima malam. Penangkapan tertinggi dengan perangkap tunggal yaitu diperoleh Sembilan individu (Way, dkk, 2004).

Pengendalian penggerek batang bergaris juga dapat menggunakan parasitoid Xanthopimpla stemmator dari penangkapan 30 telur dengan waktu pencarian dua jam, diperoleh bahwa 29 diantaranya terparasit secara total. Sementara secara umum juga ditemui bahwa C. sacchariphagus memparasit larva. Banyak larva ditemukan mati karena terinfeksi. Dari 240 larva dan pupa yang ditemukan, 6,3% mati pada saat pengumpulan,

dimana 5% terinfeksi oleh pathogen, dan 1,3% terparasit oleh serangga (Conlong dan Goebel, 2002).

Jamur Beauveria bassiana Balsamo

Menurut Barnett (1960) jamur B. bassiana dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Amastigomycota Sub division : Deutromycotina Kelas : Deutromycetes Ordo : Moniliale Famili : Moniliaceae Genus : Beauveria

Spesies : Beauveria bassiana Balsamo


(24)

Miselia jamur B. bassiana bersekat dan berwarna putih, di dalam tubuh serangga yang terinfeksi terdiri atas banyak sel dengan diameter 4 µm, sedang di luar tubuh serangga ukurannya lebih kecil yaitu 2 µm. konidia jamur ber sel satu, berbentuk oval agak bulat (globose) sampai dengan bulat telur (obovate), berwarna hialin dengan diameter 2-3 µm. konidiofor berbentuk zigzag merupakan ciri khas dari genus Beauveria (Barnet, 1960).

Cendawan B. bassiana merupakan salah satu entomopatogen yang telah terbukti efektif dalam mengendalikan berbagai jenis serangga hama. Daud (2004) dalam berbagai hasil penelitiannya melaporkan bahwa B. bassiana dengan konsentrasi 106 konidia/ml dapat menyebabkan kematian Darna catenata pada tanaman kelapa sebesar 98%, Hypothenemus hampei pada tanaman kopi sebesar 79%, Heliothis armigera pada tanaman tomat sebesar 83%, dan Plutella xylostella pada tanaman kubis sebesar 70% (Khasanah, 2008).

B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-ruas tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Di samping itu B. bassiana juga menghasilkan toksin seperti beauverisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, pengeumpulan dan terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernafasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Mahr, 2003).


(25)

Jamur Metarrhizum anisopliae (Metch.) Sorokin

Menurut Barnett (1960), jamur M. anisopliae diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Amastigomycota Sub division : Deutromycotina Kelas : Deutromycetes Ordo : Moniliales Famili : Moniliaceae Genus : Metarrhizium

Spesies : Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin

Jamur ini biasanya disebut dengan Green Muscarsine Fungus dan tersebar di seluruh dunia. Jamur ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak saat itu digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia (Tanada and Kaya, 1993).

Pada awal pertumbuhan, koloni jamur berwarna putih lalu berubah menjadi hijau gelap. Miselium jamur berdiameter 1,98-2,97 µm. Konidia tersusun dengan tegak, dipenuhi dengan konidia bersel satu berwarna hialin. Konidia berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9 µm (Prayogo, 2005).

Larva yang di infeksi M. anisopliae dicirikan ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau sesuai dengan spora yang menjadi dewasa (Moslim, dkk, 2007).


(26)

Jamur M. anisopliae mengadakan penetrasi ke tubuh serangga melalui dinding tubuh di antara kapsul kepala dan toraks serta di antara ruas-ruas tubuh. Mekanisme penetrasi dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula, selanjutnya hifa mengeluarkan enzim yang membantu dalam menguraikan kutikula serangga. Penetrasi kutikula umumnya berlangsung 12-24 jam. Di dalam epidermis, miselia berkembang dan akan mencapai haemocoel (rongga tubuh) serangga dalam waktu 1-2 hari. Aktivitas peredaran hemolimf selanjutnya dirusak sehingga hemolimf menjadi lebih kental dan warnanya lebih pucat, peredarannya lambat dan akhirnya berhenti. Tingkat kemasaman (pH) daerah meningkat, terjadi paralisis dan akhirnya serangga mati (Prayogo, 2005).


(27)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter dpl. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2014.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva Chilo sacchariphagus Boj instar 4, jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan

Metarrhizium anisopliae,sogolan tebu, alkohol,aquadest, dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah plastik sebagai wadah habitat imago, handsprayer untuk alat menyemprotkan larutan entomopatogen, timbangan digital untuk menimbang jamur, beaker glass untuk

wadah larutan jamur entomopatogen, label nama untuk memberi nama masing-masing perlakuan pada stoples, alat pengaduk untuk mencampurkan

larutan, kain kasa untuk menutup bagian atas wadah plastik, pinset bambu dan alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan.

T0 : Kontrol

T1 : Suspensi B. bassiana 30gr/1l air T2 : Suspensi B. bassiana 40gr/1l air T3 : Suspensi B. bassiana 50gr/1l air


(28)

T4 : Suspensi M. anisopliae 30gr/1l air T5 : Suspensi M. anisopliae 40gr/1l air T6 : Suspensi M. anisopliae 50gr/1l air Ulangan diperoleh dengan menggunakan rumus : (t-1) r ≥ 15

(7-1) r ≥ 15 6r ≥ 15 r ≥ 15/6 r = 2,5

r = 3 (dibulatkan)

Jumlah perlakuan : 7 Perlakuan Jumlah Ulangan : 3 Ulangan

Jumlah Unit Percobaan : 21 Unit Percobaan

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan Model linear sebagai berikut :

Yij = µ + αi + εijk

Keterangan :

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ = efek dari nilai tengah

αi = nilai pengamatan pengaruh perlakuan ke-i

εijk = galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila hasil sidik ragam menunjukkan hasil berbeda nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji jarak Berganda Duncan pada uji taraf 5% (Bangun, 1994).


(29)

Pelaksanaan Penelitian Penyediaan Serangga Uji

Larva Chilo saccariphagus Boj yang diambil dari lapangan. Larva yang diambil adalah larva instar 4 yang berasal dari Riset dan Pengembangan Tebu PTPN II Sei Semayang . Lalu larva dimasukkan ke dalam setiap wadah plastik sebanyak 5 larva dan sebagai makanannya dimasukkan sogolan.

Penyediaan Jamur Entomopatogen

Jamur B. bassiana diperoleh dari BP2TP Helvetia Medan dan M. anisopliae diperoleh dari PPKS Marihat. Jamur tersebut sudah tersedia dalam

bentuk tepung dan media biakan jagung yang memiliki kerapatan 107 dan dapat diaplikasikan langsung pada serangga.

Pembuatan Suspensi Entomopatogen

Jamur yang telah diperoleh ditimbang sebanyak 30 gr, 40 gr dan 50 gr untuk dicampurkan dengan 1 l air aquadest yang dilarutkan di dalam handsprayer sebagai alat semprot untuk jamur.

Pengaplikasian Suspensi Jamur Entomopatogen

Suspensi jamur yang telah diperoleh disemprotkan ke tubuh C. sacchariphagus dan sogolan yang merupakan makanan bagi larva. Pengamatan

pertama dilakukan setelah 1 hari pengaplikasian jamur. Peubah Amatan

Persentase Mortalitas Larva

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati terserang entomopatogen. Persentase mortalitas dihitung pada 1-8 hsa (hari setelah aplikasi). Dihitung dengan menggunakan rumus :


(30)

a

M = x 100%

a + b

Keterangan :

M = Mortalitas

a = Jumlah larva yang mati b = Jumlah larva yang hidup (Balse, 1985).

Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus Yang terinfeksi Jamur Entomopatogen

Pengamatan dilakukan setiap hari setelah jamur entomopatogen diaplikasikan ke larva C. sacchariphagus. Pengamatan dilakukan dengan cara

mengamati perubahan yang terjadi pada larva yang terinfeksi oleh jamur B. bassiana dan M. anisopliae.


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.Persentase Mortalitas (%) Larva C. sacchariphagus

Hasil analisis sidik ragam pengaruh jamur entomopatogen terhadap larva C. sacchariphagus dapat dilihat pada tabel 1. Lampiran 3- 9 menunjukkan bahwa

penggunaan B. bassiana dan M. anisopliae memberi pengaruh tidak nyata pada pengamatan hari ke-1 sedangkan hari ke-2,3,4,5,6 memberikan pengaruh nyata dan pada pengamatan hari ke-7,8 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap mortalitas larva C. sacchariphagus di laboratorium.

Tabel 1. Rataan pengaruh B. bassiana dan M. anisopliae terhadap mortalitas (%) C. sacchariphagus pada pengamatan 1-8 hsa

Perlakuan

% Mortalitas C. sacchariphagus 1-8 hari setelah aplikasia (hsa)

1 hsa 2 hsa 3 hsa 4 hsa 5 hsa 6 hsa 7 hsa 8 hsa T0 0.00 0.00 d 0.00 c 0.00 d 0.00 c 0.00 b 0.00 c 0.00 d T1 0.00 10.00 bcd 10.00 bc 20.00 bc 23.33 ab 40.00 a 60.00 b 66.67 cd T2 6.67 20.00 abc 20.00 ab 26.67 abc 33.33 ab 53.33 a 66.67 b 73.33 bc T3 6.67 33.33 a 40.00 a 46.67 a 46.67 a 66.67 a 73.33 b 86.67 b T4 6.67 6.67 cd 6.67 bc 6.67 cd 13.33 bc 40.00 a 66.67 b 80.00 bc T5 0.00 13.33 abc 16.67 ab 26.67 ab 40.00 a 46.67 a 73.33 ab 86.67 b T6 6.67 26.67 ab 33.33 a 33.33 ab 46.67 a 66.67 a 86.67 a 100.00 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang

sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% pada uji jarak Duncan. T0 (Kontrol); T1 (B. bassiana 30gr/1l); T2 (B. bassiana 40gr/1l);

T3 (B. bassiana 50gr/1l); T4 (M. anisopliae 30gr/1l); T5 (M. anisopliae 40gr/ 1l); T6 (M. anisopliae 50gr/1l), hsa: hari setelah aplikasi

Dari Tabel 1 mortalitas pada hari ke-2 dapat dilihat T3 (33.33%) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yakni T1 (10.00%), T4 (6.67%), T0 (0.00%). Kemudian pada hari ke-3 sampai hari ke-5 mortalitas masih sama seperti hari ke-2 yaitu T3 berbeda nyata dengan T1, T4, T0. Pada hari ke-7 dapat dilihat T6 (86.67%) berbeda nyata dengan perlakuan T4 (66.67%), T3 (73.33%), T2 (66.67%), T1 (60.00%), T0 (0.00%). Hal ini terus terjadi hingga hari terakhir


(32)

pengamatan (8 HSA), dimana T6 (100.00%) berbeda nyata dengan perlakuan T2 (73.33%), T3 (86.67%), T4 (80.00%), T5 (86.67%), sedangkan T1 (66.67%)

merupakan perlakuan yang kurang efektif pada mortalitas larva C. sacchariphagus.

Pada pengamatan 4 hsa, dapat dilihat perlakuan T3 (46.67%) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yakni T1 (20.00%), T4 ( 6.67%), dan T0 (0.00%). Hal ini ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari masing-masing

perlakuan sehingga dapat mempengaruhi mekanisme dan kecepatan masing-masing entomopatogen terhadap larva C. sacchariphagus. Tidak jauh

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Prasasya (2008) yang menyatakan bahwa persentase mortalitas larva pada masing-masing perlakuan M. anisopliae dan B. bassianna dengan konsentrasi (40gr/1l, 50gr/1l) menunjukkan berbeda nyata. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari masing-masing

perlakuan sehingga dapat mempengaruhi dan kecepatan mematikan dari masing-masing entomopatogen terhadap larva.

Dapat dilihat bahwa jamur entomopatogen yang di uji tersebut dapat mematikan larva dengan baik. Persentase mortalitas larva C. sacchariphagus pada masing-masing perlakuan jamur entomopatogen menunjukkan perbedaan nyata, perlakuan T6 (M. anisopliae 50gr/1l air) merupakan persentase yang tertinggi pada akhir pengamatan yaitu sebesar 100.00% sedangkan yang terendah perlakuan T1 (B. bassianan 30gr/1l air) sebesar 66.67%. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari masing-masing perlakuan sehingga Semakin banyak konidia yang menempel pada inang sasaran maka akan semakin cepat menginfeksi terhadap larva C. sacchariphagus tersebut dan semakin tinggi dosis


(33)

maka kerapatan konidia jamur tersebut semakin tinggi yang mengakibatkan penetrasi ke tubuh hama tersebut semakin cepat dan mengakibatkan jaringan tubuh C. sacchariphagus rusak.

Beda rataan mortalitas larva C. sacchariphagus pada aplikasi B. bassiana dan M. anisopliae pada pengamatan I-VIII dapat dilihat pada Gambar

Gambar 6. Histogram pengaruh aplikasi B. bassiana dan M. anisopliae terhadap mortalitas (%) larva C. sacchariphagus pada pengamatan I-VIII

Gambar 6. menunjukkan bahwa pada perlakuan T6 terjadi peningkatan mortalitas larva C. sacchariphagus mencapai 100% pada hari ke-8 dan perlakuan T0 (Kontrol) tetap 0%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi jamur

entomopatogen memberikan pengaruh terhadap mortalitas larva C. sacchariphagus, yang mana berdasarkan banyaknya konsentrasi jamur

entomopatogen yang disemprotkan ke tubuh larva maka akan semakin banyak pula spora yang akan menginfeksi dan miselium-miselium akan menghasilkan toksin yang disebut detruxin yang akan membunuh larva C. sacchariphagus seperti yang dinyatakan Tanada dan Kaya (1993) bahwa M. anisopliae

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

1 hsa 2 hsa 3 hsa 4 hsa 5 hsa 6 hsa 7 hsa 8 hsa

P ersen ta se Mo rt a li ta s L a rv a ( % ) PENGAMATAN T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 19


(34)

mengandung cyclodepsipeptides, destruxin A,B,C,D dan E, dan desmethildestruxin telah digunakan sebagai insektisida genrasi baru yang cepat dan banyak pada larva akan menyebabkan kematian.

2a. Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus oleh B. bassiana

Dari hasil pengamatan penggunaan B. bassiana pada hari kedua sampai hari kedelapan larva C. sacchariphagus yang telah terinfeksi menunjukkan adanya gejala yaitu gerakan larva mulai lamban, nafsu makan berkurang, lemas, mulai kaku, tubuhnya mengalami perubahan warna dan kurang aktif. Hal ini sesuai dengan Karolina dkk (2008) yang menyatakan bahwa gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat nafsu makan larva berkurang mengakibatkan larva menjadi kurang aktif, kemudian kaku dan diikuti perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya telah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih.

Larva C. sachariphagus yang terinfeksi B. bassiana mengakibatkan nafsu makan larva berkurang sehingga larva kaku, gerakan mulai lambat kemudian mengeras, lalu mati, pada tubuh larva muncul miselium berwarna putih dan tidak mengeluarkan bau busuk akibat pemberian B. bassiana. Hal ini sesuai dengan Wahyudi (2002) yang menyatakan bahwa toksin yang dihasilkan B. bassiana diantaranya beauverizin yang dapat menghancurkan lapisan lemak dan meningkatkan permeabilitas sel yang dapat menghancurkan ion spesifik sehingga dapat menyebabkan terjadinya transport ion yang abnormal kemudian merusak fungsi sel atau organel sel larva. Pada permukaan tubuh serangga yang telah mati dan menjadi mumi muncul miselium yang berwarna putih, mula-mula hifa muncul pada permukaan tubuh yang lunak atau pada antar segmen.


(35)

2b. Perubahan Morfologi Larva C. sacchariphagus Oleh M. anisopliae

Gejala yang terlihat pada larva C. sacchariphagus yang diaplikasikan M. anisopliae mengakibatkan larva malas bergerak (aktifitas makan

berkurang/lambat), semakin lama tubuhnya akan lemas dan mati serta mengeras yang akhirnya diselimuti oleh miselium. Hal ini menunjukkan bahwa larva telah terinfeksi jamur entomopatogen sesuai dengan Moslim dkk (2007) yang menyatakan Larva yang di infeksi M. anisopliae dicirikan ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau.

Larva yang terinfeksi M.anisopliae mengakibatkan nafsu makan berkurang dan mulai ada larva yang mati. Beberapa waktu sesudah mati tubuhnya

menjadi keras, kemudian cendawan akan mengadakan penembusan bagian-bagian lunak daripada kulit, bagian kaki, dan perut. Selanjutnya warna

putih yang menyelimuti tubuh larva akan berubah menjadi hijau. Hal ini sesuai dengan Novrizan (2002) yang menyatakan Jamur M. anisopliae mengadakan penetrasi kedalam tubuh serangga melalui kontak dengan kulit diantara ruas-ruas tubuh. Mekanisme penetrasinya dimulai dengan menempelkan konidia pada kutikula atau mulut serangga. Bila serangga inang mati, kemudian cendawan putihpada sambungan badan inang kemudian bila spora terbentuk cendawan berubah menjadi hijau gelap.

Warna dari miselium entomopatogen berbeda-beda, B. bassiana memiliki ciri-ciri miselium berwarna putih, M. anisopliae miselumnya berwarna hijau tua. 22 21


(36)

Jamur entomopatogen tersebut membuat larva menjadi keras dan kering tetapi tidak berbau.

A(1) A(2)

Keterangan :

A1 dan A2 = Larva C. sacchariphagus dengan perlakuan B. bassiana pada tubuh larva terdapat miselium berwarna putih


(37)

B

B B

B (1) B(2)

Keterangan :

B1 dan B2 = Larva C. sacchariphagus dengan perlakuan M. anisopliae pada tubuh larva terdapat miselium berwarna hijau tua


(38)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase mortalitas tertinggi (100.00%) terdapat pada perlakuan M. anisopliae T6 (M. anisopliae dengan konsentrasi 50gr/1l) dan terendah

(66, 67%) pada perlakuan T1 (B. bassiana dengan konsentrasi 30gr/1l). 2. Perubahan morfologi larva C. sacchariphagus yang terinfeksi jamur

entomopatogen ditandai dengan ciri aktifitas larva malas bergerak, tubuh larva semakin lemas dan kemudian mati mengeras serta tubuh larva diselimuti oleh miselium.

3. Semakin tinggi dosis jamur entomopatogen yang diinfeksikan ke serangga maka akan semakin besar mortalitas larva.

4. B. bassiana memiliki ciri miselium berwarna putih dan M. anisopliae berwarna hijau tua.

Saran

Perlu dilaksanakannya pengujian lebih lanjut di lapangan untuk masing-masing perlakuan yang dihubungkan dengan efektifitasnya.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Balse., 1985. Field Trial Manual. Ciba. Geigy. Switzerland. P : 18

Bangun, M.K.1994. Perancangan Percobaan Untuk Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Barnett., 1960. Illustrated Genera of Imperfecty Fungy. Second Edition. Burgess Publishing Company. P : 62

Bent, A.F. and I.C. Yu. 1999. Applications of Molecular Biology to Plant Disease and Insect Resistance. Adv. Agron. 66: 251−297.

Conlong, D. E. and Goebel. 2002. Biological Control of Chilo sacchariphagus (Lepidoptera : Crambidae) In Macambique: The First Steps. Proc. S. Afr. Sng. Technol. ASS. 76 : 310-320.

David, H. 1986, The Internode Borer, Chilo sacchariphagus Bojer (Kapur), Breeding Institute, Coimbatore, pp. 121-134.

Dewi, M., F.X. Susilo. F.X, dan Pramono S. 2009. Daya Parasitasi Trichogramma Chilonis Ishii Terhadap Penggerek Batang Di Pertanaman Tebu Bergantung Pada Waktu Aplikasi Parasitoid. http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/04/daya-parasitasi-trichogramma- chilonis-ishii-terhadap-penggerek-batang-di-pertanaman-tebu-bergantung-pada-waktu-aplikasi-parasitoid/. [8 Juli 2013].

Deptan. 2010. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tebu.

Ferron, P. 1985. Fundamental of Plant Phatology. Jhon Willey and Sons Published, New York. P:54.

Ganeshan, S and A Rajabalee. 1997. Parasitoid of The Sugarcane Spotted Borrer., Chilo sacchariphagus (Lepidoptera : Pyralidae), In Mauritius. Proc. S. Afr. Sng. Technol. ASS. 71 : 87-90.

Handiyana, U. 2000. Kajian Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Tebu Di PG Pangka, Kabupaten Tegal Milik PTP Nusantara IX (Persero). Skripsi. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Bogor, Bogor. Hal 1-2.

Juliadi, D. 2009. Hama Te

Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops In Indonesia. Revised and Translated By P. A. Van der Laan. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.


(40)

Karolina E, Mahfud, MC, Rachmawati, D., Sarwono dan Fatimah, S. 2008. Pengkajian efektifitas Cendawan Beauveria bassiana Terhadap Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman Krisan. Prosiding seminar Pemberdayaan Petani Melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. KP. Mojosari 16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim Jatim, Faperta Unbra, Diperta Prov, Bappeda.

Khasanah, N. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Tongkol Jagung Helicoverpa armigera Hubner. (LEPIDOPTERA : NOCTUIDAE) dengan Beauveria bassiana strain lokal Pada Pertanaman Jagung Manis Di Kabupaten Donggala. J. Agroland 15 (2) : 106-107.

Mahr, S., 2003. The Entomopathogen Beauveria bassiana. University of

Winconsin, Madison. Diakses dari

Moslim, R., K. Norman., B.N. Ang., and B.w.Mohd. 2007. Alpication of Powder Formulation of M. anisopliae to Control Orytes rhinoceros in Rotting Oil Palm Residuces Under Leguminous Cover Crop. 19: 332.

Nesbitt, B.F, Beevor, P.S, Hall, D.R, Lester, R., dan Williams, J.R. 1980. a Components of the Sex Pheromone of the Female Sugar Cane Borer, Chilo sacchariphagus (Bojer) (Lepidoptera: Pyralidae). Identification and Field Trials. J. Chem. Ecol 6:385-394.

Prasasya, A.A. 2008. Uji Efikasi jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Pragmatocea castanae Hubner di Laboratorium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Prayogo, Y. 2005. Untuk mempertahankan keefektifan Cendawan Entomopatogen M. anisopliae Untuk Mengendalikan Hama Tanaman Pangan. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2) : 47-54.

Purnomo. 2006. Parasitasi dan Kapasitas Reproduksi Cotesia flavipes Cameron (Hymenoptera: Braconidae) pada Inang dan Instar yang Berbeda di Laboratorium. J. HPT Tropika 6(2):87-91.

Sunaryo. 2003. Status Masalah Hama –Hama Tanaman Tebu. Bagian Riset dan Pengembangan. Lampung : 3-15.

Tanada, Y. and Kaya, H. K., 1993. Insect Pathology. Academic Press. Inc. Publisher Sandiego New York Boston. London Sydney Tokyo Toronto. P : 359-360.

Wahyudi, P. 2002. Uji Patogenitas kapang Entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. Terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura). Biosfera 19:1-5.


(41)

Way, M.J., Goebel, F.R. Goebel and Conlong, D.E. 2004. Trapping Chilo sacchariphagus (Lepidoptera : Crambidae) In Sugarcane Using

Synthetic Pheromones. Proc. S. Afr. Sng. Technol. ASS. 71 : 291-294. Yalawar, S., Pradeep, Ajith, K., Venkatesh, H., and Aiddalingappa, R., 2010.

Biology of Sugarcane Internode Borer, Chilo sacchariphaghus. J. Agric 23(1).


(42)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

Keterangan : T0 : Kontrol

T1 : Suspensi Beuveria bassiana 30gr/1l air T2 : Suspensi Beuveria bassiana 40gr/1l air T3 : Suspensi Beuveria bassiana 50gr/1l air T4 : Suspensi Metarrhizium anisopliae 30gr/1l air

28

T02 T23 T41

T42 T52 T63

T53 T01 T21

T22 T33 T51

T61 T11 T03

T12 T43 T32

T31 T62 T13


(43)

T5 : Suspensi Metarrhizium anisopliae 40gr/1l air T6 : Suspensi Metarrhizium anisopliae 50gr/1l air Lampiran 2 :

FOTO PENELITIAN


(44)

Lampiran 3. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 1 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T2 0.00 20.00 0.00 20.00 6.67 T3 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67

T5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T6 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67 Total 0.00 20.00 60.00 80.00

Rataan 0.00 2.86 8.57 3.81

Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T2 4.05 26.57 4.05 34.67 11.56 T3 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56

T5 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T6 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 Total 28.38 50.89 95.91 175.19

Rataan 4.05 7.27 13.70 8.34

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 289.55 48.26 0.50 2.85 4.46 tn

Galat 14 1351.23 96.52

Total 20 1640.78

FK= 1461.53 Ket: *=nyata

KK= 0.43153 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(45)

Lampiran 4. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 2 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 0.00 10.00 20.00 30.00 10.00 T2 40.00 0.00 20.00 60.00 20.00 T3 40.00 20.00 40.00 100.00 33.33

T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67

T5 10.00 10.00 20.00 40.00 13.33 T6 40.00 20.00 20.00 80.00 26.67 Total 130.00 60.00 140.00 330.00

Rataan 18.57 8.57 20.00 15.71

Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 4.05 18.43 26.57 49.05 16.35 T2 39.23 4.05 26.57 69.85 23.28 T3 39.23 26.57 39.23 105.03 35.01 T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T5 18.43 18.43 26.57 63.43 21.14 T6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79 Total 148.29 102.16 176.11 426.57 Rataan 21.18 14.59 25.16 20.31

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 2075.63 345.94 3.25 2.85 4.46 *

Galat 14 1490.51 106.46

Total 20 3566.14

FK= 8664.85 Ket: *=nyata

KK= 0.17723 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(46)

Uji Jarak Duncan

SY 4.86 -10.69 -3.91 0.44 4.94 6.89 14.30 18.42

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 14.74 15.47 15.91 16.20 16.39 16.49 16.59

Perlakuan T0 T4 T1 T2 T5 T6 T3

Rataan 4.05 11.56 16.35 21.14 23.28 30.79 35.01

a

b

c

d


(47)

Lampiran 5. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 3 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 0.00 10.00 20.00 30.00 10.00 T2 40.00 0.00 20.00 60.00 20.00 T3 60.00 20.00 40.00 120.00 40.00

T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67

T5 10.00 20.00 20.00 50.00 16.67 T6 40.00 20.00 40.00 100.00 33.33 Total 150.00 70.00 160.00 380.00 Rataan 21.43 10.00 22.86 18.10 Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 4.05 18.43 26.57 49.05 16.35 T2 39.23 4.05 26.57 69.85 23.28 T3 50.77 26.57 39.23 116.57 38.86

T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56

T5 18.43 26.57 26.57 71.57 23.86 T6 39.23 26.57 39.23 105.03 35.01 Total 159.83 110.29 188.78 458.90 Rataan 22.83 15.76 26.97 21.85

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 2763.76 460.63 3.85 2.85 4.46 *

Galat 14 1676.78 119.77

Total 20 4440.55

FK= 10028 Ket: *=nyata

KK= 0.16474 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(48)

Uji Jarak Duncan

SY 5.16 -11.58 -4.85 -0.52 6.10 6.47 17.52 21.26

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 15.63 16.41 16.87 17.18 17.39 17.49 17.59

Perlakuan T0 T4 T1 T2 T5 T6 T3

Rataan 4.05 11.56 16.35 23.28 23.86 35.01 38.86

a

b

c


(49)

Lampiran 6. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 4 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 10.00 10.00 40.00 60.00 20.00 T2 40.00 0.00 40.00 80.00 26.67 T3 60.00 40.00 40.00 140.00 46.67

T4 0.00 0.00 20.00 20.00 6.67

T5 20.00 20.00 40.00 80.00 26.67 T6 40.00 20.00 40.00 100.00 33.33 Total 170.00 90.00 220.00 480.00 Rataan 24.29 12.86 31.43 22.86 Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 18.43 18.43 39.23 76.10 25.37 T2 39.23 4.05 39.23 82.52 27.51 T3 50.77 39.23 39.23 129.23 43.08 T4 4.05 4.05 26.57 34.67 11.56 T5 26.57 26.57 39.23 92.36 30.79 T6 39.23 26.57 39.23 105.03 35.01 Total 182.34 122.96 226.78 532.08 Rataan 26.05 17.57 32.40 25.34 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 3256.39 542.73 4.33 2.85 4.46 *

Galat 14 1753.73 125.27

Total 20 5010.12

FK= 13481.4 Ket: *=nyata

KK= 0.14208 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(50)

Uji Jarak Duncan

SY 5.28 -11.93 -5.22 8.12 9.94 13.01 17.12 25.09

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 15.99 16.78 17.25 17.57 17.78 17.89 17.99

Perlakuan T0 T4 T1 T2 T5 T6 T3

Rataan 4.05 11.56 25.37 27.51 30.79 35.01 43.08

a

b

c

d


(51)

Lampiran 7. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 5 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 20.00 10.00 40.00 70.00 23.33 T2 40.00 0.00 60.00 100.00 33.33 T3 60.00 40.00 40.00 140.00 46.67 T4 10.00 10.00 20.00 40.00 13.33 T5 40.00 20.00 60.00 120.00 40.00 T6 60.00 40.00 40.00 140.00 46.67 Total 230.00 120.00 260.00 610.00 Rataan 32.86 17.14 37.14 29.05 Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 26.57 18.43 39.23 84.23 28.08 T2 39.23 4.05 50.77 94.05 31.35 T3 50.77 39.23 39.23 129.23 43.08 T4 18.43 4.05 26.57 49.05 16.35 T5 39.23 26.57 50.57 116.37 38.79 T6 50.77 39.23 39.23 129.23 43.08 Total 229.05 135.62 249.65 614.32 Rataan 32.72 19.37 35.66 29.25

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 3841.20 640.20 4.21 2.85 4.46 *

Galat 14 2129.76 152.13

Total 20 5970.96

FK= 17971.1 Ket: *=nyata

KK= 0.12306 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(52)

Uji Jarak Duncan

SY 5.81 -13.56 -2.14 9.07 11.99 19.20 23.37 23.25

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 17.62 18.49 19.01 19.36 19.59 19.71 19.83

Perlakuan T0 T4 T1 T2 T5 T6 T3

Rataan 4.05 16.35 28.08 31.35 38.79 43.08 43.08

a

b

c


(53)

Lampiran 8. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 6 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 60.00 0.00 60.00 120.00 40.00 T2 60.00 40.00 60.00 160.00 53.33 T3 80.00 80.00 40.00 200.00 66.67 T4 20.00 40.00 60.00 120.00 40.00 T5 80.00 20.00 40.00 140.00 46.67 T6 60.00 60.00 80.00 200.00 66.67 Total 360.00 240.00 340.00 940.00

Rataan 51.43 34.29 48.57 44.76

Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 50.77 4.05 50.77 105.59 35.20 T2 50.77 39.23 50.77 140.77 46.92 T3 63.43 63.43 39.23 166.10 55.37 T4 26.57 39.23 50.77 116.57 38.86 T5 63.43 26.57 39.23 129.23 43.08 T6 50.77 50.77 63.43 164.97 54.99 Total 309.80 227.33 298.26 835.39

Rataan 44.26 32.48 42.61 39.78

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket Perlakuan 6 5503.10 917.18 4.23 2.85 4.46 *

Galat 14 3036.33 216.88

Total 20 8539.43

FK= 33232.07 Ket: *=nyata

KK= 0.090497 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(54)

Uji Jarak Duncan

SY 6.94 -16.98 13.12 16.15 19.96 23.53 31.46 31.69

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 21.04 22.08 22.70 23.12 23.40 23.53 23.67

Perlakuan T0 T1 T4 T5 T2 T6 T3

Rataan 4.05 35.20 38.86 43.08 46.92 54.99 55.37

a

• b

40


(55)

Lampiran 9. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 7 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 80.00 40.00 60.00 180.00 60.00 T2 60.00 60.00 80.00 200.00 66.67 T3 80.00 80.00 60.00 220.00 73.33 T4 60.00 60.00 80.00 200.00 66.67 T5 80.00 60.00 80.00 220.00 73.33 T6 80.00 80.00 100.00 260.00 86.67 Total 440.00 380.00 460.00 1280.00

Rataan 62.86 54.29 65.71 60.95

Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 63.43 39.23 50.77 153.43 51.14 T2 50.77 50.77 63.43 164.97 54.99 T3 63.43 63.43 50.77 177.64 59.21 T4 50.77 50.77 63.43 164.97 54.99 T5 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21 T6 63.43 63.43 90.00 216.87 72.29 Total 359.33 322.46 385.90 1067.69

Rataan 51.33 46.07 55.13 50.84

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket

Perlakuan 6 8471.13 1411.86 16.59 2.85 4.46 **

Galat 14 1191.42 85.10

Total 20 9662.56

FK= 54283.9 Ket: *=nyata

KK= 0.07081 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(56)

Uji Jarak Duncan

SY 4.35 -9.12 37.31 40.77 40.51 44.55 44.47 57.46

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 13.18 13.83 14.22 14.48 14.66 14.74 14.83

Perlakuan T0 T1 T4 T2 T5 T3 T6

Rataan 4.05 51.14 54.99 54.99 59.21 59.21 72.29

a

b

• c


(57)

Lampiran 10. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 8 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 80.00 60.00 60.00 200.00 66.67 T2 80.00 60.00 80.00 220.00 73.33 T3 100.00 80.00 80.00 260.00 86.67 T4 80.00 80.00 80.00 240.00 80.00 T5 80.00 80.00 100.00 260.00 86.67 T6 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 Total 520.00 460.00 500.00 1480.00

Rataan 74.29 65.71 71.43 70.48

Transformasi Arcsin V persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 63.43 50.77 50.77 164.97 54.99 T2 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21 T3 90.00 63.43 63.43 216.87 72.29 T4 63.43 63.43 63.43 190.30 63.43 T5 63.43 63.43 90.00 216.87 72.29 T6 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00 Total 437.79 385.90 425.13 1248.82

Rataan 62.54 55.13 60.73 59.47

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket

Perlakuan 6 13102.44 2183.74 26.47 2.85 4.46 **

Galat 14 1154.86 82.49

Total 20 14257.29

FK= 74264.3 Ket: *=nyata

KK= 0.06054 **=sangat nyata

tn=tidak nyata


(58)

Uji Jarak Duncan

SY 4.28 -8.92 41.38 45.21 49.18 57.86 57.78 75.40

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

SSR 0.05 3.03 3.18 3.27 3.33 3.37 3.39 3.41

LSR 0.05 12.97 13.62 14.00 14.26 14.43 14.51 14.60

Perlakuan T0 T1 T2 T4 T5 T3 T6

Rataan 4.05 54.99 59.21 63.43 72.29 72.29 90.00

• a

b

c

• d


(1)

Lampiran 8. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 6 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 60.00 0.00 60.00 120.00 40.00

T2 60.00 40.00 60.00 160.00 53.33 T3 80.00 80.00 40.00 200.00 66.67 T4 20.00 40.00 60.00 120.00 40.00 T5 80.00 20.00 40.00 140.00 46.67 T6 60.00 60.00 80.00 200.00 66.67 Total 360.00 240.00 340.00 940.00

Rataan 51.43 34.29 48.57 44.76

Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 50.77 4.05 50.77 105.59 35.20

T2 50.77 39.23 50.77 140.77 46.92 T3 63.43 63.43 39.23 166.10 55.37 T4 26.57 39.23 50.77 116.57 38.86 T5 63.43 26.57 39.23 129.23 43.08 T6 50.77 50.77 63.43 164.97 54.99 Total 309.80 227.33 298.26 835.39

Rataan 44.26 32.48 42.61 39.78

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung F.05 F.01 Ket

Perlakuan 6 5503.10 917.18 4.23 2.85 4.46 *

Galat 14 3036.33 216.88

Total 20 8539.43

FK= 33232.07 Ket: *=nyata

KK= 0.090497 **=sangat nyata


(2)

SSR 0.05

LSR 0.05 21.04 22.08 22.70 23.12 23.40 23.53 23.67

Perlakuan T0 T1 T4 T5 T2 T6 T3

Rataan 4.05 35.20 38.86 43.08 46.92 54.99 55.37

a

• b


(3)

Lampiran 9. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 7 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 80.00 40.00 60.00 180.00 60.00

T2 60.00 60.00 80.00 200.00 66.67

T3 80.00 80.00 60.00 220.00 73.33

T4 60.00 60.00 80.00 200.00 66.67

T5 80.00 60.00 80.00 220.00 73.33

T6 80.00 80.00 100.00 260.00 86.67 Total 440.00 380.00 460.00 1280.00

Rataan 62.86 54.29 65.71 60.95

Transformasi Arcsin Persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 63.43 39.23 50.77 153.43 51.14

T2 50.77 50.77 63.43 164.97 54.99

T3 63.43 63.43 50.77 177.64 59.21

T4 50.77 50.77 63.43 164.97 54.99

T5 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21

T6 63.43 63.43 90.00 216.87 72.29

Total 359.33 322.46 385.90 1067.69

Rataan 51.33 46.07 55.13 50.84

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket

Perlakuan 6 8471.13 1411.86 16.59 2.85 4.46 **

Galat 14 1191.42 85.10

Total 20 9662.56

FK= 54283.9 Ket: *=nyata

KK= 0.07081 **=sangat nyata


(4)

LSR 0.05 13.18 13.83 14.22 14.48 14.66 14.74 14.83

Perlakuan T0 T1 T4 T2 T5 T3 T6

Rataan 4.05 51.14 54.99 54.99 59.21 59.21 72.29

a

b

• c


(5)

Lampiran 10. Persentase C. sacchariphagus pada Pengamatan 8 Hari Setelah Aplikasi (hsa)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T1 80.00 60.00 60.00 200.00 66.67

T2 80.00 60.00 80.00 220.00 73.33

T3 100.00 80.00 80.00 260.00 86.67

T4 80.00 80.00 80.00 240.00 80.00

T5 80.00 80.00 100.00 260.00 86.67 T6 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 Total 520.00 460.00 500.00 1480.00

Rataan 74.29 65.71 71.43 70.48

Transformasi Arcsin V persentase

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.05 4.05 4.05 12.16 4.05

T1 63.43 50.77 50.77 164.97 54.99

T2 63.43 50.77 63.43 177.64 59.21

T3 90.00 63.43 63.43 216.87 72.29

T4 63.43 63.43 63.43 190.30 63.43

T5 63.43 63.43 90.00 216.87 72.29

T6 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00

Total 437.79 385.90 425.13 1248.82

Rataan 62.54 55.13 60.73 59.47

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F hitung F.05 F.01 Ket

Perlakuan 6 13102.44 2183.74 26.47 2.85 4.46 **

Galat 14 1154.86 82.49

Total 20 14257.29

FK= 74264.3 Ket: *=nyata

KK= 0.06054 **=sangat nyata


(6)

LSR 0.05 12.97 13.62 14.00 14.26 14.43 14.51 14.60

Perlakuan T0 T1 T2 T4 T5 T3 T6

Rataan 4.05 54.99 59.21 63.43 72.29 72.29 90.00

• a

b

c

• d


Dokumen yang terkait

Dampak beberapa Fungisida terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Metarhizium Anisopliae (Metch) Sorokin di Laboratorium

2 66 101

Uji Efektivitas Bacillus thuringiensis Berliner dan Beauveria bassiana Vui!! Terhadap Ulat Krop Crocidolomia binotalis ZeC (Lepidoptera : Pyralidae) Pada Tanaman Kubis di Laboratorium

2 59 84

Uji Efektifitas Metarrhizium anisopliae (Mecsth) Sorokin dan Beberapa Pelarut Terhadap Mortalitas Oryctes rhinoceros Linn di Laboratorium

0 38 104

Pengaruh Beberapa Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo dan Metarhizim anisopliae Metch. Sorokin dan Ketahanan Beberapa Varietas Cabai Terhadap Hama Thrips spp. di Lapangan

2 53 90

Uji Efektifitas Beauveria bassiana (Balsamo) Dan Daun Lantana camara L. Terhadap Hama Penggerek Umbi Kentang (Phthorimaea operculella Zell.) Di Gudang

1 40 72

Uji Efikasi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Balsamo Dan Metarrhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Mortalitas Larva Phragmatoecia castanae Hubner Di Laboratorium

0 39 68

EKSPLORASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, dan JAMUR ANTAGONIS Trichoderma sp PADA BEBERAPA SAMPEL TANAH PERTANAMAN TEMBAKAU

3 43 37

Dampak beberapa Fungisida terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur Metarhizium Anisopliae (Metch) Sorokin di Laboratorium

0 0 11

Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

0 0 8

Uji Efektifitas Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) dan Metarrhizium anisopliae (Metch) Sorokin Terhadap Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera:Pyralidae) di Laboratorium

0 0 12