Mekanisme Pembentukan Karakter PEMBAHASAN

guru berbicara atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan lain sebagainya. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya. 5 Selain itu, pengertian pendidikan karakter menurut para ahli diantaranya adalah: a. Menurut Screnko, pendidikan karakter adalah upaya sungguh-sungguh dengan cara dimana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian,dan praktik emulasi atau usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari. b. Menurut Lickona, pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai- nilai atis. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses penanaman dan pengarahan agar peserta didik mampu menjadi manusia seutuhnya dan berkarakter dalam berbagai dimensi.

B. Mekanisme Pembentukan Karakter

1. Proses Pembentukan Karakter Pondasi awal terbentuknya karakter sebenarnya sudah dimulai sejak anak baru lahir sampai usia 3 atau 5 tahun. Pada masa itu anak masih menggunakan pikiran bawah sadar karena kemampuan penalarannya belum tumbuh. Sehingga ia akan menerima begitu saja semua informasi dan stimulus yang diberikan padanya. Pembentukan karakter tidak bisa berhenti begitu saja, karena merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Orang tua dan lingkungan keluargalah yang berperan penting dalam peletakan pondasi ini. Keluarga merupakan pendidik utama dan pertama dalam kehidupan anak karena dari keluargalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di 5 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, hal. 44 6 kemudian hari. 6 Anak yang mendapat kesan baik dalam interaksinya di lingkungan keluarga maka konsep diri anak akan menjadi baik pula, begitu juga sebaliknya. Konsep diri inilah yang akan berdampak ketika si anak sudah tumbuh dewasa. Hal yang diakui sebagai faktor yang mempengaruhi karakter adalah faktor keturunangen. Jika tidak ada proses berikutnya yang memiliki pengaruh kuat, boleh jadi faktor genetis inilai yang akan menjadi karakter anak. 7 Munir mengemukakan bahwa masih faktor lain yang juga dapat mempengaruhi karakter seseorang. Faktor- faktor itu adalah makanan dan teman. Membangun karakter anak merupakan proses yang terus menerus atau berkesinambungan agar terbentuk tabiat, watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang kondusif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dilandasi dengan nilai-nilai dan falsafah hidup. Sehingga dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa karakter sebenarnya dapat dibentuk. 2. Tahap-Tahap Pembentukan Karakter Pendidikan karakter anak haruslah disesuaikan dengan usia anak, karena nilai karakter atau moral yang berkembang pada tiap individu mengikuti perkembangan usia dan konteks sosialnya. Tahap-tahap perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan menurut Piaget: a. Tahapan pada domain kesadaran aturan: • Usia 0-2 tahun: aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa • Usia 2-8 tahun: aturan disikapi bersifat sakral dan diterima tanpa pemikiran • Usia 8-12 tahun: aturan diterima sebagai hasil kesepakatan b. Tahapan pada domain pelaksanaan aturan: • Usia 0-2 tahun: aturan dilakukan hanya bersifat motorik • Usia 2-6 tahun: aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri 6 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran..., hal. 5 7 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah..., hal. 6 7 • Usia 6-10 tahun: aturan dilakukan sesuai kesepakatan • Usia 10-12 tahun: aturan dilakukan karena sudah dihimpun 8 Selain itu, Islam juga memiliki pandangan tersendiri dalam tahapan pengembangan dan pembentukan karakter anak. Menurut Islam, pembentukan dan pengembangan karakter bisa dimulai sedini mungkin. Hal ini sesuai dengan hadis- hadis Rasulullah mengenai pendidikan untuk anak. Diantara hadis tersebut adalah: “Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan seorang anak, kalimat La Ilaha illallah. Dan bacakan kepadanya menjelang maut, kalimat La Ilaha illallah.” H.R. Ibnu Abbas “Anas berkata bahwa Rasulullah bersabda: Anak itu pada hari ke tujuh dari kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi nama dan disingkirkan dari segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berusia 6 tahun dia dididik beradab susila, jika ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan jika telah beusia 13 tahun dipukul agar mau shalat diharuskan. Jika ia telah berusia 16 tahun boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan: saya telah mendidik, mengajar, dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat.” H.R. Ibnu Hibban Tahap-tahap pendidikan karakter menurut Islam: a. Tauhid Tahap pertama mengenai tauhid dapat diajarkan pada anak usia 0 sampai 2 tahun. Pada tahap ini, anak yang baru belajar berbicara diajarkan untuk mengucapkan kalimat “La Ilaha Illallah” agar ucapan yang pertama kali ia ucapkan dan suara yang pertama kali ia dengar adalah pengetahuan mengenai keesaan Allah. b. Adab Penanaman adab dilakukan pada saat anak berusia 5 sampai 6 tahun. Nilai- nilai karakter yang dapat diajarkan pada usia ini adalah jujur atau tidak berbohong, mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal mana 8 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam..., hal. 21 8 yang baik dan mana yang buruk, mengenal mana yang diperintah diperbolehkan dan mana yang dilarang tidak diperbolehkan. Sehingga nantinya anak dapat mengenal mana yang baik, mana yang buruk dan mana yang diperbolehkan, mana yang tidak diperbolehkan. c. Tanggung jawab Tanggung jawab diajarkan pada anak sejak usia 7 tahun. Selain itu karakter- karakter lain yang dapat diajarkan pada usia ini adalah tertib dan disiplin. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang memerintahkan orang tua untuk mengajarkan anak menjalankan shalat pada usia tersebut. Dengan kata lain, mendidik anak untuk melaksanakan shalat sama dengan mendidiknya agar bertanggung jawab, tertib, dan disiplin. d. Kepedulian Kependulian diajarkan pada anak sejak berusia 9 sampai 10 tahun. Karakter- karakter yang ditanamkan terkait dengan kepedulian ini adalah peduli terhadap orang lain, terutama teman-teman sebaya, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menghormati hak-hak orang lain, menolong orang lain, dan bekerja sama. Karakter-karakter tersebut penting untuk diajarkan agar anak bisa bertanggung jawab kepada orang lain selain bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kepemimpinan. e. Kemandirian Kemandirian dapat diajarkan pada anak sejak berusia 11 sampai 12 tahun. Kemandirian merupakan karakter lanjutan dari karakter-karakter lain yang sebelumnya telah dimatangkan dalam diri anak. Sehingga ketika anak dididik kemandirian, ia tidak hanya mengenal mana yang baik, mana yang buruk, namun juga dapat menerapkannya dalam kehidupannya dan juga memahami konsekuensi apabila ia melanggar aturan. f. Bermasyarakat Setelah anak berusia 13 tahun keatas, anak dapat dididik bermasyarakat. Pada usia ini, anak dianggap sudah siap memasuki kondisi kehidupan masyarakat, sehingga ia dapat bergaul dengan bekal karakter-karakter yang sudah tertanam 9 pada dirinya. Usia selanjutnya, yang perlu dilakukan hanyalah menyempurnakan dan mengembangkan karakter-karakter tersebut.

C. Esensi Pendidikan Karakter