Realita dalam Angka Pembahasan

182 Prosiding Seminar Nasional Sauatu soal berkode: M10111101. M dari kode tersebut berarti tersebut adalah soal matematika. Angka 10 dari kode tersebut berarti soal untuk kelas X. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut untuk semester 1. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut untuk standar kompetensi 1. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut untuk kompetensi dasar 1. Angka 1 pada digit yang berikutnya menunjukkan bahwa soal tersebut merupakan untuk mengukur urutan indikator ke-1. Angka 01 pada digit yang berikutnya menunjukkan nomor urut pada indikator yang ada di depannya. Kesimpulan dan Saran Paket tes MAT-SK1 dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 356 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 5 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 35 butir yang standar. 35 butir tersebut sudah mewakili seluruh indikator dari seluruh kompetensi dasar yang seharusnya diungkap. Dengan demikian paket tes MAT-SK1 yang terdiri dari 35 butir sudah memenuhi validitas isi. Paket tes MAT-SK2A dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 311 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 14 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 26 butir yang standar. Paket tes MAT-SK2B dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 283 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 25 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 15 butir yang standar. Paket tes MAT-SK3A dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 362 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 11 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 29 butir yang standar. 29 butir tersebut sudah mewakili seluruh kompetensi dasar yang seharusnya diungkap dan seluruh indikator dari seluruh kompetensi dasar terwakili. Dengan demikian paket tes MAT-SK3A yang terdiri dari 29 butir sudah memenuhi validitas isi. Paket tes MAT-SK3B dari 40 butir yang direncanakan setelah diujicoba kepada 336 responden dan dianalisis dengan program Bilog 3 ternyata ada 10 butir yang harus didrop. Dari 40 butir yang direncanakan terbentuk 30 butir yang standar. Adapun kesimpulan program yang berhasil dibuat meliputi: 75

1. Realita dalam Angka

Realita dalam angka ini akan memaparkan mengenai perbedaan jumlah guru laki-laki dan perempuan pada aras SD, SMP, SMA dan SMK, selanjutnya juga dipaparkan perbedaan jumlah kepala sekolah laki-laki dan perempuan. Tabel 1.1. Perbedaan Jumlah Guru dan Guru yang Diangkat Menjadi Kepala Sekolah Berdasar Jenis Kelamin SD, SMP, SMA, SMK Tahun 2008-2009 Jabatan Lk Persentase Pr Persentase Jumlah Guru 1236 42 1640 58 2876 Guru yang diangkat sebagai kepala sekolah 135 11 22 1 157 Diolah dari Diknas Kota Salatiga tahun 2008-2009 Tabel 1.2 Perbedaan Jumlah Kepala Sekolah Berdasar Jenis Kelamin SD, SMP, SMA, SMK. Tahun 2008-2009 Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 135 86 Perempuan 22 14 Laki-laki dan Perempuan 157 100 Diolah dari Diknas Kota Salatiga tahun 2008-2009 Dari data yang terungkap pada tabel 1.1, dapat dilihat jumlah guru laki-laki 1236 orang 42, sedang guru perempuan 1640 orang 58. Guru perempuan terlihat mendominasi profesi guru bias against male. Guru perempuan 404 lebih banyak dibanding guru laki-laki. Secara keseluruhan jumlah guru di Salatiga untuk aras SD, SMP, SMA, SMK 2876 orang 100. Namun meskipun jumlah guru perempuan persentasinya tinggi, yang berhasil terpilih atau meniti karier menjadi Pemilihan Pemimpin Pendidikan Dalam Kajian Jender 76 Prosiding Seminar Nasional kepala sekolah ternyata persentasinya sangat rendah. Untuk perempuan yang menjadi kepala sekolah hanya 22 orang atau hanya 1 dari jumlah keseluruhan guru perempuan. Sedang laki-laki yang menjadi kepala sekolah 135 orang, atau 11 dari keseluruhan guru laki-laki. Pada table 1.2 dapat dilihat kepala sekolah laki-laki berjumlah 135 orang 86 atau mendominasi jumlah kepala sekolah bias against female, sedang kepala sekolah perempuan hanya 22 orang 14. Kepala sekolah laki-laki 113 orang lebih banyak dibanding kepala sekolah perempuan. Keseluruhan kepala sekolah SD, SMP, SMA, SMK pada tahun 2008-2009 berjumlah 157 orang 100, Di sekolah Negeri, pada aras SD memang dijumpai perempuan menjadi kepala sekolah, tetapi untuk aras SMP dan SMA di sekolah negeri, tidak seorangpun perempuan yang dapat menjadi kepala sekolah. Yang menarik untuk aras SMK negeri, dapat dijumpai seorang kepala sekolah perempuan. Pada sekolah SMK negeri dan swasta di Salatiga, memiliki 18 orang kepala sekolah, 15 orang dijabat oleh laki- laki, tiga 3 orang kepala sekolah perem puan, namun hanya seorang kepala sekolah perempuan dari SMK negeri, itupun karena jurusan atau bidang yang diajarkan di sekolah SMK tersebut dianggap sebagai “sot science” atau secara stereotip dianggap cocok untuk bidang pekerjaan perempuan, yakni tataboga, tata-busana, sekretaris, pari wisata, salon kecantikan, kesejahteraan keluarga. Untuk menjadi pemim pin pendidikan di kota Salatiga, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aras pendidikan, maka semakin sulit perempuan dapat memanfaatkan peluang atau akses menjadi pemimpin pendidikan. Berbeda dengan sekolah negeri di sekolah swasta sejak aras SD, SMP, SMA, SMK, sudah mempunyai kepala sekolah perempuan. Data angka maupun presentasi yang terpapar, jelas menunjukkan gam baran buram disparitas atau kesenjangan jender pada kepemimpinan pendidikan yang perlu dikaji. Untuk memahami penyebab kesenjangan jender tersebut, rupanya penting sekali tidak hanya menganalisa data angka yang tersaji, namun lebih dari itu, harus pula dipahami bagaimana proses perpindahan dari profesi guru menjadi kepala sekolah. Dalam proses yang berlangsung akan teridentiikasi aspek-aspek yang secara dominan berperan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses, dan 181 Hasil Penelitian dan Pembahasan Tes yang berhasil dibuat ada 5 paket, masing-masing paket tes tersebut adalah: MAT-SK1, MAT-SK2A, MAT-SK2B, MAT-SK3A, MAT-SK3B. Tes atau soal yang sudah dirakit kemudian diujicobakan di 8 SMA di kabupaten Sukoharjo. Delapan SMA tersebut adalah: SMA Negeri 1 Sukoharjo sejumlah 346 siswa, SMA Negeri 3 Sukoharjo sejumlah 154 siswa, SMA Negeri 1 Bulu sejumlah 181 siswa, SMA Negeri 1 Weru sejumlah 213 siswa, SMA Negeri 1 Tawangsari sejumlah 303 siswa, SMA Negeri 1 Polokarto sejumlah 133 siswa, SMA Negeri 1 Nguter sejumlah 188 siswa, SMA Veteran 1 Sukoharjo sejumlah 130 siswa. Sehingga 5 paket tes matematika tersebut diujicobakan terhadap 1648 siswa yang tersebar di 8 SMA di kabupaten Sukoharjo. Adapun kepengawasannya melibatkan para guru dan para mahasiswa yang membantu pelaksanaan penelitian ini. Kelima jawaban soal tersebut diubah kedalam bentuk 0101 bentuk biner, data berupa data dikotomus. 0 berarti jawaban siswa salah atau tidak sesuai dengan kunci jawaban, sedang 1 berarti jawaban siswa benar atau sesuai dengan kunci jawaban. Adapun untuk merubah jawaban siswa yang berbentuk a, b, c, d, dan e kedalam bentuk dikotomus digunakan program matlab versi 6.5.1. Dari data-data dikotomus tersebut kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program Bilog 3. - soal yang sudah standar baik dari paket soal MAT-SK1, MAT-SK2A, MAT-SK2B, MAT-SK3A, dan MAT-SK3B dimasukkan ke database oleh teknisi agar terjaga keamanannya. Masing-masing butir soal diberikan kode- kode yang spesiik. Adapun kode masing-masing butir terdiri dari 9 digit. Digit ke-1 dengan huruf M Matematika, digit ke-2 dan ke-3 menunjukkan kelas misalkan 10, ini berarti kelas X. Digit ke-4 menunjukkan semester misalkan 1, ini berarti semester 1. Digit ke-5 menunjukkan standar kompetensi misalkan 1, ini berarti standar kompetensi 1. Digit ke-6 menunjukkan kompetensi dasar misalkan 1, ini berarti kompetensi dasar 1. Digit ke-7 menunjukkan urutan indikator misalkan 1, ini berarti urutan indikator ke-1. Digit ke-8 dan ke-9 menunjukkan nomor urut butir misalkan 01, ini berarti nomor urut butir ke-1. Dan untuk selanjutnya kode butir ini akan dijadikan primery key dalam pemanggilan butir-butir yang bersangkutan, demikian juga pemanggilan karakteristik dan kunci key dari masing-masing butir. Pengembangan Tes dan Analisis 180 Prosiding Seminar Nasional Membuat program komputer untuk membuat tes. Alir sebagai berikut: 1 Menentukan kelas; 2 Menentukan semester; 3 Menentukan pilihan standar kompetensi; 4 Menentukan kriteria kompetendi dasar, jumlah item tiap kompetensi; 5 Proses pemilihan butir dari bank soal secara random sesuai dengan kesepakatan diawal berlangsung dan kemudian mun- cul di monitor; 6 Menyimpan ile nama ile tidak boleh lupa karena nama ile ini yang akan digunakan dalam menganalisis hasil tes dan menen tukan ability seseorang; 7 Mencetak butir-butir print; dan 8Exit. Membuat program komputer untuk menganalisis hasil tes dan menen- tukan ability seseorang. Alir sebagai berikut: 1 Mengisi nama ile harus sesuai dengan nama ile sewaktu menyimpan pada waktu mengakses butir tersebut; 2 Entry Data; 3 Proses perhitungan berlangsung dengan model CT dan IRT, kemudian hasilnya muncul di monitor. Pada tahap ini, hasilnya akan disimpan secara otomatis oleh komputer; 4 Mencetak hasil print; dan 5 Exit. Setelah program komputer selesai dibuat, maka dilakukan ujicoba program komputer produk, yaitu dengan mengundang para guru dan para pendidik sebagai pengguna program. Pelaksanaan ujicoba ini dengan maksud agar ada masukan dari berbagai pihak atau ada yang perlu diperbaiki terkait dengan pengalaman mereka di lapangan. Adakah yang perlu direvisi, saran-saran apa yang diperoleh untuk kesempurnaan program. Saran- saran yang masuk diperhatikan dan diakumulir sehingga program menjadi lebih bermanfaat bagi para pengguna. Semuanya ini diperlukan untuk sempurnanya program. Secara ringkas dapat dibuat bagan seperti Gambar 1. Pengembangan Bank soal A Pembuatan Program Komputer untuk Membuat Tes B Pembuatan Program Komputer untuk Menganalisis Hasil Tes C Mengintegrasik an A,B,C dalam satu program utuh D Ujicoba 1 D Prototipe 1 Program Komputer Gambar 1. Tahapan dalam Penelitian 77 asumsi-asumsi dasar apa yang dipakai sebagai landasan pertimbangan dalam memilih pemimpin pendidikan, sehingga menghasilkan kesenjangan jender yang lebar.

2. Pemilihan pemimpin pendidikan di sekolah negeri dan swasta.