Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta)

(1)

Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

JAROT HARJANTO NIM . 41807119

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

(Suatu Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Keraton Yogyakarta).

Oleh:

JAROT HARJANTO NIM 41807119

Skripsi ini dibawah bimbingan, Oji Kurniadi Drs.,M.Si

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tujuan, rencana, kegiatan, proses dan umpan balik komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh abdi dalem pada Keraton Yogyakarta agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif metode penelitian deskriptif yakni merupakan metode yang dipakai utnuk menjelaskan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, teknik pengumpalan data dan teknis analisis data. Subjek pada penelitian ini adalah guru,Sehingga informan yang dipilih sebanyak 4 orang yaitu para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan faktor pendukung utama abdi dalem dalam menjalankan seluruh aktivitasnya di Keraton Yogyakarta. Tujuan Komunikasi interpersonal yang dilakukan agar pesan dapat diterima oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Rencana komunikasi Interpersonal yang dilakukan dapat diterima oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Kegiatan Komunikasi interpersonal yang dilakukan dapat diterima oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, Proses Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dapat memahami komunikasi interpersonal, Umpan Balik yang dimaksud adalah abdi dalem memberikan respon balik kepada budaya keraton. bahwa abdi dalem dapat melakukan semua yang mencakup sub unsur komunikasi interpersonal.

Kesimpulan Penelitian, komunikasi interpersonal merupakan pokok komunikasi yang dilakukan oleh abdi dalem dalam menjalankan seluruh aktivitasnya dengan berpedoman terhadap budaya keraton, budaya adat dan toto kromo pada keraton Yogyakarta dengan adanya penyelenggaraan kegiatan pawiatan.

Saran penelitian adalah komunikasi interpersonal yang diterapkan dapat berjalan sama sesuai dengan harapan semua pihak yang terkait, serta seringnya dilakukan kegiatan pawiatan untuk memberikan pemahaman kepada abdi dalem mengenai budaya keraton, budaya adat dan toto kromo.


(3)

(4)

v

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Rassululah, Nabi Muhamad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan penelitian serta penulisan skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapai kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama dan Papa tercinta yang telah memeliharaku dengan penuh kasih dan sayang dari kecil sampai dengan sekarang, serta serta ketiga kakaku dan kedua Adikku yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. J.M Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unikom, yang telah membrikan surat pengantar untuk melakukan penelitian ke lapangan dan pengalaman akademis yang sangat berharga bagi penulis melaksanakan kegiatan kuliah di Universitas Komputer Indonesia.


(5)

vi

Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan aktivitas perkuliahan maupun saat mengurug berbagai yang perizinan cukup membantu kelancaran penulis dalam pengembangan pada skripsi untuk dapat disidangkan, serta banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan ketika beliau mengajar.

3. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat,M.Si selaku Dosen wali sekaligus Ketua Pelaksana Sidang yang telah banyak memberi masukan, ide, dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis pada saat penulis mngalami kesulitan

4. Yang Terhormat Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M,Si selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai. Terimakasih juga atas nasehat dan dorongan yang membuat peneliti tetap betahan ditengah gempuran masalah yang tak kunjung selesai.

5. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin S.Sos, M.Si selaku Dosen yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan, berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan. Terimakasih.

7. Yang Terhormat Ibu Astri Ikawati, Amd.Kom dan Ibu Ferina Amd.Kom yang telah banyak membantu dalam hal kesekretariatan dan informasi-informasi yang diberikan.


(6)

vii

melaksanakan penelitian di lingkungan SLBC Nurani Cimahi.

9. Terimakasih kepada seluruh staff pengajar SLBC Nurani Cimahi atas segala informasi yang diberikan, serta keikhlasan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi

10.Terimakasih kepada kelima saudaraku, Eko Sasih, Ani Suryani, Evi Ana juga kedua adik-adiku Agung Permana dan Syarif Maulana.

11.Buat teman-teman IK Humas yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi belajar bagi penulis.

Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian ini berlangsung sampai tersusunnya tulisan ini. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang telah membantu penulis untuk kesempurnaan penelitian ini, Peneliti senantiasa menanti kritik dan saran dari semua pihak dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terimakasih

Bandung, Juli 2010


(7)

v

INTERPERSONAL COMMUNICATION COURTIERS (A Descriptive Study About Interpersonal Communication

Abdi Dalem Sultan Palace). By:

Jarot Harjanto NIM 41807119 This thesis under the guidance,

Oji Kurniadi Drs., M. Si

The research goal is to find out how Abdi Dalem Interpersonal Communication on the Sultan Palace. To find out more about the objectives, plans, activities, processes and feedback interpersonal communication conducted by the courtiers in the palace of Yogyakarta to match what is expected.

This research approach is qualitative research method that is descriptive method was used separately to explain and describe phenomena that occur.Sampling technique used was purposive sampling, pengumpalan engineering data and technical data analysis. Subjects in this study are teachers, so that informants are selected as many as 4 people namely the Abdi Dalem Sultan Palace.

The results of this study indicate that interpersonal communication is a major supporter of the courtiers factor in running all its activities in Yogyakarta Palace.The goal of interpersonal communication that can be done so that messages received by Abdi Dalem Sultan Palace, Interpersonal communication plan that can be accepted by Abdi Dalem Sultan Palace, interpersonal communication activities undertaken can be accepted by Abdi Dalem Sultan Palace, interpersonal communication process performed by Abdi Dalem PalaceYogyakarta can understand interpersonal communication, feedback is meant is the courtiers give a response back to the palace of culture. that courtiers can do all that includes a sub element of interpersonal communication.

Conclusions Interpersonal Communication Research is Abdi Dalem Sultan Palace (A descriptive study Abdi Dalem About Interpersonal Communication Sultan Palace). can be run in accordance with the palace culture that has been applied. Proposed research is applied interpersonal communication can walk the same line with the expectations of all parties involved, and often performed activities pawiatan to give understanding to the courtiers of the palace of culture, customs and culture kromo toto.


(8)

vi

Dengan segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif Tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Keraton Yogyakarta)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya untuk kedua orang tua yang tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a dan kasih sayang, kakak dan adik ku yang sudah membantu baik moril maupun materil serta dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan fasilitasi kepada peneliti untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) di Kampus UNIKOM.

2. Yth Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kepada peneliti selama penyusunan skripsi di lapangan.


(9)

vii

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

4. Yth. Melly Maulin S.Sos., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah memberikan dukungan dan kemudahan serta ilmu-ilmunya, arti hidup dan semangat kepada peneliti selama ini.

5. Yth. Ojie Kurniadi Drs., M.Si selaku pembimbing peneliti yang telah sabar membimbing peneliti hingga terselesainya penyusunan skripsi ini, serta selalu memberikan saran kepada peliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yth. Rismawaty S.Sos., M.Si selaku Dosen Wali peneliti yang telah memberikan pengalaman berorganisasi, memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti selama ini.

7. Yth. Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si selaku Dosen Kemahasiswaan yang selalu memberikan semangat, nasehat serta motivasi kepada peneliti dalam penyusunan Skripsi ini dan selalu menjadi tempat sharing yang menyenangkan.

8. Dosen Ilmu Komunikasi : Adiana Slamet S.Ip., M.Si, Arie Prasetyo S.Sos., M.Si, Iin Rahmi Handayani S.Sos., M.Si, Tine Agustin S.Ikom, Sangra Juliano S.Ikom dan Inggar Prayoga S.Ikom yang telah memberikan ilmu serta pengalaman kepada peneliti selama ini.


(10)

viii

administrasi perkuliahan.

10. GBPH Joyokusumo selaku Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di lingkungan Keraton Yogyakarta.

11. KR.T Haji Jatiningrat SH selaku Pengageng Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta yang telah memberikan informasi mengenai Abdi Dalem dan Kraton Ngayogyakarta, serta memberikan nasehat serta motivasi kepada Peneliti.

12. Abdi Dalem Tepas Dwarapura Kraton Ngayogyakarta yang telah meluangkan waktunya kepada peneliti untuk memberikan data-data penelitian yang peneliti lakukan selama di Kraton Ngayogyakarta. 13. My Lovely “Mega Indah” yang tak henti-hentinya memberikan

semangat, perhatian dan doa kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. The Base Camp Agrie “Mocin”, Leni “Lenonk”, Ryu “Kyosuke”, Dedih “Awis”, Dani “Menk”, Wendi “Kewenk”, Hengki “Qiew”, Yoga “Ogon” dan Dedi “Makibao”. Yang selalu menemani hari-hari peneliti dengan canda dan tawa. We are one… and we are fighter

15. Teman-teman Angkatan 2007 Humas 1, Humas 2, Humas 3 dan Jurnalistik yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang saling mendukung dan mendoakan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.


(11)

ix

Agil, Soleh, Pidun yang selalu menemani peneliti dalam suka dan duka. 17. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah

membantu dan mendukung peneliti selama ini semoga kebaikan dibalas oleh Allah SWT.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunianya Kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan serta dukungannya. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga peneliti dengan hari terbuka menerima kritik dan saran untuk perbaikan yang lebih baik lagi.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak lain khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama dengan peneliti.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011


(12)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 10

1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual... 16

1.6 Pertanyaan Penelitian ... 18

1.7 Subjek dan Informan Penelitian ... 20

1.7.1 Subjek Penelitian ... 20

1.7.2 Informan Penelitian ... 20

1.8 Metode Penelitian ... 21

1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.10 Teknik Analisis Data ... 26


(13)

xi

1.12 Sistematika Penulisan ... 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 32

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 32

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi ... 32

2.1.2 Pengertian Komunikasi ... 33

2.1.3 Unsur Komunikasi ... 38

2.1.4 Prinsip Komunikasi ... 47

2.1.5 Tipe Komunikasi ... 55

2.1.6 Komunikasi Efektif ... 55

2.1.7 Hambatan Komunikasi ……….. 57

2.1.8 Mengatasi Hambatan Komunikasi ………. 59

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal ... 61

2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 61

2.2.2 Klasifikasi Komunikasi Interpersonal ... 62

2.2.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal ……… 63

2.2.4 Efektivitas Komunikasi Interpersonal ……….. 66

2.3 Tinjauan Tentang Abdi Dalem ... 70

BAB III OBYEK PENELITIAN ... 76

3.1 Tinjauan Tentang Keraton Yogyakarta ... 76

3.1.1 Sejarah Keraton Yogyakarta ... 77

3.1.1.1 Tata Letak ………. 81

3.1.1.2 Komplek Kraton. ... 84

3.2 Simbol Kraton Yogyakarta ... 102

3.3 Pemangku Adat ... 104

3.4 Filosofi dan Mitodologi Kraton ... 105

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 112

4.1 Deskripsi Data Informan ... 115

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 119

4.2.1 Tujuan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem” ... 120


(14)

xii

4.2.5 Umpan Balik Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem 131

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 133

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 139

5.1 Kesimpulan ... 139

5.2 Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA... ... xv

LAMPIRAN-LAMPIRAN... ... xvii


(15)

xiii

Tabel 1.1 Tujuan Komunikasi ... 13 Tabel 1.2 Informan Penelitian ………... 21 Tabel 1.2 Waktu Penelitian ... 29


(16)

xiv

Halaman

Gambar 3.1 Keraton Yogyakarta ... 80

Gambar 3.2 Peta Keraton Yogyakarta ... 83

Gambar 3.3 Alun-alun Lor ... 85

Gambar 3.4 Taman Sari ... 94

Gambar 3.5 Simbol Keraton ... 103

Gambar 4.1 KR.T Haji Jatiningrat SH ... 115

Gambar 4.2 R. Riyo Dwijo Bakri Wijoyo ... 116

Gambar 4.3 M.L Yuda Wigeno... 118


(17)

xv

Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan ... 142

Lampiran 2 Surat Research ... 143

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ... 144

Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan ... 145

Lampiran 5 Lembar Revisi... 146

Lampiran 6 Surat Permohonan Wawancara ... 147

Lampiran 7 Pedoman Wawancara ... 148

Lampiran 8 Biodata KR.T Jatiningrat SH ... 160

Lampiran 9 Biodata R. Riyo Dwijo Bakri Waluyo S.Pd ……….. 161

Lampiran 10 Biodata M.L Yuda Wigeno ………... 162


(18)

1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dapat dikatakan komunikasi merupakan kebutuhan hakiki bagi kehidupan manusia. Banyak orang berpendapat bahwa salah satu alasan mengapa kita berkomunikasi adalah untuk memperoleh informasi dan mengetahui terhadap suatu yang menarik perhatian kita, sekaligus berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Hovland yang dikutif Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :

Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan) atau dalam bahasa asingnya “The process by wich and individuals(the communicator) transmit stimuli the behavior of other indivisual (communicate). (Hovland dalam Effendy, 1992 : 2)

Pada defenisi di atas menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain, sehingga dapat merubah sikap, pendapat dan perilaku orang lain.


(19)

Dalam menyampaikan lambang-lambang tersebut maka seorang komunikator akan lebih efektif menyampaikannya dengan komunikasi interpersonal, seperti yang dijelaskan oleh Devito definisi komunikasi Interpersonal dalam bukunya ‘The Interpersonal Book”, adalah

“proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).

(Sumber : Devito 1984 :4)

Pada pernyataan di atas disebutkan bahwa proses komunikasi interpersonal dapat dilakukan oleh dua orang atau sekelompok kecil secara langsung tanpa melalui media. Hal ini salah satu menjadi komunikasi yang paling efektif karena umpan balik dapat langsung diterima.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi interpersonal seringkali dilakukan oleh kita mulai dari bangun hingga kita tidur, misalnya seorang sales dengan calon pembelinya komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi interpersonal secara langsung (tatap muka), efek yang ditimbulkannya adalah respon yang disampaikan dapat diterima langsung tanpa membutuhkan waktu yang lama.

Komunikasi interpersonal dalam kehidupan soSial memegang peranan yang sangat penting karena menentukan perubahan sikap, sifat dan perilaku. Hal yang sama dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta, kehidupan berbudaya yang masih melekat yang dipadukan dengan budaya keraton.


(20)

Abdi dalem dan Keraton Yogyakarta adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan baik itu sebagai suatu ikatan ataupun sebuah pengabdian, karena abdi dalem memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Keraton Yogyakarta. Bisa dikatakan Keraton Yogyakarta tanpa adanya abdi dalem memiliki suatu kekurangan. Karena dalam semua kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta kepada Masyarakatnya tidak lepas dari peran abdi dalem. Untuk tercapainya suatu informasi yang diberikan Keraton Yogyakarta kepada masyarakat membutuhkan abdi dalem sebagai perantaranya. Oleh karena itu, tentunya seorang abdi dalem harus memiliki komunikasi yang baik agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh abdi dalem itu sendiri, pemangku adat dan sultannya.

Abdi Dalem adalah hamba istana yang bekerja dan mengabdikan dirinya untuk Keraton Yogyakarta. Bagi kebanyakan orang, mereka adalah pekerja biasa saja. Setiap hari, abdi dalem melakukan pekerjaan mereka seperti biasa. Mereka melakukan semua tugas yang dititahkan oleh Sultan dan kraton Yogyakarta. Namun perbedaan antara abdi dalem dan pekerja biasa lainnya adalah loyalitas mereka untuk Sultan dan Keraton Yogyakarta. Komitmen mereka untuk menjaga budaya Yogya lebih besar dari yang lain.

Keberadaan keraton dengan segala isinya sangat bergantung kepada abdi dalem, dimana di dalam Keraton terdapatnya komponen adat atau budaya missal adanya Sultan, Putra Mahkota, Pangeran serta Kesultanan, termasuk dengan tradisi yang dilakukan misalnya tumplak wajik, gregeg, sekaten dan labuhan. Semua tidak lepas dari peran abdi dalem.


(21)

Peneliti Memilih Komunikasi Interpersonal karena abdi dalem memiliki berbagai macam kegiatan di Keraton Yogyakarta yang tidak terlepas dari komunikasi khususnya komunikasi interpersonal agar dalam prosesnya dapat fokus dan menghindari kesalah pahaman dalam komunikasi tersebut, proses komunikasi yang terjadi antara abdi dalem dengan abdi dalem, abdi dalem dengan ketua adat dan abdi dalem dengan sultannya. Sehingga dengan komunikasi interpersonal mampu menjaga komunikasi yang baik dan yang diharapkan.

Abdi dalem memiliki sesuatu yang memiliki pandangan yang berbeda mengenai budaya yang ada, sebut saja sikap abdi dalem di dalam keraton Yogyakarta sangat menghormati antara satu dengan lainnya, melalui bahasa dan sikap yang dipadukan dengan budaya jawa sehingga sikap toto kromo seorang abdi dalem terlihat dengan baik. Proses komunikasi yang dilakukan pada abdi dalem dapat berjalan sesuai dengan apa yang disampaikan sehingga satu sama lain dapat mengerti tentang pesan yang disampaikan.

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan peranan yang sangat penting, karena komunikasi merupakan wahana utama dari kegiatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi adalah alat hidup bagi kepentingan manusia, karena manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi ia senantiasa memerlukan dan membutuhkan bantuan orang lain.


(22)

manusia yang satu dengan yang lain selalu mengadakan hubungan dan kerjasama untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing sebagaimana dikemukakan oleh Rahmat (1997), mengatakan sebagai berikut:

Komunikasi selalu hadir dalam bidang kehidupan manusia, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan hubungan antara manusia,melalui komunikasi manusia dapat mengadakan tukar menukar pengetahuan dan pengembangan kerjasama. (Jalaluddin Rahmat, 1997 : 54)

Menurut Hovland yang dikutip oleh Effendy (1992) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :

Proses dimana seseorang (Komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lembaga dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (Komunikan) atau dalam bahasa asingnya “The procces by wich and individual”(The communicator) transmit stimuli the behavior of other individual (Communicates)

(Hovland dalam Effendy, 1992 : 2).

Pada definisi diatas,nampak lebih jelas dinyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (Komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain, sehingga seseorang dapat merubah sikap, pendapat, dan prilaku orang lain. Apabila komunikasi yang dilangsungkan memang komunikatif. Disini peneliti lebih memfokuskan kepada komunikasi Interpersonal, sehingga penulis ingin lebih lanjut mengenai proses komunikasi interpersonal abdi dalem Keraton Yogyakarta.


(23)

Sehingga komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai berikut : Dalam proses komunikasinya abdi dalem mengutamakan bahasa untuk menyampaikan pesan. Karena dalam kesehariannya hal utama yang digunakan adalah bahasa jawa, oleh sebab itu yang berpengaruh dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan adalah bahasa, sebagaimana disebutkan oleh Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat ditarik rumusan masalahnya sebagai berikut :

”Bagaimana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem (Studi Deskriftif tentang Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta)?”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas pertanyaan pada perumusan masalah yang masih bersifat umum. Dengan subfokus-subfokus yang terpilih, sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka, identifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana Tujuan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Pada Keraton Yogyakarta?

2. Bagaimana Rencana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta?

3. Bagaimana Kegiatan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta?

4. Bagaimana Proses Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta?


(24)

5. Bagaimana Umpan Balik Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta?

1.3 Maksud dan Tujuan

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah yang perlu diketahui kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai “Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta”, sebagai suatu studi deskriptif yang perlu dikaji secara mendalam dan jelas.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat pada identifikasi masalah sebagai arah peneliti pada penelitian ini. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui Tujuan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem Pada Keraton Yogyakarta

2. untuk mengetahui Rencana Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta

3. untuk mengetahui Kegiatan Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta

4. untuk mengetahui Proses Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta


(25)

5. untuk mengetahui Umpan Balik Komunikasi Interpersonal Abdi Dalem pada Keraton Yogyakarta

1.4 Kegunaan Penelitian

Dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat atau kegunaan yang digunakan oleh maslahat luas, adapun kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Pada penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritis, semoga dapat memberikan dan bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu yang diperoleh oleh peneliti secara teoritis selama proses akademik. Baik Ilmu Komunikasi secara umum dan studi tentang Komunikasi interpersonal dan bagian dari bentuk Komunikasi secara khusus yaitu, tentang “Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta”.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa menjadi bahan bagi mereka yang tertarik atau memang terlibat dengan para abdi dalem. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:


(26)

1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang diterima oleh peneliti secara teori. Dalam hal ini khususnya mengenai “Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Di Keraton Yogyakarta”.

2. Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

3. Bagi Masyarakat (Abdi Dalem secara khusus)

Pada kegunaan penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai berikut :

- Secara umum, diharapkan dapat memberikan saran atau referensi bagi masyarakat luas secara umum untuk lebih mengetahui serta memahami maksud dari komunikasi interpersonal abdi dalem di Keraton Yogyakarta di segala aktivitas dalam ruang dan waktu yang berbeda dengan menjadi lebih baik lagi serta sesuai dengan lingkungan saat berkomunikasi.


(27)

- Secara khusus, diharapkan dapat dijadikan bahan pemahaman serta saran bagi abdi dalem Keraton Yogyakarta mengenai interaksi sosial yang dilakukan khususnya dengan komunikasi interpersonal yang menjadi tema pada penelitian ini dalam Komunikasi interpersonal Abdi Dalem Dalam Peranannya Di Keraton Yogyakarta.

1.5 Kerangka Pemikiran

Memahami Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh abdi dalem dalam melaksanakan peranan dan fungsinya di keraton Yogyakarta serta melihat bagaimana komunikasi interpersonal abdi dalem berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini menarik diteliti dan dipandang untuk bisa menjelaskan dan menggambarkan suatu pengalaman yang diamati di lapangan, maka pada penelitian ini sebagai bahan acuan ranah pemikiran dari peneliti yang mendasari tersusun pada kerangka pemikiran secara teoritis dan praktis. Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Setiap masyarakat akan memiliki sistem komunikasi sendiri-sendiri, demi kelangsungan hidupnya setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaannya. Bahasa menjadi inti dari komunikasi sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia. Dengan komunikasi manusia membentuk masyarakat dan kebudayaannya. Sehingga


(28)

bahasa secara tidak langsung turut membentuk kebudayaan pada manusia.

Dilihat dari prosesnya komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan melalui berbagai media atau saluran komunikasi untuk kemudian komunikan memberikan umpan balik atau feedback kepada komunikator untuk mengetahui apakah pesan tersebut dapat dipahami atau tidak.

Komunikasi antar persona/antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung antara seseorang dengan orang lain, biasanya melibatkan dua pihak dengan jarak yang dekat karena tidak menggunakan media.

Pengertian komunikasi antar persona (interpersonal communication) menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip dari Joseph A. Devito sebagai berikut :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan atara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa elemen dan beberapa umpan balik seketika”. (Onong Uchjana Effendy, 2003 : 60)

Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara teller bank dengan salah seorang nasabahnya.


(29)

Menurut Alo Liliweri yang dikutip dari Effendy mengenai pengertian komunikasi interpersonal sebagai berikut :

“Pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis”. (Liliweri, 1997 : 12)

Sifat dialogis tersebut ditunjukan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jika komunikator yang mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau di tolak , berdampak positif atau negatif. jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya.

Jadi dapat dijelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang diadakan dan berlangsung dalam dalam situasi yang dialogis, komunikasi diadik adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau berinteraksi secara sadar, langsung dan tatap muka. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi yang dialogis adalah situasi yang berbagi dalam banyak hal, dapat berupa berbagai informasi, kegembiraan, kesedihan dan dalam komunikasi interpersonal tidak melihat adanya perbedaan status sosial atau ekonomi dari masing-masing prilaku komunikasi.


(30)

Dalam situasi seperti ini terasa adanya kemurnian dialog yang dapat mengungkapkan berbagai pendapat, perasaan dan kepercyaan dari individu-individu yang terlibat.

Proses tersebut dipengaruhi oleh persepsi individu baik komunikator maupun komunikan yang tidak dapat dilepaskan dari faktor kepribadian, pengalaman, pengetahuan, maupun sikap terhadap ide, gagasan, atau objek yang dipersepsikannya.

Tujuan pada hakekatnya adalah langkah apa saja yang akan dilakukan. Sehingga tujuan awal dapat berjalan sesuai dengan rencana, tujuan yang dinyatakan melalui perubahan sikap, prestasi, sifat dan kualitas.1

Tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yaitu kepentingan/ sumber/ pengirim/ komunikator dan kepentingan penerima/ komunikan. Dengan demikian tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Tujuan Komunikasi Tujuan Komunikasi Dari Sudut

Kepentingan Sumber

Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Penerima

1. Memberikan Informasi 1. Memahami Informasi 2. Mendidik 2. Mempelajari

1


(31)

3. Menghibur 3. Menikmati 4. Menganjurkan Suatu tindakan

persuasi

4. Menerima atau menolak anjuran

Sumber : Wilbur Schramm (1974)

Dalam berkomunikasi baik di Lingkungan Keraton maupun di luar Abdi dalem harus memiliki rencana, sehingga pesan yang disampaikan oleh Keraton dapat diterima dan dipahami.

Rencana merupakan rancangan tentang apa yang akan atau harus dilakukan dalam menghadapi kendala/masalah, langkah-langkah tersebut dirumuskan dalam bentuk rencana maupun program.

Rencana Komunikasi merupakan serangkaian tindakan tentang bagaimana proses komunikasi akan diterapkan, apa saja rencana komunikasi yang akan dilakukan. Agar komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Selain rencana abdi dalem juga harus mampu melaksanakan kegiatan yang sudah ada, kegiatan apa saja yang dilakukan oleh abdi dalem agar komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Kegiatan adalah acara/susunan acara, yaitu perincian waktu yang diatur menurut urutan tertentu tentang pelaksanaan langkah-langkah dengan apa yang sudah direncanakan.


(32)

Kegiatan komunikasi merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan agar rencana komunikasi yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Proses Komunikasi adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis, sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berari unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis (Berlo, 1960).

Proses komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Proses Komunikasi Primer

Berlaku tanpa alat yaitu komunikasi secara langsung dengan menggunakan bahasa, gerakan yang diberi arti khusus, aba-aba dan lainnya.

2. Proses Komunikasi Sekunder

Berlakun dengan menggunakan alat agar dapat melipat gandakan jumlah penerima pesan, yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan geografis (berupa alat, radio, televisi) serta hambatan waktu (telepon, majalah), alat-alat tersebut merupakan media massa.

Umpan Balik menurut Aubrey Fisher memperlihatkan empat variasi fundamental dalam konteks umpan balik, yaitu :

1. Umpan balik sebagai respon 2. Umpan balik sebagai peneguh

3. Umpan balik sebagai servomekanisme “internal“ 4. Umpan balik sebagai proses sosial (Fisher, 1986 : 390)


(33)

1.5.2 Kerangka Pemikiran Praktis

Kerangka pemikiran teoritis diatas diaplikasikan dalam kerangka pemikiran praktis sesuai dengan penelitian yang akan dikaji mengenai komunikasi interpersonal abdi dalem. Dengan interaksi sosial yang tampak pada abdi dalem.

Bahasa, seringkali kali digunakan dalam komunikasi interpersonal abdi dalem di lingkungan Keraton Yogyakarta, dengan interaksi yang dilakukan oleh abdi dalem dengan abdi dalemnya sendiri, abdi dalem dengan ketua adat dan abdi dalem dengan sultan.

Adapun interaksi yang dilakukan oleh abdi dalem tentang kesehariannya, tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh abdi dalem, abdi dalem di dalam lingkungan keratin memiliki cara berkomunikasi sendiri baik itu verbal dengan cara menggunakan bahasa pokok yaitu bahasa jawa dan komunikasi non verbal yang dilakukan dengan gerakan tangan dan badan kepada sultannya.

Komunikasi interpersonal menurut Devito dalam bukunya “The International Book” adalah “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan berbagai efek dan beberapa umpan balik seketika” (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback). (Devito, 1984 : 4)

Dalam berkomunikasi abdi dalem membutuhkan tujuan, rencana dan kegiatan untuk dapat memahami proses komunikasi interpersonal yang dilakukan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.


(34)

Tujuan :

Tujuan komunikasi interpersonal abdi dalem dapat memahami dan memaknai budaya kraton, budaya adat dan toto kromo. Sehingga dapat mengaplikasikannya untuk rencana dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta.

Rencana :

Rencana yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk abdi dalem dalam memahami dan memaknai akan budaya kraton, budaya adat dan toto kromo adalah dengan menyelenggarakan pawiatan. Adanya koordinasi yang baik antar abdi dalem dengan dibentuknya pengirit (pengawas/coordinator di lapangan).

Kegiatan :

Kegiatan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk abdi dalem ialah agar abdi dalem dapat memahami dan memaknai budaya kraton, budaya adat dan toto kromo. Yang dilakukan abdi dalem dalam kantor adalah dengan menata arsip, menerima wawancara dan menjadi gaek (memberikan informasi kepada tamu Keraton Yogyakarta. Sedangkan yang dilakukan abdi dalem di lapangan adalah dengan menentukan lokasi dan melaksanakan adat seperti grebeg, labuhan, tumplak wajik dan sekaten.

Proses :

Proses yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk abdi dalem adalah abdi dalem dapat memaknai dan memahami budaya kraton,


(35)

budya adat dan toto kromo, sehingga abdi dalem dapat menerima pesan komunikasi interpersonal.

Umpan balik :

Umpan balik yang dilakukan oleh abdi dalem untuk Keraton Yogyakarta adalah abdi dalem memberikan respon terhadap budaya kraton, budaya adat dan toto kromo, sehingga dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini diajukan sebagai upaya dalam perolehan informasi yang lebih jelas, dan pertanyaannya adalah:

a. Tujuan Komunikasi Interpersonal

1. Apa saja perubahan yang diperoleh dari komunikasi interpersonal oleh Abdi Dalem?

2. Menurut bapak/ibu, langkah seperti apa yang dilakukan untuk mencapai komunikasi interpersonal tersebut?

3. Apa yang diharapkan dari langkah yang dilakukan oleh Abdi Dalem dari komunikasi interpersonal tersebut?

4. Apakah komunikasi interpersonal sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan?

5. Siapa saja yang terlibat atau menyukseskan tujuan komunikasi interpersonal tersebut?


(36)

b. Rencana Komunikasi Interpersonal

6. Apa saja rancangan yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta untuk dilaksanakan oleh abdi dalem?

7. Apa saja rencana yang dibuat oleh Keraton Yogyakarta agar abdi dalem dapat menerima pesan komunikasi interpersonal?

8. Apakah komunikasi interpersonal sudah berjalan dengan efektif?

c. Kegiatan Komunikasi Interpersonal

9. Apa saja kegiatan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta?

10.Apakah kegiatan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Abdi Dalem kepada pihak luar Keraton Yogyakarta?

11.Apa saja hambatan dalam komunikasi interpersonal Abdi Dalem?

d. Umpan Balik Komunikasi Interpersonal

12.Bagaimana umpan balik yang diterima oleh Abdi Dalem ketika proses komunikasi interpersonal dilakukan?

13.Apakah komunikasi interpersonal Abdi Dalem memberikan manfaat?


(37)

1.7 Subjek dan Informan Penelitian 1.7.1 Subjek Penelitian

Spradley menjelaskan subjek penelitian merupakan :

social situation atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.” (Spradley dalam Sugiono, 2009 :215) Subjek penelitian atau situasi social pada penelitian ini adalah Abdi Dalem Keraton Yogyakarta yang dalam melakukan komunikasi interpersonal memperhatikan nilai-nilai bahasa dan kebudayaan Jawa yang kental.

1.7.2 Informan Penelitian

Pemilihan informan-informan pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Rachmat Kriyantoro dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, adalah:

“Persoalan utama dalam teknik purposive sampling dalam menentukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Beberapa riset kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam penelitian observasi eksploratoris atau wawancara mendalam. Biasanya teknik ini dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan” (Kriyantono, 2007:154-155)

Di antara beberapa informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (key informan) seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti tersebut (Tatang M, 2009).


(38)

Peneliti memilih informan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, informan dipilih sesuai dengan waktu dan masa jabatan kerja beserta pengalaman yang dimiliki oleh informan. Sehingga informan dapat memberikan informasi banyak bagi peneliti tentang kasus yang sedang diteliti oleh peneliti.

Adapun informan penelitian ini adalah ketua adat abdi dalem yang terpilih dalam lingkungan keraton Yogyakarta, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Informan n=3

No Nama Keterangan

1. KR.T H. Jatiningrat SH Pengageng Tepas Dwarapura 2. R. Riyo Dwijo Bakri Wijoyo S.pd Abdi Dalem Keprajan 3. M.L Yuda Wegeno Abdi Dalem Punokawan

Sumber : peneliti 2011

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian desktriftif yang menggambatrkan tentang karakteristik individu, situasi atau kelompok tertentu. Penelitian ini relatif sederhana yang tidak memerlukan landasan teori rumit atau pengajuan hipotesis tertentu. (Ruslan, 2004 : 12).


(39)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriftif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan tentang hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rahmat, 2004 : 24) dan pada tahap akhir metode deskriftif harus sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas data penelitian (Surachmand, 1970 : 52)

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu fenomena. Pendekatan kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks (Nasution, 1992 : 3)

Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriftif brupa kata-kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan diarahkan pada latar dan individu secara utuh.

Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang berdimensi banyak, suatu kesatuan yang utuh serta berubah-ubah. Sehingga biasanya, rencana penelitian tersebut tidak di susun secara rinci dan pasti sebelum penelitiannya dimulai. Untuk alasan itu pula pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.


(40)

Kirk dan Miller menyebutkan bahwa :

“penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan tulisan”. (Kirk dan Miller (1986 : 26)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut :

1. Wawancara

Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, dengan salah satunya adalah melalu wawancara.

Menurut Berger (2000:11), wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan informan-seseorang uang diasumsikan mempunyai informasi paling penting tentang suatu objek. Wawancara dibagi dua :

a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara mendalam (depth interview), atau


(41)

b. Wawancara secara intensif (intensive interview) dan kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. (Kriyantono, 2007:96) Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-sata dengan salah satu caranya melalui wawancara untuk mendapatkan informasi yang benar-benar relevan dari narasumber terkait, dengan itu mengetahui kebenaran dan menjadikan keyakinan bagi peneliti.

2. Observasi

Pada pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan salah satunya melalui observasi dengan melihat dan mengamati individu-individu atau kelompok yang menjadi informan pada penelitian ini.diantaranya melihat dan mengamati komunikasi interpersonal non verbalyang mereka lakukan.

“Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung”2

Dalam observasi ini, tidak hanya melihat apa yang informan lakukan atau sampaikan. Melainkan dari definisi diatas adalah menganalisis, mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

2

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-observasi-dan-kedudukannya.html /7 juni 2010/20:43 WIB


(42)

tingkah laku dengan merekam keadaan yang ada atau menggunakan catatan lapangan, mengamati individu atau kelompok tersebut. Sehingga dengan ini, informasi-informasi yang diperoleh pun relevan.

3. Studi Pustaka

Memahami apa yang di teliti, maka upaya untuk menjadikan penelitian tersebut baik. Perlu adanya materi-materi yang diperoleh dari pustaka-pustaka lainnya.

Menurut J.Supranto studi pustaka adalah “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan”. (Ruslan, 2003:31)

Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukan pun dapat menjadi baik karena tidak hanya berdasarkan pemikiran sendiri selaku peneliti melainkan pemikiran-pemikiran dan pendapat dari para ahli atau penulis lainnya. Sehingga bisa dibandingkan serta referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.

4. Penulusuran Data Online

Pada penelitian apapun bisa juga dalam pengumpulan data dilakukan secara online atau media internet dengan mencari dan mengumpulkan informasi-informasi berupa data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Diantaranya melalui alamat-alamat website seperti www.google.com, www.


(43)

wikipedia.com, jurnal-jurnal elektronik, berita-berita online dan lain-lain.

5. Dokumentasi

Memuat data-data pada penelitian sebagai upaya untuk menafsirkan segala hal yang ditemukan dilapangan, perlu adanya dokumentasi-dokumentasi dalam berbagai versi.

Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. 3

Pada penelitian ini, peneliti turut mendokumentasikan segala kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan fokus penelitian yang dikaji, dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal abdi dalem. Dari dokumentasi-dokumentasi tersebut kemudian dianalisis, dicermati segala komunikasi interpersonal yang informan lakukan sebagai data yang menjadi pendukung dalam penelitian ini.

3

http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian/ 7 juni 2010/20:54 WIB


(44)

1.10 Teknik Analisa Data

Setiap penelitian perlu adanya data-data sebagai penunjang dari penelitian tersebut, maka data penelitian yang sudah terkumpul perlu diolah untuk diorganisasikan data-data tersebut yang kemudian dijelaskan sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini.

Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dan model analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi, analisis kompesional, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan (Grounded theory research). (Sarwono, 2006:261) Dalam hal ini analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. (Moleong, 2007:280)

Baik Hymes maupun Seville-Troike tidak menjelaskan bagaimana teknik analisis data dalam etnografi komunikasi. Bagi etnografi komunikasi menemukan hubungan antara komponen komunikasi sudah merupakan analisis data yang utama, karena berdasarkan itulah pola komunikasi itu dibuat.

Berikut akan dipaparkan teknik analisis data dalam penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Creswell:

1. Deskripsi

Menjadi tahap pertama bagi peneliti dalam menuliskan laporan etnografinya. Pada tahap ini etnografi mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menggambarkan secara detil objek penelitiannya. Gaya penyampaian kronologis dan seperti narator. Ada beberapa gaya


(45)

penyampaian yang lazim dilakukan, di antaranya menjelaskan day in the life secara kronologis atau berurutan dari seseorang atau kelompok masyarakat, membangun cerita lengkap dengan alur cerita dan karakter-karakter yang hidup di dalamnya, atau membuat seperti cerita misteri yang mengundang tanda tanya orang yang membacanya.

2. Analisis

Pada bagian ini peneliti menemukan beberapa data akurat mengenai objek penelitian, biasanya melalaui tabel, grafik, diagram, model yang menggambarkan objek penelitian. Penjelasan pola-pola atau regularitas dari perilaku yang diamati juga termasuk pada bagian ini. Bentuk yang lain dari tahap ini adalah membandingkan objek yang diteliti dengan objek yang lain, mengevaluasi objek dengan nilai-nilai yang umum berlaku, membangun hubungan antara objek penelitian dengan lingkungan yang lebih besar. Selain itu, pada tahap ini juga peneliti dapat mengemukakan kritik atau kekurangan terhadap penelitian yang dilakukan, dan menyarankan desain penelitian yang baru apabila ada yang melanjutkan penelitian atau akan meneliti hal yang sama.

3. Interprestasi

Interprestasi menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian etnografi. Peneliti pada tahap ini mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Pada tahap ini, peneliti menggunakan kata orang pertama dalam penjelasannya untuk menegaskan bahwa apa yang ia kemukakan adalah murni hasil interprestasinya.


(46)

4. Triangulasi Data

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.


(47)

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini memiliki lokasi yang menjadi lapangan penelitian dari penulis serta waktu berlangsungnya penelitian ini, adapun lokasi dan waktunya sebagai berikut :

1.11.1 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat penelitian di Keraton Kesultanan Ngayogyokarto - Yogyakarta

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan kurun waktu penelitian selama 6 (enam) bulan terhitung mulai bulan Maret 2011 sampai Juli 2011, dengan rundown waktu penelitian sebagai berikut :


(48)

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul 2. Penulisan

Bab I Bimbingan 3. Seminar UP 4. Penulisan Bab II Bimbingan 5. Pengumpulan

Data Lapangan 6. Penulisan Bab III Bimbingan 7. Penulisan

Bab IV Bimbingan 8. Penulisan

Bab V Bimbingan 9. Penyusunan

Skripsi 10. Sidang kelulusan 11. Revisi Skripsi


(49)

1.12 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan sebagai acuan pada penelitian yang akan dilakukan, dan memuat tentang apa saja yang ada dalam laporan penelitian serta hasil pembahasan dari penelitian yang berlangsung. Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara teoritis dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis dan praktis, pertanyaan penelitian, metode penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, lokasi dan waktu penelitian, dan sistematika sebagai acuan dari penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentang tinjauan-tinjauan secara teoritis yang berkaitan dengan fokus masalah dan objek penelitian dari judul yang diangkat dalam penelitian yang dilakukan. Isi bab ini, penulis sekaligus peneliti menguraikan beberapa yang berkaitan dengan penelitian yaitu, mengenai ilmu komunikasi secara umum, komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal, dan etnografi komunikasi.

Bab III Objek Penelitian

Bab ini membahas apa yang menjadi objek dari penelitian ini, yaitu abdi dalem Keraton Yogyakarta. Dimana penulis memuat tentang pengertian dasar, bagian-bagian dari Abdi dalem


(50)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini memuat dari hasil lapangan penelitian dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode etnografi komunikasi. Penulis pun memuat sekilas profil tentang abdi dalem terpilih yang menjadi informan serta hasil wawancara dengan informan kemudian dibahas sesuai dengan teori-teori yang ada, adapun bila hasil penelitian ini mendekati atau menemukan model atau teori yang relevan maka akan dikaitkan dengan model atau teori tersebut.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang keseluruhan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang ditujukan secara umum maupun secara khusus.


(51)

34

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh Berger dan Chafee memberikan 3 (tiga) pokok pikiran :

“Pertama, objek pengamatan jadi fokus perhatian dan ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.

Kedua, ilmu komunikasi bersifat ilmiah-empiris (scientific)

dalam arti pokok-pokok pikiran dan dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum. Ketiga, ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.” (Senjaya, 2007 : 111)

Berdasarkan defenisi Berger dan Chafee serta uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya tentang ciri-ciri ilmu, dapat dikatakan bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui

penelitian secara sistematis, serta kebenarannya, diuji dan

digeneralisasikan.

Seperti dijelaskan bahwa sistematis merupakan ciri ilmu yang paling terlihat dalam manifestasi fungsinya, begitu pula dalam ilmu komunikasi, sistematisasi tersebut tampak perumusan prinsip-prinsip


(52)

komunikasi yang menjadi esensi dari perkembangan dan pemanfaatannya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Hovelland :

“Ilmu komunikasi merupakan suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan prinsip secara tegas dan atas dasar prinsip-prinsip tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap.” (Hovland dalam Cangara dalam Dewi, 2007 : 2)

Berger dan Chafee mencoba untuk lebih merinci hal-hal yang diperoleh, diproses dan ditampilkan oleh ilmu komunikasi yaitu lambang yang menjadi objek dari sistematika tersebut. Setelah lambang tersebut disistematisasi akan menghasilkan sebuah produk yang nantinya akan menjadi dasar analisa fenomena di lingkungan. Berger dan Chafee menjelaskan :

“Ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan tentang produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sitem tanda dan lambang.” (Berger dan Chafee dalam Senjaya, 2007 : 110)

2.1.2 Pengertian Komunikasi

Setelah membahas mengenai ilmu, maka pada sub judul ini akan mencoba membahas mengenai komunikasi yang pada saat ini sudah menjadi kata yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Untuk mengetahui penggunaan kata komunikasi itu sudah sesuai dengan yang kita gunakan atau belum, bisa disimak dari beberapa definisi berikut :


(53)

“komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung tatap muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku. Berasal dari bahasa latin communication yang berarti pergaulan, persatuan, peran serta kerjasama, bersumber dari istilah

communis yang berarti sama makna.” (Effendi, 1989 : 60)

Lambang dalam hal ini bahasa/pesan yang disampaikan kepada orang lain menjadi bagian pokok dalam pengertian komunikasi di atas, lambing tersebut adalah isi komunikasi yang kemudian disampaikan melalui media baik tatap muka maupun menggunakan media lain sebagai perantara. Lambing tersebut jika sengaja disampaikan tentunya tidak sekedar beralih tempat dari komunikator kepada komunikan melainkan maksud dari penyampaian tersebut untuk merubah sesuatu dari komunikasi sesuai dengan keinginan pembicara setelah adanya persamaan persepsi.

Kesadaran untuk mempengaruhi komunikan pesan dikuatkan lagi oleh Miller dalam pengertian komunikasinya meskipun tidak secara detil dijelaskan melalui media apa pesan itu disampaikan. Dalam hal ini cukup jelas bahwa tujuan komunikasi adalah mempengaruhi komunikan dengan pemikiran komunikator yang disampaikan melalui pesan dalam situasi-situasi tertentu yang dapat mendukung penerimaan pesan tersebut, untuk lebih jelasnya komunikasi menurut Miller adalah :


(54)

“komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentranmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” (Miller dalam Mulyana, 2008: 60-61)

Lain halnya dengan Tubb dan Moss, mereka lebih menitik beratkan komunikasi sebagai hasil dari interaksi dan transaksi kemudian menciptakan suatu makna-makna tertentu dari lambing yang mereka gunakan, makna tersebut berasal dari proses interaksi antara komunikator dengan komunikan yang jumlahnya tidak ditentukan dan melakukan interaksi dan transaksi dalam waktu tertentu sehingga melahirkan makna.

“komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih.” (Tubb dan Moss dalam Mulyana, 2008 : 65)

Beberapa pakar komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai proses karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, dan perpindahan. Terdapat kontinuitas dari setiap unsurnya.

Hampir sama dengan Tubb dan Moss, Wenberg dan Wilmot pun menerangkan bahwa komunikasi bertujuan untuk mencari makna dari pesan/lambang yang beredar di antara peserta komunikasi. Dalam proses pencarian makna tersebut tentunya akan membutuhkan waktu sampai kepada penentuan makna yang pas dan diakui oleh semua


(55)

peserta komunikasi. Sebagimana disebutkan oleh Wemburg dan Wilmot dalam buku Mulyana “Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.”

Begitu juga dijelaskan oleh Robert dan Kincaid,

“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian.” (Robert dan Kincaid dalam Cangara Dewi, 2007 : 2)

Sebagai mahluk sosial tentunya manusia tak bisa lepas dari interaksi dan transaksi sosial. Pada interaksi dan transaksi tersebut dapat dipastikan terjadinya komunikasi baik disengaja maupun yang tidak disengaja dan pada gilirannyaberbagi informasi akan terjadi dengan sendirinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Byker dan Anderson dalam Mulyana (2008 : 76) “Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.

Gorden menambahkan gagasan dan perasaan ikut serta dalam mendukung proses transaksi sosial dengan komunikasi sebagaimana dijelaskan oleh Byker dan Anderson, gagasan akan melahirkan pesan/lambang yang beragam untuk disampaikan kepada komunikan.

Sedangkan perasaan untuk menginterpretasikan pesan yang

disampaikan komunikator, “komunikasi sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.” (Gorden dalam Mulyana, 2008 : 76).


(56)

Pearson dan Nelson dalam menjelaskan pengertian komunikasi pada prinsipnya tak jauh berbeda dengan Tubb dan Moss dalam usaha memberikan makna pada komunikasi. Hanya saja dalam pengertiannya, pemahaman menjadi langkah awal dalam pemberian makna tersebut. Lebih jelasnya sebagai berikut “komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna”.(Pearson dan Neson dalam Mulyana, 2008 : 76).

Pada hakikatnya komunikasi tak memiliki awal dan tak memiliki akhir bahkan ketika peserta komunikasi (komunikator dan komunikan) telah terpisah komunikasi masih berlangsung. Ini menjadi indikasi bahwa kontinuitas dan dinamika komunikasi akan terus berjalan seperti yang dijelaskan Ivy dan Backland dalam Mulyana (2008 : 76) yaitu :

“komunikasi adalah proses yang berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna”.

Penekanan pengertian komunikasi Book berbeda dengan Ivy dan Backland jika mereka berdua lebih menitikberatkan komunikasi pada kontinuitas dan dinamika maka Book lebih menakankan pada proses pengaturan lingkungan melalui penguatan sikap dan untuk membentuk penguatan sikap tersebut ditempuh melalui komunikasi. Komunikasi yang menukarkan pesan secara seimbang dan efektid berdampak pada pengaturan lingkungan, sebagimana dijelaskan Book :


(57)

“komunikasi adalah suatu pertukaran, proses simbolik yang menghendaki agar orang-orang mengatur lingkungannya dengan mengatur antar sesame manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah orang lain serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book dalam Cangara dalam Dewi, 2007 : 2)

Tak ada definisi komunikasi yang komprehensif, semuanya tergantung dari latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman. Hal tersebut identik dengan sudut pandang komunikasi sehingga melahirkan definisi yang sifat, skup dan berbeda fungsinya. Keberagaman tersebut secara garis besar dijelaskan oleh Dewi, sebagai berikut :

“komunikasi pada dasarnya dipandang dari berbagai dimensi. Jika dipandang sebagai proses, komunikasi merupakan kegiatan pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara dinamis. Secara simbolik komunikasi menggunakan berbagai lambang atau symbol yang dinyatakan dalam bentuk non verbal (isyarat, gerak dan ekspresi) maupun verbal (bahasa lisan dan tertulis). Sementara sistem komunikasi terdiri atas unsur-unsur yang saling bergantung dan merupakan satu kesatuan yang integratif.” (2007 : 3)

2.1.3 Unsur Komunikasi

2.1.2.1 Komunikator

Pada pembahasan sebelumnya disebut adanya peserta

komunikasi yakni komunikator dan komunikan. Namun, pengertian secara defenitif mengenai peserta komunikasi tersebut akan dibahas secara rinci pada sub julu ini.


(58)

Inisiator komunikasi adalah komunikator, meskipun pada prakteknya komunikan pun akan berfungsi sebagai komunikator juga pada saat interaksi dan transaksi pesan dengan komunikator yang menginiasiasi tadi. Oleh karena itu, supaya pembahasan kali ini lebih sistematis sebagaimana ilmu komunikasi membahas permasalahan komunikasi, maka peneliti akan memulai membahas komunikator terlebih dahulu.

Effendi selain menegaskan bahwa komunikator adalah orang yang menyampaikan lambang/pesan yang tentu saja memiliki makna tersendiri yang akan diterjemahkan secara sadar maupun tidak sadar oleh komunikan, juga merinci mengenai apa saja yang biasa disampaikan oleh komunikator/penyampai pesan berupa ide, informasi, opini, kepercayaan, perasaan. Ini menggambarkan bahwa makna yang terkandung dalam pesan itu tak hanya satu. Komunikator akan menyampaikan pesan tersebut kepada komunikan dengan makna yang secara tersurat atau tersirat pada pesan. Hal tersebutlah yang akan menentukan arah pembicaraan selanjutnya dengan komunikan. Effendi menjelaskan bahwa komunikator adalah :

Communicator - Komunikator adalah orang yang

menyampaikan lambang-lambang bermakna atau pesan

yangmengandung ide, informasi, opini, kepercayaan, perasaan atau lainnya, kepada orang lain.” (Effendi, 2003 : 66)


(59)

Pada prinsipnya, Muhammad tak jauh berbeda dalam menjelaskan komunikator/penyampai pesan. Hanya saja beliau lebih menekankan kepada bahagaimana proses yang terjadi sebelum komunikator menyampaikan pesan, dari mulai pemilihan kata, bahasa, dan makna yang akan termuat dalam pesan. Sementara pada realitanya, komunkasi tak salamanya seidealis itu, bahkan terkadang taken for

granted (datang dengan sendirinya), inilah yang dinamakan komunikasi

tak disengaja. Sedangkan pengertian komunikator yang akan membuat komunikasi yang disengaja adalah sebagai berikut :

“Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan. Oleh sebab itu sebelum pengirim mengirimkan pesan si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan dikirimkannya. Menciptakan pesan adalah menentukan arti apa yang akan dikirimkan kemudian menyandikan/encode arti tersebut ke dalam satu pesan. Sesudah itu baru dikirim melalui saluran.” (Muhammad, 2002 : 17)

2.1.2.2 Komunikan

Tak lengkap rasanya jika setelah membahas komunikator tak diikuti oleh pembahasan komunikan. Ada hal yang menarik ketika membahas kata komunikan itu sendiri. Sebab, dalam bahasa Inggris

komunikan (communicant) bukanlah penerima pesan melainkan peserta

komunikasi secara umum, baik komunikator atau komunikan disebut komunikan. Dalam hal ini terdapat sedikit perbedaan penggunaan


(60)

istilah ilmu komunikasi di Indonesia dan ilmu komunikasi dalam bahasa Inggris. Sebagai penjelasan lebih lanjut, pengertian komunikan dalam bahasa Inggris adalah :

Communicant adalah orang-orang yang terlibat dalam proses

komunikasi, baik ia berperan sebagai komunikator maupun komunikan. Istilah komunikan dalam bahasa Idonesia bukan terjemahan dari istilah communicant bahasa Inggris, melainkan ciptaan ahli-ahli komunikasi Indonesia yang berarti penerima pesan komunikasi, untuk membedakannya dengan dengan komunikator sebagai penyampai pesan komunikasi.” (Effendi, 2003 : 60)

Maka, sebagai perbandingan istilah yang digunakan, peneliti menganggap penting untuk menyebutkan dan menjelaskan kata yang digunakan sebagai istilah dalam ilmu komunikasi yang menjelaskan tentang orang atau sekelompok orang yang menerima pesan, yaitu :

Communicatee (komunikati-komunikan) adalah seseorang atau

sejumlah orang sebagai penerima pesan yang dilancarkan komunikator kepadanya.” (Effendi, 2003 : 60).

Recipient – Komunikan ; Penerima adalah seseorang atau

sejumlah orang sebagai suatu penerima pesan yang disampaikan

kepadanya oleh komunikator.” (Effendi, 2003 : 307)

Perbedaan penggunaan istilah tersebut kiranya dapat difahami karena bahasa dan atmosfer perkembangan ilmu komunikasi yang berbeda. Yang penting adalah pada saat penyebutan komunikan bisa


(61)

difahami maksudnya adalah penerima pesan dalam istilah komunikasi Indonesia, dan peserta komunikasi dalam bahasa Inggris.

Menganalisa dan menerjemahkan pesan sehingga difahami oleh dirinya adalah tugas dari komunikan, meskipun sebenarnya tugas ini terlalu teoretis, sebab dengan seringnya interaksi dan transaksi pesan dengan komunikator, tanpa disadari komunikasi yang efektif dimana pesan bisa sama-sama difahami akan berjalan sebagai mana biasanya. Hanya, memang secara mekanik, tugas dari komunikan adalah menganalisis dan menerjemahkan pesan, sebagaimana Muhammad menjelaskan : “Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.”(Muhammad, 2007 : 18)

2.1.2.3 Pesan

Pesan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi ditentukan pada pahamnya peserta komunikasi khususnya komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Pesan menjadi terasa sangat penting manakala perasaan terlibat didalamnya dalam menerjemahkan pesan komunikator, sebab dalam proses penerjemahan tersebut seringkali perasaan terlibat didalamnya.


(62)

Seperti Effendi menjelaskan :

“Message – Pesan, suatu komponen dalam proses komunikasi

berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan

menggunakan lambang bahasa atau lambang-lambang lainnya

disampaikan kepada orang lain.” (Effendi, 2003 : 224)

Sifat komunikasi membagi pesan menjadi dua bagian besar, verbal dan non verbal. Verbal artinya pesan yang disampaikan melalui lisan atau tulisan yang nampak sekali pada media massa, sedangkan non verbal adalal artinya pesan yang disampaikan tanpa melalui lisan atau tulisan, misalnya isyarat/kial.

Pembagian pesan verbal dan non verbal lah yang menjadi penekanan Muhammad dalam menjelaskan definisi pesan, yaitu :

“Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.” (Muhammad, 2002 : 17)


(63)

2.1.2.4 Saluran

Effendi menjelaskan pengertian pesan dari sudut pandang kondisi komunikan yang jauh atau jumlahnya banyak. Ini mengesankan bahwa media berbentuk alat bantu untuk menyampaikan pesan ketika kondisi medan komunikasi tak memungkinkan melalui pesan verbal atau non verbal. Media dalam arti alat bantu memang akan sangat penting pada saat pesan harus diketahui oleh komunikan yang jaraknya jauh atau jumlahnya banyak. Media tersebut lebih jelasnya Effendi jelaskan :

“Media bentuk tunggalnya Medio – Media, sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh letaknya atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya.” (Effendi, 2003 : 220)

Tak hanya alat bantu ternyata yang bisa menjadi media atau sarana-prasarana penyampaian pesan, Muhammad menjelaskan bahwa gelombang, cahaya, suara pun bisa menjadi media dari pesan yang disampaikan. Tentu saja media lain pun ikut membantu, sebab media sifatnya temporer dan situasional. Maka disinilah komunikator harus cerdas dalam menetukan media apa yang paling relevan pada saat menghadapi komunikan dan siatuasi tertentu. Berikut beberapa contoh


(64)

media yang bisa membantu komunikator, sebagaimana Muhammad jelaskan :

“Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya suara dan suara yang dapat kita dengan. Akan tetapi alat dengan cahaya dan suara itu berpindah mungkin berbeda-beda. Misalnya jika ada dua orang berbicara tatap muka gelombang suara dan cahaya di udara berfungsi sebagai saluran. Tetapi jika pembicaraan itu melalui surat yang dikirimkan, maka gelombang surat dan cahaya yang memungkinkan kita dapat melihat huruf pada surat tersebut. Kertas dan tulisan itu sendiri adalah sebagai alat untuk menyampaikan pesan. Kita dapat menggunakan bermacam-macam alat untuk menyampaikan pesan seperti buku, radio, film, televisi, surat kabar tetapi saluran pokoknya adalah gelombang suara dan cahaya. Disamping itu kita juga dapat menerima pesan melalui alat indera penciuman, alat pengecap, dan peraba.” (Muhammad, 2002 : 18)

2.1.2.5 Umpan Balik

Mengetahui efektif tidaknya suatu peristiwa komunikasi sebagaimana telah disinggung, akan bisa diukur dari umpan balik. Artinya, jika umpan balik sama seperti yang diinginkan komunikator, maka komunikasi tersebut efektif. Begitu pula sebaliknya. Effendi menilai bahwa umpan balik tak semata-mata diberikan komunikan kecuali komunikan telah menilainya baik secara langsung melalui lisan atau tulisan, maupun secara tidak langsung misalnya kerutan wajah menandakan komunikan tidak mengerti atas apa yang disampaikan komunikator. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan seperti di bawah ini, “Feedback – Umpan balik, Proses sampainya tanggapan komunikan


(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Afrianto, Cahyo Donny. 2002. Abdi Dalem Sebuah Pengabdian Dalam Pelestarian Kebudayaan. Yogyakarta : UGM

Brongtodiningrat. 1978. Arti Kraton Yogyakarta. Yogyakarta : Museum Kraton Yogyakarta.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

________. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta

Creswell, John W. 1997. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: Sage Publications. Hlm. 152-153

Davito, A. Y. 1991. Humans Communication : The Basic Course. Harper Collins Publisher, New York.

Effendy, Onong. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung. CV Mandar Maju

_____________.Onong Uchjana. 1993. Ilmu komunikasi, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Hilman, hadikusuma. 1990. Hukum Perjanjian Adat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

Ibrahim, Abd. Syukur. 1992. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya. Usaha Nasional

Jensen, Klaus Bruhn and Nicholas W. Jankowski. 1991. A Hand Book of Methodologies For Mass Communication research.


(2)

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Pajajaran Liliweli, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Moleong, Lexy J.. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT remaja Rosdakarya Mulyani, Sri. 2000. Perubahan Kehidupan Sosial Ekonomi Abdi Dalem Dari Kehidupan Ke Keratonan ke kehidupan Non Kekeratonan. Medan : USU

Nasution, Prof. Dr. S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.

O’Reilly, Karen. 2005. Ethnographic Methods. Great Britain. Tj International Ltd. Padstow. Cornwall

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996.

Ruslan. A.T., Kusnidar, A. Dan Arifin, Z. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remadja Karya CV, Bandung, 1989.

Surachmad, Winarno. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung

Soeratno, Chamamah, Eds. 2002. Kraton Jogja The History and Cultural Heritage, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Indonesia Marketing Association (IMA). Jakarta


(3)

Soedarisman Poerwokoeoemo (1984). Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumber lain :

http://kratonjogya.com/abdi-dalem-kesultanan-ngayogyokarto/4maret2011/19.25wib

http://jogya.tribunnews.com/abdi-dalem-yogyakarta/ 4maret2011/19.26wib http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian/7juni 2010/20:54 WIB

http://www.psikologizone.com/definisi-komunikasi-interpersonal/ 28mei2011/23.12 wib

http://jurnal-sdm.blogspot.com//komunikasi-interpersonal-definisi.html/28mei2011/23.13wib

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html/25mei2011/10.45 wib


(4)

BIODATA

Nama Lengkap : Jarot Harjanto

Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 25 Februari 1986 Jenis Kelamin : Laki-laki

Tinggi/Berat : 170cm/60Kg

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komplek PPR ITB Jl. Buniwangi

No. 1 Dalem Wangi Dago Atas Bandung 40135

No Telepon : 0856 240 20 436 / 921 511 31

Email : [email protected]

[email protected]

Pendidikan Formal :

• 2007 – sekarang Mahasiswa semester VIII (delapan) Program Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung


(5)

• 2001 – 2004 SMA Pasundan 2 Bandung (Berijazah) • 1998 – 2001 SLTP Negeri 19 Bandung (Berijazah) • 1992 – 1998 SD Darul Hikam Bandung (Berijazah) • 1991 – 1992 TK Darul Hikam Bandung (Berijazah) Pendidikan Non Formal :

• 2010, Peserta Latihan kepemimpinan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Public Relation Universitas Komputer Indonesia (Bersertifikat)

• 2009, Panitia Helmi Yahya Broadcasting Road to Campus Protokoler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

• 2009, Peserta Pelatihan Protokoler Angkatan ke 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (Bersertifikat)

• 2009, Ketua Pelaksana studytour mass media Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Jurusan Ilmu Komunikasi

• 2009, Peserta Pelatihan “kebudayaan dan sensor film” UNIKOM

• 2009, Panitia Pelatihan “Personal Development and Self Empowerment”.

• 2008, Peserta Pelatihan Protokoler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (Bersertifikat) • 2008, Peserta Pelatihan Publik Speaking di Universitas Katolik

Parahyangan (Bersertifikat)

• 2007, Peserta Pelatihan Publik Speaking di Universitas Padjajaran (Bersertifikat)

• 2007, Peserta Pelatihan Table Manner Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi di Hotel Jayakarta (Bersertifikat)


(6)

Pengalaman Organisasi :

• 2009 – 2010 Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Public Relation Universitas Komputer Indonesia

• 2008 – 2010 Anggota Protokoler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

• 2008 – 2009 freelance Management Changcuters

• 2007 – 2008 Manager Band Indie (Finalis LA Indiefest 2006)

Hollywood Nobody

• 2005 – 2008 Pelatih Muda PASKIBRA Kota Bandung

• 2003 – 2004 Anggota PASKIBRAKA Kota Bandung Satuan SMA Pasundan 2 Bandung

• 2001 – 2003 Anggota PRAMUKA Penggalang Satuan SLTP Negeri 19 Bandung

• 2002 – 2003 Ketua OSIS SLTP Negeri 19 Bandung Penguasaan Komputer :

• Ms. Office Word • Ms. Office Excel • Ms. Office Power Point • Ms. Office Frontpage • Ms. Office Access • Ms. Office Publisher • Adobe Photoshop • Adobe PageMaker • SPSS