Esensi Pendidikan Karakter PEMBAHASAN

pada dirinya. Usia selanjutnya, yang perlu dilakukan hanyalah menyempurnakan dan mengembangkan karakter-karakter tersebut.

C. Esensi Pendidikan Karakter

1. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar permana adalah: a. Memfasilitasi pennguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah setelah lulus dari sekolah. b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah. c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama. 9 2. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter William Kilpatrick menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu moral knowing adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan moral doing. 10 Karna itulah pilar-pilar pendidikan karakter secara keseluruhan harus ditanamkan pada anak secara seimbang. Pilar-pilar tersebut terdiri dari 3 hal: a. Moral Knowing Moral knowing atau pengetahuan mengenai kebaikan memiliki 6 unsur. Keenam unsur tersebut adalah kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai- 9 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran..., hal. 17 10 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam..., hal. 31 10 nilai moral, penentuan sudut pandang, logika moral, keberanian mengambil menentukan sikap, dan pengenalan diri. b. Moral Loving atau Moral Feeling Setelah memiliki pengetahuan moral, seorang anak harus memiliki kesadaran jati diri dan bentuk sikap yang harus ia terapkan. Moral loving merupakan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. 11 Pedidikan mengenai pilar ini lebih pada pemberian contoh, bukan pada pemberian pengetahuan teoritis. Karakter yang termasuk dalam moral loving adalah percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan kerendahan hati. c. Moral Doing atau Moral Acting Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karna itulah seorang dituntut untuk dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Moral doing lebih terkait pada bagaimana seseorang dapat melakukan kebaikan, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain. Selain itu menurut Character Counts di Amerika, pilar karakter dapat diidentifikasi menjadi 10 pilar yaitu dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, dan integritas. 3. Ciri Dasar Pendidikan Karakter Ciri dasar pendidikan karakter menurut Foerster ada 4, yaitu: a. Keteraturan interior di mana setiap tindakan di ukur berdasarkan hierarku nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. b. Koherensi yang memberi kebenaran membuat seseorang teguh pada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. 11 Ibid..., hal 34 11 c. Otonomi. Di sana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain. d. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. 12 4. Fungsi Pendidikan Karakter Fungsi pendidikan karakter diantaranya adalah: a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia 13

D. Kaidah dan Strategi Pembentukan Karakter